34
PERMINTAAN UANG Setelah membaca bab ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. Menjelaskan tentang pandangan kaum kalsik terhadap teori permintaan uang 2. Menjelaskan tentang pandangan Keynes tentang teori permintaan uang 3. Menggambar kurva IS-LM 4. Menjelaskan tentang teori permintaan uang dalam Islam Deskripsi Singkat: Paba bab 4: Perkembangan Teori Moneter, membahas tentang berbagai perkembangan teori moneter mulai dari teori moneter klasik, teori moneter keynes, dan sintesis IS-LM yang merupakan gabungan dari klasik dan keynes. Ketiga teori tersebut dibedakan dari cara pandang ketiganya terhadap masalah-masalah khususnya tentang teori permintaan uang, serta kebijakan moneter. Selain itu dijelaskan juga tentang teori permintaan menurut pandangan Islam. Bab 4: Permintaan Uang 2 BAB 4

BAB I · Web viewSetelah membaca bab ini, mahasiswa diharapkan mampu: Menjelaskan tentang pandangan kaum kalsik terhadap teori permintaan uang Menjelaskan tentang pandangan Keynes

  • Upload
    vukiet

  • View
    225

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PERMINTAAN UANG

Setelah membaca bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1. Menjelaskan tentang pandangan kaum kalsik terhadap teori permintaan

uang

2. Menjelaskan tentang pandangan Keynes tentang teori permintaan uang

3. Menggambar kurva IS-LM

4. Menjelaskan tentang teori permintaan uang dalam Islam

Deskripsi Singkat:

Paba bab 4: Perkembangan Teori Moneter, membahas tentang berbagai

perkembangan teori moneter mulai dari teori moneter klasik, teori moneter

keynes, dan sintesis IS-LM yang merupakan gabungan dari klasik dan

keynes. Ketiga teori tersebut dibedakan dari cara pandang ketiganya

terhadap masalah-masalah khususnya tentang teori permintaan uang,

serta kebijakan moneter. Selain itu dijelaskan juga tentang teori

permintaan menurut pandangan Islam.

Bab 4: Permintaan Uang 2

BAB 4

4.1. Teori Moneter Klasik4.1.1. Pendahuluan

Para tokoh utama Teori Moneter Klasik antara lain John Babtis Say, Irving

Fisher dan A. Marshall. Say terkenal karena hukum yang dikemukakannya, bahwa

penawaran akan selalu menciptakan permintaan (supply creates its own demand).

Artinya, suatu perekonomian tidak akan mengalami underemployment atau

underconsumption (Malthus). Pengeluaran total masyarakat akan selalu dapat

mencukupi untuk menunjang produksi pada keadaan kesempatan kerja penuh (full

employment).

Potensi output yang dapat dihasilkan tergantung pda tingkat teknologi dan

banyaknya faktor produksi tenaga kerja. Makin tinggi tingkat teknologi dan makin

tinggi jumlah serta kualitas tenaga kerja tingkat output potensial yang dapat

dihasilkan juga makin besar. Artinya, tingkat full employment output dapat menjadi

lebih besar. Keadan yang selalu full employment ini dapat tercapai melalui

bekerjanya mekanisme pasar, yang oleh Adam Smith disebut dengan invisible

hand.

Bila seseorang ingin bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan, dia tentu

akan menurunkan upah yang dikehendakinya sampai ada pengusaha yang mau

mempekerjakannya. Demikian pula apabila terdapat pengusaha yang tidak dapat

menjual semua hasil produksinya, maka dia akan menurunkan harganya sampai

terjual habis. Upah dan harga yang bebas berubah akan menjamin selalu

terdapatnya keseimbanagn dalam pasar tenaga kerja dan pasar barang sebagai

hasil saling mempengaruhinya antara permintaan dan penawaran melalui prinsip

laissez faire (bebas, tanpa ada campur tangan pemerintah)

Tetapi Malthus menyangah argumentasi di atas dengan mengatakan bahwa

meskipun produksi barang dan jasa tersebut menimbulkan pendapatan dalam

jumlah yang sama dengan nilai total barang dan jasa, namun tidak dapat dipastikan

bahwa pengeluaran untuk pembelian mesti sama dengan nilai barang dan jasa

tersebut. Penawaran memang akan menciptakan tenaga beli, namun belum

menciptakan pengeluaran dengan jumlah yang sama. Misalnya jika masyarakat

menabung terlalu banyak dari pendapatannya (lebih banyak dibandingkan dengan

keinginan perusahaan untuk melakukan investasi), maka ada sebagian produksi

yang tidak terjual. Akibatnya pengusaha akan memperkecil volume produksi,

sehngga akan terjadi pengangguran. Pengusaha akan terus mengurangi

Bab 4: Permintaan Uang 2

produksinya sampai sisa yang tidak terjual itu habis semua, sehingga pendapatan

akan menjadi lebih rendah daripada semula.

