11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Umat Islam kini menanti hadirnya kembali peradaban Islam sebagaimana yang pernah terjadi pada masa al-Khulafa’ al- Rasyidah sampai masa khilafah Usmaniyah. Dengan kelebihannya dan kekurangan pada saat itu, peradaban Islam berjaya selama kurang lebih 10 abad dari rentang 19 pemerintahan Islam. Tapi semenjak imperalisme Barat mengguras kaum muslim, peradaban Islam seolah sirna dan tanpa jejak. Barat yang sejatinya dibesarkan dan dipengaruhi oleh peradaban Islam juga menafikan semua itu. Implikasinya umat Islam menjadi terjajah dari berbagai aspek kehidupan. Salah-satu wilayah yang pernah menjadi pusat peradaban Islam sekaligus korban imperialisme adalah adalah kawasan Lembah Nil bagian bawah yang disebut dengan al-Misr (Mesir Modern) yang mempunyai sejarah peradaban dan kebudayaan yang sangat panjang baik itu pra/masa-Islam. Hal ini dapat dijelaskan denngan jejak-jekak peninggalam sejarah maupun pendalaman di bidang sejarah itu sendiri. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah peradaban islam di mesir era-modern? 2. Apa saja hasil-hasil peradaban? 1

BAB I21

Embed Size (px)

DESCRIPTION

t

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Umat Islam kini menanti hadirnya kembali peradaban Islam sebagaimana yang pernah terjadi pada masa al-Khulafa al-Rasyidah sampai masa khilafah Usmaniyah. Dengan kelebihannya dan kekurangan pada saat itu, peradaban Islam berjaya selama kurang lebih 10 abad dari rentang 19 pemerintahan Islam. Tapi semenjak imperalisme Barat mengguras kaum muslim, peradaban Islam seolah sirna dan tanpa jejak. Barat yang sejatinya dibesarkan dan dipengaruhi oleh peradaban Islam juga menafikan semua itu. Implikasinya umat Islam menjadi terjajah dari berbagai aspek kehidupan.

Salah-satu wilayah yang pernah menjadi pusat peradaban Islam sekaligus korban imperialisme adalah adalah kawasan Lembah Nil bagian bawah yang disebut dengan al-Misr (Mesir Modern) yang mempunyai sejarah peradaban dan kebudayaan yang sangat panjang baik itu pra/masa-Islam. Hal ini dapat dijelaskan denngan jejak-jekak peninggalam sejarah maupun pendalaman di bidang sejarah itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah peradaban islam di mesir era-modern?

