16
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan semasa hidupnya, mulai dari janin sampai dewasa. Proses pertumbuhan dan perkembangan individu yang satu dengan yang lain tidak sama (bervariasi), tergantung dari faktor-faktor yang mendukungnya. Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan. Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan. Dalam hal ini menyangkut adanya proses 1

BAB I REVISI 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

perawat

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1 1.1 Latar Belakang MasalahSetiap individu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan semasa hidupnya, mulai dari janin sampai dewasa. Proses pertumbuhan dan perkembangan individu yang satu dengan yang lain tidak sama (bervariasi), tergantung dari faktor-faktor yang mendukungnya. Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan. Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan. Dalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. (Adriana, Dian, 2011). Dalam siklus kehidupan, masa anak-anak merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang menentukan masa depannya. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Frankenburg dkk. (1981) melalui Denver Developmental Screening Test (DDST) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu, kepribadian/tingkah laku sosial (personal social), gerakan motor halus (fine motor adaptive), bahasa (language), dan pekembangan motorik kasar (gross motor). Perkembangan moral dan dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini sehingga setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun, bila tidak terdeteksi dan tidak ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak. (Adriana, 2011).Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga hal ini perlu mendapatkan perhatian. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya atau orang dewasa lainnya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya. Sementara itu, lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat perkembangan anak. (Adriana, 2011). Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang sering ditemukan oleh tenaga kesehatan. Hasil penelitian yang dilakukan (Glascoe FP, 1992 Jun) di Amerika Serikat (AS) tentang perkembangan anak dengan Denver II dilakukan pada 104 anak-anak antara usia 3-72 bulan, ditemukan 17% dari anak-anak mengalami gangguan perkembangan. Kepedulian orangtua terhadap perkembangan anak serta diikuti pemeriksaan skrining perkembangan merupakan cara untuk mendeteksi masalah perkembangan secara dini dan selanjutnya dapat melakukan intervensi secara tepat. (Hartawan & Soetjiningsih, 2008).Tujuh puluh persen anak dengan keterlambatan tidak teridentifikasi tanpa skrining, sedangkan 70-80% anak dengan keterlambatan perkembangan teridentifikasi dengan skrining perkembangan yang baik. American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan skrining secara rutin dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel. Penelitian di Amerika Serikat (AS) mendapatkan hanya 23% dari 646 dokter spesialis anak melakukan skrining perkembangan dan Instrumen yang paling umum digunakan adalah Denver II. (Hartawan & Soetjiningsih, 2008).Berdasarkan sensus demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, jumlah anak usia dini (0-6 tahun) sebanyak 26,09 juta. Dari jumlah tersebut 12,6 juta diantaranya berusia antara 4-5 tahun dan sekitar 7,2% anak usia 4-5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan personal sosial, dan sebanyak 10.700 orang (5,0%) orang mengalami masalah kecerdasan interpersonal. Jumlah anak usia dini (0-6 tahun) tahun 2012 di Provinsi Bali sebanyak 35.130 orang dari jumlah tersebut sebanyak 13.010 orang (37,1%) orang diantaranya berusia antara 4-5 tahun dan sekitar 1054 orang (8,1%) anak usia 4-5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan personal sosial. (Dinkes Provinsi Bali, 2012).Undang-undang no 20 tahun 2003 yang dikeluarkan oleh kementrian pendidikan nasional tentang sistem pendidikan nasional mengatakan dengan tegas bahwa perlunya penanganan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang ditujukan pada anak usia 0-6 tahun. Pendidikan Anak Usia Dini yang memberikan jasa pendidikan pada anak usia 0-6 tahun di Indonesia dapat diselenggarakan melalui jalur formal (Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal) dan jalur nonformal (Taman Penitipan Anak, Kelompok Bermain, dan bentuk lainnya yang sederajat). