26
1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Gambaran suram mengenai penderitaan, kesedihan, kelaparan umat manusia karena konflik telah lama berlangsung bahkan hingga saat ini tanpa suatu penyelesaian yang jelas menuju sebuah perdamaian yang pasti dicita – citakan seluruh umat manusia di muka bumi ini. Konflik merupakan sebuah gambaran dari heterogenitas, adanya kepentingan – kepentingan dari pihak yang bertikai, nilai – nilai dari keyakinan yang ditimbulkan oleh perubahan yang muncul sebagai sebuah formasi yang baru yang ditimbulkan oleh perubahan yang muncul bertentangan dengan keyakinan yang diwariskan. 1 Masih segar dalam ingatan bagaimana republik Serbia melakukan pembersihan etnis muslim di Bosnia Herzegovina pada awal tahun sembilan puluhan yang menyatakan kemerdekaannya setelah bubarnya federasi Yugoslavia. Federasi komunis pimpinan Josep Broz Tito ini terdiri dari Serbia, Kroasia, Slovenia, Montenegro, Makedonia dan Kosovo. Etnic cleansing yang dilakukan milisi Serbia yang didukung tentara republik Serbia terhadap muslim Bosnia kala itu mencapai korban tewas 250.000 jiwa. Belum lagi penyiksaan dan perkosaan massal terhadap wanita muslim Bosnia yang 1 Hug Miall, Oliver Ramsbotham dan Yom Woodhouse, Resolusi Damai Konflik Kontemporer : Menyelesaikan, Mencegah, Mengelola dan Mengubah Konflik Bersumber Politik, Sosial, Agama dan Ras, PT. RajaGrafindo Persada, 2000 hal 7

BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

  • Upload
    dinhnga

  • View
    225

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Gambaran suram mengenai penderitaan, kesedihan, kelaparan umat

manusia karena konflik telah lama berlangsung bahkan hingga saat ini tanpa

suatu penyelesaian yang jelas menuju sebuah perdamaian yang pasti dicita –

citakan seluruh umat manusia di muka bumi ini. Konflik merupakan sebuah

gambaran dari heterogenitas, adanya kepentingan – kepentingan dari pihak

yang bertikai, nilai – nilai dari keyakinan yang ditimbulkan oleh perubahan

yang muncul sebagai sebuah formasi yang baru yang ditimbulkan oleh

perubahan yang muncul bertentangan dengan keyakinan yang diwariskan.1

Masih segar dalam ingatan bagaimana republik Serbia melakukan

pembersihan etnis muslim di Bosnia Herzegovina pada awal tahun sembilan

puluhan yang menyatakan kemerdekaannya setelah bubarnya federasi

Yugoslavia. Federasi komunis pimpinan Josep Broz Tito ini terdiri dari

Serbia, Kroasia, Slovenia, Montenegro, Makedonia dan Kosovo. Etnic

cleansing yang dilakukan milisi Serbia yang didukung tentara republik Serbia

terhadap muslim Bosnia kala itu mencapai korban tewas 250.000 jiwa. Belum

lagi penyiksaan dan perkosaan massal terhadap wanita muslim Bosnia yang

1 Hug Miall, Oliver Ramsbotham dan Yom Woodhouse, Resolusi Damai Konflik Kontemporer :

Menyelesaikan, Mencegah, Mengelola dan Mengubah Konflik Bersumber Politik, Sosial, Agama

dan Ras, PT. RajaGrafindo Persada, 2000 hal 7

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

2

tujuannya untuk merusak keturunan bangsa muslim Bosnia Herzegovina dan

memusnahkan orang-orang Islam dari daratan Eropa.

Isu bahwa Alija Ijetbegovic, presiden Bosnia Herzegovina waktu itu

ingin mendirikan negara Islam Bosnia di Eropa yang dilancarkan Serbia

memang termakan juga oleh AS dan negara-negara Uni Eropa. Karena sebagai

negara yang mengaku penegak hak azasi manusia, kampium demokrasi dan

katanya bangsa yang memiliki peradaban tinggi, AS dan barat tidak berdaya

menghadapi agresi Serbia di Bosnia Herzegovina. Sehingga muslim Bosnia

kala itu merasa frustasi berperang sendirian menghadapi Serbia yang memiliki

serdadu terlatih dan persenjataan lengkap yang ditinggalkan mantan Republik

Yoguslavia selama tiga tahun.

Slovenia, Kroasia, Makedonia dan bahkan Montenegro yang baru

merdeka pada tahun 2006 tidak begitu menderita sebagaimana Bosnia ketika

lepas dari federasi itu. Serbia yang merasa dirinya sebagai republik pewaris

Yugoslavia ketika berperang dengan Slovenia dan Kroasia tidak memakan

waktu lama dan korban yang banyak. Tapi menyambut kemerdekaan Bosnia

Herzegovina, peperangan berlarut-larut mengiris hati setiap orang yang

melihatnya. Kekejaman di luar batas kemanusiaan. Penyiksaan, perkosaan dan

pembunuhan dengan cara keji dilakukan milisi Serbia di Bosnia Herzegovina

dukungan tentara republik Serbia terhadap muslim Bosnia.

Kosovo baru saja mendeklarasikan kemerdekaannya. Amerika

Serikat, Inggris dan Perancis sudah mengakui kemerdekaan bekas provinsi

otonom republik Serbia itu. Beberapa negara besar Uni Eropa yang lain seperti

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

3

Jerman katanya akan secepatnya mengakui kemerdekaan Kosovo. Akan tetapi,

Serbia dan Rusia menentang kemerdekaan Kosovo dan mengatakan bahwa

deklarasi itu merupakan aksi sepihak Kosovo yang didukung negara-negara

barat, dan negeri beruang merah yang menjadi sekutu tradisional Serbia itu

akan memveto resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengakui

kemerdekaan Kosovo. Rusia juga akan menghalangi negeri baru lahir ini

untuk menjadi anggota lembaga bangsa-bangsa itu.