2. Apa saja hasil-hasil peradaban?

BAB IIPEMBAHASANA. Sejarah Peradaban Islam Di Mesir Era-Modern

Berbicara tentang sejarah peradaban dan kebudayaan Mesir pada Era Modern memang selalu menarik perhatian dan minat orang banyak, karena kota ini merupakan simbol peradaban yang ada di dunia dengan berbagai fase dan keragamannya. Namun untuk memulai fase peradaban Islam di Mesir pada Era Modern kita akan mengalami kesulitan untuk menentukan batas permulaan dan akhir dari pembahasan. Ada yang mengatakan Mesir memulai era-modern pada masa Muhammad Ali Pasha (w. 1848) dan cucunya Ismail Pasha (1863-1879) Sejak itu, tidak sedikit putra-putra terbaik Sungai Nil dikirim ke Eropa, tetapi alasan tersebut juga telah dilaksanakan pada masa Muhammad Ali. Namun demikian, disni kita akan mengetahui fase-fase yang dilalui Mesir pasca dinasti Fathimiyah, Ayyubiyah, Mamluk, dan akhir kekuasaan Ottoman. Akan tetapi sebagian besar berpendapat bahwa masa modern di mulai pada tahun 1800 hingga sekarang.1. Mesir Pada Permulaan Tahun 1800 hingga sekarangPada akhir abad ke delapan belas lapangan politik mesir ditandai dengan kemunculan dua orang tokoh yaitu, Ali Bey al-Kabir yang mewakili Mamluk dan Abu al-Dhab (1772-1775) yang mewakili Ottoman, selanjutnya diteruskan oleh Ibrahim Bey yang ditandai dengan pergolakan yang hebat dalam mendapatkan kekuasaan diantara orang-orang Mamluk. Namun demikian pemerintahan tetap berlanjut hingga Mesir diserbu oleh Bonaparte pada bulan juli 1798 M.Ekspedisi Perancis ke Mesir (1798-1801) merupakan serangkaian rencana lama untuk menghubungkan laut Merah dan Laut Tengah demi kepentingan ekonomi dan politik, sejak masa Louis XIV. Namun baru tercapai pada tahun 1798 atas jasa ekpedisi yang dipimpin oleh Bonaparte. Berbagai usaha telah dilakukan olehnya dalam mendapatkan simpati pribumi, tetapi tetap gagal karena mereka dipandang kafir oleh pribumi. Bahkan mereka terus mendapatkan perlawanan dari berbagai pihak, termasuk juga perlawanan dari Inggris yang disebabkan kepentingan untuk menjaga status quo kawasannya. Jadi, masa ekspedisi yang bertahan selama 3 tahun 3 bulan ini mendapatkan perlawan dari orang-orang Mesir yang dibantu oleh Turki, Mamluk, dan juga Inggris yang memaksa Prancis untuk mengangkat kakinya dari mesir. Namun Semikian, ekspedisi ini telah memberi pengaruh yang begitu besar baik itu positif maupun negatif. Pengaruh positif dapat dirasakan dengan timbulnya semangat nasional di Mesir, sedangkan pengaruh negatifnya adalah memperlihatkan ketidakseimbangan sistem militer dan administrasi Ottoman yang merupakan pendorong Negara-negara kuat Eropa untuk menguasai Negara-negara di Timur dekat.Pada tahun 1801-1805 Mesir bebas dari pengaruh luar (Eropa) namun pergolakan antara Mamluk dan Ottoman terus berlanjut (bahkan Inggris tidak mampu menyatukan keduanya). Selanjutnya adalah masa kekuasaan Muhammad Aliberserta cucunya (monarchi)yang memiliki kesadaran untuk mereorganisasi pemerintahan, pendidikan dan angkatan perang militer yang modern. Karena, ia berpendapat bahwa keberhasilannya dalam mengkonsolidasi pemerintahan tidak bergantung pada kepercayaan rakyat, bantuan dari Sultan ataupun kejasama dengan Mamluk.Sejak pembukaan terusan Suez pada tahun 1869 M Inggris ingin menguasai Mesir, menyadari bahwa jalur ini sudah menjadi jalur terdekat menuju ke negara besarnya di Timur. Dan Inggris tidak rela untuk membiarkan Mesir jatuh ke tangan negara besar Eropa yang lain. Hal ini berjalan mulus dengan ditandatanganinya perjajian Entente Corsiale (perjanjian lunak) antara Inggris dan Prancis yang menguntungkan kedua belah