24
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesisir dalam geografi dunia merupakan tempat yang sangat unik. Di tempat ini air tawar dan air asin bertemu seperti yang dinyatakan ”Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” (QS. Ar-Rahman: 19 - 20). Ayat Al-quran lainnya menyatakan ‘‘ Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (QS. Al-Furqaan: 53). Kenyataan ini menjadikan pesisir kaya akan ekosistem yang memiliki keaneka ragaman dan aktivitas manusia yang sangat produktif. Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (Dinas Kelautan dan Perikanan Bone Bololango, 2011) menyebutkan garis pantai yang mengelilingi daratan Indonesia saat ini adalah sekitar 104.000 km. Angka ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki garis pantai tropis terpanjang atau terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Dahuri (1996) menyatakan tidak semua pantai di Indonesia berbentuk beach, karena beach merupakan tempat daerah akumulasi dari sedimen lepas seperti diantaranya kerikil dan pasir. Kadang- kadang hanya sampai pada batas backshore ( yaitu daerah pasang tertinggi sampai daerah tertinggi terkena ombak ) dan bahkan pada batas foreshore (yaitu antara daerah pasang tersurut sampai daerah pasang ). Tidak semua pantai di Indonesia terdiri atas pasir (beach). Terdapat pula pantai dengan gelombang dan arus pantainya sangat kuat sehingga proses sedimentasi kerikil, pasir dan lainnya hanyut lebih cepat dari sedimen yang terbawa ke pinggir pantai. Pulau Sulawesi merupakan bagian dari wilayah Indonesia dikenal sebagai gerbang ekonomi dari Asia Timur dan kawasan Pasifik, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

  • Upload
    buinga

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesisir dalam geografi dunia merupakan tempat yang sangat unik. Di

tempat ini air tawar dan air asin bertemu seperti yang dinyatakan ”Dia

membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara

keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” (QS. Ar-Rahman: 19 -

20). Ayat Al-quran lainnya menyatakan ‘‘ Dialah yang membiarkan dua laut

yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi

pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”

(QS. Al-Furqaan: 53). Kenyataan ini menjadikan pesisir kaya akan ekosistem

yang memiliki keaneka ragaman dan aktivitas manusia yang sangat produktif.

Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (Dinas Kelautan dan

Perikanan Bone Bololango, 2011) menyebutkan garis pantai yang mengelilingi

daratan Indonesia saat ini adalah sekitar 104.000 km. Angka ini menjadikan

Indonesia sebagai negara yang memiliki garis pantai tropis terpanjang atau

terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Dahuri (1996) menyatakan tidak semua

pantai di Indonesia berbentuk beach, karena beach merupakan tempat daerah

akumulasi dari sedimen lepas seperti diantaranya kerikil dan pasir. Kadang-

kadang hanya sampai pada batas backshore ( yaitu daerah pasang tertinggi sampai

daerah tertinggi terkena ombak ) dan bahkan pada batas foreshore (yaitu antara

daerah pasang tersurut sampai daerah pasang ). Tidak semua pantai di Indonesia

terdiri atas pasir (beach). Terdapat pula pantai dengan gelombang dan arus

pantainya sangat kuat sehingga proses sedimentasi kerikil, pasir dan lainnya

hanyut lebih cepat dari sedimen yang terbawa ke pinggir pantai.

Pulau Sulawesi merupakan bagian dari wilayah Indonesia dikenal sebagai

gerbang ekonomi dari Asia Timur dan kawasan Pasifik, yang dapat

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

2

menghubungkan tiga jalur laut internasional. Dua jalur diantaranya melewati

bagian Timur dan Barat Sulawesi yang didukung oleh dua bandara Internasional

(Bandara Hasanuddin di Makassar dan Bandara Sam Ratulangi di Manado).

Pelabuhan Internasional Makassar di Sulawesi Selatan dan Bitung di Sulawesi

Utara. Pulau Sulawesi terdiri atas enam (6) provinsi yaitu Provinsi Sulawesi

Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat

dan Gorontalo. Provinsi-provinsi ini memiliki daya saing relatif di atas rata-rata

nasional. Pulau Sulawesi memiliki Teluk yang terkenal bukan hanya di dalam

negeri tetapi juga di mancanegara yakni Teluk Tomini.

Teluk Tomini satu-satunya teluk di dunia yang dilewati oleh garis

khatulistiwa dan berbatasan langsung dengan tiga provinsi yakni Sulawesi Utara,

Sulawesi Tengah, dan Gorontalo. Teluk Tomini terletak di tengah-tengah Coral

Triangle (Pusat Biodiversiti Karang Dunia). Provinsi Gorontalo, merupakan

salah satu provinsi baru di Pulau Sulawesi (dibentuk berdasarkan UU No.38

Tahun 2000 dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah

tanggal 16 Februari 2001). Luas wilayahnya mencapai 11.967,64 km². Provinsi

Gorontalo dibandingkan dengan wilayah Indonesia lain, memiliki luas wilayahnya

sebesar 0,63 % (BPS Provinsi Gorontalo, 2011). Provinsi Gorontalo memiliki

historis yang unik, adat dan budaya yang terbuka. Kelemahan yang ada saat ini

antar lain potensi budayanya belum dikembangkan untuk mendukung kegiatan

pariwisata. Partisipasi masyarakat dalam bidang pariwisata cukup baik, namun

masih belum optimal. Belum terdapat paket-paket wisata dengan atraksi dan

informasi yang jelas. Promosi mengenai kawasan dan objek wisata sebagai tujuan

pariwisata belum optimal. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwisata

juga belum memadai. Berdasarkan survei lapangan yang dilakukan peneliti tahun

2010-2012 kehidupan masyarakat pesisir Gorontalo masih tradisional dan perlu

ditingkatkan kesejahteraannya khususnya di Perairan Olele.

Perkembangan Provinsi Gorontalo dari tahun ke tahun cukup pesat

sehingga berdampak pada konsekuensi positif dan negatif baik bagi masyarakat

maupun bagi lingkungan. Fokus program pemerintah Provinsi Gorontalo bertitik

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

3

pada tiga program unggulan: 1) pengembangan pertanian berupa jagung

(agropolitan), 2) perikanan dan kelautan (etalase perikanan), 3) pengembangan

sumberdaya manusia (Balihristi, 2008). Keragaman potensi budaya hanyalah

merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki. Provinsi Gorontalo juga kaya akan

sumberdaya alam lautnya. Keindahan dan potensi lautnya begitu besar, namun

masih kurang pemanfaatan dan pemeliharaannya, terutama di sekitar wilayah

pesisirnya. Kenyataan ini terlihat dengan kurangnya ketersediaan akses / jaringan

jalan (transportasi), dan sarana - prasarana lainnya di berbagai tempat yang

potensial terutama di bidang kelautan serta kurangnya pemeliharaan lingkungan

pesisir.

