Upload
tranque
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK
A. Bank dan Perbankan
1. Pengertian Bank
Apabila menelusuri sejarah dan terminologi “bank” maka ditemukan
bahwa bank berasal dari bahasa Italia, “banca” yang berarti bence yaitu suatu
susunan bangku tempat duduk. Sebab, pada zaman pertengahan, pihak bankir
Italia yang memberikan pinjaman-pinjaman melakukan usahanya tersebut dengan
duduk di bangku-bangku halaman pasar. 55
Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan di dalam Undang-Undang
No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan. Pasal 1 angka (2) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.
Bangku inilah yang dipergunakan oleh
bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah
bangku secara resmi dan popular menjadi bank.
Istilah ini sangat berbeda dengan pengertian bank yang dinyatakan dalam
Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Perbankan yang menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
55 A. Abdurrachman, 1991, hal. 80 dalam Munir Fuady, Op. Cit., hal. 13.
Universitas Sumatera Utara
adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang. Perbedaan tersebut terletak pada kedudukan bank sebagai
lembaga keuangan diganti dengan badan usaha. Perubahan istilah lembaga
keuangan menjadi badan usaha, dimaksudkan agar badan usaha lebih professional
dalam mengelola usaha perputaran uang dari dan ke masyarakat.56
Dari pengertian yang dimaksud Pada Pasal 1 angka (2) Undang-Undang
No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan jelaslah bahwa bank berfungsi sebagai financial intermediary
dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta
memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran. Dua fungsi tersebut
tidak dapat dipisahkan, sebagai badan usaha bank akan selalu berusaha
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari usaha yang dijalankannya.
Sebaliknya sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai kewajiban pokok untuk
menjaga kestabilan nilai uang, mendorong kegiatan ekonomi, dan perluasan
kesempatan kerja.
57
Dari pengertian di atas terlihat usaha bank lebih terarah tidak semata-mata
memutar uang untuk mencari keuntungan perusahaan, tetapi undang-undang
mengehendaki agar taraf hidup rakyat banyak ditingkatkan. Hal ini merupakan
salah satu tanggung jawab bank dalam rangka mewujudkan cita-cita negara untuk
mencapai masyarakat adil dan makmur.
58
56 Gatot Supramono, 1995, Perbankan dan Masalah Kredit, Djambatan, Jakarta, hal. 2.
57 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 59. 58 Gatot Supramono, Loc. Cit.
Universitas Sumatera Utara
Selain pengertian otentik yang telah dirumuskan di dalam Undang-Undang
Perbankan, terdapat pengertian bank yang dikemukakan oleh para sarjana, antara
lain:
1. Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai
macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang,
pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan
benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan dan lain-lain.59
2. Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan jalan memperedarkan oleh pihak ketiga maupun dengan memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral.
60
3. Prof. G. M. Verryn Stuart, dalam bukunya Bank Politik berpendapat bahwa bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.
61
4. Bank sebagai suatu institusi yang mempunyai peran yang besar dalam dunia komersil yang mempunyai wewenang untuk menerima deposito, memberikan pinjaman dan menerbitkan promissory notes yang sering disebut dengan bank bills atau bank notes. Namun demikian, fungsi bank yang orisinil adalah hanya menerima deposito berupa uang logam, plate, emas dan lain-lain.
62
2. Pengertian Perbankan
Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia, Afrika, dan Amerika dibawa oleh Bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan ke negara jajahannya baik di Asia Afrika maupun benua Amerika.63
Jika ditelusuri sejarahnya, kegiatan perbankan dimulai dari jasa penukaran
uang. Namun jasa-jasa bank lainnya menyusul sesuai dengan perkembangan
59 A. Abdurrachman, Loc. Cit. 60 O. P. Simorangkir, 1979, hal. 18 dalam Sentosa Sembiring, Op. Cit., hal. 1. 61 Hermansyah, Op. Cit., hal. 8. 62 Black, Henry Campbell, 1968, hal. 184 dalam Munir Fuady, Op. Cit., hal. 14. 63 Kasmir, 1998, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Rajagrafindo Persada,
Jakarta, hal. 29.
Universitas Sumatera Utara
zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Akibat dari kebutuhan
masyarakat akan jasa keuangan semakin meningkat dan beragam, maka peranan
dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang
berada di negara maju maupun negara berkembang.
Kata perbankan dalam bahasa Inggris disebut banking. Dalam Black’s Law
Dictionary dirumuskan bahwa banking adalah
the business of banking, as defined by law and customs, consist in the issue of notes payable on demand intended to circulate as money, when the banks are banks issue, in receiving deposits payable on demamnd, in discounting commercial paper, selling bills of exchange, negotiating, loans, and dealing in negotiable securities issued by the government, state and national, and municipal and other corporation.64
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.
65 Berdasarkan pengertian tersebut bahwa sistem
perbankan adalah suatu sistem yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara, dan proses melaksanakan kegiatan
usahanya secara keseluruhan.66
3. Asas, Fungsi dan Tujuan Perbankan
Asas, fungsi dan tujuan Perbankan Indonesia sesungguhnya telah dimuat
di dalam Pasal 2, 3, dan 4 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
namun untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
a. Asas Perbankan
64 Hermansyah, Op. Cit., hal.18. 65 Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. 66 Hermansyah, Loc. Cit.
Universitas Sumatera Utara
Satjipto Rahardjo menyatakan, bahwa barangkali tidak berlebihan apabila
dikatakan asas hukum merupakan “jantungnya” peraturan hukum.67 Karena asas
hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan
hukum. Hal ini berarti, bahwa peraturan hukum pada akhirnya bisa dikembalikan
kepada asas-asas hukum tersebut. Asas hukum merupakan suatu sarana yang
membuat hukum itu hidup, tumbuh, dan berkembang dan menunjukkan bahwa
hukum itu bukan sekedar kumpulan peraturan belaka. Hal ini disebabkan asas
hukum itu mengandung nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan etis, yang merupakan
jembatan antara peraturan-peraturan hukum dan cita-cita sosial dan pandangan
etis masyarakatnya. Dengan demikian, asas hukum merupakan dasar atau ratio
legis bagi dibentuknya suatu norma hukum, demikian pula sebaliknya.68
Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.
69 Ini berarti, fungsi dan
usaha perbankan diarahkan untuk melaksanakan prinsip-prinsip yang terkandung
dalam demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Tahun 1945.70 Dalam demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 tersebut harus dihindarkan hal-hal sebagai
berikut:71
1. Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah
67 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 13. 68 Ibid. 69 Pasal 2 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. 70 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 14. Bandingkan dengan Zainal Asikin, 2000, Pokok
Hukum Perbankan di Indonesia, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 5-7. Bandingkan dengan Hermansyah, Op. Cit., hal. 18-19. Bandingkan dengan Gatot Supramono, Op. Cit., hal. 2-3.
71 Ibid., hal. 15.
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan dan mempertahankan kelemahan struktur ekonomi nasional dan posisi Indonesia dalam perekonomian dunia.
2. Sistem etatisme, dalam arti bahwa bahwa negara beserta aparatur negara bersifat dominan, mendesak, dan mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor negara.
3. Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada suatu kelompok dalam berbagai bentuk monopoli dan bertentangan dengan cita-cita keadilan sosial.
