Upload
truongdieu
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit polio merupakan salah satu penyakit menular yang dapat
dicegah dengan imunisasi. Pemerintah telah menargetkan bahwa penyakit
polio sudah harus terberantas terutama di Jawa, Bali dan Sumatera. Dengan
mengintensifkan imunisasi polio pada anak-anak yang berumur 2-11 bulan.
Untuk mencapai maksud tersebut maka, oleh instansi yang berwenang
sedang dikaji beberapa hal yang berhubungan dengan pelaksanaan yang
ada terhadap program imunisasi yang sudah dilaksanakan sekarang ini.
Beberapa masalah timbul di negara-negara yang sudah lama melaksanakan
program imunisasi polio dengan oral vaksin. Salah satunya adalah bahwa
ternyata respon imun terhadap virus vaksin polio dari anak-anak yang tinggal
di daerah kumuh sangat rendah, yang mungkin disebabkan karena intervensi
dari virus enterol lain non polio yang prevalensinya didaerah kumuh cukup
tinggi (Momimes, 2002)
Menurut data yang ada dari kejadian-kejadian wabah yang terjadi
selama ini pada kasus paralise karena poliomyelitis paling banyak
menyerang anak-anak umur dibawah 3 tahun. Hasil-hasil penelitian serologis
poliomyelitis dibeberapa tempat di Indonesia juga menunjukan bahwa antara
20-60% anak yang berumur kurang dari 3 tahun tidak mempunyai kekebalan
sama sekali terhadap ketiga tipe virus polio (Momimes, 2002) .
1
Berdasarkan hasil survei demografi kesehatan Indonesia pada tahun
2002/2003 angka kematian bayi sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup.
Umumnya bayi yang lahir diperkotaan mempunyai angka kematian lebih
rendah dari pada yang lahir di pedesaan. Kematian bayi yang menjadi
penyebab utamanya adalah infeksi oleh sebab itu dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi polio (Nasution,2008)
Jika dibandingkan dengan angka nasional maka angka kematian bayi di
Sumatera Utara untuk tahun 2004, relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
angka kematian bayi berkisar 48 per 1000 kelahiran hidup. Pemberian
imunisasi untuk tumbuh kembang anak sangat penting terutama untuk
mengurangi morbilitas sebanyak 44 anak dan mortalitas sebanyak 14 anak
yang tidak mendapat imunisasi polio. Dengan dilaksanakannya imunisasi
maka kita harapkan dapat dicegah timbulnya penyakit-penyakit yang
menimbulkan cacat dan kematian. ( Soetjiningsih, 1995).
Pada umumnya tanggung jawab untuk mengasuh anak diberikan pada
orang tua khususnya ibu. Pengetahuan ibu tentang dampak anak yang tidak
mendapat imunisasi polio dipengaruhi oleh faktor pendidikan, tingkat
penghasilan dan kebiasaan. Sehingga dengan adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu diharapkan adanya perubahan
perilaku yang diharapkan dapat terwujud. Timbulnya kesadaran, kemampuan
untuk hidup sehat disamping faktor sosial ekonomi masyarakat maupun
dipihak tenaga kesehatan (Hilman, 2005).
2
Menurut data Depkes sampai tanggal 17 juli 2005 telah dilaporkan 291
kasus lumpuh layu , setelah dilakukan pemeriksaan yang di tunjuk , jumlah
kasus politik polio liar berjumlah 149 anak dan telah tersebar 10 kabupaten di
4 provinsi. Di provinsi jawa barat , kasus polio liar di temukan di sukabumi
bogor , cianjur , bekasi. Di provinsi banten di temukan di lebank , serang
serta tangerang. Di jawa tengah di kabupaten demak , sedangkan di lampung
di temui tanggamus dan lampung barat .
Virus polio liar bisa menybabkan lumph atau kematian . virus ini di bawa
melalui kotoran manusia dan penyebab melalui air, virus polio liar ini sangat
menular dan biasanya menyerang anak – anak balita . hanya sekitar 20
tahun yang lalu, polio melumpuhkan 1000 anak setiap harinya dan hampir di
setipa Negara di dunia tetapi pada tahun 1998 , gerkan anti polio dunia di
canangkan .