Sedang menurut ekonomi klasik, adanya tabungan masyarakat tersebut

tidak berarti dana hilang dari peredaran, tetapi dipinjam atau dipakai oleh pegusaha

untuk membiayai investasinya. Penabung mendapatkan bunga atas tabungannya,

sedang pengusaha bersedia membayar bunga tersebut selama harapan

keuntungan yang diperoleh dari investasi lebih besar dari bunga tersebut. Adanya

kesamaan antara tabungan dengan investasi (tabungan meningkat=investasi

meningkat), adalah sebagai akibat bekerjanya mekanisme tingkat bunga. Tingkat

bunga akan berfluktusi sehingga keinginan investasi perusahaan sama dengan

keinginan menabung masyarakat.

4.1.2. Teori Kuantitas Uang4.1.2.1. Teori Irving Fisher

Prinsip dasar teori ini adalah falsafah Say, bahwa ekomi akan selalu berada

dalam keadaan Full Employment. Secara sederhana Irving Fisher merumuskan

teorinya dengan suatu persamaan.

Dimana M : Jumlah Uang

V : Tingkat Perputaran Uang (velocity)

P : Harga (price)

T : Volume barang yang menjadi obyek transaksi

Persamaan di atas merupakan suatu identitas (identity), yang

menggambarkan total pengeluaran (MV) sama dengan barang yang dibeli (PT), dan

belum menyentuh tentang kuantitas uang.

4.1.2.2. Cambridge/Marshall Equation

Marshal lebih menekankan pada perputaran uang (velocity) dalam suatu

periode malainkan pada bagian dari pendapatan (GNP) yang diwujudkan dalam

uang kas. Secara matematika sederhana, teori Marshall dapat ditulis sebagai

berikut :

Bab 4: Permintaan Uang 3

M.V = P.T

M = k.P.Y

Dimana M : Jumlah Uang

k : Bagian dari GNP yang diwujudkan uang kas, k = 1/v

P : Harga (price)

Y : GNP riil

1. Marshall tidak menggunakan volume transaksi (T) sebagai alat pengukur

jumlah output, tetapi diganti dengan Y. T lebih besar dari Y, karena Y tidak

termasuk barang setengah jadi.

2. Persamaan Marshall sudah menunjukkan adanya permintaan uang dimana

masyarakat menghendaki bagian tertentu dari pendpatannya diwujudkan

dalam bentuk uang kas, yang ditunjukan dengan nilai k. (teori kuntitas uang)

3. Menurut teori kuantitas uang, perubahan JUB mengakibatkan perubahan

harga secara proporsional. Kalau JUB naik 2 kali, harga juga akan naik 2

kali.

4. Pandangan di atas didasarkan pada anggapan-anggapan sebagai berikut :

a. Persamaan MV = PT, T dianggap tetap karena selalu dalam keadaan

full employment (Say)

b. V juga dianggap tetap, karena perubahan cara pembayaran akan

terjadi dalam waktu yang lama, sehingga k = 1/v juga tetap.

5. Kongklusi : JUB hanya mempengaruhi harga secara proporsional. Uang

tidak mempengaruhi output riil (Y). Y hanya dipengaruhi oleh jumlah dan

kualitas faktor produksi.

4.2. Teori Moneter Keynes4.2.1. Pendahuluan

Keynes dalam bukunya yang berjudul “The General Theory of Employment,

Interest and Money”, 1936 melakukan kritik terhadap teori Klasik. Menurut keynes,

mekanisme pasar tidak secara otomatis menciptakan Full Employment dalam

perekonomian. Oleh karena itu membutuhkan campur tangan pemerintah (investasi

yang besar) sebagaimana disampaikan dalam kumpulan kuliahnya di Oxford

University yang diterbikan ahun 1926 dengan judul ”The End of Laissez Faire”,

dalam bukunya dinyatakan ;

“I believe that some coordinate act of intelligent judgement is required as to the scale on which it is desirable that the community as a whole should save, to scale on which these savings should go abroad in the form of foreign investments, and whether the present organization ot the investment market distributes savings along the most nationally productive channels. I do not

Bab 4: Permintaan Uang 3

think that these matter should be left entirely to the chances of private judgement and privat profits, as they are at present”

A Tract on Monetary Reform merupakan buku Keynes yang menegaskan

pentingnya kebijakan stabilitas harga. Instabilitas harga memiliki dampak yang

berbeda terhadap tiga golongan masyarakat.

1. Investor, dirugikan pada saat terjadi inflasi (kenaikan harga)

2. Pengusaha, dirugikan saat terjadi deflasi

3. Penerima Upah, dirugikan saat terjadi deflasi

Oleh karena itu diperlukan kebijaksanaan tentang Stabilitas Harga oleh

pemrintah, karena stabilisasi tidak dapat dilakukan dalam sistim moneter saat itu

(standar emas)

4.2.2. Keseimbangan Pendapatan Nasional

Keynes membantah Klasik dimana S = I dalam keadan full employment.