Kekecewaan dengan gagalnya jalan perundingan dalam

menyelesaikan masalah Kosovo, provinsi di salah satu wilayah Serbia yang

akhirnya secara sepihak menyatakan kemerdekaannya pada hari Minggu

(17/2). Kosovo telah memisahkan diri dari Serbia dan menjadi negara

merdeka. Proklamasi kemerdekaan ini setelah dilakukan voting parlemen

Kosovo. 109 deputi parlemen sepakat untuk memerdekakan Kosovo, hanya 11

deputi dari etnis minoritas, termasuk Serbia yang absen dalam voting itu.

Proklamasi kemerdekaan Kosovo ini dilakukan para pemimpin etnis

Albania, termasuk para gerilyawan yang berjuang untuk kemerdekaan Kosovo

pada perang tahun 1998-1999, dimana saat itu merengut nyawa 10.000 warga .

"Kami atas nama pemimpin masyarakat yang terpilih secara demokratis,

mengumumkan kemerdekaan Kosovo menjadi negara yang independen," kata

Perdana Menteri (PM) Hashim Thaci, di Pristina, ibukota Kosovo, Minggu

(17/2) sore, sesaat setelah parlemen mengambil keputusan memerdekakan

Kosovo2. Provinsi yang berusaha merdeka itu telah dikelola oleh misi PBB

2 www.mediaindonesia.com/diakses tgl 20 april 2008 jam 08.00wib

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

4

sejak NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) mengusir tentara Serbia dari

sana pada 1999. Sebelumnya, Presiden Fatmir Sejdiu pada suatu taklimat

menyeru dunia agar mengakui kemderkaan yang baru diproklamasikan oleh

wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas Serbia.

Sekitar dua jam setelah proklamasi kemerdekaan Kosovo, satu

granat meledak di kota kecil bergolak di bagian utara Kosovo, Mitrovica, kata

beberapa pejabat dan polisi. Ledakan itu terjadi di dekat satu pengadilan PBB,

sedangkan satu granat lain dilemparkan ke tempat misi masa depan Uni Eropa

akan berada, tapi gagal meledak. Adanya konflik dalam pemerintahan Serbia

sebagai akibat atau pengaruh dari kemerdekaan Kosovo ini serta berbagai

kejadian yang terjadi karenanya, menarik minat penulis untuk mengangkat

masalah ini dalam penulisan skripsi.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Penulisan skripsi ini nertujuan untuk membahas dan menganalisa

fenomena yang terjadi di dunia salah satunya adalah konflik. Serta

menambah wawasan mengenai kondlik yang berlandaskan pada faktor

primordialisme

2. Untuk mengetahui konflik intern pada pemerintahan Serbia sebagai bentuk

pengaruh kemerdekaan Kosovo

3. Untuk mengetahui upaya Serbia dalam mempertahankan kedaulatanya dari

perpecahan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

5

4. Disamping itu penulisan ini juga bertujuan untuk mendapatkan gelar

kesarjanaan pada jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

C. Latar Belakang Masalah

Serbia atau resminya Republik Serbia (bahasa Serbia: ��������

���� atau Republika Srbija) adalah sebuah negara republik di tenggara dan

pusat Eropa. Serbia bergabung dengan Montenegro dalam suatu

persemakmuran yang dinamakan Uni Negara Bagian Serbia dan Montenegro

dengan ibukota negara Belgrade. Serbia berbatasan dengan Hungaria di utara;

Romania dan Bulgaria di timur; Republik Makedonia dan Albania di selatan;

dan Montenegro, Kroasia, dan Bosnia-Herzegovina di sebelah barat.

Asal mula Serbia beranjak dari awal pertengahan abad ke-9.

Kerajaan Serbia muncul pada abad ke-11, dan pada abad ke-13 menjadi

Kekaisaran Serbia. Setelah 1918, Serbia merupakan anggota perintis

Yugoslavia dalam beragam jenis (Kerajaan Yugoslavia, Republik Federal

Sosialis Yugoslavia dan Republik Federal Yugoslavia).3 Republik Yugoslavia

sebenarnya terdiri dari suku-suku bangsa yang berbeda budaya dan agama

bahkan juga ideologi komunis masih bersarang di sebagian anggota-anggota

federasi tersebut. Enam federasi yang tergabung dalam Yugoslavia kemudian

menjadi negara-negara berdaulat, yaitu Serbia, Slovenia, Kroasia, Macedonia,

Bosnia, dan Montenegro.

3 www.wiki pedia Indonesia..com diakses 23 April 2008

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

6

Masing-masing federasi tidak terikat lagi satu sama lain. Namun

Serbia yang merasa lebih kuat dari federasi lainnya dan menganggap dirinya

sebagai penerus Yugslavia lebih menunjukkan dominasinya dengan kekuatan

militernya yang kuat terhadap federasi-federasi lainnya. Konflik bersenjata

yang kemudian juga dipicu oleh perbedan kultur dan agama semakin

menajam.

Perdana Menteri Vojislav Kostunica mundur karena tak mampu lagi

memimpin pemerintahan koalisi yang terpecah menghadapi masalah Kosovo.

