Upload
others
View
12
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Tata Cara Pengawasan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum
Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat
penting dalam suatu organisasi. Pengawas memegang kunci utama untuk
mengamati dan meneliti pelaksanaan pekerjaan, mengidentifikasikan
permasalahan dan langkah-langkah perbaikan, mewakili instansi dimana
pengawas tersebut bertanggung jawab. Bagaimanapun juga, pengawas
harus diberikan suatu wewenang tertentu untuk meningkatkan efisiensi kerja
suatu organisasi.
Pengawas adalah pemimpin dalam bidang yang diawasinya, yang berkisar
antara orang-orang bekerja, jenis pekerjaan dan masalahnya. Namun tugas
pengawas yang paling penting adalah menyangkut pekerja untuk memenuhi
kepentingan instansi dan pekerja itu sendiri secara timbal balik.
2. Maksud dan Tujuan
2.1. Buku ini digunakan sebagai pedoman bagi yang terlibat secara
langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan pengawasan
Konstruksi Proyek-proyek Pembangunan Bidang SDA dan sejenisnya di
bawah Direktorat Jenderal SDA, Departemen Pekerjaan Umum.
2.2. Tujuannya adalah untuk mewujudkan pembentukan buku pedoman
sistem pengawasan dan sebagai materi pelatihan untuk peningkatan
ketrampilan, digunakan untuk langkah-langkah keseragaman
operasional yang pada akhirnya akan tercapai suatu sistem
pengawasan yang seragam untuk membantu proyek-proyek agar
pembangunannya dapat terlaksana dengan baik dan berhasil guna.
Tata Cara Pengawasan
2
3. Ruang Lingkup
3.1. Buku ini digunakan sebagai buku pedoman atau panduan pengawasan
suatu proyek khususnya yang menyangkut pekerjaan konstruksi Bidang
SDA yang dikelola oleh aparat pemerintah/negara.
3.2. Buku ini dapat pula digunakan pada proyek-proyek pemerintah
maupun non pemerintah yang pengawasanya dilakukan oleh konsultan,
sepanjang isinya tidak menyimpang dan tidak ada pihak-pihak yang
dirugikan.
3.3. Dalam hal pengawasan yang menggunakan jasa konsultan maka
koordinasi dan tata cara pengawasan akan diatur secara khusus.
3.4. Buku ini dapat digunakan untuk pengawasan pada proyek-proyek
dengan kontrak lokal, dan kontrak-kontrak lainnya dengan beberapa
penyesuaian seperlunya.
4. Kerangka Penyusunan
4.1. Kerangka Penyusunan ini diangkat dari pengertian judul “ Pedoman
Umum Metode Pengawasan Konstruksi Proyek Bidang SDA”, dimana
tata cara pelaksanaan pengawasan diuraikan secara umum, yang
didalamnya antara lain:
a. Uraian tentang pengertian (filosofis) atau uraian dasar pengawasan
yang lebih menekankan pengertian pengawasan secara hakiki,
dengan sasaran yang menjadi tujuan.
Dari uraian ini maka terungkaplah apa yang menjadi latar belakang
dalam sistem pengawasan.
b. Uraian manajemen, yaitu salah satu latar belakang manajerial,
yang mengatur gerak langkah pengawas sebagai unsur subjektif.
Dengan kata lain manajemen sebagai alat pembantu untuk
terwujudnya sasaran tujuan pengawasan.
Tata Cara Pengawasan
3
c. Teori pengawasan adalah merupakan salah satu alat bantu
dimaksud dan merupakan formula yang perlu diketengahkan,
karena merupakan pengetahuan yang perlu dikuasai betul bagi
setiap pengawas. Penguasaan terhadap pengetahuan ini dapat
menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan konstruksi.
Uraian ini diungkapkan dalam Bab. IV Konsep Pengawasan.
d. Uraian pelaksanaan pengawasan dalam Bab. V, merupakan
realisasi kerja operasional sehubungan dengan adanya suatu
bentuk konstruksi sebagai unsur objektif, untuk tujuan manfaat
pekerjaan. Uraian ini merupakan pengalaman spesifikasi teknik,
normalisasi dan uraian-uraian teknik hasil penyelidikan/pengamatan
atau juga tulisan buku terapan yang berlaku di lingkungan
Direktorat Jenderal SDA khususnya, dan Departemen Pekerjaan
Umum pada umumnya.
e. Uraian Pengendalian Pelaksanaan dalam Bab. VI, adalah
merupakan realisasi kerja operasional yang lainnya, yang bertujuan
pembinaan, pengamatan, penulisan laporan untuk manfaat bagi
aparat pengelola atau instansi yang bersangkutan.
4.2. Karena sifatnya yang umum, maka ada uraian yang bersifat khusus
dalam tata cara pengawasan konstruksi dituangkan dalam buku-buku
terapan serupa. Buku ini juga tidak terlepas dari penulisan-penulisan
buku terapan tata cara kerja pengawasan yang telah ada yang telah
diterbitkan di lingkungan instansi, khususnya di Lingkungan Proyek
Pembangunan Bidang SDA.
4.3. Adanya kekhususan dalam penulisan buku ini, ialah pembahasan yang
menyangkut Konstruksi pada Proyek Bidang SDA, dimana uraian umum
yang dimaksud dalam judul ini berkisar khusus antara peranan
pengawas dalam pelaksanaan suatu konstruksi dalam proyek-proyek
Bidang SDA.
Tata Cara Pengawasan
4
Sedikit dibicarakan dalam tulisan ini tentang kebijaksanaan Pemimpin
Proyek sebagai penguasa yang ditunjuk untuk
mempertanggungjawabkan pekerjaan dalam segi administrasi maupun
teknik sehubungan dengan kebijaksanaan yang akan ditetapkannya.
Hal ini juga menyangkut tanggung jawab pengawas karena kedudukan
struktural sebagai aparat di bawahnya.
4.4. Manakala Pemimpin Proyek berperan sebagai kuasa Pemerintah
mewakili Pemilik proyek (owner), Pemimpin Proyek juga dapat terlibat
sebagai unsur pengawasan, khususnya pada proyek-proyek besar.
Bahkan Pemimpin Proyek juga dapat menunjuk suatu badan usaha
swasta/konsultan untuk mengadakan pengawasan sesuai aturan yang
telah ditetapkan.
Tata Cara Pengawasan
5
BAB II
PERANAN DAN TUGAS PENGAWAS LAPANGAN
1. Peranan Pengawas
Tidak jarang dijumpai situasi, dimana kepentingan instansi (organisasi),
kepentingan pribadi dan kepentingan bawahan (pekerja yang diawasi),
saling bertentangan satu sama lain. Dan dalam banyak situasi, kunci
penyelesaian kepentingan yang bertentangan tersebut letak pada kepekaan
pengawas. Karena di tangan pengawaslah letak segala macam informasi
yang diperlukan oleh pimpinan, terutama untuk mengetahui kejadian-
kejadian dalam organisasi (instansi) tersebut. Pengawas adalah petugas
yang paling dekat orang-orang yang bekerja secara langsung untuk
menangani hasil kerja suatu organisasi (instansi).
Seorang pengawas yang baik hendaknya berperan sebagai pengabdi
kepentingan instansi dan masyarakat dengan mempergunakan teknik-teknik
penguasa.
Dalam lingkup manajemen pengawasan modern, pengawas haruslah dari
kalangan terdidik, terlatih, terampil dan memiliki kepemimpinan praktis
untuk dapat memenuhi tuntutan hasil kerja maksimum dan berkualitas tinggi
dengan biaya yang seringan mungkin. Pengawas-pengawas di dunia modern
dewasa ini haruslah dibekali pengetahuan tentang hal ikhwal kepemimpinan
praktis bersama-sama dengan pengetahuan teknologi yang berkaitan
dengan tugas-tugasnya.
Pengawas memegang peranan sebagai “keystone” (batu pengunci) dalam
bidang industri modern, instansi pemerintah maupun dalam lembaga swasta.
Peranan tersebut dapat dilukiskan seperti gambar berikut ini :
Tata Cara Pengawasan
6
Sebagai “Keystone” atau batu pengunci posisi pengawas terletak pada
daerah kritis diantara pimpinan dan pelaksana (bawahan). Dari gambar (1)
tersebut di atas dapat dibayangkan bahwa batu pengunci mempunyai
peranan menahan tekanan antara dua kai tumpuan. Kalau batu kunci
dihilangkan, maka bangunan temberang tersebut akan ambruk. Sama
akibatnya bila suatu organisasi atau instansi didukung oleh pengawas-
pengawas yang lemah atau tidak berfungsi.
Dengan demikian, pengawas hendaklah berfungsi melaksanakan
kebijaksanaan, rencana, dan petunjuk-petunjuk dengan suatu motivasi yang
mengarah kepada yang membimbing diri sendiri, orang lain maupun
kelompok untuk menunjang kepentingan instansi dan para pelaksana
sekaligus.
Peningkatan peranan pengawas, harus dibarengi dengan peningkatan
keterampilan personil untuk memikul semua tugas-tugas pengawasan yang
akan dibebankan kepadanya. Di masa silam seorang pengawas yang baik
hanya dituntut dengan kemampuan untuk mengerti seluk-beluk pekerjaan
P I M P I N A N P E L A K S A N A
PENGAWAS
ORGANISASI
Pengawas sebagai batu penguncisuatu organisasi (KEYSTONE)
Tata Cara Pengawasan
7
dan mampu bekerja sama dengan pelaksana (bawahan). Sedangkan
peningkatan pengawas di alam modern membutuhkan keterampilan dan
pendidikan dalam pengetahuan manajemen dan pengetahuan teknologi
serta pengetahuan tata cara kerja dan mampu bekerja sama dengan
pelaksana (bawahan).
2. Pimpinan dan Pengawas
Pimpinan dalam suatu instansi atau organisasi mempunyai tugas untuk
menciptakan suatu suasana intern sedemikian rupa, sehingga para petugas
dapat bekerja baik dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi atau
instansi tersebut.
Pimpinan bertugas mengatur (organisasi), mengarahkan (direct) dan
mengawasi (control) suasana lingkup organisasi.
Suasana lingkup organisasi tersebut dipengaruhi oleh empat elemen
(unsur) :
Manusia (people).
Pekerjaan atau jabatan (job or position)
Teknologi (technology), dan
Modal (capital), yakni uang dan mesin-mesin yang dipakai untuk
menunjang produksi, atau hasil kerja.
Pengawas dalam hal ini adalah tingkat pimpinan yang memusatkan
kegiatannya pada koordinasi pengaturan dan pengendalian pekerjaan orang
lain untuk menunjang tujuan organisasi.
Kategori pengawasan pada dasarnya dimaksudkan menyangkut pengawasan
tingkat pertama dan kedua dalam suatu organisasi.
Sebagai contoh, pimpinan dapat meliputi tugas di tingkat perencanaan tata
penggunaan alat-alat berat sebagai alat bantu, tetapi tidak dimaksudkan
mencakup pengendalian orang yang menjalankan alat-alat berat tersebut
(operator).
Jadi tingkat pengawas dalam hal ini dimaksudkan mencakup kerja langsung
dengan atau melalui bantuan orang-orang kerja.
Tata Cara Pengawasan
8
Pengawas harus dapat menciptakan suasana kerja yang harmonis dengan
pemenuhan kepentingan orang-orang yang bekerja dan kepentingan instansi.
Kata pengawas, dapat dipakai untuk semua tingkat pimpinan yang bertindak
menuntut kegiatan orang lain. Namun dalam pemakaian umum, pengawas
dimaksudkan hanya untuk tingkat organisasi yang bawah dalam jenjang
manajemen. Jika umpamanya suatu organisasi terdiri dari tingkat atas (top),
menengah (middle), dan bawah (lower), maka istilah pengawas dalam hal
ini menyangkut tindakan yang bawah. Umpamanya, pengawas, juru, mandor,
mandor umum, mandor kepala, pengawas umum dsb. Jabatan mana,
mungkin menyangkut tingkat pertama, kedua atau ketiga dari manajemen
tingkat bawah.
3. Penerapan Manajemen Pengawasan.
Ada tiga macam tata cara pendekatan dalam penerapan manajemen
pengawasan:
Bagaimana melakukannya (how to do it).
Pendekatan teori manajemen yang bersifat luas (broad management
theory).
Pendekatan melalui perangai / tingkah laku organisasi (behaviour
organizational approach).
Pendekatan yang disempurnakan.
a. Pendekatan “How to do it”.
Pendekatan how to do it (bagaimana melakukannya), mempergunakan
teknik-teknik praktis dalam segala rangkaiannya yang dapat membantu
pengembangan teknik praktis tersebut.
Kekurangan pendekatan ini, karena condong mengabaikan pengertian
dasar, kenapa justru taknik ini dipergunakan, dan kenapa tidak.
Pengertiannya kurang lebih sama dengan pemakaian rumus matematika
tanpa mengerti kenapa.
Tata Cara Pengawasan
9
Ketepatan dan pemikiran yang jelas senantiasa dibutuhkan , tetapi jika
rumusnya tidak memakai perubah yang benar, atau rumusnya kurang
tepat, maka seluruh sistem akan mengalami kesalahan. Pemakaian tata
cara yang baik pada situasi yang kurang tepat, bagaimanapun juga tidak
akan membawa manfaat yang baik.
Namun demikian, pendekatan “how to do it” sangat bermanfaat untuk
pelaksanaan tugas-tugas harian kepengawasan.
b. Pendekatan teori manajemen yang luas
Pada pendekatan ini, ditekankan pentingnya pengawasan sebagai bagian
dari manajemen secara keseluruhan. Dengan demikian, semua fungsi
dan teori-teori praktis dari tingkat manajemen menengah, juga diajarkan
pada tingkat pengawas. Pengawas harus mempunyai pengertian dalam
hal perencanaan, pengaturan, pengendalian, pengawasan dan tata cara
pengeterapan fungsi-fungsi manajemen tersebut. Dalam hal ini, tentunya
dimaksudkan bahwa pengawas hanyalah seorang pemimpin yang
mengawasi orang-orang yang bukan tingkat pimpinan (non manajemen).
Kelemahan pendekatan ini, adalah kurangnya perhatian dalam
pendekatan masalah lingkungan pengawasan yang khusus, dan
perhatian yang sangat samar-samar tentang posisi yang unik dari
pengawas sebagai bagian organisasi tersebut secara keseluruhan.
c. Pendekatan melalui perangai organisasi
Pendekatan ini cenderung untuk mempergunakan kedua pendekatan
yang terdahulu, namun dibatasi hanya dalam lingkup organisasi
pengawas itu sendiri dengan penyesuaian terhadap hubungan timbal-
balik antara pemimpin orang terkemuka dan manusia itu sendiri.
Pengawas adalah pemimpin, dan dengan demikian, harus mengerti
manusia, struktur organisasi dan tabiat atau perangai dunia usaha yang
semakin maju saat ini. Sebagai pemimpin seorang pengawas harus juga
mengerti bagaimana dan kenapa tata cara kepemimpinan yang berkaitan
Tata Cara Pengawasan
10
dengan posisinya. Pendekatan ini menekankan perlunya dorongan,
komunikasi, perundingan, dan latihan. Dalam hal ini penggunaan teknik
dinamika kelompok, pemegang peranan, pengikut-sertaan
pengembangan karier. Jadi, disini pengawas dilihat sebagai bagian dari
kepemimpinan yang menekankan perlunya pendekatan melalui hal
ikhwal kemasyarakatan.
d. Pendekatan yang disempurnakan
Pendekatan ini mempergunakan faktor-faktor yang menguntungkan dari
pendekatan-pendekatan terdahulu dengan penekanan faktor manusiawi
pengawas yang sangat dekat hubungannya dengan pekerjaan bawahan,
pengawas dan pemberi nasehat maupun petunjuk. Dengan demikian dia
harus dapat bekerja sama, mengetahui, dan mengerti orang lain;
pengawas juga harus mengerti bagaimana dan mengapa posisinya
dalam organisasi begitu penting peranannya. Dimana dia harus
menyadari sepenuhnya bahwa tanpa berfungsinya pengawas, organisasi
atau instansinya akan lumpuh.
4. Hal-hal Pokok Yang Perlu Diketahui Pengawas
a. Pengenalan dan Pendalaman Rencana
Pengawas harus mengetahui dan mendalami bagian-bagian dari rencana
keseluruhan pekerjaan yang akan dihadapinya untuk memungkinkan
mereka :
Mengerti tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang diberikan
oleh atasannya.
Mengerti seluk-beluk hubungan antar bagian, walau yang dia
ketahui sehari-hari hanya sebagian saja.
Mengembangkan secara sistematis dan terperinci rencana kerja
dalam jenjang yang dia pertanggung jawabkan.
Tata Cara Pengawasan
11
b. Rencana seperti tersebut diatas secara awal dapat dibagi menurut :
Jangka waktunya.
Fungsinya dan
Luas jangkauannya.
5. Pengendalian kegiatan kerja
Pengawas harus mampu mengendalikan kegiatan dalam lingkup kerjanya
secara cepat dan praktis. Kebanyakan kegiatan pengendalian menyangkut
hal-hal sebagai berikut :
a. Pengaturan tata kerja pengawas.
Dalam mengatur tata cara kerja pengawas, seorang pengawas akan
tergantung kapada hal-hal :
Wujud pekerjaan yang diawasinya.
Tujuan rencana dan pengecekan oleh atasannya.
Wujud dan lingkup wewenang yang dilimpahkan kepadanya.
Fasilitas kerja yang tersedia.
Seorang pengawas bertanggung jawab terhadap kegiatan orang-orang
yang diawasinya yang meliputi tiga hal pokok :
Kegiatan rutin sehari-hari.
Hal-hal yang bersifat khusus.
Hal-hal yang bersifat emergency (darurat).
Pengawasan :
Waktu
Tenaga kerja
Bahan-bahan
Peralatan
Ruang kerja (lingkup kerja)
Uang
Organisasi (Instansi).
Tata Cara Pengawasan
12
b. Pengecekan kegiatan kerja.
Pengeterapan rencana kerja, akan melibatkan pengawas dalam hal :
Penetapan langkah (Apa, Dimana dan Bagaimana).
Pengaturan waktu (Kapan).
Penugasan (Siapa).
Tahap lanjutan (atau penyelesaian dengan segera).
Fungsi-fungsi tersebut di atas mengutarakan pekerjaan apa saja yang
harus dilakukan?, di mana?, siapa yang akan melaksanakannya dan
pengendalian tahap lebih lanjut apakah pekerjaan tersebut telah
dillaksanakan dengan baik sesuai rencana.
c. Tata cara berkomunikasi.
Bagaimanapun juga harus ditekankan bahwa tanggung jawab seorang
pengawas meliputi pelaksanaan pekerjaan instansinya dengan
memanfaatkan potensi kerja, bahan-bahan, peralatan, dibawah
kewenangannya. Untuk menjamin kelancaran komunikasi, seorang
pengawas harus dapat memberikan penjelasan atau pesan dengan cara
yang bersifat :
Dapat diterima oleh semua pihak yang bersangkut paut.