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Rista Apriana tahun 2009 mengatakan bahwa sebanyak 13 responden (40,6%) dari 32 responden yang memiliki IQ rata-rata (everage) mengikuti program PAUD dan 19 responden lainnya (59,4%) tidak mengikuti program PAUD. Semua responden yang memiliki IQ dibawah rata-rata (low normal) tidak mengikuti PAUD. Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan anak usia dini dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah. Penelitian diatas didukung juga oleh penelitian yang dilakukan Maimon, dkk tahun 2013, dari hasil analisis diperoleh bahwa mengikuti kelompok bermain berpengaruh pada luaran. Dari 172 subyek, subyek dengan perkembangan advanced lebih banyak terdapat pada kelompok bermain 20,9%, sedangkan yang tidak mengikuti kelompok bermain 9,3%. Pencapaian perkembangan anak lebih baik pada kelompok anak yang mengikuti kelompok bermain dibandingkan dengan anak yang tidak mengikuti kelompok bermain (p=0,003). Maka ada hubungan kelompok bermain dengan pencapaian perkembangan anak dan bermanfaat untuk perkembangan anak.Dampak seorang balita yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan akan menimbulkan akibat yang kurang menguntungkan pada perkembangan konsep diri anak sehingga akan timbul gangguan mental dan perilaku bermasalah. (Sukmawati, 2014). Perilaku bermasalah anak pada aspek personal sosial menyangkut beberapa permasalahan yaitu pendiam, pemalu, minder, citra diri yang negatif, egois, sulit berteman (bersosialisasi), menolak realitas (suka membuat kegaduhan) bersikap kaku (tidak objektif) dan membenci guru tertentu. (Nirwana,dkk, 2014). Untuk menghindari hal tersebut diatas maka perlu dilakukan stimulasi pada anak sejak dini. Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak yang datangnya dari luar individu anak agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Salah satu stimulasi yang dapat meningkatkan perkembangan personal sosial adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). (Sukmawati, 2014).Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menyediakan lingkungan yang kaya akan stimulasi, dimana dalam lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) secara tidak sengaja telah terjadi interaksi yang sangat intens antara anak didik, guru, dan orang tua. Pola interaksi tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengarahkan tumbuh kembang anak sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah, sehingga anak didik akan terjauh dari gangguan mental dan perilaku bermasalah. (Nirwana,dkk, 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Desa Dangin Puri Kaja kecamatan Denpasar Utara terdapat anak usia prasekolah 244 anak. Peneliti melakukan observasi perkembangan pada 10 anak dengan menggunakan lembar Denver II, dimana 5 anak mengikuti program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan 5 lainnya tidak mengikuti program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Diperoleh data perkembangan berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lain. Data observasi pada 5 anak yang mengikuti program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), 4 diantaranya dengan perkembangan normal, hanya 1 dengan perkembangan suspect. Sedangkan pada 5 anak yang tidak mengikuti program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), terdapat 2 anak dengan hasil perkembangan suspect, 1 anak dengan perkembangan untestable, dan 2 anak dengan perkembangan normal.Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh PAUD terhadap perkembangan personal sosial anak usia prasekolah di Desa Dangin Puri Kaja, Denpasar Utara guna mengetahui seberapa pengaruh Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terhadap perkembangan personal sosial anak usia prasekolah.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu masalah penelitian yaitu: Apakah ada Pengaruh Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terhadap perkembangan personal sosial anak usia prasekolah di Desa Dangin Puri Kaja Denpasar Utara?