Pada awal maret tahun 2005 , Indonesia muncul kasus polio pertama
selam satu dasar warsa artinya, reputasi bebas polio yang di sandang
selama 10 tahun hilang ketika seorang berusia 20 bulan di jawa barat sangat
terjankau penyakit (Pikas 2005).
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis merasa tertarik mengadakan
penelitian tentang “ Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio di
Puskesmas Pintu Angin Tahun 2008 “.
3
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah ‘’Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi
Polio Di Puskesmas Pintu Angin Tahun 2008?’’.
C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi
Polio di Puskesmas Pintu Angin Tahun 2008.
C.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu balita tentang imunisasi
Polio di Puskesmas Pintu Angin tahun 2008 berdasarkan Umur.
b. Untuk mengetahui Pengetahuan ibu tentang imunisasi polio di
Puskesmas Pintu Angin tahun 2008 berdasarkan Pendidikan.
c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang deteksi anak yang
tidak dapat Imunisasi Polio di Puskesmas Pintu Angin Pintu
Angin Tahun 2008 berdasarkan Pekerjaan.
D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Ibu
4
Sebagai bahan masukan dan informasi kepada ibu agar lebih
memahami dan lebih mengetahui Imunisasi polio di Puskesmas Pintu
Angin tahun 2008.
D.2. Bagi Peneliti
Sebagai penambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti dan juga
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Akademi
Kebidanan Nauli Husada Sibolga .
D.3. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi Institusi pendidikan Akbid dapat digunakan sebagai bahan
bacaan diperpustakaan yang mana dapat dimanfaatkan oleh semua
mahasiswa/i Akbid Nauli Husada Sibolga .
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
A.1. Defenisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan pada satu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia, indra pendengaran, penciuman,
penglihatan, rasa, raba dan sebagian besar pengetahuan manusia melalui
mata dan telinga (Sunaryo, 2004).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang. Rogers (1974), mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang
tersebut sehingga terjadi suatu proses berurutan (akronim AIETA), yaitu :
1. Awarenes, (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari
pengetahuan terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interest , (menimbang-nimbang) dimana orang mulai tertarik kepada
stimulus.
3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap
baik buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.
6
4. Trial, (mencoba) dimana orang telah mulai mencoba perilaku baik.
5. Adaptation, individu telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan
sikap.
A.2. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan menurut (Sunaryo, 2004) mempunyai 6
tingkatan yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
dari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini adalah
mengingat kembali terhadap suatu yang spefisik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication).
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisa (Analisa).
Suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur
organisasai tersebut dan ada kaitannya satu sama lain
e. Sintesis (Senthesis).
7
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
f. Evaluasi ( Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
B. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1. Umur
Umur adalah lamanya seseorang hidup sejak dilahirkan sampai
saat ini. Dalam satuan tahun dan juga merupakan periode terhadap
pola-pola kehidupan baru demikian bertambah pula umur semakin
tinggi keinginan seseorang tentang kesehatan (Notoadmojo, 2003)
Usia dewasa (18-40 tahun) merupakan masa dimana
seseorang secara maksimal dapat mencapai prestasi yang
memuasakan dalam karirnya pada usia tengah (41-60 tahun)
seseorang tinggal mempertahankan prestasi yanh telah dicapainya
pada usia dewasa sedangkan usia tua (> 60 tahun) adalah usia tidak
produktif lagi dan hanya menikmati hasil dari prestasi (Hurlock 1998).
2. Pendidikan
8
Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh
kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga
dalam pendidikan itu perlu dipertimbangkan umur (proses
perkembangan klien) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat
pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan tehnologi baru
(SDKI,1997)
Pendidikan adalah suatu proses pembentukan kecepatan
seseorang secara intelektual dan emosional kearah dalam sesama
manusia . Pendidikan juga diartikan sebagai suatu usaha sendiri untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar
sekolah dan berlansung seumur hidup (Notoamodjo, 2003)
Pendidikan adalah proses pertumbuhan semua kemampuan
dan prilaku melalui pengajaran sehingga dalam pendidikan perlu di
pertimbagkan umur (proses perkembangan )dan hubunganya dengan
proses belajar tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi presepsi seseorang untuk lebih mudah menerima
ide ide dan teknologi baru (Arinkunto, 2002).
