7
 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bela kan g Masal ah Ta naman kel apa sawit (  Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salah sat u jen is tanaman perke bunan yang mendu duki posisi penting disekt or pertanian umu mnya , dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai Informasi Pertanian, 199)! "elihat pentingnya tanaman kelapa sawi t di mas a ini dan mas a ya ng aka n dat ang , seir ing den gan men ing kat nya kebutu han  penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapasawit se#ara tepat agar sasaran yang diing inkan dapat ter#ap ai! $alah satu di antaran ya adala h pengenda li an hama dan pe ny akit! (Bal ai Informasi Pertanian,199)! Ta naman kel apa sawit ada lah tanama n pen gha sil mi nyak nabati ya ng dap at men jadi andalan dimas a depan karena berbagai kegu naanny a bagi kebutuha n manu sia! %elapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia! $elain men#iptakan kesempatan kerja yang menga rah pada kesejahteraa n masy arakat, juga sebaga i sumb erde&i sa negara ! Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di '' daerah  propinsi! uas perkebunan kelapa sawit pada tahun 19* seluas 1+!** hadengan produksi 1!9 ton, pada tahun ' telah meningkat menjadi ! juta ha dengan produksi sekitar 1!- juta ton .P/ (0itjenbun, '*)! Ta naman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan primadona Indonesia! 0i tengah kri sis globa l ya ng melanda dunia saat ini, indus tri sawit tet ap bertahan dan memb eri sumb angan besar terhad ap perekonomian negara! $elain mamp u men#i ptaka n kesemp atan kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu sumber de&isa terbesar bagi Indonesia! 0ata dari 0irektorat endral Perkebunan ('*) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 2 1- 2-+ ha pada tahun '1 menjadi !--!*2 ha pada tahun '* dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus mengalami  peningkatan! Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi dengan peningkatan  produktifitas! Produkti&itas kelapa sawit adalah 1!* ton3ha pada tahun '1 dan meningkat menjadi '!1 ton3ha pada tahun '+! 4al ini merupakan ke#enderungan yang positif dan harus diper tahank an! 5ntuk mempertah ankan produktif itas tanaman tetap tingg i diperl ukan  pemeliharaan yang tepat dan salah satu unsur pemeliharaan Ta naman "enghasilkan (T") adalah pengendalian hama dan penyakit!

BAB I19

Embed Size (px)

DESCRIPTION

h

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit di masa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit. (Balai Informasi Pertanian,1990).

Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumberdevisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 hadengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO (Ditjenbun, 2008).

Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan primadona Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri sawit tetap bertahan dan memberi sumbangan besar terhadap perekonomian negara. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia. Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun 2001 menjadi 7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus mengalami peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi dengan peningkatan produktifitas. Produktivitas kelapa sawit adalah 1.78 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 2.17 ton/ha pada tahun 2005. Hal ini merupakan kecenderungan yang positif dan harus dipertahankan. Untuk mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan pemeliharaan yang tepat dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) adalah pengendalian hama dan penyakit.

Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian yang berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan sumber daya yang besar, orientasi pada ekspor, dan komponen impor yang kecil akan dapat menghasilkan devisa non migas dalam jumlah yang besar.

Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya yang diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Salah satu aspek pemeliharaan tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa sawit adalah pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit yang baik dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dalam pembutan makalah ini, adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut :

1. Apa definisi Hama dan Penyakit tanaman kelapa sawit ?2. Apa saja jenis Hama dan Penyakit pada tanaman kelapa sawit ?3. Apa kerugian akibat serangan Hama dan Penyakit pada tanaman kelapa sawit ?4. Bagaimana cara penanggulangan Hama dan Penyakit tanaman kelapa sawit ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Pembaca mengetahui definisi Hama dan Penyakit tanaman kelapa sawit.2. Pembaca mengetahui apa saja jenis Hama dan Penyakit pada tanaman kelapa sawit.3. Pembaca mengetahui apa kerugian akibat serangan Hama dan Penyakit pada tanaman kelapa sawit.4. Pembaca mengetahui bagaimana cara penanggulangan Hama dan Penyakit tanaman kelapa sawit.