Menurut Keynes, dalam kenyataan S ≠ I, dan keseimbangan pendapatan dapat

tercapai sebelum full employment.

Contoh Kasus :

Output Perusahaan (FE) Rp. 1.000,- juta (Y) dengan kasus sebagai berikut ;

1. Perusahaan Menjual 800 Persediaan 200

Keinginan perusahaan tepat sama dengan keinginan Rumah

Tangga2. Konsumen / RT

Membeli 800 Tabungan 200

3. Konsumen / RT

Membeli 700 Tabungan 300

Keinginan tidak sama, bagaimana ?

Terhadap kasus no 3 di atas Klasik dan Keynes memiliki pendapat dan penyelesaian

yang berbeda ;

KLASIK KEYNESKeinginan menabung > investasi Output tdk terjual harga turun sampai terjual habis Upah turun karena produksi berkurang dan buruh tidak beredia menganggur Bunga turun karena S > I Tabungan turun & konsumsi naik S = I dalam keadaan FE

Keinginan menabung > investasi Perusahaan mengurangi produksi Output akan turun selama S>I, dan berhenti saat S=I Tercipta keseimbangan baru dimana Yeq baru < Yeq lama

4.2.3. Konsumsi dan Penentuan Pendapatan Nasional (GNP)

Bab 4: Permintaan Uang 3

Secara lebih detil dapat diamati dalam gambar pengeluaran, dan

Pendapatan Nasional di bawah ini.

Gambar 4.1Pengeluaran (C+I) dan Pendapatan Nasional

1. C = a + bY b (marginal propencity to consume) (C/Y) nilai b < 1

2. Misalkan b = 0,6, maka setiap kenaikan Pendapatan Rp.1000,- akan menambah

konsumsi sebesar Rp.600,-, yang berarti pula tambahan untuk tabungan

sebesar Rp. 400,-

3. a = konstantan yaitu besarnya konsumsi saat pendapatan (Y) = 0, dan faktor

yang mempengaruhi C selain Y, dimana kenaikan a akan menggeser kurva C.

4. Sudut 45o menunjukkan adanya keseimbangan antara pengeluaran (E) =

Pendapatan Nasional (Y)

5. Pengeluaran terdiri atas Konsumsi dan Investasi (autonomous, besarnya tidak

tergantung pada pendapatan)

Bab 4: Permintaan Uang 3

C, IE = Y

Z E = C + I

C = a + bY

I

Y eq

Pendapatan45 o

1b

a

Gambar 4.2Tabungan (S) dan Investasi (I)

1. Yeq diperoleh apabila E=Y. Ditunjukkan dari perpotongan antara garis E = C + I

dengan garis pembantu Y=E

2. S = Y- C

S = Y – (a + bY) Y – a – bY

S = - a + (1 – b)Y

3. (1-b) marginal propencity to saving (MPS) (S/Y)

4. Pada Yeq, keinginan RT untuk menbung sama dengan keinginan perusahaan

untuk investasi, sehingga di atas Yeq keinginan menabung RT lebih besar dari

keinginan investasi perusahaan.

Perubahan Pendapatan Nasional (GNP)

PERTANYAAN JAWABANApakah Yeq akan bertahan lama ? Ya, apabila tidak terjadi perubahan

fungsi C, S dan IKalau Yeq bertahan lama, apakah hal itu baik ?

Ya, apabila Yeq tersebut berada dalam keadaan Full EmploymentKeynes : menolak anggapan ini, karena I bersifat tidak stabil sehingga sering naik-turun, sehingga pendapatan nasional juga naik turun.

Bab 4: Permintaan Uang 3

S, IS = - a + (1-b)Y

ZI

Y eq

Pendapatan

- a

Gambar 4.3Penurunan Pengeluaran Investasi

1. Turunnya investasi dari Io ke I1, menggeser keseimbangan dari Z ke N dan

pendapatan nasional turun dari Yo ke Y1 (penurunan Y sebesar Y=NM=ZM)

2. Besar penurunan investasi = ZP, dimana ZP<ZM (atau penurunan investasi

yang kecil mengakibatkan penurunan Y yang lebih besar

3. Penjelasan : Investasi turun Pendapatan turun Konsumsi turun sebesar bY

pendapatan turun lagi dan seterusnya. Turunnya pendapatan sebesar angka

pengganda dikalikan besar penurunan investasi.

4. Besarnya angka pengganda dapat dijelaskan secara matematis sebagai berikut;

Y = C + I

C = bY

Y - C = I

Y - bC = I, kedua ruas dibagi (1-b), sehingga

Y = I (1/(1-b), dimana 1/(1-b) adalah angka pengganda (multiplier)

5. Perubahan pengeluaran di atas bersifat Autonomous (independen/tidak

tergantung GNP), tetapi pada proses multiplier, perubahan pengeluaran

outonomous ini mengakibatkan perubahan pengeluaran induced. Misalnya

makin besar MPC, makin besar pula perubahan GNP.