Tidak dipukirin pendidikan akan menentukan pola piker dan
wawasan seseorang. Selain itu tingkat pendidikan juga merupakan
bagian dari pengalaman kerja (Rahmad,1996).
3. Pekerjaan
9
Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan ibu untuk
memenuhi kebutuhannya, bila kita ingin melihat pekerjaan mayoritas
dari ibu karena kemungkinan sebagian ibu bukanlah pekerja yang
berpenghasilan cukup sehingga kebanyakan ibu menganggap sosial
ekonomi keluarga akan mengganggu dalam pemenuhan nutrisi
anaknya.Dalam sebuah bidang pada umumnya diperlakukan adanya
hubungan sosial dan hubungan dengan orang yang baik, setiap orang
harus bisa bergaul dengan teman sejawat maupun berhubungan
dengan atasan (Notoadmojo,2003).
Pekerjaan adalah akifitas yang dilakukan seorang tiap hari
dalam kehidupanya. Seseorang yang bekerja dapat terjadi sesuatu
kesakitan , misalnya dari situasi lingkungan dan juga dapat
menimbulkan stres dalam bekerja sehingga kondisi pekerjaanya pada
umumnya di perlukan adanya hubungan sosial yang baik dengan
orang lain , setiap orang harus dapat bergaul dengan teman sejawat
(Arikunto,2002).
C. Polio
C. 1. Defenisi
Polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dan
sebagian besar menyerang anak-anak berusia 5 tahun. Polio tidak ada
obatnya, pertahanan satu-satunya adalah imunisasi. Virus polio masuk
ketubuh melalui mulut, dari air atau makanan yang tercemar kotoran
10
penderita polio. Juga disebabkan kurang terjaganya kebersihan diri dan
lingkungannya. Virus ini menyerang sistem syaraf dan bisa menyebabkan
kelumpuhan seumur hidup dalam waktu beberapa lama.
Vaksin virus polio yang telah dilemahkan ini sebagai proteksi
terhadap polio suatu infeksi yang disebabkan virus gastrointesnital yang
dapat mempengaruhi system syaraf dan menyebabkan kelumpuhan
permanen. Vaksin ini diberikan dengan injeksi pada usia dua, empat,
enam, hingga delapan bulan, dan antar usia empat sampai enam tahun.
(Judarwanto, 2005).
C.2. Tanda dan gejala :
Bila virus polio sudah masuk dalam tubuh manusia, masa inkubasi
sampai dengan timbulnya gejala adalah antara 4 sampai 35 hari. VPL
(Vaksin Polio) dapat menimbulkan gejala sebagai berikut :
1. Asimptomatik tidak menunjukkan gejala.
2. Sakit ringan seperti flu biasa (minor illness) dengan gejala seperti
demam, perasaan tidak enak, mengantuk, sakit kepala, mual,
muntah, konstipasi, dan sakit tenggorokan.
3. Meningitis aseptis (nonparalytic poliomyelitis) atau radang selaput
otak aseptis, biasanya diawali dengan gejala minor illness (1 sampai
2 hari) seperti demam, sakit tenggorokan, muntah, perasaan tidak
enak kemudian diikuti kekakuan pada leher dan punggung, sakit
11
kepala, nyeri pada tungkai, punggung dan leher. Penyembuhan
dapat terjadi dengan sendirinya.
4. Kelumpuhan (paralytic poliomyelitis), biasanya diawali dengan minor
illness dalam beberapa hari kemudian dengan cepat terjadi
kelumpuhan yang pemanen/lumpuh layuh akut, disertai demam dan
nyeri pada daerah yang lumpuh. Kelumpuhan yang terjadi biasanya
tidak simetris. Kesembuhan total atau sebagian dapat terjadi dan
hasil kompensasi otot yang masih berfungsi.
