Upload
chikita-artia-sari
View
232
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
8/13/2019 BAB II abses cerebri
1/8
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ABSES OTAK1.DEFINISI
Abses otak adalah suatu proses infeksi yang melibatkan parenkim otak,
terutama disebabkan oleh penyebaran infeksi dari focus yang berdekatan atau
melalui system vascular.
2.ETIOLOGI DAN PREDISPOSISIa. Penyebaran langsung infeksi biasanya basil Gram negative dari sinus
paranasal atau telinga bagian tengah. Pada infeksi sinus paranasal,
infeksi dapat menyebar secara retrograde thrombophlebitis melalui vena
diploika menuju lobus frontalis atau temporal. Bentuk abses biasanya
tunggal, terletak superfisial di otak, dan dekat dengan sumber
infeksinya.
b.Thrombosis sinus septic, disebabkan penyebaran radang dari ronggamastoid dan telinga tengah lewat sinus sigmoid.
c. Penyebaran hematogen misalnya pada penderita dengan endokarditisinfeksiosa (terutama dalm hubungannya dengan penyakit jantung
bawaan) atau bronkiektasis. Abses hemtogenosa sering ditemukan pada
lobus parietalis, tetapi dapt terjadi pada beberapa daerah di otak dan
sering multiple.
d.Abses dapat juga dijumpai pada penderita penyakit immunologic sepertiAIDS, penderita penyakit kronis yang mendapat kemoterapi/ steroid
yang menurunkan system kekebalan tubuh.
e. 20-37 % penyebab abses otak tidak diketahui.
3. NEUROPATOLOGITerjadinya abses dapat dibagi menjadi empat stadium, yaitu:
8/13/2019 BAB II abses cerebri
2/8
11
a. Early cerebritis (1-3 hari)Terjadinya reaksi radang local dengan ilfiltrasi
polimorfonuklear leukosit, limfosit dan plasma sel yang dimulai
pada hari pertama dan meningkat pada hari ke tiga. Sel-sel radang
terdapat pada tunika adventisia dari pembluh darah dan
mengelilingi daerah nekrosis infeksi. Peradangan perivaskuler ini
di sebut serebritis. Saat ini terjadi edema di sekitar otak dan
peningkatan efek massa karena pembesaran abses.
b. Late cerebritis (4-9 hari)Terjadi perubahan histology yang sangat berarti. Daerah pusat
nekrosis membesar oleh karena peningktan acellular debris dan
pembentukan nanah karena pelepasan enzim-enzim dari sel radang.
Di tepi pusat nekrosis di dapati daerah sel radang, makrofag-
makrofag besar dan gambaran fibroblast yang terpencar. Fibroblast
mulai menjadi reticulum yang akan membentuk kapsul kolagen.
Pada fase ini edema otak menyebar maksimal sehingga lesi
menjadi sangat besar.
c. Early capsule formation (10-13 hari)Pusat nekrosis mulai mengecil, makrofag-makrofag menelan
acelullar debris dan fibroblast meningkat dalam pembentukan
kapsul. Lapisan fibroblast membentuk anyaman reticulum
mengelilingi pusat nekrosis. Di daerahventrikel pembentukan
dinding sangat lambat oleh karena kurangnya vaskularisasi di
daerh substansia alba dibandigkan dengan substantia grisea.
Pembentukan kapsul yang terlamabat di permukaan tengah
memungkinkan abses membesar ke dalam substansia alba. Bila
abses cukup besar, dapat robek ke dalam ventrikel lateral. Pada
pembentukan kapsul, terlihat daerah anyaman reticulum yang
8/13/2019 BAB II abses cerebri
3/8
12
tersebar membentuk kapsul kolagen, reaksi astrosit di sekitar otak
mulai meningkat.
d. Late capsule formation (14 hari atau lebih)Terjadi perkembangan lengkap abses dengan gambaran histology
sebagai berikut,bentuk pusat nekrosis di isi oleh acellular debris
dan sel radang, daerah tepi dari sel radang, makrofag dan fibroblas,
kapsul kolagen yang tebal, kapisan neurovascular sehubungan
dengan serebritis yang lanjut, reaksi astrosit gliosis dan edema otak
di luar kapsul.