Sebelumnya, negara-negara besar seperti Perancis, Jerman, Inggris, yang

sudah mengakui kemerdekaan Kosovo, Belanda, Swedia, dan ketua bergilir

Uni Eropa Slovenia, menambah daftar negara yang mengakui kemerdekaan

negeri itu pekan lalu. Momentum yang dipilih Kostunica untuk mundur cukup

mencolok karena partainya, Partai Demokrat, tidak populer dalam jajak

pendapat. Sementara krisis pemerintahan Serbia diikuti dengan cermat di

Kosovo, Perdana Menteri Kosovo, Hashim Thaci menyatakan mundurnya

Kostunica merupakan langkah penting bagi proses demokrasi di Serbia.

Mundurnya Kostunica juga mengakhiri mentalitas Serbia lama, kata Thaci.

Sejak Kosovo memproklamasikan kemerdekaannya, muncul

kekhawatiran atas upaya-upaya Pemerintah Serbia, untuk tetap mempunyai

pengaruh di Kosovo Utara. Atau bahkan mungkin, upaya mendorong wilayah

ini, untuk memisahkan diri dari Kosovo. Beograd menganjurkan pada warga

minoritas Serbia, yang banyaknya sekitar lima persen dari jumlah total

penduduk, agar mengabaikan semua lembaga kenegaraan Kosovo.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

7

Pegawai negara yang tetap setia pada Beograd, memperoleh

kenaikan gaji, bahkan ada yang hingga dua kali lipat. Menurut perkiraan

pengamat politik Kosovo, Ilir Dugolli, hal-hal seperti itu, tampaknya masih

akan terus berlangsung. "Tetap mempertahankan semua lembaga peradilan,

pakaian seragam khusus bagi petugas polisi yang memihak Serbia, dan

mungkin juga, menyelenggarakan pemilu lokal. Bagi pemerintah Kosovo dan

dunia internasional, jawaban paling tepat terhadap itu semua, adalah bersikap

tetap tenang".

Namun, gaung seruan Beograd juga sampai di berbagai wilayah

Kosovo lainnya. Kini, satu dari empat petugas polisi warga Serbia, yang

tergabung dalam korp polisi Kosovo, telah menyerahkan senjata mereka.

Menurut Ilir Dugolli, protes seperti itu tidak spontan, tapi atas dorongan

pemerintah Serbia di Beograd.

"Posisi para pejabat pemerintah seperti itu sulit. Pada hakekatnya,

mereka dipaksa oleh Beograd untuk mengucilkan diri, dari kenyataan yang

ada. Padahal, masa depan mereka, terletak di berbagai kelembagaan Kosovo".

Pada saat yang sama, sejak proklamasi kemerdekaan, tidak ada kericuhan di

kalangan warga keturunan Albania dan Serbia. Kekhawatiran pecahnya

kekerasan etnis, dan mengalirnya arus pengungsi warga Serbia, ternyata tidak

menjadi kenyataan. Sejauh ini masih belum jelas, apakah pemerintah Kosovo

akan membantu penyelenggaraan pemilu bagi sekitar 200.000 warga Serbia

yang tinggal di Kosovo, sehubungan dengan percepatan pemilu Serbia pada

tanggal 11 Mei mendatang.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

8

D. Pokok Permasalahan

Adapun pokok permasalahan yang ingin diangkat adalah “Mengapa

Terjadi Perpecahan Pada Pemerintahan Serbia Pasca Kemerdekaan

Kosovo?”

E. Kerangka Dasar Pemikiran

Untuk menjelaskan dan menjawab serta menggambarkan fenomena

permasalah antara kosovo dan serbia, maka penulis menggunakan teori dan

konsep. Teori adalah pekerjaan mendeskripsikan apa yang terjadi,

menjelaskan apa yang terjadi dan mungkin juga meramalkan kemungkinan

berulangnya kejadian itu di masa yang akan datang4, sedangkan konsep adalah

abstraksi yang mewakili suatu obyek.5

Sikap pemerintah Serbia yang tidak mendukung kemerdekaan

Kosovo dan atas serangkaian ketidak adilan kebijakan pemerintah yang pada

akhirnya membuat Kosovo memisahkan diri dari Serbia. Masalah ini dapat

dikaji dengan teori pembuatan keputusan (Decision Making Theory) Graham

T. Allison yaitu Proses Politik Birokratik.6

4 Mohtar Mas’oed,Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi, jakarta, LP3ES, 1990

hal 185 5Ibid, hal 93 6 Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional, LP3ES, Jakarta, 1990, hal. 235

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

9

I. Model Politik Birokratik

Teoritisi hubungan internasional yang mempelajari politik luar

negeri, yaitu Graham T. Allison, menunjukkan tiga model untuk

mendeskripsikan proses pembuatan keputusan politik luar negeri, yaitu7:

1. Model Aktor Rasional

Dalam model ini politik luar negeri dianggap sebagai sebagai

akibat – akibat dari tindakan actor rasional, terutama suatu pemerintah

yang monolit, yang dilakukan dengan sengaja untuk mencapai suatu

tujuan. Pembuatan keputusan politik luar negeri digambarkan sebagai

suatu proses intelektual. Perilaku pemerintah dianalogikan dengan

perilaku individu yang bernalar dan terkoordinasi. Dalam analogi ini

individu itu melalui serangkaian tahap – tahap intelektual, dengan

menerapkan penalaran yang sungguh – sungguh berusaha menetapkan

pilihan atas alternative – alternative yang ada. Jadi, unit analisa model

pembuatan keputusan ini adalah pilihan – pilihan yang diambil oleh

pemerintah. Dengam demikian, analisa politik luar negeri harus

memusatkan perhatian pada penelaahan kepentingan nasional dan tujuan

suatu bangsa, alternative – alternative haluan kebijaksanaan yang bisa

diambil oleh pemerintahnya, dan perhitungan untung rugi atas masing –

masing alternative itu. Seorang analis dianggap sudah bisa menjelaskakn

7Graham T. Allison,Essence of Decision(Little, Brown, 1971); “Conceptual Model’s and the

Cuban Missile Crisis,” American Science Review (September 1969); dan Allison dan Morton

Halperin, “Bureaucratic Politics: A Paradigm and Some Policy Implication, “ Worls Politics, Vol

24 (1972).

