29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak dapat dipisahkan dari makhluk lainnya. Dalam berinteraksi di dalam sosial kemasyarakatan manusia pasti membutuhkan alat untuk menuangkan gagasan, ide atau perasaan yang dimilikinya. Alat untuk menuangkan hal-hal tersebut yaitu dengan bahasa. Di dalam berkomunikasi bahasa juga berperan penting menyampaikan suatu informasi antara pembaca dan penulis dan pendengar atau pembaca. Bahasa itu sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran, perasaan serta dapat mempengaruhi pikiran (Sumarsono dan Paina, 2002:1). Dengan adanya bahasa manusia bisa berkomunikasi dengan baik dengan masyarakat disekitarnya. Bahasa dalam hal ini berperan penting terhadap kehidupan manusia itu sendiri karena hampir segala aktivitas manusia pasti menggunakan bahasa. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam kebutuhannya berkomunikasi (Sumarlam, 2003:1). Bahasa sebagai alat komunikasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa lisan dan tulis. Bahasa tulis berupa tulisan yang terdapat pada media tulis. Bahasa tulis pada umumnya digunakan pada surat kabar, majalah, karya satra dan lain sebagainya. Bahasa lisan berupa bentuk komunikasi manusia yang diucapkan secara langsung antara individu yang satu dengan individu yang lain. Bahasa lisan 1

BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

  • Upload
    lyxuyen

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak

dapat dipisahkan dari makhluk lainnya. Dalam berinteraksi di dalam sosial

kemasyarakatan manusia pasti membutuhkan alat untuk menuangkan gagasan, ide

atau perasaan yang dimilikinya. Alat untuk menuangkan hal-hal tersebut yaitu

dengan bahasa. Di dalam berkomunikasi bahasa juga berperan penting

menyampaikan suatu informasi antara pembaca dan penulis dan pendengar atau

pembaca. Bahasa itu sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran,

perasaan serta dapat mempengaruhi pikiran (Sumarsono dan Paina, 2002:1).

Dengan adanya bahasa manusia bisa berkomunikasi dengan baik dengan

masyarakat disekitarnya. Bahasa dalam hal ini berperan penting terhadap

kehidupan manusia itu sendiri karena hampir segala aktivitas manusia pasti

menggunakan bahasa. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang paling utama

dan vital untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam kebutuhannya

berkomunikasi (Sumarlam, 2003:1).

Bahasa sebagai alat komunikasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

bahasa lisan dan tulis. Bahasa tulis berupa tulisan yang terdapat pada media tulis.

Bahasa tulis pada umumnya digunakan pada surat kabar, majalah, karya satra dan

lain sebagainya. Bahasa lisan berupa bentuk komunikasi manusia yang diucapkan

secara langsung antara individu yang satu dengan individu yang lain. Bahasa lisan

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

2

misalnya bahasa yang digunakan pada pidato, ceramah, khotbah. Penggunaan

bahasa lisan juga terdapat dalam media masa salah satunya adalah radio. Radio

sebagai sarana komunikasi massa memiliki peranan penting diantaranya sebagai

media penyampaian informasi kepada masyarakat, sebagai sarana hiburan, untuk

mempertemukan dua pendapat publik (diskusi) dan sebagainya. Dalam stasiun

radio pastilah akan menggunakan seseorang untuk menjadi pengendali acara, yang

biasanya disebut dengan penyiar. Seorang penyiar radio akan memperkenalkan

dan membahas berbagai hal seperti musik, mengadakan wawancara yang turut

melibatkan panggilan pendengar atau menyampaikan berita, perkembangan cuaca,

atau informasi lalu lintas. Seorang penyiar dalam menyampaikan berbagai hal

tersebut pastilah akan memilih ragam bahasa yang digunakan dalam

berkomunikasi dengan pendengarnya. Seorang penyiar harus bisa menguasai

berbagai keterampilan lain untuk mengolah dan menyampaikan suatu berita.

Penyiar secara tidak langsung dituntut untuk menguasai berbagai bahasa. Dengan

demikian seorang penyiar radio adalah seorang dwibahasawan, itu sebabnya

sebagian besar seorang penyiar menggunakan percampuran dua bahasa atau lebih

dalam berkmunikasi. Percampuran dua bahasa dalam berkomunikasi tersebut

dinamakan dengan campur kode (code mixing) di dalam ilmu linguistik. Gejala

campur kode biasanya ditandai dengan masuknya atau munculnya kosakata baru

dari bahasa lain yang dipinjam dan dimasukkan ke dalam suatu tuturan kalimat.

Hal ini biasanya terkait dengan tidak adanya bahasa padanan atau tidak adanya

bahasa yang dapat menggantikan kata tersebut dalam bahasa yang digunakan

dalam berkomunikasi. Campur kode dalam hal ini dapat berupa pencampuran

kata, frase, dan klausa. Terjadinya campur kode ini dapat dipengaruhi oleh

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

3

beberapa faktor, misalnya: topik pembicaraan, tempat dan waktu berlangsungnya

percakapan, latar belakang dari penutur juga sangat mempengaruhi penggunaan

campur kode ini. Lalu campur kode sendiri juga memiliki fungsi-fungsi tertentu

dalam penggunaannya adapun fungsi-fungsi tersebut adalah (1) lebih

argumentatif, (2) lebih persuasif, (3) lebih komunikatif, (4) lebih singkat dan

mudah diucapkan, dan (5) lebih prestise atau bergengsi (Mundianita, 2011:23).

Pengertian dari campur kode yang sudah dijelaskan diatas membuat

peneliti tertarik meneliti penggunaan campur kode dalam tuturan penyiar acara

Hello Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko FM Kota Kediri. Radio Wijang

Songko merupakan salah satu radio terkemuka di Kota Kediri yang terletak di Jl.

Kilisuci no 40-42 Kota Kediri dengan kodepos 64126. Fokus utama atau sasaran

pendengar dari radio ini yaitu mulai dari kalangan orang muda atau remaja hingga

orang tua. Hal ini dapat dilihat dari salah satu program acara dari radio Wijang

Songko yang di favoritkan oleh pendengar yaitu Hello Dangdut (HeLDa).