Dapat diwujudkan (dicapai).
Praktis, sederhana, dan singkat.
Dapat disampaikan kepada pihak yang berkepentingan
Jadi harus senantiasa diingat, bahwa baik laporan maupun penjelasan
dan penyampaian perintah harus senantiasa dapat diterima, mudah
diwujudkan, singkat dan padat serta mudah penyampaiannya.
Tata Cara Pengawasan
13
BAB III
PENGAWASAN PROYEK-PROYEK BIDANG SUMBER DAYA AIR
1. Umum
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa Tahap demi tahap pembangunan
yang telah kita lalui, program pengembangan dan pengelolaan SDA
termasuk salah satu bagian penting pembangunan nasional.
Dengan meningkatnya aktivitas di berbagai bidang, pemerintah telah
menggaris bawahi pentingnya kecepatan dalam pelaksanaan program
tersebut.
Sejak dari awal dilaksaksanakannya Pembangunan Jangka Panjang melalui
PELITA di masa pemerintahan yang lalu, pembangunan pertanian dan SDA
senantiasa merupakan kegiatan penting, dan masih akan terus berlasngsung
di masa-masa mendatang, di samping tentunya sektor-sektor pembangunan
lainnya.
Kebijakan ini tentunya merupakan hal yang wajar, mengingat negara kita
yang masih berbasis agraris dengan pertambahan penduduk dan besarnya
prosentase penduduk yang hidup dari sektor pertanian dan ketergantungan
pada pengembangan dan Pengelolaan SDA yang semakin tinggi.
Berdasarkan pengalaman pada tahun silam dan dipengaruhi oleh kemajuan
teknologi di berbagai bidang lain yang berhubungan dengan pengembangan
SDA, maka dirasa perlu adanya cara penanganan yang konsisten dan lebih
bersungguh-sungguh, sistematis, terarah, dan terencana baik di bidang SDA.
Pertambahan penduduk di Asia Tenggara pada umumnya, di Indonesia pada
khususnya, dan terbatasnya luas tanah yang dapat untuk usaha pertanian,
mendorong usaha untuk menambah hasil pertanian per-satuan luas dan per-
satuan waktu, sehingga pendapatan petani perkapita akan bertambah.
Di dalam kondisi sekarang, terdapat lingkup yang terbatas untuk
penambahan produksi. Salah satu faktor yang terpenting yang berpengaruh
terhadap hasil produksi padi adalah pengelolaan air irigasi khususnya dan
SDA pada umumnya, sebab air tetap merupakan unsur pokok, dan baru
Tata Cara Pengawasan
14
dapat tercapai apabila sarananya, yaitu saluran beserta seluruh
bangunannya, dilaksanakan dan berfungsi dengan baik.
Hal-hal ini dapat terpenuhi apabila jaringan serta bangunan-bangunan
tersebut dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah digariskan di dalam
spesifikasi teknik.
Peranan dan tanggung jawab pengawas proyek adalah sangat menentukan
terhadap berhasilnya pembangunan yang bertalian dengan manajemen
pelaksanaan kontrol terhadap kualitas kerja.
Para pengawas lapangan perlu menyarankan, dan meneliti cara-cara
pelaksanaan yang setepat-tepatnya yang diterapkan oleh pelaksana
kontraktor, sehingga dapat dihindari pemborosan dan pekerjaan dapat pula
dilaksanakan tepat pada waktunya dengan kualitas sesuai dengan syarat-
syarat yang telah ditentukan.
Persyaratan Keberhasilan Pekerjaan.
Dari gambaran diatas tadi, jelas bahwa suatu proyek, untuk dapat terlaksana
secara baik dan sempurna serta ekonomis, harus memenuhi berbagai hal
antara lain :
Perencanaan yang benar.
Dalam perencanaan termasuk antara lain :
1. Survey dan design untuk menentukan arah dan letak saluran dan
bangunan yang tepat.
2. Penyelidikan / penentuan macam konstruksi yang tepat.
3. Penentuan bahan-bahan yang mudah dan murah untuk konstruksi.
4. Penentuan pelaksanaan waktu yang tepat, misalnya faktor hujan yang
sudah diperhitungkan.
5. Penentuan jenis alat-alat berat atau mesin-mesin yang betul-betul efisien,
artinya jumlah dan jenis harus sesuai di lapangan.
6. Pembuatan atau penentuan bangunan-bangunan persiapan yang
diperlukan agar tidak berlebihan hingga terjadi pemborosan.
Tata Cara Pengawasan
15
Cara pelaksanaan yang tepat.
Sesudah proyek direncanakan dengan benar, maka masih perlu dipikirkan
cara pelaksanaan yang sebaik-baiknya dipandang dari sudut teknis dan
ekonomis, ialah :
1. Bagaimana suatu proyek akan dilaksanakan perlu mendapat pemikiran
yang mendalam, karena masing-masing cara pelaksanaan itu mempunyai
keuntungan dan kerugian sendiri.
2. Metode kerja yang sedehana sehingga mudah dilaksanakan tanpa
mengurangi mutu hasil pekerjaan.
3. Cara pelaksanaan yang tepat akan menghasilkan pekerjaan yang baik
dengan biaya yang murah.
Pengawasan yang efektif dalam pelaksanaan.
Setelah dilakukan perencanaan yang benar dan cara pelaksanaan yang tepat,
maka agar dapat benar-benar terlaksana sebagaimana mestinya,
pengawasan di dalam pelaksanaan harus dilaksanakan secara efektif yang
meliputi :
1. Kualitas bahan-bahan yang dipergunakan.
2. Kemampuan pelaksana (tukang, dsb.)
3. Tidak ada penyimpangan dari syarat-syarat yang telah ditentukan dalam
bestek.
4. Dapat memenuhi time schedule (jadwal) yang direncanakan.
Agar sasaran yang dicapai tadi terlaksana dengan baik, seperti yang
diharapkan oleh perencana, dengan sendirinya para pengawas harus betul-
betul membekali dan memodali dirinya dengan keterampilan dan
pengetahuan praktis disamping teknik yang telah ditentukan.
Pengetahuan teknis yang praktis dan keterampilan ini harus disertai disiplin,
dedikasi, dan loyalitas kerja yang tinggi, sebab walau bagaimana baiknya
suatu perencanaan dan cara kerja, bila manusia-manusia pelaksananya tidak
mempunyai faktor-faktor tersebut diatas, keberhasilan tidak akan dapat
dicapai.
Tata Cara Pengawasan
16
Pengetahuan secara garis besar tentang pedoman kerja sebagai prosedur
dasar pengawasan pekerjaan, agar pengawas mempunyai suatu standard
evaluasi dalam memberikan pengarahan-pengarahan serta bimbingan di
lapangan dapat diuraikan dalam bab-bab berikut.
Tata Cara Pengawasan
17
BAB IV
PENGERTIAN PENGAWASAN
1. Azas Pengawasan
Suatu tindakan mengawasi, mendeteksi, membimbing dan mengarahkan
kepada diri sendiri, orang lain, maupun kelompok lain dengan tujuan agar
kebijaksanaan maupun rencana pekerjaan dapat diselenggarakan dengan
effisien dan memenuhi kwalitas, kwantitas serta ketepatan waktu guna
menunjang kepentingan instansi, para pelaksana serta pengawas itu sendiri.
2. Sasaran Sistem Pengawasan
Adanya unsur pengawas dalam penyelenggaraan proyek-proyek pemerintah
adalah mutlak karena keberadaannya membawa tanggung jawab moril,
yaitu tanggung jawab
a) Sosial yang mengandung maksud dan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan dan kepentingan rakyat banyak.
Realisasinya adalah menjalankan amanat negara dalam mewujudkan
manfaat pekerjaan untuk kesejahteraan rakyat banyak.
Sasarannya adalah pencapaian tujuan pekerjaan secara kwalitatif,
kwantitatif serta waktu yang tepat.
b) Pengabdian mengandung maksud tertib adminstartif sebagai abdi
negara dalam pelaksanaan birokrasi pemerintah, yang sasaranya
adalah pembinaan disiplin kerja, untuk menumbuhkan dedikasi
terhadap maksud dan tujuan kerja dengan segala aspeknya.
c) Pengembangan ilmu mengandung unsur mendidik secara langsung
atau tidak langsung untuk membina/meningkatkan keahlian dan
keterampilan aparat yang terlibat dalam pekerjaan, sesuai dengan
bidang/profesinya masing-masing sehingga lebih berperan aktif dalam
pembangunan Nasional. Sasarannya adalah mendokumentasikan hasil
Tata Cara Pengawasan
18
pengawasan dan pengamatan proyek yang pada gilirannya dapat
dikembangkan dan diolah untuk pengembangan ilmu sehingga lebih
bermanfaat untuk mendayagunakan Sumber Daya Alam.
3. Peranan Pengawas dalam Manajemen
Posisi pengawas terletak antara dua pihak yang berbeda kepentingan, yaitu
pihak pemilik (owner) dan pihak pelaksana/kontraktor.
Tidak jarang dijumpai perbedaan pandangan dalam usaha memecahkan di
lapangan antara pihak pemilik dan pihak kontraktor sebagai Mitra Kerja
(organisasi), dalam keadaan seperti di atas kunci penyelesaian terletak pada
pemahaman peran seorang pengawas dalam menjalankan satu peran
manajemen, karena peranan pengawas dalam sistem manajemen proyek
secara keseluruhan adalah merupakan “ baji pengunci “, yaitu pada peran
pengendali menurut teori dasar manajemen.
4. Peranan Manajemen
Keberhasilan suatu pekerjaan akan sangat tergantung dari pada unsur
manusia, karena teori dasar manajemen sebagai alat untuk keberhasilan
suatu kerja pada hakekatnya adalah pengaturan unsur manusia yang antara
lain adalah
a) Perencanaan (Planing)
b) Pengorganisasian (Organizing)
c) Pelaksanaan (Actuating)
d) Pengendalian (Controlling)
Keempat unsur tersebut diatas adalah merupakan alat pembantu dalam
mencapai suatu tujuan.
4.1 Dalam hubungannya dengan pekerjaan pengawasan, maka
perencanaan terutama dimaksudkan pada persiapan kerja yang
menyangkut hubungan personalia dan lingkup kerjanya, sehingga
terwujudlah pembagian/tingkatan kerja. Perencanaan juga dapat
Tata Cara Pengawasan
19
diartikan sebagai persiapan-persiapan bekal pengetahuan pengawas
terhadap penguasaan fisik maupun administratif yang berhubungan
dengan pekerjaan, dan sasaran pengawasan yang melengkapi
pengawas dalam tugasnya.
4.2. Pengorganisasian pada hakekatnya adalah pengaturan tentang orang,
alat, tugas, dan tanggung jawab serta wewenang melalui kesatuan
organisasi, sehingga dicapai cara kerja yang lebih efisien dan praktis.
Tanpa suatu organisasi yang rapi dan teratur, maka jangkauan
pengawasan akan menjadi sulit dicapai dan pekerjaan akan
mengalami pemborosan.
4.3. Pelaksanaan pengawasan, adalah merupakan realisasi dari
perencanaan dan sistem pendelegasian wewenang yang ada.
Pola-pola kerja dan struktur organisasi akan menjadi teruji dalam
pelaksanaan tersebut.
4.4. Pengendalian adalah merupakan usaha untuk meluruskan apa yang
telah menjadi tanggung jawab/wewenang sehubungan dengan
adanya kemungkinan timbulnya kecenderungan
penyimpangan/hambatan dalam pelaksanaan
Maka dengan cara pembinaan, pendekatan-pendekatan persoalan
dapat diatasi.
Tata Cara Pengawasan
20
BAB V
KRITERIA PENGAWASAN
1. Unsur Pokok Proyek
1.1. Unsur Pekerjaan
a) Pekerjaan yang dimaksud adalah khusus untuk bidang konstruksi
pada proyek-proyek Bidang SDA di Indonesia yang dibiayai oleh
negara APBN atau APBD berdasarkan peraturan keuangan yang
berlaku.
b) Dalam skala ruang, proyek irigasi mempunyai 2 (dua) macam bentuk
bangunan:
i. Bentuk bangunan-bangunan Bidang SDA yang mempunyai
karakteristik ruang terbatas/setempat (statis).
ii. Bentuk saluran-saluran, yang mempunyai karakteristik ruang
tidak terbatas/meluas (dinamis).
c) Dalam bentuk prosedur pemberian pekerjaan, maka pelaksanaan
pekerjaan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara
i. Dengan cara swakelola, yaitu pekerjaan yang dilaksanakan
sendiri oleh aparat pemerintah di bawah instansi proyek irigasi
yang bersangkutan.
Pelaksana pekerjaan semacam ini pada umumnya tidak banyak
lagi dijumpai, kecuali pada pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai
kekhususan tertentu. Namun demikian, yang banyak dijumpai
adalah merupakan bagian dari cara kontrak, atau juga pekerjaan
pemeliharaan.
ii. Dengan cara kontrak, yaitu pekerjaan yang dilaksanakan oleh
kontraktor melalui prosedur pelelangan/Surat Perintah Kerja, atau
penunjukan langsung sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dalam hal disebut kontrak maka bentuk penawarannya mengikat
dalam bentuk:
Tata Cara Pengawasan
21
- Kontrak lump sum, adalah pengajuan penawaran terhadap
sejumlah pekerjaan yang macam pekerjaan dan volumenya
sudah tertentu dengan total harga keseluruhan yang mengikat.
- Kontrak harga satuan (unit price), adalah pengajuan penawaran
atas dasar harga satuan pekerjaan, yang diperhitungkan
terhadap hasil/prestasi kerja yang dilakukan oleh Kontraktor
tersebut dengan harga yang mengikat.
d) Dalam bentuk tata cara pelaksanaannya maka pekerjaan dapat
dilakukan dengan 3 (tiga) cara:
i. Dengan menggunakan alat-alat besar, yaitu pada proyek-proyek
besar untuk mempercepat waktu pelaksanaannya.
ii. Dengan menggunakan tenaga manusia, yaitu terhadap pekerjaan
atau bagian-bagian pekerjaan yang memerlukan kerapihan atau
sulit dilakukan dengan alat-alat besar.
iii. Dengan cara mengkombinasikan kedua cara tersebut diatas, atas
pertimbangan memungkinkan dilakukan cara tersebut.
1.2. Unsur Pelaksana.
a) Pelaksana, dapat merupakan unsur pemerintah (aparat Pemimpin
Proyek dalam hal pelaksanaan swakeloa), ataupun unsur swasta
(Kontraktor, untuk perkerjaan kontrak).
b) Pelaksana adalah merupakan suatu susunan/struktur
penyelenggaraan pekerjaan, yang di dalamnya terdapat unsur
pimpinan dan unsur pekerja yang terikat dalam hubungan kerja.
c) Ada 3 (tiga) macam bentuk pelaksana dalam unsur swasta yakni :
i. Pelaksana Utama/main contractor, yaitu sebuah kontraktor yang
ditunjuk oleh pemimpin proyek melalui prosedur Pelelangan dan
Perintah Kerja dan penunjukan hubungan kerja; keduanya tertulis
dalam Kontrak Pemborongan, yang menyebutkan tugas dan
kewajiban masing-masing pihak dengan segala sangsi-sangsinya.
Tata Cara Pengawasan
22
ii. Sub Pelaksana/Sub Contractor, yaitu terjadi atas penujukan
Pelaksana Utama atas dasar petimbangan penawaran harga yang
diajukan oleh Sub Pelaksana tersebut. Penunjukan tersebut
hanya dapat dilakukan atas persetujuan Pemimpin Proyek atau
tertuang dalam Perjanjian Pemborongan tapi tidak mengikat
Pemimpin Proyek. Karenanya garis komando Pemimpin Proyek
terhadap Pelaksana Utama berlaku juga bagi Sub Pelaksana
Utama dalam hal tata kerja pelaksanaan saja, karena lingkup
pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Pelaksana Utama juga
menjadi beban Sub Pelaksana.
iii. Pelaksana Bagian, yaitu terjadi atas penunjukan oleh Pelaksana
Utama atau Sub Pelaksanadan mandor borong. Penunjukan ini
tidak mengikat terhadap Pemimpin Proyek; karenanya pelaksana
bagian hanya mendapat komando dari Pelaksana Utama atau Sub
Pelaksana Koordinasi Pelaksana; bagian terhadap aparat
pemimpin proyek hanya terjadi dilapangan dalam bentuk
pembinaan.
1.3. Unsur Pengawas
a) Unsur Pengawas adalah pegawai atau petugas pemerintah yang
dimaksud dalam struktur organisasi proyek; dalam hal ini proyek-
proyek di bawah Direktorat Jenderal Pengairandan ditunjuk oleh
Pemimpin Proyek (sebagai kuasa pemerintah yang mewakili Pemilik
Proyek).
b) Sebagai unsur Pengawas juga dapat melibatkan, aparat dari instansi
lain atau perorangan, dalam rangka koordinasi terpadu untuk tujuan
yang sama. Tugas dan kewenangan Pengawas ini terbatas pada hal-
hal yang berkaitan dengan bidang yang ditanganinya. Misalnya
dengan unsur Pemerintah Daerah setempat, Dinas Pertanian
setempat atau dengan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) pada
kerjaan tersier dan sebagainya.
Tata Cara Pengawasan
23
c) Kecuali diatur lain dalam PO/DP, maka atas petimbangan khusus,
Pemimpin Proyek dapat menunjuk Badan Usaha lain / Konsultan
Perorangan untuk membantu mengadakan pengawasan terhadap
Tata Cara Pelaksanaan yang dilakukan oleh Pelaksana/Kontraktor,
tanpa mengurangi kewenangan pengawas sebagai aparat yang telah
ditunjuk mengawasi.
Ketentuan yang terbaru dalam hal ini haruslah disesuaikan dengan
ketentuan baru, termasuk UU, Kepres, dan ketentuan
Penyelenggaraan anggaran lainnya; dan tata cara pengawasan ini
hanya dimaksudkan untuk memberikan tuntunan bagi pengawas
dalam aspek-aspek teknis saja.
2. Tingkatan Kepengawasan
(Menurut ketentuan yang lalu; sehingga untuk kegiatan yang baru, harus
menyesuaikan ketentuan yang berlaku pula).
Struktur Organisasi ada 3 (tiga) tingkatan:
2.1. Tingkatan manajerial yaitu tingkat pimpinan yang menentukan
kebijaksanaan-kebijaksanaan proyek.
Jabatan pada tingkat Pimpinan:
i. Pemimpin Proyek dan Kepala Staf Proyek.
ii. Pemimpin Bagian Proyek / sebagai wakil pimpinan proyek
Pada tingkat ini, disamping menentukan kebijaksanaan dalam bidang
pengawasan, juga dalam bidang perencanaan, pembiayaan, dan
adminstrasi.
