Upload
putri-mawardani
View
58
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikatan kimia pada prinsipnya berasal dari interaksi antar elektron-elektron yang ada pada
orbit luar, atau orbit yang terisi sebagian atau orbit bebas dalam atom lainnya. Salah satu jenis
ikatan kimia antar atom adalah ikatan logam. Ikatan logam didefinisikan sebagai ikatan antar
atom logam tanpa membentuk suatu molekul. Dalam interaksi antar atom logam, ikatan kimia
dibentuk oleh gaya tarik-menarik electron oleh inti (nucleus) yang berbeda. Asalnya electron
milik satu atom yang ditarik oleh inti atom tetangganya yang bermuatan +, dan electron ini
disharing dengan gaya tarik yang sama oleh inti lain yang mengitarinya. Akibat jumlah electron
valensi yang rendah dan terdapat jumlah ruang kosong yang besar, maka e−¿¿ memiliki banyak
tempat untuk berpindah. Keadaan demikian menyebabkan e−¿¿ dapat berpindah secara bebas
antar kation-kation tersebut. Electron ini disebut “delocalized electron” dan ikatannya juga
disebut “delocalized bonding”. Electron bebas dalam orbit ini bertindak sebagai perekat atau
lem. Kation yang tinggal berdekatan satu sama lain saling tarik-menarik dengan electron sebagai
semennya.
Dalam bab selanjutnya akan dibahas mengenai teori ikatan logam yang dapat menjelaskan
sifat-sifat logam di atas, serta klasifikasi ikatan logam, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kuat lemahnya ikatan logam.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja teori ikatan logam yang dapat menjelaskan sifat-sifat dari logam?
2. Apa pengertian ikatan logam?
3. Sebutkan klasifikasi dan contoh ikatan logam?
4. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kuat lemahnya ikatan logam?
1.3 Tujuan Penulisan
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memberitahu pembaca mengenai teori-teori ikatan logam yang dapat menjelaskan sifat-
sifat logam, pengertian ikatan logam, klasifikasi dan contoh ikatan logam, serta faktor-faktor
yang mempengaruhi kuat lemahnya ikatan logam.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori-teori Ikatan Logam
Untuk menjelaskan mengenai ikatan logam, diuraikan beberapa teori yang menjelaskan
ikatan yang terjadi pada atom-atom logam yaitu sebagai berikut:
a. Teori Awan Elektron
Teori ini dikemukakan oleh Drude dan Lorentz pada awal abad ke-20. Menurut teori ini, di
dalam kristal logam terdiri dari ion-ion logam bermuatan positif (kation) yang tersusun rapat
dalam awan elektron. Awan elekton ini merupakan elektron valensi yang dilepaskan oleh
setiap atom. Elektron valensi ini tidak terikat salah satu ion logam atau pasangan ion logam,
tetapi terdelokalisasi terhadap semua ion logam. Hal ini disebabkan oleh tumpang tindih
orbital valensi dari atom-atom logam. Akibatnya elektron-elektron yang ada pada orbitalnya
dapat berpindah ke orbital valensi atom tetangganya. Karena hal inilah elektron-elektron
valensi akan terdelokaslisasi pada semua atom yang terdapat pada logam membentuk awan
atau lautan elektron, sehingga elektron valensi tersebut bebas bergerak ke seluruh bagian
dari kristal logam. Elektron-elektron bebas inilah yang menyebabkan adanya ikatan dalam
kristal logam. Misalnya logam magnesium yang memiliki 2 elektron valensi. Berdasarkan
model awan elektron, logam magnesium dapat dianggap terdiri dari ion positif Mg2+¿¿ yang
tersusun secara teratur, berulang, dan di sekitarnya terdapat awan atau lautan elektron yang
dibentuk dari elektron valensi magnesium, seperti pada Gambar.