1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan UmumSecara umum yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah Mengetahui Pengaruh Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terhadap perkembangan personal sosial anak usia prasekolah di Desa Dangin Puri Kaja Denpasar Utara?1.3.2 Tujuan Khusus1. Mengidentifikasi tingkat perkembangan personal sosial anak usia prasekolah yang mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Desa Desa Dangin Puri Kaja Denpasar Utara.2. Mengidentifikasi tingkat perkembangan personal sosial anak usia prasekolah yang tidak mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Desa Desa Dangin Puri Kaja Denpasar Utara.3. Mengidentifikasi perbedaan tingkat perkembangan personal sosial anak usia prasekolah yang mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan yang tidak mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Desa Dangin Puri Kaja Denpasar Utara.

1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Teoritis1.4.1.1 Bagi PenelitiPenelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi ilmiah dalam bidang keperawatan khususnya keperawatan anak mengenai hubungan PAUD terhadap perkembangan personal sosial anak usia prasekolah.1.4.1.2 Bagi Profesi KeperawatanDiharapkan penelitian ini memberikan informasi bagi profesi keperawatan khususnya pada ranah keperawatan anak dalam pengukuran perkembangan personal sosial anak dengan menggunakan tes Denver II.

1.4.2 Praktis1.4.2.1 Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan masukan bagi penyelenggara Pendidikan Anak Usia Dini supaya dalam pembelajaran tetap memperhatikan teori-teori tumbuh kembang anak prasekolah.1.4.2.2 Bagi peneliti lainSebagai dasar acuan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti perkembangan personal sosial anak.

1.5 Keaslian PenelitianBerdasarkan telaah literatur, penelitian yang berkaitan dengan judul penelitian ini adalah :1.5.1 Ridwan Fatoni (2010) dalam penelitian yang berjudul Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Tingkat Perkembangan Personal Sosial Anak Usia Pra Sekolah Di TK PDHI Banguntapan Bantul Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan metode survey analitik dengan pendekatan waktu yang digunakan adalah cross sectional. Sampel yang digunakan 31 pasang ibu dan anak dengan analisa data menggunakan Chi Kuadrat. Hasil penelitian pola asuh dan perkembangan personal sosial menunjukkan kategori pola asuh otoritatif 51,6%, permisif 22,8%, otoriter 25,8%. Perkembangan personal sosial normal 51,6% dan terlambat 48,4%. Sebagian besar pola asuh ibu di TK PDHI Banguntapan Bantul Yogyakarta menggunakan pola asuh otoritatif (51,6%) dengan perkembangan personal sosial normal(51,6%). Maka dapat disimpulkan ada hubungan antara pola asuh ibu dengan tingkat perkembangan personal sosial anak usia pra sekolah di TK PDHI Banguntapan Bantul Yogyakarta 2010. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah variabel terikat sama-sama menggunakan perkembangan personal sosial anak usia prasekolah. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan terletak pada rancangan penelitian.

1.5.2 Rista Apriana (2009) dalam penelitian yang berjudul Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang. Metode Penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang dilakukan terhadap 54 responden dengan analisa data menggunakan uji Chi Square. Sebanyak 13 responden (40,6%) dari 32 responden yang memiliki IQ rata-rata (everage) mengikuti program PAUD dan 19 responden lainnya (59,4%) tidak mengikuti program PAUD. Semua responden yang memiliki IQ dibawah rata-rata (low normal) tidak mengikuti PAUD. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan anak usia dini dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah variabel bebas sama-sama menggunakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan terletak pada rancangan penelitian dan jumlah responden.

1.5.3 Nirwana, La Ode Asfilayly, M.Askar (2014) dalam penelitian Hubungan keikutsertaan dalam Play Group terhadap tingkat perkembangan anak usia prasekolah di TK Aisyiyah Busthanul Athfal VI Antang Makassar. Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel diperoleh dengan menggunakan purposive sampling dengan jumlah 39 responden. Hasilnya diolah menggunakan uji Chi-Square. Hasil bivariat menunjukkan bahwa keikutsertaan dalam play group memiliki hubungan yang bermakna terhadap perkembangan personal sosial (p=0,003), perkembangan motorik kasar (p=0,029), perkembangan motorik halus (p=0,013), perkembangan bahasa (p=0,000), dan perkembangan anak secara umum (p=0,000). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah variabel bebas sama-sama menggunakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan terletak pada rancangan penelitian dan jumlah responden.

1.5.4 Adi Aprihantara (2012) dalam penelitian yang berjudul Hubungan PAUD dengan perkembangan bahasa anak usia prasekolah di Desa Sumerta Kaja. Penelitian ini merupakan deskriptif korelasional, Pengambilan sampel di sini dilakukan dengan cara non probability sampling dengan teknik purposive sampling, diperoleh sampel 30 anak dimana 15 anak yang mengikuti PAUD dan 15 yang tidak mengikuti PAUD. Menggunakan uji koefisien contingansy. Menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan PAUD dengan perkembangan bahasa anak usia prasekolah. Hasil tingkat perkembangan bahasa pada anak yang mengikuti PAUD sebagian besar 66,7% (10 anak) memiliki skor advance, dan hanya 33,3% (lima anak) dengan skor normal. Sedangkan pada anak yang tidak mengikuti PAUD sebagian besar 53.3% (delapan anak) memiliki skor normal, 40% memiliki skor caution, pada responden yang tidak mengikuti PAUD juga terdapat skor delayed yaitu 6,7% (satu anak). Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah variabel bebas sama-sama menggunakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan jumlah responden berjumlah 30 anak. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan terletak pada rancangan penelitian dan variabel terikat yaitu perkembangan personal sosial.

10