13
Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian Sejak bergulirnya roda reformasi tahun 1998 di negeri tercinta ini, tuntutan masyarakat terhadap transparasi pengelolaan keuangan negara, pemberantasan Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN), serta profesionalitas aparatur negara (Pegawai Negeri) sebagai sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki pemerintah, selalu mengemuka. Dari semua tuntutan masyarakat tersebut, berujung pada manusia sebagai pelakunya. Hal itu memperlihatkan bagaimana pentingnya SDM yang ada, yang pada kenyataanya belum dapat memenuhi harapan masyarakat secara baik. Oleh karena itu dari ketiga tuntutan masayarakat tersebut, peningkatan profesionalisme pegawai merupakan agenda yang mendapatkan perhatian yang cukup besar dari pemerintah dalam pelaksanaan kegiatannya. Salah satu upaya pemerintah untuk memenuhi tuntutan rakyat dalam hal perbaikan pengelolaan aparatur negara, adalah dengan membenahi aturan yang sudah ada tentang pengelolaan aparatur negara. Bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), pemerintah berhasil menyusun dan menetapkan Undang-Undang No 43 tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Undang-undang tersebut menetapkan beberapa perubahan dan perbaikan mengenai ketentuan dan aturan pokok Pegawai Negeri. Sebagaimana dikatakan dalam undang undang tersebut : Menimbang : ”Bahwa dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional untuk mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi, diperlukan Pegawai Negeri yang merupakan unsur aparatur negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata, ...................., diperlukan Pegawai Negeri yang berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan, serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.” ............dipandang perlu untuk mengubah Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.”

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang · PDF fileNaskah Sementara Petunjuk Induk Pembinaan Personel Pegawai Negari Sipil Tentara Nasional Indonesia. Secara hirarkis untuk lingkungan

  • Upload
    dokhanh

  • View
    213

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang · PDF fileNaskah Sementara Petunjuk Induk Pembinaan Personel Pegawai Negari Sipil Tentara Nasional Indonesia. Secara hirarkis untuk lingkungan

Bab I Pendahuluan

I.1. Latar Belakang Penelitian

Sejak bergulirnya roda reformasi tahun 1998 di negeri tercinta ini, tuntutan masyarakat

terhadap transparasi pengelolaan keuangan negara, pemberantasan Kolusi Korupsi dan

Nepotisme (KKN), serta profesionalitas aparatur negara (Pegawai Negeri) sebagai

sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki pemerintah, selalu mengemuka. Dari semua

tuntutan masyarakat tersebut, berujung pada manusia sebagai pelakunya. Hal itu

memperlihatkan bagaimana pentingnya SDM yang ada, yang pada kenyataanya belum

dapat memenuhi harapan masyarakat secara baik. Oleh karena itu dari ketiga tuntutan

masayarakat tersebut, peningkatan profesionalisme pegawai merupakan agenda yang

mendapatkan perhatian yang cukup besar dari pemerintah dalam pelaksanaan

kegiatannya.

Salah satu upaya pemerintah untuk memenuhi tuntutan rakyat dalam hal perbaikan

pengelolaan aparatur negara, adalah dengan membenahi aturan yang sudah ada tentang

pengelolaan aparatur negara. Bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

(DPR RI), pemerintah berhasil menyusun dan menetapkan Undang-Undang No 43

tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian. Undang-undang tersebut menetapkan beberapa perubahan

dan perbaikan mengenai ketentuan dan aturan pokok Pegawai Negeri. Sebagaimana

dikatakan dalam undang undang tersebut :

Menimbang :

”Bahwa dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional untuk mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi, diperlukan Pegawai Negeri yang merupakan unsur aparatur negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata, ........” ”............, diperlukan Pegawai Negeri yang berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan, serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.” ”............dipandang perlu untuk mengubah Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.”

