60
25 25 BAB II ANALISIS DATA Deskripsi hasil penelitian dalam Bab II ini merupakan analisis data dan pembahasan tentang bentuk dan kelas kata homonimi, kelompok homonimi, jenis homonimi dalam bahasa Jawa. 1. Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A. Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari bentuk yang lebih kecil dan sudah mampu berdiri sendiri serta memiliki makna. Berikut adalah homonimi yang berbentuk tunggal. 1) Data 1 (SA) tata (dirapikan) tata (atur) Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi: (a) Kamare Andi ketok kemproh merga jarang di tata ‘Kamare Andi kelihatan berantakan karena jarang dirapikan’. (b) Bocah kok ora isa di tata nakal banget ‘Bocah kok tidak bisa diatur nakal sekali’. Tata ‘tata’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen suatu hal yang menunjukkan keadaan merapikan sedangkan tata ‘atur’ pada contoh kalimat kedua menunjukkan keadaan mengarahkan atau memberi petunjuk, dengan demikian tata mempunyai kegandaan makna atau bermohonimi.

BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

25

25

BAB II

ANALISIS DATA

Deskripsi hasil penelitian dalam Bab II ini merupakan analisis data dan

pembahasan tentang bentuk dan kelas kata homonimi, kelompok homonimi, jenis

homonimi dalam bahasa Jawa.

1. Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa

A. Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal)

Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari bentuk

yang lebih kecil dan sudah mampu berdiri sendiri serta memiliki makna.

Berikut adalah homonimi yang berbentuk tunggal.

1) Data 1 (SA)

tata (dirapikan)

tata (atur)

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Kamare Andi ketok kemproh merga jarang di tata ‘Kamare Andi

kelihatan berantakan karena jarang dirapikan’.

(b) Bocah kok ora isa di tata nakal banget ‘Bocah kok tidak bisa diatur

nakal sekali’.

Tata ‘tata’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen suatu hal

yang menunjukkan keadaan merapikan sedangkan tata ‘atur’ pada contoh

kalimat kedua menunjukkan keadaan mengarahkan atau memberi petunjuk,

dengan demikian tata mempunyai kegandaan makna atau bermohonimi.

Page 2: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

26

26

Homonimi Tata merupakan bentuk tunggal sekaligus bentuk bebas karena

masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu berdiri sendiri dalam

ujaran.

2) Data 2 (J)

pethik ‘petik’

pethik ‘menarik kesimpulan/ intisari’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Kembang mawar kuwi di pethik Gita ‘Bunga mawar itu dipetik Gita’.

(b) Bu guru ngendikan supaya buku cerita Malin Kundang di pethik

amanate ‘Bu guru berkata supaya buku cerita Maling Kundang di ambil

intisari / amanatnya.

Pethik ‘petik’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen suatu hal

yang menunjukkan keadaan mengambil (pada buah atau bunga) sedangkan

petik ‘menarik kesimpulan’ pada contoh kalimat kedua menunjukkan

keadaan menyimpulkan, dengan demikian pethik mempunyai kegandaan

makna atau bermohonimi. Homonimi pethik ‘petik’ merupakan bentuk

tunggal sekaligus bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai

arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran.

3) Data 3 (MA)

saka ‘tiang’

saka ‘dari’

Page 3: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

27

27

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Pak Darto entuk sepeda motor saka kantore ‘Pak Darto mendapat

sepeda motor dari kantornya’.

(b) Omah joglo duwe saka cacahe papat ‘Rumah joglo mempunyai tiang

berjumlah empat’.

Saka ‘dari’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen suatu hal

yang menunjukkan keadaan asal sedangkan saka ‘tiang’ pada contoh kalimat

kedua menyatakan benda peyangga, dengan demikian saka mempunyai

kegandaan makna atau bermohonimi. Homonimi saka merupakan bentuk

tunggal sekaligus bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai

arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran.

4) Data 4 (SN)

bledug ‘anak gajah’

bledug ‘debu’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Platarane disapu supaya ora bledug ‘Terasnya disapu agar tidak debu’.

(b) Bledug sing cilik kuwi lagi turu ‘Anak gajah yang kecil itu sedang tidur’.

Bledug ‘debu’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen suatu hal

yang menunjukkan debu sedangkan bledug ‘anak gajah’ pada contoh kalimat

kedua menunjukkan sebutan untuk anak gajah, dengan demikian bledug

Page 4: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

28

28

mempunyai kegandaan makna atau bermohonimi. Homonimi bledug

merupakan bentuk tunggal sekaligus bentuk bebas karena masing-masing

sudah mempunyai arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran.

5) Data 5 (RO)

kalong ‘sebutan untuk kelelawar’

kalong ‘kurang’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Katese entek dipangan kalong ‘Pepayanya habis dimakan kelelawar’.

(b) Duitku kalong sepuluh ewu kanggo mangan mau ‘Uangku berkurang

sepuluh ribu untuk makan tadi’.

Kalong ‘kelelawar’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen

sebuah sebutan untuk kelelawar sedangkan kalong ‘kurang’ pada contoh

kalimat kedua menunjukkan referen keadaan mulai habis atau berkurang,

dengan demikian kalong mempunyai kegandaan makna atau bermohonimi.

Homonimi kalong merupakan bentuk tunggal sekaligus bentuk bebas karena

masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu berdiri sendiri dalam

ujaran.

6) Data 6 (SN)

golek ‘jenis wayang dari kayu’

golek ‘cari’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Anto lungo nonton golek ‘Anto pergi menonton golek’.

Page 5: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

29

29

(b) Anto lungo golek es degan ‘Anto pergi mencari es degan’.

Golek ‘jenis wayang dari kayu’ pada contoh kalimat pertama mempunyai

referen suatu hal yang menyatakan jenis dari wayang sedangkan golek ‘cari’

pada contoh kalimat kedua menunjukkan referen keadaan untuk menemukan

atau membeli, dengan demikian golek mempunyai kegandaan makna atau

bermohonimi. Homonimi golek merupakan bentuk tunggal sekaligus bentuk

bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu berdiri

sendiri dalam ujaran.

7) Data 7 (Art)

papan ‘lembaran kayu’

papan ‘tempat’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Bapak tumbas papan ning peken ‘Bapak membeli papan (lembaran

kayu) dipasar’.

(b) Mangga para tamu sumangga lenggah ing papan ingkang sampun di

sediaaken ‘Silahkan para tamu diharapkan duduk di tempat yang sudah

disediakan’.

Papan ‘lembaran kayu’ pada contoh kalimat pertama mempunyai

referen suatu hal yang menyatakan kayu yang dibelah tipis sedangkan

papan ‘tempat’ pada contoh kalimat kedua menunjukkan referen bagian

tertentu dari suatu ruang, dengan demikian papan mempunyai kegandaan

makna atau bermohonimi. Homonimi papan merupakan bentuk tunggal

Page 6: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

30

30

sekaligus bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti dan

mampu berdiri sendiri dalam ujaran.

8) Data 8 (EY)

luput ‘salah’

luput ‘tidak tercapai’

luput ‘lepas’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Soal sepuluh sing luput pitu ‘Soal sepuluh yang salah tujuh’

(b) Cita-citane dadi polisi luput amarga kurang duwur ‘Cita-citanya

menjadi polisi tidak tercapai karena kurang tinggi’

(c) Welute luput amarga lunyu ‘Belutnya lepas karena licin’.

Luput ‘salah’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen suatu hal

yang menunjukkan keadaan ketidakbenaran sedangkan luput ‘tidak tercapai’

pada contoh kalimat kedua menunjukkan keadaan ketidakberhasilan atau

kegagalan, serta luput ‘lepas’ pada contoh kalimat ketiga menyatakan lolos,

dengan demikian luput mempunyai kegandaan makna atau bermohonimi.

Homonimi luput merupakan bentuk tunggal sekaligus bentuk bebas karena

masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu berdiri sendiri dalam

ujaran.

9) Data 9 (EP)

jagang ‘duduk’

Page 7: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

31

31

jagang ‘menghadiri undangan’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Kene lho jagang karo aku! ‘Sini lho duduk denganku’.

(b) Jenengan di aturi jagang enjing-enjing ‘Anda diminta menghadiri

undangan besok pagi’.

Jagang ‘duduk’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen suatu

hal yang menunjukkan keadaan tidak berdiri sedangkan jagang ‘undangan’

pada contoh kalimat kedua menunjukkan keadaan ajakan untuk menghadiri

sebuah acara, dengan demikian jagang mempunyai kegandaan makna atau

bermohonimi. Homonimi jagang merupakan bentuk tunggal sekaligus

bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu

berdiri sendiri dalam ujaran.

10) Data 10 (R)

mumet ‘sakit kepala’

mumet ‘bingung’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Jono ora sekolah amarga mumet ‘Jono tidak masuk sekolah karena sakit

kapala’.

(b) Aku mumet yen njawab pitakonmu ‘Aku bingung jika menjawab

pertanyaanmu’.

Page 8: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

32

32

Mumet ‘sakit kepala’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen

suatu hal yang menunjukkan keadaan ketidaksehatan pada kepala sedangkan

mumet ‘bingung’ pada contoh kalimat kedua menunjukkan keadaan tidak

dapat memahami keterangan atau penjelasan petunjuk, dengan demikian

mumet mempunyai kegandaan makna atau bermohonimi.Homonimi mumet

merupakan bentuk tunggal sekaligus bentuk bebas karena masing-masing

sudah mempunyai arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran.

11) Data 11 (EP)

manuk ‘burung’

manuk ‘kelamin laki-laki’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Pakdhe tuku manuk meneh ‘Pakdhe membeli burung lagi’.

