BAB I Word2003

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bab

Citation preview

2

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahKurikulum menurut S. Nasution adalah program belajar bagi siswa yang disusun secara sistematis dan logis, diberikan di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan (Ketut Juliandara, 2009). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diterapkan mulai tahun 2006 mengedepankan pengangkatan potensi lokal untuk digunakan sebagai program kegiatan pembelajaran di sekolah masing-masing tingkat satuan pendidikan. Untuk itu kepekaan sekolah dalam memanfaatkan potensi lokal daerahnya mutlak harus dimiliki agar dapat merancang program atau kurikulum yang tepat untuk sekolah tersebut sehingga diharapkan kualitas pendidikan dapat di tingkatkan. KTSP adalah kurikulum yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BSNP, 2006:5). KTSP yang diberlakukan di masing-masing sekolah dapat merekomendasikan setiap sekolah di dalam menyusun kurikulum sesuai kebutuhan sekolahnya masing-masing sehingga proses pembelajaran dapat berjalan optimal. BSNP (2006:7), telah menetapkan beberapa acuan pengembangan kurikulum secara nasional. Salah satu acuan pengembangan kurikulum adalah keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan. Jadi setiap tahun satuan pendidikan harus mempertimbangkan acuan tersebut dalam mengembangkan kurikulum untuk tiap mata pelajaran tidak terkecuali mata pelajaran biologi dalam pembelajarannya lebih banyak menuntut siswa untuk dihadapkan langsung dengan objek untuk mengetahui fenomena alam pada objek. Karena pada hakekatnya proses pembelajaran merupakan pertemuan antara peserta didik dengan objek yang dipelajari (Suhardi, 2007:4). Dalam berhadapan dengan objek dalam suatu proses pembelajaran, tidak semua siswa dapat mendeskripsikan fenomena/gejala alam pada objek. Siswa membutuhkan bekal dasar agar bisa berhadapan dengan objek sesuai dengan prosedur pembelajaran. Bekal tersebut diantaranya seperti pengetahuan dasar tentang objek yang akan dipelajari dan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam berhadapan dengan objek.Setiap daerah memiliki potensi yang berbeda, Purworejo, khususnya di depan SMA Negeri 6 Purworejo terdapat kios tanaman, Seplawan Garden, Dahlia Dua, Alfa Flora dan Sekar Arum (SDAS). Kios-kios ini bersebelahan, ada kios yang luas sehingga tanaman yang dijual lebih beranekaragam, ada pula kios yang sempit yang hanya menjual beberapa jenis tanaman saja. Dari keterangan pemilik kios tanaman hias yang terdapat pada kios tersebut 137 jenis. Keanekaragaman tanaman tersebut belum termanfaatkan secara maksimal oleh SMA N 6 Purworejo sesuai tuntutan dalam KTSP 2006. SDAS ini dapat mendukung kegiatan pembelajaran khususnya biologi sebagai instrumental input, yakni sumber belajar.Keanekaragaman Hayati merupakan materi pokok yang diajarkan pada siswa SMA kelas X semester 2. Keanekaragaman Hayati diantaranya tentang tingkat keanekaragaman hayati, keanekaragaman hayati di Indonesia, manfaat dan nilai keanekaragaman hayati dan klasifikasi keanekaragaman hayati. Sesuai dengan KTSP, pembelajaran mengenai materi pokok Keanekaragaman Hayati ini termuat dalam Standar Kompetensi (3) Memahami manfaat keanekaragaman hayati dan Kompetensi Dasar (3.1) Mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen, jenis, ekosistem, melalui kegiatan pengamatan. Pemanfaatan tanaman hias di kios SDAS ini diharapkan dapat membantu siswa berhadapan langsung dengan objek sehingga proses belajar mengajar tentang keanekaragaman khususnya keanekaragaman tingkat gen dan tingkat jenis tidak hanya bersifat konseptual. Sumber belajar dikemas menjadi bahan ajar yang dalam hal ini adalah modul agar objek dapat berhadapan langsung dengan peserta didik dan dapat membantu guru menambah referensi terkait materi yang diajarkan sehingga akan mempermudah dalam penyampaiannya kepada siswa. Pengajaran menggunakan modul merupakan usaha menyelenggarakan pengajaran individual yang memungkinkan siswa menguasai satu unit bahan pelajaran sebelumnya beralih ke unit berikutnya. Selain itu, pengajaran modul juga menghargai perbedaan individual dalam menangkap pelajaran yang diberikan, sehingga masing-masing siswa dapat menentukan kecepatan dan intensitas belajarnya. Modul belajar dikenal dengan istilah learning package, learning activity package, atau individualized learning package (paket belajar individual). Salah satu tujuan pengajaran modul membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing (Nasution, 2003:205).Modul yang disusun adalah modul non self contained, artinya materi dalam modul tidak atau belum lengkap sehingga untuk menguasai pengetahuan yang diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan belajar, siswa harus mencari sumber-sumber lain yang relevan. Dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator, motivator, moderator, konduktor dan evaluator.B. Identifikasi MasalahBerdasarkan observasi di SMA N 6 Purworejo dan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:1. Kurang pemanfaatan potensi daerah di sekitar sekolah yang sebenarnya bisa dijadikan sebagai pendukung kegiatan pembelajaran. Hal ini tidak sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diterapkan mulai tahun 2006 yang mengedepankan pengangkatan potensi lokal untuk digunakan sebagai program kegiatan pembelajaran di sekolah masing-masing tingkat satuan pendidikan,2. Peserta didik kurang berhadapan langsung dengan objek yang dipelajari, termasuk dalam pembelajaran biologi yang objeknya berupa makhluk hidup, khususnya pada materi keanekaragaman hayati,3. Bahan ajar yang kurang dalam bentuk modul seperti modul pembelajaran keanekaragaman yang dapat membantu siswa dalam berhadapan dengan objek yang dipelajari secara langsung, dan 4. Sekolah belum secara optimal dalam menerapkan KTSP untuk memanfaatkan potensi lokal yang dimilikinya dalam kegiatan pembelajaran, khususnya pada materi pokok keanekaragaman hayati.C. Batasan MasalahBerdasarkan masalah-masalah yang terindentifikasi, penelitian membatasi pada masalah sebagai berikut:Pemanfaatan tanaman hias di kios SDAS di Jln. Tentara Pelajara Km 5 Purworejo sebagai alternatif sumber belajar dibatasi untuk pembelajaran materi pokok Keanekaragaman Hayati siswa SMA kelas X melalui keanekaragaman gen dan jenis tanaman hias koleksi SDAS dengan kompetensi dasar (3.1) Mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen, jenis, dan ekosistem melalui kegiatan pengamatan. Materi pembelajaran hanya keanekaragaman gen dan jenis. D. Rumusan MasalahBerdasarkan batasan masalah di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:1. Apa saja ragam spesies yang tersedia di kios tanaman SDAS?2. Apakah tanaman hias di kios tanaman SDAS memiliki keanekaragaman morfologi pada spesies yang sama?3. Apakah hasil penelitian tentang keanekaragaman tanaman hias di kios SDAS dapat dimanfaatkan sebagai alternatif sumber belajar materi keanekaragaman hayati?4. Bagaimana pengemasan hasil penelitian tentang keanekaragaman tanaman hias di kios SDAS menjadi bahan ajar bentuk modul pembelajaran?E. Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui:1. Ragam spesies tanaman yang tersedia di kios SDAS,2. Keanekaragaman morfologi tanaman hias yang tersedia di kios tanaman SDAS 3. Pemanfaatan tanaman hias di kios SDAS sebagai alternatif sumber belajar materi keanekaragaman hayati, dan4. Pengemasan hasil penelitian menjadi bahan ajar bentuk modul pembelajaran.F. Manfaat PenelitianDari penelitian yang akan saya lakukan diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis (bagi guru, siswa dan peneliti).1. Manfaat TeoritisPenelitian ini dapat menambah kajian mengenai sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran beserta pengemasannya dalam bentuk bahan ajar berupa modul pembelajaran.2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi guruGuru dapat mengetahui potensi lingkungan sekitar, khususnya pemanfaatan kios tanaman SDAS sebagai sumber belajar bagi siswa SMA, selain itu juga memberi alternatif bahan ajar berupa modul pembelajaran yang inovatif sehingga dapat memotivasi guru untuk bersemangat dalam melaksanakan tugas serta mendorong munculnya kreativitas-kreativitas baru yang terkait.b. Manfaat bagi siswa

