6
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi saat ini telah merambah ke seluruh sektor salah satunya juga sektor jasa dan pelayanan kesehatan yaitu rumah sakit. Berdirinya rumah sakit yang bertaraf internasional di Indonesia merupakan pemicu bagi pengelola rumah sakit Indonesia untuk selalu menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan. Selain itu, kemudahan akses informasi pada era teknologi informasi yang berkembang saat ini menjadikan pasien memiliki pengetahuan yang lebih luas dan akibatnya menuntut penyedia pelayanan kesehatan prima dalam melakukan pelayanan terhadap pasien. Setiap organisasi termasuk rumah sakit dituntut melakukan transformasi untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang berkesinambungan (continues learning) dan menciptakan inovasi dengan mengelola sumber daya yang ada sehingga dapat memiliki keunggulan bersaing. Hal tersebut dilakukan karena rumah sakit sekarang ini tidak hanya menyediakan pelayanan penyembuhan namun juga pelayanan pencegahan penyakit dan juga kegiatan-kegiatan ilmiah kepada masyarakat. Keunggulan bersaing membuat organisasi dapat bertahan atau bahkan diharapkan memimpin pasar. Untuk mencapai hal tersebut, organisasi sebaiknya tidak hanya mengelola sumber daya tangible tetapi juga mengelola pengetahuan sebagai sumber daya intangible untuk menciptakan inovasi. Seperti yang dikemukakan oleh Marquardt (2002) bahwa banyak organisasi yang saat ini menyadari hal yang sangat penting adalah menjadi Learning Organisation (organisasi pembelajar), mereka harus belajar untuk lebih baik dan lebih cepat atau mereka akan mati (bangkrut). Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan perubahan paradigma dari “ resources-based competitivenessmenjadi knowledge-based competitivenessyang mengutamakan pengetahuan dan proses pembelajaran sebagai keunggulan kompetitif. Hal lain dikemukakan oleh de Geus yang dikutip dari Tjakraatmadja dan Lantu (2006) menuturkan bahwa penyebab pendeknya umur perusahaan, terutama karena perusahaan tersebut tidak mampu belajar

Bab i. Pendahuluan.pdf Refrensi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab i. Pendahuluan.pdf Refrensi

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Era globalisasi saat ini telah merambah ke seluruh sektor salah

satunya juga sektor jasa dan pelayanan kesehatan yaitu rumah sakit.

Berdirinya rumah sakit yang bertaraf internasional di Indonesia merupakan

pemicu bagi pengelola rumah sakit Indonesia untuk selalu menjaga dan

meningkatkan mutu pelayanan. Selain itu, kemudahan akses informasi pada

era teknologi informasi yang berkembang saat ini menjadikan pasien

memiliki pengetahuan yang lebih luas dan akibatnya menuntut penyedia

pelayanan kesehatan prima dalam melakukan pelayanan terhadap pasien.

Setiap organisasi termasuk rumah sakit dituntut melakukan

transformasi untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang

berkesinambungan (continues learning) dan menciptakan inovasi dengan

mengelola sumber daya yang ada sehingga dapat memiliki keunggulan

bersaing. Hal tersebut dilakukan karena rumah sakit sekarang ini tidak

hanya menyediakan pelayanan penyembuhan namun juga pelayanan

pencegahan penyakit dan juga kegiatan-kegiatan ilmiah kepada masyarakat.

Keunggulan bersaing membuat organisasi dapat bertahan atau bahkan

diharapkan memimpin pasar. Untuk mencapai hal tersebut, organisasi

sebaiknya tidak hanya mengelola sumber daya tangible tetapi juga

mengelola pengetahuan sebagai sumber daya intangible untuk menciptakan

inovasi. Seperti yang dikemukakan oleh Marquardt (2002) bahwa banyak

organisasi yang saat ini menyadari hal yang sangat penting adalah menjadi

Learning Organisation (organisasi pembelajar), mereka harus belajar untuk

lebih baik dan lebih cepat atau mereka akan mati (bangkrut). Berdasarkan

hal tersebut maka dibutuhkan perubahan paradigma dari “resources-based

competitiveness” menjadi “knowledge-based competitiveness” yang

mengutamakan pengetahuan dan proses pembelajaran sebagai keunggulan

kompetitif. Hal lain dikemukakan oleh de Geus yang dikutip dari

Tjakraatmadja dan Lantu (2006) menuturkan bahwa penyebab pendeknya

umur perusahaan, terutama karena perusahaan tersebut tidak mampu belajar

Page 2: Bab i. Pendahuluan.pdf Refrensi

2

atau tidak mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan zaman,

sehingga mengecewakan konsumen, dan pada akhirnya “mati” karena

kehilangan pasar atau tutup karena ditolak oleh masyarakat dan

lingkungannya.

Apabila dahulu organisasi lebih konsentrasi untuk mencari cara agar

dapat out-do (bertindak dengan lebih baik), saat ini organisasi sibuk mencari

cara untuk dapat out-know (mempunyai strategi pengetahuan yang lebih

baik dibandingkan perusahaan lain). Oleh karena itu dengan pengetahuan

dan teknologi tersebut organisasi akan mengetahui bagaimana cara agar

mengelola sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dengan lebih baik.