(b) Sesok manuke adik disunat ‘Besok burungnya (kelaminnya) disunat’.

Manuk ‘burung’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen suatu

hal yang menyatakan binatang burung sedangkan manuk ‘kelamin laki-laki’

pada contoh kalimat kedua menyatakan jenis kelamin laki-laki, dengan

demikian manuk mempunyai kegandaan makna atau bermohonimi.

Homonimi manuk merupakan bentuk tunggal sekaligus bentuk bebas karena

masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu berdiri sendiri dalam

ujaran.

12) Data 12 (R)

kene ‘sini’

kene ‘kita’

Page 9: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

33

33

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Ning kene aku nunggu kowe ‘Disini aku menunggu kamu’.

(b) Sak durunge, kene wis tau ketemu to? ‘Sebelumnya, kita sudah pernah

ketemu kan?’.

Kene ‘sini’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen suatu hal

yang menunjukkan tempat sedangkan kene ‘kita’ pada contoh kalimat kedua

menyatakan kesertaan, dengan demikian kene mempunyai kegandaan makna

atau bermohonimi. Homonimi kene merupakan bentuk tunggal sekaligus

bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu

berdiri sendiri dalam ujaran.

13) Data 13 (SB)

ciri ‘tanda’

ciri ‘cacat’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Kancamu kui cirine kaya apa? ‘Temanmu itu tandanya seperti apa?’.

(b) Motore Budi kuwi wis ciri aja dituku ‘Motornya Budi itu sudah rusak

jangan di beli’.

Ciri ‘tanda’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen suatu hal

yang menunjukkan isyarat atau pengenal sedangkan ciri ‘cacat’ pada contoh

kalimat kedua menyatakan suatu yang kurang baik, dengan demikian ciri

mempunyai kegandaan makna atau bermohonimi. Homonimi ciri

Page 10: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

34

34

merupakan bentuk tunggal sekaligus bentuk bebas karena masing-masing

sudah mempunyai arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran.

14) Data 14 (R)

kaya ‘seperti’

kaya ‘harta’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Rupane Andi sing kaya artis ‘Wajahnya Andi yang seperti artis’.

(b) Andi wis budhal golek kaya ‘Andi sudah berangkat mencari harta’.

Kaya ‘seperti’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen suatu

hal yang menunjukkan kemiripan sedangkan kaya ‘harta’ pada contoh

kalimat kedua menyatakan kekayaan, dengan demikian kaya mempunyai

kegandaan makna atau bermohonimi. Homonimi kaya merupakan bentuk

tunggal sekaligus bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai

arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran.

15) Data 15 (RO)

kaca ‘cermin’

kaca ‘halaman’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Aku lagi ning ngarep kaca ‘Saya sedang di depan cermin’.

Page 11: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

35

35

(b) Bu Guru ngutus nyinauni kaca sepuluh ‘Bu Guru menyuruh mempelajari

halaman sepuluh’.

Kaca ‘cermin’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen suatu

hal yang menyatakan alat untuk memantulkan gambar atau bentuk asli

sedangkan kaca ‘halaman’ pada contoh kalimat kedua menyatakan urutan

muka dari lembaran-lembaran buku, dengan demikian kaca mempunyai

kegandaan makna atau bermohonimi. Homonimi kaca merupakan bentuk

tunggal sekaligus bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti

dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran.

16) Data 16 (Art)

waja ‘gigi’

waja ‘besi / baja’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Simbah priksa ning Puskesmas amarga gerah waja ‘Simbah pergi ke

Puskesmas karena sakit gigi’.

(b) Bapak ndandake waja ning tukang las ‘Bapak memperbaiki besi di

tukang las’.

Waja ‘gigi’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen suatu hal

yang menyatakan organ pencernaan yang berada di rongga mulut berupa

tulang-tulang keras sedangkan waja ‘besi / baja’ pada contoh kalimat kedua

menyatakan jenis logam yang keras, dengan demikian waja mempunyai

Page 12: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

36

36

kegandaan makna atau bermohonimi. Homonimi waja merupakan bentuk

tunggal sekaligus bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai

arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran.

17) Data 17 (Art)

sepet ‘sabut kelapa’

sepet ‘nama rasa’

Kemudian dari data ini diperluas menjadi:

(a) Adik entuk tugas kerajinan gawe sapu saka sepet ‘Adik mendapat tugas

kerajinan membuat sapu dari sabut kelapa’.

(b) Salak kuwi rasane sepet ‘Salak itu rasanya sepat’.

Sepet ‘sabut kelapa’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen

suatu hal yang menyatakan kulit pelindung pada buah kelapa sedangkan

sepet ‘nama rasa’ pada contoh kalimat kedua menyatakan rasa pada indera

pengecap, dengan demikian sepet mempunyai kegandaan makna atau

bermohonimi. Homonimi sepet merupakan bentuk tunggal sekaligus bentuk

bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu berdiri

sendiri dalam ujaran.

18) Data 18 (Art)

catur ‘empat’

catur ‘jenis permainan’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

Page 13: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

37

37

(a) Catur wulan kui artine patang sasi ‘Catur wulan itu artinya empat

bulan’.

(b) Bapak lagi maen catur karo Pakdhe ‘Bapak sedang main catur dengan

Paman’.

Catur ‘empat’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen suatu

hal yang menyatakan bilangan sedangkan catur ‘nama permainan’ pada

contoh kalimat kedua menyatakan permainan yang menggunakan bidak

diatas papan berwarna hitam dan putih, dengan demikian catur mempunyai

kegandaan makna atau bermohonimi. Homonimi catur merupakan bentuk

tunggal sekaligus bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai

arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran.

19) Data 19 (SB)

onthel ‘sepeda’

onthel ‘kembang kluih’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Aku di tumbaske bapak onthel kanggo mangkat sekolah ‘Saya dibelikan

bapak sepeda untuk berangkat sekolah’ dan

(b) Dik Ima nglumpuke onthel kanggo dolanan masak-masakan ‘Dik Ima

mengumpulkan bunga kluih untuk bermain masak-masakan’.

Onthel ‘sepeda’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen suatu

hal yang menyatakan alat transportasi beroda dua tanpa mesin sedangkan

Page 14: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

38

38

onthel ‘kembang kluih’ pada contoh kalimat kedua menyatakan bunga dari

pohon kluih, dengan demikian onthel mempunyai kegandaan makna atau

bermohonimi. Homonimi onthel merupakan bentuk tunggal sekaligus

bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu

berdiri sendiri dalam ujaran.

20) Data 20 (SN)

ngasta ‘membawa’

ngasta ‘mengajar’

Kemudian dari data ini diperluas menjadi:

(a) Ibu ngansta jajanan saka pasar ‘Ibu membawa jajanan dari pasar’.

(b) Bu Umi saiki ngasta ning kelas lima ‘ Bu Umi sekarang mengajar kelas

lima’.

Ngasta ‘membawa’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen

suatu hal yang menunjukkan keadaan memungut atau memegang kemudian

mengangkat sedangkan ngasta ‘mengajar’ pada contoh kalimat kedua

menunjukkan keadaan memberikan pengajaran atau memberikan

pendidikan, dengan demikian ngasta mempunyai kegandaan makna atau

bermohonimi. Homonimi ngasta merupakan bentuk tunggal sekaligus

bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu

berdiri sendiri dalam ujaran.

B. Bentuk kompleks (morfem kompleks)

Page 15: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

39

39

Bentuk kompleks (morfem kompleks) yaitu bentuk kata yang sudah

mengalami perubahan bentuk yang disebabkan melekatnya imbuhan atau afiksasi.

Berikut adalah homonimi yang berbentuk kompleks.

1) Data 21 (GA)

mancing ‘mengail ikan’

mancing ‘memprovokasi’

Kemudian dari data ini diperluas menjadi:

(a) Andi mancing ning waduk ‘Andi memancing di waduk’.

(b) Deni kuwi gaweane mancing kerusuan ‘Deni itu kesukaannya memicu

kerusuhan’.

Mancing ‘mengail ikan’ pada contoh kalimat pertama mempunyai

referen suatu hal yang menunjukkan keadaan berburu atau menangkap ikan

dengan kail sedangkan mancing ‘memprovokasi’ pada contoh kalimat kedua

menunjukkan keadaan usaha untuk menimbulkan kericuhan, dengan

demikian mancing mempunyai kegandaan makna atau bermohonimi.

Dari segi bentuk, homonimi mancing (mengail ikan atau

memprovokasi) bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur

langsungnya adalah perfiks nasal (m) dan pancing. Ternyata homonimi

mancing ‘memancing’ mempunyai bawahan unsur langsung atau bisa dicari

bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan demikian, mancing adalah homonimi

yang berbentuk kompleks.

2) Data 22 (GA)

ngukur ‘menggaruk’

Page 16: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

40

40

ngukur ‘mengukur’

Kemudian dari data ini diperluas menjadi:

(a) Bapak lagi ngukur sirahe ‘Bapak sedang menggaruk kepalanya’.

(b) Bapak lagi ngukur dalan ‘Bapak sedang mengukur jalan’.

ngukur ‘menggaruk’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen

suatu hal yang menunjukkan keadaan usaha untuk menghilangkan rasa gatal

sedangkan ngukur ‘mengukur’ pada contoh kalimat kedua menunjukkan

keadaan membandingkan ukuran (panjang, lebar, luas, tinggi dsb) dengan

alat, dengan demikian ngukur mempunyai kegandaan makna atau

bermohonimi.