Gambar Model Awan Elektron dari Logam Magnesium
2
Maka, teori awan atau lautan elektron pada ikatan logam itu didefinisikan sebagai gaya tarik
antara muatan positif dari ion-ion logam (kation logam) dengan muatan negatif yang
terbentuk dari elektron-elektron valensi dari atom-atom logam. Jadi logam yang memiliki
elektron valensi lebih banyak akan menghasilkan kation dengan muatan positif yang lebih
besar dan awan elektron dengan jumlah elektron yang lebih banyak atau lebih rapat. Hal ini
menyebabkan logam memiliki ikatan yang lebih kuat dibanding logam yang tersusun dari
atom-atom logam dengan jumlah elektron valensi lebih sedikit.
Teori lautan atau awan elektron ini dapat menjelaskan berbagai sifat fisika dari logam.
Logam dapat Ditempa, Dibengkokkan, Direntangkan, dan Tidak Rapuh.
Hal ini disebabkan atom-atom logam tersusun secara teratur dan rapat sehingga
ketika diberi tekanan atom-atom tersebut dapat tergelincir di atas lapisan atom yang
lain seperti yang ditunjukan pada Gambar.
Gambar perpindahan atom pada suatu logam ketika diberi tekanan atau ditempa
Gambar di atas menjelaskan mengapa logam dapat ditempa, direntangkan ataupun
dibengkokkan, karena pada logam tersebut semua atom sejenis sehingga atom-atom
yang bergeser saat diberi tekanan seolah-olah tetap pada kedudukan yang sama.
Dengan kata lain apabila sebuah ikatan logam putus maka akan segera terbentuk
ikatan logam baru.
Sifat Mengkilap
Di dalam ikatan logam, terdapat elektron-elektron bebas. Sewaktu cahaya jatuh
pada permukaan logam, maka elektron-elektron bebas akan menyerap energi
cahaya tersebut. Elektron-elektron akan melepas kembali energi tersebut dalam
bentuk radiasi elektromagnetik dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi
cahaya awal. Oleh karena frekuensinya sama, maka kita melihatnya sebagai
pantulan cahaya yang datang. Pantulan cahaya tersebut memberikan permukaan
logam tampak mengkilap.
3
Bila Cahaya tampak jatuh pada permukaan logam, sebagian elektron valensi yang
mudah bergerak tersebut akan tereksitasi. Ketika elektron yang tereksitasi tersebut
kembali kepada keadaan dasarnya, maka energi cahaya dengan panjang gelombang
tertentu akan dipancarkan kembali. Peristiwa ini dapat menimbulkan sifat kilap yang
khas pada logam.
Daya hantar listrik
Di dalam ikatan logam, terdapat elektron valensi yang bebas (mudah bergerak) yang
dapat membawa muatan listrik. Jika diberi suatu beda tegangan, maka elektron-
elektron ini akan bergerak dari kutub negatif menjadi kutub positif.
Daya hantar panas
Elektron-elektron yang bergerak bebas di dalam kristal logam memiliki energi
kinetik. Jika dipanaskan, elektron-elektron akan memperoleh energi kinetik yang
cukup untuk dapat bergerak/bervibrasi dengan cepat. Dalam pergerakannya,
elektron-elektron tersebut akan bertumbukkan dengan elektron-elektron lainnya.
Hal ini menyebabkan terjadinya transfer energi dari bagian bersuhu tinggi ke bagian
bersuhu rendah.
Titik didih dan titik leleh tinggi
Pada logam, Ikatan logam tidak sepenuhnya putus sampai logam mendidih ini
menunjukkan bahwa ikatan logam memiliki titik didih yang tinggi. Hal ini
dikarenakan atom-atom logam terikat oleh ikatan logam yang kuat. Untuk mengatasi
ikatan tersebut, diperlukan energi dalam jumlah yang besar.
b. Ikatan Logam Berdasarkan Teori Resonansi
Pada tahun 1965 Pauling mengemukakan ikatan logam dengan menetapkan konsep
resonansi. Menurut teori ini ikatan logam merupakan ikatan kovalen dan sesuai dengan
struktur kristal logam yang dapat diamati pada eksperimen maka dapat diperkirakan
teradi resonansi. Dalam mengembangkan teorinya Pauling meninjau kristal logam Li.