Pentingnya melaksanakan pembelajaran yang berkesinambungan,

dipengaruhi oleh banyaknya perubahan-perubahan yang terjadi dengan

cepat dan sulit diprediksi pada lingkungan eksternal organisasi. Berdasarkan

hal tersebut maka organisasi perlu bertindak adaptif yang diwujudkan

dengan kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu, mengetahui

pengetahuan tentang sumber daya manusia ataupun konsumen, dapat

menyelesaikan permasalahan, memiliki sumber daya manusia yang dapat

membagikan pengetahuan dan pengalamannya terhadap partner kerja

ataupun pada perusahaan tempatnya bekerja, pada akhirnya akan

menghasilkan inovasi. Hal-hal tersebut dapat dilakukan berkelanjutan

hingga pada akhirnya akan menjadi budaya sebuah organisasi yang

membuat perusahaan tersebut terbentuk menjadi learning organization

(organisasi pembelajar) yang menggunakan pengetahuan sebagai sumber

daya utama untuk bersaing. Perusahaan yang memiliki budaya

pembelajaran inilah yang akan mampu bertahan dan untuk lebih baik lagi

menjadi trend setter di dunia bisnis. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh

Tjakraatmadja dan Lantu (2006), bahwa organisasi akan dapat diselamatkan

dari kebangkrutan jika setiap anggota organiasi tersebut mau dan mampu

membekali dirinya masing-masing untuk mampu beradaptasi dengan

tuntutan perubahan, dan organisasi seperti ini disebut sebagai organisasi

pembelajar.

Page 3: Bab i. Pendahuluan.pdf Refrensi

3

Apabila pelayanan kesehatan ingin memberikan perbaikan yang

diharapkan, maka harus belajar dan berkembang, serta mendukung sumber

daya manusia yang ada pada organisasi tersebut. Rumah sakit merupakan

salah satu organisasi yang menyediakan jasa pelayanan kesehatan sering

dinilai memiliki kompleksitas yang tinggi. Rumah sakit mengelola

perubahan terus menerus dari berbagai jenis, yaitu; perubahan dalam

hubungan antara praktisi medis dan paramedis kepada pasien mereka atau

klien, perubahan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran

ataupun keperawatan serta penunjang medis, perubahan sifat tenaga kerja

seperti peran-peran baru serta pergeseran tanggung jawab dalam tim klinis.

Selain itu pada rumah sakit terdapat cara yang sangat variatif oleh masing-

masing karakter sumber daya manusia di rumah sakit dalam menyelesaikan

tugas ataupun masalah medis sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh

praktisi.

Mutu pelayanan rumah sakit sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya yang paling dominan adalah sumber daya manusia yang

merupakan aset utama rumah sakit yang memberikan kontribusi dalam

pencapaian tujuan perusahaan. Hal ini dilakukan secara sinergis oleh tenaga

medis (dokter), paramedis (perawat dan bidan), serta non medis

(manajemen, penunjang medis dan administratif). Tenaga medis dan

paramedis secara langsung berinteraksi dengan pasien dalam melaksanakan

tanggung jawabnya, begitu juga dengan beberapa bagian administratif

(seperti front liner).

Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya diharapkan senantiasa

memperhatikan fungsi sosial dalam memberikan pelayanan kesehatan pada

masyarakat. Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima. Tidak adanya tindakan yang

mengantisipasi ancaman eksternal dan internal persaingan rumah sakit dapat

menyebabkan menurunnya minat pasien untuk datang atau profesional

medis serta rumah sakit lain untuk merujuk pasien ke RS Sentra Medika.

Hal ini akan berdampak kepada menurunnya jumlah pasien yang datang

untuk pelayanan rawat jalan, rawat inap, serta penunjang medis. Pada

Page 4: Bab i. Pendahuluan.pdf Refrensi

4

pelayanan rawat jalan, pelayanan Medical Check Up juga mengalami

penurunan jumlah pasien yang konsisten selama 5 tahun terakhir. Selain itu

juga jumlah nilai indikator pelayanan rawat inap Bed Occupation Rate

(BOR) belum pernah mencapai nilai ideal yang ditentukan oleh Departemen

Kesehatan RI sebesar 60%-85%, seperti pada tabel berikut.