Page 2: Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang · PDF fileNaskah Sementara Petunjuk Induk Pembinaan Personel Pegawai Negari Sipil Tentara Nasional Indonesia. Secara hirarkis untuk lingkungan

2

UU No. 43 tahun 1999 ini bermaksud menyempurnakan beberapa aturan tentang

pengelolaan pegawai negeri, khususnya pegawai nageri sipil. Tidak seluruh UU No.8

tahun 1974 diubah, dan undang-undang tersebut masih dipergunakan. Perubahan yang

menonjol adalah terdapat pada Bab III, dimana dalam UU No.8 tahun 1974 semula

pada BAB III tertulis Pembinaan Pegawai Pegeri Sipil, yang kemudian diubah menjadi

Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Perubahan tersebut mengandung makna yang dalam

dan konsekuensi yang cukup luas. Pembinaan hanya merupakan bagian dari

operasional Manajemen SDM dalam hal konteks penelitian ini adalah Manajemen

PNS.

Manajemen PNS yang ditetapkan dalam Undang-undang No. 43 tahun 1999 tersebut

memuat tentang aturan pokok pengelolaan pegawai negeri sipil. Aturan tersebut

mencakup penetapan norma, standar, prosedur, formasi, pengangkatan,

pengembangan kualitas sumber daya PNS, pemindahan, gaji, tunjangan,

kesejahteraan, pemberhentian, hak, kewajiban, dan kedudukan hukum. Undang-

undang tersebut ditindaklanjuti dengan terbitnya Peraturan Pemerintah, Keputusan

Presiden, Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) dan

Keputusan Menteri Dalam Negri (Mendagri) sebagai penjabarannya. Semua itu

diarahkan untuk meningkatkan profesionalitas PNS, yang pada akhirnya akan

menjamin terselenggaranya tugas pemerintah dan pembangunan secara berdaya guna

dan berhasil guna. Salah satu ujud dari profesionalitas adalah kompetensi kerja dan

kinerja yang baik,

Untuk tindak lanjut implementasi manajemen PNS dilingkungan TNI, maka Mabes

TNI mengeluarkan Skep/665/XII/2002 tanggal 30 Desember 2002 tentang Naskah

Sementara Petunjuk Induk Pembinaan Personel Pegawai Negari Sipil Tentara Nasional

Indonesia. Penerbitan Skep Jukmin Binpers PNS TNI tersebut dimaksudkan sebagai

pedoman bagi Pejabat Personel Pegawai Negeri Sipil TNI.

Page 3: Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang · PDF fileNaskah Sementara Petunjuk Induk Pembinaan Personel Pegawai Negari Sipil Tentara Nasional Indonesia. Secara hirarkis untuk lingkungan

3

Sesuai urutan hirarkis Komando di lingkungan Militer, maka untuk implementasi di

lingkungan TNI Angkatan Darat (TNI AD), Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad)

mengeluarkan juga Surat Keputusan No. Skep/365/X/2003 tanggal 31 Oktober 2003

Buku Petunjuk Pembinaan tentang Pembinaan PNS. Aturan pelaksanaan tersebut

dibuat semata-mata untuk memudahkan para pimpinan disatuan dinas jajaran TNI AD

melaksanakan pengelolaan PNS di lingkunganya

Buku Petunjuk Pembinaan tentang Pembinaan PNS berisi aturan yang sudah

terintegrasi tentang apa dan bagaimana cara mengelola PNS. Aturan tentang norma,

standar, prosedur, formasi, pengangkatan, pengembangan kualitas sumber daya

PNS, pemindahan, kesejahteraan, pemberhentian, hak, kewajiban, dan

kedudukan hukum yang terdapat dalam UU No. 43 Th 1999 dan dijabarkan oleh

Peraturan Pemerintah serta Keputusan Mentri sudah di elaborasikan dalam bentuk

susunan aturan, ketentuan dan tata cara pengelolaan PNS. Hal itu dibentuk menjadi

suatu buku petunjuk pembinaan dengan tata urut sebagai berikut :

1. Bab I : Pendahuluan

2. Bab II : Ketentuan Pokok Pembinaan PNS

3. Bab III : Fungsi Pembinaan PNS

4. Bab IV : Pelaksanaan Pembinaan

5. Bab V : Penutup

Menurut Lane (1993), implementasi dapat dinyatakan dalam formula-formula sebagai

berikut :

Dimana Implementasi mengacu kepada menghasilkan output dan outcome yang

kongruen dengan maksud awalnya. Dengan demikian implementasi memiliki

pengertian ganda, yaitu (1) “eksekusi” di satu sisi dan (2) “fulfill” atau penyelesaian

(accomplishment) disisi lain. Dalam hal ini konsep implementasi mencakup dua hal

pokok yaitu program kebijakan (Policy) yang kemudian akan menghasilkan outcome,

yang diharapkan sama dengan tujuan.