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

10

politik luar negeri kalau ia bisa menunjukkan bahwa kebijaksanaan yang

sedang dipelajarinya itu merupakan pilihan yang layak mengingat tujuan –

tujuan strategis dari bangsa yang bersangkutan.

Dalam model ini digambarkan bahwa para pembuat keputusan

dalam melakukan pilihan atas alternative – alternative it menggunakan

criteria – criteria “optimalisasi hasil”. Para pembuat keputusan itu

digambarkan selalu siap untuk melakukan perubahan atau penyesuaian

dalam kebijaksanaannya. Mereka juga diasumsikan bisa memperoleh

informasi yang cukup banyak sehingga bisa melakukan penelusuran tuntas

terhadap semua alternative kebijaksanaan yang mungkin dilakukan dan

semua sumber – sumber yang bisa dipakai untuk mencapai tujuan yang

mereka tetapkan.

Asumsi – asumsi tentang perilaku pemerintah yang monolit,

perilaku menetapkan pilihan secara rasional dan bertujuan jelas itu dan

asumsi tentang tersedianya informasi yang cukup dikritik oleh Allison

karena tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Asumsi- asumsi itu

mengabaikan fakta bahwa para pembuat keputusan itu adalah menusia

yang bisa membuat kesalahan dan yang selalu menghadapi berbagai

kendala eksternal dan sebagainya. Terutama dalam system demokrasi,

politik luar negeri tidak pernah bisa terlepas dari tuntutan politik domestic.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

11

2. Model Proses Organisasi

Model ini menggambarkan politik luar negeri sebagai hasil kerja

suatu organisasi yang berfungsi menurut suatu pola perilaku. Pembuatan

keputusan politik luar negeri bukan semata – mata proses intelektual,

tetapi lebih merupakan proses mekanis. Yaitu, pembuatan keputusan

dilakukan dengan secara mekanik merujuk kepada keputusan – keputusan

yang telah dibuat masa lalu, pada preseden, prosedur rutin yang berlaku,

atau pada peran yang ditetapkan bagi unit birokrasi it. Inilah pola perilaku

yang disebut prosedur kerja baku (Standard Operating Procedure)

Disini digambarkan bahwa semua organisasi pemerintahan

memiliki catatan tentang perilakuknya dimasa lalu yang bisa ditengok dan

diulang kembali. Organisasi itu pada dasarnya juga bersifat konservatif

dan jarang yang mau mencoba – coba sesuatu yang baru umumnya cukup

senang dengan perubahan – perubahan yang kecil dan incremental saja

terhadap keputusan dan perilakunya dimasa lalu. Salah satu cara

mengurangi kompleksitas dan ketidak pastian masalah yang dihadapi

adalah dengan melakukan tindakan seperti tindakan – tindakan yang telah

dilakukan sebelumnya. Organisasi juga cenderung memiliki pedoman,

buku petunjuk atau semacam itu yang berbisi cara bagaimana organisasi

seharusnya menyelesaikan persoalan.

Pada dasarnya model ini mengajukan tiga proposisi. Pertama,

suatu pemerintahan adalah terdiri dari sekumpulan organisasi – organisasi

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

12

yang secara longgar bersekutu dalam struktur hubungan yang mirip struktu

feudal. Kedua, keputusan dan perilaku pemerintah bukan hasil dari proses

penetapan pilihan secara rasional, tetapi sebagai output atau hasil kerja

organisasi – organisasi besar yang menurut suatu pola perilaku baku.

Ketiga, setiap organisasi, yang memiliki prosedur kerja baku dan program,

serta bekerja secara rutin, umumnya akan berprilaku sama seperti

perilakunya dimasa lalu atau sebelumnya. Proses yang semi mekanis ini

mempengaruhi keputusan yang dibuat maupun penerapan keputusan.

Studi politik luar negeri menurut model ini harus diarahkan untuk

menelaah unit analisa berupa output organisasi pemerintahan. Untuk

menjelaskan perilaku politik luar negeri suatu negara menurut model ini,

kita harus mengidentifikasikan lembaga – lembaga pemerintah mana yang

terlibat dan menunjukkan pola – pola perilaku organisasi yang melahirkan

tindakan politik luar negeri itu.

3. Model Politik Birokratik

Dalam model ini politik luar negeri dipandang bukan sebagai

hasil dari proses intelektual yang menghubungkan tujuan dan sarana secara

rasional. Politik luar negeri adalah hasil dari proses interaksi, penyesuaian

diri dan perpolitikan di antara berbagai aktor dan organisasi. Ini

melibatkan berbagai tawar – menawar (bargaining games) di antara

pemain – pemain dalam birokrasi dan arena politik nasional. Dengan kata

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

13

lain, pembuatan keputusan politik luar negeri adalah proses social, bukan

proses intelektual.