Program acara ini biasanya dibawakan oleh dua orang penyiar. Penyiar yang

membawakan acara ini yaitu Lik Dul dan Menik, acara ini dimulai dari pukul

10.00 hingga pukul 13.00 yang menyajikan lagu dangdut retro dan koplo. Konten

dari program acara ini adalah humor dan info unik. Acara ini hadir setiap hari

untuk menemani para pendengar setia radio Wijang Songko kota Kediri. Dalam

acara ini pendengar bisa request lagu yang diinginkan atau titip salam lewat on air

(mengudara) ataupun hanya melalui sms untuk para pendengar yang lain atau

keluarga, kerabat yang sedang beraktifitas dirumah. Penyiar dalam acara ini

terkadang juga memberikan pertanyaan-pertanyaan nyeleneh atau tebak-tebakan

yang akan menimbulkan berbagai reaksi atau jawaban dari para pendengar

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

4

melalui sms dengan nomer yang sudah dipersiapkan. Karena pembawa acara pada

program ini sangatlah komunikatif dalam membawakan acaranya maka munculah

data-data campur kode yang membuat peneliti merasa tertarik untuk meneliti data

tersebut. Contoh data campur kode dapat dilihat pada data yang sudah ditranskrip

oleh peneliti berupa tuturan dari penyiar pertama (O1) dan penyiar kedua (O2)

dalam siaran acara Hello Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko FM Kota

Kediri sebagai berikut.

Data (1)

Dul : “Apa kehendaknya selalu dituruti karo Gusti sing gawe urip”

„Apa kehendaknya selalu dipenuhi oleh Tuhan‟

Menik : “Aamiin ya Robbal’alamin”

„Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha

Penyayang‟

(D1/RWS/1/03/2016)

Tuturan pada tanggal 1 Maret 2016. Tuturan tersebut dilakukan oleh Lik

Dul (penyiar I) dan Menik (penyiar II). Pada data (1) diatas terjadi peristiwa

campur kode yang ditandai dengan masuknya unsur bahasa Indonesia berupa frasa

yaitu Apa kehendaknya selalu „apa kehendaknya selalu‟ ke dalam tuturan bahasa

Jawa atau bahasa yang digunakan. Fungsi campur kode kata tersebut adalah untuk

lebih singkat, mudah diucapkan dan komunikatif, penutur ingin membuka acara

dengan singkat dan terasa hangat dengan para pendengar. Faktor yang

memengaruhi terjadinya peristiwa campur kode tersebut ialah adanya keinginan

untuk menjelaskan maksud penutur ingin memberikan penekanan terhadap apa

yang diucapkan karena penutur sebagai pengendali acara maka penutur berharap

bahwa pendengar selalu dalam keadaan baik dan dengan bantuan pendengar

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

5

sebagai audience setia dari radio tersebut dan berharap agar acara berjalan dengan

lancar.

Adapun penelitian sejenis yang terkait dengan campur kode yang sudah diteliti

antara lain:

1. “Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Acara Radio RRI Surakarta”, oleh

Dewi Setyorini (2012) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini mengkaji mengenai wujud alih kode

dan campur kode, penyebab terjadinya alih kode dan campur kode, tujuan

penggunaan alih kode dan campur kode, dan dampak penggunaan alih kode

dan campur kode dalam Iklan Acara Radio RRI Surakarta.

2. “Campur Kode dalam Crita Cekak Jagad Jawa, Solopos (Suatu Kajian

Sosiolinguistik)”, oleh Sri Rahayu (2014) Jurusan Sastra Daerah, Fakultas

Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini

mengkaji mengenai bentuk campur kode, fungsi campur kode, dan faktor

yang melatarbelakangi penggunaan campur kode dalam Crita Cekak Jagad

Jawa Solopos.

3. “Alih Kode pada Tuturan Penyiar Acara Campursari Puri Funky Radio MBS

FM Yogyakarta Bulan April 2014 dan Skenario Pembelajarannya pada

Pembelajaran Bahasa Jawa di SMA” oleh Siti Mundari (2014). Jurnal

Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa. Penelitiannya ini

menemukan hasil antara lain adanya alih kode antarbahasa, alih kode

antartingkat tutur, faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode dan

skenario pembelajaran alih kode pada tuturan penyiar acara campursari Puri

Funky Radio MBS FM Yogyakarta Bulan April 2014.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

6

4. “Alih Kode dan Campur Kode dalam Siaran Radio : Analisis Sosiolinguistik”

oleh Novi Siti Kussuji Indrastuti (1997). Jurnal penelitian Humaniora V ini

terdapat hasil analisis yaitu terjadinya alih kode ke bahasa Indonesia dan

bahasa Inggris, terjadinya penyisipan unsur-unsur campur kode dari bahasa

Inggris dan bahasa Jawa, serta latar belakang terjadinya alih kode dan campur

kode.

5. “Alih Kode dan Campur Kode pada Tuturan Penyiar Acara Campursari Radio

Pesona FM” oleh Joko Sukoyo. Dalam jurnal lingua ini hasil analisis yang

sudah ditemukan adalah adanya alih kode antarbahasa, alih kode tingkat tutur

dan campur kode (kata, frasa, perulangan, baster, dan ungkapan)

6. “Campur Kode Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa pada Siaran Radio

Jampi Sayah di Radio SKB POP FM Gombong” oleh Siti Masitoh (2013).

Dalam jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa ini terdapat hasil

analisis yaitu adanya wujud campur kode berupa kata, frasa, baster,

pengulangan kata, idiom, dan klausa.

Berdasarkan uraian di atas, campur kode acara Hello Dangdut (HelDa)

radio Wijang Songko FM Kota Kediri ini belum pernah diteliti. Oleh karena itu,

peneliti tertarik untuk meneliti suatu kajian sosiolinguistik dalam acara Hello

Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko FM Kota Kediri. Adapun alasan peneliti

tertarik untuk mengkaji peristiwa campur kode dalam tuturan penyiar dalam acara

Hello Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko FM Kota Kediri adalah sebagai

berikut. Pertama, di dalam tuturan antara penyiar I dan penyiar II dengan

pendengar dalam acara Hello Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko Kota Kediri

terdapat banyak tuturan yang mengandung campur kode. Kedua, penggunaan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

7

variasi bahasa oleh penyiar menimbulkan adanya code mixing. Ketiga, radio

Wijang Songko merupakan salah satu radio lokal yang terkemuka di Kota Kediri

sama dengan jargonnya yaitu „Radio Terpercaya di Kota Kediri‟, bahkan radio ini

sudah bisa di perdengarkan tidak hanya di wilayah Kota Kediri, tetapi sudah

mencapai daerah Jombang, Mojokerto, Tulungangung, Blitar dan sekitarnya,

sehingga pendengar radio ini sudah meluas dan banyak yang menjadi fans setia

radio ini mulai dari kalangan atas sampai bawah. Keempat, keunikan yang terjadi

dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga

menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

terhibur dan akan selalu menantikan acara ini. Kelima, penyiar I dan penyiar II

dalam penyampaian informasi ataupun membawakan acara ini secara santai,

spontan dan alami sehingga campur kode yang muncul juga bervariasi. Dari

alasan tersebut di atas maka penulis mengambil judul “Campur Kode dalam acara

Hello Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko FM Kota Kediri”.

B. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian perlu dibatasi agar memudahkan dan membantu

peneliti dalam menganalisis. Penelitian ini hanya akan membahas bentuk campur

kode dalam acara Hello Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko FM Kota Kediri,

fungsi campur kode dalam acara Hello Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko

FM Kota Kediri, serta faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode

dalam acara Hello Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko FM Kota Kediri.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, maka

dirumuskan tiga masalah, yaitu:

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

8

1. Bagaimanakah bentuk campur kode dalam acara Hello Dangdut (HelDa)

radio Wijang Songko FM Kota Kediri ?

2. Bagaimanakah fungsi campur kode dalam acara Hello Dangdut (HelDa)

radio Wijang Songko FM Kota Kediri ?

3. Faktor apa sajakah yang melatarbelakangi terjadinya campur kode dalam

acara Hello Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko FM Kota Kediri ?

D. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan bentuk campur kode dalam acara Hello Dangdut (HelDa)

radio Wijang Songko FM Kota Kediri

2. Mendeskripsikan fungsi campur kode dalam acara Hello Dangdut (HelDa)

radio Wijang Songko FM Kota Kediri

3. Mendeskripsikan faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode dalam

acara Hello Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko FM Kota Kediri

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah

teori linguistik jawa, khususnya mengenai campur kode. Kemudian bagi

masyarakat yaitu dapat menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan

baik dan benar.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bahan ajar ataupun

penelitian selanjutnya. Menambahkan perbendaharaan penelitian linguistik

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

9

khususnya linguistik bahasa Jawa. Memberikan informasi tentang campur kode

yang terdapat dalam siaran acara Hello Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko

Kota Kediri.

F. Kajian Teori

Kajian teori pada penelitian ini meliputi: sosiolinguistik, bilingualisme,

kode, campur kode dan alih kode, fungsi campur kode, faktor yang melatar

belakangi penggunaan campur kode, media cetak/tulis dan media elektronik.

1. Sosiolinguistik

Di dalam masyarakat seseorang tidak lagi dipandang secara individual,

tetapi ia sudah menjadi bagian dari anggota kelompok sosialnya. Dalam kelompok

sosial, masyarakat dapat mempengaruhi tingkat kebahasaan seseorang. Ini terjadi

dikarenakan adanya tingkat sosial yang berkembang salah satunya yaitu tingkat

pendidikan seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin

tinggi pula tingkat penguasaan bahasa seseorang. Hubungan antar bahasa dengan

kehidupan sosial masyarakat yang terjadi dalam ilmu kebahasaan disebut dengan

sosiolinguistik. Sosilinguistik adalah kajian ilmu bahasa dengan faktor-faktor di

luar bahasa. Sosiolinguistik adalah cabang linguistik yang mempelajari hubungan

dan saling pengaruh antar perilaku bahasa dan perilaku social (Kridalaksana,

2008:225). Sosiolinguistik pada awalnya hanya menilai hubungan antara bahasa

dan tingkat sosial masyarakat atau faktor-faktor sosial masyarakat. Seiring

perkembangan jaman, teknologi dan perkembangan bahasa, sosilinguistik tidak

hanya mengkaji tentang hubungan antara bahasa dan tingkat sosial masyarakat,

tetapi sudah berkembang mengenai adat dan kebudayaan yang berkembang di

masyarat. Perkembangan adat dan kebudayaan sangat cepat, hal ini dipengaruhi

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

10

oleh faktr ektern masyarakat. Sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang

dikaitkan dengan kondisi kemasyarakatan (dipelajari oleh ilmu-ilmu sosial

khususnya sosiologi) (Sumarsono dan Paina, 2002:1)

Dapat disimpulkan bahwa sosilinguistik adalah ilmu bahasa yang mengkaji

penggunaaan bahasa dalam masyarakat yang dilihat dari segi kehidupan sosial

masyarakat. Masyarakat Jawa pada khususnya sangat kompleks. Adat dan

kebudayaan yang semakin berkembang turut mempengaruhi tingkat kebahasaan

masyarakat. Sehingga menimbulkan variasi bahasa yang lain. Variasi yang

muncul misalnya penggunaan lebih dari satu bahasa secara bersamaan dalam

sebuah tuturan dan pemakaian bahasa asing dalam sebuah tuturan. Selain itu,

munculnya istilah baru dalam bidang sosial, politik, ekonomi dan lain sebagainya.

2. Bilingualisme

Masyarakat tertutup adalah masyarakat yang tidak tersentuh oleh

masyarakat tutur lain karena letaknya yang terpencil atau memang tidak mau

berhubungan dengan masyarakat tutur lain, maka masyarakat tutur itu akan tetap

menjadi masyarakat tutur yang statis dan akan tetap menjadi masyarakat yang

monolingual (pemakain satu bahasa). Sebaliknya masyarakat yang terbuka yang

mau berinteraksi dengan masyarakat tutur lain maka masyarakat tersebut akan

mengalami kontak bahasa. Di banyak negara, bahkan daerah dan kota terdapat

banyak sekali penggunaan bahasa yang berlainan atau berbeda. Di Indonesia

sendiri misalnya penggunaan bahasa pada masyarakat Jawa dan Sunda, mereka

menggunakan bahasa daerah yang berbeda. Diera yang sudah sangat maju ini

mungkin sudah jarang ditemukan masyarakat yang hanya memakai satu bahasa

saja. Pada umumnya saat ini seseorang sudah memiliki kemampuan untuk

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

11

menggunakan dua bahasa atau lebih, pemakaian dua bahasa atau lebih inilah yang

disebut dengan bilingualisme. Contoh bilingualisme yaitu pemakaian bahasa

daerah dengan bahasa Indonesia terjadi dalam satu tuturan ataupun bahasa daerah

dengan bahasa asing juga terjadi dalam satu tuturan. Bilingualisme dalam bahasa

Indonesia juga disebut dengan kedwibahasaan. Bilingualisme adalah istilah lain

dari kedwibahasaan. Bilingualisme merupakan kebiasaan menggunakan dua

bahasa dalam interaksi dengan orang lain (Nababan, 1993:27). Orang yang

menggunakan dua bahasa itu sering disebut dengan bilingual sedangkan

kemampuan untuk menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas (Chaer dan

Leonie, 2010:85)

Karena adanya perkembangan jaman, tingkat kebahasaan seserang

mengalami perubahan juga. Awalnya masyarakat hanya menguasai dua bahasa

saja, kini tingkat kebahasaan yang dimiliki semakin bertambah luas. Masyarakat

dapat menggunakan lebih dari tiga bahasa yang dikuasainya. Dalam suatu

komunikasi yang dilakukan masyarakat biasanya menggunakan dua bahasa

ataupun lebih dalam berkmunikasi dengan mitra tutur. Maka dapat disimpulkan

bahwa bilingualisme adalah penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seseorang

atau individu untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain.