BAB IILANDASAN TEORIA. Tanaman Sawit Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 120 Lintang Utara 120 Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 240-380C. Ketinggian di atas permukaan laut yang optimum berkisar 0-500 meter (Risza, 2008).

Di daerah-daerah yang musim kemaraunya tegas dan panjang, pertumbuhan vegetatif kelapa sawit dapat terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada produksi buah. Suhu berpengaruh pada produksi melalui pengaruhnya terhadap laju reaksi biokimia dan metabolisme dalam tubuh tanaman. Sampai batas tertentu, suhu yang lebih tinggi menyebabkan meningkatnya produksi buah. Suhu 200C disebut sebagai batas minimum bagi pertumbuhan vegetatif dan suhu rata-rata tahunan sebesar 22-230C diperlukan untuk berlangsungnya produksi buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika. Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti persyaratan faktor iklim. Hal yang perlu ditekankan adalah pentingnya jenis tanah untuk menjamin ketersediaan air dan ketersediaan bahan organik dalam jumlah besar yang berkaitan dengan jaminan ketersediaan air.

Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek bisa menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N).Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang (Sunarko, 2008).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pematang Siantar pada tanggal 15-20 September 2005

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah hama tanaman kelapa sawit yang bernama ulat api.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian berupa larva ulat api yang sudah terinveksi virus.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Menentukan beberapa pohon kelapa sawit yang telah diserang ulat api.

2. Mengumpulkan larva ulat api yang terinveksi virus Betha Nudaurelia .

3. Melumatkan larva tersebut sampai lembut

4. Menyemprotkan larva yang telah dilumatkan kepada ulat api yang sehat.

5. Melakukan pengamatan pascapenyemprotan dalam beberapa hari.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Proses Penyerangan Ulat Api Terhadap Kelapa Sawit dan efeknya

Ulat api adalah salah satu jenis hama tanaman kelapa sawit. Hama ini menyerang daun kelapa sawit sampai kadang-kadang yang tertinggal hanya lidinya. Jika 50% daun rusak, produksi tandan buah segar turun 58%. Tahun kedua tinggal 22%. Tahun ketiga hanya 11%. Itu jika serangannya hanya sekali. Padahal, jika melihat siklus ulat api, mampu empat kali terjadi eksplosif.

Spesies ulat api yang sering menyerang perkebunan kelapa sawit Sumatra Utara ialah Setothosea asigna, Setora nitens, Darna trima. Meskipun dari segi fisik agak berbeda, ketiga ulat tersebut memiliki sifat yang _amper sama. Setothosea asigna aktif pada malam hari. Siangnya, ia hinggap di cabang tua. Kepalanya mengarah ke bawah. Warnanya abu-abu kecokelatan dengan ukuran jantan 41 mm dan betina 17mm. larva Setora nitens yang baru muncul dan masih mengumpul, akan memakan sisa kulit telur, kemudian menyebar dan mengikis daging daun. Serangga dewasa berwarna hijau kekuningan dengan warna lembayung sepanjang punggung. Begitu masuk stadium kepompong, warnanya kuning kemerahan.

Adapun Darna trima berwarna cokelat tua. Larva berkepompong di pangkal cabang daun atau di tanah dan memakan daging daun dengan dengan menyisakan epidermisnya. Areal yang terserang spesies ini dari jauh terlihat seperti terbakar karena epidermis daun mongering.B. Pengendalian Hama Ulat pada Kelapa Sawit dengan Virus

Banyak virus yang terinveksi serangga. Virus yang selalu dijumpai pada ulat api adalah virus Betha Nudaurelia. Virus ini ternyata memiliki peranan efektif untuk mengendalikan hama ulat api pada tanaman kelapa sawit. Ulat api yang bernama Setothosea asigna, Setora nitens, Darna trima terbukti bias terinveksi virus Betha Nudaureli, bahkan efektivitasnya dapat mencapai 100%.

Cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama ulat api ini adalah dengan mengumpulkan larva yang telah terinveksi virus, kenudian dilumatkan dan disemprotkan pada larva atau ulat yang sehat.. Semprotan yang mengandung virus tersebut setelah termakan oleh ulat berkembang di dalam ususnya dan kemudian merusak usus tersebut. Ulat akan mati dalam waktu tiga sampai empat hari setelah terinveksi. Gejalanya pada Setothosea asigna, antara lain ulat mulai tidak aktif, warnanya pudar, mengembang dan pecah, lalu keluar cairan berwarna susu sehingga disebut juga penyakit susu. Pada Setora nitens ulat yang terinfeksi akan mengerut. Warna biru di punggung menghilang dan berubah menjadi cokelat muda. Akhirnya, larva melembek dan mengeluarkan cairan cokelat. Adapun pada Darna trima, larva langsung berhenti makan. Tubuh akan lembek dan akhirnya pecah mengeluarkan susu kecokelatan.

Cara membuat bahan penyemprotan, yaitu dengan memasukkan ulat atau larva yang telah terinfeksi ke dalam air destilata, kemudian dihancurkan dan disaring dengan kain kelambu. Larutan yang disebut biang ini hanya dibuat jika akan melakukan penyemprotan. Dari 1 kg ulat api terinfeksi da 1 liter aquades akan diperoleh 1,25 liter larutan biang. Dengan demikian, pemakaian 400 ml larutan biang dicampur dengan 200-280 liter air cukup untuk satu hektar tanaman kelapa sawit.

Untuk mendapatkan biang yang berkualitas, hendaknya mencari kualitas virus yang baik. Kualitas virus yang baik biasanya terdapat dalam ulat yang belum jatuh ke tanah. Masalahnya, ulat yang sudah jatuh akan terkontaminasi dengan bakteri yang merusak virus. Di samping itu, ulat yang terkena sinar ultraviolet juga menjadikan virus tidak baik karena sinar ultraviolet tersebut telah menimbulkan degradasi.

Untuk mendapatkan ulat yang terinfeksi di kebun kelapa sawit tentu pekerjaan yang sangat melelahkan. Akan tetapi, ada cara yang sederhana, yaitu mengumpulkan ulat-ulat sehat dan melepaskannya dicabang-cabang daun tertentu. Cabang itu lalu dikerudungi kelambu. Semprotkan larutan biang ke kerudung kelambu tadi. Dengan begitu, akan diperoleh bibit biang. Bibit ini bias disimpan dalam freezer pada suhu 20 C. Stok tersebut dapat bertahan sampai tiga tahun.

BAB VPENUTUPA. KesimpulanKesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini, antara lain :1. Produktifitas dan hasil produksi tanaman turut dipengaruhi oleh serangan hama dan penyakit.2. Masing-masing hama dan penyakit memberikan serangan dan gejala yang berbeda-beda pada tiap bagian tanaman kelapa sawit.3. Hama yang paling sering dijumpai pada tanaman kelapa sawit adalah ulat api, dan tikus sebagai hama mamalia yang paling banyak dijumpai.4. Untuk penyakit yang meyerang tanaman ini, bagian yang paling sering diserang yaitu bagian daun tanaman.5. Pengendalian penyakit pada tanaman ini dapat dikendalikan dengan pemberian herbisida atapunu pestisida, sedangkan untuk pengendalian hama yang menyerang, dapat dikendaliakan dengan pelepasan predator dari hama itu sendiri, untk menghindari ledakan hama penyerang tanaman ini.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya dalam penggunaan herbisida maupun pestisida dalam pengendalian hama dan penyakit ini digunakan sesuai dengan dosis anjuran yang benar agar tidak terjadi resistensi pada hama dan penyakit itu sendiri serta menghindari terjadinya ledakan hama.