Daya tarik potensi alam laut dan budaya, tidak akan memberikan manfaat

maksimal bagi pengembangan wilayah, jika potensi alam termasuk lingkungan

laut tidak dimanfaatkan, dikelola dan dipelihara secara berkelanjutan. Akses

transportasi sangat penting untuk menghubungkan antarprovinsi/antar kabupaten /

kota atau antarkawasan, sehingga mudah dijangkau. Khusus tentang kondisi

masyarakat pesisir di Provinsi Gorontalo terdapat beberapa hal.

1. Kurangnya sarana produksi perikanan dan penunjang lainnya (alat tangkap

dan armada tangkap, cool box, sarana pengolahan) yang dimiliki oleh

nelayan, masih tingginya kebutuhan es, kurangnya pasokan listrik dan

masalah bahan bakar minyak (BBM) pada sentra-sentra produksi dan

lainnya.

2. Sumberdaya ikan (SDI) pada daerah pesisir, sudah mulai menurun akibat

ilegal fishing .

3. Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan yang

memadai.

4. Kurangnya infrastruktur dasar lainnya seperti akses jalan, sarana air bersih,

sanitasi dan rumah layak huni.

5. Rendahnya akses pasar produk hasil perikanan.

6. Kurangnya akses permodalan bagi nelayan dalam peningkatan usahanya

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

4

Pemerintah Provinsi Gorontalo menjadikan Gorontalo sebagai daerah wisata

bahari utama di Kawasan Timur Indonesia yang berbeda dengan wisata bahari

Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Tujuan ini untuk mencapai salah satu

program unggulan daerah Provinsi Gorontalo. Secara ideal ada empat (4) hal

yang harus dipertimbangkan dalam pengelolaan wisata bahari utama di Provinsi

Gorontalo. Hal ini mengingat masyarakat pesisir di Gorontalo sangat bergantung

kehidupannya dan dekat dengan laut.

1) Pengembangan pariwisata Provinsi Gorontalo hendaknya menyelaraskan

antara kegiatan pariwisata dengan kegiatan konservasi pesisirnya dengan

dukungan budaya masyarakat lokal dan menjaga keberadaan taman laut,

kekayaan laut dan kehidupan sekitar wilayahnya. Ambo (2011) menyatakan,

jika pemerintah dan masyarakat berhasil mengembangkan ekowisata pesisir

dan laut, maka akan diperoleh tiga manfaat sekaligus. Tiga manfaat itu yakni

kelestarian sumberdaya pesisir dan laut terjamin, kesejahteraan meningkat

dan hal penting lainnya, yaitu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk

konservasi sumberdaya pesisir dan laut, karena kelestarian sumberdaya laut

akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik.

2) Masyarakat di sekitar kawasan konservasi dan wilayah wisata bahari adalah

ujung tombak pelaksanaan strategi pengelolaan kawasan konservasi dan

wisata bahari. Wilayah pesisir dan lautan sebagai satu kesatuan dan modal

sebuah wisata bahari tidak bisa lepas dan berdiri sendiri dalam

perencanaannya. Wilayah dan lautan Indonesia termasuk di wilayah Taman

Konservasi Olele, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo memiliki

beragam sumber daya dan kaya akan berbagai keindahan laut serta jenis

hewan dan tumbuhan bawah laut. Berbagai sumberdaya laut ini merupakan

sebuah potensi besar yang harus dikembangkan baik untuk sumber daya

hewani dan juga memiliki fungsi lain seperti rekreasi, pariwisata, dan

penelitian. Wilayah lain memiliki fungsi seperti transportasi, pelabuhan,

kawasan industri, agrobisnis dan agroindustri. Permasalahan yang ada baik

secara aktual maupun potensial harus diketahui untuk dapat memaksimalkan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

5

keragaman potensi tersebut. Permasalahan selanjutnya dapat diselesaikan jika

data dan informasi tentang potensi pembangunan yang ada dikelola agar

dapat diselesaikan.

3) Usaha pengelolaan sebuah wilayah pesisir, memerlukan pemahaman tentang

kehidupan masyarakat di sekitar wilayah pesisir. Pada kasus ini di Desa

Olele, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, perencana tidak

hanya mempertimbangkan komunitas yang bergerak di sektor perikanan

(nelayan) saja. Pemerintah juga melihat hubungan sosial kemasyarakatan

satu sama lain seperti pedagang, petani, pegawai dan bidang lainnya yang

saling mempengaruhi dalam aktivitas ekonomi. Berbagai unsur sosial

dimasyarakat adalah sosok komunitas yang menjadi penentu dalam

pengelolaan masa depan sebuah wilayah pesisir serta potensi pesisir dan

kelautan itu sendiri.

4) Desa Olele dan sekitarnya telah ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Laut

Daerah / KKLD, karena memiliki kekayaan taman laut yang disebut dengan

Taman Konservasi Laut Olele.

Berdasarkan alasan - alasan inilah, maka peneliti mengambil tema

penelitian tentang “Pengelolaan Kawasan Pesisir Berbasis Masyarakat di Taman

Konservasi Laut Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango

Provinsi Gorontalo”. Hasil penelitian ini berguna sebagai acuan dalam

pengelolaan sumberdaya pesisir untuk menjaga kelestarian Taman Konservasi

Laut Olele khususnya dan taman laut lainnya guna mendukung pemanfaatan dan

pemeliharaa sumberdaya pesisir yang berkelanjutan. Keberlanjutan wilayah

pesisir bermanfaat dalam rangka pengembangan wilayah dan peningkatan

kesejahteraan. Manfaat itu semua untuk mencapai sebuah perubahan di segala

bidang serta pencapaian tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir yang lebih baik.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

6

1.2. Rumusan Masalah

Provinsi Gorontalo memiliki gerakan pembangunan yang agresif dalam

pemanfaatan pengelolaan wilayahnya, namun potensi pesisir masih perlu

dikembangkan lagi secara maksimal. Pengelolaan yang maksimal itu perlu

menjaga dan melindungi sumberdaya alam yang menjadi salah satu andalan

pembangunanannya. Provinsi Gorontalo merupakan wilayah perairan yang

memiliki dua wilayah pesisir dan laut, yaitu wilayah Utara Gorontalo , berhadapan

dengan perairan Laut Sulawesi (panjang garis pantai 270 km dan luas teritorial

310 km2). Wilayah Selatan berhadapan langsung dengan perairan Teluk Tomini

(panjang garis pantai 320 km dan luas teritorial 7,4 km2). Kelestarian alam dan

modal kelautan yang dimiliki ini perlu dijaga. Kondisi perairan Provinsi

Gorontalo menjadi hal yang strategis bagi pengembangan perikanan dan kelautan.