DF 1 = F (Implementasi) = (Intention,Output, Outcome)

Page 4: Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang · PDF fileNaskah Sementara Petunjuk Induk Pembinaan Personel Pegawai Negari Sipil Tentara Nasional Indonesia. Secara hirarkis untuk lingkungan

4

Tujuan dari kebijakan dirumuskan oleh berbagai actor dalam proses politik, dan

definisi actor disini mencakup dua kelompok yaitu formator dan implementator.

Dengan pengembangan formula awal, maka implementasi dapat di kemukakan dalam

formula sebagai berikut :

Berdasarkan definisi implementasi kebijakan tersebut, maka Lane (1993;91)

mengungkapkan terdapat dua focus yang berbeda, yaitu:

1. Implementasi sebagai tujuan akhir, atau pencapaian kebijakan (policy

achievement). Fokus dalam konsep ini adalah evaluasi, yaitu menilai

(implementation judgment) sampai sejauh mana implementasi berhasil di

laksanakan (fungsi penyelesaian/ accomplishment function)

2. Implementasi sebagai proses atau eksekusi kebijakan yang memberikan focus

pada prosesnya (fungsi sebab akibat/causal function)

Dalam penulisan tesis ini, kosep implementasi akan lebih mengacu pada poin yang

pertama, yaitu mencoba untuk menggambarkan pelaksanaan kebijakan yang telah

ditetapkan

Aturan pengelolaan telah ditetapkan, dengan manajemen PNS sebagai ujung

tombaknya. Pedoman pelaksanaan di tinggkat TNI AD pun telah ditetapkan, namun

jika melihat pada kenyataan, hasilnya ternyata masih kurang sesuai dengan apa yang

diharapkan, dalam hal ini kompetensi kerja dan kinerja pegawai belum maksimal.

Dengan mengacu pada pendapat Lane diatas, maka keberhasilan dari suatu program/

aturan dapat dilihat dengan mengevaluasi implementasi program tersebut.

Faktor yang dapat diperhatikan dalam peningkatan kompetensi kerja dan kinerja

pegawai adalah motivasi kerja. Motivasi kerja terbagi menjadi dua, yaitu motivasi

DF 2 = F (Implementasi) = (Policy, Outcome, Formator, Implementor,

Initiator, Time. Outcome)

Page 5: Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang · PDF fileNaskah Sementara Petunjuk Induk Pembinaan Personel Pegawai Negari Sipil Tentara Nasional Indonesia. Secara hirarkis untuk lingkungan

5

umum yang menyangkut tujuan bersama organisasi dan motivasi individu yang dapat

berbeda untuk setiap individu sesuai dengan tujuan pribadi individu (Robins, 2001).

Kedua jenis motivasi tersebut mempunyai tiga unsur yang sama, yaitu usaha, tujuan

dan kebutuhan.

Hal lain yang dapat meningkatkan kompetensi kerja dan kinerja pegawai adalah

imbalan. Dengan kata lain salah satu bentuk motivasi untuk peningkatan kompetensi

kerja dan kinerja adalah pemberian imbalan. Imbalan yang diberikan organisasi sesuai

aturan akan meningkatkan kompetensi kerja dan kinerja pegawai, namun sebaliknya

imbalan akan menurunkan kompetensi kerja dan kinerja pegawai jika di berikan dalam

bentuk, jumlah dan cara yang tidak sesuai. Oleh kerena itu, pengetahuan dan informasi

tentang kebutuhan pegawai bagi pihak manajemen sangatlah penting.

