Upload
lydung
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1 Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Tujuan pembangunan di bidang pendidikan di Indonesia, termuat dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yaitu bahwa
pendidikan nasional bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yangg beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Dengan kata lain pengembangan Sumber
Daya manusia berkualitas merupakan tujuan pendidikan nasional.
Ignas Kleden (2004:150) memberikan analisa kritis tentang pendidikan
nasional. Pertama, harus menciptakan masyarakat yang mempunyai kemampuan
berfikir logis dan bertindak logis. Kedua, pendidikan humaniora harus dibedakan
dari ilmu-ilmu humaniora dalam pengertian epistemologis, sehingga pendidikan
humaniora menekankan kualitas-kualitas manusiawi dari peserta didik. Ketiga,
pendidikan bukan hanya menciptakan orang dengan keahlian, tetapi orang-orang
dengan kemampuan belajar tinggi.
Belum ajegnya pencapaian mutu, khususnya sekolah tingkat menengah di
Indonsia dapat di lihat dari salah satu indikatornya, yaitu fluktuasi hasil UN
(Ujian Nasional) seperti terlihat dalam tabel berikut:
Table 1.1
Perkembangan UN Sekolah/Madrasah
Komponen SMP/MTS SMA/MA SMK
2009 2010 2009 2010 2009 2010
Peserta 3.437.117 3.605.163 1.517.013 1.522.156 706.832 863.679
Kelulusan (%) 94.82 90.27 93.74 89.88 93.85 88.82
Rerata Nilai 7.33 7.21 7.25 7.29 7.44 7.02
Sumber : BSNP (2010)
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Perkembangan teknologi dan bidang lain, menuntut sebuah lembaga
pendidikan (sekolah/madrasah) harus mampu menyeimbangkannya. Menurut
A.Wahab (2011:58) kehadiran sekolah unggul lebih disebabkan oleh tuntutan
kebutuhan masyarakat yang berkualitas karena (1) sekolah yang ada sekarang
dirasakan masih kurang dapat mengembangkan potensi dan kemampuan anak
secara optimal. (2) tuntutan dan tantangan terhadap kemampuan bersaing,
bersanding yang akan dihadapi anak dalam kehidupan pada millennium ketiga
(abad 21).(3) perubahan orientasi dan paradigma pembangunan yang kesemuanya
itu menjadi alasan yang kuat bagi kehadiran sistem sekolah unggulan. (4) era
globalisasi yang penuh dengan harapan dan sekaligus tantangan yang menuntut
setiap bangsa untuk berusaha keras untuk maju.
Menurunnya kualitas lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, erat
kaitannya dengan kurang berfungsinya lembaga-lembaga pendidikan dalam
menyiapkan masa depan generasi bangsa secara optimal. Kenyataan ini juga tidak
terlepaskan dari semua unsur pendidikan itu sendiri seperti peran orang tua murid,
guru, sarana prasarana, para manajer pendidikan dan stakeholders pendidikan
lainnya. Oleh karena itu perlu mempertimbangkan kemungkinan mencari
terobosan baru yang mampu mengangkat mutu pendidikan kita, khususnya
pendidikan menengah model yang merupakan input ke jenjang pendidikan
selanjutnya yang bermutu.
Cheng dan Tam (2007:245) menggambarkan bahwa reformasi pendidikan
di kawasan Asia dijelaskan dengan adanya tiga gelombang pergerakan
keunggulan pada sekolah-sekolah dengan model school effective dan school
improvement. Gelombang pertama berfokus pada keefektifan internal sekolah,
gelombang kedua pada antar muka keefektifan sekolah, dan gelombang ketiga
menekankan pada masa depan keefektifan sekolah. Ketiganya digambarkan
sebagai berikut :
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
Gambar 1.1
Tiga gelombang perubahan paradigma sekolah
Sumber : Cheng dan Tam (2007:268)
Efektifitas sekolah menunjukkan adanya proses perekayasaan berbagai
sumber dan metode yang diarahkan pada terjadinya pembelajaran di sekolah
secara optimal. Efektifitas sekolah merujuk pada pemberdayaan semua komponen
sekolah sebagai organisasi tempat belajar berdasarkan tugas pokok dan fungsinya
masing-masing dalam struktur program dengan tujuan agar siswa belajar dan
mencapai hasil yang telah ditetapkan yaitu memiliki kompetensi.