Peneliti merasa penting untuk menemukan cara bagaimana menjaganya lewat

kegiatan konservasi berbasis masyarakat di pesisir khususnya di kawasan Taman

Konservasi Olele dengan melibatkan masyarakatnya.

Potensi wisata bahari di Provinsi Gorontalo penting dikembangkan lewat

kegiatan konservasi di pesisir sebagai salah satu strategi mengembangkan

wilayahnya secara keseluruhan. Strategi pembangunan itu salah satunya adalah

dengan menyusun model pemanfaatan dan pengelolaan konservsi berbasis

masyarakat di pesisir Desa Olele guna mendukung kegiatan ekowisata bahari

yang berkelanjutan. Sebaliknya potensi bahari menjadi sebuah rangkaian objek

wisata bahari dengan bermodalkan pada potensi yang ada pada masyarakat sekitar

pesisir kawasan wisata baharinya. Aktivitas ini guna mendukung kegiatan

konservasi laut dan pesisir bagi keberlanjutan ekosistem dan lingkungan di

kawasan Taman Konservasi Olele. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat

dirumuskan masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Provinsi Gorontalo merupakan salah satu representasi provinsi dari hasil

pemekaran. Provinsi Gorontalo belum memiliki cukup data dan kurangnya

kesiapan masyarakat untuk dijadikan dasar bagi pengelolaan taman

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

7

konservasi sumberdaya pesisir. Pengelolaan ini untuk menunjang

pengembangan potensi usaha wisata bahari dan konservasi laut khususnya di

kawasan Taman Konservasi Laut Olele, Kecamatan Kabila Bone Kabupaten

Bone Bolango.

2. Partisipasi masyarakat dalam usaha menjadikan Taman Konservasi Laut Olele

sebagai salah satu kawasan konservasi laut daerah perlu ditingkatkan.

Peningkatan itu bertujuan untuk menjadikan wilayah Taman Konservasi Laut

Olele sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam menjalani

kesehariannya. Diperlukan kajian yang dapat menghasilkan temuan untuk

memberikan masukan dalam pengelolaan kebijakan konservasi perairan laut.

Temuan ini dapat juga memberikan manfaat bagi wilayah lain dengan masalah

yang hampir sejenis.

3. Salah satu langkah pembangunan, khususnya untuk menunjang program

konservasi kawasan laut daerah, adalah dengan mengembangkan sebuah

pengelolaan ekosistem di pesisir yang berbasis masyarakat. Masalahnya,

masih diperlukan kajian pengelolaan taman konservasi berbasis masyarakat di

pesisir yang sesuai dengan tipologi masyarakat agar dapat diketahui

manfaatnya dan dapat dilaksanakan dalam pengelolaannya.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Konservasi pesisir dan ekowisata bahari merupakan bentuk usaha dan

kegiatan yang menggunakan dan memanfaatkan potensi lingkungan pantai

sebagai daya tarik utama apalagi pada ekowisata bahari. Usaha konservasi di

pesisir laut penting untuk menunjang kelestarian dan kekayaan laut sebuah

wilayah sedangkan ekowisata bahari sangat penting bagi kehidupan manusia guna

memenuhi kebutuhan dasarnya. Berekreasi atau sekedar untuk mengembangkan

hobi (kesenangan), atau ingin mengetahui, mengamati perairan pantai beserta

daratannya akan keindahan dan keanekaragaman hayati merupakan salah satu

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

8

bentuk kebutuhan manusia. Kenyataannya masyarakat masih kurang menyadari

dampak pentingnya konservasi laut dan ekowisata bahari bagi pengembangan

suatu daerah. Pertanyaan yang muncul adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana potensi sumberdaya di Kawasan Pesisir Taman Konservasi Olele

Kabupaten Bone Bolango?

2. Mengapa masyarakat pesisir di kawasan Taman Konservasi Olele, belum

dapat memanfaatkan potensi wilayah demi kesejahteraan hidupnya?

3. Mengapa partisipasi masyarakat di sekitar kawasan pesisir Taman Konservasi

Olele dalam mengkonservasi taman lautnya yang kaya akan terumbu karang

dan sumberdaya lainnya belum maksimal?

4. Bagaimana model pengelolaan di kawasan pesisir Taman Konservasi Olele,

Kabupaten Bone Bolango agar pemberdayaan wilayah tersebut dapat

diakselerasikan?

1.4. Tujuan Penelitian

Secara rinci tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menginventarisasi potensi sumberdaya pesisir di daerah penelitian yang

memiliki keaneragaman biota laut.

2. Mengkaji optimalisasi pemanfaatan SDA Taman Konservasi Laut Olele

berbasis masyarakat pesisir dalam mensejahterakan kehidupannya.

3. Mengkaji alasan kurangnya partisipasi masyarakat Pesisir Olele dalam

mengkonservasi taman laut terhadap potensi terumbu karang dan kelestarian

lingkungan.

4. Menyusun model pengelolaan kawasan pesisir Taman Konservasi Laut Olele

berbasis masyarakat sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah / KKLD.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

9

1.5. Sasaran Penelitian

Sasaran yang dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Inventarisasi potensi sumberdaya kawasan pesisir Taman Konservasi

Olele, Kabupaten Bone Bolango.

2. Kondisi penghidupan masyarakat dari sisi tipologi (sosial, ekonomi dan

budaya) di kawasan Pesisir Taman Konservasi Olele, Kabupaten Bone

Bolango Provinsi Gorontalo.

3. Partisipasi masyarakat di sekitar kawasan Pesisir Taman Konservasi

Olele dalam mengkonservasi taman lautnya yang kaya akan terumbu

karang dan wilayah pesisir guna mempertahankan hidupnya di kawasan

tersebut.

4. Model pengelolaan kawasan pesisir Taman Konservasi Laut Olele,

Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo.