3. Kode

Istilah kode dimaksudkan untuk menyebut salah satu varian di dalam

hierarkhi kebahasaan misalnya varian regional, kelas sosial, ragam, gaya,

kegunaan dan sebagainya (Suwito 1983:67). Pengkodean ini sebenarnya melalui

proses kepada pembicara maupun lawan bicara. Seseorang dalam berinteraksi

sebenarnya mengirimkan suatu kode pada lawan tuturnya. Kode yang dihasilkan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

12

oleh tuturan tersebut harus dimengerti oleh kedua belah pihak. Kode bukanlah

suatu unsur kebahasaan seperti fonem, morfologi, kata, frasa atau kalimat

melainkan variasi bahasa yang digunakan dalam masyarakat. Di dalam proses

pengkodean mitra tutur atau pendengar memahami apa yang dikodekan oleh

lawan bicara pasti ia akan mengambil keputusan dan bertidak sesuai dengan apa

yang disarankan oleh penutur, tindakan itu misalnya pengulangan pertanyaan atau

pemutusan pembicaraan.

4. Campur Kode dan Alih Kode

Campur kode dapat terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu

bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa

lainnya. Hal ini bisa terjadi karena keterbatasan bahasa, ungkapan dalam bahasa

tersebut tidak ada padanannya, sehingga ada keterpaksaan menggunakan bahasa

lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi. Dalam situasi berbahasa yang

formal, jarang terdapat campur kode. Kalau terdapat campur kode dalam keadaan

formal biasanya disebabkan karena keterpaksaan tidak adanya ungkapan atau

padanan yang tepat dalam bahasa yang dipakai itu, sehingga perlu memakai kata

atau ungkapan dari bahasa lain (bahasa asing). Nababan (1984:32) mengatakan

campur kode adalah suatu keadaan berbahasa dimana orang mencampur dua (atau

lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak tutur. Dalam campur kode

penutur menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika sedang memakai bahasa

tertentu. Seorang penutur yang menguasai banyak bahasa akan mempunyai

kesempatan bercampur kode lebih banyak dari penutur lain yang hanya menguasai

satu, dua bahasa saja. Dengan kata lain sifat penutur misalnya latar belakang,

tingkat pendidikan, rasa keaagamaan dan sebagainya juga sangat berpengaruh

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

13

(Suwito, 1983:75). Suwito (1983:75) juga mengatakan ciri lain dari gejala campur

kode ialah bahwa unsur-unsur bahasa atau variasi-variasinya yang menyisip di

dalam bahasa lain tidak lagi mempunyai fungsi tersendiri. Unsur-unsur itu telah

menyatu dengan bahasa yang disisipinya dan secara keseluruhan hanya

mendukung satu fungsi. Campur kode tersebut dapat dibedakan menjadi dua

golongan yaitu 1). Yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasi-

variasinya disebut dengan campur kode ke dalam (inner code mixing) dan 2).

Bersumber dari bahasa asing atau campur kode ke luar (outer code mixing).

Campur kode ini juga memiliki beberapa macam ujud. Adapun beberapa macam

ujud dari campur kode adalah (a) penyisipan unsur-unsur yang berujud kata (b)

penyisipan unsur yang berujud frasa (c) penyisipan unsur yang berujud baster

(gabungan pembentukan kata asli dan asing) (d) penyisipan unsur yang berupa

perulangan kata (e) penyisipan unsur berupa ungkapan atau idiom (f) penyisipan

unsur yang berujud klausa.

Dari pendapat tersebut, campur kode dapat disimpulkan bahwa adanya

unsur dari bahasa asing yang disisipkan atau dimasukkan ke dalam bahasa sumber

yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari. Campur kode ini mempunyai

ciri dan tujuan antara lain cirinya bahwa unsur-unsur bahasa atau variasi-

variasinya yang menyisip di dalam bahasa lain tidak lagi mempunyai fungsi

tersendiri, unsur-unsur itu telah menyatu dengan bahasa yang disisipinya dan

secara keseluruhan hanya mendukung satu fungsi dan memiliki tujuan

memperjelas kata yang dimaksudkan oleh penutur menggunakan bahasa lain

dikarenakan dalam bahasa penutur tidak memiliki padanan kata tersebut, campur

kode ini biasanya digunakan atau dipakai dalam suasana yang informal atau tidak

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

14

resmi. Campur kode dapat dibedakan menjadi dua yaitu campur kode kedalam

(inner) dan ke luar (outer). Bentuk atau wujud dari campur kode dapat berupa (a)

penyisipan unsur-unsur yang berujud kata (b) penyisipan unsur yang berujud frasa

(c) penyisipan unsur yang berujud baster (d) penyisipan unsur yang berupa

perulangan kata (e) penyisipan unsur berupa ungkapan atau idiom (f) penyisipan

unsur yang berujud klausa. Alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode yang

satu ke kode yang lain. Jadi apabila seorang penutur mula-mulamenggunakan

kode A dan kemudian beralih menggunakan kode B, maka peralihan bahasa

seperti itu disebut sebagai alih kode (kode switching) (Suwito dalam Kunjana

Rahadi, 2001:20). Di dalam masyarakat multilingual hampir tidak mungkin

seorang penutur menggunakan satu bahasa secara mutlak murni tanpa sedikit pun

memanfaatkan bahasa atau unsur bahasa yang lain (Suwito, 1983:69). Alih kode

adalah istilah umum untuk menyebut pergantian atau peralihan pemakaian dua

bahasa atau lebih, beberapa variasi dari satu bahasa, atau bahkan beberapa gaya

dari suatu ragam (Dell Hymes dalam Rahardi, 2001:20). Heymes juga membagi

alih kode menjadi dua yaitu alih kode intern dan alih kode ekstern. Alih kode

intern (internal code switching) adalah alih kode yang terjadi antarbahasa daerah

dalam suatu bahasa nasional, antardialek dalam suatu bahasa daerah atau antara

beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam suatu dialek. Sedangkan alih kode

ekstern (external code switching) adalah apabila yang terjadiadalah antara bahasa

asli dengan bahasa asing. Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

alih kode adalah peralihan dari bahasa satu ke bahasa yang lain, alih kode tersebut

dapat berupa alih kode intern mapun alih alih kode ekstern.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