pihak, namun lain halnya dengan kenyataan yang diterima Mesir khususnyadijajah Inggrisdan kawasan Afrika pada umumnya.2. Tumbuhnya semangat Nasionalisme di MesirBenih-benih nasionalisme telah muncul semenjak Mesir berada di bawah kekuasaan Ottoman, kemunculan ini di dorong oleh penderitaan yang masyarakat rasakan, hingga akhirnya mereka menyadari dan menyatakan baik rasa nasional mereka maupun dendam terhadap negara-negara besar Eropa yang kemudian menguasai negara-negara mereka. Selain itu, kebangkitan semanagat nasionalisme juga didukung oleh berbagai faktor, diantaranya : Pengaruh Revolusi Prancis, ini semua semakin dirasakan dengan didirikannya pabrik kertas di Cairo oleh Napoleon. Kebangkitan kebudayaan Arab Renaissaince bangsa Mesir, ditandai dengan kemajuan sastra pada masa pemerintahan Ismail (1863-1879) yang didukung oleh perkembangan sekolah-sekolah dan keinginan untuk menjadikan Mesir sebagai bagian dari Eropa. Namun keinginan ini tidak berjalan begitu saja karena banyak yang menentang diantaranya Jamaluddin al-Afghani yang menyuarakan perlawanan kepada kekuatan asing dan pemerintahan Ismail dalam mempertahankan hak-hak bangsa Mesir. Kemunculan syair-syair yang bernuasa nasionalisme, dll. 3. Perubahan Sosial Politik Setelah Islam datang di MesirSetelah Mesir menjadi salah satu bagian Islam, Mesir tumbuh dengan mengambil peranan yang sangat sentral sebagaimana peran-peran sejarah kemanusiaan yang dilakoninya pada masa yang lalu, misalnya :1. Menjadi sentral pengembangan Islam di wilayah Afrika, bahkan menjadi batu loncatan pengembangan Islam di Eropa lewat selat Gibraltar (Aljazair dan Tunisia).2. Menjadi kekuatan Islam di Afrika, kekuatan militer dan ekonomi.3. Pengembangan Islam di Mesir merupakan napak tilas terhadap sejarah Islam pada masa Nabi Musa yang mempunyai peranan penting dalam sejarah kenabian.4. Menjadi wilayah penentu dalam pergulatan perpolitikan umat Islam, termasuk di dalamnya adalah peralihan kekuasaan dari Khulafaur Rasyidin kepada Daulat Bani Umaiyah dengan tergusurnya Ali Bin Abi Thalib dalam peristiwa Majlis Tahkim.Bagaimanapun Mesir adalah sebuah tempat yang sarat dengan peran politik dan kesejarahan. Bagaimana tidak, nampaknya Mesir dilahirkan untuk selalu dapat berperan dan memberikan sumbangan terhadap perjalanan sejarah Islam itu sendiri. Dari segi ekonomi dan politik, ia memberikan sumbangan yang cukup besar terutama sektor perdagangan dan pelabuhan Iskandariyah yang memang sejak kerajaan Romawi Timur merupakan pelabuhan yang ramai. Sedangkan dari segi pembangunan hukum Islam, Mesir merupakan daerah yang ikut melahirkan bentuk dan aliran hukum Islam terutama dengan kehadiran Imam Syafii, yang hukum-hukumnya sangat kita kenal.Setelah kehancuran kerajaan Islam di Bagdad, Mesir tampil dengan format perpolitikan yang baru, yang berkembang bersama kerajaan Daulat Fatimiyah. Kerajaan Daulat Bani Fathimiyah adalah salah satu dari tiga kerajaan besar Islam, yaitu Daulat Safawiyah di Parsi dan Kerajaan Moghul di India, pasca kejayaan Islam pada masa Daulat Bani Abasiyah di Bagdad dan Bani Umaiyah di Spanyol. Kehadiran Mesir bersama Daulat Bani Fathimiyah yang didirikan oleh aliran/sekte Syiah (kerajaan Syiah) telah memberikan isyarat adanya kekuatan Islam di saat Islam mengalami kemunduran. Statemen tersebut bukanlah sebuah apologi, karena bukti-bukti eksistensi kerajaan tersebut sampai saat ini masih dapat kita jumpai, misalnya berdirinya Universitas Al-Azhar yang didirikan oleh Nizamul Mulk sebagai pusat kajian keilmuan Islam.4. Kemerdekaan MesirAkhir Perang Dunia Pertama telah mendatangkan