1.6. Arti Penting Penelitian

Penelitian ini memberikan gambaran tentang potensi kawasan pesisir

yang memiliki kekayaan taman laut yang banyak terdapat batugamping,

terumbu terangkat dan batugamping klastik. Kekayaan lainnya di wilayah

penelitian ini juga terdapat jenis karang Montipora yang mendominasi

sebaran karang di Taman Konservasi Olele, diikuti oleh Acropora, Porites,

Fungia dan Pectinia. Penelitian ini memberikan gambaran di sebuah wilayah

timur Indonesia, tentang bagaimana partisipasi masyarakat dan upaya-upaya

masyarakat dalam menjaga kelestarian pesisir di sekitarnya. Penelitian ini

juga memberikan gambaran bagaimana sebaiknya pengelolaan kawasan

pesisir taman konservasi laut dilakukan bersama, antara stakehoulders di

kawasan Taman Konservasi Olele, Provinsi Gorontalo, Pulau Sulawesi.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

10

Penelitian ini dapat memberikan tambahan literatur penelitian mengenai

pengelolaan kawasan pesisir taman konservasi laut daerah bagi para akademisi

dan peneliti, khususnya akademisi dan peneliti di bidang social, ekologi dan

ekonomi masyarakat pesisir dan kelautan.

1.7. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan kegunaan sebagai berikut.

1. Bagi akademisi, sebagai perluasan wawasan dan mendorong penelitian lebih

lanjut tentang pengelolaan Taman Konservasi Laut Olele di Provinsi

Gorontalo.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh instansi terkait di Gorontalo

khususnya dan Indonesia pada umumnya sebagai bahan pertimbangan dalam

menyusun rencana kerja serta kebijakan yang mengarah pada pengelolaan

taman laut yang merupakan wilayah konservasi laut berbasis masyarakat .

3. Menambah koleksi/literatur karya penelitian tentang bentuk kebijakan pada

pengelolaan kawasan pesisir taman konservasi laut berbasis masyarakat yang

dapat digunakan sebagai dasar penelitian lanjutan ataupun sebagai bahan

perbandingan untuk penelitian yang akan datang.

1.8. Hasil Penelitian

1. Invetarisasi potensi sumberdaya pesisir di kawasan Taman Konservasi Laut

Olele, Bone Bolango, Provinsi Gorontalo

2. Kondisi masyarakat dalam pengelolaan Taman Konservasi Laut Olele Bone

Bolango Provinsi Gorontalo.

3. Kajian kondisi kehidupan dan bentuk partisipasi masyarakat di wilayah

penelitian

4. Model pengelolaan di kawasan Taman Konservasi Laut Olele sebagai

Kawasan Konservasi Laut Daerah yang terintegrasi secara spasial.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

11

1.9. Penelaahan Penelitian Sebelumnya

Berbagai penelitian telah dilakukan yang berhubungan dengan pengarahan

pengelolaan berbasis masyarakat di kawasan pesisir Taman Konservasi Olele.

Penelitian yang dilakukan menggunakan berbagai metode antara lain skalling,

skoring, deskriptif analitik, observasi, wawancara mendalam, interpretasi citra dan

foto udara, pendekatan SIG (Sistem Geografi Informasi) dan penginderaan jauh.

Penelitian tersebut yakni Supriatno, ( 2008 ) dilakukan di Provinsi Gorontalo.

Penelitian daerah lainnya di luar Pulau Sulawesi (Nurul Khakhim, 2008; Sunarto,

2004; Latif Sahubawa, 2000; Kosswara, 1993; Baiquni; 2007, Parikesit; 2000,

Rudi; 2003 dan Diaz, 2003). Para peneliti mengkaji mengapa dan bagaimana

kondisi pesisir laut dan metode pemanfaatannya.

Nurul Khakim, (2008), dengan pendekatan interpretasi data penginderaan

jauh dipadukan dengan pengolahan data spasial GIS dan survei lapangan. Khakim

menganalisis tipologi pantai berdasarkan parameter fisik lahan, potensi

pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir. Hasilnya berupa model pengembangan

wilayah pesisir berdasarkan tipologi fisiknya serta rekomendasi

pengembangannya. Penelitian Khakim dibandingkan dengan penelitian yang

dilakukan pada penelitian ini, terdapat perbedaan dan kesamaannya.

Kesamaannya yakni penelitian keduanya berada pada wilayah pesisir, sedangkan

perbedaannya pada tujuan dan metode yang dilakukan.

Latif Sahubawa (2000), bertujuan mengidentifikasi karakteristik limbah

hasil aktivitas manusia di pesisir teluk yang berpengaruh potensial terhadap

penurunan sifat oseonografi biofisik-kimia perairan laut Teluk Ambon.

Mengevaluasi perubahan sifat oseonografi biofisik–kimia perairan dalam kaitan

dengan penyimpangan persyaratan peruntukan sebagai tempat budidaya

perikanan. Mengevaluasi pengaruh penyimpangan persyaratan peruntukan badan

air laut terhadap potensi dan densitas ikan pelagis kecil, serta produksi ikan teri

pada musim timur dan barat. Metode yang digunakan yaitu survei, analisis

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

12

laboratorium, wawancara dan kuesioner. Analisisnya dengan kurva normal,

kuadrat kecil rancangan acak lengkap pola faktorial dan berblok dengan Uji-F.

Koefisien nilai nutrisi (KNN), produksi surplus, hidroakustik dan sedimentasi

utermohl. Terdapat banyak perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan

penelitian yang dilakukan peneliti mulai dari tujuan, metode hingga analisis yang

digunakan. Persamaannya adalah keduanya berkaitan dengan bidang kelautan.

Agus Dermawan (2007) mengkaji peraturan perundang-undangan dan

kebijakan pengelolaan kawasan konservasi laut. Mengidentifikasi faktor dominan

yang mempengaruhi pengelolaan Taman Nasional Bunaken dan daerah

perlindungan Laut Blongko. Memberikan rekomendasi alternatif kebijakan

pengelolaan kawasan konservasi laut yang menunjang perikanan. Persamaan pada

kedua penelitian ini yakni menemukan bentuk pengelolaan kawasan konservasi

bidang kelautan. Bedanya pada penelitian yang dilakukan oleh Agus Dermawan

fokus pada kawasan laut serta mengkaji peraturan perundang-undangannya,

sedangkan pada penelitian ini titik fokusnya di wilayah pesisir laut dengan melihat

partisipasi masyarakat.

Pemanfaatan sumberdaya laut dan pariwisata di Karimunjawa, Kajian

etnoekologi, Ahimsa, (2007) bertujuan memetakan sumberdaya di kawasan

Kepulauan Karimunjawa yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai

atraksi wisata. Penelitian ini mendeskripsikan berbagai pola kegiatan

kemasyarakatan yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya kelautan.