Direktorat Ajudan Jenderal Angkatan Darat (Ditajenad) sebagai lembaga yang berada

dalam struktur TNI AD, merupakan salah satu direktorat yang mengelola administrasi

Pegawai, baik itu militer maupun pegawai negeri sipil yang bekerja di lingkungan TNI

AD. Sesuai dengan salah satu tugas dan fungsinya sebagai lembaga yang mengelola

administrasi militer dan pegawai negeri sipil di lingkungan TNI AD, maka Dirajenad

mempunyai peran yang cukup penting dalam hal penerapan manajemen PNS di

lingkungan Angkatan Darat.

Kompetensi kerja dan kinerja pegawai negeri sipil merupakan salah satu hal yang harus

diperhatikan, dalam upaya pencapaian tujuan menciptakan aparatur negara yang

professional sesuai UU No. 43 tahun. 1999, dimana hal itu juga merupakan salah satu

tujuan dari Ditajenad. Dari observasi awal di lapangan pada bulan Nopember 2007,

terungkap adanya komentar dan pendapat dari PNS Ditajenad, beberapa diantaranya

tentang pola karier yang kurang jelas, tertundanya penempatan dalam jabatan,

pendidikan yang kurang sesuai dengan kebutuhan, kenaikan pangkat reguler yang

tertunda, atau hukuman disiplin pegawai yang sering kurang sesuai dengan tingkat dan

jenis hukuman disiplin. Semua itu menyebabkan tercipta kompetensi kerja dan kinerja

pegawai yang tidak maksimal, seperti izin yang berkepanjangan disaat jam dinas,

Page 6: Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang · PDF fileNaskah Sementara Petunjuk Induk Pembinaan Personel Pegawai Negari Sipil Tentara Nasional Indonesia. Secara hirarkis untuk lingkungan

6

bersantai-santai disaat jam dinas, melakukan kegiatan olah raga bukan pada waktunya,

sampai tidak masuk dinas hingga beberapa hari.

Dengan situasi demikian penulis tertarik untuk melihat ada apa dibalik semua itu, dan

penulis mengkaitkannya dengan aturan yang ada tentang upaya profesionalisme

pegawai negeri sipil seperti yang terdapat dalam UU No.43 tahun 1999 beserta

beberapa Peraturan Pemerintah, yang kemudian dioperasionalkan di jajaran TNI AD

dengan Skep Kasad No. Skep/365/X/2003 tanggal 31 Oktober 2003 berupa Buku

Petunjuk Pembinaan tentang Pembinaan PNS. Penulis akan mengevaluasi

pengimplementasian aturan tersebut.

Seperti telah disinggung dalam uraian sebelumnya, salah satu cara yang dapat

digunakan dalam peningkatan kompetensi kerja dan kinerja pegawai dalah dengan

melaksanakan/mengimplementasikan aturan sebagaimana mestinya. Karena dalam

aturan yang telah ditetapkan, - disamping mengatur ketertiban dan kewajiban pegawa- ,

juga mengatur imbalan yang bisa diperoleh pegawai. Untuk melihat bagaimana

pengimplementasian aturan tersebut dapat terlihat dari feed back yang diberikan

pegawai.

Penerapan sistem imbalan yang tepat dapat memenuhi kepuasan kerja pegawai. Sistem

imbalan terdiri dari imbalan finansial dan nonfinansial. Imbalan finansial merupakan

imbalan materi atau uang, yang secara nyata dibutuhkan oleh pegawai, namun belum

tentu dapat dipenuhi oleh organisasi. Imbalan nonfinansial, yang mempunyai peran

sama pentingnya dengan imbalan finansial, berkaitan dengan kontrak psikologis

pegawai terhadap organisasinya. Imbalan non finansial merupakan alternatif dari

organisasi untuk dijadikan sebuah imbalan bagi pegawai yang memang berprestasi dan

bekerja baik sesuai aturan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa imbalan

nonfinansial, dapat diberikan dengan jumlah dan waktu yang tidak terbatas, dan dapat

memberikan dampak yang lebih lama terhadap motivasi dan komitmen pegawai

daripada imbalan yang berupa materi atau uang. Oleh karena itu pemberian imbalan

tidak harus berupa materi, pemberian non finansial seperti pemberian hak pegawai

Page 7: Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang · PDF fileNaskah Sementara Petunjuk Induk Pembinaan Personel Pegawai Negari Sipil Tentara Nasional Indonesia. Secara hirarkis untuk lingkungan

7

negeri sipil dengan baik sesuai aturan yang telah ada, juga merupakan imbalan yang

dapat memotivasi kompetensi kerja dan kinerja pegawai.