Pada Penjelasan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian padahal
kejelasan mengenai prinsip kehati-hatian sangat penting untuk mengetahui
sejauhmana batas kehati-hatian perbankan yang tegas. Namun dalam bukunya
yang berjudul, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Rachmadi Usman
menjelaskan prinsip kehati-hatian ini bertujuan agar bank menjalankan usahanya
dengan benar dengan mematuhi ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum
yang berlaku dalam dunia perbankan, agar bank yang bersangkutan selalu dalam
keadaan sehat sehingga masyarakat semakin mempercayainya, yang pada
gilirannya akan mewujudkan sistem perbankan yang sehat dan efisien, dalam arti
sempit dapat memelihara kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang
secara wajar dan bermanfaat bagi perkembangan ekonomi nasional.72
b. Fungsi dan Tujuan Perbankan
Pada Pasal 3 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
dinyatakan bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun
dan penyalur dana masyarakat. Sedangkan mengenai tujuan perbankan Indonesia
tercantum dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
72 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
yang menyatakan bahwa perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan
ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat.
Dari kedua Pasal tersebut dapat dijabarkan lebih luas mengenai fungsi dan
tujuan perbankan nasional dalam kehidupan ekonomi nasional Bangsa Indonesia
yaitu:73
1. Bank berfungsi sebagai financial intermediary dengan kegiatan usaha
pokok menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan
dana masyarakat dari unit surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang
dari penabung kepada peminjam. Hal ini berarti kehadiran bank sebagai
badan usaha tidak semata-mata bertujuan bisnis, namun ada misi lain yakni
peningkatan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
74
2. Penghimpun dan penyaluran dana masyarakat tersebut bertujuan
menunjang sebagian tugas penyelenggara negara yaitu:
a. Menunjang pembangunan nasional, termasuk pembangunan daerah;
bukan melaksanakan misi pembangunan suatu golongan apalagi
perseorangan, jadi pembangunan di Indonesia diarahkan menjadi agen
pembangunan (agent of development).
b. Dalam rangka mewujudkan trilogi pembangunan nasional.
c. Dalam menjalankan fungsi tersebut, perbankan Indonesia harus
mampu melindungi secara baik apa yang dititipkan masyarakat
73 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 61. 74 Sentosa Sembiring, Op. Cit., hal. 8.
Universitas Sumatera Utara
kepadanya (Penjelasan umum angka (3)) dengan menerapkan prinsip
kehati-hatian, dengan cara:
1) Efisien, sehat, wajar dalam persaingan yang sehat yang
semakin mengglobal atau mendunia.
2) Menyalurkan dana masyarakat tersebut ke bidang-bidang yang
produktif, bukan konsumtif;
d. Peningkatan perlindungan dana masyarakat yang dipercayakan pada
bank selain melalui penerapan prinsip kehati-hatian, juga pemenuhan
ketentuan persyaratan kesehatan bank, serta sekaligus berfungsi untuk
mencegah terjadinya praktek-praktek yang merugikan kepentingan
masyarakat luas.
Dengan demikian, fungsi perbankan tidak hanya sekedar sebagai wadah penghimpun dan penyalur dana masyarakat atau perantara penabung dari investor, tetapi fungsinya akan diarahkan kepada peningkatan taraf hidup rakyat banyak, agar masyarakat menjadi lebih baik dan sejahtera daripada sebelumnya. Oleh karena itu, dalam menjalankan fungsinya, Perbankan Indonesia seyogianya selalu mengacu pada tujuan Perbankan Indonesia tersebut.75
Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis dan tidak
semata-mata berorientasi ekonomis, tetapi juga berorientasi kepada hal-hal yang
non ekonmis seperti masalah yangmenyangkut stabilitas nasional yang menakup
antara lain stabilitas politik dan stabilitas nasional.
76
Dalam perkembangan selanjutnya bahwa fungsi bank telah berkembang
menjadi empat yaitu:
77
1. Penghimpun dana dan penyalur dana
75 Ibid., hal. 62. 76 Hermansyah, Op. Cit., hal. 20. 77 Insukindro, 1995, Ekonomi, Uang & Bank, BPFE, Yogyakarta, hal. 26.
Universitas Sumatera Utara
2. Memberi informasi dan pengetahuan
3. Pemberi jaminan
4. Pencipta dan pemberi likuiditas
Fungsi bank dalam hal memberi informasi dan penyalur dana maksudnya
adalah kemampuan bank untuk melaksanakan tugas sebagai ahli analisis kredit
dan ekonomi untuk kepentingan nasabah. Hal ini sangat diperlukan untuk
kepentingan nasabah tatkala saat nasabah ingin memperluas usaha yang
memerlukan kredit dari bank. Sedangkan fungsi pemberi jaminan mensyaratkan
agar bank secara moral dan yuridis dapat menjamin keamanan dana yang
dipercayakan kepada bank. Adapun fungsi likuiditas mengandung arti bahwa bank
mengembalikan dana nasabahnya pada saat diperlukan atau tatkala jatuh tempo.
Dengan demikian nasabah tidak ragu-ragu menyimpan dananya di bank yang
bersangkutan. 78
4. Jenis-Jenis dan Usaha Bank
a. Jenis Bank
Melihat praktek operasional perbankan yang ada, dapat dibedakan jenis-
jenis bank. Jenis bank secara teoritis ditentukan dari:79
1) Segi fungsinya
2) Segi kepemilikannya
3) Segi penciptaan uang giral
78 Ibid. 79 Muhammad DJumhana, 2000, Hukum Perbankan di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, hal. 83.
Universitas Sumatera Utara
Dari segi fungsinya serta tujuan usahanya, dikenal ada empat jenis bentuk
bank, yaitu:80
a. Bank sentral (Central Bank), adalah bank yang dapat bertindak sebagai bankers, bank pimpinan, pengusaha moneter, mendorong dan mengarahkan semua jenis bank yang ada.
b. Bank umum (Commercial Bank) yaitu bank baik milik negara, swasta, maupun koperasi, yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro, deposito, serta tabungan dan dalam usahanya terutama dalam memberikan kredit jangka pendek. Dikatakan sebagai bank umum karena bank tersebut mendapatkan keuntungannya dari selisih bunga yang diterima dari peminjam dengan yang dibayarkan oleh bank kepada depositor (disebut spread).
c. Bank tabungan (Saving Bank) yaitu bank milik negara, swasta maupun koperasi,, yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan sedangkan usahanya terutama membungakan dananya dalam kertas berharga.
d. Bank Pembangunan (Development Bank), yaitu bank baik milik negara, swasta, maupun koperasi, baik pusat ataupun daerah, yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam deposito, dan atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah, dan panjang, sedangkan usahanya terutama memberikan kredit jangka panjang dan menengah di bidang pembangunan.
Dari segi kepemilikannya dikenal ada empat jenis bank, yaitu:81
a. Bank milik negara
b. Bank milik pemerintah daerah
c. Bank milik swasta baik dalam negeri maupun asing
d. Bank koperasi
Sedangkan dari segi penciptaan uang giral ada dua jenis bank, yaitu:82
a. Bank primer, yaitu bank yang dapat menciptakan uang melalui simpanan masyarakat yang ada padanya yaitu simpanan likuid dalam bentuk giro. Yang dapat bertindak sebagai bank primer ini adalah bank umum.
80 Ibid., hal. 84. 81 Ibid. 82 Ibid., hal. 85.
Universitas Sumatera Utara
b. Bank sekunder, yaitu bank-bank yang tidak menciptakan uang melalui simpanan masyarakat yang ada padanya, bank ini hanya bertugas sebagai perantara dalam menyalurkan kredit. Umumnya bank yang bergerak pada bank sekunder, adalah bank tabungan, bank pembangunan, bank hipotik, yang sekarang ada di Indonesia adalah berupa Bank Perkreditan Rakyat, yang kesemua bank tersebut tidak menciptakan uang giral.