Virus Polio Liar dapat dengan mudah menyerang pada keadaan :
1. Defisiensi imun yaitu pada anak-anak dengan status imunisasi tidak
lengkap/tidak pemah diimunisasi.
2. Defisiensi gizi
3. Daerah dengan sanitasi dan hygiene yang buruk
4. Kehamilan pada usia muda atau tua (htttp://www.pom.obat.go.id/v2)
C.3. Cara Pemberian
1. Tiap botol disertai pipet.
2. Vaksin dapat diteteskan langsung kedalam mulut anak sebanyak 3
tetes (0,5 ml).
3. Hindari agar ujung pipet tidak tersentuh.
4. Vaksin polio oral harus diberi secara oral, dan tidak boleh diberikan
secara parenteral.
12
5. kocok dahulu sebelum dipakai.
C.4. Jadwal Imunisasi
Tabel : 2. 1
No. Umur Jenis Imunisasi
1 0-7 hari Hepatitis B1
2 1 bulan BCG, Polio 1
3 2 bulan Hepatitis B2, DPT 1, Polio 2
4 3 bulan DPT 2, Polio 3
5 4 bulan DPT 3, Polio 4
6 7 bulan Hepatitis B2
7 8 bulan Campak
(Koesno,2006).
C.5. Cara Penularan Polio
Virus masuk melalui mulut dan hidung lalu berkembang biak di
dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus. Selanjutnya,
diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh
getah bening.
Penularan virus terjadi secara langsung melalui beberapa cara, yaitu:
1. Fekal-oral (dari tinja ke mulut)
13
Maksudnya, melalui minuman atau makanan yang tercemar virus polio
yang berasal dan tinja penderita lalu masuk ke mulut orang yang
sehat.
2. Oral-oral (dari mulut ke mulut)
Yaitu melalui percikan ludah atau air liur penderita yang masuk ke
mulut orang sehat lainnya.
Sebenarnya, kondisi suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus.
Sebaliknya, pada keadaan beku atau suhu yang rendah justru virus dapat
bertahan hidup bertahun-tahun. Ketahanan virus ini di dalam tanah dan
air sangat bergantung pada kelembapan suhu dan adanya mikroba lain.
Virus ini dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan
dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penularan.
Meskipun cara penularan utama adalah akibat tercemarnya
lingkungan oleh virus polio dari penderita yang terinfeksi, namun virus ini
sebenarnya hidup di lingkungan yang terbatas.
C.6. Efek Samping
a. Demam
b. Vaksin sebaiknya tidak diberikan pada anak-anak yang alergi terhadap
anti biotika neomycin, streptomycin, atau polyni xin B karena bahan
tersebut dapat dipakai dalam pembuatan Vaksin.
14
C.7. Pencegahan
Satu-satunya cara untuk mencegah penularan virus polio adalah
dengan imunisasi. Ada 2 vaksin polio yang dikenal yaitu:
1) OPV (Oral Polio Vaccine)
Adalah virus polio yang dilemahkan dan diberikan melalui mulut
dengan cara diteteskan. OPV mengandung virus polio strain Sabin
serotype 1, 2 dan 3 yang dibiakan pada kultur sel ginjal monyet,
antibiotik neomisin dan streptomicyn. Untuk menjamin khasiat dan
keamanan vaksin polio. Pemberian vaksin OPV sebaiknya diberikan
pada anak dalam kondisi sehat, tidak boleh diberikan pada anak
yang mengalami sakit gangguan kekebalan tubuh atau defisiensi
imun (leukimia, HIV/AIDS dan lain-lain), anak yang mendapat obat
golongan steroid jangka lama, anak yang sedang dirawat di rumah
sakit.