Jika proses pembuatan keputusan menurut Model I adalah proses

intelektual, dan menurut Model II adalah proses mekanis, maka menurut

Model III proses pembuatan keputusan adalah proses politik. Politik luar

negeri muncul dari proses politik normal berupa tawar – menawar,

kompromi, penyesuaian diri, dan sebagainya. Inilah inti “proses sosial”

pembuatan keputusan. Sebagai analogi bisa dikatakan bahwa dalam Model

I yang berperan adalah “manusia ekonomi” yang rasional, sedang dalam

Model III yang berperan adalah suatu proses sosial, yaitu mekanisme

pasar.

Jadi dalam Model III digambarkan suatu proses dimana masing –

masing pemain berusaha bertindak secara rasional. Setiap pemain, seperti

presiden, para menteri, penasehat, jendral, anggota parlemen dan lain –

lainnya, berusaha menetapkan tujuan, menilai berbagai alternatif sarana

dan menetapkan pilihan melalui suatu proses intelektual. Dan tidak ada

pemain yang bisa memperoleh semua yang diingini dalam proses

bargaining ini. Masing – masing memiliki pamrih yang berbeda terhadap

isu yang diperdebatkan. Masing – masing melihat isu secara berbeda,

mempertaruhkkan sesuatu yang berbeda dalam permainan itu, dan

karenanya mengambil sikap yang berbeda tentang isu tersebut. Karena

Model III ini menekankan bargaining games sebagai penentu politik luar

negeri, dalam mempelajari proses pembuatan keputusan politik luar negeri

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

14

kita harus memperoleh informasi tentang persepsi, motivasi, posisi,

kekuasaan, dan maneuver dari pemain – pemain yang terlibat di dalamnya.

Jadi kita harus tau : (a) “Siapa yang ikut bermain?” atau “Kepentingan

atau perilaku siapa yang punya pengaruh penting pada keputusan dan

tindakan pemerintah?”; (b) “Apa yang menentukan persepsi dan

kepentingan yang mendasari sikapnya itu?” (c) “ Bagaimana sikap para

pemain – pemain itu diagregasikan sehingga menghasilkan keputusan dan

tindakan pemerintah?”

Dengan demikian, unit analisa dalam Model III adalah tindakakn

pejabat – pejabat pemerintah dalam rangka menerapkan wewenang

pemerintah yang bisa dirasakan oleh mereka yang ada di luarnya.

Pada permasalahan ini penulis menggunakan model III, yakni

Model Politik birokratik. Pemilihan Model Politik Birokratik ini sangat

relevan dalam membahas dan menganalisa mengapa terjadi perpecahan

pada pemerintah Serbia pasca kemerdekaan Kosvo ini. Dalam Model

Politik birokratik dijelaskan bahwa politik luar negeri dipandang bukan

sebagai hasil dari proses intelektual yang menghubungkan tujuan dan

sarana secara rasional. Politik luar negeri adalah hasil dari proses interaksi,

penyesuaian diri dan perpolitikan di antara berbagai aktor dan organisasi.

Ini melibatkan berbagai tawar – menawar (bargaining games) di antara

pemain – pemain dalam birokrasi dan arena politik nasional. Dengan kata

lain, pembuatan keputusan politik luar negeri adalah proses social, bukan

proses intelektual.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

15

Dalam kasus Serbia perpecahan yang terjadi pada pemerintahannya

setelah Kosovo mendekelarasikan diri menunjukkan bahwa “actor politikl”

jelas mempengaruhi perpecahan itu. Perdana menteri Serbia yang

berseberangan pendapat dan pandangan dengan presiden menganggap

bahwa presiden Serbia tidak sungguh – sungguh dengan kasus Kosovo

terkait rencana keanggotaan Serbia di Uni Eropa. Perdana menteri Serbia

menganggap bahwa Serbia akan ikut sebagai anggota Uni Eropa jika negara

– negara Uni Eropa yang mendukung kemerdekaan Kosovo mencabut

dukungan dan tetap menganggap Kosovo sebagai bagian Serbia. Akan

tetapi, berbeda dengan presiden Serbia yang lebih mengutamakan

keanggotan Serbia sebagai anggota Uni Eropa dan mengesampingkan

masalah Kosovo.

Perbedaan ini berujung pada pengunduran diri perdana menteri

Serbia dan pembubaran parlemen oleh pemerintah serta menuntut

diadakannya pemilihan umum lagi. Dengan adanya pertikaian ini serta

tuntutan untuk melakukan pemilihan umum adalah merupakan opsi yang

dianggap paling bagus terkait kemerdekaan Kosovo itu. Perpecahan

pemerintah karena pertikaian antar organisasi pemerintah dalam menghadapi

kasus kemerdekaan Kosovo.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

16

II. Konsep Integrasi

Integrasi nasional adalah proses penyatuan suatu bangsa yang

mencakup semua aspek kehidupannya, baik yang ada dalam bidang sosial,

politik maupun ekonomi serta budaya. Pada dasarnya persoalan yang muncul

pada proses integrsi adalah bersumber pada terjadinya pergeseran – pergeseran

struktur kekuasaan yang diakibatkan berdirinya suatu bangsa8.