Tuntunan zaman dan perkembangan pengetahuan memunculkan lembaga-
lembaga pendidikan tingkat menengah yang sering disebut dengan sekolah
unggulan. Menurut Fatah (2012:113) yang disebut sekolah unggulan adalah
sekolah yang efektif menggunakan strategi peningkatan budaya mutu, strategi
pengembangan kesempatan belajar, stategi memelihara kendali mutu (quality
control), strategi penggunaan kekuasaan, pengetahuan dan informasi secara
efisien. Kemudian menurutnya juga ada beberapa indikator yang menunjukkan
Effective school
movements
Quality/competitive
School movements
World class school
movements
E Effectiveness
Q
Quality
R
Relevance
1980s – 1990s
Internal
effectiveness
1990s
Interface
effectiveness
2000s
future
effectiveness
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
sekolah unggul tersebut yaitu : (1) sekolah memiliki visi dan misi untuk meraih
prestasi/mutu yang tinggi, (2) semua personil sekolah memiliki komitmen yang
tinggi untuk berprestasi, (3) adanya program pengadaan staf sesuai dengan
perkembangan iptek, (4) adanya kendali mutu yang berkelanjutan (continus
quality improvement), serta (5) adanya komunikasi dan dukungan intensif dari
orang tua murid dan masyarakat.
Mengapa madrasah perlu mendapat perhatian yang memadai? Di samping
alasan-alasan etis dan tuntutan moral dalam berbangsa dan bernegara seperti
diamanatkan oleh UUD 1945, terdapat juga alasan praktis-pragmatis, yaitu bahwa
perbaikan terhadap madrasah lebih mudah dan murah (Rahim, 2003 : xv).
Setidaknya bila dilihat dari perspektif teori pendidikan Yunani Kuno, terdapat tiga
aspek pendidikan yaitu : Etika (akhlak), civic dan pengetahuan. Menurut Tafsir
(2003) kalau kita bandingkan madrasah dan sekolah umum pada tiga aspek
tersebut, maka madrasah, setidaknya secara teoritis, memenuhi dua aspek pertama,
sedangkan sekolah umum hanya aspek ketiga. Selanjutnya Tafsir menggambarkan
kondisi di atas sebagai berikut :
Table 1.2
Perbedaan aspek pendidikan
Lembaga Akhlak Civic Pengetahuan
Madrasah + + -
Sekolah Umum - - +
Sejalan dengan perkembangan Indonesia, madrasah sebagai lembaga
pendidikan Islam terus berkembang. Namun perkembangan itu cukup eksklusif, di
mana aksentuasi pada pengetahuan keagamaan (Islam) lebih diutamakan. Hal ini
yang menyebabkan perkembangan madrasah hanya ada pada kantong-kantong
masyarakat Islam. Ekspansi yang dilakukan pun hanya berkisar di daerah
pedesaan sedangkan di perkotaan sangat jarang. Oleh karena itu hingga saat ini
keberadaan madrasah lebih banyak di pedesaan daripada di perkotaan. Hal ini
memicu lambannya perkembangan madrasah, madrasah seakan jauh dari atmosfir
pembaruan sistem pendidikan, baik secara kelembagaan maupun sistem
pembelajaran.
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
Di samping konsekuensi di atas, eksistensi madrasah sebagai sebagai
lembaga pendidikan Islam pun mulai dipertanyakan masyarakat. Madrasah yang
pada awalnya akan mampu memunculkan ahli-ahli agama dan para pemimpin
Islam mulai diragukan.
Perbedaan mencolok antara madrasah dan sekolah-sekolah umum selain
dapat dilihat dari tradisi proses pembelajaran juga akses para alumni terhadap
perguruan tinggi dan dunia kerja. Tradisi proses pembelajaran di madrasah yang
lebih memperhatikan gaya-gaya tradisional di mana proses pembelajaran lebih
didominasi oleh para pendidik atau guru, juga diwarnai dengan kualitas tenaga
pengajar yang kurang memadai. Masih banyak tenaga pengajar yang mengajar
tidak sesuai dengan keahlian yang dimilikinya.
Berdasarkan hasil penelitian Tim Studi pengembangan Sub-sektor
Madrasah Kementerian Agama tahun 2003 ditemukan bahwa ada beberapa
ungkapan umum yang menunjukkan perbandingan keuntungan Madrasah
dibandingkan sekolah umum, yaitu :
1. Berakar kuat. Madrasah memiliki akar sejarah yang kuat dalam filosofi
pendidikan Indonesia, dengan alasan sejarah istilah Madrasah masih belum
ditingkatkan untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan, terlebih dalam
pengajaran agama Islam.
2. Madrasah di Indonesia adalah unik. Keunikan dari Madrasah bisa dilihat dari
sudut internasional maupun nasional. Secara internasional, Madrasah berbeda
dari Madrasah di luar negeri karena menyediakan pendidikan Islam secara
umum dibanding hanya pendidikan keagaamaan sendiri. Secara nasional,
mereka unik karena isinya, metodologinya, pendiriannya dan bantuan
keuangan yang berbeda dari sekolah umum.
