Upload
itho-supril
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir,
denagn bantuan atau dengan kekuatan sendiri.Bentuk persalinan berdasarkan
definisi yaitu persalinan normal dimana proses penegeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentaase bwelakang
kepala yang berlangsung dalam 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin( Saefuddin,2004).
Retensio plasenta merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah
jam setelah janin lahir. Sisa plasenta merupakan tertinggalnya bagian plasenta
dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini
atau perdarahan post partum lambat yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari
pasca persalinan. Sebab plasenta belum lahir bisa karena plasenta belum lepas
dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan
(http//:blogspotkebidanan.co.id).
Menurut WHO (Word Health Organisation), pada tahun 2009 sebanyak
536.000 ibu meniggal pertahun saat mereka hamil dan bersalin dan persalinan,
sedangkan pada tahun 2008 berkisar 585.00 ibu meninggal akibat masalah
kehamilan dan persalinan, bahkan dari separuh jumlah seluruh kematian
terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan, yang disebabkan karena perdarahan
(40-50%) infeksi (20-30) dan preklampsia (20-30%) (Wijaya R.D, 2010).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012 angka
kematian ibu adalah 390/100.000 kelahiran hidup dan umumnya di negara
miskin terdapat sekitar 20-50 % kematian wanita disebabkan oleh
permasalahan kehamilan dan persalinan khususnya perdarahan. Perdarahan
setelah persalinan disebabkan karena atoni uteri, sisa plasenta, laserasi jalan
lahir, kelainan darah dan salah satunya adalah retensio plasenta
(http://campusline21.blogspot.com).
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan 67%,
atonia uteri; 23,88%, sisa plasenta; 19,40%, retensio plasenta; 40,30% dan
persalinan dengan laserasi jalan lahir; 16,42%. Perdarahan terjadi 10 kali lebih
sering pada saat persalinan (Assesment Safe Motherhood, 2010).
Angka Kematian Ibu di provinsi Sulawesi Tenggara masih cukup tinggi
dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu nasional. Menurut estimasi Badan
Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2011 Angka Kematian Ibu di Sulawesi
Tenggara diperkirakan 312 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada
tahun 2012 angka kematian ibu di Sulawesi Tenggara diperkirakan 317 per
100.000 kelahiran hidup. Kemudian pada tahun 2014 angka kematian ibu di
Sulawesi Tenggara diperkirakan 332 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes
Sultra 2014).
Berdasarkan data yang diambil dari kamar bersalin RSUD kabupaten
Konawe jumlah pesalinan pada tahun 2012 yaitu sebanyak 337 orang dan
yang mengalami perdarahan karena retensio plasenta sebanyak 32 orang
(9,5%), tahun 2013 sebanyak 389 orang, dimana yang mengalami retensio
plasenta sebanyak 36 orang (9,2%) sedangkan tahun 2014 jumlah persalinan
320 orang yang mengalami retensio plasenta sebanyak 34 orang atau 10,6%
(Data Sekunder Ruang Delima RSU Konawe, 2014).
Dari hasil pre survey yang peneliti lakukan pada bulan April 2015 di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Konawe diketahui bahwa angka
kejadian retensio plasenta tergolong tinggi, salah satu alasan masih tingginya
kasus retensio plasenta karena RSUD Konawe merupakan rumah sakit rujukan
yang ada di Kabupaten Konawe. Data yang diperoleh dari hasil Laporan
Rekam Medik RSUD Kabupaten Konawe tahun 2015 periode Januari – April,
jumlah persalinan (Bukan melalui operasi Cesar) sebanyak 92 orang. (Medical
Record BLUD RSU Konawe, 2015).
Faktor-faktor predisposisi terjadinya retensio plasenta yaitu Paritas dan
umur ibu. Angka kejadian tertinggi retensio plasenta pada multipara. Makin
tua umur ibu maka akan terjadi kemunduran yang progresif dari endometrium
sehingga untuk mencukupi kebutuhan nutrisi janin diperlukan pertumbuhan
plasenta yang lebih luas (Okti N, 2009).
Perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (28%) di
Indonesia. Perdarahan pada ibu setelah persalinan dapat disebabkan oleh
retensio plasenta. Retensio placenta adalah keadaan dimana plasenta belum
lahir setengah jam setelah janin lahir (Wiknjosastro, 2005). Penyebab
terjadinya retensio plasenta antara lain placenta belum lepas dari dinding usus
dan plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan. Hampir sebagian besar
gangguan pelepasan plasenta, disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus.
Retensio plasenta pada ibu bersalin juga dapat dipengaruhi oleh usia ibu dan
paritas. Usia kehamilan yang beresiko adalah < 20 tahun dan > 35 tahun. Pada
usia kehamilan < 20 tahun organ reproduksi ibu masih belum sempurna,
sedangkan pada usia > 35 tahun sudah mengalami penurunan fungsi
(Prawiroharjo, 2009).