Bab 4: Permintaan Uang 3

C, I E = Y

Z

E = C + I1

C = a + bYM

Y 1

Pendapatan45 o

NI

a

Y o

P

E = C + Io

Y

6. Keynes : Pengeluaran konsumsi bersifat induced (tergantung pendapatan),

sedangkan pengeluaran investasi adalah autonomous (tidak tergantung

pendapatan, tetapi tergantung tingkat bunga dan keuntungan)

7. Keynes : masalah utama makro ekonomi adalah perubahan engeluaran

autonomous akan mengakibatkan fluktuasi dalam kegiatan ekonomi melalui

proses multiplier.

Perubahan GNP akan mengakibatkan UNEMPLOYMENT apabila pengeluaran autonomous turun di bawah Full Employment GNP. Sebaliknya, akan terjadi

inflasi apabila pengeluaran autonomous naik sedangkan GNP sudah ada pada keadaan Full Employment. APA YANG HARUS DILAKUKAN ???

SOLUSI KLASIK SOLUSI KEYNESTidak berbuat apa-apa (do nothing-laissez faire), dalam jangka panjang akan terjadi FE dan equilibrium

Do something, melalui Peran Pemerintah, karena dalam jangka panjang kita semua akan mati. Oleh karena itu, teori Keynes lebih menitikberatkan pada analisis jangka pendek

4.2.5. Peranan PemerintahApabila investasi swasta tidak mencukupi untuk mendorong kenaikan GNP,

maka diperlukan intevensi pemerintah, baik melalui pajak maupun pengeluaran

pemerintah (G). Selanjutnya adalah memasukkan intervensi pemerinth ke dalam

model matematika.

Bab 4: Permintaan Uang 3

Y = C + I + G

Gambar 4.4Pengeluaran C + I + G dan Pendapatan Nasional

Gambar 4.5Pajak dan Pendapatan Nasional

Bab 4: Permintaan Uang 3

C, I, G E = Y

Z

E = C + I

C = a + bYM

Y o Pendapatan Nasional (Y)

45 o

I

G

a

Y 1

P

E = C + I + G

C, I, G E = Y

CT = a + bY

C = a + bY

Y eq Pendapatan Nasional (Y)

45 o

- bT

a

Y eq

E = C + I + G

CT = a + bY + BT

(Tanpa Pajak)(Dengan Pajak)

1. Gambar 5.4, bila Yo keadaan Full Emploiment, maka adanya G akan

menimbulkan inflasi (infltionry gap), oleh karena itu biasanya G dibiayai melalui

perpajakan.

2. Pajak tidak langsung mempengarui I atau G, tetapi mempengaruhi pendapatan

yang siap dibelanjakan (disposable income), yaitu pendapatan setelah dikurangi

pajak.

atau

Sehingga mamtematika sederhana besarta multiplier G dan T dapat ditunjukkan

sebagai berikut ;

a. Keadaan keseimbangan :

Y = C + I + G

b. Fungsi Konsumsi :

C = a + bYd, Yd adalah disposable income yang besarnya = Y – T

c. Fungsi Pajak :

T = To + tY, dimana To adalah Pajak tetap, dan t adalah tarif pajak

d. Investasi (I) dan Pengeluaran Pemerintah (G) dianggap tetap (autonomous)

e. Dengan substitusi diperoleh :

C = a + bYd

C = a + b(Y – T)

C = a + b(Y – To – tY)

C = a – bTo + b(1-t)Y

f. Perubahan To akan menggesar garis C, sedang perubahan t akan mengubah

lereng C

g. Selanjutnya memasukkan persamaan terakhir ini ke dalam persamaan ’a’,

diperoleh ;

Y = C + I + G

Y = a – bTo + b(1-t)Y + I + G

{1-b(1-t)}Y = a – bTo + I + G

Persamaan terakhir ini menunjukkan bahwa G mempunyai multiplier seperti I

dan a (konsumsi autonomous) sebesar ;

Multiplier G, I atau a =

Demikian pula dapat diketahui pula besarnya multiplier pajak (T) yaitu sebesar ;

Bab 4: Permintaan Uang 3

C = a + b(Y – T) C = a + bY – bT

Multiplier

Berdasarkan analisi multiplier ini, Keynes yakin bahwa turunnya investasi

swasta tidak akan memiliki efek terhadap GNP manakala diimbangi dengan

kenaikan pengeluaran pemerintah dalam jumlah yang sama atau penerimaan

pajak (kebijakan fiskal)

Pasar Uang dan Tingkat BungaMenurut Klasik, tingkat bunga merupakan hasil interaksi antara Tabungan

dan Invstasi. Tetapi Keynes memiliki pandangan yang berbeda. Tingkat bunga

ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang (pada pasar uang). Uang

merupakan alat portopolio yang bisa diwujudkan dalam bentuk UANG KAS dan

SURAT BERHARGA.