3. Berkembang di masa krisis. Madrasah telah menunjukkan fleksibilitas yang
lebih besar daripada sekolah umum dalam mengatasi permasalahan krisis
moneter yang berkepanjangan. Sejumlah masyarakat yang signifikan
mengganggap bahwa Madrasah sebagai penyediaan jenis sekolah yang lebih
menarik untuk anak anak mereka selama tiga tahun, yang diindikasikan dengan
meningkatnya rata-rata jumlah murid di tiap tingkat Madrasah daripada
sekolah umum.
4. Pro miskin. Walaupun popularitas Madrasah semakin berkembang di kalangan
menengah maupun keatas masyarakat Islam, mayoritas Madrasah menyediakan
pendidikan dasar untuk masyarakat miskin dengan biaya yang sangat rendah.
5. Mendukung gender. Madrasah menyediakan pendidikan dengan bagian yang
lebih besar untuk perempuan dibandingkan sekolah umum pada semua tingkat.
Sebagian besar Madrasah adalah pendukung pendidikan, menerima siswa laki-
laki maupun perempuan.
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
6. Menyediakan nilai dan norma kesholehan sebagai jawaban terhadap tuntutan
keluarga. Sebagian besar muslim menganggap bahwa Madrasah menyediakan
pendidikan yang unggul karena kurikulum berbasis keagamaan dijadikan
sarana untuk mengilhami anak anak mereka dengan nilai dan norma
kesholehan, yang dianggap sebagai alat untuk melawan pengaruh negatif dari
globalisasi abad 21.
Dari keterangan-keterangan di atas nampak adanya persoalan mendasar
yang dihadapi madrasah. Persoalan-persoalan tersebut mulai dari kurikulum,
manajemen, tenaga pengajar, proses pembelajaran, sarana prasarana, adanya
persoalan atau konflik antara tradisi pemikiran dan pendidikan Islam dengan
modernitas, adanya anggapan negatif masyarakat terhadap madrasah, persoalan
kelembagaan hingga pada persoalan legalitas hukum keberadaan madrasah.
Hal di atas senada dengan laporan Ditjen Pendis (2011) yang menyatakan
bahwa tidak bisa dipungkiri madrasah mempunyai kekuatan dan potensi yang luar
biasa untuk menjadi lembaga pendidikan unggulan tetapi juga kelemahan di sisi
lainnya. Keunggulan yang dimiliki madrasah di antaranya adalah kekuatan di
lingkungan internalnya. Kekuatan internal dalam pendidikan madrasah yang
tersebar sampai ke pelosok terpencil adalah sifat kemandirian, muatan pelajaran
agama yang lebih banyak, tingginya semangat berkompetensi bagi pengelola
madrasah, dan mulai meningkatnya kualifikasi dan kompetensi guru.
Kelemahannya adalah sarana dan prasarana yang dirasa masih kurang memadai,
keterbatasan ruang kelas,kurang tersedianya sumber pembelajaran, perpustakaan
dan laboratorium, keterbatasan sumber dana, masih perlu ditingkatkannya
wawasan guru dalam bidang pedagogis dan pengembangan kurikulum, dan masih
ada guru yang miss match antara latar belakang pendidikan dengan pelajaran yang
diampunya. (Ditjen Pendis:2011)
Selain persoalan di atas jumlah madrasah yang begitu besar menjadi salah
satu pemicu keterpurukan kualitas madrasah itu sendiri. Berdasarkan data dari
Kementerian Agama RI tahun 2009/2010, jumlah lembaga yang terdata
sebagaimana table berikut :
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
Table 1.3
Jumlah madrasah tahun 2009/2010
No Nama Satuan Pendidikan Jumlah lembaga keterangan
1 Raudlatul Athfal (RA) 23.007 -
2 Madrasah Ibtidaiyah (MI) 22.239 (Negeri dan swasta)
3 Madrasah Tsanawiyah (MTs) 14.024 (Negeri dan swasta)
4 Madrasah Aliyah (MA) 5.897 (Negeri dan swasta)
Sumber : Ditjen Pendis Kemenag RI tahun 2011
Seperti lembaga pendidikan pada umumnya, madrasah juga merupakan
suatu institusi pendidikan yang didalamnya terdapat komponen guru, siswa, dan
staf administrasi yang masing-masing mempunyai tugas tertentu dalam
melancarkan program. Sebagai institusi pendidikan formal, madrasah dituntut
menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan akademis tertentu,
keterampilan, sikap dan mental, serta kepribadian lainnya sehingga mereka dapat
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja pada lapangan
pekerjaan yang membutuhkan keahlian dan keterampilannya.