Merumuskan arah pengembangan kepariwisataan kawasan kepulauan

Karimunjawa yang berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah metode

partisipasi observasi dan wawancara mendalam. Hasilnya SDA (Sumber Daya

Alam) di Karimunjawa terdiri atas dua jenis yakni SDA daratan dan SDA

perairan. SDA daratan dan lautan belum dimanfaatkan maksimal untuk

meningkatkan kegiatan pariwisata. Sumber daya budayanya belum dikembangkan

untuk mendukung kegiatan pariwisata. Partisipasi masyarakat dalam bidang

pariwisata cukup baik, namun masih belum optimal. Belum terdapat paket-paket

wisata dengan atraksi dan informasi yang jelas. Promosi mengenai kawasan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

13

Karimunjawa sebagai tujuan pariwisata belum optimal. Terdapat beberapa

kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yakni pendekatan

secara Community Based, artinya masyarakat sebagai bagian yang diutamakan.

Bedanya pada penelitian ini adalah pada kegiatan konservasi pesisir dan strategi

pengelolaannya.

Koswara (1993) menggunakan metode pendekatan secara deskriptik

analitik, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan dengan metode

deskriptik kualitatif. Supriyatno Kusnadi (2008) bertujuan untuk

mengidentifikasikan faktor-faktor menentukan wisata bahari pada kawasan Olele

dalam Sistem klaster destinasi Provinsi Gorontalo. Menyusun arahan pola

kebijakan pengembangan wisata bahari pada Kawasan Olele dalam sistem klaster

destinasi Provinsi Gorontalo. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti bertujuan untuk menginventarisasi potensi dan partisipasi masyarakat

dalam upaya pengelolaan kawasan pesisir. Kesamaannya adalah kedua penelitian

ini menggunakan metode kualitatif dan pada jenis lokasi yang sama yakni wilayah

pesisir namun beda tempat .

Raditya Jati (2012) dalam penelitiannya yang berjudul model pengelolaan

wilayah kepesisiran secara terpadu untuk pengembangan sistem pendukung

keputusan perencanaan pembangunan kota pesisir berkelanjutan (kasus Kota

Semarang dan Kota Cilacap). Metode yang digunakan adalah survei dengan riset

partisipatif dan wawancara yang mendalam dengan para multipihak

(stakeholders). Analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitif dengan

membangun model untuk pengelolaan wilayah kepesisiran yang berkelanjutan

serta menginisiasikan model awal dalam mengintegrasikan sistem pembuat

keputusan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini memiliki metode

yang hampir sama, perbedaannya ada pada tahap analisis. Analisis yang

digunakan oleh Raditya (2012) adalah deskriptif kualitif dengan membangun

model untuk pengelolaan wilayah kepesisiran yang berkelanjutan serta

menginisiasikan model awal dalam mengintegrasikan sistem pembuat keputusan.

Penelitian ini metode yang digunakan yakni gabungan metode penelitian

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

14

deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data primer berupa potensi kekayaan alam,

potensi terumbu karang sebagai modal ekowisata bahari. Bentuk partisipasi

masyarakat diketahui melalui wawancara, diskusi kelompok, wawancara

mendalam, kuesioner dan survei lapangan. Data sekunder berupa hasil penelitian

dan data kependudukan dikumpulkan dari berbagai sumber yang ada. Data diolah

menurut Evaluasi Faktor Eksternal / EFE dan Evaluasi Faktor Internal /EFI lalu

dianalisis dengan Matriks SWOT. Data yang telah diolah disimpulkan dengan

Analisis Quantitative Strategies Planning Matrix /QSPM. Metode ini dilakukan

dengan pendekatan Rapid Rural Appraisal (RRA) dan Pendekatan Participatory

Rural Appraisal (PRA).

Penelitian Raditya ( 2012 ) hasil yang diperoleh berasal dari pemrograman

untuk pengambilan keputusan di Kota Semarang dan Kota Cilacap tidak jauh

berbeda. Skenario untuk pengembangan wilayah kepesisiran dengan skenario

pembangunan yang berkelanjutan menjadi fokus utama dalam penyelesaian

permasalahan wilayah kepesisiran. Mekanisme yang ada bersifat dari atas ke

bawah (top down) untuk penyelesaian yang bersifat kebijakan, misalnya mitigasi

bencana. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti hasilnya sangat berbeda, karena

tujuan yang hendak dicapai juga berbeda yakni. Hasilnya ekosistem pesisir utama

yang terdapat di Desa Olele adalah mayoritas terumbu karang. Kondisi terumbu

karang di Pantai Olele bervariasi dari kondisi cukup baik sampai baik (57.5 % –

70 %) yang didominasi oleh karang masif dengan ukuran koloni yang kecil.

Kehidupan masyarakat di Kawasan Konservasi Olele, belum mampu

memanfaatkan peluang utama berupa pasar ekowisata bahari yang terbuka.

Peluang lainnya berupa pengembangan sarana dan prasarana pesisir yang

berwawasan lingkungan serta dukungan dari pemerintah pusat dan daerah.

Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan Taman Konservasi Olele terlihat

dalam bentuk langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung seperti antusias

dalam mengikuti berbagai pertemuan, penyuluhan dan pembinaan. Keterlibatan

langsung yaitu masyarakat menjaga keamanan laut, ketertiban lingkungan,

mencegah kegiatan penangkapan ikan dengan bom ikan, pukat harimau,

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

15

perusakan terumbu karang serta bersedia memberikan tempat bagi wisatawan

untuk berganti pakaian karena belum adanya penginapan dan semacamnya di

kawasan Taman Konservasi Olele. Masyarakat menyediakan perahu untuk

digunakan oleh wisatawan serta membentuk kelompok untuk mengelola kawasan

konservasi Taman Konservasi Olele. Pengelolaan yang sesuai untuk kawasan

pesisir Taman Konservasi Olele adalah model pengelolaan secara kolaboratif

partisipatif. Model pengelolaan ini berupa konseptual. Rangkuman hasil-hasil

penelitian tentang laut dan pesisir selanjutnya bisa dilihat pada Tabel 1.1.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

16

Tabel 1.1 Ringkasan Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu Dan Yang Dilakukan, Untuk Menunjukkan perbedaan / Keaslian Penelitian Ini.