Resiko dan gain surat berharga ditentukan oleh tingkat bunga ”rata-rata” dari

segala macam surat berharga yang beredar di masyarakat. Permintaan uang oleh

Keynes disebut sebagai Liquidity Preference tergantung dari tingkat bunga.

Gambar 4.6Teori Keynes Tentang Tingkat Bunga

Teori tingkat bunga Keynes memiliki hubungan yang negatif antara Tingkat

Bunga Vs. Jumlah Uang.

1. Terjadi spekulasi dalam fluktuasi tingkat bunga

2. Naiknya tingkat bunga cost memegang uang kas naik hasrat memegang

uang kas turun demikian pula sebaliknya.

Bab 4: Permintaan Uang 3

Tingkat Bunga (%)

G

Jo Jumlah Uang dan Permintaan Uang0

req

Liquidity Preference

Jumlah Uang

J1J2

E

Fr 1

r 2 Menjual Surat Berharga

Membeli Surat Berharga

3. Pada tingkat bunga keseimbangan (req), keinginan memegang uang kas

sama dengan Jumlah uang.

4. Bila tingkat bunga di bawah keseimbangan (r1), masyarakat menginginkan

uang kas lebih banyak dengan menjual surat berharga, pada koordinat F.

Penjual surat berharga ini mendorong harga ’surat berharga’ turun, sampai

keadaan keseimbangan dimana keinginan memegang uang kas sama

dengan JUB. Dan demikian pula sebaliknya.

4.2.6. Kebijakan MoneterTingkat bunga akan berubah apabila terdapat perubahan dalam permintaan

dan penawaran uang. Diasumsikan bahwa permintaan uang tidak berubah, untuk

menganalisis bagaimana pengaruh penawaran uang terhadap tingkat bunga dan

kegiatan ekonomi (diukur dengan GNP)

Gambar 4.7Efek Perubahan Jumlah Uang Terhadap Tingkat Bunga

1. Penambahan JUB sebanyak Rp. 1 T mengakibatkan JUB dari Rp.6 T menjadi

Rp.7 T, dan akhirnya suku bunga turun dari r6 menjadi r7, dan setrusnya

2. Pengaruh penambahan JUB terhadap GNP dapat dijelaskan dengan tingkat

bunga. Turunnya bunga mengakibatkan investasi naik, ceteris paribus, kurva

investasi bergesar naik dan GNP naik melalui proses multiplier (gambar 5.3).

Bab 4: Permintaan Uang 4

Tingkat Bunga (%)

G

Jo Jumlah Uang dan Permintaan Uang0

R6

Liquidity Preference

Rp.5 T

J1J2

E

Fr 7

r 5

Rp.7 TRp.6 T

Gambar 4.8Liquidity Trap

1. Pada tingkat bunga yang sangat rendah, masyarakat berkeyakinan akan terjadi

kenaikan hingga ke tingkat yang wajar di masa yang akan datang. Pada saat ini

harga surat berharga sangat tinggi sehingga meskipun terjadi kenaikan jumlah

uang berdar, masyarakat memilih menyimpan dalam bentuk uang kas. Inilah

yang disebut sebagai ”Liquidity Trap”, bagian yang horizontal dari kurva

permintaan uang.

2. Pada keadaan ini, kebijakan moneter tidak efektif sama sekali, karena setiap

penambahan JUB tidak akan digunakan untuk membeli surat berharga, tetapi

disimpan dalam bentuk uang kas

Bab 4: Permintaan Uang 4

Tingkat Bunga (%)

G

Jo Jumlah Uang dan Permintaan Uang0

Liquidity Preference

Rp.5 T

J1J2

E

Fr 6,7

r 5

Rp.7 TRp.6 T

Gambar 4.9Kebijakana Moneter dan Lereng Kurva Permintaan Uang

Berdasarkan gambar di atas, maka dapat dijelaskan ;

1. Semakin datar kurva permintaan uang, kebijaksanaan moneter makin tidak

efektif, karena perubahan tingkat bunga yang ditimbulkan kecil sehingga

perubahn terhadap GNP juga kecil

2. Penambahan JUB dari Rp 5 T ke Rp 6 T akan menurunkan tingkat bunga.

Pada kurva permintaan uang datar, penurunan tingkat bunga yang kecil saja

mampu mendorong jumlah yang diminta naik dengan presentasi yang lebih

besar.

3. Efektifitas kebijakan moneter tidak hanya ditentukan oleh lereng kurva

permintaan uang, tetapi oleh elastisitas kurva pengeluaran investasi

terhadap tingkat bunga. Semakin elastis kurva investasi, penurunan tingkat

bunga yang kecil saja akan mendorong naiknya investasi yang cukup besar,

sehingga GNP turut naik dengan jumlah yang besar pula.

Bab 4: Permintaan Uang 4

Tingkat Bunga (%)

Jo Jumlah Uang dan Permintaan Uang0

Liquidity Preference Datar

Rp.5 T

J1J2

r 6, datar

r 5

Rp.6 T

Liquidity Preference Tegak

r 6, tegak

4.2.7. Permintaan Uang untuk TransaksiKenaikan GNP mendorong permintaan uang untuk transaksi naik, dengan

JUB yang tetap, maka tingkat bunga akan berubah.