Sarwono memaparkan Kejadian terjadinya retensio plasenta sering
terjadi pada ibu dengan multiparitas. Paritas 2-3 merupakan paritas paling
aman di tinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih
tinggi kematian maternal. Paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian
perdarahan postpartum yang diakibatkan retensio plasenta karena pada setiap
kehamilan dan persalinan terjadi penurunan sel-sel desidua. Akibat penurunan
sel-sel desidua atau tidak adanya sel desidua basalis dan kelainan
perkembangan lapisan fibrinoid secara parsial dan total, vilus plasenta melekat
ke myometrium (plasenta akreta), benar-benar menginvasi myometrium
(plasenta inkreta), atau menembus myometrium (plasenta perkreta).
Vaskularisasi endometrium akan berkurang mengakibatkan terjadinya
penurunan suplai darah ke plasenta sehingga plasenta akan mengadakan
implantasi jauh kedalam jaringan endometrium sampai ke jaringan
miometrium. Implantasi inilah yang dapat menyebabkan tertahannya plasenta
atau tidak dapat lahirnya plasenta setengah jam setelah janin lahir (Sarwono,
2010).
Dalam bingkai paradigma inilah peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Hubungan Paritas dan Umur Dengan Kejadian
Retensio Plasenta di Ruang Delima BLUD RSU Konawe Tahun 2015”.
B. Batasan Masalah
Secara teoritis banyak faktor yang mempengaruhi kejadian retensio
plasenta antara lain adalah umur, paritas, graviditas, anemia, mioma uteri,
riwayat retensio plasenta dan ketosis. Sedangkan pada penelitian ini peneliti
hanya ingin memfokuskan pengkajian pada aspek paritas dan umur ibu.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah pada
penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan antara Paritas dan Umur Dengan
Kejadian Retensio Plasenta di Ruang Delima BLUD RSU Konawe Tahun
2015”.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan paritas dan umur ibu dengan kejadian
retensio plasenta di Ruang Delima BLUD RSU Kabupaten Konawe Tahun
2015.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan paritas ibu dengan kejadian retensio
plasenta di Ruang Delima BLUD RSU Kabupaten Konawe Tahun
2015.
b. Untuk mengetahui hubungan umur ibu dengan kejadian retensio
plasenta di Ruang Delima BLUD RSU Kabupaten Konawe Tahun
2015.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan menjadi salah satu sumber informasi
dalam memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dan bahan kepustakaan
sekaligus dapat dijadikan acuan untuk penelitian yang berhubungan
dengan umur, dan paritas ibu dengan kejadian retensio plasenta di di
Ruang Delima BLUD RSU Kabupaten Konawe Tahun 2015.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber
informasi penentu kebijakan baik Departemen Kesehatan, Dinas
Kesehatan, dalam menyusun perencanaan yang terkait dengan
permasalahan dengan umur, dan paritas ibu dengan kejadian retensio
plasenta di di Ruang Delima BLUD RSU Kabupaten Konawe Tahun 2015.
3. Manfaat bagi Akademik
Sebagai tambahan literatur dan referensi bagi mahasiswa kebidanan
dalam rangka peningkatan pengetahuan khususnya dengan umur dan
paritas ibu dengan kejadian retensio plasenta di Ruang Delima BLUD
RSU Kabupaten Konawe Tahun 2015.
F. Keaslian Penelitian
Terdapat beberapa penelitian yang mirip dengan penelitian ini. Antara lain:
1. Penelitian Resniwiro (2011) berjudul “Faktor Risiko Paritas terhadap
Kejadian Perdarahan retensio plasenta di RSUD Wonosari Tahun 2010”.
Penelitian Resniwiro merupakan penelitian kuantitatif dengan metode
observasional analitik dan pendekatan cross sectional. Variabel dalam
penelitian Resniwiro adalah paritas (primipara dan multipara) dan kejadian
perdarahan pasca persalinan retensio plasenta. Analisis statistik yang
digunakan Resniwiro adalah chi square dan ratio prevalence. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian Resniwiro adalah penelitian ini
menggunakan pendekatan case control dan analisis data berupa chi
square dan odds ratio. Variabel penelitian ini adalah paritas (P1 dan P≥4,
P2-3) dan umur (U<20 dan U>35, U20-35).
2. Penelitian Mutiara dan Yusad (2011) berjudul “Pengaruh Paritas terhadap
kejadian retensio plasenta di RSUD DR. Pirngadi Medan 2007–2010”.
Penelitian dari Medan ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode
observational analitik dan pendekatan case control. Variabelnya adalah
paritas (P1, P2-P3, >P3) dan kejadian perdarahan postpartum primer
dengan kontrol status anemia. Analisis datanya dilakukan secara univariat,
bivariat, dan multivariat dengan metode regresi logistik
ganda.Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Mutiara-Yusad
adalah variabel penelitian ini hanya terfokus pada paritas.