Sedangkan, Johannes Ibrahim dalam bukunya, Bank Sebagai Lembaga
Intermediasi dalam Hukum Positif, menyatakan bahwa jenis-jenis bank dapat
ditinjau dari beberapa sudut pandang, antara lain:83
1) Jenis bank menurut bentuk badan usaha
2) Jenis bank menurut kepemilikan
3) Jenis bank menurut status
4) Jenis bank menurut cara menentukan harga
5) Jenis bank menurut target pasar
Ad.1 Jenis Bank Menurut Bentuk Badan Usaha84
Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dan/atau
menyalurkan dana dari masyarakat harus memperoleh izin usaha terlebih dahulu
sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan rakyat dari Bank Indonesia.
Untuk memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan
Rakyat, suatu lembaga keuangan wajib memenuhi persyaratan mengenai:
a. Susunan organisasi dan permodalan
b. Permodalan
c. Kepemilikan
d. Keahlian di bidang perbankan
83 Johannes Ibrahim, 2004, Bank Sebagai Lembaga Intermediasi Dalam Hukum Positif, CV Utomo, Bandung, hal. 38.
84 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
e. Kelayakan rencana kerja
Ad.2 Jenis Bank Menurut Kepemilikan85
Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah personil atau lembaga
yang memiliki bank. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akta pendirian dan
penguasaan yang dimiliki bank yang bersangkutan.
a. Bank Milik Pemerintah
Dalam akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah,
sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki pula oleh pemerintah. Contoh bank
milik pemerintah, antara lain: Bank Negara Indonesia 46, Bank Mandiri, Bank
Rakyat Indonesia. Sedangkan bank milik pemerintah daerah (pemda) terdapat di
daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi, contoh: BPD DKI Jakarta,
BPD Jawa Barat, BPD Jawa Tengah, BPD Jawa Timur dan sebagainya.
b. Bank Milik Swasta Nasional
Kategori bank jenis ini, seluruh atau sebagian sahamnya dimiliki oleh
swasta nasional serta akta pendiriannya didirikan oleh swasta pula. Contoh bank
milik swasta nasional, antara lain: Bank Central Asia, Bank Danamon, Bank
Lippo, Bank Niaga, bank Bali dan sebagainya.
c. Bank Milik Koperasi
Kepemilikan saham-saham bank untuk kategori ini dimiliki oleh
perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Sebagai contoh: Bank Umum
Koperasi Indonesia.
85 Ibid., hal. 39.
Universitas Sumatera Utara
d. Bank Milik Asing
Kategori bank jenis ini, merupakan cabang dari bank yang ada di luar
negeri, bank milik swasta asing atau pemerintah asing. Dengan demikian, jelas
bahwa kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing. Contoh bank asing,
antara lain: ABN AMRO bank, Deutsche Bank, American Express Bank, Bank of
America, dan sebagainya.
e. Bank Milik Campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak
swasta nasional. Kepemilikan sahamnya tergantung dari posisi tawar dari para
pihak yang mendirikan bank tersebut, bisa pihak asing atau swasta nasional.
Contoh bank milik campuran, antara lain: Sumitomo Niaga Bank, Bank
Merincorp., Sanwa Indonesia Bank, Mistsubishi Buana Bank.
Ad.3 Jenis Bank menurut Status 86
Kedudukan atau status menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam
melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas
pelayanannya. Oleh karena itu untuk memperoleh status tersebut diperlukan
penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu. Status bank yang dimaksud adalah:
a. Bank Devisa
Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar
negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.
86 Ibid., hal. 40.
Universitas Sumatera Utara
Misalnya, transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, pembukaan dan
pembayaran letter of credit atau L/C dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk
menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
b. Bank Non Devisa
Bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa
merupakan kebalikan daripada bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan
masih dalam batas-batas negara.
Ad.4 Jenis Bank Menurut Cara Menentukan Harga 87
Kategori jenis bank ini dilihat dari segi atau caranya menentukan harga,
terbagi atas dua kelompok, yaitu:
a. Bank berdasarkan prinsip konvensional
Sebagian besar bank di Indonesia merupakan jenis bank yang konvensional. Metode yang digunakan adalah menetapkan bunga tertentu untuk simpanan maupun kredit. Penentuan ini dikenal dengan spread based. Apabila suku bunga simpanan lebih tinggi dari pinjaman, dikenal dengan istilah negative spread. Selain itu untuk jasa-jasa tertentu, menetapkan biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem biaya ini dikenal dengan istilah fee based. b. Bank berdasarkan prinsip syariah
Bank sejenis ini belum lama beroperasi di Indonesia sedangkan untuk negara-negara di Timur Tengah telah dikenal secara lama. Bank dengan prinsip syariah ini aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Dalam penentuan harga bagi bank dengan prinsip syariah dikenal dengan pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil, prinsip penyertaan modal, jual beli barang dengan memperoleh keuntungan, pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan dan pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain.
Ad.5 Jenis Bank Menurut Target Pasar 88
87 Ibid., hal. 41.
Universitas Sumatera Utara
Sebagian bank memfokuskan pelayanan dan transaksinya pada jenis-jenis
nasabah tertentu. Dengan spesialisasi ini diharapkan bank dapat lebih menguasai
karakteristik dari nasabahnya sehingga kegiatan usahanya dapat dilaksanakan
dengan lebih efisien dan menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi.
Bank berdasarkan target pasar dapat digolongkan menjadi:
a. Retail bank
Bank yang menfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-nasabah
retail. Yang dimaksud dengan retail adalah nasabah-nasabah individual,
perusahaan dan lembaga lain yang berskala kecil.
b. Corporate bank
Bank yang menfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-nasabah
yang berskala besar. Umumnya nasabah besar berbentuk korporasi, maka disebut
corporate bank. Walaupun namanya corporate bukan berarti hanya perusahaan
tetapi juga perorangan. Pelayanan dan jasa-jasa juga diberikan secara terkait
dengan direksi, karyawan secara individual.
c. Retail-corporate bank
Selain yang disebutkan di atas, terdapat pula bank yang tidak menfokuskan
pada skala tertentu saja, tetapi memberikan pelayanan baik kepada nasabah retail
dan juga corporate. Bank jenis ini tidak menspesifikasikan pada skala tertentu
88 Ibid., hal. 42.
Universitas Sumatera Utara
tetapi melihat peluang bank diantara kedua skala tersebut dapat dimasuki oleh
bank jenis ini.
Sedangkan Sentosa Sembiring dalam bukunya, Hukum Perbankan
menyatakan bahwa jenis-jenis bank dapat dilihat:89
1. Dilihat dari bidang usahanya
2. Dilihat dari kepemilikannya
3. Dilihat dari segi operasionalnya
Ad.1 Dilihat dari Bidang Usahanya
Dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, bank menurut jenisnya dibagi dua yakni:90
a. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegitan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prnisip syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jadi letak perbedaan Bank
Perkreditan Rakyat dengan Bank Umum bahwa Bank Perkreditan Rakyat tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Ad.2 Dilihat dari Kepemilikannya
89 Sentosa Sembiring, Op. Cit., hal. 3. 90 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Dilihat dari kepemilikannya bank dapat dibagi dalam dua golongan
yakni:91
a. Bank Milik Pemerintah (Negara) artinya modal bank yang bersangkutan
berasal dari pemerintah.
b. Bank Milik Swasta:
1) Swasta Nasional, artinya modal bank ini dimiliki oleh orang atau pun
badan hukum Indonesia.
2) Swasta Asing, artinya modal bank tersebut dimiliki oleh Warga Negara
Asing dan Badan hukum Asing. Dalam hal ini ada kemungkinan bank ini
merupakan kantor cabang dari negara asal bank yang bersangkutan.