2.2. Tingkat pembantu pimpinan, yaitu staf/asisten pimpinan yang bertugas
membantu pimpinan mengambil keputusan dan menentukan
kebijaksanaan.
Jabatan pada tingkat pembantu pimpinan adalah staf:
i. Kepala Staf.
ii. Asisten dalam bidang teknik.
iii. Asisten dalam bidang administrasi dan keuangan.
iv. Asisten dalam bidang khusus dan sebagainya.
Tata Cara Pengawasan
24
Staf pada tingkatan ini biasanya bertugas membantu pimpinan dalam
bidang-bidang pengolahan intern untuk menetapkan kebijaksanaan dan
sebagainya.
2.3. Tingkat operasional pelaksanaan, yaitu tingkat di bawahnya yang
menjalankan kebijaksanaan-kebijaksanaan pimpinan, khususnya dalam
bidang Pengawasan Pelaksanaan. Dalam hal terakhir tersebut di atas
tingkatan kepengawasan terjadi atas dasar :
a) Luas daerah/lingkup kerja pengawasan.
b) Wujud atau bentuk pekerjaan.
c) Atau dapat juga berupa campuran keduanya.
Jabatan pada tingkat pelaksana operasional:
i. Kepala Direksi (Pengawas Utama).
ii. Pengawas Lapangan.
iii. Pengawas Pekerjaan.
Untuk jabatan ini lazim juga disebut Pengawas/Direksi.
3. Jabatan Dalam Struktur Organisasi Pengawasan
3.1. Pemimpin Proyek/Bagian Proyek.
Adalah merupakan koordinator dari bermacam kelompok
proyek/pekerjaan, yang banyaknya kelompok tergantung kebutuhan dari
lingkup kerjanya. Kelompok pekerjaan yang terjadi, karena beda macam
pekerjaannya (kadangkala bukan kategori pekerjaan irigasi saja) seperti
pekerjaan kantor induk proyek dan sarananya, pekerjaan pembangkit
tenaga listrik dan sebagainya.
Kelompok pekerjaan lainnya dapat terjadi karena luasnya daerah kerja
atau juga perpaduan antara luas dan macam pekerjaan.
Kelompok-kelompok pekerjaan tersebut dipimpin oleh seorang pemimpin
Proyek/Pemimpin Bagian Proyek, yang dibantu oleh seorang Kepala Staf
atau lebih beserta asistennya.
Tata Cara Pengawasan
25
3.2. Ketua Direksi / Pengawas Utama.
a) Kelompok-kelompok pekerjaan di bawah lingkup tertentu dengan
pertimbangan pengelompokan tertentu, yang masing-masing
pengawasannya dipimpin oleh seorang Ketua Direksi atau Pengawas
Utama.
b) Kepala Direksi tidak dapat berdiri sendiri dan penetapan Kepala
Direksi dikeluarkan melalui Surat Keputusan Pemimpin Proyek di
bawah garis komando Pemimpin Proyek/Pemimpin Bagian Proyek.
c) Dalam kepengawasan, Kepala Direksi merupakan unsur
kepemimpinan tertinggi, atau disebut pula Pengawas Utama/Kepala
Pengawasan.
3.3. Pengawas Lapangan.
a) Kelompok pekerjaan di bawah lingkup seperti tersebut dalam 3.3.2.
(1), terbagi atas unit-unit daerah kerja yang dibatasi oleh
lingkup/luas lingkup daerah kerjanya.
b) Unit-unit daerah kerja ini, masing-masing dipimpin oleh seorang
Pengawas Lapangan yang penetapannya diatur oleh Surat Keputusan
Pemimpin Proyek Induk/Peminpin Proyek atau juga oleh pemimpin
Sub Proyek atas pertimbangan jabatan struktural kepegawaian dan
referensi/kwalifikasi profesi.
c) Karena sifat jabatannya yang operasional di dalam kepengawasan
maka Pengawas Lapangan juga disebut sebagai Direksi Lapangan,
sehubungan dengan kedudukannya sebagai pembantu pengawas dari
Pemimpin Sub Proyek yang langsung terjun ke lapangan dan
berhubungan dengan pelaksana/kontraktor.
3.4. Pengawas Pekerjaan.
a) Pengawas Pekerjaan adalah orang yang secara langsung setiap
harinya mengadakan pengawasan di lapangan.
Jabatan Pengawas Pekerjaan merupakan jabatan terbawah dalam
struktur organisasi kepengawasan. Karenanya jabatan ini sangat
Tata Cara Pengawasan
26
dominan peranannya di lapangan dan rawan terhadap penyimpangan
dalam pelaksanaan kerja.
b) Karena sifatnya yang dominan dan rawan dalam kedudukannya,
maka perlu adanya pertimbangan khusus dalam penetapan
kwalifikasi seorang Pengawas Pekerjaan. Di samping latar belakang
pendidikan dan referensi keprofesian lainnya, juga perlu untuk
diketahui tentang pribadi Pengawas tehadap disiplin, dedikasi dan
loyalitas kerja.
c) Penetapan jabatan Pengawas Pekerjaan ditentukan melalui Surat
keputusan Pemimpin Proyek/Bagian Proyek.
d) Pengawas Pekerjaan terdiri dari beberapa orang pengawas yang
bertugas masing-masing sebagai :
i. Pengawas Konstruksi yaitu Pengawas yang mengawasi Tata Cara
Pelaksanaan Kerja dalam suatu konstruksi sesuai dengan
spesifikasi dan gambar-gambar pelaksanaan serta melaporkan
secara berkala (harian/mingguan), kepada atasannya.
ii. Pengawas Bagian, yaitu pengawas yang mengawasi bagian dari
pada suatu pekerjaan konstruksi, dan membuat data tentang
bagian yang diawasinya, untuk suatu keperluan pengecekan
(mutual check) penelitian dan dokumentasi yang pada gilirannya
dapat menjadi standarisasi di kemudian hari.
Pengawas Bagian ini antara lain Pengawas Ukuran, Pengawas
Pengujian Laboratorium, dan lain-lain.
e) Pengawas Pekerjaan yang juga memberikan usulan kebijaksanaan
bagi atasannya atas dasar petimbangan yang bukan saja secara
kwlitas/kwantitas tapi juga atas dasar relevansi dan estetika hasil
pekerjaan.
f) Perihal tugas kewajiban dan kewenangan masing-masing pengawas,
akan dituliskan secara terpisah pada pasal berikut ini.
Tata Cara Pengawasan
27
4. Lingkup Tugas dan Wewenang Pengawas.
4.1. Menurut Sifatnya Lingkup Tugas Pengawas mempunyai 3 (tiga) sifat
kepengawasan :
a. Sifat mendeteksi
a1. Status tanah tempat pekerjaan, hal ini sangat perlu bagi si
pengambil kebijaksanaan apakah diperlukan suatu tindakan.
a2. Fungsi hasil pekerjaan, yaitu suatu cara pengamatan untuk
mengetahui lebih awal akan berfungsi atau tidaknya hasil
pekerjaan kelak, sehingga perubahan-perubahan dapat dilakukan
sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.
a3. Perlu dipertimbangkan aspek pemeliharaan yang praktis.
b. Sifat mengawasi yaitu semua tindakan pengawas yang mempunyai
tendensi pengawasan terhadap pekerjaan. Yaitu antara lain :
- Memeriksa bahan peralatan tenaga kerja.
- Memeriksa tata cara pelaksanaan kerja konstruksi.
- Memeriksa hasil pelaksanaan kerja.
- Memeriksa persiapan kerja/administrasi lapangan, (bedeng,
gambar, schedule dan lain-lain sebagainya).
c. Sifat mengendali yaitu tindakan pengawas yang mempunyai tendensi
pengendalian dengan cara pembinaan terhadap segala aspek yang
terjadi di lapangan , antara lain :
- Memberikan petunjuk tentang cara kerja yang benar.
- Melarang/menganjurkan tentang pengadaan bahan peralatan dan
tenaga kerja.
- Peringatan/teguran atas kesalahan-kesalahan.
- Memberikan laporan pekerjaan lapangan secara berkala.
- Mengadakan administrasi teknik dan pengarsipan.
Tata Cara Pengawasan
28
4.2. Menurut macamnya, tugas pengawas mempunyai 2 (dua) macam tugas
pengawasan:
a) Berbentuk tugas administratif, yaitu antara lain :
- Laporan tentang pelaksanaan kerja, cuaca, tenaga kerja, bahan
peralatan dan permasalahan di lapangan.
- Laporan tentang prestasi pekerjaan.
- Peringatan/tegoran, saran/anjuran.
- Perubahan syarat-syarat/gambar.
- Mengisi buku harian/buku tamu.
- Dokumentasi/Arsip dsb.
b) Berbentuk tugas teknik yaitu antara lain :
- Pengukuran/pengamatan/pengawasan/pengendalian.
- Penelitian dan lain sebagainya.
4.3. Menurut bentuknya tugas pengawas mempunyai 2 bentuk tugas
kepengawasan
a. Yaitu tugas yang berbentuk kewajiban yang dilakukan oleh seorang
pengawas pada setiap tingkatannya untuk dapat tercapainya misi
pengawasan tersebut.
b. Yaitu tugas yang berbentuk kewenangan, yang penggunaan
insidentilnya tergantung dari keadaan permasalahannya,
kewenangan ini juga diberikan kepada setiap pengawas menurut
porsi pada tingkatannya.
5. Tugas dan Wewenang Pengawas
5.1. Pengawas Pekerjaan.
a) Tugas Umum pengawas pekerjaan adalah memberikan bimbingan
teknis pekerjaan kepada pelaksana/pemborong agar pekerjaan
berjalan lancar sesuai yang direncanakan, antara lain dengan
membantu menyusun bagan waktu penyelesaian bagian pekerjaan
secara terperinci yang meliputi :
Tata Cara Pengawasan
29
- Rencana penyediaan bahan-bahan.
- Rencana penyediaan peralatan.
- Rencana pengerahan buruh.
- Rencana pelaksanaan pekerjaan.
b) Kewajiban Pengawas Pekerjaan melakukan pemeriksaan mutu
(quality control) dengan meneliti/memeriksa.
i. Bahan-bahan yang disediakan untuk pekerjaan oleh pemborong.
ii. Cara-cara pelaksanaan pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
iii. Mutu hasil pekerjaan (tingkat pekerjaan).
iv. Pengawas Lapangan berkewajiban mengadakan pencatatan atas
segala kegiatan/kejadian sehari-hari dan mencantumkan dalam
Laporan Harian.
v. Laporan Harian terdiri atas dua bagian:
- Pencatatan rutin sehari-hari
- Pencatatan permasalahan dalam pelaksanaan yang tak dapat
diselesaikan; bersama-sama dengan pihak pemborong
(termasuk teguran-teguran).
vi. Pencatatan rutin memuat
- Keadaan cuaca
c) Terang/berawan.
d) Banjir (muka air banjir).
e) Hujan (besar/kecil, tinggi jatuh hujan).
- Buruh yang dikerahkan terbagi atas golongan buruh (buruh,
tukang, dsb).
- Penyediaan/penggunaan bahan-bahan.
- Penyediaan keadaan peralatan.
- Kemajuan pekerja menurut jenis-jenis pekerjaan.
Perkiraan kemajuan pekerjaan yang dihasilkan dalam sehari
dan jumlah akumulasinya, tidak mengikat secara administratif,
dan tidak dapat diartikan sebagai penerimaan pekerjaan.
Perkiraan ini hanya sebagai suatu alat untuk penjajagan
rencana penyelesaian dan sebagai bahan untuk penentuan
pembayaran termijn khusus pada pekerjaan dengan kontrak
Tata Cara Pengawasan
30
Unit Price dan kontrak-kontrak lump sump yang sukar
ditetapkan batas-batasnya.
vii. Dalam Laporan Harian Khusus yang ditandatangani Pengawas
dengan Pelaksana memuat permasalahan-permasalahan yaitu :
- Pelaksanaan yang menyimpang dari rencana dan syarat-
syarat
- Teguran-teguran dari pengawas Pekerjaan.
- Penolakan bahan-bahan yang disediakan.
- Keadaan lapangan / tanah dasar yang menyimpang dari yang
tercantum dalam gambar-gambar rencana.
viii. Laporan Harian ditandatangani kedua belah pihak pengawas
lapangan dan Pemborong counterpartnya dalam rangkap 4
(empat) dan dikirimkan kepada:
- Asli ke kantor Pengawas Utama/Kepala Direksi.
- Satu copy kepada Pengawas Lapangan.
- Satu copy kepada Pelaksana/Pemborong.
- Satu copy disimpan pada Pengawas Pekerjaan.
ix. Di samping laporan ini, di kantor pengawasan lapangan harus
disediakan Buku Perintah Harian yang mana pengawas-pengawas
atasan dapat menuliskan catatan/perintah-perintah maupun
teguran-teguran.
x. Membuat data tentang cara pelaksanaan pekerjaan.
c) Wewenang Pengawas Pekerjaan
i. Melarang penggunaan bahan-bahan yang menurut penelitiannya
tidak memenuhi syarat-syarat.
ii. Menegur pelaksana/pemborong bila menurut pendapatnya.
- Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat tetap
dipergunakan.
- Pemborong melaksanakan pekerjaan dengan cara yang tidak
tepat, atau menggunakan tenaga yang kurang ahli dalam
bidangnya hingga dikhawatirkan tidak akan dapat dicapai
hasil yang bermutu (low wokrmanship).
Tata Cara Pengawasan
31
- Pemborong tidak dapat memenuhi bagan waktu yang telah
disiapkan dalam hal :
- Penyediaan bahan-bahan.
- Penyediaan peralatan.
- Pengerahan buruh.
- Pelaksanaan Pekerjaan.
iii. Pengawas Lapangan tidak berhak untuk :
- Menghentikan pekerjaan.
- Mengadakan perubahan-perubahan baik dalam gambar
maupun dalam persyaratan-persyaratan teknis lainnya.
- Memerintahkan pekerjaan di luar lingkup kontrak.
5.2. Tugas dan Wewenang Pengawas Lapangan.
a) Tugas Umum Pengawas Lapangan adalah:
i. Mengusahakan akan kelancaran pelaksanaan seperti yang
direncanakan dan memberi bimbingan teknis pelaksanaan kepada
pelaksana/pemborong.
ii. Memimpin, membimbing, dan memberikan petunjuk-petunjuk
dan mengkoordinir pekerjaan pengawas oleh pengawas lapangan.
b) Pengawas Lapangan Berkewajiban:
i. Memberikan persetujuan untuk suatu bagian atau memulai suatu
tahap berikutnya dari suatu pekerjaan.
ii. Mengusahakan penyelesaian masalah-masalah yang tidak dapat
diselesaikan oleh Pengawas Pekerjaan sebagaimana dilaporkan
dalam Laporan Harian Khusus, dengan mengadakan :
- Penelitian atas apa yang dilaporkan oleh Pengawas Pekerjaan
tentang cara pelaksanaan dan hasil pelaksanaan.
- Penelitian keadaan lapangan dan keadaan tanah dasar yang
dilaporkan menyimpang dari apa yang dicantumkan dalam
gambar-gambar/nota-nota perencanaan.
- Pembicaraan-pembicaraan dengan pemborong.
iii. Didalam penyelesaian persoalan-persoalan tersebut di atas
Pengawas Lapangan berhak untuk :
Tata Cara Pengawasan
32
a) Menghentikan pekerjaan (untuk sementara sampai ada
keputusan tindak lanjut oleh Pengawas Utama).
- Yang menurut pendapatnya telah dikerjakan menyimpang
dari gambar-gambar rencana dan syarat-syarat teknisnya
tidak berhasil meyakinkan pemborong akan hal itu, dan
keharusan perbaikan cara-cara pelaksanaan, dan mungkin
pembongkaran pekerjaan atas tanggung jawab
pemborong.
- Didapatkan penyimpangan keadaan lapangan dan
keadaan tanah dasar, yang menurut pendapatnya
menuntut adanya perubahan-perubahan rencana yang
mengakibatkan perubahan dalam harga pekerjaan.
c) Kewajiban Pengukuran.
i. Pengawas wajib menentukan/memberikan titik-titik tetap/tinggi
untuk dipakai oleh pemborong sebagai dasar melakukan ”staking
out” pekerjaan.
ii. Pengawas Lapangan berkewajiban memeriksa dan memberikan
persetujuan ”staking out” yang telah dilakukan pemborong.
d) Kewajiban Teknis Administratif.
Dalam hal pekerjaan dilaksanakan dengan Kontrak Harga Satuan
(Unit Price) dengan cara pembayaran berkala dan pekerjaan dengan
kontrak lumpsump yang sukar ditetapkan batas tahap-tahap
pekerjaan yang jelas untuk penentuan persyaratan pembayaran
angsuran, pengawas lapangan berkewajiban menyiapkan Berita
Acara Pemeriksaan Teknis Pekerjaan untuk dasar pembayaran
angsuran, dengan memperhatikan / mempertimbangkan Laporan
Harian kemajuan pekerjaan, sebagai dasar penetapan prestasi kerja.
e) Kewajiban-kewajiban lain
i. Pengawas Lapangan berkewajiban membuat Laporan Berkala
yang jangka waktunya ditetapkan oleh Pemimpin Proyek
ii. Laporan Berkala memuat
- Hal-hal rutin yang bersifat akumulatif dan rekapitulatif dari
laporan-laporan harian rutin pengawas-pengawas lapangan.
Tata Cara Pengawasan
33
- Laporan khusus, atas masalah-masalah yang diajukan oleh
pengawas-pengawas pekerjaan yang telah dapat diselesaikan.
iii. Disamping Laporan Berkala Pengawas Lapangan berkewajiban
membuat Laporan insidentil/Sewaktu-waktu, yang dibuat setiap
kali diperlukan, atas masalah yang tidak dapat ditunda lagi.
- Masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan di tingkat
Pengawas Lapangan, tetapi menuntut penyelesaian
sementara, menunggu keputusan pengawas atasannya
(penghentian sementara).
iv. Membuat file tentang tata cara pelaksanaan kerja.
5.3. Tugas dan wewenang Kepala Direksi / Pengawas Utama.
a. Tugas umum.
i. Kepala Direksi / Wakil Kepala Direksi adalah tingkatan teratas
daipada aparat Pengawasan. Di dalamnya terkumpul keseluruhan
tanggung jawab pengawasan, baik teknis maupun administratif.
ii. Tetapi meskipun demikian, pada dasarnya menjalankan tugas-
tugasnya di samping menjaga dan mengusahakan kelancaran
pekerjaan, ia dibatasi oleh ketentuan di dalam Dokumen Surat
Perjanjian.
iii. Ia tidak berhak untuk mengubah ketentuan dan persyaratan
didalam Surat Perjanjian. Kewenangan penyimpangan atau
mengadakan perubahan hanya ada pada Pemimpin Proyek.
iv. Namun demikian Pengawas Utama adalah tingkatan teratas
daripada aparat pengawas. Pada tingkatan ini diadakan
penelaahan/pengolahan-pengolahan untuk menyiapkan syarat-
syarat kepada Pemimpin Proyek, untuk dipergunakan dalam
menentukan keputusan-keputusan.
v. Dalam penelaahan dan pengolahan ini, pengawas utama dibantu
oleh unit-unit proyek yang bersangkutan.