Gambar 4.10Kebijakan Moneter dan Lereng Kurva Permintaan Uang

1. Kenaikan GNP mengakibatkan kurva LP0 bergerak ke LP1, apabila JUB tetap

maka bunga akan naik dari ro ke r1. Sebab pada saat itu mesyarakat

mengalami kelebihan permintaan uang kas sebesar D.

2. Untuk memenuhi kekurangan tersebut, usaha yang dilakukan adalah dengan

menjual surat berharga, sehingga sampai terjadi keseimbangan hingga r1

Model Keynes belum dapat menjelaskan tentang efek kebijakan (fiskal dan

moneter) terhadap tingkat bunga dan pendapatan nasional. Akhirnya ahli ekonomi

A. Hansen dan J. Hicks mengembangkan teori Keynes edngan suatu kurva yang

disebut IS dan LM.

4.3. Sintesis IS-LM4.3.1. Kurva IS

Alat analisi ini disusun dari ekonomi Keynes yang berupa uatu

keseimbangan dalam pasar barang (sektor riil). Berdasarkan pada persamaan Y =

C + I + G dan S + T = I + G, maka proses penurunan kurva IS sebagai berikut ;

Penurunan Kurva IS Secara Matematis :(1) C = a + b(Y-T) S = -a + (-b)Y-bT : Fungsi Konsumsi dan Tabungan

Bab 4: Permintaan Uang 4

Tingkat Bunga (%)

Jumlah Uang dan Permintaan Uang

DLiquidity Preference 1

Rp.5 T

r 1

Rp.6 T

Liquidity Preference o

r o

(2) I = d – n(r) : Fungsi Investasi

(3) T = e + t(Y) : Fungsi Pajak

(4) G = Ğ : Pengeluaran Pemrintah tetap

(5) Y = C + I + Ğ atau S + T = I + G : Keadaan keseimbangan

Dengan cara memasukkan persamaan (1) sampai dengan (2) ke persamaan (5),

maka diperoleh persamaan berikut ;

Y = C + I + G

Y = a + b(Y – e – t(Y)) + d – n(r) = Ğ

Y = a + bY – bt(Y) - eb + d – n(r) = Ğ

(1 – b + bt)Y = a – eb + d – n(r) + Ğ

(6) FUNGSI IS

1. Fungsi IS menunjukkan berbagai kombinasi antara tingkat pendapatan (Y)

dengan tingkat bunga (r) dalam keadaan keseimbangan (S + T = I + G)

2. Hubungan Y dengan r negatif, karena pada tingkat bunga yang lebih tinggi

inveatasi akan turun, dan demikian pulasebaliknya.

Penurunan Kurva IS Secara Grafis :

Gambar 4.11Penurunan Kurva IS

Bab 4: Permintaan Uang 4

Y

r

ro

r1

Yo Y1

IS

S=f(Y, T)(S+T)1

(S+T)o

S+TS+T=I+G

Keseimbangan

I+G(I+G)0(I+G)1

P

Q

Kuadran A: Pada tingkat pendapatan Yo diperoleh (S+T)o melalui fungsi

Tabungan. Pada keadaan keseimbangan (kuadran B) pada (S+T)o diperoleh

(I+G)o. Tingkat bunga yang sesuai untuk (I+G)o adalah ro pada kuadran C,

sehingga diperoleh titik P (koordinat antara Y dan r) di kuadran D. Dengan cara

yang sama yang dimulai dari Y1, akhirnya diperoleh koordinat kedia antara Y dan r,

yaitu titi Q. Apabila titik P dan Q dihubungkan, maka terbentuklah kurva IS

4.3.2. Kurva LM

Kurva LM menggambarkan adanya keseimbangan dalam pasar uang

(permintaan uang sama dengan JUB). Secara matematis dapat dijelakan dengan

model sebagai berikut ;

(7) MD = f – h (R) + k (Y) : Liquidity Preference atau permintaan uang kas

(8) M = M* : Penawaran uang (tetap, ditentukan Bank Sentral)

(9) Md = M*

Dengan menyelesaikan persamaan (7) samapai (9), maka diperoleh persamaan

sebagai berikut ;

M = f – h(r) + k(Y)

(10) FUNGSI KURVA LM

Kurva LM berbentuk positif, hal ini disebabkan karena pada tingkat

pendapatan yang lebih tinggi permintaan uang kas naik. Oleh karena itu, tingkat

bunga juga harus naikuntuk menurunkan permintaan uang kas anagr seimbang

dengan JUB yang relatif tetap.