Meningkatkan kualitas imbalan nonfinansial dinilai menguntungkan organisasi. Biaya

yang dikeluarkan relatif lebih kecil namun efek dari imbalan nonfinansial dapat

diharapkan untuk meningkatkan rasa memiliki dan kepedulian pegawai terhadap

pekerjaan dan organisasinya. Dalam kasus ini, PNS sebagai aparatur negara dan abdi

masyarakat, akan melakukan yang terbaik bagi Ditajenad khususnya dan Negara pada

umumnya.

I.2. Rumusan Masalah

Suatu organisasi apapun, baik swasta maupun pemerintah, akan baik jika sumber

dayanya dapat dikelola dengan baik. Salah satu komponen sumber daya organisasi

yang memegang peran sangat penting dalam sukses atau tidaknya suatu organisasi

adalah Sumber Daya Manusia. Untuk itulah maka pemerintah Republik Indonesia

menetapkan Manajemen PNS, sebagai salah satu sarana dan aturan untuk

mengoptimalkan pengelolaan sumber daya manusia tersebut. Dan Buku Petunjuk

Pembinaan tentang Pembinaan PNS yang ada dapat menjadi pedoman bagi top

manajemen (pimpinan) di Ditajenad untuk mengelola PNS. Namun dilain pihak, aturan

juga menjadi acuan bagi pegawai untuk mendapatkan haknya sebagai imbalan dari

pelaksanaan tugas dan fungsinya dalam pekerjaannya. Dengan terpenuhinya imbalan

yang juga menjadi motivasi, diharapkan akan meningkatkan kompetensi kerja dan

kinerja PNS. Pada akhirnya akan terbentuk profesionalisme pegawai dan aparatur

negara yang baik.

Kebijakan Manajeman PNS yang terdapat dalam UU No. 43 tahun 1999 memuat aturan

pokok tentang norma, standar, prosedur, formasi, pengangkatan, pengembangan

kualitas sumber daya PNS, pemindahan, kesejahteraan, pemberhentian, hak,

kewajiban, dan kedudukan hukum, merupakan kebijakan pemerintah dalam upaya

peningkatan profesionalisme. Dalam pengimplementasinya dilingkungan TNI,

Panglima TNI mengeluarkan Skep/665/XII/2002 tanggal 30 Desember 2002 tentang

Page 8: Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang · PDF fileNaskah Sementara Petunjuk Induk Pembinaan Personel Pegawai Negari Sipil Tentara Nasional Indonesia. Secara hirarkis untuk lingkungan

8

Naskah Sementara Petunjuk Induk Pembinaan Personel Pegawai Negari Sipil Tentara

Nasional Indonesia. Secara hirarkis untuk lingkungan Angkatan Darat, Kasad

mengeluarkan Skep. Nomor Skep/365/X/2003 tanggal 31 Oktober 2003 berpa Buku

Petunjuk Pembinaan tentang Pembinaan PNS. Skep ini mengoperasionalkan

manajemen PNS menjadi Fungsi Pembinaan PNS di lingkungan TNI AD yang terdiri

dari Fungsi Pengadaan, Fungsi Pendidikan dan latihan, Fungsi Penggunaan, Fungsi

Perawatan dan Fungsi Pemisahan. Sebenarnya kelima fungsi pembinaan ini juga

mengadopsi dari Fungsi Operasional Manajemen SDM, namun disesuaikan dengan

kodisi dan situasi di lingkungan kerja militer.