Dari segi bentuk, homonimi ngukur (menggaruk dan mengukur) bisa

dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur langsungnya adalah

perfiks nasal (ng) dan kukur ‘garuk’ serta nasal (ng) dan ukur. Ternyata

homonimi ngukur (menggaruk dan mengukur) mempunyai bawahan unsur

langsung atau bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan demikian,

ngukur adalah homonimi yang berbentuk kompleks.

3) Data 23 (J)

methik ‘memetik’

methik ‘menarik intisari/ kesimpulan’

Kemudian dari data ini diperluas menjadi:

(a) Poppy lagi methik kembang mawar ‘Poppy sedang memetik bunga’.

(b) Aku bisa methik isine cerkak ning Jayabaya ‘saya bisa mengambil

kesimpulan isi cerkak di Jayabaya’.

Page 17: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

41

41

Methik ‘memetik’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen

suatu hal yang menunjukkan keadaan mengambil buah atau bunga beserta

tangkainya sedangkan methik ‘menarik kesimpulan’ pada contoh kalimat

kedua menunjukkan keadaan kegiatan merangkum untuk mendapatkan

pokok bahasan, dengan demikian methik mempunyai kegandaan makna atau

bermohonimi.

Dari segi bentuk, homonimi methik (memetik dan mengambil

kesimpulan) bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur

langsungnya adalah perfiks nasal (m) dan pethik ‘petik’. Ternyata homonimi

methik (memetik dan mengambil kesimpulan) mempunyai bawahan unsur

langsung atau bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan demikian,

methik adalah homonimi yang berbentuk kompleks.

4) Data 24 (J)

nyekel ‘memegang’

nyekel ‘menguasai’

Kemudian dari data ini diperluas menjadi:

(a) Sing nyekel watu kuwi jenenge Supri ‘Yang memegang batu itu bernama

Supri’.

(b) Kawasan terminal iki sing nyekel Bang Jarot ‘Kawasan terminal ini

yang menguasai Bang Jarot’.

Page 18: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

42

42

Nyekel ‘memegang’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen

suatu hal yang menunjukkan keadaan menggenggam sedangkan nyekel

‘menguasai’ pada contoh kalimat kedua menunjukkan keadaan posisi

teratas atau pemimpin, dengan demikian nyekel mempunyai kegandaan

makna atau bermohonimi.

Dari segi bentuk, homonimi nyekel (memegang dan menguasai) bisa

dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur langsungnya adalah

perfiks nasal (ny) dan cekel ‘pegang’. Ternyata homonimi nyekel

(memegang dan menguasai) mempunyai bawahan unsur langsung atau bisa

dicari bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan demikian, nyekel adalah

homonimi yang berbentuk kompleks.

5) Data 25 (Art)

ngelih ‘lapar’

ngelih ‘memindah’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Ayo madang, aku wis ngelih ‘Ayo makan, aku sudah lapar’.

(b) Bapak lagi ngelih meja ‘Bapak sedang memindah meja’.

Ngelih ‘lapar’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen suatu hal

yang menunjukkan keadaan perut kosong berasa ingin makan sedangkan

ngelih ‘memindah’ pada contoh kalimat kedua menunjukkan keadaan usaha

untuk merubah posisi benda ke tempat yang berbeda, dengan demikian

ngelih mempunyai kegandaan makna atau bermohonimi.

Page 19: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

43

43

Homonimi ngelih, pada contoh diatas adalah homonimi yang terjadi

pada kata berimbuhan (kompleks) dan kata dasar. Kata ngelih yang

bermakna lapar adalah bentuk kata dasar yang bentuknya sama dengan kata

ngelih yang merupakan kata berimbuhan yang dibentuk dari kata elih yang

mendapat imbuhan nasal ‘ng’ yang bermakna pindah.

6) Data 26 (AH)

nggarap ‘mengerjakan’

nggarap ‘mengerjai/ menjahili’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Adik lagi nggarap PR ning kamar ‘Adik sedang mengerjakan PR di

kamar’.

(b) Amarga ulang taun aku karo kanca-kanca nggarap Heru ‘Karena ulang

tahun, aku dan teman-teman mengerjai Heru’.

Nggarap ‘mengerjakan’ pada contoh kalimat pertama mempunyai

referen suatu hal yang menunjukkan keadaan usaha untuk menyelesaikan

atau membuat sedangkan nggarap ‘menjahili’ pada contoh kalimat kedua

menunjukkan perbuatan mengganggu, dengan demikian nggarap

mempunyai kegandaan makna atau bermohonimi.

Dari segi bentuk, homonimi nggarap (mengerjakan dan

mengerjai/menjahili) bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan

unsur langsungnya adalah perfiks nasal (ng) dan garap ‘olah’. Ternyata

homonimi nggarap (mengerjakan dan mengerjai/menjahili) mempunyai

Page 20: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

44

44

bawahan unsur langsung atau bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi.

Dengan demikian, nggarap adalah homonimi yang berbentuk kompleks.

7) Data 27 (RJ)

nembak ‘menembak’

nembak ‘mengutarakan/ menyatakan cinta’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Budi nembak manuk ning alas ‘Budi menembak burung di hutan’.

(b) Budi lara ati amarga Rudi wis nembak Rita disik ‘Budi sakit hati karena

Rudi sudah menyatakan cinta kepada Rita terlebih dahulu’.

Nembak ‘menembak’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen

suatu hal yang menunjukkan keadaan berburu dengan alat senapan

sedangkan nembak ‘mengutarakan/ menyatakan cinta’ pada contoh kalimat

kedua menunjukkan keadaan memberitahukan perasaan kepada mitra tutur,

dengan demikian nembak mempunyai kegandaan makna atau bermohonimi.

Dari segi bentuk, homonimi nembak (menembak dan menyatakan isi

hati) bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur langsungnya

adalah perfiks nasal (n) dan tembak ‘tembak’. Ternyata homonimi nembak

mempunyai bawahan unsur langsung atau bisa dicari bentuk yang lebih kecil

lagi. Dengan demikian, nembak adalah homonimi yan berbentuk kompleks.

8) Data 28 (SN)

mundhut ‘membeli’

mundhut ‘mengambil’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

Page 21: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

45

45

(a) Joko lunga mundhut sega pecel ‘Joko pergi membeli nasi pecel’.

(b) Adik diutus Ibu mundhut sendok ‘Adik disuruh Ibu mengambil sendok’.

mundhut ‘membeli’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen

suatu hal yang menunjukkan keadaan menukar barang dengan sejumlah

uang sedangkan mundhut ‘mengambil’ pada contoh kalimat kedua

menunjukkan keadaan memungut suatu benda, dengan demikian mundhut

mempunyai kegandaan makna atau bermohonimi.

Dari segi bentuk, homonimi mundhut (membeli dan mengambil) bisa

dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur langsungnya adalah

perfiks nasal (m) dan pundhut (beli dan ambil). Ternyata homonimi mundhut

(membeli dan mengambil) mempunyai bawahan unsur langsung atau bisa

dicari bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan demikian, mundhut adalah

homonimi yang berbentuk kompleks.

C. Kelas kata

1. Kelas kata benda (nomina)

Kelas kata benda (nomina) yaitu suatu jenis kata yang menandai atau

menamai suatu benda atau tidak dapat diikuti dengan kata ora ‘tidak’dan rada

‘agak’ serta dapat diikuti kata sifat (ajektiva).

1) Data 3 (MA)

Page 22: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

46

46

Omah joglo sing duwe saka cacahe papat ‘Rumah joglo mempunyai tiang

berjumlah empat’.

Saka termasuk kelas kata benda (nomina) karena suatu jenis kata yang

menandai atau menamai suatu benda dan tidak dapat diikuti kata ora ‘tidak’

dan rada ‘agak’.

2) Data 4 (SN)

Platarane disapu supaya ora bledug ‘Terasnya disapu agar tidak debu’

Bledug sing cilik kuwi lagi turu ‘Anak gajah yang kecil itu sedang tidur’.

Bledug termasuk kelas kata benda (nomina) karena suatu jenis kata

yang menandai atau menamai suatu benda dan tidak dapat diikuti kata ora

‘tidak’ dan rada ‘agak’.

3) Data 5 (RO)

Katese entek dipangan kalong ‘Pepayanya habis dimakan kelelawar’

Kalong termasuk kelas kata benda (nomina) karena suatu jenis kata

yang menandai atau menamai suatu benda dan tidak dapat diikuti kata ora

‘tidak’ dan rada ‘agak’.

4) Data 6 (SN)

Anto lungo nonton golek ‘Anto pergi menonton golek’.

Golek termasuk kelas kata benda (nomina) karena suatu jenis kata yang

menandai atau menamai suatu benda dan tidak dapat diikuti kata ora ‘tidak’

dan rada ‘agak’.

Page 23: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

47

47

5) Data 7 (Art)

Bapak tumbas papan ning peken ‘Bapak membeli papan (lembaran kayu)

dipasar’.

Papan termasuk kelas kata benda (nomina) karena suatu jenis kata yang

menandai atau menamai suatu benda dan tidak dapat diikuti kata ora ‘tidak’

dan rada ‘agak’.

6) Data 8 (EY)

Soal sepuluh sing luput pitu ‘Soal sepuluh yang salah tujuh’.

Luput termasuk kelas kata benda (nomina) karena suatu jenis kata yang

menandai atau menamai suatu benda dan tidak dapat diikuti kata ora ‘tidak’

dan rada ‘agak’.

7) Data 9 (EP)

Kene lho jagang karo aku! ‘Sini lho duduk denganku’

Jenengan di aturi jagang enjing-enjing ‘Anda diminta menghadiri undangan

besok pagi’.

Jagang termasuk kelas kata benda (nomina) karena suatu jenis kata

yang menandai atau menamai suatu benda dan tidak dapat diikuti kata ora

‘tidak’ dan rada ‘agak’.