NO Judul Nama dan Tahun Tujuan Metode dan Analisis Hasil

1. Model pengembangan dan pengelolaan Wilayah Pesisir DIY berdasarkan tipologi fisik pesisir

Nurul Khakhim, 2008/ disertasi

Menganalisis tipologi pantai berdasarkan parameter fisik lahan, potensi pemanfaatan SD wilayah pesisir dan model pengembanagn wilayah pesisir berdasarkan tipologi fisiknya. Serta rekomendasi pengembangannya

Menggunakan pendekatan interpretasi data penginderaan jauh dipadukan dengan pengolahan data spasial GIS dan survei lapangan

Wilayah pesisir Kab. Bantul model yg sesuai adalah Managed realignment: mengatur kembali semua bangunan untuk menjauh dari garis pantai dan move seaword : memindahkan bentang alam alami spt gumuk pasir ke arah laut. Wilayah pesisisr kab.Kulonprogo, model yang sesuai adalah hold the line: membuat bangunan(talut) sepanjang garis pantai untuk menahan gelombang laut

2. Pembuangan limbah dalam perairan kaitannya dengan distribusi keruangan sifat oseonegrafi biofisik –kimia dan produksi ikan teri ( Stolephorus spp) Perairan Laut Teluk Ambon

Latif Sahubawa

2000/Disertasi

Identifikasi karakteristik limbah hasil aktivitas manusia di pesisir teluk yang berpengaruh potensial terhadap penurunan sifat oseonografi biofisik-kimia perairan laut Teluk Ambon, evaluasi perubahan sifat oseonografi biofisik –kimia perairana dalam kaitandengan penyimpangan persyaratan peruntukan sebagai tempat budidaya perikanan dan evaluasi pengaruh penyimpangan

Survei, analisis laboratorium, wawancara dan kuesioner, anilisisnya dengan kurva normal, kuadrat kecil rancangan acak lengkap pola faktorial dan berblok dengan Uji-F. Koefisien nilai nutrisi (KNN), produksi surplus,

Total limbah cair domestik yang dibuang ke perairan laut teluk Ambon: rata-rata 66,0 liter/orang/hari.

Tingkat eksploitasi sumber daya ikan pelagis kecil perairan teluk Ambon 30 % ( status sedang berkembang )

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

17

persyaratan peruntukan badan air laut terhadap potensi dan densitas ikan pelagis kecil, serta produksi ikan teri pada musim timur dan barat

hidroakustik dan sedimentasi utermohl.

3. Videografi sebagai alternatif sistem pemantauan wilayah pesisir yang murah

Catur Aries R (UGM), I Nyoman Jelun (UNTAG -Surabaya) / 2005

mengetahui terjadinya perubahan pada objek yang menjadi indokator kawasan pesisir

Arah perekaman kamera video (consumers grade) dapat dilakukan pada arah vertikal dengan menempatkan kamera pada wahana pesawat ringan dan pada pada arah pandangan miring (oblique) dari tepi pantai. Dari kedua teknik tersebut akan diperoleh citra hasil rekaman yang dapat diproses untuk kepentingan survei-pemetaan dan analisis fisik beberapa objek yang menjadi indikator bagi perubahan kawasan pesisir

Hasil pemrosesan video oblique dapat memberikan informasi bentuk 3 dimensi dari gelombang laut, pola perubahan sand-bar, bentuk garis pantai, dan pola aktivitas manusia di pantai. Sementara hasil pemrosesan video udara dapat memberikan citra orto-mosaik dan data DTM.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

18

4. Perubahan Fenomena Geomorfik daerah kepesisiran di sekeliling Gunungapi Muria Jawa Tengah (Kajian Paleogeomorfologi)

Sunarto/ 2004/

Disertasi

Mengetahui perubahan spasiotemporal fenomena morfologi Delta Wulan dari waktu ke waktu dan pengaruh perubahan tersebut terhadap pantai sekitarnya, mengetahui sebab-sebab perbedaan perkembangan beting gisik di daerah kepesisiran sebelah barat dan sebelah timur Gunungapi Muria serta mengetahui perkembangan spasiotemporal paleogeomorfologi daerah kepesisiran di sekeliling Gunungapi Muria.

Deskriptif –eksplanatori yang berusaha menginterpretasikan genesis dan evolusi sekuensial daearah kepesisiran di sekeliling Gunungapi Muria berdasarkan data morfologi Pantai, sedimen pantai,kelautan, dan penarikhan radiokarbon. Dengan menganalisis sebab akibat dan analogi melalui tingkat eksplanasi.

Hasil penelitian dapat digeneralisasi, bahwa daerah kepesisiran di sekeliling Gunungapi Muria telah terjadi perubahan fenomena geomorfik. Perubahan tersebut diakibatkan oleh dinamika iklim dan dinamika kepesisiran.Salah satu temuan itu: pembentukan dan perkembangan Delta Wulan. Selama 70 tahun(1925-1995) telah berubah bentuk arcuate menjadi digitate, mengalami perluasan rata – rata 0,393 km2//tahun. Panjang garis pantainya bertambah rata-rata 338,57 m/tahun. Panjang sungai utamanya bertambah rata-rata 72,86 m/tahun.

5. Kajian kebijakan pengelolaan kawasan konservasi laut yang menunjang perikanan berkelanjutan pada era otonomi daerah (kasus taman nasional Bunaken dan daerah perlindungan Laut Blongko, Sulut )

Agus Dermawan

2007/ Penelitian

Mengkaji peraturan perundang-undangan dan kebijakan pengelolaan kawasan konservasi laut, mengidentifikasi faktor dominan yang mempengaruhi pengelolaan taman nasional Bunaken dan daerah perlindungan Laut Blongko serta rekomendasi alternatif kebijakan pengelolaan kawasan konservasi laut yang menunjang perikanan berkelanjutan

Mengkaji dan menelaah undang-undang ttg pengelolaan kawasan konservasi laut

Merekomendasi alternatif kebijakan ynag tepat adalah dengan penguatan pengelolaan kawasan konservasi laut skala nasioanl dan lokal dalam satu kesatuan jaringan kawasan konservasi laut serta pengembangan pengelolaan zonasi Taman Nasional Bunaken dengan dukungan data ilmiah yang memadai dgn mempertimbangkan kepentingan dan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

19

6. Kajian Pengembangan Daerah perlindungan laut berbasis masyarakat (kasus Pulau Sekate, Batam Provinsi Kepulauan Riau)

Simon Boyke Sinaga,

2009/ Thesis

Mengetahui kondisi perairan dan perubahan ekosistem terumbu karang sebelum dan sesudah dijadikan DPL, mengkaji nilai ekonomi karang, mengkaji peran serta masyarakat dalam pengembangan DPL serta menentukan kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan konservasi terumbu karang secara terpadu dan berkelanjutan

Dengan pendekatan komprehensif

Hasil penelitian menunjukkan manfaat ekosistem terumbu karang di wilayah DPL pulau sekate memiliki manfaat langsung seperti perikanan.kondisi parameter keadaan kawasandapat mendukung untuk pertumbuhan karang secara alami.