Keberhasilan madrasah merupakan ukuran bersifat mikro yang didasarkan
pada tujuan dan sasaran pendidikan pada tingkat sekolah sejalan dengan tujuan
pendidikan nasional serta sejauhmana tujuan itu dapat dicapai pada periode
tertentu sesuai dengan lamanya pendidikan yang berlangsung di sekolah.
Berdasarkan sudut pandang keberhasilan sekolah tersebut, kemudian
dikenal madrasah efektif dan efisien yang mengacu pada sejauh mana sekolah
dapat mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan kata
lain, madrasah disebut efektif jika sekolah tersebut dapat mencapai apa yang telah
direncanakan. Pengertian umum madrasah efektif juga berkaitan dengan
perumusan apa yang harus dikerjakan dengan apa yang telah dicapai. Sehingga
suatu madrasah akan disebut efektif jika terdapat hubungan yang kuat antara apa
yang telah dirumuskan untuk dikerjakan dengan hasil-hasil yang dicapai oleh
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
sekolah, sebaliknya madrasah dikatakan tidak efektif bila hubungan tersebut
rendah (Getzel, dalam Azra, 2003)
Di samping itu madrasah sebagai salah satu lembaga penyedia jasa
pendidikan harus mampu memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat, walaupun
perhatian pemerintah terhadap keberadaan madrasah masih kurang. Berdasarkan
data base EMIS (Education Management System) pada tahun 2008 jumlah
Madrasah Aliyah sebanyak 4.678 dengan 86% swasta (Supriyoko, 2008). Kondisi
status kelembagaan madrasah ini dapat digunakan untuk membaca kualitas
madrasah secara keseluruhan, seperti keadaan guru, siswa, fisik dan fasilitas, serta
sarana pendukung lainnya, karena keberadaan lembaga-lembaga pendidikan dasar
dan menengah di tanah air pada umumnya tergantung kepada pemerintah.
Perkembangan jumlah siswa madrasah yang dari tahun ke tahun semakin
meningkat rata-rata sebesar 4,3%, sehingga berdasarkan data CIDES pada tahun
2006/2007 saja diperkirakan jumlah siswanya mencapai 5,5 juta orang dari sekitar
67 juta jumlah penduduk usia sekolah di Indonesia (Tobroni, 2007). Hal ini
disebabkan madrasah sebenarnya merupakan model lembaga pendidikan ideal
yang menawarkan keseimbangan hidup : iman-taqwa (imtaq) dan ilmu
pengetahuan-teknologi (iptek). Di samping itu, madrasah juga merupakan
lembaga pendidikan berbasis agama dan memiliki akar budaya yang kokoh di
masyarakat serta memiliki basis sosial yang jelas.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama RI tahun 2012 menyebutkan bahwa 91,4 % madrasah berstatus swasta,
dan hanya 8,6 % berstatus negeri. Ditambah lagi sebagian besar madrasah swasta
tersebar di daerah pedesaan dan hanya sebagian kecil yang ada di daerah
perkotaan. Dari dari madrasah swasta yang jumlahnya banyak tadi hanya sedikit
yang berstatus sebagai madrasah unggulan.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan di madrasah, Kementerian Agama
RI telah melakukan langkah-langkah pengembangan pendidikan melalui tiga pilar
yaitu : Pertama, perluasan akses dan pemerataan pendidikan. Kedua, peningkatan
mutu, relevansi dan daya saing pendidikan. Dan ketiga, penguatan tata kelola dan
pencitraan publik. Kementerian Agama juga mengembangkan program Madrasah
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
Aliyah Program Khusus (MAPK), Madrasah Model, Madrasah Unggulan,
Madrasah Terpadu, dan sebagainya.
Di samping itu upaya yang dilakukan oleh Negara/pemerintah, di samping
memberikan perhatian dalam pembiayaan dan subsidi juga menerbitkan sejumlah
kebijakan publik, baik berupa TAP MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden dan Keputusan Presiden, Keputusan Menteri dan SKB tingkat
Menteri. Beberapa kebijakan yang diterbitkan pemerintah itu, ada yang dinilai
oleh masyarakat sebagai kontroversial. Bahkan dari kebijakan Pemerintah
terhadap lembaga-lembaga pendidikan Islam itu dinilai sebagai memuat agenda
untuk mengubah lembaga-lembaga pendidikan Islam menjadi lembaga sekuler.