Integrasi wilayah suatu Negara merupakan hal yang mutlak

dipertahankan oleh setiap Negara karena integrasi wilayah merupakan salah

satu kekuatan Negara. Namun, pengakuan integrasi wilayah suatu Negara

banyak menimbulkan konflik tersendiri karena seringkali kebijakan integrasi

suatu wilayah terhadap negra merupakan keputusan sepihak. Konsep integrasi

sendiri meliki elemen esensial yang seharusnya menjadi pertimbangan yaitu

rasa kebersamaan dalam komunitas yang didefinisikan sebagai :

“…a matter of mutual sympathies and loyalty; of ‘we-

feeling’, trust, and mutual consideration; of partial

identification in terms of semi-images and interest; of

mutually successful prediction of behavior, and of

cooperative action in accordance with it…”9

Rasa kebersamaan dalam komunitas merupakan permasalahan

loyalitas dan simpati yang terwujudkan dalam tindakan mau bekerjasama dan

patuh dalah suatu system. Ada beberapa factor yang dapat membantu

terciptanya integrasi, yakni10

:

8 Saafroedin Bahar, A.B Tangdililing, Integrasi Nasional, Teori, Masalah dan Strategi. Jakarta,

Ghalia Indonesia, 1996 hal 7 9 Karl W. Deutsch et al., 1957, Political Community and the North Atlantic, New York;

Greeneood, hal. 36 10 Yahya Muhaimin dan Colin Mac Andrews, 1995, Masalah – Masalah Pembangunan Politik,

Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal. xviii

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

17

1. Integrasi dapat tercipta jika adanya rasa takut terhadap serangan

musuh dari luar

2. Integrasi menyangkut apa yang disebutnya gaya politk para

pimpinan. Bila mereka ini dapat menerapkan peraturan yang tidak

mengistimewakan salah satu golongan dalam masyarakatnya, maka

mereka dapat mendorong terciptanya integrasi itu.

3. Menekankan pentingnya peranan birokrasi nasional yang sehat,

militer maupun sipal terutama bila keanggotaannya diangkat

berdasarkan pertimbangan nasional dan bukannya kemarahan.

4. System pendidikkan nasional, system pendidikan ini dibarengi

dengan penyebaran sarana – sarana komunikasi massa modern

seperti surat kabar, radio, televise sangat membantu meningkatkan

nilai – nilai kesadaran nasional yang baru dan menyeluruh.

5. Yang dianggap paling penting adalah kesempatan. Bila rakyat diberi

kesempatan untuk mengembangkan kepentingannya, maka mereka

akan mengembangkan perasaan memiliki yang sungguh – sungguh

terhadap negaranya.

Beberapa akademisi berbeda pendapat mengenai integrasi. Ada

yang mengartikan bahwa integrasi adalah proses dan ada pula yang

mengatakan bahwa integrasi adalah hasil akhir dari penyatuan politik unit –

unit nasional yang berbeda. Konsep integrasi diaplikasikan dalam tingkat

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

18

nasional, regional maupun internasional. Walaupun dalam kenyataannya

integrasi ada yang dilakukan dengan kekuatan militer. Namun, konsep

integrasi dalam hubungan internasional adalah yang merujuk pada penyatuan

politis secara damai atau sukarela11

.

Menurut Myron Weiner, integrasi dapat dibagi menjadi beberapa

jenis, yakni: integrasi politik, integrasi bangsa, integrasi wilayah, integrasi

nilai, integrasi elite-massa, dan perilaku integrative.12

a) Integrasi Politik

Bagi suatu Negara yang memiliki keanekaragaman atas suku,

bangsa, agama yang hidup dalam suatu wilayah tertentu yang amat luas

dan besar tanpa integrasi dapat mempengaruhi ketentraman dan kamanan

bagi negara itu, sebab mereka tidak bisa merasa menyatu dan secara

bebas memainkan perannya sebagaimana warga negara biasa. Ronald L.

Watts : “integrasi politik adalah penyatuan kelompok yang berbeda,

masyarakat maupun wilayah, kedalam suatu organisasi politik yang bisa

bekerja atau bertahan hidup.”13

Sedangkan konsep integrasi nasional

mengacu pada suatu proses atau kondisi penyatuan bagian – bagian

bangsa yaitu masyarakat yang hidup di wilayah negara yang

bersangkutan yang memiliki persamaan sejarah, kesatuan symbol dan

11 Theodore A. Couloumbis and James H. Wolfe,1978. Introduction To Onternational Relations.

Power and Justice, New Jersey : Prentice Hall, hal. 282 - 285 12 Myron Weiner, 1996, Political Integration and Political Development, dalam Claude W. Weleh,

(Ed.). Political Development: A Reader In Comparative Political Change. Belmont, Cal:

Wardsworth Publishing Company Inc. hal. 153 13 Ronald L. Watts, Federalism, 1981, Regionalism and Political Integration, Dalam David

Cameron (Ed), Regionalism and Supra Nationalism, (Montreal : The Institute For Research and

Public Polity, hal. 5

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

19

perasaan subyektif yang mengikat antara satu anggota dengan anggota

yang lainnya. Penyatua masyarakat dengan system politik melalui

kelima jenis integrasi ini merupaka proses pembentuka bangsa / negara.

Proses pembentukan bangsa / negara atau proses integrasi

politik merupaka salah satu bentuk pembangunan politik. Weiner

menunjukkan betapa pentingnya integrasi politik bagi suatu Negara.

Integrasi ini menurut Weiner adalah penyatuan masyarakat dengan

system politik. Maka secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa

integrasi politik adalah menyatukan bagian – bagian berupa masyarakat

yang majemuk, pluralitas keagamaan, linguisme, budaya peradaban

termsuk wilayah kehidupan mereka kedalam satu kesatuan system

politik nasional (Nation State).14

b) Integrasi Bangsa

Orang – orang tidak mengarahkan rasa kesetiaannya pada

bangsanya sebagai satu keseluruhan tetapi lebih meningkatkan pada

kelompok – kelompok kedaerahan, etnis, keagamaan, bahasa mereka

masing – masing, oleh karena itu integrasi bangsa ini sangat penting

sebab menyatukan berbagai kelompok social budaya dala satu kesatuan

wilayah dan dalam satu identitas nasional. Apabila masyarakat itu

berupa masyarakat majemuk yang meliputi berbagai suku bangsa, ras

dan agama. Hal ini diperkuat dengan pandangan dalam pengintegrasian

14 Myron Weiner, 1966, Loc. Cit

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

20

bangsa ini Weiner melihat ada beberapa kebijakan pemerintah pusat

untuk menyatukan seluruh masyarakat kepada satu negara nasional.