Tata Cara Pengawasan
34
b. Kewajiban Teknis.
i. Pengawasan Kwalitas.
- Pengawasan terhadap kwalitas pekerjaan, diserahkan kepada
pengawas lapangan ke bawah.
- Kepala Direksi memecahkan masalah-masalah teknis yang timbul
pada pengawasan kwalitas pekerjaan yang belum dapat
diselesaikan oleh Pengawas Lapangan dengan berpedoman pada
standar-standar atau peraturan yang ada, seperti :
- Semua Ketentuan UU, PP, NSPM yang berlaku (terbaru);
- Peraturan Beton Indonesia (PBI) 1971-NI-2.
- Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI) 1982.
- Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) NI-5.
- PP – RI No. 23/1982 tentang Irigasi.
- PP – RI No. 22/1982 tentang Tata Peraturan Air.
- Pedoman Plambing Indonesia 1979.
- Dan lain-lain.
(Dalam hal ini perlu penyesuaian dan pemutakhiran rujukan
peraturan perundangan terkait).
ii. Perencanaan
- Perubahan-perubahan kecil pada gambar-gambar untuk
penyesuaian pelaksanaan yang tidak membawa akibat pada
harga pekerjaan.
- Perubahan-perubahan yang membawa akibat pada harga
perjanjian harus diajukan terlebih dahulu kepada Pemimpin
Proyek untuk persetujuan.
- Menguji dan menyetujui gambar-gambar kerja oleh
kontraktor.
iii. Pengawasan Kwantitas.
- Dalam hal pekerjaan, dilaksanakan atas dasar perjanjian Unit
Price. Pengukuran bersama (mutual check), baik sebelum
dimulai maupun setelah selesai pekerjaan, harus dilakukan
untuk menetapkan banyaknya pekerjaan yang sesungguhnya
dilaksanakan dengan mutu baik.
Tata Cara Pengawasan
35
- Pada pekerjaan Lump Sum titik-titik tetap/tinggi diberikan
oleh direksi. Pengukuran bersama pada akhir pekerjaan,
dilakukan untuk, - apakah telah diselesaikan sesuai dengan
gambar-gambar rencana (ukuran-ukuran elevasi, lereng
(slope), dan lain sebagainya).
iv. Pengendalian Rencana Waktu.
- Pengendalian dilakukan dengan penilaian atas kemajuan
pekerjaan sebagaimana dilaporkan secara berkala oleh
pengawas lapangan.
- Kelambatan-kelambatan harus secepat mungkin diketahui dan
dicari sebabnya. Penyebab ini harus disingkirkan atau dicari
penyelesaiannya pada tahap-tahap pelaksanaan berikutnya.
c. Kewajiban Administrasi.
i. Atas dasar Laporan Pemeriksa Teknis oleh Pengawas Lapangan,
kepala Direksi membuat dan menandatangani berita acara baik
untuk pembayaran angsuran maupun untuk pembayaran dan
penerimaan pertama pekerjaan. Setelah diadakan ”Mutual Check”.
ii. Pada pembayaran angsuran, banyaknya pekerjaan yang
ditentukan dengan memperhatikan laporan kemajuan pekerjaan
di dalam Laporan Harian/Berkala.
iii. Pembayaran penerimaan pertama atau terakhir, dilakukan atas
dasar hasil Pengukuran Bersama.
iv. Harus terus menerus mengadakan pengendalian atas
pembiayaan pekerjaan (terutama pada pekerjaan dengan
perjanjian harga satuan).
Tata Cara Pengawasan
36
(CONTOH POLA ORGANISASI PROYEK LAMA, YANG PADA PERINSIPNYA MASIH
ADA YANG RELEVAN DALAM PRINSIP DASARNYA DENGAN KONDISI SEKARANG –
DENGAN SEDIRINYA STRUKTUR DAN STRATA PENGAWASAN HARUS DISESUAIKAN
DENGAN KETENTUAN TERBARU)
KETERANGAN :
*) - Proyek Pola I terdiri sebanyak-banyaknya 3 (tiga) Asisten.
- Setiap Asisten terdiri sebanyak-banyaknya 3 (tiga) Urusan.
- Ditetapkan ada I (satu) Bendahara Proyek.
*) - Jumlah Pelaksana Pengawas Lapangan ditetapkan menurut kebutuhan.
- Pelaksana apabila pekerja swakelola.
- Pengawas lapangan apabila pekerjaan diborongkan.
PEMIMPIN PROYEK
BENDAHARA ASISTEN
PELAKSANA/PENGAWASLAPANGAN
POLA : I
Tata Cara Pengawasan
37
SKEMA UMUM ORGANISASI KEPENGAWASAN PROYEK
Penjelasan :
- Skema Organisasi Kepengawasan Proyek ini Merupakan Sistimatis Umum
Kepengawasan, dan dapat dipergunakan semua proyek bidang SDA khususnya
untuk proyek kontrak lokal.
PEMIMPIN PROYEK INDUK/PEMIMPIN PROYEK/PEMIMPIN BAGIAN PROYEK
SUB PROYEK /PENGAWAS UTAMA KEPALA STAF& ASISTEN
PENGAWAS LAPANGANASISTEN-ASISTEN
KEPALA URUSAN
PENGAWASPEKERJAAN
Tata Cara Pengawasan
38
HUBUNGAN : Kedudukan Pejabat dalam organisasiproyek dan fungsinya dalampengawas pekerjaan
PROYEK
SERBAGUNA
JATILUHUR
PROYEK-PROYEK KHUSUS IRIGASI
PROYEK-PROYEK
PADA P.U
PROPINSI
PEMILIK
PROYEK
PEMIMPIN
PROYEK
INDUK
PEMIMPIN
PROYEK
PEMIMPIN
PROYEK
PEMIMPIN
PROYEK
PEMIMPIN
PROYEK / KDPU
KEPALA
DIREKSI
PEMIMPIN
BAGIAN
PROYEK
WAKIL
PEMIMPIN
PROYEK
PENGAWAS
LAPANGAN
SITE
MANAGER
KEPALA WILAYAH
x)
/ DPUP / SEKSI
xx)
WAKIL
KEPALA
DIREKSI
PEMIMPIN
SUB.
PROYEK
PENGAWAS
UTAMA
PENGAWAS
DAERAH
PENGAWAS
DAERAH
PENGAWAS
LAPANGAN
PENGAWAS
LAPANGAN
PENGAWAS
LAPANGANKEPALA SEKSI
PENGAWAS
LAPANGAN
PENGAWAS
PEKERJAAN
PENGAWAS
PEKERJAAN
PENGAWAS
PEKERJAAN
PENGAWAS
PEKERJAAN
PENGAWAS
LAPANGAN
Keterangan : Garis-garis mendatar hanya memisahkan
tingkat-tingkat pengawas tidak eselon-eselon
dalam organisasi proyek.
x). di Pulau Jawa
xx). di luar Pulau Jawa
Tata Cara Pengawasan
39
BAB VI
KONSEP PENGAWASAN
1. Batasan
Pengawasan yang dimaksud adalah pengawasan terhadap pelaksanaan
konstruksi yang telah selesai perencanaannya; sasaran pengawasan adalah
pengawasan fisik administrasi teknik.
Seorang Pengawas harus mengetahui dan menguasai berbagai aspek, seperti
aspek-aspek Perencanaan, Pelaksanaan, dan Administrasi Teknik.
Keberhasilan pengawasan akan tercapai dengan baik kalau hasil-hasil yang
dicapai memenuhi kriteria tersebut maka seorang pengawas haruslah
mengetahui / menguasai semua aspek dalam proses pencapaian hasil akhir.
2. Penguasaan Terhadap Aspek-aspek Perencanaan
2.1. Penguasaan terhadap gambar/ desain
a. Lokasi dan situasi.
b. Rencana bentuk / konstruksi.
c. Detail konstruksi.
d. Dan tolok ukur pekerjaan.
2.2. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule).
a. Lama waktu pelaksanaan tiap bagian pekerjaan.
b. Jumlah dan macam kegiatan kerja per-minggu.
c. Pengadaan tenaga kerja dan peralatan bahan yang akan dipakai.
d. Target perstasi per-minggu.
2.3. Syarat-syarat Teknik (Spesifikasi Teknik)
a. Syarat-syarat bahan.
b. Standar-standar yang digunakan.
c. Perawatan bahan-bahan.
Tata Cara Pengawasan
40
2.4. Laporan teknik / Analisis teknik
a. Rencana penggunaan alat tenaga dan bahan (Technical Analysis).
b. Metode Pelaksanaan (Construction Method) dan alternatif-
alternatifnya sesuai perkembangan pelaksanaan di lapangan.
2.5. Uraian Tugas-tugas (Job Description)
a. Tugas-tugas pengawas (tugas, wewenang dan tanggung jawab).
b. Koordinasi Vertikal dan Horizontal (hubungan antar semua aparat
yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan).
3. Penguasaan Terhadap Aspek-aspek Pelaksanaan
3.1. Pengenalan medan
Dari gambar-gambar situasi diperoleh gambaran medan dari proyek yang
akan dilaksanakan.
Peninjauan/pengamatan di lokasi untuk mengetahui sejak awal
kenyataan medan yang sebenarnya, sehingga bila ada perubahan-
perubahan/koreksi dapat secepatnya diperbaiki sebelum SPK/SPL
diteruskan kepada kontraktor. Di samping itu pengenalan medan juga
diperlukan untuk memberikan saran-saran kepada pelaksana/kontraktor
serta langkah-langkah yang diperlukan bila terjadi hambatan.
3.2. Tata cara pelaksanaan kerja.
Di samping telah diatur dalam spesifikasi teknik / bestek, pengawas juga
harus dibekali untuk menguasai tata cara pelaksanaan kerja seperti
dalam buku yang disusun oleh Unit kerja yang kompeten di lingkungan
Departemen PU. Buku tersebut diperlukan sehubungan dengan
pemakaian alat-alat bantu yang dipergunakan dalam pelaksanaan.
3.3. Buku-buku Standar/Normalisasi.
Pengawas harus memiliki buku-buku Standar/Normalisasi serta
memahami isi buku tersebut.
Tata Cara Pengawasan
41
Buku ini memuat tentang persyaratan bahan (material) dan konstruksi.
Buku ini diperlukan sebagai buku pegangan toleransi kualitas bahan dan
konstruksi.
Contoh batas-batas toleransi dapat dilihat pada BAB. IV.
3.4. Alat-alat Pengujian dan Penelitian.
a. Alat-alat Penguji dan Penelitian adalah sarana untuk membantu
pengawas melaksanakan tugas seperti :
- Alat-alat Laboratorium.
- Alat-alat ukur (Theodolit, waterpas, pita ukur, dan lain-lain).
b. Pengawas dan Pelaksana harus mengetahui/mengenal alat-alat yang
akan dipakai serta tahu betul penggunaannya.
c. Pengujian dan Pengukuran dilaksanakan oleh Pelaksana bersama-
sama dengan Pengawas.
d. Penyimpangan yang terjadi harus segera diperbaiki, agar tidak
menghambat pelaksanaan selanjutnya.
3.5. Koordinasi Manajemen Keluar dan Kedalam.
a. Koordinasi kedalam (intern) dalam suatu tim Direksi harus berjalan
baik agar tidak menimbulkan gap atau persaingan yang tidak sehat
yang pada akhirnya dapat menghambat jalannya proyek.
b. Koordinasi dengan Pelaksana (Kontraktor).
Hubungan yang serasi atau kerja sama yang baik antara Pengawas
dan Pelaksana (Kontraktor) sangat berperan untuk kelancaran
pelaksanaan pekerjaan.
Pengawas sebagai Direksi berkewajiban secara moril membantu
Pelaksana menjalankan tugasnya.
c. Kordinasi keluar selain kepada kontraktor juga kepada aparat
pemerintah setempat. Komunikasi yang baik antara Direksi dan
Aparat Pemerintah dapat memperlancar pelaksanaan pekerjaan-
pekerjaan yang langsung berhubungan/dimanfaatkan oleh
masyarakat seperti:
Tata Cara Pengawasan
42
Pekerjaan saluran tersier, bangunan bendung, bangunan bagi, dan
lain sebagainya. Selain itu pengawas dapat memberikan pengarahan
dan motivasi kepada pemakai air dalam hal pentingnya usaha
memelihara dan menjaga hasil pembangunan itu sendiri.
4. Penguasaan Terhadap Aspek Administrasi Teknik
Seperti tersimpul dalam Bab I tentang kerangka penyusunan buku ini,
kepengawasan mempunyai arti pengawasan dan pelaksanaan pengendalian.
Maka penguasaan terhadap aspek administrasi teknik merupakan bagian dari
pelaksanaan pengendalian yang bersifat kearsipan (file).
Kegiatan administrasi teknik antara lain :
a. Pengamatan dan pencatatan.
b. Laporan berkala proyek. (lihat lampiran)
c. Berita Acara. (lihat lampiran)
d. Tata cara peneguran. (lihat butir 5.4.)
Tata Cara Pengawasan
43
BAB VII
PELAKSANAAN PENGAWASAN
1. Persiapan Pengawas
Setelah Pelaksana (Kontraktor) menerima Surat Perintah Kerja, Pengawas
sudah memulai tugasnya dengan persiapan.
Untuk pelaksanaan tugas pengawasan, diperlukan :
1) Gambar kerja dan Bestek / spesifikasi teknik dan syarat-syarat
pelaksanaan.
2) Alat ukur (meteran, theodolit, dan water pass).
3) Buku catatan harian.
4) Buku blanko laporan harian proyek.
5) Blanko daftar simak (check list).
6) Buku-buku standar dan peraturan-peraturan yang berlaku.
7) Laporan-laporan hasil penyelidikan (geologi teknik, percobaan model, dan
lain-lain).
Perlengkapan ini merupakan sarana bagi pengawas untuk menjalankan tugas
pengawasan pelaksanaan pekerjaan.
2. Pengawasan dan pemeriksaan Pekerjaan
Pengawas melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan untuk semua tahapan
pelaksanaan pekerjaan.
2.1. Tahap persiapan sarana dan lain-lain:
1) Jalan masuk / jalan sementara ke lokasi pekerjaan
2) Pembuatan :
- Kantor proyek di lapangan.
- Pemondokan kerja.
- Gudang penyimpanan Bahan/Peralatan.
3) Pengerahan tenaga kerja dan peralatan.
4) Metode pelaksanaan (Construction Method).
Tata Cara Pengawasan
44
5) Gambar-gambar kerja terinci (detail) yang akan diajukan kontraktor.
6) Rencana penyediaan bahan-bahan.
2.2. Tahap pelaksanaan fisik:
1) Penentuan/pembuatan:
i. Sumbu dan peil tetap.
ii. Palang-palang pembantu (Bow Plank).
2) Model penimbunan dan pemadatan (trial embankment).
3) Model-model campuran beton (mixed design).
4) Cara pelaksanaan sesuai dengan metode pelaksanaan yang disetujui.
5) Dokumentasi harian yang berisikan:
i. Laporan kegiatan.
ii. Laporan pemakaian tenaga kerja.
iii. Laporan pemakaian alat.
iv. Laporan pemasukan bahan.
v. Laporan hasil-hasil yang dipakai.
vi. Laporan adanya temuan-temuan mengenai penyimpangan dari
bestek serta penanganannya.
vii. Adanya perubahan-perubahan dari gambar kerja.
viii. Lain-lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan.
3. Evaluasi Hasil Pekerjaan
Pada setiap penyelesaian bagian bagian-bagian harus diadakan evaluasi hasil
pelaksanaan. Kalau terjadi penyimpangan yang melampaui batas-batas
toleransi, harus diperbaiki, kalau perlu dibongkar dan dibuat kembali.
Selanjutnya cara-cara pengevaluasi lihat pada Bab VI :
“ PENGENDALIAN PELAKSANAAN “.
4. Tata Cara Peneguran
4.1. Penyimpangan.
Peneguran dilakukan kepada pelaksana, kalau terjadi penyimpangan dari
ketentuan-ketentuan yang ada.
Tata Cara Pengawasan
45
Ketentuan yang ada ialah :
1) Bestek dan standar-standar/spesifikasi teknik.
2) Metode kerja yang telah ditentukan.
3) Kegagalan pencapaian target menurut jadwal.
4.2. Tingkat Peneguran
a) Peneguran melalui Buku Harian Proyek.
Peneguran ini dibuat kalau :
1. Cara-cara yang dilakuakan oleh pelaksana diragukan akan
berhasil baik.
2. Penyimpangan yang terjadi belum dianggap dapat menimbulkan
resiko terhadap hasil akhir pekerjaan.
3. Produksi yang dicapai pelaksana masih dapt ditingkatkan, walau
sudah mencapai target.
4. Disiplin para pekerja yang dapat mengganggu lancarnya
pelaksanaan pekerjaan.
b) Peneguran dengan syarat, dan mengirimkan tembusannya kepada
atasan:
i. Pelaksanaan tidak tanggap terhadap isi buku harian.
ii. Penyimpangan terlalu jauh dari ketentuan yang ada.
iii. Pengawas meragukan kemampuan pelaksana akan dapat
menjalankan tugasnya dengan baik.
c) Peneguran surat oleh Pemimpin Proyek dengan menyebut sangsi-
sangsi yang tertuang dalam Surat Perjanjian Kerja.
Teguran ini bertahap :
Teguran I : - Sifatnya memperingatkan
Teguran II : - Sifatnya mempertegas peringatan I dan ancaman
dengan sangsi-sangsi.
Teguran III : - Setelah teguran I dan teguran II tidak berhasil,
teguran III adalah pelaksanaan (eksekusi) dari
sangsi-sangsi dalam kontrak.
Tata Cara Pengawasan
46
5. Tahapan Pelaksanaan Pengawasan
5.1. Perlengkapan dan Peralatan
Pengawas harus memeriksa bahwa alat-alat yang tersebut di bawah ini
tersedia di tempat pekerjaan atau pengawas harus tahu di mana alat-
alat itu bisa didapat kalau perlu.
1) Pita ukuran 5 meter.
2) Alat Sipat Datar (Waterpas).
3) Unting-unting.
4) Tali benang.
5) Semua titik tetap yang mendampingi pekerjaan.
6) Gambar-gambar yang paling akhir untuk pekerjaan yang diawasi
dengan semua perubahan.
7) Peralatan lain yang perlu dan dicatat dalam pasal lain di daftar simak
(check list) ini.