3) Di samping kedua jenis bank ini, dalam dunia perbankan pun dikenal pula
apa yang disebut dengan Bank Campuran. Bank Campuran adalah bank
umum yang didirikan bersama oleh satu atau lebih bank umum yang
berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh Warga Negara Indonesia
dan/atau Badan Hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh Warga
Negara Indonesia, dengan satu atau lebih bank berkedudukan di luar
negeri.
Ad.3 Dilihat dari Segi Operasionalnya
Dilihat dari ruang lingkup operasional bidang usahanya, maka bank dapat
dibagi dalam dua golongan, yakni:92
a. Bank Devisa
91 Ibid., hal. 6. 92 Ibid., hal. 7.
Universitas Sumatera Utara
Bank Devisa adalah bank yang memperoleh surat penunjukkan dari Bank
Indonesia untuk melakukan usaha perbankan dalam valuta asing.
b. Bank Non Devisa
Bank non devisa artinya bank yang tidak dapat melakukan usaha di bidang
transaksi valuta asing.
Jenis-jenis bank ditetapkan dengan maksud agar bank-bank tersebut dapat
melaksanakan fungsinya secara spesifik dan terkonsentrasi pada bidang-bidang
tertentu.93
Maka dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 jenis
bank dibagi menjadi dua jenis yaitu:
Akan tetapi dalam pelaksanaanya prinsip itu tidak terlaksana, artinya
masing-masing melaksanakan secara umum (terkesan serabutan) sehingga
pembagian jenis bank sesuai dengan aktivitas kegiatannya tersebut dipandang
tidak relevan dengan aktivitas kegiatannya yang akan datang.
94
1. Bank Umum yaitu bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran;
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang menerima simpanan hanya
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
Pembagian ini hanya mendasarkan pada segi fungsi bank, juga untuk memperjelas
ruang lingkup, dan batas kegiatan yang dapat diselenggarakannya.95
93 Zainal Asikin, Op. Cit., 10.
94 Ibid., hal. 11. 95 Muhammad DJumhana, Op. Cit., hal. 75.
Universitas Sumatera Utara
Dari pembagian di atas jelas bahwa Bank Sentral tidak termasuk ke dalam
jenis bank karena fungsi, tugas dan peranan bank sentral adalah sebagai otoritas
moneter yang bertugas menjaga kestabilan moneter, serta melakukan pengawasan
dan pembinaan bank. Oleh sebab itu bank sentral bukan merupakan jenis bank
yang diatur dalam undang-undang perbankan ini. Tetapi justru merupakan
lembaga negara yang ikut bertanggung jawab atas dilaksanakannya undang-
undang ini.96
b. Usaha Bank
Ketentuan perbankan Indonesia menentukan usaha bank, harus sesuai
dengan jenis banknya, yaitu bahwa jenis bank menentukan kegiatan usaha yang
dapat dilakukannya maka kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Umum
akan banyak berbeda dengan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Perkreditan
Rakyat.97
1. Penghimpunan dana dari masyarakat
Jasa perbankan yang dapat dilakukan oleh Bank Umum seperti yang
diatur dalam Uundang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dalam Pasal 6 dan 7 adalah
sebagai berikut:
Penghimpunan dana dari masyarakat merupakan pelayanan jasa perbankan
yang utama dari semua kegiatan lembaga keuangan bank, baik Bank Umum
manupun Bank Perkreditan Rakyat. Jasa berupa penghimpunan dana dari
masyarakat dapat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka,
sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya. Idealnya, dana dari
96 Zainal Asikin, Op. Cit., hal. 11. 97 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
masyarakat ini merupakan suatu tulang punggung (basic) dari dana yang
dikelola oleh bank untuk memperoleh keuntungan.98
2. Pemberian kredit
Menurut ketentuan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dalam Pasal 1
angka (11), yang dimaksud dengan
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meninjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
3. Menerbitkan surat pengakuan utang
Bank dapat memberikan surat pengakuan utang baik yang berjangka pendek
maupun yang berjangka panjang. Surat pengakuan utang yang berjangka
pendek adalah sebagaimana dimaksud Pasal 100 sampai dengan Pasal 299
KUH Dagang, yang dalam pasar uang dikenal sebagai Surat Berharga Pasar
Uang (SPBU), yaitu promes dan wessel maupun jenis lain. Sedangkan
pengakuan utang yang berjangka panjang dapat berupa obligasi atau sekuritas
kredit.
4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
a. surat-surat wessel termasuk wessel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;
b. surat pengakuan utang dan kertas dagang yang masa berlakunya tidak lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud.
c. kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah;
98 Ibid., hal. 291.
Universitas Sumatera Utara
d. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ; e. obligasi; f. surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun; g. instrumen surat berharga lainnya yang berjangka waktu sampai dengan 1
(satu) tahun.
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah
Pemindahan uang atau pengiriman uang (transfer atau remittance) maksudnya
bank melakukan pengiriman sejumlah uang baik dalam rupiah maupun dalam
valuta asing yang ditujukan kepada pihak tertentu di tempat yang berbeda.
Pengiriman uang tidak terbatas dalam satu negara, pengiriman juga bisa
dilakukan ke luar negeri. Pengiriman uang ke luar negeri (outward transfer),
dalam hal ini bank menerima perintah dari nasabah dalam negeri untuk
mengirimkan uang ke luar negeri. Sedangkan kiriman uang masuk (inward
transfer) adalah bank menerima perintah dari pihak luar negeri untuk
membayarkan sejumlah uang kepada pihak dalam negeri.99
6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari atau meminjamkan dana kepada
bank lain baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun
dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya
Peminjaman model ini merupakan sarana yang paling gampang dilakukan oleh
bank yang memerlukan tambahan dana baik dalam keadaan darurat maupun
dalam keadaan biasa dalam arti sekedar memerlukan tambahan dana untuk
dapat diputar kembali.100
99 Muhammad Djumhana, Op. Cit., hal. 313.
100 Ibid., hal. 315.
Universitas Sumatera Utara
7. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan
dengan atau antar pihak ketiga
Kegiatan menerima pembayaran atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau pihak ketiga mencakup antara lain inkaso
(collection), dan kliring. Inkaso adalah pemberian kuasa kepada bank oleh
perusahaan atau perseorangan untuk menagih, atau memintakan persetujuan
pembayaran (akseptasi), atau menyerahkan begitu saja kepada pihak yang
bersangkutan (tertarik) di tempat lain (dalam atau luar negeri) atau surat-surat
berharga dalam rupiah, atau valuta asing seperti, wesel, cek, kuitansi, surat
aksep (promissory notesi), dan lain-lain. Sedangkan kliring berarti
membersihkan hutang piutang antarbank yang terjadi pada hari itu.
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
Bank dalam usahanya menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan
surat berharga dalam bentuk safe deposit box. Bank menyewakan box dengan
ukuran dan jangka waktu tertentu kepada nasabah untuk digunakan sebagai
sarana penyimpan barang-barang miliknya, tanpa diketahui mutasi dan isinya
oleh bank. Pendapatan bank atas kegiatan usaha penyediaan dan penyewaan
safe deposit box, yaitu berupa imbalan (fee) atas jasa yang disediakannya.