8) Data 11 (EP)

Pakdhe tuku manuk meneh ‘Pakdhe membeli burung lagi’.

Sesok manuke adik disunat ‘Besok burungnya (kelaminnya) disunat’.

Page 24: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

48

48

Manuk termasuk kelas kata benda (nomina) karena suatu jenis kata yang

menandai atau menamai suatu benda dan tidak dapat diikuti kata ora ‘tidak’

dan rada ‘agak’.

9) Data 13 (SB)

Kancamu kuwi duwe ciri kaya apa? ‘Temanmu itu punya tanda seperti

apa?’.

Ciri termasuk kelas kata benda (nomina) karena suatu jenis kata yang

menandai atau menamai suatu benda dan tidak dapat diikuti kata ora ‘tidak’

dan rada ‘agak’.

10) Data 14 (R)

Rupane sing kaya artis ‘Wajahnya yang seperti artis’

Kaya termasuk kelas kata benda (nomina) karena suatu jenis kata yang

menandai atau menamai suatu benda dan tidak dapat diikuti kata ora ‘tidak’

dan rada ‘agak’.

11) Data 15 (RO)

Aku lagi ning ngarep kaca ‘Saya sedang di depan cermin’

Kaca termasuk kelas kata benda (nomina) karena suatu jenis kata yang

menandai atau menamai suatu benda dan tidak dapat diikuti kata ora ‘tidak’

dan rada ‘agak’.

12) Data 16 (Art)

Simbah priksa ning puskesmas amarga gerah waja ‘Simbah pergi ke

puskesmas karena sakit gigi’.

Page 25: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

49

49

Bapak ndandake waja ning tukang las ‘Bapak memperbaiki besi di tukang

las’.

Waja termasuk kelas kata benda (nomina) karena suatu jenis kata yang

menandai atau menamai suatu benda dan tidak dapat diikuti kata ora ‘tidak’

dan rada ‘agak’.

13) Data 17 (Art)

Adik entuk tugas kerajinan gawe sapu saka sepet ‘Adik mendapat tugas

kerajinan membuat sapu dari sabut kelapa’.

Sepet termasuk kelas kata benda (nomina) karena suatu jenis kata yang

menandai atau menamai suatu benda dan tidak dapat diikuti kata ora ‘tidak’

dan rada ‘agak’.

14) Data 18 (Art)

Bapak lagi maen catur karo Pakdhe ‘Bapak sedang main catur dengan

Paman’.

Catur termasuk kelas kata benda (nomina) karena suatu jenis kata yang

menandai atau menamai suatu benda dan tidak dapat diikuti kata ora ‘tidak’

dan rada ‘agak’.

15) Data 19 (SB)

Aku di tumbaske bapak onthel kanggo mangkat sekolah ‘Saya dibelikan

bapak sepeda untuk berangkat sekolah’.

Dik Ima nglumpuke onthel kanggo dolanan masak-masakan ‘Dik Ima

mengumpulkan bunga kluih untuk bermain masak-masakan’.

Page 26: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

50

50

Onthel termasuk kelas kata benda (nomina) karena suatu jenis kata

yang menandai atau menamai suatu benda dan tidak dapat diikuti kata ora

‘tidak’ dan rada ‘agak’.

16) Data 25 (AH)

Ayo madang, aku wis ngelih ‘Ayo makan, aku suda lapar’.

Ngelih termasuk kelas kata benda (nomina) karena suatu jenis kata yang

menandai atau menamai suatu benda dan tidak dapat diikuti kata ora ‘tidak’

dan rada ‘agak’.

2. Kelas kata kerja (verba)

Kata kerja (verba) yaitu jenis kata yang menunjukkan tindakan atau

perbuatan suatu benda, atau dapat diikuti dengan kata kanthi ‘dengan’ dan tidak

dapat didampingi kata bilangan, ora ‘tidak’serta dapat diikuti kata sifat (ajektiva).

1) Data 2 (J)

Kembang mawar kuwi di pethik Gita ‘Bunga mawar itu dipetik Gita’.

Bu guru ngendikan supaya buku cerita Maling Kundang di pethik amanate

‘Bu guru berkata supaya buku cerita Maling Kundang di ambil intisari

amanatnya.

Pethik adalah kelas kata kerja (verba) karena jenis kata yang

menunjukkan tindakan atau perbuatan suatu benda serta dapat diikuti

dengan kata kanthi ‘dengan’ dan dapat didampingi kata bilangan, ora

‘tidak’.

2) Data 1 (SA)

Page 27: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

51

51

Kamare Andi ketok kemproh merga jarang di tata ‘Kamare Andi kelihatan

berantakan karena jarang dirapikan’.

Bocah kok ora isa di tata nakal banget ‘Bocah kok tidak bisa diatur nakal

sekali’.

Tata adalah kelas kata kerja (verba) karena jenis kata yang

menunjukkan tindakan atau perbuatan suatu benda serta dapat diikuti

dengan kata kanthi ‘dengan’ dan dapat didampingi kata bilangan, ora

‘tidak’.

3) Data 6 (SN)

Anto lungo golek es degan ‘Anto pergi mencari es degan’.

Golek adalah kelas kata kerja (verba) karena jenis kata yang

menunjukkan tindakan atau perbuatan suatu benda serta dapat diikuti

dengan kata kanthi ‘dengan’ dan dapat didampingi kata bilangan, ora

‘tidak’.

4) Data 9 (EP)

Jenengan di aturi jagang enjing-enjing ‘Anda diminta menghadiri undangan

besok pagi’.

Jagang adalah kelas kata kerja (verba) karena jenis kata yang

menunjukkan tindakan atau perbuatan suatu benda serta dapat diikuti

dengan kata kanthi ‘dengan’ dan dapat didampingi kata bilangan, ora

‘tidak’.

5) Data 20 (SN)

Ibu ngansta jajanan saka pasar ‘Ibu membawa jajanan dari pasar’.

Page 28: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

52

52

Bu Umi saiki ngasta ning kelas lima ‘ Bu Umi sekarang mengajar kelas

lima’.

Ngasta adalah kelas kata kerja (verba) karena jenis kata yang

menunjukkan tindakan atau perbuatan suatu benda serta dapat diikuti

dengan kata kanthi ‘dengan’ dan dapat didampingi kata bilangan, ora

‘tidak’.

6) Data 21 (GA)

Andi mancing ning waduk ‘Andi memancing di waduk’.

Deni kuwi gaweane mancing kerusuan ‘Deni itu kesukaannya memicu

kerusuhan’.

Mancing adalah kelas kata kerja (verba) dalam bentuk kompleks karena

jenis kata yang menunjukkan tindakan atau perbuatan suatu benda serta

dapat diikuti dengan kata kanthi ‘dengan’ dan dapat didampingi kata

bilangan, ora ‘tidak’.

7) Data 22 (GA)

Bapak lagi ngukuri sirahe ‘Bapak sedang menggaruk kepalanya’.

Bapak lagi ngukuri dalan ‘Bapak sedang mengukur jalan’.

Ngukuri adalah kelas kata kerja (verba) dalam bentuk kompleks karena

jenis kata yang menunjukkan tindakan atau perbuatan suatu benda serta

dapat diikuti dengan kata kanthi ‘dengan’ dan dapat didampingi kata

bilangan, ora ‘tidak’.

8) Data 23 (J)

Poppy lagi methik kembang mawar ‘Poppy sedang memetik bunga mawar’.

Page 29: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

53

53

Aku bisa methik isine cerkak ning Jayabaya ‘Saya bisa mengambil

kesimpulan isi cerkak di Jayabaya’.

Methik adalah kelas kata kerja (verba) dalam bentuk kompleks karena

jenis kata yang menunjukkan tindakan atau perbuatan suatu benda serta

dapat diikuti dengan kata kanthi ‘dengan’ dan dapat didampingi kata

bilangan, ora ‘tidak’.

9) Data 24 (J)

Sing nyekel watu kuwi jenenge Supri ‘Yang memegang batu itu bernama

Supri’.

Kawasan terminal iki sing nyekel Bang Jarot ‘Kawasan terminal ini yang

memegang Bang Jarot’.

Nyekel adalah kelas kata kerja (verba) dalam bentuk kompleks karena

jenis kata yang menunjukkan tindakan atau perbuatan suatu benda serta

dapat diikuti dengan kata kanthi ‘dengan’ dan dapat didampingi kata

bilangan, ora ‘tidak’.

10) Data 25 (AH)

Bapak lagi ngelih meja ‘Bapak sedang memindah meja’.

Ngelih adalah kelas kata kerja (verba) dalam bentuk kompleks karena

jenis kata yang menunjukkan tindakan atau perbuatan suatu benda serta

dapat diikuti dengan kata kanthi ‘dengan’ dan dapat didampingi kata

bilangan, ora ‘tidak’.

11) Data 26 (AH)

Adik lagi nggarap PR ning kamar ‘Adik sedang mengerjakan PR di kamar’.

Page 30: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

54

54

Amarga ulang taun aku karo kanca-kanca nggarap si Heru ‘Karena ulang

tahun, aku dan teman-teman mengerjai si Heru’.

Nggarap adalah kelas kata kerja (verba) dalam bentuk kompleks karena

jenis kata yang menunjukkan tindakan atau perbuatan suatu benda serta

dapat diikuti dengan kata kanthi ‘dengan’ dan dapat didampingi kata

bilangan, ora ‘tidak’.

12) Data 27 (RJ)

Budi nembak manuk ning alas ‘Budi menembak burung di hutan’.