Tetapi kontroversi dan kesalah pahaman itu dapat diselesaikan, dicarikan solusi
melalui dialog dan musyawarah di antara Pemerintah dan komponen-komponen
masyarakat yang terlibat dalam penyelenggaan pendidikan Islam (Saridjo, 2011 :
86)
Data kualifikasi guru Madrasah Aliyah yang ada sampai tahun 2010 dapat
dilihat dalam table berikut :
Table 1.4
Kualifikasi guru Madrasah Aliyah
Tahun Madrasah Aliyah
< S1 ≥ S1
2004 25.369 65.073
2005 25.368 65.073
2006 26.913 69.791
2007 22.091 75.895
2008 25.885 86.525
2009 29.282 83.441
2010 28.760 93.147
Selain hal di atas, berdasarkan data EMIS tahun 2009/2010 angka putus
sekolah dan drop-out tingkat Madrasah Aliyah masih cukup tinggi, yakni sebesar
3.405 orang. Walaupun angka ini menunjukkan penurunan jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yaitu sebanyak 4.290 orang. Hal ini memerlukan
perhatian serius dalam menyiapkan sumber daya manusia yang unggul dan
program wajib belajar 12 tahun dapat segera terwujud.
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10
Peran kepemimpinan madrasah dalam rangka meningkatkan keefektifan
madrasah tidak hanya terfokus pada pengelolaan pembelajaran saja, akan tetapi
harus menyeluruh termasuk dimensi sosial budaya madrasah. Penelitian mengenai
peran kepemimpinan dalam mengembangkan budaya mutu yang mengarah pada
terbentuknya budaya madrasah yang kuat ternyata belum banyak dilakukan.
Sedangkan menurut Covey (2009:47) siswa sebagai objek dan sekaligus
subjek membutuhkan suatu pendidikan yang memenuhi kebutuhan pokok, yaitu :
1. Kebutuhan fisik : Keselamatan, kesehatan, makanan, latihan, tempat
perlindungan, dan kebersihan;
2. Kebutuhan Emosi social: Penerimaan, kebaikan, persahabatan dan hasrat untuk
mencintai dan dicintai;
3. Kebutuhan mental: pertumbuhan kecerdasan, kreativitas, dan tantangan yang
membangkitkan semangat;
4. Kebutuhan spiritual : sumbangan, arti dan keunikan
Kurang berfungsinya prinsip-prinsip manajemen dan lemahnya
kepemimpinan menjadikan pengelolaan di banyak madrasah Aliyah (terutama
swasta) kurang efektif. Begitu juga masih rendahnya komitmen SDM guru dan
staf Madrasah terhadap program pendidikan serta rendahnya partisipasi
masyarakat pada lembaga pendidikan, menjadikan madrasah seolah-olah hanya
formalitas saja. Hal ini berdampak sangat signifikan terhadap motivasi dan
prestasi siswa itu sendiri. Hal ini terlihat dalam raihan event-event internasional,
belum banyak yang berasal dari siswa Madrasah, walaupun beberapa event telah
diraih khususnya oleh MAN Insan cendekia. Seperti :
Table 1.5
Siswa Madrasah Berprestasi
No Nama Siswa Prestasi
1 Thariq Salafi
(MAN Insan Cendekia Serpong)
Peraih Medali Perak bidang Biologi pada
Olimpiade Tingkat Internasional di
Taiwan
2 Nabila Oktaviola
(MAN Insan Cendekia Serpong)
Peraih Medali Perak bidang Matematika
pada Olimpiade Tingkat Internasional di
Taiwan
3 Ahmad Faizi Ibadurrahman
(MAN Insan Cendekia Serpong)
Peraih Medali Emas bidang Kimia pada
Olimpiade tingkat Nasional di Manado
4 Gianlogi Grimaldi Maliar
(MAN Insan Cendekia Serpong)
Peraih Medali Emas bidang Astronomi
pada Olimpiade tingkat Nasional di
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11
Manado
5 M. Ali Muharram
(MAN Insan Cendekia Serpong)
Peraih medali Emas bidang Komputer
pada Olimpiade Tingkat Nasional di
Manado
6 Reza Putri Mahardika
(MTs N II Kediri)
Juara III Lomba Karya Ilmiah Remaja
LIPI ke-42 tahun 2011
Salah satu Madrasah Aliyah unggulan program Kementerian Agama
adalah MAN Insan Cendekia Serpong. Dalam pengantar buku Pedoman
Akademiknya (2012) disebutkan bahwa Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia
Serpong bertekad hadir sebagai bagian dari solusi bangsa yang menyiapkan kader
dengan pemimpin bangsa di masa depan yang sarat dengan keunggulan IPTEK
dan IMTAK. Dengan demikian MAN Insan Cendekia Serpong dapat memasok
kader bangsa yang siap membangkitkan kejayaan Indonesia masa depan dengan
keunggulan kehidupan di berbagai bidang.