Catatan : Harus dibawa selalu: buku catatan lapangan dan pensil
(ballpen) untuk keperluan pencatatan dan perhitungan.
5.2. ”Stake Out” (Uitset)
a. ”Stake Out” (Uitset) biasanya merupakan tanggung jawab dari
pemborong akan tetapi ”Stake Out” (Uitset) dari pemborong perlu
diperiksa dan dilihat apakah sesuai dengan gambar.
Perlengkapan dan peralatan tersebut di bawah harus diadakan selain
dari perlengkapan dan peralatan yang disebutkan di pasal 5.5.1.
1) Buku lapangan/buku sipat datar dari pemborong
2) Alat sipat datar
3) Theodolit kaki-tiga dan mistar jarak.
4) Pita ukur baja sepanjang 30 meter dan kawat tancap.
b. ”Stake Out” (Uitset) Utama.
Pekerjaan ini merupakan pemeriksaan titik tetap duga sementara,
tempat- tempat pekerjaan, bangunan-bangunan dan lain-lain serta
peletakan garis tengah saluran-saluran, jalanan-jalanan, dan lain-lain.
Periksalah dan lihat supaya :
Tata Cara Pengawasan
47
1) Alat yang dipakai sudah disesuaikan.
2) Bidik belakang diambil darii titik tetap duga yang betul, (gambar
5.5.2.d).
3) ”Level run” telah menutup dan mengecek kembali titik tetap
pulang- pergi dalam jarak nilai yang dapat diterima.
4) Pengukuran jarak dilakukan dengan prosedur-prosedur yang
betul seperti :
- Pemakaian kawat tancap atau ”marking pins”, unting-unting,
mistar-jarak.
- Pita dipegang mendatar dengan penarikan yang perlu.
- Jarak diukur kembali sampai tempat permulaan dan salah-
tutup adalah jarak-nilai yang dapat diterima.
5) Semua titik bantu yang akan dipakai untuk ”stake out” yang lebih
terperinci sudah dipasang di tanah dan terbuat dari beton,
lengkap dengan paku atau jarum besi tandai titik yang tepat.
6) Piket yang dipakai untuk pembangunan sudah diberi kode warna
(misalnya, merah untuk garis tengah, hijau untuk titik tinggi, dan
lain-lain (gambar 5.5.2.a)).
7) Di mana alat berat akan dipakai, piket-piket yang penting sudah
diikatkan pada titik-titik bantu.
c. ”Stake Out” (Uitset) terperinci.
Pekerjaan ini merupakan ”stake out” (Uitset) dari profil, papan bidik,
bangunan-bangunan, dan lain-lain, (gambar 5.5.2. b dan c)
Periksalah :
1) Ketinggian piket yang akan dipakai sebagai bidik belakang,
(gambar 5.5.2. d).
2) Piket tidak diganggu.
3) Papan bidik mendatar yang mempunyai level, serta nilai jarak
ukur rantai yang dicat dari titik garis tengah yang ditandai.
4) Papan bidik dipaku ke tiang-tiang pancang yang tegar.
5) Papan-papan lereng yang curam serta profil-profil dibuat dengan
bentuk yang betul dan dipasang di tempat-tempat berdasarkan
gambar.
Tata Cara Pengawasan
48
6) Pemborong menyediakan mistar-T dengan panjang yang benar
dan ujung dicat.
7) Piket-piket untuk penggalian ”stake out” (uitset) adalah simetris
dari garis tengah dan dipasang di belakang dari batas penggalian.
8) Semua piket untuk stake mempunyai paku di atas supaya tali
benang direntangkan sepanjang garis pembangunan.
9) Semua ukuran dan perhitungan diperiksa kembali.
5.3. Pekerjaan Tanah
Pekerjaan tanah mencakup kegiatan-kegiatan dari penggalian saluran-
saluran atau parit-parit sederhana yang memerlukan pengawasan yang
tidak terlalu ketat sampai dengan pembangunan bendungan-bendungan
dengan urugan tanah yang memerlukan pengawasan ketat.
Perlengkapan dan peralatan yang perlu untuk mengawasi pekerjaan
tanah sama dengan yang diperinci pada pasal 5.5.1.
a. Penggalian Saluran/Kanal.
Periksalah
1) Penampang melintang, profil dan kemiringan galian, betul dan
lurus, sesuai dengan garis-garis kemiringan yang diperlihatkan
pada gambar. Bila ada penyimpangan maka penyimpangan
tersebut masih dalam batas toleransi (hal yang diizinkan) yang
tercantum dalam spesifikasi.
2) Bahan hasil galian ditaruh ditempat yang tepat sehingga nantinya
tidak perlu dipindah-pindah lagi (gambar 5.5.3. b dan c).
3) Bila penimbunan diperlukan untuk lereng, bahan-bahan timbunan
dihampar secara horisontal dan dipadatkan lapis demi lapis
dengan ketebalan yang telah disetujui (biasanya tidak lebih dari
15 cm), - lihat gambar 5.5.3. d - lalu dipadatkan dengan mesin
gilas atau mesin stamper lereng sebagaimana harusnya;
kemudian dikepras.
4) Semua akar, tunggul, dan barang-barang yang tidak perlu
dipindahkan dari dasar dan tebing.
Tata Cara Pengawasan
49
5) Gebalan rumput - agar sesuai dengan spesifikasi, dan disiram
secara periodik di musim kemarau.
b. Konstruksi Urugan Tanah dan Pemadatan (Embankment).
Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan pengurugan tanah seperti
saluran jalanan, tanggul pengaman pendekatan jembatan (bridges
approaches) dan lain-lain. Pekerjaan ini meliputi penghamparan
bahan-bahan urugan yang diambil dari penggalian saluran
penggalian bangunan ”side borrow”, ” borrow-haul ”.Pembentukan
urugan tanah sesuai dengan gambar (memperbaiki sifat kelengasan),
dan kemudian pemadatan bahan tersebut sampai derajat padat yang
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam spesifikasi.
Untuk melaksanakan pengawasan pekerjaan tersebut di atas, para
pengawas perlu memeriksa hal-hal tersebut di bawah ini.
- Semua bahan urugan yang telah dipadatkan telah dibuat dalam
perletakan lereng dan dimensi yang sesuai dengan gambar.
- Penggalian tanah agar dilakukan sesuai dengan perletakan yang
dikehendaki sehingga memungkinkan dilakukan pengukuran teliti.
Kontraktor tidak diperkenankan menggali lebih dalam dari duga
permukaan galian yang telah disetujui pengawas. Agar dibuat
saluran pengeringan secukupnya pada lubang-lubang bekas
galian.
- Penghamparan baru boleh dimulai bila semua rumput, kotoran,
humus, dan akar-akar telah dibuang dari rencana tempat urugan.
- Contoh (sample) bahan urugan yang telah disetujui tersedia di
tempat pekerjaan sebagai referensi.
- Contoh bahan urugan dihampar dalam lapisan-lapisan horisontal
selebar konstruksi urugan dan untuk setiap lapis setebal kurang
dari 15 cm setelah dipadatkan.
- Penghamparan lapisan berikutnya hanya boleh dilakukan setelah
lapis terdahulu dipadatkan dan dipotong sesuai dengan
persentase kepadatan dan ukuran serta bentuk yang dikehendaki.
- Dibuat catatan mengenai macam alat pemadatan dan jumlah
lintasan yang diperlukan.
Tata Cara Pengawasan
50
5.4. a. Persiapan untuk beton tumbuk (screed concrete)
Periksalah:
1) Bila ada lubang galian berair maka perlu dikeringkan sebelum
dilakukan pengecoran.
2) Dasar pondasi harus berada di tempat yang kuat.
3) Lubang galian harus tepat ukuran maupun duga dasarnya.
4) Catatan harus kokoh dan dipegang erat oleh tiang-tiang yang
dipukul masuk dalam-dalam ke dalam tanah.
5) Pemborong mempunyai pola (maal) siap untuk dipakai.
6) Pengawas menyetujui bahan batuan kasar/halus.
7) Pengawas menyetujui mutu air yang dipakai.
8) Pengawas menyetujui mutu semen.
9) Pengawas menyetujui ukuran penakar untuk volumenya maupun
bentuknya.
10) Pengawas mengecek mesin aduk beton untuk kebersihan dan
kesiapan operasinya.
11) Metode yang diusulkan untuk mengangkut beton bisa diterima.
12) Pengawas menyetujui metode yang diusulkan untuk mengecor
beton.
b. Penuangan dan penyelesaian beton tumbuk
Periksalah pada waktu menuangkan beton :
1) Lubang galian supaya kering.
2) Banyaknya campuran bahan batuan kasar dan batuan halus,
semen, dan air yang tepat sesuai dengan spesifikasinya.
3) Mutu beton pada waktu keluar dari mesin aduk telah tampak baik
(betul).
4) Beton diangkut sesuai dengan usul yang disetujui.
5) Usul penuangan sesuai dengan yang disetujui.
6) Bila beton tumbuk mempunyai permukaan yang datar,
penyelesaian dibuat hanya dengan garis kayu saja dan bukan
dengan sendok adukan.
Tata Cara Pengawasan
51
7) Penggaris kayu sebagai alat perata permukaan tidak aus pada
ujungnya.
8) Setelah selesai pekerjaan tidak ada tempat yang rendah yang
menjadi kantong air/genangan air.
c. Pekerjaan Cetakan
Periksalah:
1) Bahan bangunan untuk cetakan (kayu, besi, dan lain-lain) seperti
yang disetujui pengawas.
2) Semua bahan yang dipakai untuk cetakan adalah utuh.
3) Tebal minimum untuk acuan.
- papan 20 mm
- multiplex 12 mm
4) Semua cetakan harus tepat dan datar.
5) Penempatan garis vertikal dan horisontal harus tepat.
6) Usul penuangan sesuai dengan yang disetujui.
7) Bila beton tumbuk mempunyai permukaan yang datar,
penyelesaian dibuat hanya dengan penggaris kayu saja dan
bukan dengan sendok adukan, (gambar 5.4.4. a & b).
8) Penggaris kayu tidak aus pada ujungnya.
9) Selesai pekerjaan tidak ada tempat yang rendah yang menjadi
kantong air / genangan air.
d. Penulangan
Periksalah:
1) Tulangan bersih dan tidak terdapat lumpur, olie, karat, dan lain-
lain.
2) Diameter tulangan sesuai dengan gambar.
3) Tulangan dibengkok sesuai dengan gambar.
4) Bila sudah dipasang, tulangan diikat dengan kawat baja seperti
ditunjuk oleh Pengawas, lihat (gambar 5.5.4. f & g).
5) Ujung-ujung kawat dibelokkan menjauhi cetakan.
Tata Cara Pengawasan
52
6) Tulangan dipasang pada jarak di antara sumbu serta penempatan
pada garis perletakan yang tepat, (gambar 5.5.4. h).
7) Lapisan tulangan bagian bawah dilengkapi dengan kubus adukan
semen (beton tahu) dari papan cetakan atau lantai kerja.
8) Lapisan tulangan bagian bawah dilengkapi dengan tulangan
untuk mengatur kedudukan dari lapisan tulangan bagian pokok
(gambar 5.5.4. g).
9) Pada selimut beton dibuatkan beton penunjang untuk semua
tulangan sesuai dengan ketebalan yang diperlihatkan pada
gambar, (gambar 5.5.4. e).
10) Di mana tulangan dilewatkan, panjang lewatan (overlapping),
seperti yang disetujui pengawas lapangan.
11) Semua tulangan stek pada tempat yang tepat dengan pegangan
yang cukup.
e. Persiapan untuk pekerjaan beton tumbuk dan beton bertulang.
Periksalah:
1) Bahan batuan ditumbuk di atas alas gedek (anyaman bambu)
atau lainnya yang bersih supaya tidak bercampur dengan tanah.
2) Macam dan ukuran bahan batuan kasar dan halu sama dengan
contoh yang disetujui dikantor lapangan.
3) Bahan batuan dalam keadaan bersih tanpa akar atau daun.
4) Semen dalam kondisi baik da mutu yang disetujui.
5) Kotak penakar mempunyai ukuran yang disetujui pengawas.
6) Mesin aduk beton bersih dan dalam kondisi yang baik.
7) Alat getar bersih dan bekerja efisien.
8) Sumber air dan banyaknya volume air yang bisa dipakai seperti
yang disetujui pengawas.
9) Pemborong mempunyai tempat ukuran untuk air yang siap
dipakai di mesin aduk beton.
10) Usulan metode pengangkutan dan penuangan beton seperti yang
disetujui pengawas daerah.
Tata Cara Pengawasan
53
11) Semua timba, kereta dorong, talang curah (chute), lain-lain yang
akan dipakai untuk pengangkutan beton dalam kondisi yang baik.
12) Usulan pengecoran beton sesuai dengan spesifikasi.
13) Permukaan lapis beton yang telah dituang lebih dulu (lantai kerja
atau pengecoran berlapis-lapis) sudah dikasarkan.
Sebelum beton dituangkan periksalah:
14) Pekerjaan cetakan pada nomor b sampai dengan d dicek kembali.
15) Tulangan pada nomor f s/d h dicek kembali.
16) Cetakan telah bersih dari serbuk gergaji, kawat dan kotoran-
kotoran lainnya.
17) Jalanan untuk mengecor dibuat sedemikian rupa sehingga bebas
dari tulangan dan dapat dipindah-pindah.
18) Cetakan beton lapis terlebih dahulu, mesin aduk beton talang
curah (chute), kereta dorong dan lain-lain telah dibasahi (disiram
dengan air).
19) Tidak ada cekungan yang memungkinkan terjadinya kantung air
di cetakan.
20) Pengawas pekerjaan menyelesaikan daftar simak (checklist) dan
memberikannya kepada pengawas yang lebih tinggi.
f) Penuangan dan Penyelesaian Beton / Beton Bertulang
Periksalah :
1) Pengawas ada dilokasi; atau bila tidak ada, sudah memberi izin
tertulis kepada pemborong untuk memulai menuangkan beton.
2) Banyaknya bahan batuan kasar dan halus, semen dan air
dicampur sesuai dengan spesifikasi.
3) Uji kekentalan campuran (“slump test”) dilaksanakan dari
campuran pertama setiap hari untuk menetapkan banyaknya air
yang diperlukan.
4) Kemudian, pengujian dilaksanakan dan hasilnya dicatat setiap kali
kubus-uji diambil.
Tata Cara Pengawasan
54
5) Kubus-uji diambil dengan kehadiran pengawas pekerjaan dan
formulir kubus-uji diselesaikan berdasarkan petunjuk pengawas
yang lebih tinggi.
6) Tumpahan adukan beton dari mesin aduk beton tidak boleh
dipergunakan di pekerjaan.
7) Beton dituangkan lapis demi lapis berdasarkan petunjuk dari
pengawas yang lebih tinggi.
8) Alat getar tidak dipakai untuk memindahkan beton di cetakan.
9) Alat getar (vibrator) dimasukkan dan diangkat pelan-pelan dan
diambil dari beton di antara tulangan baja berulang kali; alat
getar tidak diperkenankan didiamkan terlalu lama dalam
campuran beton.
10) Pemadaan beton dengan tenaga manusia (dengan tusukan-
tusukan) agar dilaksanakan dengan baik terutama pada bagian
antara tulangan dan cetakan.
11) Permukaan lantai beton diratakan dengan penggaris kayu,
penyelesaian selanjutnya sesuai dengan petunjuk pengawas yang
lebih tinggi.
12) Setelah beton mencapai ikat awal, permukaan yang terbuka dan
kubus uji harus segera ditutup dan dijaga agar permukaan beton
tersebut selalu dalam keadaan lembab paling sedikit selama 7
hari setelah pengecoran beton.
g. Pembongkaran Cetakan
Harus di check hal-hal sebagai berikut:
1) Bahwa pengawas telah menyetujui pembongkaran cetakan beton.
2) Selama pembongkaran cetakan, metode yang dipakai harus
betu;l misalnya, beton tidak boleh bergerak.
3) Paku harus dicabut dahulu, sehingga cetakan dengan mudah
dibongkar.
4) Waktu membongkar cetakan yang rapat tidak boleh memakai
besi (linggis).
Tata Cara Pengawasan
55
5) Waktu membongkar cetakan, arah congkelan harus keluar,
sehingga tidak merusak beton. (Lihat gambar 5.5.4. i dan j).
6) Apabila cetakan akan dipakai lagi, agar segera diperiksa apakah
permukaannya rusak atau tidak.
h. Pekerjaan Pasangan (Masonry).
Adukan (mortar) yang dipakai untuk pekerjaan pasangan dapat
dengan bahan dasar semen (PC) atau kapur. Kalau tidak ada
spesifikasi, harus mengadakan konsultasi dengan pengawas yang
lebih tinggi.
Persiapan untuk pekerjaan pasangan.
Periksalah :
1) Bahan semen (PC), kapur, semen merah yang telah ditumbuk
halus, pasir dan batu adalah bahan yang telah sesuai kwalitasnya
dan diperoleh dari sumber yang disetujui.
2) Semen (PC) disimpan di atas papan dan diberi alas serta
terlindung dari cuaca buruk.
3) Kapur dan semen merah dilindungi dari hujan dan disimpan di
atas gedek.
4) Pasir disimpan di atas gedek.
5) Bahan semen merah dari batu bata yang telah dibakar dengan
baik ditumbuk halus dan tidak ada butir yang lebih besar dari 3
mm.
6) Tidak ada sampah yang tercampur dengan kapur atau semen
merah.
7) Bahan batu bebas dari unsur besi, lubang-lubang pori pasir dan
keadaan tidak sempurna lainnya.
8) Timbangan setiap batu kurang lebih 25 kg.
9) Batu yang mutunya lain dari yang disetujui agar disimpan di
tempat yang berbeda.
10) Batu dipecah dengan permukaan datar dan dirapihkan sesuai
dengan spesifikasi.
11) Penakar telah siap untuk dipakai.
Tata Cara Pengawasan
56
i. Mengawasi Pekerjaan Pasangan.Periksalah:
1) Galian untuk pekerjaan pasangan agar kering.
2) Urugan tanah agar dipadatkan permukaannya sesuai dengan
profil kemudian baru pekerjaan pasangan dilaksanakan.
3) Semen dalam kondisi baik.
4) Kapur diperciki air tidak lebih dari 36 jam sebelum dipakai dan
bebas dari batu.
5) Kapur yang terkena air lebih dari 48 jam harus dibuang dan
tidak dipakai lagi.
6) Kotak penakar dipakai untuk mengukur bahan campuran agar
sesuai spesifikasi.
7) Air yang dipakai harus bersih.
8) Semen, kapur, semen merah, dan pasir diukur sebelum
dicampur.
9) Pencampuran dilakukan di atas papan campuran atau pada
mesin aduk beton berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam
spesifikasi.
Bahan-bahan dicampur kering dengan baik sebelum menambah air.