Dari tafsiran analisis terhadap pola difraksi sinar-X oleh kristal logam Li dapat diketahui
bahwa setiap atom Li dikelilingi oleh 8 atom Li yang lain. Karena elekton valensi Li adalah
1, maka tidak mungkin 1 atom Li mengikat 8 atom Li lainnya. Bila atom Li menggunakan
elektron valensinya, maka resonansi pasangan ikatan Li-Li terjadi secara serempak di
dalam kisi kristalnya.
4
c. Teori Pita
Teori ini dikembangkan pada tahun 1970 mempergunakan teori orbital molekul. Ikatan
logam mudah dipahami dengan memberi teori orbital molekul ini. Misalnya pada logam
Li memiliki susunan elektron 1s2 2s1. Elektron 1s2 terdapat dalam orbital yang terarah
(localized) sedangkan elektron dalam 2s1 terdapat pada orbital tidak terarah
(delocalized). Elektron 2s inilah yang akan membentuk ikatan.
Bila dua atom Li mendekat, orbital atom 2s akan bergabung dengan orbital atom 2s dari
atom lain membentuk dua orbital molekul, yaitu orbital molekul bonding dan anti
bonding. Bila atom ketiga mendekat, terbentuk tiga orbital molekul, dan seterusnya. Jadi
jumlah molekul sama dengan jumlah atonya. Bila N atom litium bersatu, terbentuk N
orbital molekul dengan energi berbeda-berda yang membentuk pita energi, dengan
distribusi energi yang kontinyu.
2.2 Pengertian Ikatan Logam
Adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya tarik-menarik yang terjadi antara muatan
positif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari elektron-elektron yang bebas bergerak.
Atom-atom logam dapat diibaratkan seperti bola pingpong yang terjejal rapat 1 sama lain. Atom
logam mempunyai sedikit elektron valensi, sehingga sangat mudah untuk dilepaskan dan
membentuk ion positif. Maka dari itu kulit terluar atom logam relatif longgar (terdapat banyak
tempat kosong) sehingga elektron dapat berpindah dari 1 atom ke atom lain. Mobilitas elektron
dalam logam sedemikian bebas, sehingga elektron valensi logam mengalami delokalisasi yaitu
suatu keadaan dimana elektron valensi tersebut tidak tetap posisinya pada 1 atom, tetapi
senantiasa berpindah-pindah dari 1 atom ke atom lain.
Gambar Ikatan Logam
5
Pembentukan Ikatan Logam
Logam memiliki sedikit elektron valensi dan memiliki elektronegativitas yang rendah. Semua
jenis logam cenderung melepaskan elektron terluarnya sehingga membentuk ion-ion
positif/atom-atom positif/kation logam.
Kulit terluar unsur logam relatif longgar (terdapat banyak tempat kosong) sehingga elektron
terdelokalisasi, yaitu suatu keadaan dimana elektron valensi tidak tetap posisinya pada suatu
atom, tetapi senantiasa berpindah-pindah dari satu atom ke atom lainnya.
Elektron valensi logam bergerak dengan sangat cepat mengitari intinya dan berbaur dengan
elektron valensi yang lain dalam ikatan logam tersebut, sehingga menyerupai awan atau lautan
yang membungkus ion-ion positif di dalamnya. Elektron bebas dalam orbit ini bertindak sebagai
perekat atau lem. Kation logam yang berdekatan satu sama lain saling tarik-menarik dengan
adanya elektron bebas sebagai lemnya.
Ciri-ciri Ikatan Logam :
Atom-atom logam dapat diibaratkan seperti bola pingpong yang terjejal rapat 1 sama
lain.