7.. Aktivitas pembangunan secara koordinatif dan sinergis pada sektor pariwisata (kasus Johor, Batam,Singapura)

Koswara

1993 / Disertasi

Mempelajari berbagai alternatif dan cara kerja instansi-instansi terkait yang menyebabkan aktivitas pembangunan belum berjalan secara koordinatif dan sinergis.

Menelaah faktor-faktor determinan dan kendala yang di hadapi dalam menjalankan pembangunan pariwisata yang sinergis.

Dengan pendekatan deskriptif analitik dengan menggunakan data sekunder

Dalam kepariwisataan peran Singapura dan Johor sangat dominan, termasuk penentuan harga paket wisata.

8. Pemanfaatan sumberdaya laut dan Pariwisata di Karimunjawa,Kajian Etnoekologi

Putra, Heddy., Baiquni, M., Raharjana, Destha Titi., 2007/ Penelitian

Memetakan sumberdaya di kawasan kepulauan karimunjawa yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai atraksi wisata, Mendeskripsikan berbagai pola kegiatan kemasyarakatan yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya kelautan, Merumuskan arah pengembangan kepariwisataan kawasan Kepulauan Karimunjawa yang berkelanjutan

Partisipasi observasi dan wawancara mendalam

Partisipasi masyarakat dalam bidang pariwisata cukup baik, namun masih belum optimal. Belum terdapat paket-paket wisata dengan atraksi dan informasi yang jelas. Promosi mengenai kawasan Karimunjawa sebagai tujuan pariwisata belum optimal.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

20

9. Pola Perencanaan Wisata bahari kawasan Olele dalam sistem kluster destinasi Provinsi Gorontalo

Supriyatno Kusnadi

2008/ UGM

Mengidentifikasikan Faktor-faktor menentukan Wisata Bahari pada Kawasan Olele dalam Sistem Klaster Destinasi Provinsi Gorontalo, Menyusun Arahan Pola Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari pada Kawasan Olele dalam Sistem Klaster Destinasi Provinsi Gorontalo

Deskriptif kualitatif Kawasan Bahari Pantai Olele termasuk dalam kriteria Kawasan Andalan.

10. Permintaan Untuk Perjalanan Wisata Bahari Bagi Wisatawan di DIY

Parikesit, Danang., 2000/ Penelitian

Mencari potensi permintaan wisata bahari untuk wisata asing dan wisatawan nusantara terutama yang sedang mengunjungi Jogjakarta, Mencari faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan untuk mengunjungi objek wisata bahari dan hal lain yang penting, Mencari kebiasaan perjalanan wisata ketika wisatawan sedang menghadapi berbagai pilihan antara objek wisata dan wisata budaya.

Teknik stated preference

Hasil pemodelan menunjukkan bahwa kondisi kelengkapan sarana prasarana wisata, keragman atraksi dan waktu tempuh yang sama, probabilitas untuk memilih ODTW alam bahari adalah 47,7 % dan 9,98%. Hal ini menunjukkan bahwa DIY masih merupakan daerah yang penting untuk wisata budaya.

11. Model integrasi wisata perikanan di gugus pulau Batudaka kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah

Dwi Sulistiawati, 2011/ Disertasi

Menganalisis interaksi sifat ekologis perairan dan mengestimasi daya dukung lingkungan dan sumber daya kawasan gugus Pulau Batuda yang dapat dimanfaatikan bagi kegiatan Wisata dan perikanan berkelanjutan Merumuskan pengelolaan wisata perikanan yg terintegrsi secara spasial di Gugus Pulau Batudaka

Secara umum analisis data dilakukan secara bertahap yakni deskriptif, kolaborasi dan implementasi.

Keterkaitan sifat ekologis perairan menghasilkan kesesuaian ruang untuk wisata perikanan dan estimasi daya dukung kawasan gugus Pulau Batudaka masih layak untuk kegiatan wisata dengan kategori sangat sesuai.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

21

12.

Partisipasi masyarakat Wana ( Tau Taa Wana Bulang) dalam mengkonservasi hutan berdasar kearifan lokal di Provinsi Sulawesi Tengah.

Sahlan, 2011/ Disertasi

Mengidentifikasi strategi partisipasi kultural berdasarkan kearifan lokal yang dikembangkan oleh masyarakat Wana untuk berkelanjutan fungsi hutan dan komuditas hutan.

Metode Kuantitatif dan Kualitatif

Strategi masyarakat wana dalam melestarikan dan mempertahankan kearifan lokalnya adalah melanjutkan eksistensi hukum adat dan kerjasama dengan pemerintah melestarikan hutan, menggunakan kelembagaan adat untuk mengelola kerusakan hutan.

13. Environmental marketing pada ekowisata pesisir: menggerakkan ekonomi rakyat daerah otonom.

Rudy Aryanto

2003/ Disertasi

Mempelajari fenomena yang berkaitan dengan berbagai profil dan aktifitas wisata di Kawasan Ujung Genteng, Kabupaten Sukabumi.

Untuk mendapatkan inventarisasi dan pemetaan sumber daya alam digunakan metode pendekatan GIS dan teknologi penginderaan (inderjaya/remote sensing)

Untuk mempromosikan dan meningkatkan manfaat sumberdaya ekowisata secara berkelanjutan dan terintegrasi, maka Environmental Marketing , perlu dilakukan guna meningkatkan perekonomian dari komunitas lokal dengan program pengembangan Sustainopreneurs bidang wisata.

14.