9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu
kontrak
Berdasarkan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, Pasal 1
angka (13) yang dimaksudkan dengan Usaha penitipan (trust) adalah
Universitas Sumatera Utara
penyimpanan harta berdasarkan kontrak antara Bank Umum dengan penitip
yang di dalamnya ditentukan bahwa Bank Umum yang bersangkutan
melakukan penyimpanan harta tanpa mempunyai hak kepemilikan atas harta
tersebut. Bentuk usaha penitipan (trust) adalah pengelolaan harta kekayaan
nasabah yang didasarkan kepada hubungan fiduciary dalam arti aset nasabah
tidak muncul sebagai bagian dari aset bank.101
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam
bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek
Bank dalam menjalankan penempatan dana dalam bentuk surat berharga ini
hanya berperan sebagai penghubung antara nasabah yang membutuhkan dana
dengan nasabah yang memiliki dana. Dengan demikian bank bertindak sebagai
makelar seperti yang dimaksudkan dalam KUH Dagang yang melakukan
usaha di bidang pembelian, atau penjualan surat berharga untuk kepentingan
orang lain dengan memperoleh imbalan. Penempatan dana ini pun hanya pada
surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek, seperti Sertifikat Bank
Indonesia (SBI).
11. Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal
debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan
yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya
Kewajiban bank dalam ketentuan ini dimaksudkan untuk melakukan pencairan
secepatnya atas agunan yang dibeli dengan lelang agar dana hasil pencairan
dan penjualan agunan tersebut dapat segera dimanfaatkan oleh bank. Dalam
101 Muhammad Djumhana, Op. Cit., hal. 320.
Universitas Sumatera Utara
hal terdapat sisa dari hasil pelelangan setelah diperhitungkan dengan
kewajiban nasabah kepada bank dimanfaatkan oleh nasabah.
12.Usaha anjak piutang, kartu kredit, dan kegiatan wali amanat
Bank sebagai badan usaha dapat melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk
pembiayaan dan bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dan transaksi
perdagangan dalam atau luar negeri. Selain itu, bank juga dapat melakukan
usaha kartu kredit dan usaha menjalankan usaha jasa berupa wali amanat
berupa mewaliki kepentingan pemegang efek baik itu perusahaan ataupun
perorangan untuk mengadministrasikan, mendaftarkan, dan mengalihkan
surat-surat berharga yang dimilikinya.
13. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah
Bank umum dalam prinsip syariah adalah bank yang kegiatan usahanya
didasarkan kepada prinsip syariah, yaitu bank yang kegiatannya didasarkan
pada aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain
untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan
penyertaan modal (musharakah), pembiayaan barang modal berdasarkan
prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan
Universitas Sumatera Utara
pemindahan kepemilikan atau barang yang disewakan dari pihak bank oleh
pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).102
14. Melakukan kegiatan dalam valuta asing
Melakukan kegiatan dalam valuta asing (valas) maksudnya adalah melakukan
kegiatan usaha bank dalam bentuk valuta asing. Bank Umum yang
menjalankan kegiatan transaksi valuta asing, dapat meliputi kegiatan usaha
penghimpunan dana valuta asing, transaksi valuta asing di pasar uang,
pembiayaan transaksi ekspor impor dan transaksi derivatisi valuta asing.
15. Melakukan Kegiatan Penyertaan Modal
Penyertaan modal pada bank dapat dilakukan antara perusahaan lain di bidang
keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi,
serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, juga penyertaan modal
sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit, dengan syarat menarik
kembali penyertaannya. Selain penyertaan seperti itu, berdasarkan Pasal 10
huruf (a) maka untuk penyertaan modal lainnya merupakan kegiatan yang
terlarang yang dilakukan oleh Bank Umum.
16. Pengurusan dan pendirian dana pensiun
Bank menerima amanat untuk mengelola program pensiun yang dilaksanakan
oleh suatu perusahaan untuk kepentingan pegawainya. Dalam hal ini bank
dapat menerima kepercayaan untuk mengelola administrasi kepesertaan
102 Pasal 1 angka (13) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
Universitas Sumatera Utara
program pensiun, pengelolaan dana, penerimaan pensiun, dan atau
pembayaran uang pensiun bagi yang berhak.
17. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh Bank
a. Bank Garansi
Bank garansi adalah jaminan yang diberikan oleh bank, maksudnya bank
menyatakan suatu pengakuan tertulis yang isinya menyetujui mengikat diri
kepada penerima jaminan dalam jangka waktu tertentu, dan syarat-syarat
tertentu apabila di kemudian hari ternyata si terjamin tidak memenuhi
kewajibannya kepada piihak penerima jaminan.
b. Bank persepsi
Bank persepsi bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima
setoran penerimaan bukan dalam rangka impor, yang meliputi penerimaan
pajak, cukai dalam negeri, dan penerimaan negara bukan pajak.
Selain usaha yang dizinkan, terdapat usaha yang dilarang bagi bank umum
seperti yang diatur dalam Pasal 10 Undang-Undang Perbankan yaitu:
a. Melakukan penyertaan modal kecuali sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 7 huruf b dan huruf c;
b. Melakukan usaha perasuransian Usaha Perasuransian yang dimaksud adalah bank dilarang menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti, atau terhadap hidup, atau meninggalnya seseorang.
c. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7.
Berbeda halnya dengan Bank Umum yang bisa melakukan berbagai
kegiatan usaha sebagaimana yang dikemukakan diatas, maka Bank Perkreditan
Universitas Sumatera Utara
Rakyat kegiatan usaha yang dapat dilakukannya terbatas. Usaha bank Perkreditan
rakyat hanya meliputi:103
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
2. Memberikan kredit; 3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip bagi
hasil; 4. Penempatan dana dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan pada bank lain.
Sedangkan usaha-usaha yang dilarang bagi Bank Perkreditan Rakyat
meliputi:
1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran; 2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali melakukan
transaksi/jual beli uang kertas asing (money charger); 3. Melakukan penyertaan modal; 4. Melakukan usaha perasuransian; 5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud di atas.
Dari apa yang telah diuraikan dapat diketahui bahwa usaha bank Umum
lebih luas daripada Bank Perkreditan rakyat. Namun demikian tidak dapat
disimpulkan bahwa Bank Perkreditan Rakyat merupakan bank khusus di bidang
perkreditan, karena bank Umum juga mempunyai usaha perkreditan, Dalam
undang-undang tidak ada sifat-sifat khusus yang dimiliki Bank Perkreditan
Rakyat, yang tampak hanya yang lebih sempit dibanding Bank Umum.104
5. Pengaturan tentang Bank
a. Perizinan Pendirian Bank
103 Hermansyah, Op. Cit., hal. 24. Bandingkan dengan Zainal Asikin, Op. Cit., hal. 19-20.
Bandingkan dengan Gatot Supramono, Op. Cit., hal. 10-11. 104 Gatot Supramono, Op. Cit., hal. 11.
Universitas Sumatera Utara
Bank sebagai suatu badan usaha yang mempunyai kegiatan usaha
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada
masyarakat dalam berbagai bentuknya sesudah tentu membutuhkan persyaratan
dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Ini sangat penting untuk melindungi
kepentingan masyarakat, terutama terhadap nasabah penyimpan dan
simpanannya.105
Perizinan pendirian bank diatur di dalam Undang-Undang No. 10 Tahun
1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, Pasal 16 sampai dengan pasal 20. Pada Pasal 16 ayat (1), dinyatakan
bahwa
Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dari Pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dimaksud dengan undang-undang tersendiri. Kewajiban untuk memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank
Perkreditan Rakyat adalah karena kegiatan menghimpun dana dari masyarakat,
oleh siapa pun pada dasarnya merupakan kegiatan yang perlu diawasi mengingat
dalam kegiatan tersebut terkait kepentingan masyarakat yang menyimpan dananya
di bank tersebut.106
105 Hermansyah, Op. Cit., hal. 24.
Namun, di masyarakat terdapat pula jenis lembaga lainnya
yang juga melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan atau semacam simpanan, misalnya yang dilakukan oleh kantor pos, oleh
dana pensiun, atau oleh perusahaan asuransi. Kegiatan-kegiatan itu tidak dicakup
106 Rachmadi Usman, Op. Cit., 69.
Universitas Sumatera Utara
sebagai kegiatan usaha perbankan. Kegiatan-kegiatan yang demikian diatur
dengan undang-undang tersendiri.