Lebih dari itu MAN Insan Cendekia Serpong juga akan memberikan
sumbangsih kebangkitan bangsa dengan tetap terjaganya konservasi nilai
kebangsaan dan keagamaan. MAN Insan Cendekia Serpong setiap tahun
meluluskan siswanya dengan rata-rata nilai yang diraih dalam Ujian Akhir
Nasional (UAN) dengan grade A. Di samping itu MAN Insan Cendekia Serpong
aktif mengikuti kegiatan lomba, baik tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional,
dan internasional.
Di samping itu Madrasah Insan Cendekia Serpong Tangerang Selatan
Provinsi Banten, selain MAN Insan Cendekia di Gorontalo Sulawesi Utara,
merupakan proyek percontohan madrasah tingkat Aliyah (menengah atas) dari
Kementerian Agama Pusat. Di mana semua anggaran dan pengadaan serta
pemeliharaan fasilitasnya masuk dalam anggaran DIPA Kementerian Agama
pusat.
Madrasah efektif dan unggul khususnya model Madrasah Aliyah Negeri
Insan Cendekia Serpong, menjadi kebutuhan dan tuntutan masyarakat pada saat
ini. Walaupun secara makro ada permasalahan eksternal dan internal yang
menjadi kendala dalam pengembangan lembaga pendidikan Islam ini.
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12
B. Identifikasi dan Fokus Masalah
Mengelola pendidikan secara umum, lebih khusus lagi pendidikan Islam,
bukanlah pekerjaan mudah, apalagi yang dimaksud dengan mengelola tidak
sekadar dalam pengertian “mempertahankan” yang sudah ada, tetapi melakukan
pengembangan secara sistematik dan sistemik, yang mengikuti aspek ideologis
(visi dan misi) kelembagaan dan langkah operasionalnya serta mencerminkan
pertumbuhan (growth), perubahan (change), dan pembaruan (reform) (Fadjar,
1998 : 91). Kemudian menurut A.Fadjar juga, ketiga hal ini harus terus-menerus
dilakukan untuk mendinamiskan pendidikan Islam agar tetap relevan dengan
perubahan yang berlangsung dengan cepat.
Sebagaimana dalam kaidah yang sering dikutip untuk masalah ini yaitu:
المـحافـظـة على قـديـم الـصـالخ واألخـد على الـجـديـد األصـالح
“Melestarikan hal lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik”.
Meskipun dalam perkembangan sampai saat ini, madrasah tidak lagi
ekslusif dengan menerima fiqh dan hadis saja (Rahim, dkk, 2012: 20) tetapi
berbagai disiplin ilmu lainnya juga diterima. Namun dalam pelaksanan
pendidikannya masih sangat perlu dikembangkan.
Madrasah atau sekolah harus dipahami sebagai satu kesatuan sistem
pendidikan yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling bergantung satu
sama lain. Dengan demikian, pengembangan kompetensi pada diri siswa tidak
dapat diserahkan hanya pada kegiatan belajar-mengajar (KBM) di kelas,
melainkan juga pada iklim kehidupan dan budaya sekolah secara keseluruhan.
Setiap sekolah sebagai suatu kesatuan diharapkan mampu memberikan
pengalaman belajar kepada seluruh siswanya untuk menguasai keempat
kompetensi di atas sesuai dengan jenjang pendidikannya dan misi khusus yang
diembannya.
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
13
Secara teoritik, penilaian efektivitas sekolah perlu dilakukan dengan cara
mengkaji bagaimana seluruh komponen sekolah itu berinteraksi satu sama lain
secara terpadu dalam mendukung keempat kompetensi yang harus dikuasai oleh
siswa. Namun, pada praktiknya, pandangan yang holistik ini sulit
diimplementasikan secara sempurna karena keterbatasan pendekatan penilaian
yang dapat digunakan. Oleh karena itu, pengertian penilaian sekolah efektif
dirumuskan sebagai penilaian terhadap keoptimalan berfungsinya setiap
komponen sekolah dalam mendukung penguasaan kompetensi yang harus
dikuasai oleh siswa.
Kajian sejumlah literatur yang membahas tentang sekolah efektif akan
dijumpai rumusan pengertian yang bermacam-macam. Sekolah efektif adalah
sekolah yang semua sumber dayanya diorganisasikan dan dimanfaatkan untuk
menjamin semua siswa, tanpa memandang ras, jenis kelamin, maupun status
sosial-ekonomi, dapat mempelajari materi kurikulum yang esensial di sekolah itu.
Rumusan pengertian ini lebih diorientasikan pada pengoptimalan pencapaian
tujuan pendidikan sebagaimana termuat kurikulum.