OPV diberikan pada anak-anak dengan 4 dosis terbagi (masing
masing 2 tetes) sebelum usia 1 tahun yaitu pada usia 0 bulan, saat
pulang dan rumah bersalin, dilanjutkan pada usia 3, 4 dan 5 bulan.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan
memberikan tambahan dosis pada umur 18 bulan dan 5 tahun untuk
meyakinkan anak mendapatkan dosis yang cukup. Total pemberian
OPV adalah 6 dosis sebelum 5 tahun untuk mencapai dosis
15
kekebalan maksimal. OPV membentuk antibodi dalam darah, dapat
mencegah penyebaran virus ke sistem saraf, dan segera dapat
membentuk kekebalan lokal sementara (selama 100 hari) di usus.
Setelah mendapat 4 dosis atau lebih, baru terjadi kekebalan tubuh
secara menyeluruh. Sistem kekebalan tersebut akan mencegah
penyebaran virus dari satu-orang ke orang lain, karena dapat
mencegah multiplikasi virus polio. Keuntungan OPV adalah mudah
diberikan oleh sukarelawan tidak memerlukan keahlian khusus
dalam pemberiannya, tidak memerlukan peralatan suntik yang steril,
relatif lebih murah, dapat digunakan dalam waktu bersamaan di
daerah yang sangat luas termasuk daerah dengan kondisi sanitasi
yang kurang baik. OPV dapat mencegah penyebaran virus polio liar
pada daerah yang mengalami wabah (daerah KLB) polio.
2) IPV (Inactivated Polio Vaccine)
IPV ini diberikan secara suntikan hanya sedikit memberikan
kekebalan lokal di usus, tetapi memberikan kekebalan yang kuat di
seluruh tubuh pada orang yang telah mendapat dosis lengkap. Total
dosis yang diberikan adalah 4 dosis. Diberikan pada anak yang
mempunyai halangan/kontraindikasi untuk mendapat OPV, pasien di
luar daerah wabah, pasien yang ragu-ragu tentang status imunisasi
anak, orang dewasa yang melakukan penjalanan ke daerah
KLB/wabah, pekerja laboratorium yang menangani virus polio dan
16
petugas kesehatan yang merawat pasien polio. IPV tidak dapat
mencegah penyebaran virus polio karena tidak dapat mencegah
terjadinya multiplikasi virus polio di usus seperti pada OPV. (pusdatin
2005 ).
C.8. Pengobatan
Belum ada ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit
polio. Satu-satunya cara untuk dapat mencegah penyakit polio adalah
dengan imunisasi polio sebanyak 4 kali. Dampak anak yang tidak
mendapat imunisasi polio adalah sebagai berikut :
1. Kerusakan tulang punggung.
2. Kerusakan susunan saraf pusat (otak)
3. Kelumpuhan.
C.9. Manfaat Imunisasi Polio
a. Supaya anak sehat
b. Supaya anak kebal
c. Supaya anak tidak sakit
C.10. Akibat Terjadinya tidak Mendapatkan Imunisasi Polio
a. Mudah terserang penyakit
b. Anak menjadi lemah
c. Tidak ada pengaruh
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian ini yang berjudul “Gambaran
Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Polio di Puskesmas Pintu Angin Tahun
2008” adalah sebagai berikut :
Bagan 3.A .1
Variabel Independent Variabel Dependent
B. Defenisi Operasional
1. Pengetahuan
Adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang dampak
anak yang tidak mendapat imunisasi polio, dengan ketegori :
a. Baik 76%-100% (bila jumlah yang benar 16-20 dari 20
pertanyaan yang diberikan).
18
~ Umur ~ Pendidikan ~ Pekerjaan
Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio
b. Cukup 56% - 75% (bila jumlah yang benar 12-15) dari 20
pertanyaan yang diberikan).
c. Kurang 55% (bila jumlah yang benar <11 pertanyaan).
Skala ukur : Ordinal
Alat ukur : Kuesioner
2. Umur
Adalah suatu batasan yang menunjukkan lamanya kehidupan
responden yang dihitung sejak lahir yang dinyatakan dalam tahun,
dengan ketegori :
a. 21-25 tahun
b. 26-30 tahun
c. 31-35 tahun
d. 36-40 tahun
Skala ukur : Interval
Alat ukur : kuesioner
3. Pendidikan
Adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diselesaikan
responden, dengan ketegori :
a. Pendidikan dasar : SD, SLTP dan sederajatnya
b. Pendidikan menengah : SMA, SMK, dan sederajatnya
c. Pendidikan tinggi : D-III, D-IV, S-I.