Pada Pasal 16 ayat (2), dinyatakan bahwa Untuk memperoleh izin usaha Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dipenuhi persyaratan sekurang-kurangnya tentang: a. susunan organisasi dan kepengurusan b. permodalan c. kepemilikan d. keahlian di bidang perbankan e. kelayakan rencana kerja Dalam hal memberikan izin usaha sebagai Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat, Bank Indonesia selain memerhatikan pemenuhan persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam ayat ini, juga wajib memerhatikan tingkat
persaingan yang sehat antarbank, tingkat kejenuhan jumlah bank dalam suatu
wilayah tertentu dan pemerataan pembanguan ekonomi nasional.
Khusus bagi Bank Perkreditan Rakyat, untuk mendapatkan izin usaha, di
samping syarat-syarat sebagaimana dimaksud di atas, wajib pula memenuhi
persyaratan tentang tempat kedudukan kantor pusat Bank Perkreditan Rakyat di
kecamatan, yakni kecamatan di luar kota, kabupaten/kotamadya, ibukota provinsi,
atau ibukota negara. Persyaratan ini dimaksud agar Bank Perkreditan Rakyat tetap
dapat berfungsi sebagai penunjang pembangunan dan modernisasi di daerah
pedesaan.107
107 Ibid., hal. 70.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, terdapat pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia berhubungan dengan perizinan usaha Bank Umum atau Bank
Perkreditan Rakyat, antara lain:108
a. Persyaratan untuk menjadi pengurus bank antara lain menyangkut keahlian di bidang perbankan dan konduite yang baik.
b. Larangan adanya hubungan keluarga di antara pengurus bank. c. Modal disetor minimum untuk pendirian Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat. d. Batas maksimum kepemilikan dan kepengurusan. e. Kelayakan rencana kerja. f. Batas waktu pemberian izin pendirian bank.
b. Bentuk-Bentuk Hukum Bank
Bentuk hukum badan usaha harus jelas, sehingga diperoleh ketegasan
tentang kekayaan yang terpisah, pengesahan pendiriannya, dan pengurus yang
berwenang mewakili bank.109
1. Bentuk hukum suatu Bank Umum dapat berupa salah satu dari:
Undang-Undang Perbankan membedakan secara
tegas bentuk hukum untuk Bank Umum, bentuk hukum untuk Bank Perkreditan
Rakyat, dan bentuk hukum dari kantor cabang bank yang berkedudukan di luar
negeri. Berdasarkan Pasal 21 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dinyatakan
bahwa:
a. Perseroan terbatas; b. Koperasi; c. Perusahaan Daerah; 2. Bentuk hukum suatu Bank Perkreditan Rakyat dapat berupa salah satu dari: a. Perusahaan Daerah; b. Koperasi; c. Perseroan Terbatas; d. Bentuk lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah;
108 Hermansyah, Op. Cit., hal. 26. 109 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal 74.
Universitas Sumatera Utara
3. Bentuk hukum dari kantor perwakilan dan kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri mengikuti bentuk hukum kantor pusatnya.
Berdasarkan ketentuan ini, bentuk hukum untuk Bank Perkreditan rakyat
lebih banyak daripada bentuk hukum untuk Bank Umum. Perbedaan yang
substansial adalah adanya peluang untuk mendirikan Bank Perkreditan rakyat
dalam bentuk lain sebagaimana dimaksud Pasal 21 ayat (2). Dalam penjelasan
Pasal 21 ayat (2) huruf (d) dikatakan bahwa ketentuan ini dimaksudkan untuk
memberikan wadah bagi penyelenggaran lembaga perbankan yang lebih kecil dari
Bank Perkreditan Rakyat, seperti bank desa, lumbung desa, badan kredit desa, dan
lembaga-lembaga lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 58.
Pasal 58 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
menentukan bahwa,
Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga Kreditan Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BPKD), dan/atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan Undang-undang ini dengan memenuhi persyaratan tata cara yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Perusahaan Daerah dapat mendirikan Bank Umum dan Bank Perkreditan
rakyat. Perusahaan daerah merupakan suatu badan usaha yang dibentuk oleh
daerah otonom untuk mengembangkan perekonomian daerah otonom dan untuk
menambah penghasilan daerah.110
Kegiatan usaha bank, dapat juga dijalankan oleh badan usaha berbentuk
koperasi, baik usaha Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat. Pendirian
Pendiriannya dilakukan dengan peraturan
daerah atas kuasa Undang-Undang No. 13 Tahun 1962.
110 Ibid., hal. 75.
Universitas Sumatera Utara
bank yang berbentuk koperasi tersebut, selain harus memenuhi ketentuan-
ketentuan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, juga harus memerhatikan
ketentuan-ketentuan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Koperasi merupakan badan usaha yang berstatus badan hukum koperasi. Jadi bank
yang berbentuk hukum koperasi dimiliki oleh anggota koperasi yang kegiatan
usahanya ditujukan untuk menyejahterakan para anggota koperasi yang
bersangkutan selain masyarakat pada umumnya.111
Perusahaan perseroan terbatas dapat pula menjalankan kegiatan usaha
Bank Umum dan Bank Perkreditan rakyat. Perusahaan perseroan terbatas ini
merupakan persekutuan yang berbentuk badan hukum yang didirikan berdasarkan
perjanjian. Hal ini dikemukakan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas, bahwa Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Sebagai badan hukum,
perusahaan perseroan terbatas mempunyai legal personality yang terbatas pada
nilai nominal saham yang dimilikinya.
c. Kepemilikan Bank
Kepemilikan bank diatur di dalam Pasal 22 sampai dengan Pasal 28
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.
111 Ibid., hal. 76.
Universitas Sumatera Utara
7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Sebagaimana diatur dalam Pasal 22 ayat (1)
Undang-Undang Perbankan, bahwa Bank Umum hanya dapat didirikan oleh:
a. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia. Badan hukum Indonesia tersebut antara lain negara Republik Indonesia, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, koperasi, dan badan usaha milik swasta; atau
b. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia dengan warga negara dan/atau badan hukum asing secara kemitraan (joint venture).
Jika salah satu pihak yang mendirikan Bank Umum tersebut adalah badan
hukum asing, maka yang bersangkutan terlebih dahulu harus memperoleh
rekomendasi dari otoritas moneter negara asal. Rekomendasi itu sekurang-
kurangnya memuat keterangan bahwa badan hukum asing yang bersangkutan
mempunyai reputasi baik dan tidak pernah melakukan perbuatan tercela di bidang
perbankan.
Ketentuan mengenai pendirian bank di atas tidak berlaku bagi pendirian
Bank Perkreditan Rakyat. Untuk pendirian Bank Pekreditan Rakyat berlaku
ketentuan yang sedikit berbeda dengan pendirian Bank Umum. Menurut Pasal 23
Undang-Undang Perbankan, bahwa Bank Perkreditan Rakyat hanya dapat
didirikan dan dimiliki oleh:
a. warga negara Indonesia; b. badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia; c. pemerintah daerah atau dapat d. dimiliki bersama di antara warga negara Indonesia, badan hukum Indonesia
dan/atau pemerintah daerah.
Dari ketentuan di atas, pendirian Bank Perkreditan Rakyat tidak memberi
peluang kepada warga negara asing dan badan hukum asing, baik sendiri-sendiri
maupun dengan Warga Negara Indonesai dan/atau badan hukum Indonesia.
