Upload
ahmad-wahyudin
View
111
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
KIA Apendisitis
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apendisitis adalah peradangan dari apendik periformis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Dermawan &
Rahayuningsih, 2010).
Istilah usus buntu yang dikenal di masyarakat awam adalah kurang
tepat karena usus yang buntu sebenarnya adalah sekum. Apendiks
diperkirakan ikut serta dalm system imun sektorik di saluran pencernaan.
Namun, pengangkatan apendiks tidak menimbulkan efek fungsi system imun
yang jelas (Syamsyuhidayat, 2005). Peradangan pada apendiks selain
mendapat intervensi farmakologik juga memerlukan tindakan bedah segera
untuk mencegah komplikasi dan memberikan implikasi pada perawat dalam
bentuk asuhan keperawatan.
Berlanjutnya kondisi apendisitis akan meningkatkan resiko terjadinya
perforasi dan pembentukan masa periapendikular. Perforasi dengan cairan
inflamasi dan bakteri masuk ke rongga abdomen lalu memberikan respons
inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi peritonitis. Apabila perforasi
apendiks disertai dengan material abses, maka akan memberikan manifestasi
nyeri lokal akibat akumulasi abses dan kemudian juga akan memberikan
respons peritonitis. Manifestasi yang khas dari perforasi apendiks adalah
nyeri hebat yang tiba-tiba datang pada abdomen kanan bawah (Tzanakis,
2005).
Angka kejadian apendisitis di dunia mencapai 321 juta kasus tiap
tahun (Handwashing, 2006). Statistik di Amerika mencatat setiap tahun
terdapat 20 – 35 juta kasus apendisitis (Departemen Republik Indonesia,
2008). Tujuh persen penduduk di Amerika menjalani apendiktomi
(pembedahan untuk mengangkat apendiks) dengan insiden 1,1/1000
penduduk pertahun, sedang di negara-negara barat sekitar 16%. Di Afrika dan
1
2
Asia prevalensinya lebih rendah akan tetapi cenderung meningkat oleh karena
pola diitnya yang mengikuti orang barat (Tzanakis, 2005).
Di Amerika Serikat, apendisitis paling sering terjadi pada usia antara
10 sampai 20 tahun dengan perbandingan laki-laki dan perempuan yaitu 1,4 :
1. Rata-rata terdapat 80.000 anak menderita apendisitis, 4 dari anak tiap 1000
anak kurang dari 14 tahun menderita apendisitis. Apendisitis pada anak paling
sering terjadi pada usia 10 -19 tahun, dengan insidensi secara keseluruhan
tiap tahun rata-rata 20 kasus per 10.000 populasi. Insiden tertinggi apendisitis
pada laki-laki adalah pada umur 10 – 14 tahun dengan angka kejadian 27,6
kasus per 10.000 populasi. Sedangkan insidensi tertinggi untuk perempuan
yaitu pada usia 15 – 19 tahun dengan angka kejadian 20,5 kasus per 10.000
populasi. Puncak insidensi apendisitis pada anak terjadi pada usia 10 – 12
tahun dengan insidensi terendah terjadi pada bayi (Hilfi, 2008).
Insidensi apendisitis akut di Indonesia diperkirakan berkisar 24,9
kasus per 10.000 populasi. Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Propinsi Jawa
Barat tahun 2013, menyebutkan bahwa pola penyakit apendisitis pada
kelompok usia 5–44 tahun untuk pasien rawat inap di rumah sakit yaitu
sebesar 1,72% (Riskesdas, 20013)
Dari hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) di Indonesia,
apendisitis akut merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen dan
beberapa indikasi untuk dilakukan operasi kegawatdaruratan abdomen.
Insidens apendisitis di Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus
kegawatan abdomen lainya (Depkes 2008).
Dinkes Jabar menyebutkan pada tahun 2013 jumlah kasus apendisitis
di Jawa Barat sebanyak 5.980 penderita, dan 177 penderita diantaranya
menyebabkan kematian. Pada periode 1 Januari sampai 31 Desember 2014
angka kejadian appendisitis di RSUD Ciawi Bogor, dari seluruh jumlah
pasien rawat inap tercatat sebanyak 102 penderita appendisitis dengan rincian
49 pasien wanita dan 53 pasien pria. Ini menduduki peringkat ke 2 dari
keseluruhan jumlah kasus di instalasi bedah RSUD Ciawi Bogor. Hal ini
membuktikan tingginya angka kesakitan dengan kasus apendiksitis di RSUD
Ciawi Bogor.
3
Untuk melakukan penanganan pada pasien post operasi apendisitis
dibutuhkan peranan perawat, saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas
dengan penekanan dan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga
memandang klien secara komprehensif. Penyembuhan suatu penyakit
dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satu diantaranya adalah peran dari
seorang perawat, dimana peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
sehingga klien dapat mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses
penyembuhan (Jitowiyono, 2010).
Berdasarkan kasus yang diambil di ruang Aster RSUD Cawi Bogor
adalah An. I berusia 12 tahun salah satu pasien dengan apendisitis perforasi .
An I datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah, nyeri dirasakan hilang
timbul, bertambah saat membungkuk ataupun duduk dan berkurang jika
berbaring, dan dirasakan menjalar keseluruh bagian perut yang lain.
Melihat komplikasi tersebut penulis tertarik untuk membahas tentang
perawatan pada klien pre dan post operasi apendiktomi dan dapat
mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien post
operasi apendiktomi.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan karya tulis ilmiah ini adalah :
1.2.1 Tujuan Umum
Menerapkan asuhan keperawatan pada klien An. I dengan post
apendiktomi melalui asuhan keperawatan yang komprehensif.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dan penatalaksanaan yang meliputi definisi,
anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik,
komplikasi, dan pengkajian fokus pada klien post apendiktomi.
b. Menguraikan asuhan keperawatan klien dengan post apendiktomi
yang meliputi pengkajian, analisa, data, intervensi, implementasi,
dan evaluasi.
4
c. Mengidentifikasikan kendala, faktor pendukung dan faktor
penghambat dalam proses pemberian asuhan keperawatan pada klien
post apendiktomi.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Penulis Berikutnya
a. Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi
apendisitis.
b. Menambah ketrampilan atau kemampuan penulis dalam
menerapakan asuhan keperawatan pada pasien dengan post
operasi apendisitis.
1.3.2 Bagi institusi
Sebagai bahan evaluasi sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien post operasi khususnya
post operasi apendisitis.
1.3.3 Bagi lahan praktik
Dapat dijadikan bahan masukan bagi perawat di rumah sakit dalam
melakuakan tindakan asuahan keperawatan dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan yang baik khususnya pada pasien
dengan post oprasi apendisitis.
1.4 Sistematika Penulisan
Penulis karya tulis ilmiah ini, menggunakan sistematika penulisan yang
terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I : Berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB II : Berisi tentang konsep dasar yang meliputi definisi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi, pemeriksaan
penunjang, manajemen medis dan manajemen
keperawatan. Pada bab ini juga asuhan keperawatan yang
5
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
asuhan keperawatan dan discharge planning
BAB III : Berisi tentang tinjauan kasus yang membahas asuhan
keperawatan pasien meliputi ringkasan kasus, pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan,
implementasi dan evaluasi, serta pembahasan.
BAB IV : Berisi tentang pembahasan kasus yang bertujuan untuk
menemukan kesenjangan antara konsep teori dan fakta
kasus yang ada mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
BAB V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
Daftar pustaka
Lampiran