11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya semua individu yang hidup di alam semesta ini pernah mengalami nyeri. Setiap nyeri yang timbul berasal dari berbagai penyebab, seperti adanya kanker, paparan kimia, inflamasi, trauma dan kehamilan. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tasmuri, 2007). Setiap individu tidak sama dalam mempersepsikan nyeri, gambaran seberapa parah nyeri yang di rasakan oleh individu sangatlah subyektif juga individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran dengan menggunakan suatu pendekatan obyektif paling mungkin yaitu dengan menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri, namun pengukuran dengan 1

BAB I sebagai contoh

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hkl

Citation preview

Page 1: BAB I sebagai contoh

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya semua individu yang hidup di alam semesta ini pernah

mengalami nyeri. Setiap nyeri yang timbul berasal dari berbagai penyebab,

seperti adanya kanker, paparan kimia, inflamasi, trauma dan kehamilan. Nyeri

didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan

ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tasmuri, 2007).

Setiap individu tidak sama dalam mempersepsikan nyeri, gambaran seberapa

parah nyeri yang di rasakan oleh individu sangatlah subyektif juga individual

dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda

oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran dengan menggunakan suatu

pendekatan obyektif paling mungkin yaitu dengan menggunakan respon

fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri, namun pengukuran dengan tehnik

ini juga tidak bisa memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri

(Tasmuri 2007).

Suatu respon nyeri biasanya diiringi oleh respon verbal yang disertai

luapan emosional. Menurut International Association for Study of Pain

(IASP), nyeri adalah suatu sensori subyektif dan emosional yang tidak

menyenangkan yang dapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun

potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Nyeri adalah

pengalaman yang dipelajari oleh pengaruh dari situasi hidup masing-masing

1

Page 2: BAB I sebagai contoh

2

orang dan dapat timbul oleh berbagai stimuli termasuk cemas atau stress,

tetapi reaksi terhadap nyeri tidak dapat diukur secara obyektif (Long, 2000).

Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai

berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai situasi

kehidupan maupun pada saat sakit. Selain itu kecemasan dapat menimbulkan

reaksi tubuh yang akan terjadi secara berulang seperti rasa kosong di perut,

sesak nafas, jantung berdebar, keringat banyak, sakit kepala, rasa mau buang

air kecil dan sesuatu yang dicemaskan (Stuart and Sundeen, 2005). Suatu

kecemasan seringkali dialami oleh seseorang terutama dengan adanya

pengalaman baru, termasuk pada pasien yang mengalami perawatan sebelum

diberikan suatu tindakan medis pada pasien hospitalisasi atau pada pasien pre

operasi. Dilaporkan pasien mengalami cemas karena hospitalisasi,

pemeriksaan dan prosedur tindakan medik yang menyebabkan perasaan tidak

nyaman (Carpenito, 2000).

Pada pasien hospitalisasi (rawat inap) dengan diagnosa IMA ( Infark

Miokard Akut ) tentunya mengalami sebuah keluhan yang serupa dengan

pasien rawat inap lainya yaitu kecemasan, pengertian IMA adalah nekrosis

miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu (Noer H. M Sjaifullah,

2005). Ciri khas dari penyakit ini adalah suatu nyeri dada retrosternal dengan

gejala dada seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih

barang berat. Hal ini dikarenakan fungsional jantung dan vaskularisasinya

yang patologis, sehingga menyebabkan suatu nyeri yang multikompleks dan

juga selalu di sertai dengan kecemasan yang bervariasi tingkatnya. Nyeri

Page 3: BAB I sebagai contoh

3

dapat menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke

punggung dan epigastrium.

Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pectoris dan kadang tak

responsif terhadap nitrogliserin, terutama pada pasien diabetes dan orang tua

tidak ditemukan nyeri sama sekali. Hal ini dapat disertai perasaan mual,

muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau sinkope, dan pada

fase ini pasien sering tampak ketakutan dan cemas. Walaupun IMA

merupakan manifestasi pertama penyakit jantung koroner namun bila dalam

proses anamnesis dilakukan dengan teliti hal ini sebenarnya sudah didahului

keluhan-keluhan angina, perasaan tidak enak di dada atau epigastrium

(Carpenito, 2000).

Menurut laporan WHO penyakit Infark miokard akut merupakan

penyebab kematian utama didunia (WHO, 2008). Terhitung sebanyak 12,2%

kematian terjadi akibat penyakit ini diseluruh dunia. Penyakit ini adalah

penyebab kematian utama pada orang dewasa dimana-mana (Garas, 2010).

Infark miokard akut adalah penyebab kematian nomor dua pada Negara

berpenghasilan rendah, dengan angka mortalitas 9,4% (WHO, (2008). Di

Indonesia pada tahun 2002 penyakit infark miokard akut merupakan

penyebab kematian pertama dengan angka mortalitas 14% (WHO, 2008).