15

Jika didalam suatu tuturan terjadi peralihan dari klausa bahasa yang satu

ke klausa bahasa yang lain dan masing masing klausa masih mendukung fungsi

tersendiri, maka terjadilah peristiwa alih kode. Tetapi apabila suatu tuturan baik

klausa maupun frasa-frasanya tidak lagi mendukung fungsinya tersendiri, maka

akan terjadi peristiwa campur kode ( Suwito, 1983:76).

5. Fungsi Campur Kode

Campur kode terjadi disebabkan oleh latar belakang yang sama antara

penutur dan mitra tuturnya. Karena latar belakang yang sama menimbulkan

fungsi-fungsi tertentu dalam dalam penggunaan campur kode oleh penuturnya.

Fungsi campur kode adalah (1) lebih argumentatif, (2) lebih persuasif, (3) lebih

komunikatif, (4) lebih singkat dan mudah diucapkan, dan (5) lebih prestise atau

bergengsi (Vinansis, 2011:23). Secara umum pemakaian campur kode digunakan

untuk bergengsi, karena ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan serta kelas sosial

dari penutur itu sendiri. Fungsi campur kode dapat juga untuk menegaskan suatu

maksud tertentu agar lebih jelas untuk mengutarakan sesuatu pada saat

komunikasi berlangsung. Misalnya orang mengatakan legging akan lebih mudah

daripada harus menjelaskannya secara panjang lebar karena tidak ada padanannya

dalam bahasa Jawa.

Dapat disimpulkan bahwa fungsi campur kode yaitu : (1) lebih mudah

diucapkan, (2) lebih prestise, (3) menegaskan suatu maksud tertentu, dan (4) lebih

tepat digunakan (5) membangkitkan rasa humor.

6. Faktor yang Melatar Belakangi Penggunaan Campur Kode

Faktor yang melatar belakangi terjadinya campur kode, yaitu : (a)

identifikasi peranan (sosial, registrasi edukasinal), (b) identifikasi ragam

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

16

(ditentukan oleh bahasa dimana penutur melakukan campur kode yang

menempatkan dia pada hierarki status sosialnya), (c) keinginan untuk menjelaskan

dan menafsirkan (campur kode menandai sikap dan hubungan terhadap orang lain

atau sebaliknya). Dalam hal ini pun ketiganya saling bergantung dan tidak jarang

tumpang tindih (Suwito, 1983:77). Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya

campur kode oleh Sarwiji Suwandi (2008:95) yaitu : (a) partisipan memiliki latar

belakang bahasa ibu yang sama, misalnya bahasa Jawa, (b) adanya keinginan

penutur untuk memperoleh ungkapan yang tepat, dan (c) kebiasaan dan kesantaian

pelaku tindak tutur dalam berkomunikasi (bercakap-cakap).

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang

menyebabkan terjadinya campur kode adalah (1) mendapatkan ungkapan yang

tepat, (2) faktor kebiasaan, (3) keinginan menjelaskan suatu maksud tertentu, dan

(4) keadaan sosial dari penutur itu sendiri. Dalam Aslinda dan Leni, Dell Hymes

(2010: 32-33) berpendapat bahwa suatu peristiwa tutur harus memenuhi delapan

komponen, yang bila huruf-huruf pertamanya dirangkaikan menjadi akronim

SPEAKING. Kedelapan komponen itu adalah :

S = Setting, and scene

P = Participants

E = Ends

A = Act sequences

K = Key

I = Instrumentalities

N = Norms of interaction and interpretation

G = Genres

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

17

Setting berkaitan dengan waktu dan tempat terjadinya tuturan itu

berlangsung dan scene berkaitan dengan situasi, tempat dan waktu terjadinya

interaksi tutur (misalnya ruang diskusi dan suasana diskusi)

Participants dapat disebut dengan peserta tutur atau pihak-pihak yang

terlibat dalam pertuturan, yakni adanya penutur dan mitra tutur.

Ends yaitu didasarkan pada maksud dan tujuan dari terjadinya tuturan itu.

Act sequences adalah hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan.

Bentuk pesan mencakup sebagaimana topik itu dituturkan sedangkan isi

percakapan ini berkaitan dengan persoalan apa yang dikatakan oleh penutur.

Key adalah menunjuk pada cara atau semangat (nada/jiwa) dalam

melaksanakan percakapan. Tuturan tersebut akan berbeda antara serius dan santai,

resmi dan tidak resmi, dan lain sebagainya.

Instrumentalis yaitu menunjuk pada jalur percakapan, apakah secara lisan

atau tidak. Jalur percakapan yang digunakan itu dapat melalui lisan, telegraf,

telepon, surat dan lain-lain. Percakapan secara lisan dapat seperti berbicara,

menyanyi, bersiul, dan lain sebagainya.

Norm yaitu menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan. Yang

termasuk di dalamnya semua kaidah yang mengatur pertuturan yang bersifat

imperatif (memerintah). Misalnya, bagaimana cara berinterupsi, bertanya,

berbicara yang sopan dan sebagainya.

Genres yaitu yang menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang

digunakan. Misalnya, jenis penyampaian puisi, narasi, doa, dan sebagainya.

Komponen tutur tersebut merupakan faktor yang melatarbelakangi tuturan

beserta fungsi yang merupakan pengaruh bentuk tutur. Dalam penelitian ini

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

18

masalah yang dianalisis hanya menggunakan sebagian komponen tutur

SPEAKING yang lebih dominan digunakan antara lain Setting, Participant, End,

Act Sequences, Key, Norm.

7. Media Cetak/Tulis dan Media Elektronik

Seiring dengan berkembangnya jaman dan teknologi informasi dan

komunikasi media saat ini juga turut serta mengikuti perkembangannya. Secara

umum media dibagi menjadi dua yaitu media cetak dan media elektronik. Media

cetak adalah media yang berbentuk printing bisa dinikmati dengan cara membaca.