Dalam penelitian ini akan mengunakan pendekatan subjektif atau aktor (stake holrder)

yang terkena langsung dari suatu kebijakan atau program. Karena hal ini pun dapat

menggambarkan apa yang terjadi dilingkungan tersebut atas pelaksanaan dari suatu

program. Sejalan dengan teori penilaian (Theory of valuing) yang dikemukakan oleh

Robert E Stakes (1975) yang mengatakan bahwa :

Whatever truths, whatever solutions there are, exist in the mind of people who are running the program, participating thprogram, those patron the program

Sehingga dapat dilakukan pendekatan evaluasi sebagai berikut

– Focuses attention on the crucial importance of reflecting local stake holder

value

– Empowers local stake holders to judge the worth of their programs, and

– Creates a good match between the value expressed in evaluation and the values

that hold sway in local decession

Banyak faktor yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi kerja dan kinerja

pegawai, namun yang akan menjadi fokus perhatian penulis adalah terpenuhinya

kebutuhan dan kepuasan pegawai sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Sehingga

pegawai akan memberikan dedikasi dan kemampuan terbaiknya bagi organisasi.

Pemenuhan kebutuhan dan kepuasan pegawai didapat dari imbalan finansial maupun

imbalan nonfinansial yang diberikan oleh organisasi dimana pegawai tersebut bekerja,

yang biasanya sudah terdapat dalam aturan kerjanya..

Page 9: Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang · PDF fileNaskah Sementara Petunjuk Induk Pembinaan Personel Pegawai Negari Sipil Tentara Nasional Indonesia. Secara hirarkis untuk lingkungan

9

Kemampuan finansial organisasi pada umumnya memang terbatas, maka perlu

mengoptimalkan kontrak psikologis antara pegawai dengan organisasi, sebagai bentuk

lain dari imbalan. Hal ini mendasari perlunya perhatian yang cukup dalam penerapan

imbalan nonfinansial dalam sebuah organisasi. Imbalan non finansial bagi pegawai

negeri yang berkaitan dengan pekerjaannya umumnya sudah ada dan diatur oleh aturan

kepegawaian.

Skep Kepala Staf TNI AD No. Skep/365/X/2003 tanggal 31 Oktober 2003 telah

mengoperasionalkan manajemen PNS menjadi lima fungsi, dan kelima fungsi tersebut

selain menjadi pedoman pengelolaan PNS bagi pimpinan di lingkunagan Ditajenad,

juga merupakan acuan bagi PNS Ditajenad untuk mendapatkan haknya yang

merupakan imbalan dari pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai pegawai negeri sipil

TNI AD.

Sejalan dengan uraian diatas permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut :

1. Bagaimana Implementasi Manajemen PNS sesuai dengan Skep/365/X/2003

tanggal 31 Oktober 2003 yang telah di operasionalkan menjadi lima hal, yaitu

Pengadan, Pendidikan dan Pelatihan, Penggunaan, Perawatan, dan Pemisahan.

dilaksanakan saat ini di lingkungan Ditajenad ?

2. Bagaimana tingkat kepuasan dari implementasi Manajemen PNS sesuai

Skep/365/X/2003 tanggal 31 Oktober 2003 yang telah di operasionalkan

menjadi lima hal, yaitu Pengadan, Pendidikan dan Pelatihan, Penggunaan,

Perawatan, dan Pemisahan, dirasakan oleh PNS di lingkungan Ditajenad ?

3. Bagaimana menurut PNS, prioritasi implementasi manajemen PNS sesuai

Skep/365/X/2003 tanggal 31 Oktober 2003 telah di operasionalkan menjadi

lima hal, yaitu Pengadan, Pendidikan dan Pelatihan, Penggunaan, Perawatan,

dan Pemisahan, dilaksanakan di Ditajenad ?

Page 10: Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang · PDF fileNaskah Sementara Petunjuk Induk Pembinaan Personel Pegawai Negari Sipil Tentara Nasional Indonesia. Secara hirarkis untuk lingkungan

10

Berangkat dari permasalahan di atas, pertanyaan pokok yang ingin dicari jawabannya

melalui penelitian ini adalah, “bagaimana menurut PNS implementasi manajemen

pegawai negeri sipil sesuai Skep/365/X/2003 tanggal 31 Oktober 2003 telah di

operasionalkan menjadi lima hal, yaitu Pengadan, Pendidikan dan Pelatihan,

Penggunaan, Perawatan, dan Pemisahan dilaksanakan dan dirasakan di lingkungan

Ditajenad, dan bagaimana prioritasinya? ”.