Budi lara ati amarga Rudi wis nembak Rita disik ‘Budi sakit hati karena

Rudi sudah mengutarakan isi hati kepada Rita terlebi dahulu’.

Nembak adalah kelas kata kerja (verba) dalam bentuk kompleks karena

jenis kata yang menunjukkan tindakan atau perbuatan suatu benda serta

dapat diikuti dengan kata kanthi ‘dengan’ dan dapat didampingi kata

bilangan, ora ‘tidak’.

3. kelas kata sifat (ajektiva)

Kata sifat (ajektiva) merupakan kata yang menyatakan keadaan, dapat

diikuti kata banget ‘banget’ dan rada ‘agak’.

1) Data 5 (RO)

Duitku kalong sepuluh ewu kanggo mangan mau ‘Uangku berkurang

sepuluh ribu untuk makan tadi’.

Kalong adalah kelas kata sifat (ajektiva) karena merupakan kata yang

menyatakan keadaan, serta dapat diikuti kata rada dan banget.

2) Data 8 (EY)

Page 31: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

55

55

Soal sepuluh sing luput pitu ‘Soal sepuluh yang salah tujuh’.

Luput adalah kelas kata sifat (ajektiva) karena merupakan kata yang

menyatakan keadaan, serta dapat diikuti kata rada dan banget.

3) Data 10 (R)

Jono ora sekolah amarga mumet ‘Jono tidak masuk sekolah karena sakit

kapala’.

Aku mumet yen Jawab pitakonmu ‘Aku bingung jika menjawab

pertanyaanmu’.

Mumet adalah kelas kata sifat (ajektiva) karena merupakan kata yang

menyatakan keadaan, serta dapat diikuti kata rada dan banget.

4) Data 13 (SB)

Motore Budi kuwi wis ciri aja dituku ‘Motornya Budi itu sudah rusak jangan

di beli’.

Ciri adalah kelas kata sifat (ajektiva) karena merupakan kata yang

menyatakan keadaan, serta dapat diikuti kata rada dan banget.

5) Data 17 (Art)

Salak kuwi rasane sepet ‘Salak itu rasanya sepat’.

Sepet adalah kelas kata sifat (ajektiva) karena merupakan kata yang

menyatakan keadaan, serta dapat diikuti kata rada dan banget.

4. Kelas kata tugas

Kata Tugas merupakan kata yang bisa menjelaskan atau memberi

keterangan pada kata benda, dipihak lain bisa menjelaskan kata kerja, kata sifat,

atau kata tugas itu sendiri.

Page 32: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

56

56

1) Data 3 (MA)

Pak Darto entuk sepeda motor saka kantore ‘Pak Darto mendapat sepeda

motor dari kantornya’.

Saka adalah kelas kata tugas karena bisa menjelaskan atau memberi

keterangan pada kata benda, dipihak lain bisa menjelaskan kata kerja, kata

sifat, atau kata tugas itu sendiri.

2) Data 7 (Art)

Mangga para tamu sumangga lenggah ing papan ingkang sampun di

sediaaken ‘Silahkan para tamu diharapkan duduk di tempat yang sudah

disediakan’.

Papan adalah kelas kata tugas karena bisa menjelaskan atau memberi

keterangan pada kata benda, dipihak lain bisa menjelaskan kata kerja, kata

sifat, atau kata tugas itu sendiri.

3) Data 8 (EY)

Citane dadi polisi luput amarga kurang duwur ‘Cita-citanya menjadi polisi

tidak tercapai karena kurang tinggi’.

Luput adalah kelas kata tugas karena menjelaskan atau memberi

keterangan pada kata benda, dipihak lain bisa menjelaskan kata kerja, kata

sifat, atau kata tugas itu sendiri.

4) Data 12 (R)

Ning kene aku nunggu kowe ‘Di sini aku menunggu kamu’.

Page 33: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

57

57

Kene adalah kelas kata tugas karena menjelaskan atau memberi

keterangan pada kata benda, dipihak lain bisa menjelaskan kata kerja, kata

sifat, atau kata tugas itu sendiri.

5) Data 14 (R)

Andi wis budhal golek kaya ‘Andi sudah berangkat mencari harta’.

Kaya adalah kelas kata tugas karena menjelaskan atau memberi

keterangan pada kata benda, dipihak lain bisa menjelaskan kata kerja, kata

sifat, atau kata tugas itu sendiri.

5. Kelas kata bilangan

Kelas kata bilangan merupakan suatu jenis kata yang menunjukkan suatu

jumlah, tingkatan, atau urutan.

1) Data 18 (Art)

Catur wulan kui artine patang sasi ‘Catur wluan itu artinya empat bulan’.

Catur adalah kelas kata bilangan karena menunjukkan suatu jumlah,

tingkatan, atau urutan.

2) Data 15 (RO)

Bu Guru ngutus nyinauni kaca sepuluh ‘Bu Guru menyuruh mempelajari

halaman sepuluh’.

Kaca adalah kelas kata bilangan karena menunjukkan suatu jumlah,

tingkatan, atau urutan.

2. Relasi Homonimi

Page 34: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

58

58

Seperti halnya sinonimi dan antonimi, maka relasi homonimi berlaku dua arah.

Disamping itu homonimi juga dapat dikelompokan menjadi empat jenis yaitu:

A. Homonimi antarmorfem

1) Data 29 (AS)

tukua ‘belilah’

tukua ‘umpama beli’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Tukua obat ning apotik! ‘Belilah obat di apotik!’.

(b) Tukua sing anyar sisan ‘Seumpama beli yang baru sekalian.

Pada contoh kalimat pertama tukua menyatakan perintah untuk

membeli karena tidak unsur pernyataan untuk memilih, sedangkan tukua

pada contoh kalimat kedua merupakan opsi atau pilihan untuk membeli

karena terdapat pernyataan pilihan antara baru dan bekas.

2) Data 30 (AS)

bukune ‘bukunya’ (buku orang itu)

bukune ‘bukunya’ (buku tertentu/ buku itu)

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Bukune Hendra keri nang kelas ‘Bukunya Hendra ketinggalan di meja’.

(b) Arep sinau tapi bukune urung ana ‘Mau belajar tapi bukunya belum

ada’.

Pada contoh kalimat pertama kata bukune menyatakan makna kepemilikan

dari buku tersebut karena diikuti dengan subjek, sedangkan bukune pada

Page 35: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

59

59

kalimat kedua bermakna buku tertentu karena tidak terdapat subjek dalam

kalimat tersebut.

3) Data 31

sapine ‘sapinya’ (sapi orang itu)

sapine ‘sapinya’ (sapi tertentu)

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Sapine Ujang manak telu ‘Sapinya Ujang beranak tiga’.

(b) Sapine mangan suket ning lapangan ‘Sapinya memakan rumput

dilapangan’.

Pada contoh kalimat pertama kata sapine menyatakan makna

kepemilikan karena diikuti dengan subjek, sedangkan sapine pada kalimat

kedua bermakna sapi tertentu karena tidak terdapat subjek dalam kalimat

tersebut.

4) Data 32 (AS)

gawake‘bawakan’ (bawakan)

gawake ‘bawakan’ (umpama membawa)

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Yen rene gawake bukuku ya! ‘Jika kesini bawakan bukuku ya!’.

(b) Gawake apa penake ya? ‘Seumpama bawa apa enaknya ya?’

Pada contoh kalimat pertama gawake ‘bawakan’ menyatakan perintah

untuk membawa karena tidak ada unsur pilihan dalam kalimat tersebut,

sedangkan gawake ‘bawakan’ pada contoh kalimat kedua merupakan opsi

Page 36: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

60

60

atau pilihan untuk membawa karena pada kalimat tersebut tidak terdapat

kepastian apa yang akan dibawa.

5) Data 33 (AS)

tukokna ‘belikan’ (belikan)

tukokna ‘belikan’(umpama membeli)

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Tukokna es campur ning warung ‘Belikan es campur di warung’.

(b) Tukokna hape Cina wae luwih murah ‘Umpama beli hape Cina saja

lebih murah’.

Pada contoh kalimat pertama tukokna menyatakan perintah untuk

membeli karena dalam kalimat tersebut tidak terdapat unsur pilihan,

sedangkan tukokna pada contoh kalimat kedua merupakan opsi atau pilihan

untuk membeli karena mengandung pernyataan murah dan mahal.

B. Homonimi antarkata

1) Data 5 (RO)

kalong ‘kurang’

kalong ‘nama jenis binatang’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Duitku kalong limangewu ‘Uang saya berkurang lima ribu’.

(b) Katese entek dipangan kalong ‘Pepayanya habis dimakan kalong’.

Kalong ‘kurang’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen suatu

hal yang menunjukkan keadaan mulai habis sedangkan kalong ‘nama jenis

Page 37: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

61

61

bintang’ pada contoh kalimat kedua menyatakan binatang kelelawar,

dengan demikian kalong mempunyai kegandaan makna atau bermohonimi.

2) Data 34 (Art)

serat ‘surat’

serat ‘garis-garis pada daging buah atau binatang’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Budhe Wati lagi maos serat saking mbak Yanti ‘budhe Wati sedang

membaca surat dari mbak Yanti’.

(b) Nanas kuwi akeh ngandung serat ‘Nanas itu banyak mengandung serat’.

Serat ‘surat’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen suatu hal

yang menyatakan sebuah pesan yang ditulis pada kertas sedangkan serat

‘garis-garis pada daging buah atau binatang’ pada contoh kalimat kedua

menunjukkan jaringan berupa benang pada binatang dan tumbuhan, dengan

demikian serat mempunyai kegandaan makna atau bermohonimi.