Pengertian lain tentang sekolah efektif yakni sekolah efektif menunjukkan
pada kemampuan sekolah dalam menjalankan fungsinya secara maksimal, baik
fungsi ekonomis, fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya
maupun fungsi pendidikan. Fungsi ekonomis sekolah adalah memberi bekal
kepada siswa agar dapat melakukan aktivitas ekonomi sehingga dapat hidup
sejahtera. Fungsi sosial kemanusiaan sekolah adalah sebagai media bagi siswa
untuk beradaptasi dengan kehidupan masyarakat. Fungsi politis sekolah adalah
sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan tentang hak dan kewajiban
sebagai warga negara. Fungsi budaya adalah media untuk melakukan transmisi
dan transformasi budaya.
Berikut ini sebuah model sekolah yang efektif yang ditawarkan Jaap
Scheerens (2003 :52)
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
14
Gambar. 1.2
Aspek-aspek yang berkaitan dengan sekolah efektif
Dari beberapa identifikasi berkaitan dengan model sekolah efektif di atas,
peneliti menetapkan fokus masalah penelitian ini tentang: Bagaimana menjadikan
sebuah madrasah ideal sehingga menjadi sekolah efektif? Peneliti mengambil
studi kasus di Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong yang banyak
dijadikan rujukan oleh madrasah-madrasah lain.
Konteks
Hasil dorongan dari tingkat administrasi yang lebih tinggi
Pembangunan pembiayaan pendidikan
Variabel (ukuran sekolah, sarana, prasarana, komposisi OSIS, kategori sekolah, kota/desa
Tingkat Sekolah
Tingkat hasil orientasi kebijakan
Kepemimpinan pendidikan
Konsensus, rencana kerjasama guru-guru
Kualitas isi kurikulum sekolah dan susunan formal
Keadaan yang terancam
Evaluasi potensial
Out Put : Hasil belajar siswa disesuaikan dengan
Prestasi sebelumnya
Kecerdasan
Input :
Pengalaman guru
Kemajuan tiap siswa
Dukungan orang tua
Tingkat Kelas
Waktu latihan (termasuk PR)
Susunan pengajaran
Kesempatan belajar
Harapan yang tinggi akan kemajuan siswa
Tingkat evaluasi dan pengawasan perkembangan siswa
Penguatan
Proses
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
15
C. Pertanyaan Penelitian
Secara sederhana dapat dipahami bahwa kata efektif itu sendiri mengandung
pengertian tentang derajat pencapaian tujuan yang ditetapkan, maka upaya
perumusan konstruk dan indikator efektivitas sekolah tidak dapat dilepaskan dari
konsep tentang kemampuan (kompetensi) yang hendak dikembangkan melalui
pendidikan di sekolah. Dengan memperhatikan keberadaan madrasah sebagai
sebuah lembaga pendidikan, berbagai kelemahan yang berkembang di masyarakat,
dan dengan mempertimbangkan akar budaya masyarakat yang menjunjung tinggi
nilai-nilai Agama, maka madrasah di Indonesia seharusnya dikembangkan untuk
membantu siswanya menguasai kompetensi yang berguna bagi kehidupannya di
masa depan, yaitu: (1) Kompetensi keagamaan, meliputi pengetahuan, sikap dan
keterampilan keagamaan yang diperlukan untuk dapat menjalankan fungsi
manusia sebagai hamba Allah Yang Mahakuasa dalam kehidupan sehari-hari (2)
Kompetensi akademik, meliputi pengetahuan, sikap, kemampuan, dan
keterampilan yang diperlukan untuk dapat mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sesuai dengan jenjang pendidikannya. (3) Kompetensi
ekonomi, meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan untuk
dapat memenuhi kebutuhan ekonomi agar dapat hidup layak di dalam masyarakat.
(4) Kompetensi sosial pribadi, meliputi pengetahuan, sistem nilai, sikap dan
keterampilan untuk dapat hidup adaptif sebagai warga negara dan warga
masyarakat internasional yang demokratis.
Efektivitas sekolah pada dasarnya menunjukkan tingkat kesesuaiannya
antara hasil-hasil yang dicapai (achievements atau observed output) dengan hasil-
hasil yang diharapkan (objective targeta intended output) sebagaimana telah
ditetapkan. Abin Syamsuddin Makmun (1999:11)
Terkait dengan fokus penelitian tentang sekolah di atas, maka peneliti
merumuskan pertanyaan penelitian ini sebagai berikut:
1) Apakah tujuan madrasah dinyatakan secara jelas dan dapat diraih ?
2) Bagaimana kompetensi dan komitmen SDM (Kepala Sekolah, guru dan staf)
MAN Insan Cendekia Serpong ?
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
16
3) Bagaimana cara monitoring prestasi siswa dalam bidang akademik dan non
akademik di MAN Insan Cendekia Serpong?
4) Bagaimanakah partisipasi orang tua terhadap MAN Insan Cendekia Serpong?