Dengan perkataan lain, dalam hal Bank Perkreditan Rakyat dimiliki badan hukum
Universitas Sumatera Utara
Indonesia, maka badan hukum Indonesia dimaksud seluruh warga negara
Indonesia. Jadi hanya warga negara Indonesia dan badan hukum Indonesia yang
sama sekali tidak mengandung unsur asing (foreign element).112
Undang-Undang Perbankan membedakan kepemilikan bank sesuai dengan
bentuk hukum dari bank tersebut, untuk Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat yang berbentuk koperasi, kepemilikannya diatur berdasarkan ketentuan
dalam Undang-Undang tentang Koperasi sebagaimana yang ditentukan dalam
Pasal 24. Undang-Undang tentang Perkoperasian yang berlaku saat ini adalah
Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Pada Pasal 17 dan
Pasal 18 dari undang-undang tersebut menetapkan bahwa keanggotaan koperasi
adalah setiap warga negara Indonesia yang mampu melakukan tindakan hukum
atau koperasi yang memenuhi persyaratan, Anggota koperasi adalah pemilik dan
sekaligus pengguna jasa koperasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kepemilikan bank yang berbentuk hukum koperasi adalah seluruh anggota
koperasi yang bersangkutan dan yang sekaligus sebagai pengguna jasa dari bank
yang bersangkutan atau badan-badan hukum koperasi.
Selanjutnya, menurut Pasal 25 dinyatakan bahwa khusus bagi Bank Umum
dan Bank Perkreditan Rakyat yang berbentuk perseroan terbatas, sahamnya hanya
diterbitkan dalam bentuk saham atas-nama. Saham bank dalam bentuk saham atas
nama ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan kepemilikan saham bank. Ini
berarti bahwa saham dalam bentuk saham atas tunjuk tidak diperbolehkan, sebab
dalam saham atas tunjuk tidak dicantumkan nama pemegang atau pemiliknya,
112 Hermansyah, Op. Cit., hal. 28.
Universitas Sumatera Utara
siapa yang mengujukkan saham itu dianggap sebagai pemegang atau pemiliknya,
sehingga menimbulkan kesulitan mengetahui kepemilikan saham yang
bersangkutan.113
Dalam ketentuan Pasal 26 ayat (1), (2) dan (3) ditentukan hal-hal yang
berkaitan dengan kepemilikan bank. Pada Pasal 26 ayat (1) dinyatakan bahwa
Bank Umum dapat melakukan emisi saham melalui bursa efek. Dalam
penjelasannya dikemukakan bahwa ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan untuk
memperkuat struktur permodalan, penyebaran kepemilikan, dan meningkatkan
kinerja bank tersebut. Sedangkan pada Pasal 26 ayat (2) dinyatakan bahwa warga
negara Indonesia, warga negara asing, badan hukum Indonesia, dan/atau badan
hukum asing dapat membeli saham Bank Umum, secara langsung, dan/atau
melalui bursa efek. Dalam penjelasannya dinyatakan bahwa ketentuan ini adalah
untuk membuka kesempatan yang lebih luas kepada berbagai pihak, baik
Indonesia maupun asing untuk turut serta memiliki Bank Umum. Pada Pasal 26
ayat (3) dinyatakan bahwa Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah yang dalam
penjelasannya, dinyatakan bahwa pokok-pokok ketentuan yang diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah memuat, antara lain:
a. persyaratan kepemilikan saham termasuk kondisi keuangan calon pemilik
bank;
b. persyaratan dokumen yang harus dipenuhi.
113 Ibid., hal. 29.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Pasal 27, setiap perubahan kepemilikan bank selain wajib
memenuhi ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3), Pasal
22, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25 dan Pasal 26 yang berhubungan dengan perizinan
dan kepemilikan usaha bank, wajib pula melaporkannya kepada Bank Indonesia.
Rencana pengalihan kepemilikan bank yang dilakukan secara langsung harus
dilaporkan terlebih dahulu kepada Bank Indonesia. Pelaporan tersebut bermaksud
untuk memastikan agar peralihan kepemilikan dilakukan kepada pihak-pihak yang
memenuhi persyaratan sebagai pemilik bank. Peralihan kepemilikan saham bank
yang dilakukan melalui bursa efek dilaporkan kepada Bank Indonesia apabila
kepemilikan suatu pihak melalui bursa efek tersebut telah mencapai jumlah
tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya pengelolaan bank sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.114
d. Kepengurusan Bank
Perihal kepengurusan bank ini, Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
menetapkan dalam pasalnya mengenai tiga unsur penting, yaitu (1) susunan
organisasi dan kepengurusan bank, (2) kepemilikan, dan (3) keahlian di bidang
perbankan. Ketiga unsur ini sangat menentukan hidup matinya bank karena
perbankan adalah organisasi usaha, kepemilikan yang kuat, terpercaya dan tidak
tercela, serta keahlian karena produknya yang selalu meningkat maju dan
menggunakan teknologi canggih.115
114 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 84.
115 Gunarto Suhardi, Op. Cit., hal. 32.
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Perbankan memasukkan kepengurusan bank, yakni
anggota Dewan Komisaris dan Dewan Direksi sebagai pihak yang terafiliasi pada
bank, yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Pihak Terafiliasi adalah:116
a. Anggota Dewan Komisaris, pengawas, Direksi atau kuasanya, pejabat, atau karyawan;
b. Anggota pengurus, pengawas, pengelola atau kuasanya, pejabat, atau karyawan bank, khusus bagi bank yang berbentuk hukum koperasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Pihak yang memberikan jasa kepada bank, antara lain akuntan public, penilai, konsultan hukum dan konsultan lainnya;
d. Pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta mempengaruhi pengelolaan bank, antara lain pemegang saham dan keluarganya, keluarga komisaris, keluarga pengawas, keluarga Direksi, keluarga pengurus.
Untuk menjadi anggota dewan komisaris dan direksi bank seseorang harus
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan setiap perubahannya wajib dilaporkan
kepada Bank Indonesia.
Penggunaan tenaga asing oleh bank dimungkinkan asalkan hal itu
dilakukan sesuai dengan kebutuhan bank yang bersangkutan.117
1. Dalam hal Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Umum, penggunaan tenaga asing dimaksud:
Pasal 39
menetapkan bahwa dalam menjalankan kegiatannya, bank dapat menggunakan
tenaga asing sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah. Dalam penjelasan Pasal 39 disebutkan syarat-syarat penggunaan
tenaga asing pada bank, yaitu:
a. bersifat sementara, untuk jangka waktu tertentu; b. terbatas pada tenaga ahli, penasihat, dan konsultan; c. sesuai dengan kebutuhan bank yang bersangkutan;
116 Pasal 1 angka (22) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. 117 Rachmadi Usman, Op. Cit., 112.
Universitas Sumatera Utara
2. Dalam hal bank campuran dan cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri, disesuaikan dengan:
a. sifat kepemilikan oleh asing; b. program indonesianisasi.
Dengan demikian penggunaan tenaga asing bagi Bank Umum, Bank
Perkreditan Rakyat serta bank campuran diperbolehkan namun penggunaan
tenaga asing tersebut harus disesuaikan dengan jenis bank tersebut.