3) Data 35 (AH)

pedhot ‘putus’

pedhot ‘sudah tidak berhubungan’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Benang layangane pedhot ‘Benang layangannya putus’

(b) Rudi wis pedhot karo pacare ‘Rudi sudah tidak berhubungan dengan

pacanya’.

Page 38: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

62

62

Pedhot ‘putus’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen suatu

hal yang menyatakan lepas sedangkan pedhot ‘sudah tidak berhubungan’

pada contoh kalimat kedua menunjukkan keadaan yang tanpa adanya

ikatan, dengan demikian pedhot mempunyai kegandaan makna atau

bermohonimi.

4) Data 36 (DA)

duka ‘marah’

duka ‘tidak tahu’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Mengko yen ibu duka kepriye, mbak? ‘nanti kalau ibu marah bagaimana

mbak?’.

(b) Bocah ditakoni kok mung duka wae ‘anak di tanya kok tidak tahu terus’.

Duka ‘marah’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen suatu

hal yang menunjukkan emosi tidak senang sedangkan duka ‘tidak tahu’ pada

contoh kalimat kedua menunjukkan ketidaktahuan, dengan demikian duka

mempunyai kegandaan makna atau bermohonimi.

5) Data 37 (F)

pandung ‘pangling’

pandung ‘maling’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Kula rade pandung panjenengan punika sinten? ‘Saya sedikit pangling

anda itu siapa?

Page 39: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

63

63

(b) Mrika punika kathah pandung, mila kedah ngantos-atos ‘Disana itu

banyak maling, makanya yang hati-hati’.

Pandung ‘pangling’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen

suatu hal yang menunjukkan keadaan lupa atau tidak mengenal lagi

sedangkan pandung ‘maling’ pada contoh kalimat kedua menunjukkan

keadaan mengambil milik orang lain tanpa ijin, dengan demikian pandung

mempunyai kegandaan makna atau bermohonimi.

6) Data 38 (SB)

kowe ‘sebutan untuk anak monyet’

kowe ‘kamu’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Kowe kuwi buntute dawa ‘Kowe (anak monyet) itu ekornya panjang’.

(b) Kowe aja nakal ‘Kamu jangan nakal’.

Kowe ‘anak monyet’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen

suatu hal yang menyatakan anak dari binatang monyet sedangkan kowe

‘kamu’ pada contoh kalimat kedua menunjukkan anda atau pihak kedua,

dengan demikian kowe mempunyai kegandaan makna atau bermohonimi.

7) Data 39 (Art)

enggal ‘cepat’

enggal ‘baru’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

Page 40: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

64

64

(a) Mangga ingkang dereng gadhah enggal tumbas ‘Silahkan yang belum

punya cepat beli’.

(b) Sendale Bapak ingkang enggal klintu kaliyan sendale tiyang ‘Sendal

Bapak yang baru tertukar dengan sandal orang’.

Enggal ‘cepat’ pada contoh kalimat pertama mempunyai referen suatu

hal yang menyatakan waktu yang terbatas sedangkan enggal ‘baru’ pada

contoh kalimat kedua menunjukkan hal yang belum pernah ada, dengan

demikian kowe mempunyai kegandaan makna atau bermohonimi.

C. Homonimi antarfrasa

1) Data 40 (RJ)

wong pinter ‘ orang yang cerdas’

wong pinter ‘paranormal’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Adik di utus Bapak sinau supaya dadi wong pinter ‘Adik disuruh Bapak

belajar agar jadi orang yang cerdas’.

(b) Budi di gawa marang wong pinter amarga kesurupan ‘Budi dibawa ke

paranormal karena kesurupan’.

Wong pinter ‘orang yang cerdas’ pada contoh kalimat pertama

mempunyai referen suatu hal yang menyatakan orang yang terpelajar dan

wong pinter ‘paranormal’ pada contoh kalimat kedua menyatakan orang

yang berpengetahuan atau paham dengan hal klenik, dengan demikian wong

pinter mempunyai kegandaan makna atau bermohonimi.

2) Data 41 (RJ)

Page 41: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

65

65

wong tua ‘ayah dan ibu’

wong tua ‘orang yang berusia lebih tua’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Amarga kecelakaan kuwi Budi saiki ora duwe wong tua ‘Karena

kecelakaan itu Budi sekarang tidak punya ayah dan ibu’.

(b) Kita kudu ngormati wong tua ‘Kita harus menghormati orang yang

berusia lebih tua’.

Wong tua ‘ayah dan ibu’ pada contoh kalimat pertama mempunyai

referen suatu hal yang menyatakan orang yang melahirkan kita dan wong tua

‘orang yang berusia lebih tua’ pada contoh kalimat kedua menyatakan

rentang usia yang lebih tua dari kita, dengan demikian wong tua mempunyai

kegandaan makna atau bermohonimi.

3) Data 42 (EY)

kandhang menjangan ‘kandang binatang menjangan’

kandhang menjangan ‘sebutan untuk markas kopasus di Solo’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Bapak lagi nggawe kandhang menjangan ‘Bapak sedang membuat

kandang menjangan’.

(b) Wingi ana konser ning kandhang menjangan ‘Kemarin ada konser di

markas kopasus Solo’.

Kandang menjangan ‘kandang binatang menjangan’ pada contoh

kalimat pertama mempunyai referen suatu hal yang menyatakan kandang

dari binatang menjangan dan kandhang menjangan ‘markas Kopasus’ pada

Page 42: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

66

66

contoh kalimat kedua menunjukkan sebutan yang dikenal untuk markass

Kopasus di Solo, dengan demikian kandhang menjangan mempunyai

kegandaan makna atau bermohonimi.

4) Data 43 (FH)

lukisan Luki ‘lukisan wajah Luki’

lukisan Luki ‘lukisan karya Luki’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Pak Karta lagi gawe lukisan Luki ‘Pak Karta sedang membuat lukisan

Luki’.

(b) Lukisan Luki wis payu wingi ‘Lukisan Luki sudah laku kemarin’.

Lukisan Luki ‘lukisan Luki’ pada contoh kalimat pertama mempunyai

referen suatu hal yang menyatakan gambaran dari wajah Luki dan lukisan

Luki ‘lukisan Luki’ pada contoh kalimat kedua menyatakan lukisan tersebut

adalah karya dari Luki, dengan demikian lukisan Luki mempunyai

kegandaan makna atau bermohonimi.

5) Data 44 (DC)

buntut urang ‘ekor udang’

buntut urang ‘sebutan bagian rambut’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Ibu lagi mbuang buntut urang ‘Ibu sedang membuang buntut urang’.

(b) Rambute adik ana buntut urange ‘Rambutnya adik ada rambut yang

memanjang dibagian belakang kepala’.

Page 43: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

67

67

Buntut urang ‘ekor udang’ pada contoh kalimat pertama mempunyai

referen suatu hal yang menyatakan bagian ekor dari binatang (udang) dan

buntut urang ‘sebutan bagian rambut’ pada contoh kalimat kedua

menyatakan bagian rambut yang memanjang di belakang kepala, dengan

demikian buntut urang mempunyai kegandaan makna atau bermohonimi.

6) Data 45 (DC)

kandhang sapi ‘kandhang binatang sapi’

kandhang sapi ‘nama tempat di Solo’

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Pakdhe lagi ana ning kandhang sapi ‘Paman sedang berada dikandhang

sapi’.

(b) Pakdhe ajeng priksa ning Dokter Oen Kandhang sapi ‘paman akan

periksa di Dokter Oen Kandhang sapi’.

Kandhang sapi ‘kandang binatang sapi’ pada contoh kalimat pertama

mempunyai referen suatu hal yang menyatakan kandang dari binatang sapi

dan kandhang sapi ‘nama daerah’ pada contoh kalimat kedua menyatakan

nama tempat atau daerah di Solo, dengan demikian kandhang sapi

mempunyai kegandaan makna atau bermohonimi.

D. Homonimi antarkalimat

1) Data 46 (DC)

Bapak lagi ana ning kandhang sapi ‘Bapak sedang berada di kandang sapi’.

Page 44: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

68

68

(a) Bapak lagi ana ning kandhang sapi ‘Bapak sedang berada di kandang

sapi’, dengan parafrasa menjelaskan bahwa Bapak sedang berada di

kandang Binatang sapi

(b) Bapak lagi ana ning Kandhang sapi ‘Bapak sedang berada di kandang

sapi’, dengan parafrasa menerangkan bahwa Bapak sedang di daerah

yang bernama Kandhang sapi.

Dengan demikian kalimat ini memiliki kegandaan makna atau

berhomonimi.

2) Data 47 (DC)

Bojone tentara sing nakal kui lunga ‘Istinya tentara yang nakal itu pergi’

(a) Bojone tentara sing nakal kui lunga ‘Istinya tentara yang nakal itu

pergi’, dengan parafrasa bahwa yang nakal adalah istri tentara.

(b) Bojone tentara sing nakal kuwi lunga ‘istrinya tentara yang nakal itu

pergi’, dengan parafrasa bahwa yang nakal adalah tentaranya.

Dengan demikian kalimat ini mempunyai kegandaan makna atau

berhomonimi.

3) Data 48 (DC)

Motor Lurah sing anyar ‘Motor Kepala Desa yang baru’

(a) Motor Lurah sing anyar ‘Motor Kepala Desa yang baru’, dengan

parafrasa motor baru milik Kepala desa.

(b) Motor Lurah sing anyar ‘Motor Kepala Desa yang baru’, dengan

parafrasa Kepala Desa yang baru saja di angkat.

Page 45: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

69

69

Dengan demikian kalimat ini memiliki kegandaan makna atau

berhomonimi.