4. MANIFESTASI KLINISGejala abses otak tergantung dari lokasi abses, besar abses, virulensi
organisme, derajat edema dan respons tubuh terhadap infeksi. Terdapat
trias abses otak klasik, yaitu peningkatan tekanan intracranial, defisit
neurologi fokal, dan demam. Gejala awal peningkatan tekanan intrakranial
berupa nyeri kepala, mual, dan muntah. Gejala lainnya adalah mengantuk
dan bingung; kejang umum atau fokal; dan defisit fokal motorik
(hemiparesis), sensorik (hemihiptesia) dan kemampuan bicara. Demam
dan leukositosis tidak selalu ada.
a. Abses lobus frontalisNyeri kepala, mengantuk, inatensi, dan gangguan fungsi mental
umum. Hemiparesis kontralateral disertai kejang motorik dan
kelainan wicara (lesi di hemisfer dominan) adalah tanda neurologis
yang sering dijumpai. Dapat dijumpai anosmia unilateral dan
eksoftalmus ringan.
b. Abses lobus frontoparietal atau lobus temporal.Ganggun fungsi luhur (inatensi atau disfasia) disertai gangguan
lapangan pandang.
c. Abses lobus temporal
8/13/2019 BAB II abses cerebri
4/8
13
Nyeri kepala awalnya di sisi yang sama dengan abses dan terlokalisasi
di regio frontotemporalis. Jika abses terdapat di lobus temporal
dominan akan timbul afasia anomik (kesulitan memahami sesuatu).
Tanda khas abses lobus temporalis kanan adalah kuadrantanopia
homonym atas. Deficit motorik atau sensorik kontralateral biasanya
minimal, walaupun dapat diamati adanya kelemahan wajah bagian
bawah dan lidah.
d. Abses lobus oksipital.Hemianopia homonym, inatensi, mengantuk dan stupor.
e. Abses serebelarSering ditemukan nistagmus dengan arah deviasi konjugat ke arah
lesi. Motorik ekstermitas perlahan menjadi hipotoni, dan terjadi
inkoordinasi ipsilateral disertai ketidakmampuan melakukan gerakan-
gerakan tangkas. Gejala lainnya berupa kaku tengkuk, nyeri kepala
dan retraksi kepala ke arah lesi. Tanda deficit serebelar menandakan
tingkat keparahan kasus.
f. Abses batang otakMenyebabkan kelumpuhan saraf-saraf kranialis.
5. DIAGNOSISDiagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinik, pemeriksaan
laboratorium disertai pemeriksaan penunjang lainnya. Foto polos kepala
memperlihatkan tanda peninggian tekanan intrakranial, dapat pula
menunjukkan adanya fokus infeksi ekstraserebral; tetapi dengan
pemeriksaan ini tidak dapat diidentifikasi adanya abses. Pemeriksaan EEG
terutama penting untuk mengetahui lokalisasi abses dalam hemisfer. EEG
memperlihatkan perlambatan fokal yaitu gelombang lambat delta dengan
frekuensi siklus/detik pada lokasi abses. Pnemoensefalografi penting
terutama untuk diagnostik abses serebelum. Dengan arteriografi dapat
diketahui lokasi abses di hemisfer. Saat ini, pemeriksaan angiografi mulai
8/13/2019 BAB II abses cerebri
5/8
14
ditinggalkan setelah digunakan pemeriksaan yang relatif noninvasif seperti
CT scan. Dan scanning otak menggunakan radioisotop tehnetium dapat
diketahui lokasi abses; daerah abses memperlihatkan bayangan yang
hipodens daripada daerah otak yang normal dan biasanya dikelilingi oleh
lapisan hiperderns. CT scan selain mengetahui lokasi abses juga dapat
membedakan suatu serebritis dengan abses. Magnetic Resonance Imaging
saat ini banyak digunakan, selain memberikan diagnosis yang lebih cepat
juga lebih akurat.
8. DIAGNOSIS BANDINGa. Gangguan pembuluh darah otak, yang bersifat oklusi dan perdarahan,
terutama pada penderita abses otak dengan penyakit jantung bawaan
sianotik. Jarang terjadi sebelum usia 2 tahun. Serangan nerolgik
timbulnya mendadak, pada abses otak perlahan.
b. Hidrosefalus. Gejala klinik abses otak di bawah 2 tahun, kadang-kadang sukar dibedakan dari hidrosefalus.
c. Tumor otak seperti astrositoma mempunyai gambaran klinik sepertiabses otak. Dengan pemeriksaan CT scan dapat dibedakan keduanya.
d. Kelainan lain yang harus dibedakan dari abses otak adalah prosesdesak ruang intrakranial seperti hematoma subdural, abses subdural
dan abses epidural serta hematoma epidural.
9. KOMPLIKASIKomplikasi meliputi : robeknya kapsul abses ke dalam ventrikel
atau ke ruang subarachnoid sehingga menimbulkan meningitis.
Penyumbatan cairan serebrospinal sehingga menybabkan hidrosefalus.
Edema otak dan herniasi tentorial oleh massa abses otak serta retardasi
mental, epilepsi, kelainan nerologik fokal yang lebih berat. Komplikasi ini
terjadi bila abses otak tidak sembuh sempurna.