Media cetak biasanya berupa surat kabar dan majalah. Sedangkan media

elektronik adalah media yang menggunakan pemancar atau transmisi untuk

menangkap energi elektromagnetis dan disebar luaskan ke khalayak. Media

elektronik antara lain televisi (audiovisual) dan radio (audio). Radio adalah media

yang bersifat audio (untuk didengar saja), radio adalah teknologi yang digunakan

untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan gelombang elektromagnetik.

Radio sudah sejak jaman dahulu sudah ada, radio pada awalnya digunakan

sebagai alat komunikasi satu arah, pemakainnya dahulu juga hanya untuk

kepentingan militer saja tetapi pada saat ini radio sudah sangat berkembang

dengan baik. Radio saat ini sudah berkembang dan sangat bermanfaat bagi umum

tidak hanya menjadi media hiburan saja untuk masyarakat tetapi kita juga bisa

mendapatkan informasi, tips-tips kesehatan, berita cuaca, olahraga maupun berita

yang sedang beredar saat itu juga. Disetiap daerah pastilah terdapat beberapa

stasiun radio sebagai media hiburan yang akan menghibur sebagian masyarakat

dengan berbagai program acaranya. Di kota Kediri juga terdapat beberapa stasiun

radio diantaranya ada SK FM, Andika FM, Sriaji Wijaya FM, RWS FM..

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

19

Radio Wijang Songko (selanjutnya disebut RWS) adalah salah satu media

hiburan di Kota Kediri. Radio Wijang Songko terletak di Jl. Kilisuci No. 40-42

Kota Kediri, Jawa Timur. RWS dinaungi oleh PT. Radio Siaran Wijang Songko

dengan saluran radio 99.0 FM, jangkauan siaran sejauh 90 KM. nomor telepon

resmi dari pihak Radio Wijang Songko yaitu 0354-684300/683107, sms request

ke nomor 081335900998, Fax (0354) 689196. Radio dengan jargon „Radio

Terpercaya di Kota Kediri‟ ini memiliki format umum, campuran, hiburan, berita

dan religi sedangkan format musiknya ada pop Indonesia, dangdut, dan etnik

(Jawa). Radio ini memiliki email dengan alamat [email protected], akun

facebook dengan nama Radio Wijang Songko Kediri, dan twitter yaitu

@wijangsongkofm. Banyak sekali acara yang di sajikan kepada pendengar salah

satunya yaitu acara Hello Dangdut (HelDa). Acara HelDa ini di bawakan oleh dua

orang penyiar yaitu Menik dan Lik Dul. Acara ini menyajikan hiburang lagu-lagu

dangdut yang sangat populer di jamannya. Tak jarang juga pada acara ini penyiar

juga memberikan tips-tips kepada pendengar setianya. Acara HelDa ini

mengudara pada pukul 10.00-13.00 WIB. Acara ini sangat dinanti-nanti oleh

pendengar setianya karena acara ini memiliki selera humor yang selalu membuat

para pendengar tergelitik untuk ikut berinteraksi dengan para penyiar walaupun

hanya mengirim reaksi atas apa yang sudah dibicarakan oleh penyiar melalui sms

saja. Interaksi yang terjadi antara penyiar I dan penyiar II dengan pendengar yang

dilakukan dalam membawa acara tersebut merupakan sebuah peristiwa tutur.

Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi

linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu

penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

20

situasi tertentu (Chaer dan Leoni, 2004:47)

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan alat, prosedur dan teknik yang dipilih dalam

melaksanakan penelitian (dalam pengumpulan data) (Djajasudarma, 2010:4).

1. Jenis Penelitian

Penelitian “campur kode dalam siaran acara Hello Dangdut (HelDa) pada

radio Wijang Songko FM Kota Kediri (Suatu Kajian Sosiolinguistik)” termasuk

bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Rancangan penelitian ini sesuai dengan

fakta bahasa penutur di masyarakat dan bukan berupa angka-angka. Peneliti

mencatat dengan teliti dan cermat data yang berwujud kata-kata, kalimat-kalimat,

wacana, gambar-gambar/foto, catatan harian, memorandum, video-tipe (Subroto

1992:7). Kualitatif merupakan penelitian yang metode pengkajian atau metode

penelitian terhadap suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang

menggunakan prosedur-prosedur statistik (Subroto, 1992:5). Obyek yang dikaji

merupakan obyek kebahasaan. Sehingga, penelitian ini mendeskripsikan

fenomena bahasa baik data dan laporannya berupa kata-kata bukan angka atau

statistik.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah data yang disahkan untuk dikaji yang dijadikan

objek penelitian sesuai dengan teori dan rumusan masalah yang digunakan dan

tujuan penelitian. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling. Pilihan sampel diarahkan pada sumber data yang dipandang

memiliki data yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang

diteliti (Sutopo, 2006: 45-46). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah tuturan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

21

yang berupa kata, frasa, klausa yang mengandung campur kode dari data yang

mewakili informasi.

3. Sumber Data dan Data

Sumber data ialah ragam bahasa lisan yang terdapat dalam pemakaian

secara umum dan wajar, resmi dari para pemakai bahasa yang diperoleh dengan

secara perekaman (Subroto, 1992:33). Sumber data pertama adalah penyiar I dan

penyiar II (Menik dan Lik Dul) sebagai informan dan penyiar langsung acara

Hello Dangdut radio Wijang Songko FM. Selanjutnya adalah seluruh tuturan dari

penyiar berupa kalimat-kalimat dalam siaran acara Hello Dangdut yang sudah di

transkrip oleh peneliti. Acara Hello Dangdut radio Wijang Songko Kota Kediri ini

dipilih karena radio ini salah satu radio terkemuka di Kota Kediri jadi memiliki

peminat atau pendengar dari berbagai kalangan yang mempunyai latar belakang

yang berbeda-beda sehingga penyiar menggunakan variasi bahasa untuk

berkomunikasi dengan para pendengarnya yang setia. Oleh karena itu

memungkinkan terjadinya campur kode yang beragam. Program acara ini

mengudara setiap hari pukul 10.00-13.00 WIB selalu dengan dua penyiar yaitu

Lik Dul dan Menik, pernah seketika salah satu penyiar berhalangan hadir tetapi

dapat digantikan oleh penyiar yang lain. Hal ini dilakukan mungkin agar suasana

yang diciptakan terasa ramai dan komunikatif. Data adalah semua informasi atau

bahan yang disediakan oleh alam (dalam arti luas) yang harus dicari/dikumpulkan

dan dipilih oleh peneliti, data terdapat pada segala sesuatu apa pun yang menjadi

bidang dan sasaran penelitian. Data dalam penelitian ini berupa data lisan yang

berupa tuturan-tuturan yang mengandung campur kode kemudian pada data lisan

ini ditranskrip menjadi data tulis oleh penulis, data tersebut hasil dari rekaman