10) Setelah air ditambah, konsistensi campuran diperiksa
kebenarannya.
11) Semua adukan sudah harus dipakai dalam waktu 1 jam sesudah
dicampur.
12) Batu pasangan dibasahi sebelum dipasang.
13) Pekerjaan pasangan dibuat sesuai profil yang direncanakan
dalam gambaran dengan memakai benang dan kayu.
14) Batu pengikat ditempatkan setiap meter persegi untuk
mengikat pasangan batu muka dengan pasangan di dalamnya.
15) Pasangan batu muka dan batu pengikat agar dikerjakan
bersama-sama.
16) Adukan diselesaikan tepat rata dengan permukaan batu.
17) Saringan air dibuat dari ijuk sesuai dengan gambar (alat saring),
lihat gambar 5.5.4.1.
Tata Cara Pengawasan
57
Pekerjaan pasangan yang selesai harus sama dengan contoh yang
disetujui pengawas pekerjaan.
Tata Cara Pengawasan
58
Tata Cara Pengawasan
59
Tata Cara Pengawasan
60
Tata Cara Pengawasan
61
Tata Cara Pengawasan
62
Tata Cara Pengawasan
63
Tata Cara Pengawasan
64
BAB VIII
PENGENDALIAN PELAKSANAAN
1. Maksud dan Tujuan
Pengendalian pelaksanaan dimaksudkan agar hasil pelaksanaan tercapai
dengan baik , yaitu tercapainya target yang telah ditetapkan dalam rencana,
2. Ruang Lingkup Pengendalian Pelaksanaan
Pelaksanaan konstruksi dinilai baik kalau waktu pelaksanaan tepat, mutunya
baik dan harganya ekonomis.
Untuk mendapatkan hasil pelaksanaan yang baik, perlu pengendalian
pelaksanaan.
Ada beberapa pengendalian pelaksanaan, yaitu :
3. Pengendalian Operasional (Operational Control).
3.1. Pengendalian Waktu Pelaksanaan (Scheduling Control)
Pengendalian waktu, dilaksanakan dengan mengikuti rencana
pelaksanaan, yang berisikan jenis pekerjaan urutan dan waktu
pelaksanaan yang telah ditetapkan.
Rencana pelaksanaan dapat dibuat beberapa :
a. Diagram dengan diagram batang/balok (Bar Chart).
Tiap-tiap bagian pekerjaan direncanakan dalam pelaksanaannya.
Misalnya:
Tata Cara Pengawasan
65
No Jenis Pekerjaan VolumePenyelesaian
MG. I MG. II MG. III MG IV
1.
2.
3.
Pemasangan Bow Plank
Galian Tanah
Pemasangan pondasi dst.
100 m1
300 m3
120 m3
b. Rangkaian kegiatan dengan mencantumkan jumlah hari pelaksanaan
tiap-tiap bagian pekerjaan (Net Work Planning).
Misalnya :
Keterangan:
Suatu pekerjaan dengan kegiatan A, B, C, D, E, F, G, dan H Garis kritis 1 – 3 – 6
– 8 – adalah batas waktu maksimum yang direncanakan menyelesaikan
pekerjaan.
Dengan cara diatas, pengawas dapat mengadakan evaluasi terhadap kemajuan
yang dicapai oleh pelaksanaan.
Untuk mengetahui kemajuan yang dicapai dapat digunakan metode :
- Lintasan kritis (Critical Path Method – CPM).
- Evaluasi hasil tiap rencana (Program Evaluation Review Technique – PERT).
- Sistem komputer (Computerized System).
1o
o
2a
a5
d
d
3b
b6
e
e
4c
c7
f
f
8x
x
A
D
E
F
C
I
G
HB
Tata Cara Pengawasan
66
3.2. Tenaga-tenaga Pelaksana
Untuk kelancaran pelaksanaan rencana kerja haruslah tersedia tenaga
kerja dalam jumlah yang cukup, yaitu yang :
- Terampil dan bertanggung jawab.
- Berdedikasi baik terhadap pekerjaan.
3.3. Instalasi Peralatan.
Peralatan dengan mutu yang baik dan kapasitas yang cukup sesuai
kebutuhan dengan kelancaran pelaksanaan.
3.4. Pengadaan bahan-bahan bangunan.
Pengadaan bahan sesuai dengan kebutuhan, jenis dan jumlahnya, harus
dijadwalkan mengikuti rencana pelaksanaan.
Pengadaan bahan jangan mengganggu jalannya pelaksanaan.
4. Pengendalian Ukuran (Dimension Control)
Pengendalian ukuran perlu, agar pelaksanaan sesuai dengan gambar kerja
rencana yang ditetapkan.
Sasaran pengendalian adalah :
- Titik-titik tinggi/tetap duga peil, untuk pengukuran titik rendah/datar dan
titik teratas.
- Ukuran-ukuran tebal, panjang dan lebar dari bagian-bagian pekerjaan.
- Jumlah / volume / banyaknya pekerjaan yang sesungguhnya dilaksanakan.
4.1. Pengendalian ukuran dilakukan dengan :
b. Pengukuran langsung (Direct measurement), dengan menggunakan
alat-alat ukur sederhana :
- Mistar penyipat datar (Leveling ruler).
- Papan bidik.
- Papan pengukur kemiringan / mall sudut.
- Mistar siku.
Tata Cara Pengawasan
67
- Pita meteran.
b. Pengukuran tidak langsung (Indirect mesurement) dengan
menghitung hasil pengukuran dari alat :
- Theodolit dan teropong penyipat datar dengan perlengkapannya.
Bagian-bagian yang diukur dan toleransi penyimpangan seperti
tertera dalam tabel 6.4.1.
4.2. Cara Pemotretan (Photographic Method).
Foto-foto dari hasil pelaksanaan sangatlah penting untuk lampiran
laporan, karena foto dapat menjadi bukti tentang tata cara pelaksanaan,
prestasi yang dicapai dalam waktu tertentu dan ukuran dari setiap
bagian konstruksi.
Dengan pemotretan ini dapat memberikan masukan :
a. Pelaksanaan bagian-bagian yang tidak dapat dilihat lagi setelah
sesesai konstruksi seperti, galian pondasi (kedalaman dan
kemiringan), pemasangan tulangan beton, bekesting, pengecoran
dan hasil pengecoran, serta penimbunan kembali.
b. Pemotretan pada setiap waktu menunjukkan kondisi dan kemajuan
pekerjaan sehingga si pengambil keputusan dapat melakukan hal-hal
yang diperlukan.
Urutan-urutan pemotretan (step in photografic) :
i. Foto sebelum pekerjaan dimulai sebaiknya berwarna, sehingga
situasi keseluruhan lokasi dapat dilihat dari foto tersebut.
ii. Foto waktu melakukan pengukuran (staking out).
iii. Foto waktu pelaksanaan konstruksi.
- Palang tetap.
- Permukaan galian yang telah selesai.
- Ketebalan galian batu (cobble stone) untuk pondasi.
- Ketebalan lantai kerja.
- Penyetelan besi dan ketebalan kulit atau selimut beton.
- Penyetelan dan pembukaan kembali perancah-perancah dan
cetakan.
Tata Cara Pengawasan
68
- Penimbunan kembali bekas galian.
iv. Foto pelaksanaan pekerjaan (bentuk dan pengujian mutu).
v. Foto setelah pekerjaan selesai, dibuat dari sedikitnya dua arah
untuk suatu bagian, agar dapat menunjukkan bentuk yang
sebenarnya telah selesai.
vi. Foto hasil pemeriksaan.
Bagian pekerjaan ataupun jenis kegiatan yang menjadi sasaran
pemotretan adalah seperti pada Tabel 6.4.2.
Tata Cara Pengawasan
69
Tata Cara Pengawasan
70
Tata Cara Pengawasan
71
Tata Cara Pengawasan
72
Tata Cara Pengawasan
73
Tata Cara Pengawasan
74
Tata Cara Pengawasan
75
Tata Cara Pengawasan
76
Tata Cara Pengawasan
77
Tata Cara Pengawasan
78
Tata Cara Pengawasan
79
Tata Cara Pengawasan
80
Tata Cara Pengawasan
81
Tata Cara Pengawasan
82
Tata Cara Pengawasan
83
Tata Cara Pengawasan
84
Tata Cara Pengawasan
85
Tata Cara Pengawasan
86
Tata Cara Pengawasan
87
Tata Cara Pengawasan
88
Tata Cara Pengawasan
89
Tata Cara Pengawasan
90
Tata Cara Pengawasan
91
Tata Cara Pengawasan
92
Tata Cara Pengawasan
93
Tata Cara Pengawasan
94
Tata Cara Pengawasan
95
Tata Cara Pengawasan
96
Tata Cara Pengawasan
97
Tata Cara Pengawasan
98
Tata Cara Pengawasan
99
Tata Cara Pengawasan
100
Tata Cara Pengawasan
101
Tata Cara Pengawasan
102
Tata Cara Pengawasan
103
Tata Cara Pengawasan
104
Tata Cara Pengawasan
105
Tata Cara Pengawasan
106
Tata Cara Pengawasan
107
Tata Cara Pengawasan
108
Tata Cara Pengawasan
109
PEREKAMAN DENGAN PEMOTRETAN I(DIMENSION CONTROL & PHOTOGRAPHIC RECORD)
JENISPEKERJAAN(KIND OFWORK)
KETENTUAN UNTUKPEMOTRETAN
(PHOTOGRAPHICSTANDARD)
BAGIAN YANGDIPOTRET
(PHOTOGRAPHICPOINT)
CARA PEMOTRETAN
1 2 3 41. U M U M
(GENERAL)
2. GALIAN(Excavation)
3. TIMBUNAN
(Embankment)
1.Potret(Photograph),sebelum dansesudah pekerjaanselesai harusdiambil dari arahyang sama.
2.Potret harus dapatmenunjukkankondisi danmetodekonstruksi.
3.Kejadian-kejadianpada pekerjaansementara.
4.Photo untuksemua kejadianpada setiap waktubila ada bencana.
5.Keadaanpelaksanaan OC.
6.Bagian-bagianyangtertanamtidakdapat dilihat lagisetelah pekerjaanselesai sepertipondasi, pasanganbesi.
7.Instalasi mesin-mesin
8.Dan lain-lainbergantung padakeadaan
Photo harus dibuatsetiap 50 100 m2.Dalam halpekerjaan kurangdari 50 m2 dibuatphoto 2 x atau 2tempat
Lebar dankedalaman galian,kemiringan kearahpanjang dan peil,saluran dandrainage
Lebar timbunan,tebal penyebaran,pemadatan, slope,saluran drainage.
1.Hasil potert harus dapat menjadi bahanpertimbangan untuk perencanaan ukuran.
2. Papan penjelasan yang dapat memberi informasitentang :
1) Jenis pekerjaan2) Bagian3) Rencana4) Ukuran
3.Ukuran photo :10,5 x 7 cm
4. Pembuatan photo-photo seperti semen, tanah dll,sebaiknya dibuat dengan photo warna.
Tabel 6.4.2.
Tata Cara Pengawasan
110
-s.d.a.-
1 2 3 44. PEKERJAAN
PASANGAN
5. PEMANCANGAN
6. SUMURAN
7. TEMBOK MIRING
8. COBBLEFOUNDATION
9. KONSTRUKSIBETON- pondasi- Lining sal.- Culvert- Penyebrangan- Jembatan- Tembok
penahan tanah.-Lain-lain.
10. Konstruksidengan ukuranharus tepat.- bangunan ukur- abutment- plat pintu
11. Tulangan padabeton saluran.
12. Saluran tanah
13. PEKERJAANCANAL1.Saluran
terbuka(flume).
2.Sipon (shipon).3.Gorong-
gorong.4. Terowangan.
Photo dibuat setiap 40 ~ 80 m2.Bila kurang dari 40 m2 dibuat foto untukdua tempat.
-s.d.a.-
Harus dibuat photo setiap bagianlengkap dengan ukuran.
Dibuat photo untuk setiap 200 m2.
Photo untuk setiap 50 ~ 100 m2.Bila kurang dari 40 m2 dibuat foto untukdua tempat.
Untuk konstruksi memanjang dibuatphoto setiap 40 ~ 80 m2. Bila kurangdari 40 m2 dibuat photo di dua tempat.Bila tidak memanjang, dibuat photo-photo bagian.
Pembuatan photo dari arah yangmenunjukkan ukuran-ukuran padagambar rencana.
Photo setiap 50 ~ 80 m2. Bila kurangdari 50 m2 dibuat photo di dua tempat.
photo setiap 200 ~ 400 m2 atau untuksetiap blok.
Photo untuk setiap dua sipon
-s.d.a--s.d.a-
Photo setiap sipon dan setiap variasi
Galian pondasi, kejadianpada pondsi penimbunankembali dan lain-lain harusdibuat photo.
Photo-photo penurunan.
Lebar, panjangpemasangan tulangan danpenyetelan.
Keadaan permukaankemiringan dan ketebalan,dibuat satu photo untukmasing-masing keperluan.
Lebar, tebal, dan ukuranCobble dan processpemadatan.
Galian pondasi lebar dankedalaman pemasangandan penyetelan Bekestingserta pengecoran.
Lebar, ketebalan.Pemasangan tulangan.
Pemasangan tulanganbagian-bagian lain.
Lebar, tinggi, ketebalan dankemiringan.
Lebar, tinggi, tebal,pemasangan tulangan,sambungan masuk.
-s.d.a--s.d.a-
Ketebalan, lining catakan,
Tata Cara Pengawasan
111
5. Pipa salurandari beton.
6. Pipa Baja
7. Pipa PVC
type.
Photo setiap 50 ~ 100 m2.
-s.d.a-
-s.d.a-
sbong plat-plat danterobongan sambunganmasuk.
Penempatan pipa cetakan,penyokong dansambungan.
-s.d.a-
-s.d.a-
1 2 3 48. Lining saluran
dari pabrik
9. Dam work
PEKERJAANPENGUAT(Rivetment work)- Beton penutup- Aspal penutup
PEKERJAAN JALAN1. Sub base
2. Betonperkerasan danaspal perkerasan
3. Koral Perkiraan
-s.d.a-
Photo harus menunjukkan rencanagambar struktur.
Photo untuk setiap 50 ~ 100 m2
-s.d.a-
-s.d.a-
-s.d.a-
Pemasangan setiap intervalpanjang standard pabriksambungan dan timbunankembali.
Lebar, ketebalan, tinggi,panjang, dan pekerjaanbagian-bagian utama.
Lebar, tebal, kemiringan.
- Tebal tebaran
-s.d.a-
-s.d.a-
Keterangan : Tabel ini dikutip dari bukuAsli : “Construction ControlCriteria” dengan alih bahasa,Sub Pro BINLAK – PMP
METODE STATISTIK
Pelaksanaan pekerjaan tidak selalu persis dengan ukuran rencana (design), tetapi
penyimpangan yang terjadi ada batas-batasnya yang dapat ditoleransi.
Menentukan batas-batas ini dibuat dengan ”Metode Statistik” (Statisticaly method).
Metode ini menggunakan grafis distribusi normal (Nrmal distribution Curve) yang
diperoleh dari persamaan empiris.
Tata Cara Pengawasan
112
F (x) =σ.Zπ
1.
2
σmx
21
e
Dimana : F(x) = grafik intensitas hasil pengukuran
m = nilai rata-rata pengukuran
x = hasil pengukuran
σ = standar penyimpangan
Dari formula diatas digambarkan distribusi normal sebagai berikut :
Penjelasan :
1. Bila kita menggunakan standar I, berarti yang dapat diterima (ditoleransi)
adalah hasil pengukuran dengan batas penimpangan sebesar σ (standar
deviasion value).
2. Bila menggunakan standar II, batas penimpangan sampai 2 σ.
3. Sedangkan standar III, batas penimpangan 3 σ.
1 σ 34,13 %2 σ 47,73%
3 σ 49,86 %
Tata Cara Pengawasan
113
Contoh :
1. Menghitung rata-rata pengukuran.
x = )x...xx(N
1N21 =
N
1z xi (i = 1 ~ N)
2. Varian (V) =
2
N2
i )xx...(x)x(N
1
3. Standar deviasi σ = V atau σ =N
x)(xV
2N
Contoh Pengukuran lebar dasar saluran, lebar desain = 2.00 m
No.
ttk
Pengukuran (x) Rata-rata (x) Selisih (x – x) NV = (x – x)2
1. 3,015 2,9981 0,0169 0,00028561
2. 3,012 0,0139 0,00019321
3. 3,008 0,0099 0,00009801
4. 2,990 -0,0081 0,00006561
5. 2,980 -0,0181 0,00032761
6. 2,985 -0,0131 0,00017161
7. 2,992 -0,0061 0,00003721
8. 2,982 -0,0061 0,00025921
9. 3,007 -0,0089 0,00007921
10. 3,010 0,0119 0,00014161
29,981 0,00165890
σ = V =N
x)(xV
2N
=10
00165890,0= 0,012879
σ = 0,01288
2σ = 0,02576
3σ = 0,03864
Dari contoh diatas dapat dibuat kesimpulan :
Tata Cara Pengawasan
114
1. Bila standar penyimpangan ditetapkan standar I, yang tidak memenuhi adalah
pengukuran pada titik 1, 2, 5, dan 8.
2. Bila ditetapkan standar 2, maka semua hasil pengukuran sudah dapat ditoleransi.
5. Pengendalian Mutu (Quality Control)
Pengendalian mutu ada dua tahap yaitu :
5.1. Pengendalian mutu bahan
Sebagai alat pengendali adalah :
a. Normalisasi dan standar-standar, seperti :
i. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia.
ii. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia.
iii. Peraturan Beton Indonesia, 1971.
b. Alat-alat penguji laboratorium, seperti :
i. Laboratorium Tanah.
ii. Laboratorium Beton.
iii. Laboratorium Hidrologi.
iv. Laboratorium Baja.
c. Metode-metode pengujian, seperti : ASIM dan JIS.
5.2. Pengendalian Mutu Hasil Pelaksanaan.
Hasil pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan
dalam spesifikasi.
Alat pengendali mutu hasil pelaksanaan :
a. Alat-alat penguji kekuatan, seperti :
i. Alat-alat penguji kepadatan timbunan tanah
Tata Cara Pengawasan
115
(Sand Cone Test, CBR, dan lain-lain).
ii. Alat penguji kekentalan dan kekuatan beton,
(Slump Test dan Strength Test).
b. Cara-cara penguji seperti : ASIM dan JIS.
5.3. Lingkup Pengendalian
(Lihat Tabel 6.5.3a, 6.5.3b, dan 6.5.3c).