Skala ukur : Ordinal
19
Alat Ukur : Kuesioner
4. Pekerjaan
Adalah aktivitas yang dilakukan ibu untuk memperoleh penghasilan
guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, dengan ketegori :
a. Pegawai negri sipil (PNS)
b. IRT
c. Wiraswsta
Skala ukur : Nominal
Alat ukur : Kuesioner
C. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran
pengetahuan ibu tentang imunisasi polio di Puskesmas Pintu Angin tahun
2008.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
D.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Puskesmas Pintu Angin karena lokasi
tersebut mudah dijangkau dan lebih menghemat biaya, serta sampel
untuk penelitian ini mencukupi di daerah tersebut.
D.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai Juli 2008.
20
E. Populasi dan Sampel
E.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memberikan
imunisasi yang berkunjung ke Puskesmas Pintu Angin sebanyak 35
orang.
E.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai
anak sebanyak 35 orang dengan cara total populasi.
F. Metode Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner
kepada responden kemudian kuesioner akan dikumpulkan oleh peneliti
setelah kuesioner tersebut telah di isi oleh responden .
G. Tehnik Pengolahan Data dan Analisa Data
G.1. Tehnik Pengolahan data
Data terkumpul diolah dengan cara manual dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Editing
Memeriksa data yang terkumpul bila terdapat data yang kurang maka
dilakukan pengumpulan data kembali.
b. Coding
21
Mengklasifikasikan jawaban responden kedalam bentuk kode yang
telah ditetapkan untuk mempermudah pengolahan data.
c. Tabulating
Untuk mempermudah analisa data untuk dimasukkan kedalam tabel
distribusi frekuensi.
G.2. Analisa Data
Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan melihat presentase
data yang terkumpul dan disajikan dengan tabel distribusi frekuensi
kemudian dicari dasar presentasi jawaban masing-masing responden dan
selanjutnya dilakukan dengan menggunakan teori kepustakaan yang ada.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang
Imunisasi Polio di Puskesmas Pintu Angin Kota Sibolga Tahun 2008”
mendapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel A.1.Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Imunisasi Polio di
Puskesmas Pintu Angin Kota Sibolga Tahun 2008.
No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
4
3
28
11,42
8,58
80
Jumlah 35 100%
Dari tabel A.1. dapat diketahui bahwa mayoritas responden
berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 28 orang (80%) dan minoritas
berpengetahuan cukup sebanyak 3 orang (8,58%).
23
Tabel A.2.Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Imunisasi Polio
Berdasarkan Umur di Puskesmas Pintu Angin Kota Sibolga Tahun 2008.
No UmurTingkat Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurangf % f % f % f %
1
2
3
4
21 - 25 tahun
26 - 30 tahun
31 - 35 tahun
36 - 40 tahun
2
2
-
-
12,5
12,5
-
-
-
3
-
-
-
18,75
-
-
14
11
1
2
87,5
68,75
100
100
16
16
1
2
100
100
100
100
Dari tabel A.2. diatas dapat diketahui mayoritas responden memiliki
tingkat pengetahuan kurang yaitu pada umur 31-35 tahun yaitu sebanyak
1responden (100%) dan umur 36-40 tahun sebanyak 2 orang ( 100%), dan
minoritas responden dengan umur 21-25 tahun dan 26-30 tahun memiliki
tingkat pengetahuan baik sebanyak masing- masing 2 orang (12,5%).
Tabel A.3.
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Imunisasi Polio Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Pintu Angin Kota
Sibolga Tahun 2008.
N PendidikanTingkat Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurang
24
o f % f % f % f %1
2
3
Pendidikan Dasar
Pendidikan Menengah
Pendidikan Tinggi
-
-
4
-
-
100
1
2
-
5,88
14,28
-
16
12
-
94,12
85,72
-
17
14
4
100
100
100
Dari tabel A.3. dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang
memiliki pengetahuan baik yaitu yang berpendidikan Menengah sebanyak 4
orang (100%), dan minoritas responden memiliki pengetahuan cukup yang
berpendidikan Dasar sebanyak 1orang (5,88%).