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

22

acara Hello Dangdut radio Wijang Songko Kota Kediri. Pengambilan data yang

digunakan yaitu metode simak dengan teknik rekam dan catat. Data pada

penelitian ini diambil pada bulan Maret 2016. Kemudian data dipilih secara

selektif disesuaikan dengan kebutuhan. Adapun data yang dimaksud yang sudah

memenuhi syarat, produktif dan dianggap penting sesuai dengan permasalahan

yang diteliti adalah transkrip data pada tanggal 1 dan 14 Maret 2016. Data ini

diambil hanya ada dua hari dikarenakan pada hasil rekaman yang lainnya terdapat

gangguan dari sinyal, ketidak jelasan pengucapan dari pembawa acara ataupun

adanya gangguan suara yang membuat rekaman menjadi tidak utuh.

4. Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat utama dan

alat bantu. Alat utama yaitu peneliti sendiri dalam pengumpulan data dan

menganalisis data, hal tersebut karena alat tersebut paling dominan dalam

penelitian. Adapun alat penggerak bagi alat penentu atau pirantinya ialah daya

bagi yang bersifat intuitif, atau secara singkat: intuisi tentu saja intuisi kebahasaan

atau intuisi lingual (Sudaryanto, 1993:31). Menurut Sutopo, berkaitan dengan

kedudukan peneliti sebagai instrumen utama karena dalam penelitian kualitatif

ada keyakinan bahwa hanya manusia yang mampu menggapai dan menilai makna

dari berbagai interaksi (2002:36). Alat bantu merupakan alat yang digunakan

peneliti untuk membantu dalam mengerjakan penelitian yang sedang

dilaksanakan. Alat bantu yang digunakan dalam penelitian adalah handphone,

hearset, radio, pensil, bolpoin, kertas HVS, buku referensi, dan notebok.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

23

5. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara mendekati, mengamati, menganalisis dan menjelaskan

suatu fenmena (Harimurti, 2008:153). Metode yang digunakan untuk

pengumpulan data ini yaitu metode simak, yang dimaksudkan adalah mengadakan

penyimakan terhadap pemakaian bahasa lisan yang bersifat spontan (Subroto,

1992:41). Metode simak dalam penelitian ini dilakukan dengan menyimak

penggunaan bahasa oleh dua penyiar pembawa acara Hello Dangdut di radio

Wijang Songko Kota Kediri. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

teknik dasar dan teknik lanjutan. Adapun teknik dasar yang digunakan yaitu

teknik rekam. Teknik rekam ialah pemerolehan data dengan cara merekam

pemakaian bahasa lisan yang bersifat spontan (Subroto, 1992:36). Teknik rekam

dalam penelitian ini yaitu dengan merekam percakapan penyiar pertama dengan

penyiar kedua dalam acara Hello Dangdut di radio Wijang Songko Kota Kediri.

Teknik ini digunakan supaya pemakaian bahasa secara alamiah dari penutur tetap

terjamin. Kemudian teknik lanjutannya ialah teknik catat. Teknik catat ialah

pencatatan terhadap data relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian

(Subroto, 1992:42). Teknik catat ini digunakan untuk melakukan pencatatan hal-

hal yang penting yang sesuai dengan tujuan penelitian kemudian mentranskripsi

penggunaan bahasa lisan menjadi data tulis dan mencatat berbagai hal yang

berkaitan dengan permasalahan campur kode dalam acara Hello Dangdut di radio

Wijang Songko Kota Kediri.

6. Metode dan Teknik Analisis Data

Metode dan teknik analisis data digunakan sebagai cara untuk mengulas

secara mendalam terkait data-data yang telah ditemukan peneliti dengan alat

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

24

tertentu. Tahap ini merupakan upaya sang peneliti menangani langsung masalah

yang terkandung pada data. Penanganan itu tampak dari adanya tindakan

mengamati yang segera diikuti dengan “membedah” atau mengurai dan

memburaikan masalah yang bersangkutan dengan cara khas tertentu (Sudaryanto,

1993:6)

Metode yang digunakan peneliti dalam analisis data pada penelitian ini

adalah:

a. Metode Distribusional

Metode distribusional adalah metode yang menganalisis satuan lingual

tertentu berdasarkan perilaku atau tingkah laku kebahasaan satuan itu dalam

hubungannya dengan satuan lain (Subroto, 1992:84). Teknik dasar yang

digunakan yaitu teknik Bagi Unsur Langsung (BUL). Teknik Bagi Unsur

Langsung (BUL) ini digunakan untuk membagi satuan lingual data yang telah

didapatkan menjadi beberapa bagian atau beberapa unsur, dan unsur-unsur yang

bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual

yang dimaksud (Sudaryanto, 1993: 31). Metode distribusional dengan teknik BUL

digunakan untuk mengkaji bentuk campur kode dalam siaran acara Hello

Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko Kota Kediri.

b. Metode Padan

Menurut Edi Subroto metode padan adalah alat yang penentunya sesuatu

yang bersifat luar bahasa atau yang tidak terkait dengan bahasa. Alat penentu

metode itu ialah referent bahasa,organ atau alat ucap tertentu, bahasa atau lingua

lain, perekam atau pengawet bahasa (tulisan), dan lawan bicara (1992:62). Hal

yang sama diungkapkan oleh Sudaryanto bahwa metode padan, alat penentunya di

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

25

luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan

(1993:13). Metode padan ini juga sering disebut metode identitas. Metode padan

dapat dibedakan atas lima subjenis berdasarkan alat penentunya 1) Alat

penentunya adalah kenyataan atau segala sesuatu (yang bersifat luar bahasa) yang

ditunjuk oleh bahasa, segala sesuatu yang bersifat dunia luar bahasa itu disebut

referent bahasa 2) Alat penentunya organ atau alat ucap pembentuk bunyi bahasa

3) Alat penentunya bahasa atau lingual lain 4) Alat penentunya perekam dan

pengawet bahasa atau tulisan 5) Alat penentunya adalah lawan bicara (Sudaryanto

dalam Subroto, 1992: 56). Metode padan dalam penelitian ini digunakan untuk

menganalisis faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya campur kode dalam

siaran acara Hello Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko Kota Kediri. Teknik

dasar yang digunakan adalah teknik Pilih Unsur Penentu (PUP), alat yang

digunakan yaitu daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh peneliti

sendiri. Teknik ini digunakan untuk memilah data dengan menggunakan alat

komponen tutur dengan akronim SPEAKING.