6.5.3. CONTOH PENGAWASAN MUTU / PENGENDALIAN MUTU
Tabel 6.5.3a. PEKERJAAN BETON
JENISPENGUJ
IAN(TESTIN
GMEASUR
INGITEM)
METODE
PENGUJIAN
(TESTING
METHOD)
STANDARPENGUJIAN(TESTINGMEASURIN
GSTANDARD)
METODE PENGENDALIAN(CONTROL METHOD)
TINDAK LANJUT DAN SARANTREATMENT REKOMENDASI
1 2 3 4
Tata Cara Pengawasan
116
1.Physical test ofcement.
JISK520 i
Padadasarnyamutu betonsudahtercantumdalamdarftar hasiltestingyangdibuatkanolehpabrik :Dalam halbahandisimpan digudan lebihdari 3 (tiga)bulan,harusdilakukanpengujianulang.
1) Metoda pencatatan’Hasil testing direkam sebagai berikut :a. Hasil pengujian berat jenis dan penyerahan agregat disusun sesuai dengan tabelb.Hasil pengujian air permukaan (surface moisture) dari agregat halus (pasir).c. Pengujian slump, kandungan udara dan tegangan tekanan beton.d.Dalam hal pengetesan dengan 20 benda uji atau lebih, control menggunakan X – Rs – Rm atau X – R chart. Bila kurang dari 20 benda uji, gunakan tabel normal
2) Pengawasan (control)a. Mutu beton diawasi dengan rencana mutu dan hasil test.b. Slum, kandungan udara, kekuatan tekan, dicek dengan spesifikasi yang ditentukan.
1)Dalam hal spesific grafity dan gradasi tidak sesuai dengan nilai perencanaan, haruslah diubah dan diuji kembali proposisi campurannya.
2) Untuk memperoleh surface moisture of fine aggregat, slump test dan kandungan udara yang prporsionildari hasil percobaan yang bervariasi, haruslah diadakan pengujianulang danmemberi perhatian pada penimpangan / pengukurannya.
3) Pengawasan terhadap kekuatan beton haruslah sungguh-sungguh mencegah agar jangan terjadi tegangan beton yang terlalu rendah. Dalam hal ini nilai pengujian jatuh, makaharus dikorekso kembali mutu bahan, perbandingan campuran dan metode pencampuran.
2.Spesificgrafity&absorbtion
JIS A1109JIS A1110
Masing-masingpengujiandilakukanuntuksetiapsumber
3.SieveAnalysis
JIS A1102
i. Satu kaliuntukvolume600 m3
ii. Satu kaliuntuksetiapcontohyangberbedasumber
4.Surfacemoisture testof fineaggregat.
JIS A1111
Dilakukantiap hari,atau setiapadaperubahankarenahujan.
5.Slumptest
JIS1101
Dilakukandua kalisehari (pagidan sore)
6.Aircontenttest
JIS A1108
Dilakukanuntuksetiap kaliproduksibeton
Tata Cara Pengawasan
117
7.CompressionStrengttest
JIS A1108
1) Contohdibuatdenganmodelcetakan.
2) Percobaandilakukan satukali padaumur 7harisetiap 50m3
beton,dan satukali padaumur 28harisetiap150 m3
beton,(tigasampletiappengujian)
Dalam halpengecoranbetonkurang dari50 m3perharimakapengujianbolehdilakukan :Satu kaliuntuk 7 hr /50 m3
Satu kaliuntuk 28 hr/ 150 m3
Tabel 6.5.3b. Beton Seleksi diaduk (Ready Mix Concrete)
1 2 3 4 5
Tata Cara Pengawasan
118
1)Agregat test. JIS1102
Mutuagregatdiambildaritabel-tabelhasilpercobaan yangdisediakan olehproducer beton
1) Metode pencatatan (reading method).Slump, kandungan udara dan kekuatan di record seperti 1.1.1. diatas
2) Pengawasan
a. Hasil percobaan dibuat dalam tabel oleh producer “concrete mix” dengan perbandingan campuran memnuhi ketentuan dalam spesifikasi teknik.
b. Hasil percobaan tentang slump, kandungan udara dan kekuatan tekan dicek apakah memenuhi persyaratan spesifikasi teknik.Kesemuanya haruslah diawasi
1).Slumpdankandunganudaraharusdiperhatikandenganberbagaivariasiperbandingan.
2).Kekuatanbetonharusdiawasidengancermatmencegahterjadimutubetonrendah.
Kalauhasil-hasilpengujian lebihrendahdarispectkharusdiambiltindakan.
2)Perbandingan campuran Pengawasanterhadapperbandingancampuranberdasarkanlaporanyangdiajukan olehproducer.
3)Slump test JISA1101
Dilakukan duakalidalamsehari(pagidansore).
4)Kandungan udara JISA1128
Dilakukanuntuksetiapcontoh-contohyangdibuat
5)Percobaan JIS1108
Serupadengan: 1.1.7.diatas
Tata Cara Pengawasan
119
6. Pengendalian Keamanan dan Dampak Lingkungan (Safety
Enviromental Impact)
Dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan harus dapat dihindarkan terjadinya
kecelakaan dalam pelaksanaan, ataupun gangguan-ganguan pelaksanaan dari
luar, untuk hal tersebut perlu pengendalian keamanan dan dampak lingkungan
sebagai berikut :
6.1. Keamanan konstruksi
Dimensi yang tertera dalam gambar rencana yang telah ditetapkan harus
tercapai dengan baik, untuk tujuan itu harus mengikuti metode
pelaksanaan yang tepat, lengkap dan aman.
6.2. Keamanan Pekerja
Waktu menjalankan tugas, pekerja harus dibekali keterampilan menjaga
diri dari kemungkinan kecelakaan dengan alat-alat pengaman, seperti :
- Pelindung kepala (topi helm).
- Sabuk pengaman.
- Sepatu kerja.
- Sarung tangan.
6.3. Keamanan terhadap gangguan dari luar.
Tata Cara Pengawasan
120
Untuk kelancaran pekerja haruslah dicegah kemungkinan adanya
gangguan-gangguan dari luar, antara lain dengan cara :
- Membuat pagar atau batas pengaman.
- Menempatkan penjaga khusus siang malam.
- Melaporkan adanya kegiatan kepada aparat keamanan.
6.4. Dampak lingkungan.
Pelaksanaan suatu pekerjaan dapat menimbulkan dampak lingkungan,
berupa limbah hasil pelaksanaan yang mengganggu lingkungan. Untuk
itu perlu tindakan dan pelaksanaan yang tepat, agar tidak timbul dampak
lingkungan yang negatif. Karena dampak lingkungan dapat meresahkan
masyarakat sekitarnya, yang akhirnya berakibat kurang baik jalannya
pelaksanaan.
7. Pengendalian Pembiayaan Pekerjaan (Cost Control)
Pengendalian atas pembiayaan diperlukan pada :
a. Pekerjaan yang dilaksanakan dengan perjanjian harga satuan (unit price).
Agar perjanjian dapat diselesaikan dengan baik :
- Hasilnya sesuai dengan perencanaan, spesifikasi teknik yang telah
ditentukan.
- Waktu pelaksanaan yang tepat.Pembiayaan akhir pekerjaan telah
melampaui anggaran pelaksanaan yang telah diaanggarkan oleh
proyek.
b. Pekerjaan yang dilaksanakan dengan perjanjian harga Lump Sum.
Pengertian pengendalian dalam hal ini adalah mengusahakan agar
pelaksanaan tidak menggunakan biaya pada hal-hal yang tidak perlu
terjadi, misalnya karena metode pelaksanaan yang tidak tepat.
Pembiayaan yang melebilhi anggaran akan mengakibatkan pelaksanaan
kekurangan biaya penyelesaian pekerjaan.
8. Penampilan (Performance)
Tata Cara Pengawasan
121
Hasil akhir pelaksanaan harus dapat memberikan keindahan dan keserasian
pemandangan.
Misalnya :
- Permukaan timbunan harus rata dan rapih.
- Tatanan rumput / lempengan rumput yang teratur.
- Permukaan plesteran yang rata.
- Siaran pasangan yang rapi.
Bangunan :LAPORAN HARIAN NO. Direksi
Pelaksana::Di :
Pada Hari : Tgl.
Jumlah TenagaKerja
Pekerjaan yangdilaksanakan
Bahan yangdidatangkan
K e t e r a n g an
uyu
Pekerjaan dilaksanakan dari jam ........ pagis/d jam ......... sorePekerjaan selanjutnya tak dapatdilaksanakan dari jam ........... s/d jam
Karena :
CuacaPagi :Sore :
Ttd Direksi / WakilDireksi
Ttd. Pelaksana
CONTOH LAPORAN HARIAN
Kontrak : Hari ………….. Tanggal …………..
Tata Cara Pengawasan
122
Pemborong : Keadaan cuaca :
Pekerjaan : Jam : Keadaan : Dapat / tidak
dapat
dilaksanakan.
Bagian : 1………………….. ………….. …………………..
Pekerjaan : 2………………….. ………….. …………………..
3………………….. ………….. …………………..
Tenaga kerja : Peralatan :
1. Pelaksana : …………..
orang
Jenis Jumlah Kapasitas
2. Mandor : …………..
orang
1. Pompa air ………….. …………………..
3. Pekerja : …………..
orang
2. Beton molen ………….. …………………..
4. Tukang : …………..
orang
3. Alat timbris ………….. …………………..
5. Mekanik : …………..
orang
4. Truck ………….. …………………..
6. ………….. : …………..
orang
5. Kapal keruk ………….. …………………..
7. ………….. : …………..
orang
6. Buldozer ………….. …………………..
7. ………………….. ………….. …………………..
Kemajuan pekerjaan :
Jenis pekerjaan Estimate volume
1. Galian …………………..
2. Timbunan/pemadatan …………………..
3. Pasangan baru …………………..
4. ………………….. …………………..
5. ………………….. …………………..
Penyedia bahan-bahan
Jenis bahan J u m l a h
Tata Cara Pengawasan
123
1. Semen …………………..
2. Batu kali …………………..
3. Kerikil …………………..
4. ………………….. …………………..
5. ………………….. …………………..
Tata Cara Pengawasan
124
CONTOH LAPORAN MINGGUAN
Pekerjaan :Pemborong :Kontrak :Minggu :(Tanggal …………….. s/d Tanggal ……………..)
NO. JENISPEKERJAAN
ESTIMATEVOLUME
PEKERJAANTOTAL
VOLUME YANGTELAH
DILAKSANAKANS/D MINGGU
LALU
VOLUMEPELAKSANAANMINGGU INI
VOLUMEPELAKSANAAN
TOTAL S/DMINGGU IN
NILAIBOBOTJENIS
PEKERJAAN( % )
PROSENTASEKEMAJUAN
PELAKSANAAN( % )
KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tata Cara Pengawasan
125
PekerjaanBangunan Air
: ……………………… LAPORAN BANGUNAN MINGGUAN AIR KE : ………………………. Kepada :
Nomor kontrak : ……………………… MINGGU KE : ……………………… BULAN : ……………………… Yth.
_________________P e m b o r o n g : ………………………
NO. TGL. PEKERJAAN TANAH PEKERJAAN
PASANGANPLESTERA
NBETO
N BONGK.
Beton
BONGK.
Pas.Bt
TENAGAKERJA
CUACA KET
Gal. Timb.
Kosr
Bt.Kos
Bt.Kali
Bt.Muka
Siar
Halus.Kasar
Tulang.
Tumbk
Pek M Jm
l
JUMLAH
Tata Cara Pengawasan
126
No. Tgl. Pasir Koral Bt.Bll BtMk Semen Kayu Papan Besi Keterangan No. Pas.SchotBalk
Besi-besi
canal Aspal
Pipasiku
JUMLAH :
DIPERIKSA OLEH :
P E N G A W A S S E K T O R
( )
PENGAWAS SETEMPAT
( )
……………………
Tata Cara Pengawasan
127
BAGIAN SALURAN : ……………………… LAPORAN BANGUNAN MINGGUAN AIR KE : ………………………. Kepada :NOMOR KONTRAK : ……………………… MINGGU KE : ……………………… BULAN : ……………………… Yth.
_________________
PEK. DARI PROFIL : ………………………PEMBORONG
No. Tgl.
Taksiran hasil Alat2yg
dipakai
Cuaca
Jarak BuanganTanah Jenis
Tanah
Tinggibuang
an
Pek.Tambahan yg ada
Banyaktenaga KET
Galian
M3
TimbunanM3
HumusanM2
Tgg.kiri
M#
Tgg.kananM3
Pek M Jm
l
Keterangan tambahan :Diperiksa Oleh :
P E N G A W A S S E K T O R
( )
PENGAWAS SETEMPAT
( )
……………………
Tata Cara Pengawasan
128
DIREKTORAT JENDRAL PENGAIRANDIREKTORAT IRIGASIPROYEK IRIGASI
BAGIAN SALURAN : ……………………… LAPORAN BANGUNAN MINGGUAN AIR KE : ………………………. Kepada :NOMOR KONTRAK : ……………………… MINGGU KE : ……………………… BULAN : ……………………… Yth.
_________________
PEK. DARI PROFIL : ………………………PEMBORONG
No. Tgl.
Pekerjaan Tanah Pekerjaan Pasangan
Cuaca KeteranganGalian UrugTanah
UrugPasir Humus Pas.
OnderslagPas.
Stenslag Mengaspal GilasanPas.Batu
Pinggir
JUMLAH
Tata Cara Pengawasan
129
BAHAN-BAHAN MATERIAL YANG DATANG DAN ADA DILAPANGAN PEKERJAAN KETERANGAN TAMBAHAN :
No. Tgl. Pasir Bt. Pecah10/15 Aspal Kayu Papan Keterangan
JUMLAH
Diperiksa Oleh :Koordinator Pelaksana
( )
Pengawas Setempat :
( )
……………………
Tata Cara Pengawasan
130
CONTOH LAPORAN BULANAN
Proyek :Jenis Pekerjaan :Bulan/Tahun :
KETERANGAN :LAPORAN BULAN :Laporan bulanan dibuat setiap bulan oleh staf pelaksana konstruksi atas dasar laporan mingguan yang dibuat oleh Pengawas Daerah.Laporan bulanan ini kemudian dituangkan dalam bentuk grafik bersama-sama dengan laporan kemajuan tersebut dan ditempelkan diruang operasi (operation room) kantor proyek.Untuk proyek-proyek yang berstatus sub. Proyek, laporan bulanan ini harus dikirimkan setiap bulan kepada kantor pusatnya.
No. L o k a s i Jumlah Nomenklatur RealisasiProsentase Jenis
Pekerjaan(Kumulatif)
Prosentasebobot menurutdata dalam D.
I. P
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8
Tata Cara Pengawasan
131
BAB TAMBAHAN :
PENGENALAN UMUM SISTEM MONITORING, INFORMASI DAN
PELAPORAN YANG BERKOSISTENSI DENGAN TUGAS PENGAWASAN
LAPANGAN
SISTEM MONITORING PROYEK
Tujuan Sistem Monitoring Proyek ini adalah memonitor kegiatan proyek baik dari segi
areal/fisik maupun segi keuangannya sehingga dapat memberikan informasi kegiatan
apa saja yang ada di proyek dan bagaimana kemajuan/progress pelaksanaannya pada
suatu saat tertentu.
Untuk mendukung maksud ini maka diperlukan data-data, baik dari daftar isian
proyek/petunjuk operasi, dan syarat-syarat perjanjian pemborong/kontrak yang dibuat
dalam rangka pelaksanaan proyek, maupun data-data mengenai realisasi dari
penggunaan anggaran jenis kegiatan setelah dilaksanakan.
Sehubungan dengan pelaksanaan monitoring proyekyang akan dilaksanakan dengan
komputer, maka data yang diperlukan tersebut dituangkan dalam formulir-formulir yang
telah ditentukan sebagai berikut :
- FORM PRT-006 : adalah Formulir Isian Data Master / Revisi Master P.O.
- FORM PRT-006/A : adalah Formulir Target Areal/Fisik P.O.
- FORM PRT-007 : adalah formulir isian Data Kontrak/Revisi Kontrak Khusus
untuk jenis pengeluaran Konstruksi.
- FORM PRT-007/A : adalah Formulir Khusus untuk Kontrak Multiyers .
- FORM PRT-008 : adalah Formulir Isian Data Realisasi Fisik/Areal
- FORM PRT-009 : adalah Formulir Isian Data Realisasi Kontrak.
(Formulir ini hanya dimaksudkan sebagai contoh yang pernah berlaku di lingkungan
Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen PU, dan saat ini masih dalam tahap
Tata Cara Pengawasan
132
penyesuaian dengan ketentuan peraturan prundangan yang baru, sehingga perlu segera
penyesuaian setelah ketentuan baru diberlakukan)
Dokumentasi/sejarah kronologis pelaksanaan:
Untuk tujuan dokumentasi dan memudahkan mengikuti perkembangan proyek
secara kronologis, pada tahap penyelesaian suatu pekerjaan, pengawas berkewajiban
membuat laporan sejarah kronologis pelaksanaan.
Pada laporan tersebut dicantumkan secara terperinci berbagai keterangan yang
berhubungan dengan pekerjaan tersebut, antara lain tanggal-tanggal penting,
permulaan dan selesainya pelaksanaan, perubahan-perubahan, pelaksana, dimensi-
dimensi pokok, dan sebagainya.
Dengan laporan tersebut, dapat diketahui semua hal yang berhubungan dengan
bangunan tersebut di kemudian hari. Lihat Contoh Laporan berikut:
Daftar simak (Chek list) pelaksanaan pekerjaan:
Untuk memudahkan pengawas dalam memeriksa bagian-bagian pekerjaan di
lapangan pada saat mengadakan pengawasan, atau pada saat pemeriksaan bersama,
maka perlu pemakaian Daftar Simak (Cheklist), agar tidak ada bagian-bagian kegiatan
yang luput dari pengamatan dan pemeriksaan.
Daftar simak tersebut dibuat bersama oleh pengawas lapangan dan diperiksa
untuk direkonfirmasi oleh koordinator pengawas lapangan (Pengawas Daerah). Untuk
pekerjaan pengawasan dibidang Sumber Daya Air, kegiatan yang umumnya memerlukan
daftar simak adalah: Pekerjaan Persiapan Pelaksanaan, Pekerjaan Uitzet (Staking out),
Pekerjaan Galian dan Timbunan, Pekerjaan Persiapan Pengecoran beton, dan Pekerjaan
Pasangan Batu.
Khusus dalam kaitan pelaksanaan lanjutan, maka daftar simak ini harus terlebih
dahulu diisi dan ditandatangani oleh pengawas sebelum pelaksana pemborong
diperkenankan melanjutkan kegiatannya. Lihat contoh Daftar Simak – Check List berikut:
Tata Cara Pengawasan
133
Tata Cara Pengawasan
134
Tata Cara Pengawasan
135
Tata Cara Pengawasan
136
Tata Cara Pengawasan
137
Tata Cara Pengawasan
138
Tata Cara Pengawasan
139
Tata Cara Pengawasan
140
Tata Cara Pengawasan
141
Tata Cara Pengawasan
142
Tata Cara Pengawasan
143
Tata Cara Pengawasan
144
Tata Cara Pengawasan
145
PROSES INFORMASI PELAPORAN DI DIREKTORAT JENEDRAL SUMBER DAYA AIR.