I.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Menggambarkan evaluasi implementasi manajemen PNS sesuai

Skep/365/X/2003 tanggal 31 Oktober 2003 telah di operasionalkan menjadi

lima hal, yaitu Pengadan, Pendidikan dan Pelatihan, Penggunaan, Perawatan,

dan Pemisahan dilaksanakan saat ini di lingkungan Ditajenad.

2. Mengetahui tingkat kepuasan PNS terhadap implementasi manajemen PNS

sesuai Skep/365/X/2003 tanggal 31 Oktober 2003 yang telah di operasionalkan

menjadi lima hal, yaitu Pengadan, Pendidikan dan Pelatihan, Penggunaan,

Perawatan, dan Pemisahan di lingkungan Ditajenad.

3. Menggambarkan prioritasi berdasarkan tingkat kepentingan untuk penerapan

manajemen PNS sesuai sesuai Skep/365/X/2003 tanggal 31 Oktober 2003,

menurut PNS Ditajenad.

4. Memberikan saran konstruktif dalam pencapaian tujuan organisasi, dalam hal

ini terciptanya profesionalisme pegawai, khususnya yang berkaitan dengan

implementasi manajemen PNS dalam rangka menciptakan kompetensi kerja dan

kinerja PNS yang baik.

I.4 Kegunaan Penelitian.

1. Penelitian ini akan memberikan gambaran dan informasi objektif berkaitan

dengan tanggapan responden terhadap beberapa hal berkaitan dengan

implementasi manajemen PNS di lingkungan Ditajenad.

Page 11: Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang · PDF fileNaskah Sementara Petunjuk Induk Pembinaan Personel Pegawai Negari Sipil Tentara Nasional Indonesia. Secara hirarkis untuk lingkungan

11

2. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi penentu

kebijakan di lingkungan Ditajenad khususnya, Mabes TNI AD secara lebih jauh

dan Mabes TNI pada umumnya, mengenai prioritasi pembenahan implementasi

manajemen PNS di lingkungannya secara baik, dengan memperhatikan

kebutuhan PNS TNI AD.

3. Diharapkan dapat berguna juga bagi peneliti dimasa akan datang dalam

menciptakan kompetensi kerja dan kinerja PNS TNI AD yang baik.

I.5. Objek Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Derektorat Ajudan Jendral TNI Angkatan Darat (Ditajenad),

dimulai sejak bulan November 2007 sampai dengan bulan April 2008. Ditajenad adalah

salah satu Direktorat di jajaran TNI AD yang menangani masalah pembinaan

administrasi kepegawaian untuk militer dan Pegawai Negeri Sipil di TNI AD. Yang

menjadi objek penelitiannya adalah Pegawai Ditajenad yang memiliki masa kerja

minimal lima tahun, baik PNS maupun militer yang berkaitan langsung dengan

implementasi manajemen PNS. Hal tersebut dilakukan dengan maksud untuk

mengetahui sejauh mana manajemen PNS di implementasikan dan bagaimana

tanggapan PNS tentang hal itu., khususnya bagi yang bekerja ditengah lingkungan

Militer yaitu di Ditajenad.

I.6. Metode Penelitian.

Untuk melaksanakan penelitian evaluasi implementasi Menajemen PNS di lingkungan

TNI AD sesuai sesuai Skep/365/X/2003 tanggal 31 Oktober 2003 yang telah di

operasionalkan menjadi lima hal, yaitu Pengadan, Pendidikan dan Pelatihan,

Penggunaan, Perawatan, dan Pemisahan, serta mendeskripsikan bagaimana tingkat

kepuasan kerja PNS dan tingkat penting-tidaknya implementasi Peraturan Menajemen

PNS dengan tujuan peningkatan kompetensi kerja dan kinerja PNS di lingkungan.

Ditajenad, akan digunakan metode kuantitatif dengan penelitian survei. Metode

kuantitatif yaitu dengan pendekatan statistik yaitu dengan menggunakan angka-angka,

yang kemudian dilakukan deskripsi atas arti dari angka-angka tersebut. Kemudian

Page 12: Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang · PDF fileNaskah Sementara Petunjuk Induk Pembinaan Personel Pegawai Negari Sipil Tentara Nasional Indonesia. Secara hirarkis untuk lingkungan

12

penelitian survei adalah pengumpulan data terhadap sampel, menghasilkan informasi

yang kuantitatif tentang opini publik, sikap, maupun fenomena sosial. Penelitian survei

dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara dan pengisian kuesioner.