Tabel A.4.Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Imunisasi Polio
Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Pintu Angin Kota Sibolga Tahun 2008.
No PekerjaanTingkat Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurangf % f % f % f %
1
2
3
PNS
IRT
Wiraswasta
4
-
-
100
-
-
-
3
-
15,78
-
-
16
12
-
84,22
100
4
19
12
100
100
100
Dari tabel A.4. dapat dilihat mayoritas responden memiliki pengetahuan
baik yaitu pada pekerjaan sebagai PNS sebanyak 4 orang (100%) dan
pekerja wiraswsta dengan berpengetahuan kurang sebanyak 12 orang
(100%), dan minoritas memiliki tingkat pengetahuan cukup yaitu pada
pekerjaan IRT sebanyak 3 orang (15,78%).
25
.
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu
Tentang Imunisasi Polio di Puskesmas Pintu Angin Kota Sibolga Tahun
2008” adalah sebagai berikut :
B.1. Tingkat Pengetahuan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden
berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 28 orang (80%) dan minoritas
berpengetahuan cukup sebanyak 3 orang (8,58%). Padahal pengetahuan ibu
dapat mempengaruhi keingintahuan untuk maju dan berkembang seperti teori
yang dikatakan oleh Notoadmodjo (2003) bahwa pengetahuan merupakan
hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu, pengetahuan ibu yang baik cenderung memberikan
dampak yang lebih baik dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Menurut asumsi penulis dari hasil penelitian yang dilakukan mayoritas
responden memiliki pengetahuan kurang. Hal ini disebabkan oleh kurang
26
informasi mengenai imunisasi polio sehingga ibu masih banyak yang belum
mengetahui tentang manfaat imunisasi polio yang berfungsi untuk
memberikan ketahanan terhadap suatu penyakit.
B.2. Pengetahuan Berdasarkan Umur
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur
21-25 tahun pengetahuan kurang yaitu sebanyak 14 responden (87,5%) dan
terdapat 1 orang (100%) dan minoritas berpengetahuan kurang pada umur
31-35 tahun.
Dalam kaitannya dengan umur, maka seperti yang di kemukakan oleh
manuaba dimana usia yanh ideal untuka melahirkan adalah 26-30 tahun da
ibu yang berusia >35 tahun sebaiknya tidak melahirkan karena faktor fisik
dan kemampuan untuk merawat anak. Semakin bertambah umur seseorang
akan semakin tinggi keinginannya tentang kesehatan.
Menurut asumsi penulis, hasil penelitian ini tidak ada kesenjangan antara
hasil penelitian dengan teori yang ada. Hal ini disebabkan karena kurangnya
pengetahuan ibu karena ibu masih berumur rendah sehingga ibu masih
kurang mendapatkan informasi tentang imunisasi polio pada bayi dan tenaga
kesehatan.
B.3. Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan
27
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden
bependidikan SMA yaitu sebanyak 12 orang (85,72% berpengetahuan
kurang dan minoritas berpendidikan SD sebanyak 1 orang (11,11%)
berpengetahuan cukup.
Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh
kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran sehingga dalam
pendidikan itu perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan
hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima
ide-ide dan tehnologi baru semakin meningkatnya pendidikan seseorang
akan bertambah pengalaman yang mempengaruhi wawasan, dan
pengetahuan ( penelitin, pendapat, konsep – konsep ), sikap persepsi serta
tingkah laku kebiasan yang baru (Notoadmojo, 2003).
Dalam kaitannya dengan imunisasi polio, menurut soejaningsih bahwa
pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam
imunisasi polio. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat
menerima segala informasi dari luar tentang pengasuhan anaknya,
pendidikannya, dan sebagainya.
Menurut asumsi penulis pendidikan yang tinggi yang dimiliki oleh ibu
harus sejalan dengan kemauan ibu untuk mendapatkan informasi tentang
imunisasi polio baik dari tenaga kesehatan atau bidan yang bertugas di
tempat tersebut maupun informasi dari media cetak atau elektronik.