revival semangat nasionalistik di Mesir yang mencapai titik kulminasi dalam sebuah revolusi tahun 1919. Revolusi ini bertujuan untuk mendapatkan kemerdekaan Mesir dan pembentukan lembaga konstitusional pemerintah. Akhirnya melalui Deklarasi tanggal 28 Februari inggris memberi kemerdekaan kepada Mesir dan setelah itu dperboleh memasuki Liga Bangsa-Bangsa.Namun di sana masih terdapat empat buah tuntutan syarat tak terbatas yang menjadi penghalang bagi kemajuan negara. Diantaranya : Sudan, tentara dan para ahli teknik Inggris di zona terusan suez, dan konsensi-konsensi asing di Mesir. Dalam rangka menyelesaikan permasalah tersebut diadakanlah negoisasi-negoisasi AngloMesir sebagai tindak lanjut dari konstitusi baru tahun 1924 yang tidak memuaskan, adapun tujuan dari negaoisasi ini adalah untuk menyelesaikan permasalahan Sudan dan mendesak penarikan tentara-tentara Inggris dari Zona Suez. Akan tetapi usaha ini hingga berakhinya negoisasi tidak membuahkan hasil yang memuaskan sama seperti usaha-usaha sebelumnya, malahan pada bulan Oktober 1951 terjadilah permusuhan dalam bentuk militer. Pada titik ini kudeta militer pada bulan Juli 1952 merupakan manifestasi kesadaran nasional.Pada era Modern, dapat kita simpulkan bahwa Mesir banyak mengalami gejolak dalam rangkan mendapatkan kebebasan/kemerdekaan. Diantaranya : 1922 inggris menyatakan akhir kekuasaannya atas Mesir dan menyetujui Ahmad Fuad menjadi Raja Mesir. 1923 keluarnya konstitusi Mesir, yang mempunyai tiga kekuasaan : Pertama, kekuasaan eksekutif oleh raja dan menteri-menteri; kedua, kekuasaan legislative, oleh parlemen; dan ketiga, kekuasaan kehakiman di bawah undang-undang. 1952 Mesir menjadi Republik; 1958, Mesir dan Syiria menjadi Republik Arab Persatuan; 1961, Mesir; kembali bersiri sendiri, sebagai Republik Mesir. Demikianlah pembahasan tentang sejarah perjalanan Mesir hingga mencapai kemerdekaan. Pembahasan akan dibatasi hingga periode ini saja, walaupun mesir masih banyak mengalami gejolak dan perkembangan lainnya. Point penting yang harus kita garis bawahi adalah tercapainya kemerdekaan Mesir sebagai negara yang berdaulat, berdiri sendiri dan terlepas dari intervensi asing.BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Pakta sejarah di atas telah membuktikan bahwa Imperium Islam telah berhasil membentangkan pengaruhnya dan meninggalakan jejak peradaban yang gilang gemilang. Maka pemahaman akan Islam yang pincang dengan memandangnya sebatas keberhasilan Invansi hanya pernyataan yang mengada-ngada dan sebuah kebohogan besar yang mengatasnamakan kebenaran, karena persepsi itu telah terbantahkan dengan adanya sumbangan peradaban Islam yang begitu besar bagi umat manusia. Dan perlu kita segarkan kembali ingatan kita, bahwa peradaban/kebudayaan tidak akan terwujud hanya dengan invansi (the of the sword) saja. Akan tetapi, peradaban/kebudayaan itu akan terwujud dengan adanya penyelarasan (sinkronisasi) antara kedua unsur dominan, yaitu : Man of The Pen dan The Man of The Sword. DAFTAR PUSTAKA

Alaiddin Koto, Sejarah Peradilan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012),Dr. Badri Yatim. MA, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), (Jakarta : Rajawali Perss, PT Rajagarafindo Persada, 2006 Hassan, Hassan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Bandung: Kota Kembang, Pustaka) Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradapan Islam Kairo, (Jakarta: Tazkia, 2012) Rachmat Djatnika, dkk, Perkembangan Ilmu Fiqih di Dunia Islam, (Bumi Aksara : 1992) Tim Penulis, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta : LESFI, 2004)1