Tabel 1. Perbandingan Kegiatan Pelayanan Kesehatan RS Sentra Medika Depok Tahun 2006 s.d. 2010

JENIS

PELAYANAN

JUMLAH PASIEN TAHUN

2006 2007 2008 2009 2010

Rawat Jalan

- Poliklinik 46.820 47.090 44.881 42.142 43.755

- Medical Check

Up

587 375 244 189 161

Rawat Inap

- BOR (%) 44 46 40 47 38,1

Oleh karena itu rumah sakit sebaiknya melakukan tindakan untuk

mengantisipasi dan penyesuaian khususnya pencegahan timbulnya komplain

dari pasien ataupun pengunjung yang saat ini masih diperoleh oleh RS

Sentra Medika pada aspek sarana dan prasarana, kebersihan, kecepatan

pelayanan, menu makanan, serta kedatangan dokter yang tidak sesuai jadwal

praktek. Idealnya prioritas sebuah organisasi bisnis adalah mempertahankan

pelanggannya, maka RS Sentra Medika perlu mengelola segala potensi yang

ada dan sumber daya yang dimiliki untuk dapat melakukan pembelajaran

yang berkesinambungan sehingga dapat mendukung upaya terbentuknya

organisasi pembelajar dan perlu diaplikasikan secara tepat, bersamaan, dan

berkelanjutan.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis penerapan model sistem

organisasi pembelajar di RS Sentra Medika Depok sehingga RS Sentra

Medika dapat melakukan perbaikan-perbaikan dan memiliki keunggulan

kompetitif untuk masa yang akan datang. Hal ini sesuai dengan upaya

pengembangan manajemen rumah sakit yang fokus pada peningkatan mutu

(Quality Improvement).

Page 5: Bab i. Pendahuluan.pdf Refrensi

5

1.2. Rumusan Masalah

Banyaknya pesaing dibidang pelayanan kesehatan mengharuskan RS

Sentra Medika Depok untuk terus bertahan dan tertantang agar lebih maju

serta berkembang. RS Sentra Medika Depok memiliki berbagai pelayanan

seperti rumah sakit pada umumnya yaitu Rawat Jalan, Rawat Inap, dan

Penunjang Medis. Selama 5 tahun terakhir, jumlah pasien pada pelayanan

tersebut dinilai fluktuatif dan cenderung menurun, khususnya pada

pelayanan Medical Check Up. Disisi lain, Medical Check Up seharusnya

menjadi produk andalan rumah sakit yang berada di wilayah industrial.

Selain itu masih terdapat komplain oleh pasien atau pengunjung kepada RS

Sentra Medika Depok pada aspek sarana dan prasarana, kebersihan

lingkungan rumah sakit, kecepatan pelayanan, menu makanan pasien rawat

inap, serta keterlambatan praktek dokter. Salah satu upaya pembelajaran

sebenarnya telah dilakukan dengan upaya pengembangan fasilitas dan

teknologi yang diterapkan oleh RS Sentra Medika Depok sesuai dengan

visinya yaitu menjadi rumah sakit rujukan dengan memberikan pelayanan

yang optimal. Hal tersebut diharapkan agar rumah sakit lain dapat merujuk

karena keterbatasan alat dan fasilitas yang mereka miliki. Akan tetapi nilai

Bed Occupation Rate (BOR) RS Sentra Medika Depok belum juga

memperoleh nilai yang ideal.

RS. Sentra Medika Depok sebagai organisasi pelayanan kesehatan

pada umumnya yang padat karya, padat modal, padat pakar, padat teknologi,

dan padat masalah, diharapkan dapat memberikan pelayanan optimal

dengan mengedepankan proses pembelajaran dengan mengacu pada model

sistem organisasi pembelajar. Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan

masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perbedaan persepsi antara pimpinan dan staf RS Sentra

Medika Depok terhadap penerapan organisasi pembelajar ?

2. Bagaimana penerapan model sistem organisasi pembelajar pada RS

Sentra Medika saat ini ?

3. Bagaimana strategi RS Sentra Medika untuk menjadi organisasi

pembelajar yang ideal?

Page 6: Bab i. Pendahuluan.pdf Refrensi

6

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi perbedaan persepsi antara pimpinan dan staf RS Sentra

Medika terhadap penerapan Organisasi Pembelajar

2. Menganalisis penerapan model sistem organisasi pembelajar pada RS

Sentra Medika saat ini

3. Merumuskan alternatif strategi RS Sentra medika untuk menjadi

organisasi pembelajar yang ideal.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

1. Bagi Perusahaan

Memperoleh informasi mengenai organisasi pembelajaran di RS Sentra

Medika, sehingga dapat meningkatkan peran organisasi pembelajar

dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan performance

RS Sentra Medika dilingkungan bisnis pelayanan kesehatan.

2. Bagi peneliti

Sebagai bahan penerapan pengetahuan perkuliahan yang telah dijalani.

Selain itu juga untuk membantu perusahaan untuk mengidentifikasi

penerapan organisasi pembelajar untuk dapat meningkatkan kinerja

pelayanan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan referensi untuk peneliti dibidang yang sama untuk

penelitian yang sama ataupun penelitian lanjutan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini diharapkan sesuai dengan lingkup pembahasan dan

terarah. Oleh karena itu ditetapkan ruang lingkup penelitian mencakup satu

variabel (univariate). Hal tersebut meliputi pembahasan mengenai model

sistem organisasi pembelajar melalui sub sistem pembelajaran (Learning),

transformasi organisasi (Organisational transformation), orang/manusia

(People), pengetahuan (Knowledge), serta teknologi (Technology), dan

penerapannya pada RS Sentra Medika Depok.