Atom logam mempunyai sedikit elektron valensi, sehingga sangat mudah untuk
dilepaskan dan membentuk ion positif.
Maka dari itu kulit terluar atom logam relatif longgar (terdapat banyak tempat kosong)
sehingga elektron dapat berpindah dari 1 atom ke atom lain.
Mobilitas elektron dalam logam sedemikian bebas, sehingga elektron valensi logam
mengalami delokalisasi yaitu suatu keadaan dimana elektron valensi tersebut tidak
tetap posisinya pada 1 atom, tetapi senantiasa berpindah-pindah dari 1 atom ke atom
lain.
Elektron-elektron valensi tersebut berbaur membentuk awan elektron yang
menyelimuti ion-ion positif logam.
6
Sifat-sifat Khas Logam:
Berupa Padatan pada Suhu Kamar
Atom-atom logam bergabung oleh ikatan logam yang sangat kuat membentuk struktur
kristal yang rapat. Hal ini menyebabkan atom-atom tidak memiliki kebebasan bergerak
seperti halnya pada zat cair (pengecualiannya adalah Hg).
Bersifat keras tetapi lentur/tidak mudah patah jika ditempa
Ikatan logam yang kuat dan struktur logam yang rapat menyebabkan logam bersifat
kuat, keras, dan rapat. Akan tetapi. Adanya elektron-elektron bebas menyebabkan
logam bersifat lentur/tidak mudah patah. Hal ini dikarenakan sewaktu logam dikenakan
gaya luar, maka elektron-elektron bebas akan berpindah mengikuti ion-ion positif yang
bergeser. Kemudian, berikatan lagi dengan atom yang berada di sampingnya. Oleh
karena itu, logam dapat ditempa, dibengkokkan, atau dibentuk sesuai keinginan.
Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
Hal ini dikarenakan atom-atom logam terikat oleh ikatan logam yang kuat. Untuk
mengatasi ikatan tersebut, diperlukan energi dalam jumlah yang besar.
Menghantarkan listrik dengan baik
Di dalam ikatan logam terdapat elektron-elektron bebas yang dapat membawa muatan
listrik. Jika diberi suatu beda tegangan, maka elektron-elektron ini akan bergerak dari
kutub negatif menjadi kutub positif.
7
Menghantarkan panas dengan baik
Elektron-elektron yang bergerak bebas di dalam kristal logam memiliki energi kinetik.
Jika dipanaskan, elektron-elektron akan memperoleh energi kinetik yang cukup untuk
dapat bergerak/bervibrasi dengan cepat. Dalam pergerakannya, elektron-elektron
tersebut akan bertumbukkan dengan elektron-elektron lainnya. Hal ini menyebabkan
terjadinya transfer energi dari bagian bersuhu tinggi ke bagian bersuhu rendah.
Mempunyai permukaan yang mengkilap
Di dalam ikatan logam, terdapat elektron-elektron bebas. Sewaktu cahaya jatuh pada
permukaan logam, maka elektron-elektron bebas akan menyerap energi cahaya
tersebut. Elektron-elektron akan melepas kembali energi tersebut dalam bentuk radiasi
elektromagnetik dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi cahaya awal. Oleh
karena frekuensinya sama, maka kita melihatnya sebagai pantulan cahaya yang datang.
Pantulan cahaya tersebut memberikan permukaan logam tampak mengkilap.
Memberikan efek fotolistrik dan efek termionik
Apabila elektron bebas pada ikatan logam memperoleh energi yang cukup dari luar,
maka elektron tersebut dapat lepas dari logam. Elektron tersebut dapat ditarik keluar
oleh suatu beda potensial positif. Jika energi yang diperoleh elektron bebas berasal dari
berkas cahaya, maka fenomena pelepasan elektron dari logam disebut efek fotolistrik.
Sedangkan jika energi tersebut berasal dari pemanasan, maka disebut efek termionik.