28
B.4. Pengetahuan Berdasarkan Pekerjaan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden bekerja
sebagai IRT yaitu sebanyak 16 orang (84,22%) berpengetahuan kurang ,
minoritas yang bekerja sebagai IRT sebanyak 3 orang (15,78%)
berpengetahuan cukup.
Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan ibu untuk
memenuhi kebutuhannya, bila kita ingin melihat pekerjaan mayoritas dari ibu
karena kemungkinan sebagian ibu bukanlah pekerja yang berpenghasilan
cukup sehingga kebanyakan ibu menganggap sosial ekonomi keluarga akan
mengganggu dalam pemenuhan nutrisi anaknya.Dalam sebuah bidang pada
umumnya diperlakukan adanya hubungan sosial dan hubungan dengan
orang yang baik, setiap orang harus bisa bergaul dengan teman sejawat
maupun berhubungan dengan atasan (Notoadmojo,2003)..
Menurut asumsi penulis hal ini sesuai dengan teori yaitu pekerjaan
mempengaruhi pengetahuan, dimana apabila tingkat pengetahuan
responden terhadap pekerjaannya lebih baik maka pengalaman dan
pengetahuan akan semakin luas pula.
Menurut Hurlock ,2002 yang mengatakan bahwa kecocokan pekerjaan
seseorang dan menimbulkan kepuasan dan keinginantahuan terhadap
29
sesuatu .responden yang bekerja memiliki pengetahuan yang lebih
dibandingkan dengan yang tidak bekerja.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan judul “ Gambaran
Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio di Puskesmas Pintu Angin Kota
Sibolga Tahun 2008 dengan jumlah responden 35 orang dan pengolahan
data yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
A.1. Mayoritas responden berpengetahuan pengetahuan kurang sebanyak
28 orang (80%) dan minoritas berpengetahuan cukup sebanyak 3
orang (8,58%).
A.2. Mayoritas responden berpengetahuan kurang yaitu pada umur 31-35
tahun sebanyak 1 responden (100%) dan umur 36-40 sebanyak 2 orang
(100%) , minoritas responden dengan umur 21- 25 tahun dan 26-30
tahun memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak masing –masing 2
orang (12,5%).
A.3. Mayoritas responden yang memiliki pengetahuan baik yang
berpendidikan Menengah sebanyak 4 orang (100%), dan minoritas
30
responden memiliki pengetahuan cukup yang berpendidikan dasar
sebanyak 1 orang (5,88%).
A.4. Mayoritas responden yang memiliki pengetahuan baik yaitu pada
pekerjaan sebagai PNS sebanyak 4 orang (100%), dan pekerja
wiraswasta dengan berpengetahuan kurang sebanyak 12 orang (100%)
dan minoritas memiliki tingkat pengetahuan cukup yaitu pada pekerjaan
IRT sebanyak 3 orang (15,78%).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari peneliti maka saran yang diberikan adalah
sebagai berikut :
B.1. Bagi Ibu di Puskesmas Pintu Angin Kota Sibolga
Dianjurkan kepada ibu supaya lebih banyak mencari sumber informasi
atau menambah pengetahuan khususnya tentang imunisasi polio yang
terjadi pada bayi dengan sering mengikuti penyuluha-penyuluhan yang
diadakan oleh puskesmas. Kepada ibu yang mempunyai bayi supaya
ikut serta apabila ada program imunisasi yang diadakan oleh tenaga
kesehatan atau puskesmas.
B.2. Bagi Petugas Kesehatan
31
Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk dapat bekerjasama
dengan keluarga dalam menjaga dan meningkatkan kepeduliannya
terhadap pentingnya imunisasi polio khususnya pada bayi.
B.3. Bagi Peneliti
Diharapkan kepada peneliti yang akan datang penelitian selanjutnya
dikembangkan dengan menggunakan sampel yang lebih luas sehingga
diperoleh lebih baik terhadap pengetahuan ibu tentang imunisasi polio.
32