Kajian spasial ekologis keruskan ekosistem terumbu karang akibat perilaku manusia di cagar alam/taman Laut Banda Provinsi Maluku

Muhamad Arief Hussein/ 2008/Disertasi

Mengidentifikasi berbagai faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pembentukan perilaku masyarakat bagaimana memperlakukan ekosistem terumbu karang, mengetahui kualitas dan potensi kerusakan terumbu karang, membuat zonasi serta memberikan alternativ pemberdayaan kegiatan usaha perikanan masyarakat

Metode dgn perhitungan analisis regresi linier berganda

Faktor sosial ekonomi secara signifikan memepengaruhi pada pembentukan manusia terhadap tingkat kualitas ekosistem terumbu karang

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

22

15. Strategi pembangunan berkelanjutan pada kawasan pesisir : peranan pariwisata Dalam pembangunan Wilayah Pesisir Lebih, Gianyar, Bali

I Wayan Lanang Nala/ 2012

Penelitian/Prosiding seminar nasional

Penelitian ini ingin mengetahui tentang strategi pembangunan yang berkelanjutan di kawasan pesisir Lebih., Provinsi Bali

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan melakukan observasi, wawancara, serta dokumentasi melalui literature yang berkaitan dengan pengembangan kawasan Lebih. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

diperlukan rencana pengembangan pariwisata yang tertuang dalam rencana induk pengembangan pariwisata daerah yang nantinya dapat dijadikan panduan dalam rangka pengembangan pariwisata secara lebih menyeluruh baik yang menyangkut program pemasaran maupun pengembangan sumberdaya manusia dan kelembagaan

16. Pengelolaan wilayah pesisir di Indonesia (studi kasus pengelolaan terumbu karang berbasis masyarakat di kepulauan Riau)

Yuniarti.

Karya tulis ilmiah

melihat sumberdaya pesisir yang ada di Kepulauan Riau

Survey lapangan dengan riset partisipasi lewat wawancara

ekosistem terumbu karang di Kepulauan Riau terbentang dipaparan dangkal hampir disemua pulau-pulau. Tipe terumbu yang terdapat dikepulauan riau umumnya berupa karang tepi (fringing reef). Kondisi terumbu karang di Kepulauan Riau bervariasi di suatu daerah ke daerah lain dengan kategori sedang hingga baik, meskipun ada beberap spot terumbu mempunyai kondisi karang yang buruk

17. Pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan

Abida Muttaqiena Dewi, Diah Ayu, Indriyani, Liris,

Mendeskripsikan konsep pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan. 2) Menjelaskan penerapan

Survei dan studi literatur yang berkaitan dengan bencana

Konsep pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan berfokus pada karakteristik

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

23

pascatsunami Aceh Desember 2004

Sa’adillah Fitri F. Dania

Karya Ilmiah

pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan di Aceh pascatsunami

tsunami. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

ekosistem pesisir yang bersangkutan, yang dikelola dengan memperhatikan aspek parameter lingkungan, konservasi, dan kualitas hidup masyarakat, selanjutnya diidentifikasi secara komprehensif dan terpadu melalui kerjasama Masyarakat, Ilmuwan &Pemerintah, untuk menemukan strategi-pengelolaan pesisir yang tepat.

18. Model pengelolaan wilayah kepesisiran secara terpadu untuk pengembangan sistem pendukung keputusan perencanaan pembangunan kota pesisir berkelanjutan (kasus Kota Semarang dan Kota Cilacap)

Raditya Jati/ UGM/ 2012\

Disertasi

Penelitian ini merupakan kajian kebutuhan untuk menuju wilayah kepesisiran di Kota Semarang dan Kota Cilacap di masa mendatang dengan tujuan mempelajari dan menyusun model pengelolaan wilayah kepesisiran secara terpadu untuk kota pesisir yang berkelanjutan khususnya mengenai lingkungan di daerah penelitian; dan mengembangkan suatu sistem model pengelolaan wilayah kepesisiran secara terpadu yang berkelanjutan untuk daerah penelitian sebagai masukan dalam sistem pendukung keputusan atau DSS

Metode yang digunakan adalah survei dengan riset partisipatif FGD dan wawancara yang mendalam dengan para multipihak (stakeholders). Analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitif dengan membangun model DPSIR untuk pengelolaan wilayah kepesisiran yang berkelanjutan serta meinisiasikan model awal dalam mengintegrasikan sistem pembuat keputusan.

Hasil yang diperoleh dari pemrograman untuk DSS di Kota Semarang dan Kota Cilacap tidak jauh berbeda. Skenario untuk pengembangan wilayah kepesisiran dengan skenario pembangunan yang berkelanjutan menjadi fokus utama dalam penyelesaian permasalahan wilayah kepesisiran. Meskipun demikian ada mekanisme yang bersifat dari atas ke bawah (top down) untuk penyelesaian yang bersifat kebijakan, misalnya mitigasi bencana.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - Gadjah Mada University | Theses and ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66722/potongan/S3-2013... · akan terjaga dengan sendirinya jika dikelola dengan baik

24

19. Pengelolaan Kawasan Pesisir Berbasis Masyarakat di Taman konservasi Laut Olele Kec. Kabila Bone, Kab.Bone Bolango Provinsi Gorontalo

Beby S.D Banteng /2013/Disertasi

1.Menginventarisir potensi sumberdaya pesisir di daerah penelitian.

2.Mengkaji alasan belum maksimalnya pemanfaatan SDA Taman Konservasi Olele, oleh masyarakat Pesisir Olele dalam mensejahterakan kehidupannya.

3.Mengkaji alasan kurangnya partisipasi masyarakat Pesisir Olele dalam mengkonservasi Taman lautnya yang kaya akan terumbu karang dan lingkungannya.

4. Menyusun model pengelolaan kawasan pesisir Taman Konservasi Olele sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah

Metode Kuantitatif dan Kualitatif. metode perumusan melalui tiga tahap ; A) Evaluasi Faktor Eksternal /EFE dan. Evaluasi Faktor Internal /EFI B) tahap analisis, dengan Analisa Matriks SWOT C) tahap keputusan dengan Analisis Quantitative Strategies Planning Matrix /QSPM dengan pendekatan metode RRA dan PRA

1)Taman Konservasi Olele berpotensi dibidang pendidikan, penelitian, pariwisata dan bioteknologi kelautan. Survei lapangan tahun 2010-2012 dan data sekunder menunjukkan terdapat ekosistem terumbu karang dalam kondisi cukup baik dengan keanekaragaman biota dalam kondisi cukup tinggi. Ekosistem pesisir itu utamanya adalah mayoritas terumbu karang. 2)Nelayan Pesisir Olele yang menguasai ilmu pengetahuan serta terlatih dalam perencanaan dan pengelolaan pemanfaatan wilayah pesisir dan laut terbatas. Persepsi sebagian masyarakat salah tentang lingkungan pesisir (wilayah pesisir dianggap sebagai daerah akhir tempat pembuangan sampah. 3) persepsi masyarakat terhadap pengelolaan pesisir dan terumbu karang masih sebatas pada kegiatan pemanfaatan saja. pengelolaan Taman Konservasi Olele berbasis pemerintah 4) pengelolaan yang sesuai untuk kawasan pesisir Taman Konservasi Laut Olele adalah model pengelolaan secara kolaboratif partisipatif.