Metode padan digunakan untuk membandingkan dan menyamakan

pemakaian campur kode dalam data penelitian antara fungsi dan faktor yang

melatar belakangi terjadinya campur kode. Berdasarkan uraian metode

distribusional dan metode padan di atas, dapat dicontohkan mengenai analisis

data sebagai berikut:

Data (2)

Menik :“Tanggal siji aja pegel ta, lha nyapo ta tangga?”

„Tanggal satu itu jangan marah, kenapa tetanggamu?‟

Dul : “Pegel kok nyawang tanggal, aku lek puegeli tanggal pira-pira pegel

aku, pokoke lek wayae delok tanggal pegel-pegel!”

„Aku lihat tanggal, aku jika marah tanggal berapa-berapa marah aku,

pokoknya kalo melihat tanggal aku marah‟

Menik : “Mengawali bulan ki aja karo pegel”

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

26

„Mengawali bulan itu jangan dengan marah‟

(D2/RWS/1/03/2016)

Penerapan analisis menggunakan BUL dapat menjawab bentuk campur

kode data di atas adalah sebagai berikut. Pada data tersebut terdapat tuturan yang

dapat dibagi dalam bentuk bagi unsur langsung sebagai berikut. Tuturan pertama,

mengawali bulan „mengawali bulan itu‟, tuturan kedua ki aja karo pegel „jangan

dengan marah‟.

Selanjutnya pada tuturan pertama mengawali bulan „mengawali bulan itu‟

terdapat campur kode berupa frase yaitu mengawali bulan yang berasal dari

bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode yang terjadi pada data

tersebut merupakan campur kode ke dalam atau internal code-mixing karena

campur kode yang digunakan berasal dari bahasa Indonesia yang digunakan di

luar bahasa yang digunakan (Jawa).

Data (3)

Dul :“Halah halah lah..”

„Halah halah lah...‟

Menik :“Ngko kan lek misale diawali dengan pegel kan gak baik kedepannya,

cie...kaya psikolog”

„Nanti kalau misalnya diawali dengan marah kan tidak baik kedepannya,

cie seperti psikolog‟

(D3/RWS/1/03/2016)

Setting tuturan ini terjadi atau berlangsung di dalam studio siaran Radio Wijang

Songko Kota Kediri.

Participants, peristiwa tersebut ada dua pastisipan yaitu O1 (Lik Dul) sebagai

penutur dan O2 (Menik) sebagai mitra tutur.

Ends, tujuan dari peristiwa tutur tersebut O1 menjelaskan bahwa jika mengawali

bulan baru dengan marah-marah akan berakhir tidak baik, kemudian O2

menyadari bahwa tuturannya seperti psikolog (ahli tingkah laku dan mental).

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

27

Act sequences, bentuk ujaran yang digunakan secara lisan dan secara bergantian.

Hubungan antara pembicaraan dan topik saling berkaitan.

Key, tuturan disampaikan dengan jelas, karena ingin menjelaskan yang diinginkan

oleh penutur, penutur dan mitra tutur juga sudah saling mengenal lama. Cara

penyampaian tuturan juga secara santai dan komunikatif.

Instrumentalities, jalur yang digunakan adalah jalur lisan yaitu keduanya berada

pada tempat yang sama dalam melakukan siaran.

Norms of interaction and interpretation, aturan yang dilakukan dalam interaksi

tersebut yaitu menanggapi satu sama lain antara penutur dan mitra tutur.

Genres, penyampaian pada peristiwa tutur tersebut berupa percakapan yang

dilakukan secara bergantian antara penutur dan mitra tutur.

Fungsi campur kode pada data (D3/RWS/1/03/2016) di atas untuk

mempengaruhi pembicaraan agar mudah dimengerti dan lebih komunikatif.

Faktor yang melatarbelakangi penggunaan campur kode karena adanya keadaan

sosial penutur dan faktor kebiasaan, kemudian penggunaan campur kode misale

diawali dengan, gak baik kedepannya, dan psikolog ini dikarenakan Menik

sebagai penutur bisa dikatakan masih relatif muda dan juga dalam berkomunikasi

sehari-hari penutur lebih sering atau terbiasa dengan penggunaan bahasa

Indonesia dalam berkomunikasi dengan orang lain. Latar belakang campur kode

ini yaitu faktor kebiasaan dan identifikasi sosial dari penutur.

7. Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil penyajian data pada penelitian ini berupa data deskriptif yang

diperoleh dari data yang digunakan sebagai bahan penelitian. Data tersebut berupa

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

28

tuturan yang berbentuk data tulis yang berkaitan dengan penggunaan campur

kode.

Metode penyajian data disebut dengan metode penyajian kaidah yang

terdiri dari metode penyajian informal dan metode penyajian formal. Metode

penyajian informal adalah bentuk penyajian data berupa uraian berwujud kalimat-

kalimat yang diikuti pemerian secara terperinci, sedangkan metode penyajian

secara formal yaitu dengan perumusan yang menggunakan tanda dan lambang-

lambang atau an artifical language, antara lain tanda kurung biasa ((..)); tanda

garis miring (/); tanda petik („....‟) untuk menampilkan hasil terjemahan data yang

berupa bahasa Jawa ke Indonesia (Sudaryanto, 1993: 144-145).

Penyajian hasil analisis data pada penelitian ini adalah ada yang berupa

campur kode dalam bahasa Jawa siaran acara Hello Dangdut (HelDa) radio

Wijang Songko Kota Kediri yang didasarkan pada bentuk campur kode, fungsi

campur kode, dan faktor yang melatarbelakangi penggunaan campur kode.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · dikarenakan pembawa acara memiliki rasa humor yang tinggi sehingga menimbulkan lelucon atau guyonan yang dapat membuat para pendengar merasa

29

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bab yaitu:

Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian teori,

metode penelitian, sistematika penulisan.

Bab II Analisis Data, berisi tentang bentuk campur kode, fungsi campur

kode serta faktor yang melatarbelakangi campur kode dalam acara Hello Dangdut

(HelDa) radio Wijang Songko FM Kota Kediri.

Bab III Penutup, berisi tentang simpulan dan saran dari hasil penelitian

yang telah dilakukan.