Bab 4: Permintaan Uang 4

Secara grafis kurva LM dapat diturunkan dengan cara sebagai berikut :

Gambar 4.12Penurunan Kurva LM

Pada kuadran A, dimulai pada titik Yo diperoleh permintaan uang kas untuk

transaksi MTo. Dari kuadran B diketahui besar permintaan uang kas untuk spekulasi

sebesar Mspo, yaitu selisih antara JUB dikurangi MT. Tingkat bunga yang sesuai

untuk Mspo adalah r0 (kuadran C, sehingga dihasilkan koordinat antara Y dan r di

titik P (kuadran D. Dengan cara yang sama yang dimulai pada Y1, akhirnya

diperoleh titik Q, dapabila P dan Q dihubungkan terbentuklah kurva LM.

Kebijakan fiskal dalam hal ini tidak mempengaruhi lereng maupun pergeseran

kurva LM. Karena variabel G tidak terdapat dalam kurva LM, kebijakan moneter

(misal penambahan M) akan menggeser kurva LM ke kanan bawah.

4.3.3. Keseimbangan Pasar Barang dan Pasar Uang

Keseimbangan pendapatan (Y) dan tingkat bunga (r) haruslah memenuhi

pula adanya keseimbangan baik dalam pasar barang (S+T = I+G) maupun dalam

pasar uang (Ms = Md). Hal ini ditunjukkan dengan perpotongan antara kurva IS

dengan LM.

Hanya pada titik E dapat diperoleh dengan menyelesaikan bersama

persamaan (6) dan (10), dan hasilnya sebagai berikut ;

Bab 4: Permintaan Uang 4

Y

r

ro

r1

Yo Y1

LM

MT=f(Y)MT1

MTo

MT

MSpMSp1MSp0

Q

P

(11)

(12)

Gambar 4.13Keseimbangan Pasar Uang dan Pasar Barang

4.3.4. Efektivitas Kebijakan Moneter dan Fiskal

Efektivitas kebijakan moneter dan fiskal diukur dengan besarnya kenaikan

pendapatan sebagai akibat kebijaksanaan tersebut. Semakin besar kenaikan

pendapatan sebagai akibat misalnya kenaikan uang maka kebijakan moneter makin

efektif.

4.3.4.1. Kebijakan Moneter

Efektivitas kebijakan moneter ditentukan oleh ;

a. Lereng dan Kurva IS, yakni elastisitas investasi terhadap tingkat bunga. Makin

datar kurva IS (makin elastis I terhadap r) kebijakan moneter makin efektif.

Sebab turunnya r akibat penambahan JUB mengakibatkan naiknya I yang cukup

besar. Sebaliknya makin tegak kurva IS, maka elastisitas I terhadap r makin

kecil dan kebijakan moneter makin kurang efektif.

Bab 4: Permintaan Uang 4

E

A C

B

D

Md = MsI + G < S + T

Md = MsI + G > S + T

I + G = S + TMd > Ms

I + G = S + TMd < Ms

Y

r

LM

IS

Gambar 4.14Kebijakan Moneter Makin Efektif pada Kurva IS Datar

Misal dengan Kebijakan Moneter ekspansif (menambah JUB), LM0 bergeser ke

LM1. efek terhadap Y tergantung kurva IS-nya. Untuk IS datar, Y naik dari Y0 ke

Y2, sedang untuk IS tegak, kenaikan Y lebih kecil (Y0 ke Y1). Jadi makin datar

kurva IS, kebijakan moneter makin efektif.

b. Lereng Kurva LM. Yakni elastisita permintaan uang terhadap tingkat bunga.

Makin datar kurva LM (makin elastis), kebijkan moneter makin tidak efektif, dan

sebaliknya.

Gambar 4.15Kebijakan Moneter Makin Kurang Efektif pada LM datar

Kebijakan moneter yang ekspansif menggerakan LM ke kanan.

Perbedaannya adalah, kurva LM yang tegak memiliki pengaruh yang jauh lebih

Bab 4: Permintaan Uang 4

Y

r

LM1

IS datar

IS tegak

LM0

Y1 Y2Y0

Y

r LMT1

IS

LMT0

Y1 Y2Y0

LMD0

LMD1

A

B

besar (Y0-Y2) terhadap perubahan Y dibandingkan dengan kurva LM yang datar (Y0-

Y1), atau (Y0-Y2) > (Y0-Y1). Dengan demikian makin datar LM, maka kebijakan

moneter makin tidak efektif.

4.3.4.2. Kebijakan Fiskala. Lereng Kurva IS, Makin tegak kurva IS, kebijakan fiskal makin efektif, dan

sebaliknya

Gambar 4.16Kebijakan Fiskal Makin Efektif pada IS Tegak

Kebijakan fiskal (misal dengan menambah G), mengakibatkan seluruh kurva IS

bergeser ke kanan. Berdasarkan data di atas diketahui bahwa kebijakan Fiskal

makin efektif pada Kurva IS yang tegak.

b. Lereng Kurva LM, Makin datar kurv LM, kebijakan fiskal semakin efektif.