Desamping itu jenis integrasi yang dibagi oleh Weiner, salah

satu cara yang revolusional untuk mengintegrasikan masyarakat agar

menyatu dengan negara bangsa adalah dengan cara kekerasan dan

intimidasi militer, tidak sedikit pula Negara – Negara baru yang otoriter

menggunakan cra ini untuk memaksa rakyat dari suatu masyarakat yang

kebanyakan penduduknya buta huruf it agar setia kepada negaranya.

Negara yang menggunakan cara kekerasan ini gampang pula muncul

benih – benih separatisme sebagai ungkapan kekecewaan mereka.15

c) Integrasi wilayah

Penyatuan masyarakat yang disebut di atas ini, biasanya

dapat diikuti oleh integrasi wilayah dimana wilayah tenpat integrasi

masyarakat it secara otomatis akan menjadi bagian wilayah negara

bangsa sehingga pemerintah pusat mempunyai kedaulatan penuh atas

wilayah it dan berhak mengawasinya dari gangguan dan bahaya negara

lain. Integrasi wilayah ini menjadi suatu permasalahan yang besar bagai

negara – negara yang baru. Integari teritorial dalam bidang horizontal

yang bertujuan untuk mengurangi diskontinuitas dan ketegangan kultur

kedaerahan dalam proses mewujudkan suatu masyarakat yang homogen.

Dengan lain perkataan integrasi horizontal atau proses pemaduan bangsa

15 Ibid, hal. 160

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

21

tidak mengenal batasan – batasan yang ada di bidang vertikal dan

horizontal.

Dalam banyak negara, pemerintahan eksekutifnya hampir

tidak dapat menerapkan kekuasaannya di seluruh wilayah negara. Sering

terdapar daerah – daerah perselisihan yang tidak dapat dicapai tangan

pemerintah. Kadang – kadang daerah itu adalah daerah pegunungan

terpencil yang hampir tidak dapat dimsuki oleh pejabat – pejabat

pemerintah dan kehidupan perekonomian nasional misalnya, pendidikan

dan kehidupan masyarakat sulit untuk menembus kesana. Lama

kelamaan kecakapan pemerintah untuk menemukan jalan – jalan ke

daerah – daerah tapal batas bahkan lebih jauh sekalipun akan

berkembang, maka hal itulah yang dikatakan oleh Wrigings bahwa

integrasi wilayah dapat berarti kemampuan pemerintah yang semakin

meningkat untuk menerapkan kekuasaannya di seluruh wilayahnya.

d) Integrasi elite-massa

Di dalam suatu negara pasti ada pihak yang memrintah dan

ada pihak yang diperintah. Tidak pernah ada negara yang tanpa

pemerintah dan juga tidak pernah ada pemerintah tanpa masyarakat.

Pihak yang memrintah seringkali disebut kaum elit politik dan pihak

yang diperintah disebut sebagai massa atau masyarakat. Sudah terlalu

biasa bila berbicara tentang jurang pemisah antara yang diperintah dan

yang memerintah pada bangsa – bangsa yang baru. Dan secara tidak

langsung dapat dikatakan bahwa terdapat perbedayan mendasar dalam

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

22

kebudayaan dan sikap hidup antara kaum elit dan massa. Kaum elit

berfikir sekuler, berbicara dan berpendidikan barat, sedangkan massa

masih tetap berorientasi pada nilai – nilai tradisional, pada dasarnya dan

mereka mulai berbicara dalam bahasa daerah.

Dengan gaya hidup kebarat – baratan dan berpendidikan yang

jauh lebih baik, kaum elit yang terdiri dari para birokrat, sipil dan

militer, politisi dan pengusaha serta para pekerja di sektor swasta

merupakan elit kota yang kosmopolitan. Menurut Lidle bahwa celah

perbedaan antara elit dan massa adalah latar belakang pendidikan

perkotaan menyebabkan kaum elit berbeda dari masyarakat yang

berpandangan tradisional dan kedaerahan.16

e) Integrasi Nilai

Integrasi nilai ialah pesetujuan bersama mengenai tujuan –

tujuan dan prinsip – prinsip dasar politik dan prosedur – prosedur

penyelesaian konflik dan permasalahan bersama lainnya. Dengan

demikian integrasi nilai adalah penciptaan suatu system nilai (ideology

nasional) yang dipandang ideal, baik dan adil dengan berbagai kelompok

masyarakat. System nilai ini biasanya dirumuskan kedalam konstitusi

Negara – Negara tersebut. Proses meyakinkan berbagai kelompok

masyarakat untuk menerima ideology Negara bangsa sebagai system

16 Myron Weiner, dalam Yahya Muhaimin Et. Al. Op.cit. hal. 47

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

23

nilai bersama, dan proses pemasyarakatan system nilai kepada seluruh

warga negara merupakakn proses integrasi niali.17

Sedangkan menurut Koentjaraningrat ada empat

permasalahan dalam mewukudkan integrasi, yaitu18

:

1. Masalah mempersatukan aneka warna suku bangsa

2. Masalah hubungan antar umat beragama

3. Masalah hubungan mayoritas – minoritas

4. Masalah integrasi kebudayaan

Untuk mengatasi permasalahan integrsi yang berkaitan

dengan primordialisme dalam hal ini adalah agama. Menurut Myron

Weiner terdapat dua strategi yang dapat ditempuh oleh pemerintah,

yaitu19

:

1. Mengambil kebijakan untuk menghapuskan sifat kultur utama

dari kelompok – kelompok dan mengembangkan suatu kultur

nasional

2. Adanya kultur nasional, tetapi kultur daerah masih dilindungi

dan dibiarkan berkembang.