4) Data 49 (GA)

Santi duwe duwit sepuluh ewunan ‘Santi mempunyai uang sepuluh ribuan’

(a) Santi duwe duwit sepuluh ewunan ‘Santi mempunyai uang sepuluh

ribuan’, dengan parafrasa uang Santi sejumlah sepuluh ribu.

(b) Santi duwe duwit sepuluh ewunan ‘Santi mempunyai uang sepuluh

ribuan’, dengan parafrasa uang Santi sepuluh lembar pecahan seribuan.

Dengan demikian kalimat ini memiliki kegandaan makna atau

berhomonimi.

5) Data 50 (GA)

Pidato Presiden sing terakir ‘pidato Presiden yang terakhir’.

(a) Pidato Presiden sing terakir ‘pidato Presiden yang terakhir’, dengan

parafrasa pidato yang terakhir dari Presiden.

(b) Pidato Presiden sing terakir ‘pidato Presiden yang terakhir’, dengan

parafrasa pidato dari presiden yang terakhir.

Dengan demikian kalimat ini memiliki kegandaan makna atau

berhomonimi.

3 Jenis Homonimi

Disamping homonimi adapula istilah homofoni dan homografi. Ketiga

istilah ini biasanya dibicarakan bersama karena ada kesamaan objek pembicaraan.

Berikut adalah beberapa contoh bentuk homofoni dan homografi.

A. Homofoni

Page 46: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

70

70

Homofoni adalah dua leksem yang atau lebih yang pelafalan dan

pengucapannya sama, tulisan berbeda, arti leksikalnya berbeda.

1) Data 51 (SN)

pang dan punk

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Manuk kuwi lagi menclok ning pang ‘Burung itu sedang hinggap di

ranting’.

(b) Bocah punk kuwi lagi ngamen ‘Anak punk itu sedang ngamen’.

Pang dan punk memiliki pelafalan yang sama namun cara penulisannya

berbeda, dan makna leksikalnya juga berbeda, kata pang yang bermakna

ranting yang berasal dari bahasa Jawa dan kata punk yang bermakna orang

yang ingin menunjukkan jatidiri dan hidup dengan cara mereka sendiri

adalah kata serapan dari bahasa asing. Dengan demikian pang dan punk

berhomofoni.

2) Data 52 (SN)

dewe dan dhewe

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Toni lagi makan dewe ‘Toni sedang makan sendiri.

(b) Toni awake gedhe dhewe ‘Toni tubuhnya paling besar’.

Dewe dan dhewe memiliki pelafalan yang sama namun cara

penulisannya berbeda, dan makna leksikalnya juga berbeda, kata dewe yang

Page 47: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

71

71

bermakna sendiri dan kata dhewe yang bermakna paling. Dengan demikian

pang dan punk berhomofoni.

3) Data 53 (EP)

rok dan rock

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Anin ditumbaske ibuk rok anyar ‘Anin dibelikan ibu rok baru’.

(b) Amir lagi ngrungoke musik rock ‘Amir sedang mendengarkan musik

rock’.

Rok dan rock memiliki pelafalan yang sama namun cara penulisannya

berbeda, dan makna leksikalnya juga berbeda, kata rok yang bermakna

busana wanita yang berasal dari bahasa Jawa dan kata rock yang bermakna

sebuah aliran bermusik adalah kata serapan dari bahasa asing. Dengan

demikian rok dan rock berhomofoni.

4) Data 54 (EP)

kopi dan copy

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Bapak lagi ngunjuk kopi ‘Bapak sedang minum kopi’.

(b) Pilme lagi tak copy telu ‘Pilmnya baru saya copy tiga’.

Kopi dan copy memiliki pelafalan yang sama namun cara penulisannya

berbeda, dan makna leksikalnya juga berbeda, kata kopi yang bermakna

minuman berwarna hitam dan kata copy yang bermakna memperbanyak

adalah kata serapan dari bahasa asing. Dengan demikian kopi dan copy

berhomofoni.

Page 48: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

72

72

5) Data 55 (DA)

ben dan band

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Adusa sik ben wangi ‘Mandilah dulu agar wangi’.

(b) Sesuk ayo latiyan band ‘Besok ayo berlatih band’.

Ben dan band memiliki pelafalan yang sama namun cara penulisannya

berbeda, dan makna leksikalnya juga berbeda, kata ben yang bermakna biar

atau supaya dan kata band yang bermakna sebuah grub musik adalah kata

serapan dari bahasa asing. Dengan demikian ben dan band berhomofoni.

B. Homografi

Homografi adalah dua leksem atau lebih yang sama tulisannya sama,

pelafalannya berbeda, dan arti leksikalnya berbeda.

1) Data 56 (LD)

pêthêl dan pêthèl

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Bejo kui nek mergawe Pêthêl ‘Bejo itu kalau bekerja rajin’.

(b) Bejo mecah kayu nganggo Pêthèl ‘ Bejo membelah kayu dengan

kampak’.

Pada kata pêthêl vokal (e) dibaca sama dengan pengucapan kata bedak,

sedangkan pada Pêthèl kosa kata kedua vokal (e) pengucapannya sama

dengan kata bebek pada suku kata kedua, mempunyai tulisan persis sama,

bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda yaitu pêthêl bermakna

Page 49: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

73

73

rajin karena memiliki fitur semantik giat dan semangat sedangkan Pêthèl

bermakna sejenis kapak karena memiliki fitur semantik alat dan kayu.

Dengan demikian pêthêl dan Pêthèl berhomografi.

2) Data 57 (LD)

gêgêr dan gègèr

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Bapak lagi ngukuri gêgêr ‘Bapak sedang menggaruk punggung’.

(b) Dik Raka karo Nana gègèr amarga rebutan yoyo ‘Dik Raka sama Nana

ribut karena rebutan yoyo’.

Pada kata gêgêr vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan

kata bedak, sedangkan pada gègèr vokal (e) pengucapannya sama dengan

kata bebek, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga

maknanya menjadi berbeda, yaitu gêgêr pada bermakna punggung karena

memiliki fitur semantik bagian tubuh sedangkan gègèr bermakna ribut

karena memiliki fitur semantik ramai dan ricuh. Dengan demikian gêgêr dan

gègèr berhomografi.

3) Data 58 (LD)

lêmpêr dan lèmpèr

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Simbah lagi dahar lêmpêr ‘Simbah sedang makan lemper’.

(b) Ibu ngulek sambel nganggo lèmpèr ‘Ibu sedang menghaluskan sambal

memakai lemper’.

Page 50: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

74

74

Pada kata lêmpêr vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan

kata bedak, sedangkan pada lèmpèr vokal (e) pengucapannya sama dengan

kata bebek, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehinga

maknanya menjadi berbeda. Pada kata lêmpêr bermakna makanan kecil dari

ketan karena karena memiliki fitur semantik sejenis makanan sedangkan

lèmpèr bermakna alat dapur karena memiliki fitur semantik alat buatan

manusia dan penghalus bumbu. Dengan demikian lêmpêr dan lèmpèr

berhomografi.

4) Data 59 (LD)

kêsêt, kèsèt dan kêsèt

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Piringe dikumbah nganti kêsêt ‘Piringnya dicuci sampai tidak keset

(tidak licin)’.

(b) Sak durunge melbu omah kèsèt disik ‘Sebelum masuk rumah keset dulu’.

(c) Anto kuwi bocahe kêsèt ‘Anto itu ananknya malas’.

Pada kata kêsêt vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan

kata bedak, sedangkan pada kèsèt vokal (e) pengucapannya sama dengan

kata bebek, sedangkan untuk kata kêsèt vokal (e) pada suku kata pertama

pengucapannya sama dengan kata bedak, dan (e) pada suku kata kedua

pengucapannya sama dengan kata bebek, ketiganya mempunyai tulisan

Page 51: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

75

75

persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda. Pada kata

kêsêt bermakna tidak licin karena memiliki fitur semantik kering dan kasar

dan kèsèt bermakna pengesat kaki karena memiliki fitur semantik alat dan

pembersih sedangkan kêsèt bermakna malas karena memiliki fitur semantik

lemas dan tidak semangat. Dengan demikian kêsêt, kèsèt dan kêsèt

berhomografi.

5) Data 60 (DC)

gêndhêng dan gêndhèng

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Joko gêndhêng amarga kalah judi ‘Joko gila karena kalah judi’

(b) Joko mecahke gêndhèng telu ‘Joko memecahkan genting tiga’.

Pada kata gêndhêng vokal (e) pengucapanya sama dengan kata bedak,

sedangkan pada gêndhèng vokal (e) pengucapannya sama dengan kata bebek

pada suku kata kedua, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda

sehingga maknanya menjadi berbeda. Pada kata gêndhêng bermakna gila

karena memiliki fitur semantik gangguan pada jiwa sedangkan gêndhèng

bermakna genting memiliki fitur semantik benda buatan manusia dan atap

rumah. Dengan demikian gêndhêng dan gêndhèng berhomografi.

6) Data 61 (Art)

cêmêng dan cêmèng

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

Page 52: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

76

76

(a) Tiyang punika ngagem busana cêmêng ‘Orang itu memakai busana

hitam’.

(b) Aku sowan budhe arep nyuwun cêmèng loro ‘Saya mengunjungi budhe

akan meminta anak kucing dua’.

Pada kata cêmêng vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan

pengucapan kata bedak, sedangkan pada cêmèng pada vokal (e)

pengucapannya sama dengan kata bebek pada suku kata kedua, mempunyai

tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda.

Pada kata cêmêng bermakna hitam karena memiliki fitur semantik warna

sedangkan cêmèng bermakna anak kucing karena memliki fitur semantik

nama hewan. Dengan demikian cêmêng dan cêmèng berhomografi.