Gambar 4.17Kebijakan Fiskal Makin Efektif pada LM Datar

Bab 4: Permintaan Uang 4

Y

r IST1IST0

Y1 Y2Y0

ISD0

ISD1

LM

Y

r

LMD

LMT

Y1 Y2Y0

IS0 IS1

Berdasarkan simulasi di atas akhirnya dapat diketahui bahwa yang

menentukan efektivitas kebijakan moneter maupun fiskal adalah sebagai berikut ;

Kebijakan Kurva Moneter (efektif) Fiskal (efektif)

IS Datar TegakLM Tegak Datar

Teori Permintaan Uang dalam IslamDalam Islam hanya dikenal dua motif permintaan akan uang, yaitu motif

transaksi dan motif berjaga-jaga. Karena Islam melarang tindakan spekulasi,

instrumen moneter tidak menggunakan variabel yang mengarah kepada motif

spekulasi. Penggunanan instrumenpengganti tingkat bunga dimaksudkan untuk

mencapai tujuan yang penting dan mendesak serta mendorong investasi yang

produktif dan efisien.

Permintaan Uang Mazhab IqtishadunaPermintaan uang ditujukan hanya untuk memenuhi dua tujuan pokok, yaitu

untuk transaksi atau berjaga-jaga. Secara matematis, dapat diformulasiukan

sebagai berikut:

Md = Md trans + MdPrec

Permintaan uang untuk transaksi merupakan fungsi tingkat pendapatan

seseorang. Semakin tinggi tingkat pendapatan, permintaan uang untuk

memfasilitasi transaksi barang dan jasa juga meningkat. Atau dapat diformulasikan

sebagai berikut:

Md trans = f (Y)

Md prec = f(Y, Pt/Po)

Dimana:

Y = Pendapatan

Pt = Harga Kredit

Po = Harga Tunai

Dalam grafik dapat digambarkan sebagai berikut:

Bab 4: Permintaan Uang 5

Gambar 4. 17Kurva Permintaan Uang Mazhab Iqtishaduna

Permintaan Uang Mazhab MainstreamStrategi utama mazhab mainstream adalah pengenaan pajak terhadap aset

produktif yang menganggur dengan tujuan mengalokasikan sumber dana pada

kegiatan usaha produktif. Kebijakan ini berdampak pada pola permiontaan akan

uang untuk motif berjaga-jaga. Semakin tinggi pajak yang dikenakan terhadap aset

produktif yang dianggurkan, permintaan terhadap aset ini akan berkuurang.

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Md = Md trans + Md prec

Md trans = f (Y)

Md prec & inv = f(Y, )

Aset yang menganggur diwakili oleh nilai . Semakin tinggi nilai , semakin

kecil permintaan uang untuk motif berjag-jaga karena biaya resiko untuk membayar

pajak terhadap uang tunai tersebut menjadi naik. Secara alamiah, dalam kondisi

seperti ini orang akan berusaha memperkecil jumlah pajak kepada pemerintah

dengan mengurangi kekayaan yang menganggur.

Permintaan Uang Mazhab AlternatifPermintaan uang dalam mazhab ini erat kaitannya dengan konsep

endogenous uang dalam Islam. Secara sederhana dapat dirumuskan sebagai ”

keberadaan uang pada hakekatnya adalah representatif volume transaksi yang ada

Bab 4: Permintaan Uang

Pt/Po

MdMd1

Md2

5

dalam sektor riil”. Teori ini kemudian mernjembatani pertumbuhan uang di sektor

moneter dan pertumbuhan nilai tambah uang di sektor riil.

Islam menganggap bahwa perubahan nilai tambah uang tidak dapat

didasarkan semata-mata pada perubahan waktu, melainkan melalui

pemanfaatan uang tersebut secara ekonomis. Artinya, nilai uang tidak harus

selalu bertambah seiring dengan pertambahan waktu, tetapi pertambahan nilai

itu tergantung pada usaha yang dilakukan.

Soal-Soal:1. Jelaskan tentang pandangan kaum klasik tentang permintaan uang!

2. Jelaskan perbedaan pandangan kaum klasik dan keynes tenteng teori

permintaan uang

3. Jelaskan bagaimana pandangan kaum klasik dan kaum keynes tentang

permintaan uang disatukan dalam sebuah kajian baru, yaitu IS-LM

4. Sebutkan dan jelaskan tiga mazhab dalam Islam yang membahas tentang

permintaan uang!

Daftar Pustaka1. Nopirin (1998), Ekonomi Moneter Buku I, BPFE UGM, Yogyakarta.

2. Mishkin, Frederic S. (2006), The Economics of Money, Banking, and Financial

Markets, Pearson - Addison Weasley

3. Insukindro (1997), Ekonomi Uang dan Bank, BPFE UGM, Yogyakarta

4. Karim, Adi Warman (2002), Ekonomi Islam: Suatau Kajian Ekonomi Makro, The

International Institute of Islamic Thought (IIIT), Jakarta.

Bab 4: Permintaan Uang 5