Berdasarkan konsep integrasi di atas maka terdapat sebuah

korelasi yang menghubungkan denga konflik Serbia, yaitu bagaimana

17 Ibid 18 Koentjaraningrat, Masalah – Masalah Pembangunan. Jakarta, LP3ES, 1982, hal 345 19 Saafroedin Bahar, A.B Tangdililing, op, cit, hal 117

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

24

upaya yang dilakuakan oleh pemerintah Serbia dalam menyatukan dan

membuat Kosovo menjadi satu kesatuan dengan Serbia sebagai sebuah

negara yang utuh berdasarkan teritorial.

Permasalah integrasi di Serbia sudah lama terjadi ini karena

Serbia adalah sebuah negara atau bangsa yang sangat heterogen dari segi

suku bangsa ataupun agama dan ini sering sekali menimbulan perbedaan

– perbedaan yang berakibat pada konflik dan tentunya akan menghambat

proses integarsi di Serbia.

Menurut Colemen dan Roseberg ada dua dimensi dalam proses

pemersatuan bangsa, yaitu, Vertical (elite – Massa) dan horizontal

(Teritorial)20

. Serbia memang selama ini berhasil dalam menjaga

teritorialnya di Kosovo sampai February 2008 akan tetapi dalam

hubungan antar elite dan massanya mengalami ketimpangan ini

dibuktikan dengan kebijakan yang bersifat diskriminatif terhadap rakyat

Kosovo yang berujung pada upaya untuk melepaskan diri dari Serbia.

Serbia yang selama ini menguasai Kosovo secara mutlak,

berusaha mengatasi masalah integrsi dengan menggunakan cara

asimilasi. Padahal penggunaan cara asimilasi pada Negara yang multi

etnis akan meningkatkan ketegangan cultural dan regional. Strategi yang

demikian akan lebih banyak menimbulkan ancaman terhadap integtasi

dari pada mempercepat integrasi. Karena strategi asimilasi yang dipakai

atau yang diterapkan india selama ini adalah dengan menggunakan

20 Ibid hal 4

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

25

kekerasan. Pergerakan pembunuhan dan asimilasi menjadi semakian

kejam pada tahun 1999 dimana pemerintah Serbia melakukan

pembantaian terhadap etnis Albania yang membuat PBB turun tangan

melalui NATO.

Merupakan hal yang wajar dalam perkembangannya Kosovo

akhirnya menuntut kemerdekaan dari Serbia ketimbang menjadi bagian

Negara Serbia akan tetapi selalu dalam keadaan menderita

F. Hipotesa

Adapun hipotesa yang diambil setelah melihat latar belakang

masalah, pokok permasalahan dan sedikit pembahasan adalah bahwa

perpecahan yang terjadi pada pemerintah Serbia pasca kemerdekaan Kosovo

karena adanya perbedaan pandangan antara presiden dan perdana menteri

dalam menghadapi kemerdekaan Kosovo yang dipengaruhi oleh partainya

masing – masing disamping ketidakmampuan pemerintah dalam menjaga

integrasi Serbia.

G. Jangkauan Penelitian

Di dalam penelitian ini, penulis memiliki batasan wilayah bahasan

dalam konflik Serbia – Kosovo yaitu sejarah konflik Serbia – Kosovo yakni

ketika Tragedi di kawasan Balkan di awal tahun sembilan puluhan dipicu oleh

krisis di Kosovo. Minoritas Serbia dan Montenegro di Kosovo memberontak

lewat kekerasan dengan tuduhan kaum mayoritas Albania melakukan

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t8792.pdf · yang bertikai, nilai – nilai dari ... wilayah itu dan berikrar akan menghormati hak kelompok minoritas

26

diskriminasi terhadap mereka. Slobodan Milosevic yang menjadi presiden

Serbia, republik terkuat di pemerintahan federal Yugoslavia dengan jumlah

etnis terbesar, bereaksi dengan menyerukan diperkuatnya persatuan Serbia.

H. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa study

dokumen yang dilakukan dengan cara menghimpun data sekunder dalam hal

ini diwakili oileh informasi – informasi dari literature – literature yang relevan

dengan masalah yang akan diteliti dengan pertimbangan :

1. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data kualitatif

yang didasarkan pada penelitian kepustakaan yang meliputi literatur

yang relevan, surat kabar dan internet.

2. Tujuan penelitian ini bersifat eksplanasi (menjelaskan) yang bertujuan

untuk menjawab pertanyaan bagaimana, kenapa yang berwujud pada

pengumpulan fakta yang didapat melalui data kualitatif.

3. Metode berdasar pada hubungan dengan obyek penelitian adalah

unobtrusive yaitu historical comparative research, dengan melihat dari

pendekatan sejarah dalam penjabarannya untuk mengkaji peristiwa

berdasarkan kesinambungan atau urutan waktu mulai dari masa lalu

sampai saat sekarang ini.