8/13/2019 BAB II abses cerebri
6/8
15
10. PENANGANANDasar pengobatan abses otak adalah mengurangi efek masa dan
menghilangkan kuman penyebab. Penatalaksanaan abses otak dapat dibagi
menjadi terapi bedah dan terapi konservatif. Untuk menghilangkan
penyebab, dilakukan operasi baik aspirasi maupun eksisi dan pemberian
antibiotik. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan
pemberian antibiotik, sebagai berikut:
a. Bila gejala klinik belum berlangsung lama(kurang dan 1 minggu)atau kapsul belum terbentuk.
b. Sifat-sifat abses:1) Abses yang lokasinya jauh dalam jaringan otak merupakan
kontraindikasi operasi.
2) Besar abses.3) Soliter atau multipel; pada abses multipel tidak dilakukan
operasi
Pemilihan antibiotik didasarkan hasil pemeriksaan bakteriologik
dan sensitivitas. Sebelum ada hasih pemeriksaan bakteriologik dapat
diberikan antibiotik secana polifragmasi ampisilin/penisilin dan
kioramfenikol. Bila penyebabnya kuman anaerob dapat diberikan
metronidasol. Golongan sefalosporin generasi ke tiga dapat pula
digunakan. Tindakan pembedahan dapat dilakukan dengan memperhatikan
faktor-faktor tersebut di atas.
Pemantauan ketat harus dilakukan terhadap keadaan umum dan
tanda vital penderita. Seperti juga pada meningitis bakterialis, pada setiap
penderita dengan abses otak diberikan antibiotik berspektrum luas. Banyak
kesulitan pada pemberian antibiotik karena harus dapat menembus sawar
otak, harus mampu menembus kapsul bila abses telah berkapsul,
mempunyai spektrum yang luas karena adanya berbagai macam
mikroorganisme penyebab abses. Penyuntikan antibiotik langsung ke
dalam abses otak tidak dianjurkan, karena hal ini dapat menyebabkan
8/13/2019 BAB II abses cerebri
7/8
16
fokus epileptogenesis. Dilaporkan bahwa nafsilin tidak dapat masuk ke
dalam abses, sedang kloramfenikol, penisilin, dan metisilin dapat masuk
ke dalam abses. Sefalosporin dan aminoglikosida tidak dapat menembus
kapsul, sedangkan linkomisin dan asam fusidat dapat menembus kapsul.
Harus diingat bahwa kuman dapat tetap ada dalam abses walaupun
tercapai konsentrasi antibiotic adekuat dalam abses dan kuman tersebut
sensitif terhadap antibiotik yang diberikan. Ukuran abses penting dalam
pengobatan dengan antibiotik. Abses dengan diameter antara 0,8-2,5 cm
dilaporkan bisa sembuh dengan pemberian antibiotik. Abses yang lebih
besar memerlukan tindakan pembedahan. Tindakan tanpa operasi biasanya
dilakukan pada penderita dengan abses multiple atau bila lesinya kecil dan
sulit dicapai dengan operasi. Bila terdapat abses multipel, aspirasi abses
yang besar tetap dilakukan untuk menentukan jenis mikroorganisme dan
ujiresistensi. Kuman anaerob memerlukan metronidasol sebagai
pengobatannya. Kriteria penderita yang merupakan kandidat untuk
pengobatan dengan antibiotika saja, yaitu bila diperkirakan operasi akan
memperburuk keadaan, terdapat abses multipel terutama yang jaraknya
berjauhan satu sama lain, abses disertai dengan meningitis, abses yang
lokasinya sulit dicapai dengan operasi atau operasi diperkirakan akan
merusak fungsi vital, abses yang disertai dengan hidrosefalus yang
mungkin akan terinfeksi bila dioperasi. Konsultasi kepada ahli bedah saraf
dilakukan untuk mengetahui kemungkinan dilakukannya pengeluaran
abses dari jaringan otak dengan pembedahan. Pada penderita yang diduga
atau terbukti mengalami peningkatan tekanan intrakranial, dapat diberikan
kortikosteroid atau cairan hiperosmoler, misalnya manitol. Pengobatan
penunjang serta perawatan yang baik perlu dilakukan dengan seksama
termasuk pengobatan simtomatik terhadap edema dan kejang.
11.PROGNOSISTergantung dan:
a. cepatnya diagnosis ditegakkan
8/13/2019 BAB II abses cerebri
8/8
17
b. derajat perubahan patologisc. soliter atau multipeld. penanganan yang adekuat.
Dengan alat-alat canggih dewasa ini abses otak pada stadium dini
dapat lebih cepat didiagnosis sehingga prognosis lebih baik. Prognosis
abses otak soliter lebih baik dan mu1ipe1.