Materi yang dapat dipelajari melalui pemanfaatan tanaman hias di lokasi kios SDAS dapat diketahui dan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga mempermudah siswa, serta memotivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran sekaligus mampu memaknai hal-hal yang dia peroleh karena berhadapan langsung dengan objek yang dipelajari.c. Manfaat bagi peneliti

Melalui penelitian ini peneliti akan memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian dan mencoba memberi rekomendasi pengembangan bahan ajar dalam bentuk modul sehingga meningkatkan keterampilannya.G. Definisi Operasional1. Morfologi tanaman adalah menguraikan bentuk dan susunan tubuh tumbuhan.

2. Modul pembelajaran adalah paket program pengajaran yang terdiri dari komponen-komponen yang berisi tujuan belajar, bahan pelajaran, metode belajar, alat atau media, serta sumber belajar dari sistem evaluasinya.3. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.4. Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang, lingkungan dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.

5. Keanekaragaman hayati adalah beraneka macam mahluk hidup di bumi ini, dimana pada penelitian ini dipelajari melalui pendekatan keanekaragaman jenis tanaman yang dimiliki oleh kios SDAS.6. Keanekaragaman tingkat gen adalah kenanekaragaman yang ditemukan diantara satu spesies.7. Keanekaragaman tingkat jenis/spesies adalah keanekaragaman yang ditemukan diantara organisme yang jenisnya berbeda, baik yang termasuk dalam satu famili atau tidak.1