2.3 Contoh dan Klasifikasi Ikatan Logam
a. Ikatan Logam Natrium
Logam cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi sehingga memberikan kesan
kuatnya ikatan yang terjadi antara atom-atomnya. Secara rata-rata logam seperti natrium
(titik leleh 97.8°C) meleleh pada suhu yang sangat jauh lebih tinggi dibanding unsur (neon)
yang mendahuluinya pada tabel periodik.
8
Natrium memiliki struktur elektronik 1s2 2s2 2p6 3s1. Tiap atom Natrium tersentuh oleh
delapan atom natrium yang lainnya dan terjadi pembagian (sharing) antara atom tengah dan
orbital 3s di semua delapan atom yang lain. Dan tiap atom yang delapan ini disentuh oleh
delapan atom natrium lainya secara terus menerus hingga diperoleh seluruh atom dalam
bongkahan natrium. Semua orbital 3s dalam semua atom saling tumpang tindih untuk
memberikan orbital molekul dalam jumlah yang sangat banyak yang memeperluas
keseluruhan tiap bagian logam. Terdapat jumlah orbital molekul yang sangat banyak,
tentunya, karena tiap orbital hanya dapat menarik dua elektron.
Elektron dapat bergerak dengan leluasa diantara orbital-orbital molekul tersebut, dan
karena itu tiap elektron menjadi terlepas dari atom induknya. Elektron tersebut disebut
terdelokalisasi. Logam terikat bersamaan melalui kekuatan daya tarik yang kuat antara inti
positif dengan elektron yang terdelokalisasi.
b. Ikatan Logam Magnesium
Ikatan logam magnesium lebih kuat dan titik leleh juga lebih tinggi. Magnesium memiliki
struktur elektronik terluar 3s2. Diantara elektro-elektronnya terjadi delokalisasi, karena itu
lautan yang ada memiliki kerapatan dua kali lipat daripada yang terdapat pada natrium. Sisa
ion juga memiliki muatan dua kali lipat dan tentunya akan terjadi dayatarik yang lebih
banyak antara ion dan lautan. Atom-atom magnesium memiliki jari-jari yang sedikit lebih
kecil dibandingkan atom-atom natrium dan karena itu elektron yang terdelokalisasi lebih
dekat ke inti. Tiap atom magnesium juga memiliki 12 atom terdekat dibandingkan delapan
yang dimiliki natrium. Faktor-faktor inilah yang meningkatkan kekuatan ikatan secara lebih
lanjut.
Klasifikasi Ikatan Logam
Klasifikasi ikatan logam menurut golongannya adalah:
1. Ikatan Logam Unsur Transisi
Logam transisi cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi. Alasannya adalah
logam transisi dapat melibatkan elektron 3d yang ada dalam kondisi delokalisasi seperti
9
elektron pada 4s. Lebih banyak elektron yang dapat terlibat, kecenderungan daya tarik akan
semakin lebih kuat. Contoh ikatan logam pada unsur transisi transisi adalah Ag, Fe, Cu dan
lain-lain.
2. Ikatan Logam Golongan Utama
Ikatan logam pada unsur golongan utama relatif lebih lemah dibandingkan dengan dengan
unsur golongan transisi. Contohnya kristal besi lebih kuat dibandingkan dengan kristal
logam magnesium.
Berdasarkan unsur penyusunnya dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Ikatan logam antar unsur sejenis
Misalnya Ikatan antara unsur litium dengan unsur litium yang lainnya.
2. Ikatan logam antar unsur yang berbeda jenis (aloi)
Bahan-bahan logam yang bukan hanya dibuat dari satu jenis unsur logam tetapi telah
dicampur atau ditambah dengan unsur-unsur lain disebut aloi atau sering disebut lakur atau
paduan. Aloi terbentuk apabila leburan dua atau lebih macam logam dicampur atau leburan
suatu logam dicampur dengan unsur-unsur nonlogam yang campuran tersebut tidak saling
bereaksi serta masih menunjukan sifat sebagai logam setelah didinginkan.