Data yang digunakan adalah data primer, data yang didapat wawancara langsung dan

pengisian quesioner yang akan dibagikankan pada responden. Untuk data yang didapat

dari hasil penyebaran kuesioner, akan di kumpulkan untuk diolah menggunakan

tabulasi silang dan dianalisa, sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.

Dalam melakukan penelitian ini juga digunakan data sekunder, yaitu sumber informasi

tertulis baik berupa laporan, kumpulan aturan, catatan-catatan yang berkaitan dengan

kepegawaian, kumpulan data personel, ataupun literatur yang didapat dari internet dan

buku-buku.

I.7. Sistematika Pembahasan.

Sistematika Pembahasan dalam penelitian ini akan disusun dengan urutan sebagai

berikut. :

BAB I Pendahuluan, akan memuat latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunan penelitian,objek penelitian, metode penelitian, dan sistematika

pembahasan

Bab II Tinjauan Pustaka, akan menguraikan konsep-konsep, teori-teori yang digunakan

dalam penelitian. Selain itu juga menjelaskan tentang evaluasi, implementasi,

manajemen, sumber daya manusia, manajemen sumberdaya manusia, manajemen PNS

yang sudah dioperasionalkan oleh Skep Kasad No.Skep/365/X/2003, serta lebih jauh

tentang teori imbalan, motivasi, kompetensi kerja dan kinerja pegawai, yang kemudian

akan menjadi landasan berpikir untuk memahami masalah dan menjadi dasar

melakukan penelitian.

Bab III Metode penelitian akan menguraikankan lebih jauh tentang proses penelitian

yang dilakukan ke dalam tahap-tahap penelitian. Tahap-tahap tersebut dimulai dari

Page 13: Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang · PDF fileNaskah Sementara Petunjuk Induk Pembinaan Personel Pegawai Negari Sipil Tentara Nasional Indonesia. Secara hirarkis untuk lingkungan

13

persiapan penelitian yang berisi perumusan latar belakang, studi pendahuluan yang

berupa observasi dan wawancara. Studi literatur dilakukan, dilanjutkan dengan tahap

studi pendahuluan yang berisi perumusan masalah, tujuan penelitian, dan objek

penelitian. Tahap selanjutnya penentuan model penelitian, identifikasi variabel

penelitian, operasional variabel, menentukan indikator-idikator dan perancangan

kuesioner. Kemudian dilanjutkan dengan tahap pengolanan data menggunakan

beberapa teknik statistik yang diikuti tahap analisis pengolahan data, hingga penarikan

kesimpulan.

Selain itu juga akan diuraikan model penelitian yang merupakan tahapan pelaksanaan

uraian penelitian ini. Dilakukan dari gambaran umum tentang aturan yang memuat

Manajemen PNS, kemudian pengoperasionalisasiannya dilingkungan TNI dan

dilanjutkan sampai tingkat TNI AD. Dari opersionalisasi di tingkat Angkatan Darat,

dimunculkan item-item manajemen PNS yang akan dievaluasi implementasinya.

Dari hasil pengumpulan kuesioner, akan dilakukan tabulasi silang dan dilanjutkan

dengan analisa dan orting data. Terakhir akan ditarik kesimpulan dan saran.

Bab IV Objek Penelitian, dalam bab ini akan menguraikan figure dari objek penelitian

dan responden penelitian.

Bab V Pengolahan data dan Analisia, menguraikan hasil perolehan data yang

kemudian diolah dan dianalisa. Tahap awal dilakukan pengkodingan data, pelabelan

data kemudian dilakukan tabulasi silang dan Chi Square, yang diikuti dengan tahapan

analisis hasil pengolahan data, hingga dapat dilakukan penarikan kesimpulan dan saran.

Bab VI Kesimpulan dan Saran, merupakan bab penutup dari penelitian ini yang akan

menguraikan kesimpulan dari analisa yang dilakukan, dan akan disampaikan beberapa

saran.