7) Data 62 (Art)

mêri dan mèri

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Yen duwe mêri kudu dikandhangake ‘Jika mempunyai anak bebek harus

di kandangkan’.

(b) Kowe ora perlu mèri karo adhimu ‘Kamu tidak perlu iri dengan

adikmu’.

Pada kata mêri vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan

kata bedak, sedangkan pada mèri vokal (e) pengucapannya sama dengan

kata bebek, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga

maknanya menjadi berbeda. Pada kata mêri bermakna itik atau anak bebek

Page 53: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

77

77

karena memiliki fitur semantik nama hewan sedangkan mèri bermakna iri

karena memiliki fitur semantik sifat manusia dan tidak adil. Dengan

demikian mêri dan mèri berhomografi.

8) Data 63 (DA)

êmut dan émut

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Permene adik di êmut kancane ‘ permennya adik di kulum temannya’.

(b) Simbah mboten émut yen sakniki dinten senen ‘Simbah tidak ingat jika

sekarang hari senin’.

Pada kata êmut vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan

kata bedak, sedangkan pada émut vokal (e) pengucapannya sama dengan

kata becak, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga

maknanya menjadi berbeda. Pada kata êmut pada bermakna kulum karena

memiliki fitur semantik melakukan kegiatan dan mulut sedangkan émut

bermakna lupa karena memiliki fitur semantik hilang. Dengan demikian

êmut dan émut berhomografi.

9) Data 64 (DA)

ndêrês dan ndèrès

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Sing ndêrês ning masjid kuwi pak kyai ‘Yang mengaji di masjid itu pak

kyai’.

Page 54: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

78

78

(b) Pakdhe lagi ndèrès siwalan kanggo gawe gula ‘Pakdhe sedang

mengambil nira siwalan untuk membuat gula’.

Pada ndêrês vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan kata

bedak, sedangkan pada ndèrès vokal (e) pengucapannya sama dengan kata

bebek, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya

menjadi berbeda. Pada kata ndêrês bermakna mengaji karena memiliki fitur

semantik religi, membaca atau mengahafalkan sedangkan ndèrès bermakna

mengambil nira karena memiliki fitur semantik perbuatan dan air nira.

Dengan demikian ndêrês dan ndèrès berhomografi.

10) Data 65 (GA)

kêcap dan kécap

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Wong kuwi yen mangan kêcape banter ‘Orang itu saat makan bersuara

keras’.

(b) Aku di utus ibu tumbas kécap s disuruh ibu membeli kecap’.

Pada kata kêcap vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan

kata bedak, sedangkan pada kécap vokal (e) pengucapannya sama dengan

kata becak, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga

maknanya menjadi berbeda. Pada kata Kêcap bermakna suara yang

dihasilkan ketika makan karena memiliki fitur semantik suara dan mulut

sedangkan kécap bermakna bumbu masakan karena memiliki fitur semantik

Page 55: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

79

79

benda buatan manusia bumbu. Dengan demikian Kêcap dan kécap

berhomografi.

11) Data 66 (GA)

kêcapi dan kécapi

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Jumari dolanan kêcapi ning kamar ‘Jumari bermain kecapi dikamar’.

(b) Lele bakare dikécapi supaya gurih ‘Lelenya diberi kecap supaya gurih’.

Pada kata kêcapi vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan

kata bedak, sedangkan pada kécapi vokal (e) pengucapannya sama dengan

kata becak, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga

maknanya menjadi berbeda. Pada kata kêcapi bermakna alat musik dan

bunyi karena memilik fitur semantik benda buatan manusia sedangkan

kécapi bermakna memberi kecap atau bumbu masakan karena memiliki fitur

semantik melakukan perbuatan dan kecap. Dengan demikian Kêcapi dan

kécapi berhomografi.

12) Data 67 (DC)

sabên dan sabén

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Sabên dina senen wajib upacara ‘Setiap hari senin wajib upacara’.

(b) Bapak lunga menyang sabén ‘Bapak pergi menuju sawah’.

Page 56: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

80

80

Pada kata sabên vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan

kata bedak, sedangkan pada sabén vokal (e) pengucapannya sama dengan

kata becak, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga

maknanya menjadi berbeda. Pada kata sabên bermakna tiap memiliki fitur

semantik berkaitan dengan waktu sedangkan sabén bermakna sawah

memiliki fitur semantik tanah lapang. Dengan demikian sabên dan sabén

berhomografi.

13) Data 68 (Art)

têkêk dan têkèk

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Gulune Adi ditêkêk Amir ‘lehernya Adi dicekik Amir’.

(b) Sirahe Karim ketiban telek têkèk ‘Kepalanya Karim kejatuhan kotoran

tokek’.

Pada kata têkêk vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan

kata bedak, sedangkan pada têkèk vokal (e) pengucapannya sama dengan

kata bebek pada suku kata kedua, mempunyai tulisan persis sama, bunyi

berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda. Pada kata têkêk bermakna

cekik atau menjerat leher dengan tangan karena memiliki fitur semantik

perbuatan dan leher sedangkan têkèk bermakna nama seekor binatang

karena memiliki fitur semantik hewan. Dengan demikian têkêk dan têkèk

berhomografi.

Page 57: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

81

81

14) Data 69 (Art)

pêcêl dan pêcèl

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Aku sarapan sega pêcêl ‘Saya sarapan nasi pecel’.

(b) Kayune di pêcèl Jumari ‘Kayunya dibelah Jumari’

Pada kata pêcêl vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan

kata bedak, sedangkan pada pêcèl vokal (e) pengucapannya sama dengan

kata bebek pada suku kata kedua, mempunyai tulisan persis sama, bunyi

berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda. Pada kata pêcêl bermakna

nama jenis makanan karena memiliki fitur semantik makanan sedangkan

pêcèl bermakna membelah kayu dengan kampak karena memiliki fitur

semantik kegiatan yang berhubungan dengan kayu. Dengan demikian pêcêl

dan pêcèl berhomografi.

15) Data 70 (Art)

mbêlêr dan mbêlèr

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Karim kuwi bocahe pancen mbêlêr ‘Karim itu anaknya memang nakal’.

(b) Ati-ati le pringe kuwi mbêlèr ‘Hati-hati nak bambunya itu tajam’.

Page 58: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

82

82

Pada kata mbêlêr vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan

pengucapan kata bedak, sedangkan pada mbêlèr pada kosa kata kedua vokal

(e) pengucapannya sama dengan kata bebek, mempunyai tulisan persis sama,

bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda yaitu mbêlêr bermakna

nakal karena memiliki fitur semantik sifat aktif sedangkan mbêlèr bermakna

sesuatu yang tajam karena memiliki fitur semantik dapat melukai. Dengan

demikian mbêlêr dan mbêlèr berhomografi.

16) Data 71 (LD)

têla dan téla

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Ulone ndelik ning têla ‘Ularnya bersembunyi di lubang di tanah’.

(b) Aku karo Andri mbakar téla ning kebon ‘Saya dan Andri membakar

ketela di kebun’

Pada kata têla vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan

kata bedak, sedangkan pada téla vokal (e) pengucapannya sama dengan kata

becak, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya

menjadi berbeda yaitu têla bermakna lubang di tanah tempat hewan

bersembunyi karena memiliki fitur semantik lubang dan tanah sedangkan

téla bermakna ketela karena memiliki fitur semantik umbi-umbian. Dengan

demikian têla dan téla berhomografi.

Page 59: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

83

83

17) Data 72 (LD)

sêrêt dan sèrèt

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Telane marake sêrêt ‘Ketelanya membuat seret’.

(b) Mobil-mobilane disèrèt Fatih ‘Mobil-mobilane ditarik Fatih’.

Pada kata sêrêt vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan

kata bedak, sedangkan pada sèrèt pada kosa kata kedua vokal (e)

pengucapannya sama dengan kata bebek, mempunyai tulisan persis sama,

bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda yaitu sèrèt bermakna

serupa dengan menarik karena memiliki fitur semantik memaksa sedangkan

sêrêt bermakna rasa kesat pada tenggorokan karena memiliki fitur semantik

kering. Dengan demikian sêrêt dan sèrèt berhomografi.

18) Data 73 (LD)

kêri dan kèri

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Sikilku kêri amarga di ilikitik ‘Kakiku geli karena digeilitik’.

(b) Hapeku kèri ning meja ‘Hapeku ketinggalan di meja’.

Pada kata kêri vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan

kata bedak, sedangkan pada kèri vokal (e) pengucapannya sama dengan kata

bebek, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya

Page 60: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file1.Bentuk Homonimi dalam Bahasa Jawa A.Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari

84

84

menjadi berbeda yaitu kêri bermakna geli karena memiliki fitur semantik

rasa tidak nyaman sedangkan kèri ketinggalan memiliki fitur semantik

hilang. Dengan demikian kêri dan kèri berhomografi.

19) Data 74 (Art)

cêpêt dan cèpèt

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Yen kepengin cêpêt numpak motor wae ‘Jika ingin cepat naik motor

saja’.

(b) Ajeng ditumbaske Ibu cèpèt karo bando ‘Ajeng dibelikan Ibu cepet dan

bando’.

Pada kata cêpêt vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan

kata bedak, sedangkan pada cèpèt vokal (e) pengucapannya sama dengan

kata bebek pada suku kata kedua, mempunyai tulisan persis sama, bunyi

berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda yaitu cêpêt bermakna cepat

karena memiliki fitur semantik waktu dan tergesa-gesa sedangkan cèpèt

ketinggalan memiliki fitur semantik benda buatan manusia dan aksesoris

atau hiasan rambut. Dengan demikian cêpêt dan cèpèt berhomografi.