Aloi dibagi menjadi dua macam yaitu aloi selitan dan aloi substitusi. Disebut aloi selitan bila
jari-jari atom unsur yang dipadukan sama atau lebih kecil dari jari-jari atom logam.
Sedangkan aloi substitusi terbentuk apabila jari-jari unsur yang dipadukan lebih besar dari
jari-jari atom logam.
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Ikatan Logam
a. Titik Didih dan Titik Leleh
Logam-logam cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi karena kekuatan
ikatan logam. Kekuatan ikatan berbeda antara logam yang satu dengan logam yang lain.
Titik leleh dan titik didih logam berkaitan langsung dengan kekuatan ikatan logamnya. Titik
didih dan titik leleh logam makin tinggi bila ikatan logam yang dimiliki makin kuat.
Contohnya pada logam alkali semakin ke bawah titik didih semakin rendah sehingga ikatan
logamnya akan semakin lemah.
Logam Titik lebur (C) Titik didih (C)Li 180 1330
Na 97,8 892K 63,7 774
Rb 38,9 688Cs 29,7 690
10
Titik didih dan titik leleh berhubungan dengan sifat periodik unsur yaitu sifat jari-jari
atomnya. Semakin besar jari-jari atomnya maka semakin kecil titik didih dan titik lelehnya
sehingga mengakibatkan ikatan lebih lemah.
b. Jari-jari Atom
Dalam sistem periodik unsur, pada satu golongan dari atas kebawah, ukuran kation logam
dan jari-jari atom logam makin besar. Hal ini menyebabkan jarak antara pusat kation-kation
logam dengan awan elektronnya semakin jauh, sehingga gaya tarik elektrostatik antara
kation-kation logam dengan awan elektronnya semakin lemah.
Logam Jari-jari Atom Logam (pm)
Kation Logam
Jari-jari Kation Logam (pm)
Li 157 Li+ 106Na 191 Na+ 132K 235 K+ 165
Rb 250 Rb+ 175Cs 272 Cs+ 188
c. Jumlah Elektron Valensi (Elektron yang Terdelokalisasi)
Logam-logam golongan I seperti natrium dan kalium memiliki ikatan logam yang relatif
rendah karena tiap atomnya hanya memiliki satu elektron untuk dikontribusikan pada
ikatan. Sedangkan pada logam golongan II seperti magnesium memiliki dua elektron untuk
dikontribusikan pada ikatan sehingga logam golongan II memiliki ikatan yang relatif lebih
kuat dibanding logam golongan I.
d. Bilangan koordinasi
Logam natrium dikelilingi oleh delapan logam natrium yang lainnya, sedangkan logam
magnesium dikelilingi oleh dua belas logam magnesium lainnya. Hal ini menyebabkan
ikatan logam pada magnesium lebih besar dibandingkan dengan ikatan logam pada
natrium.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ikatan logam adalah ikatan yang terjadi akibat adanya gaya tarik-menarik yang terjadi antara
muatan positif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari elektron-elektron yang bebas
bergerak yang dihasilkan oleh elektron valensi masing-masing logam.
Sifat-sifat dari logam (dapat ditempa, menghantarkan arus listrik, mengkilap, dan titik didih
yang tinggi) dapat dijelaskan dengan teori awan elektron, teori resonansi, dan teori pita. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kuatnya ikatan logam adalah:
1. Titik didih dan titik leleh
2. Jari-jari atom
3. Bilangan koordinasi
4. Jumlah elektron valensi yang terdelokalisasi
12
REFERENSI
http://hildajunandaharahap.wordpress.com/2012/05/31/ikatan-logam-10/
http://rahmaddhany040608.blogspot.com/2011/07/ikatan-logam.html
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/06/21/ikatan-logam/
http://kimia-asyik.blogspot.com/2009/09/ikatan-logam.html
http://rahmikimia.wordpress.com/kimia-kelas-x/3-ikatan-kimia-2/c-ikatan-logam/
13