5) Bagaimana tingkat orientasi kebijakan di MAN Insan Cendekia?
6) Bagaimana kepemimpinan kepala madrasah di MAN Insan Cendekia Serpong?
7) Bagaimanakah kurikulum dan evaluasi MAN Insan Cendekia Serpong?
8) Bagaimana budaya madrasah di MAN Insan Cendekia Serpong?
9) Bagaimana prestasi siswa bidang akademik dan non akademik di MAN Insan
Cendekia Serpong?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan amanat Undang-undang, pendidikan mempunyai posisi
strategis untuk meningkatkan kualitas, harkat dan martabat setiap warga negara
sebagai bangsa yang bermartabat dan berdaulat. Dalam konteks tersebut
pendidikan harus dilihat sebagai “alat sekaligus sarana” yang signifikan untuk
kemajuan sebuah bangsa.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memverifikasi, melukis-
jelaskan dan memaknai determinasi madrasah efektif di MAN Insan Cendekia
Serpong dalam mencapai keefektifan sekolah, terutama yang terkait dengan hal-
hal sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan kompetensi dan komitmen SDM (Kepala Sekolah, guru dan
staf) MAN Insan Cendekia Serpong, monitoring prestasi siswa dalam bidang
akademik dan non akademik di MAN Insan Cendekia Serpong, partisipasi
orang tua, orientasi kebijakan MAN Insan Cendekia, kepemimpinan kepala
madrasah, kurikulum dan evaluasi MAN Insan Cendekia Serpong, budaya
madrasah, dan prestasi siswa bidang akademik dan non akademik di MAN
Insan Cendekia Serpong.
2. Menganalisis keterkaitan aspek kompetensi dan komitmen SDM (Kepala
Sekolah, guru dan staf), monitoring prestasi siswa dalam bidang akademik
dan non akademik, partisipasi orang tua, orientasi kebijakan kepemimpinan
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
17
kepala madrasah, kurikulum dan evaluasi, budaya madrasah, dan prestasi
siswa bidang akademik dan non akademik di MAN Insan Cendekia Serpong.
3. Merekomendasikan strategi peningkatan kualitas madrasah efektif di masa
depan.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoritis
maupun praktis. Secara teoritis, dapat memberikan masukan terhadap
pengembangan manajemen pendidikan khususnya di Indonesia dalam
merumuskan dan mendesain sekolah yang berkualitas.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua
unsur pendidikan yang terkait dengan kondisi nyata yang dihadapi bersama dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan, di samping mendorong dan memotivasi
lembaga-lembaga pendidikan lain dalam menerapkan manajemen pendidikan
berkualitas.
Rekomendasi yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan berdampak
positif bagi peningkatan kualitas sekolah, khususnya bagi madrasah-madrasah
yang ada di Indonesia.
F. Sistematika Penyajian
Penelitian ini disusun menjadi lima bab dan beberapa sub bab di dalamnya
dengan berpedoman pada buku Pedoman penulisan Karya Ilmiah, Tesis, dan
Disertasi yang diterbitkan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan
Indonesia tahun 2012.
Pada bab kesatu terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan
perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi
penelitian, dan sistematika penyajian penelitian.
Kemudian bab kedua menjelaskan tentang Kajian teori yang berkaitan
dengan determinasi madrasah efektif menuju keunggulan sebuah madrasah, yang
meliputi kajian tentang kompetensi dan komitmen SDM (Kepala Sekolah, guru
dan staf), monitoring prestasi siswa dalam bidang akademik dan non akademik,
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
18
partisipasi orang tua, orientasi kebijakan kepemimpinan kepala madrasah,
kurikulum dan evaluasi, budaya madrasah, dan prestasi siswa bidang akademik
dan non akademik dan teori-teori yang dianggap korelasional dengan penelitian,
serta kerangka pemikiran
Bab dua mengenai Metode Penelitian, terdiri atas uraian dan penjelasan
tentang lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, tehnik
pengumpulan data serta analisis data.
Bab empat mendeskripsikan hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri
dari temuan di lapangan tentang kompetensi dan komitmen SDM (Kepala Sekolah,
guru dan staf), monitoring prestasi siswa dalam bidang akademik dan non
akademik, partisipasi orang tua, orientasi kebijakan kepemimpinan kepala
madrasah, kurikulum dan evaluasi, budaya madrasah, dan prestasi siswa bidang
akademik dan non akademik di MAN Insan Cendekia Serpong
Bab lima terdiri dari kesimpulan dan saran yang merupakan penafsiran dan
pemaknaan peneliti terhadap hasil pembahasan temuan penelitian. Pada bagian
akhir dari penulisan dicantumkan pula daftar pustaka serta berbagai lampiran yang
ada hubungannya dengan penelitian ini.