Untuk memberikan gambaran secara umum tentang sistem pelaporan proyek-
proyek irigasi dalam lingkungan Direktorat Jendral Pengairan, dapat dikemukakan
sebagai berikut. (Ini dimaksudkan hanya sebagai ilustrasi dari proses informasi yang
pernah likakukan oleh Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen PU, dan saat ini
dengan struktur baru Departemen PU, perlu segera disesuaikan setelah proses
informasi yang baru selesai disusun dan siap dilaksanakan secara menyeluruh).
Data-data masukan dari pengawas lapangan seperti disebutkan terdahulu,
diseleksi dan diklasifikasikan kedalam berbagai kategori, yang dipergunakan untuk
membuat berbagai laporan ke berbagai instansi yang mempergunakan informasi
tersebut.
Bagan arus dan jenis-jenis laporan yang dimaksud (hanya untuk memberikan
gambaran umum dan tidak berlaku lagi sekarang), dapat dilihat pada skema berikut ini :
BAGAN ARUS INFORMASI
Pada skema tersebut di atas dapat dilihat berbagai jenis laporan kepada berbagai
instansi.
PROYEK
BAGIANPROYEK/
SUB BAGIAN
BAPPENAS
BAGIAN KEUANGANDIREKTORATJENDERALPENGAIRAN
BAGIAN PERINTALDIREKTORATJENDERALPENGAIRAN
BIROPERENCANAANDEPARTEMENPEKERJAAN UMUM
Tata Cara Pengawasan
146
(Prosedur ini masih memakai pendekatan lama dan perlu disesuaikan dengan yang baru,
dan berlaku di lingkungan Direktorat Jenderal PSDA. Jadi hanya dimaksudkan sebagai
pengetahuan saja, dan akan segera diadakan penyesuaian seperlunya)
SISTEM INFORMASI DAN KOMPUTER
Suatu bentuk organisasi baik swasta maupun instansi pemerintah memerlukan
suatu sistem informasi yang efisien dan terpercaya untuk memungkinkan badan tersebut
mengamati perkembangan atau memonitor kejadian ataupun kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan organisasi tersebut.
Informasi tersebut dikumpulkan dan dianalisis secara rutin untuk dipergunakan
sebagai bahan pengambilan keputusan dalam pengendalian kebijaksanaan organisasi
tersebut.
Konsep Dasar Sistem Informasi.
Bagian utama dari sistem informasi adalah informasi itu sendiri berikut fungsi
pengolahan informasi itu. Peranan komputer dalam hal ini, hanyalah sebagai alat
untuk membantu pengolahan berbagai-bagai informasi.
Prosespelaksanaanstrategipimpinan
Prosespelaksanaanstrategipimpinan
hasilLaporanInformasi
Perintah /
rencana
Evaluasi
Informasi
Informasi dari luar
Informasi dari luar
Pengambilan
keputusan untuk
sistem manajemen
yang sempurna
melalui informasi
yang baik
kegiatan yang
didasarkan atas
informasi yang
diperlukan untuk
penyempurnaan
kegiatan
sistem manajemen
Tata Cara Pengawasan
147
Dalam hal ini, perlu ditegaskan definisi :
Sistem : Gabungan antara manusia, mesin, peralatan dan metoda yang
dipergunakan untuk melaksanakan suatu tujuan tertentu.
Komputer : Serangkaian peralatan yang mampu melaksanakan perhitungan dan
pengolahan yang bersifat logis dalam jumlah yang sangat besar,
tanpa campur tangan operator selama melaksanakan fungsinya.
Peralatan termaksud pada umumnya terdiri dari lima bagian pokok
yaitu : Unit aritmatika dan logie, unit kontrol, unit penyimpanan, unit
masukan dan unit luaran.
Metoda yang dipergunakan dalam proses informasi merupakan suatu faktor
yang sangat penting dalam mewujudkan sistem informasi yang cukup baik untuk
diterapkan.
Proses pengolahan informasi sebenarnya merupakan sistem yang sangat
tergantung pada faktor manusia yang mempergunakan mesin sebagai alat
pengolahan. Jadi prosesnya disuatu pihak tergantung pada mesin. Pengalihan
informasi diantara sistem ini, harus cepat, tepat dan sempurna untuk menjadi suatu
sistem informasi yang memenuhi tujuan. Dalam hal ini, komputer merupakan suatu
mesin pengolah informasi seperti tujuan tersebut diatas.
Sistem Komputer.
Sistem komputer terdiri dari peralatan elektronik, elektromagnetik, atau
peralatan mekanis yang disebut “Hardware”, melaksanakan tugas pengolahan
serangkaian informasi seperti membaca data masukan (input), penyimpanan
(storage), perhitungan (computing), perbandingan (comparing), pengeluaran data
(outputing) dan pengendalian penggunaan sistem secara menyeluruh.
Perintah pemakaian terdiri dari “software” dan “program” yang juga merupakan
satuan yang tak terpisahkan dari keseluruhan sistem. Sistem komputer disebut juga
“Elektronic Data Processing System” (E.D.P.S.).
Tata Cara Pengawasan
148
Suatu sistem komputer, terdiri dari “Hardware” dan “Software”.
Hardware adalah Peralatan fisik yang dipergunakan untuk pengolahan data.
Software adalah Program komputer, routines, dan prosedur yang
berhubungan dengan penggunaan sistem komputer.
Program = Routine = adalah serangkaian perintah untuk pernyataan
perintah yang dapat dimengerti oleh komputer. Umumnya terdiri dari perintah
serbaguna yang dapat dipergunakan berulang kali.
Sistem Komputer
Hardware Software
Tata Cara Pengawasan
149
Fungsi Sistem Komputer.
Informasi yang masuk terdiri dari data masukan dan program diteruskan dan
disampaikan ke alat pemasukan data, di sana data tersebut terkumpul, diteruskan ke
pusat pengendalian untuk perintah pengolahan dan pengeluaran hasil yang sudah diolah
sesuai perintah.
Pengeluaran hasil yang sudah diolah dilaksanakan melalui alat pengeluaran data yang
berfungsi dari adanya data yang disampaikan oleh pusat pengumpulan informasi atas
perintah pusat pengendali.
C P U(Central Processing Unit)
Pengendaliandan pengolahaninformasi secaramenyeluruh
control
storage
OUTPUTINPUT
perhitungan
proses pengolahaninformasi /pengolahan
INPUT OUTPUT
Alat masukandata
informasimasukan DataProgram
informasi
keluaran
(Output Data)
Alat pengeluardata
pengumpulaninformasi
Skema dari lima fungsi utama komputer
Tata Cara Pengawasan
150
Manusia dan Komputer.
MANUSIA DAN KOMPUTER
Pengolahan informasi merupakan fungsi fundamental otak manusia. Proses
informasi tersebut mencerminkan sifat-sifat maupun karakter seseorang. Pada dunia
modern saat ini, dimana struktur sosial semakin hari semakin rumit, jika kita tetap
mengandalkan cara-cara analisis yang bersifat comvensional yang umumnya sangat
lamban.
Juga seringkali kita terhambat oleh keterbatasan kemampuan manusia untuk mengolah
data yang semakin rumit.
Untuk memenuhi tuntutan ini, berbagai peralatan diciptakan untuk membantu
manusia untuk pengolahan data yang lebih sempurna. Salah satu penemuan manusia
yang luar biasa adalah komputer. Prinsip kerjanya diciptakan dengan meniru mekanisme
yang ada pada manusia :
Komputer berfunsi sebagai pengolah informasi seperti manusia.
Input unit berfungsi sebagai mata dan telinga yang membaca dan mendengar
informasi
perhitungan
ingatan
pengendalian
Program(Prosedur Pengolahan)
telinga
mata
reaksikeluaranlisan
sumber
data
masukan(input)
Reaksi keluaran tertulis Perintah tertulis Output
Tata Cara Pengawasan
151
CPU berfungsi sebagai otak yang menyimpan, mengolah, menghitung dan
mengendalikan suatu tujuan.
Output unit berfungsi sebagai tangan atau mulut yang berfungsi menulis atau
berbicara.
Penyimpanan bantu berfungsi sebagai buku catatan yang membantu otak menyimpan
keterangan-keterangan yang diperlukan sebagai tambahan, agar tidak mudah
dilupakan.
Kelebihan dan kekurangan komputer.
Sistem komputer merupakan pengolah informasi yang paling maju dalam dunia modern
kita pada saat ini. Banyak sekali karakter dan sifat yang sangat menguntungkan,
sehingga biaya pengolahan dapat ditekan serendah mungkin dengan hasil yang sangat
baik dan waktunya yang relatif singkat. Fungsi-fungsi tersebut antara lain :
Fungsi Serbaguna.
Semua fungsi yang diperlukan untuk pengolahan digabung menjadi sistem tunggal.
Kemampuan menyimpan data yang sangat besar.
Secara teoritis, batas kemampuan penyimpanan informasi sangat besar,
sehingga mendekati tak terbatas
Ketepatan pengolahan.
Betapapun rumitnya dan panjangnya program dan tugas yang dibebankan,
perintah-perintah dan sebagainya, semua dapat diingat tanpa kesalahan.
Ketepatan pengolahan yang luar biasa.
Lima sampai enam angka dapat dengan mudah ditambah dan dikurangi berjuta-
juta kali dalam sedetik.
Bersifat otomatis dan hemat tenaga.
Pengolahan otomatis dengan tenaga manusia yang sedikit dapat dilaksanakan
dengan menyimpan program dan memasukkan data sebanyak-banyaknya.
Kekurangannya bagaimanapun juga komputer adalah ciptaan manusia
yang tidak dapat bertindak dengan sendirinya.
Tata Cara Pengawasan
152
Tidak dapat mengerti perasaan manusia dan senantiasa bergantung pada
manusia.
Bagaimanapun baik dan sempurnanya sistem komputer, kalau data yang
disodorkan dan cara pemakaiannya yang tidak sempurna, hasilnya tetap tidak
baik.
Komputer dan pelaporan.
Jelas bahwa penggunaan komputer dalam pelaporan, sangat
menguntungkan bagi pemakai, terutama pada zaman modern seperti sekarang
ini. Untuk memperlancar penyaluran informasi dari atas ke bawah dan
sebaliknya komputer sangat diperlukan.
Pada pembangunan prasarana irigasi dewasa ini, kita harus mengikuti
dan menerapkan sistem komputer dalam sistem pelaporan untuk
memungkinkan memonitor secara cepat, tepat dan terpercaya semua kegiatan
pembangunan.
Selanjutnya melalui sistem pelaporan yang cepat, tepat dan terpercaya ini
dapat dengan cepat diambil langkah-langkah pengendalian yang sempurna,
sehingga dapat dipastikan berhasilnya setiap rencana yang diprogramkan.
Petugas di gugus depan seperti pengawas lapangan, sangat berperan
untuk menyajikan data yang terpercaya untuk diteruskan sebagai bahan yang
akan diolah oleh komputer, penemuan yang menakjubkan itu.
Tata Cara Pengawasan
153
SISTEM MONITORING DALAM PENGENDALIAN PELAKSANAAN
Monitoring ditinjau dari dasar katanya, mengandung arti pengamatan secara
teratur dan berkesinambungan. Jadi dalam pelaksanaan pembangunan proyek-proyek
irigasi, sistem monitoring dimaksudkan sebagai suatu daya upaya menggunakan metoda
dan peralatan tersendiri untuk mengamati semua kegiatan yang bersangkut paut
dengan pelaksanaan pekerjaan.
Salah satu bagian dari kegiatan monitoring tersebut adalah pengawasan di tempat
secara terus menerus, disertai dengan pencatatan dan pelaporan fakta-fakta yang
terjadi, baik berupa kemajuan kerja dalam angka, maupun dalam bentuk informasi
tentang kejadian sehari-hari. Fakta-fakta tersebut diolah, dan secara berantai sesuai
dengan jenjang pertanggungjawaban, diteruskan kepada yang membutuhkannya.
Kesimpulan dari kejadia-kejadian tersebut dimaksudkan untuk secara rutin
memberikan gambaran yang mantap atas kemajuan suatu proyek sesuai dengan
program yang ditetapkan dalam DIP. Dengan demikian, berdasarkan laporan-laporan
tersebut dapat diambil suatu keputusan atau langkah-langkah yang berhubungan
dengan pengendalian proyek.
Pengendalian proyek atas dasar data-data yang dimonitor tersebut, sangat
tergantung pada kelancaran suatu proyek melaporkan kegiatan yang dilaksanakannya,
baik dari segi perkembangan pembangunan fisik dalam mencapai target yang sesuai
dengan tujuan proyek itu sendiri, maupun segi penggunaan dananya.
Peranan pengawas Lapangan dalam Monitoring.
Pengawas lapangan adalah petugas terdepan yang bertanggung jawab mengawasi,
mangamati, mencatat, dan melaporkan semua kegiatan yang terjadi di lapangan. Jadi
dalam hal ini pengawas lapangan adalah sumber informasi dari kegiatan monitoring.
Kegiatan demi kegiatan dikumpulkan, diseleksi, dan dievaluasi, untuk diwujudkan
menjadi laporan. Peranan ini sangat penting, karena bagaimanapun baiknya atau
buruknya pelaksanaan, kesan ke luar pertama-tama ditentukan oleh fakta laporan yang
cepat, tepat dan terpercaya. Kumpulan informasi dari para pengawas lapangan,
Tata Cara Pengawasan
154
digabungkan dan diolah, akhirnya akan disimpulkan oleh atasan dan atas kesimpulan
tersebut diambil kesimpulan.
PENUTUP
Uraian-uraian terdahulu, secara selayang pandang, menggambarkan tata cara
pengawasan dalam pelaksanaan konstruksi proyek-proyek Bidang SDA dengan berbagai
aspek-aspek yang berkaitan, walaupun diuraikan secara singkat, namun setidak-
tidaknya telah mencakup sebahagian besar kerangka tata cara pengwasan dan sistem
pelaporan untuk penyampaian informasi.
Tidak dapat disangkal, bahwa apa yang dikemukakan di sini masih bersifat contoh-
contoh secara umum, tanpa menampilkan suatu keharusan untuk mencontoh secara
langsung. Bagaimanapun juga, kondisi setempat sangat mempengaruhi penampilan tata
cara pengawasan dan pelaporan. Inipun senantiasa berkembang dan berubah dari
waktu ke waktu sesuai dengan kemampuan zaman.
Bagaimanapun bentuk dan wujud sistem pengawasan demikian pula sifat peralatan
dan fasilitas yang dipergunakan, faktor mental dan sifat manusiawi, sangat memegang
peranan dalam mewujudkan fungsi dan tujuan sistem dalam menunjang kelancaran
pengendalian pelaksanaan pekerjaan.
Kontinuitas pengiriman laporan yang tepat dan terpercaya dan penyampaian
sesuai dengan jenjang organisasi dari bawah ke atas, sangat didambakan untuk
mewujudkan suatu pengendalian pelaksanaan yang baik dan terpercaya.
Pada kesempatan terakhir ini dapat disimpulkan bahwa keberhasilan suatu
pelaksanaan suatu pekerjaan proyek banyak juga tergantung kepada itikad dari
pemborong, tetapi tidak terlepas sama sekali fungsi pengawas dalam memberikan
bimbingannya.
Seorang pengawas harus dapat memberikan tafsiran yang tepat dan cepat
terhadap gambar dan penyesuaiannya di lapangan, juga mengenai akibat yang
ditimbulkan oleh apa-apa yang dibangunnya. Atau dengan perkatan lain seorang
pengawas harus tanggap terhadap kondisi dan situasi lapangan. Dan yang penting lagi,
seorang pengawas bukan penonton dalam suatu pelaksanaan pekerjaan, dalam arti
harus mengerti hal-hal yang dihadapinya dan harus dikerjakannya.
Tata Cara Pengawasan
155
Perlu ditekankan dalam hal ini bahwa banyak ketentuan-ketentuan lama yang
masih tercantum dalam modul pengawasan lapangan bidang SDA ini yang belum
disesuaikan, mengingat bahwa pada waktu penyusunan modul ini, ketentuan-ketentuan
terbaru bidang terkait dengan pengawasan lapangan masih dalam penyusunan. Hal ini
khususnya yang banyak terkait dengan kelembagaan baru, yang selama ini masih terus
menyesuaikan akibat perbahan yang berlangsung dalam era reformasi ini. Untuk itu,
penggunaan modul ini untuk pelatihan atau pedoman pelaksanaan di lapangan,
hendaknya senantiasa mengacu kepada ketentuan terbaru. Ketentuan yang tercantum
dalam tata cara pengawasan ini akan dapat dipergunakan sepanjang tidak bertentangan
dengan ketentuan yang terbaru atau yang berlaku.
Tata Cara Pengawasan
156
DAFTAR PUSTAKA.
1. Direktorat Jenderal Pengairan, 1988. Pedoman Umum Metode Pengawasan
Konstruksi Irigasi, Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen PU, Maret 1988.
2. Robert W. Eckles Et al., 1975. Supervisory Management, a Short Course in
Supervision, John Wiley & Sons Inc. New York, London, Sydney, Toronto, 1975.
3. Saronto, Ir., 1979. Management Information System, Badan Penerbit Depertemen
PU, 1979.
4. N.E.C., 1980. Introduction to Computer.
5. Imam Subarkah. Ir. Bangunan Air, Penerbit Idea Dharma, Bandung.
6. Wonargo Martowirono, Ir. Petunjuk Pokok Pengawasan Pekerjaan, Pusat Pendidikan
dan Latihan Tenaga Kerja PUTL
7. Wonargo Matowirono, Ir. Pedoman Kerja Untuk Pengawasan Pekerjaan.
8. Dewan Teknik Pembangunan Indonesia, Peraturan Umum tentang hubungan kerja
antara ahli & Pemberi Tugas.
9. Soekarno Malangjoedo, Syarat-syarat Umum untuk Pelaksanaan bangunan Umum
yang dilelangkan.
10. Sycip, Gorres Velayo & Co, Field Hand Book, Basic Procedure for Construction
Supervision.
11. Direktorat Jenderal Pengairan, Laporan Analisis dam Rancangan Sistem Informasi
Monitoring Proyek.
12. Proyek Pendidikan untuk Pembinaan dan Monitoring Pelaksanaan Proyek, 1985.
Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen PU.
Tata Cara Pengawasan
157
Konsep Bahan Serahan:
TATA CARA PENGAWASAN
PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI PROYEK
BIDANG SUMBER DAYA AIR
(Modul Pelatihan untuk Pengawas Lapangan Pelaksanaan Konstruksi
Proyek Bidang Sumber Daya Air)
Pusat Diklat Pegawai
Departemen Pekerjaan Umum
Jakarta, Oktober 2005