Direktorat Jendral Pelayanan Medik Depkes RI meneliti bahwa pada tahun

2007 jumlah pasien penyakit jantung yang menjalani rawat inap dan rawat

jalan dirumah sakit di Indonesia adalah 239.548 jiwa. Kasus terbanyak adalah

penyakit jantung iskemik yaitu sekitar 110.183 kasus. Case Fatality Rate

(CFR) tertinggi terjadi pada infark miokard akut (13,49%) kemudian di ikuti

Page 4: BAB I sebagai contoh

4

oleh gagal jantung (13,42%) dan penyakit jantung lainnya (13,37%) ( Depkes

RI, 2009).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti diruang ICCU

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Iskak Tulungagung pada tanggal 10 sampai

dengan 15 September, yang mana pada saat itu terdapat 8 pasien di ruang

tersebut, 5 diantaranya adalah pasien dengan diagnosa medis IMA. Ketika

dilakukan observasi pada semua pasien saat terjadi nyeri dada maka juga

diringi oleh suatu kecemasan tetapi kecemasan tersebut bervariasi antara

responden 1 dan yang lainya. Tentunya ini adalah suatu hal yang sama sekali

tidak diinginkan atau dikehendaki oleh pasien tersebut.

Dari hasil studi diatas tentunya semua fenomena itu akan berdampak

negatif bagi pasien tersebut, baik ditinjau dari segi fisik yang secara aktual

terjadi suatu kerusakan pada organ vital yaitu jantung dan menimbulkan rasa

nyeri yang bervariatif yaitu mulai dari nyeri ringan, dimana pasien merasakan

nyeri tetapi masih bisa dikontrol dapat berkomunikasi dengan baik sampai

dengan nyeri sangat berat, dimana pasien sangat lemah dan sudah tidak

mampu lagi untuk berkomunikasi. Selain itu juga dari segi psikologis, yang

mana terjadi koping emosional yang mal adaptif yang berupa kecemasan baik

cemas ringan, berat sampai dengan panik. Menurut Nursalam (2003) yang

mengutip skala HARS (Halminton Anxiety Scale) mengatakan bahwa bila

cemas ini tidak ditangangani dengan tepat maka akan memicu sistem simpatis

dan parasimpatis, salah satu diantaranya adalah gejala kardiovaskuler yang

mana timbul tanda dan gejala berupa denyut nadi cepat dan mengeras,

berdebar-debar, nyeri dada, lemah sampai pingsan, hingga dengan denyut

Page 5: BAB I sebagai contoh

5

jantung menghilang atau berhenti. Bila hal ini berjalan terus menerus tanpa

mendapatkan suatu penanganan yang tepat tentunya akan berujung pada

kematian.

Dengan permasalahan di atas maka sangatlah penting untuk diberikan

suatu perhatian lebih lanjut kepada pasien ini, yaitu berupa penyuluhan

tentang IMA oleh petugas kesehatan yang bertujuan untuk menambah

pengetahuan pasien baik secara langsung maupun melalui media massa,

sehingga pasien mengetahui lebih dalam dan lebih siap dalam menghadapi

nyeri ketika terjadi serangan, juga suatu observasi khusus mengenai nyeri

dada dan tingkat kecemasan pasien pada saat mengalami serangan jantung,

sehingga dapat diketahui sejauh mana hubungan intensitas nyeri dada dengan

tingkat kecemasan pada pasien IMA. Dengan demikian petugas kesehatan

dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien

saat itu dan bisa berkolaborasi dengan tim medis untuk memberikan terapi

yang tepat.

Berkaitan dengan beberapa fenomena di atas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan suatu penelitian guna mengetahui “Hubungan Intensitas

Nyeri Dada Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Infark Miokard Akut Di

Ruang ICCU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. ISKAK Tulungagung”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut, “Apakah ada Hubungan Intensitas Nyeri Dada Dengan

Tingkat Kecemasan Pada Pasien Infark Miokard Akut Di Ruang ICCU

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. ISKAK Tulungagung ?”.

Page 6: BAB I sebagai contoh

6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

intensitas nyeri dada dengan tingkat kecemasan pada pasien IMA Di

Ruang ICCU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. ISKAK Tulungagung.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi intensitas nyeri dada pada pasien IMA di ruang

ICCU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. ISKAK Tulungagung.

b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada pasien IMA di ruang ICCU

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. ISKAK Tulungagung.

c. Menganalisa hubungan intensitas nyeri dada dengan tingkat

kecemasan pada pasien IMA di ruang ICCU Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. ISKAK Tulungagung.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman peneliti

mengenai hubungan intensitas nyeri dada dengan tingkat kecemasan pada

pasien IMA dan dapat menerapkan teori juga penelitian secara langsung

kepada pasien.

2. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan kiranya sebagai suatu

masukan dan memberi sumbangan pemikiran mengenai pengembangan

Page 7: BAB I sebagai contoh

7

ilmu pengetahuan tentang hubungan intensitas nyeri dada dengan tingkat

kecemasan pada pasien IMA khususnya di bidang ilmu keperawatan.

3. Bagi Pengambil kebijakan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan

memberi sumbangan pemikiran perkembangan ilmu pengetahuan tentang

hubungan intensitas nyeri dada dengan tingkat kecemasan pada pasien

IMA, khususnya bagi pengambil kebijakan.

4. Bagi Peneliti selanjutnya

Dapat digunakan sebagai tambahan referensi, acuan serta sebagai

pertimbangan untuk dasar dukungan penelitian selanjutnya.