B. Manajemen Risiko pada Bank
1. Pengertian Manajemen Risiko
Michel Crouhy, dkk., benar ketika pada halaman pertama bukunya
menyebutkan bahwa, “The future cannot be predicted”.118 Karena masa depan
diselimuti ketidakpastian (uncertainty) yang padat misteri. Masa depan itu
merupakan hak prerogatif Tuhan Yang Maha Esa yang menentukannya. Tidak
seorang pun yang dengan penuh kepastian dan konsisten mampu memprediksi apa
yang akan terjadi mengenai credit, operational serta systemic events yang dapat
memberi pengaruh utama terhadap aspek keuangan (financial).119
Aktivitas suatu badan usaha atau perusahaan pada dasarnya tidak dapat
dilepaskan dari aktivitas mengelola risiko. Demikian pula bank sebagai badan
usaha yang memiliki fungsi financial intermediation tidak dapat dilepaskan dari
aktivitas mengelola risiko yang dihadapinya. Operasi suatu badan usaha atau
perusahaan biasanya berhadapan dengan risiko usaha dan risiko non usaha. Risiko
usaha adalah semua risiko yang berkaitan dengan usaha perusahaan untuk
118 Michel Crouhy, Dan Galai dan Robert Mark dalam Masyhud Ali, Op. Cit., hal. 313. 119 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
menciptakan keunggulan bersaing dan memberikan nilai bagi pemegang saham.
Sedangkan risiko non usaha adalah risiko lainnya yang tidak dapat dikendalikan
oleh perusahaan.120
Keberadaan manajemen risiko sangatlah penting dalam dunia perbankan.
Terdapat kegagalan-kegagalan yang terjadi pada dunia perbankan di Indonesia
akibat kegagalan dalam melakukan manajemen risiko, misalnya saja risiko yang
pernah dialami oleh lebih dari separuh perbankan di Indonesia ketika terjadi krisis
moneter tahun 1997. Inilah risiko insolvensi
121 yang bersumber dari terjadinya
penurunan drastis nilai aset bank yang menyebabkan turunnya permodalan bank
yang tidak mampu meng-offset-nya.122 Oleh karena itu diperlukan keseriusan dan
kekonsistenan dalam melakukan manajemen risiko bagi perbankan di Indonesia.
Keseriusan terhadap hal tersebutlah yang mendasari Bank Indonesia sebagai
otoritas moneter yang memiliki tugas mengatur dan mengawasi bank menetapkan
produk-produk hukum berkaitan dengan manajemen risiko.123
Bank Indonesia meminta perbankan yang berada di Indonesia agar
mengatur risiko-risiko dalam suatu struktur manajemen yang terintegrasi, serta
membangun sistem dan struktur manajemen yang dibutuhkan dalam
mencapainya.
124
120 Imam Ghozali, 2007, hal. 3 dalam Kasidi, Op. Cit., hal. 3.
121 Insolvensi adalah ketidakmampuan bank dalam membayar kewajibannya yang dapat menghancurkan tidak saja pemegang saham bank tersebut tetapi juga menghancurkan pihak ketiga dan pihak kedua yang menempatkan dana pada bank tersebut.
122 Masyhud Ali, Op. Cit., hal. XXVIII. 123 Ferry N. Idroes, Op. Cit., hal. 52-53. 124 Kasidi, Op. Cit., hal. 53.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian manajemen risiko telah dirumuskan di dalam Pasal 1 angka (5)
Peraturan Bank Indonesia No.11/25/PBI/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan
Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi
Bank Umum, yang menyatakan bahwa Manajemen Risiko adalah serangkaian
metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,
memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh usaha Bank.
Rumusan lain mengenai pengertian manajemen risiko juga dapat
ditemukan menurut pendapat para sarjana, antara lain:
a. Williams A. Numan
Risk management is a rational attempt to reduce or avoid the
consequences of loss or injury (manajemen risiko adalah suatu usaha
secara rasional untuk menghindari atau mengurangi kerugian atau
cidera).125
b. Ferry N. Idroes
Manajemen risiko didefinisikan sebagai metode logis dan sistematik
dalam indentifikasi, kualifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi,
serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada
setiap aktivitas atau proses.126
c. Herman Darmawi
Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisa
serta mengendalikan risiko dalam setiap perusahaan dengan tujuan
125 William A. Numans, 1943, hal.3 dalam Kasidi, Op. Cit., hal. 4. 126 Ferry N. Idroes, Op. Cit., hal. 5.
Universitas Sumatera Utara
memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Maka dari itu perlu
diketahui makna cakupan yang lebih tinggi untuk memahami proses
manajemen risiko.127
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko adalah
usaha yang secara rasional ditujukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kerugian dari risiko yang dihadapi.
128
Risiko tidak cukup dihindari tapi harus dihadapi dengan cara-cara yang
dapat memperkecil kemungkinan terjadinya suatu kerugian. Risiko dapat datang
setiap saat, agar risiko tidak menghalangi kegiatan, maka risiko harus dikelola
dengan baik.
129 Diperlukan pemahaman mengenai konsep risiko untuk dapat
memahami konsep dan teknik manajemen risiko sehingga dapat mengelola risiko
tersebut dengan baik. Oleh karena itu perlu kiranya mengetahui konsep risiko agar
dapat menangani suatu risiko. Terkait dengan konsep risiko, Vaughan (1978)
memberikan definisi tentang risiko, yakni:130
1. Risk is the chance of the loss (Risiko adalah kans kerugian)
Chance of the loss adalah menggambarkan suatu keadaan dimana terdapat
suatu keterbukaan (exposure) terhadap kerugian atau kemungkinan
terjadinya kerugian. Sebaliknya jika kata chance dalam ilmu statistik maka
chance merupakan suatu keadaan yang tingkat probabilitas akan
munculnya situasi tertentu.
127 Herman Darmawi, 2004, Manajemen Risiko, Bumi Aksara, Jakarta , hal. 17. 128 Kasidi, Op. Cit., hal. 4. 129 Ibid. 130 Herman Darmawi, Op. Cit., hal. 19.
Universitas Sumatera Utara
2. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian)
Istilah possibility adalah kemungkinan suatu keadaan berada antara nol
dan satu. Pengertian risiko di sini adalah hampir sama dengan pengertian
risiko dalam sehari-hari.
3. Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian)
Risiko menurut definisi ini merupakan adanya ketidakpastian. Adanya
ketidakpastian yang diambil dalam pembuat keputusan yang menimbulkan
kerugian.
4. Risk is dispension of actual from expected result (Risiko adalah
penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan)
Definisi sebagai penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan
sesungguhnya merupakan versi lain dari risk uncertainty dimana
penyimpangan relatif merupakan suatu pernyataan uncertainty secara
statistik.
5. Risk is the probability of any outcome (Risiko adalah probability suatu
outcome berbeda dari outcome yang diharapkan)
Risiko meripakan probability objektif bahwa outcome yang aktual dari
suatu kejadian yang berbeda dan outcome yang diharapkan. Probability
yang objektif dimaksudkan sebagai frekuensi relatif yang didasarkan atas
kepentingan yang didasarkan atas kepentingan yang ilmiah. Inti dari
definisi ini adalah bahwa risiko bukan probability dari suatu kejadian
Universitas Sumatera Utara
tunggal tetapi probabilitas dari suatu outcome yang berbeda dari yang
diharapkan.
2. Fungsi dan Tujuan Manajemen Risiko
Hubungan antara risiko dan hasil secara alami berkorelasi secara linier
negatif. Semakin tinggi hasil yang diharapkan, dibutuhkan risiko yang semakin
besar untuk dihadapi.131 Oleh karena itu diperlukan upaya yang serius dan
konsisten agar hal tersebut dapat diatasi bahkan hubungan tersebut menjadi
kebalikannya, yaitu aktivitas yang meningkatkan hasil pada saat risiko menurun.
Untuk mencapai hal tersebut diperlukan manajemen risiko yang merupakan desain
prosedur serta implementasi prosedur untuk mengelola suatu risiko usaha.132
Manajemen risiko memiliki fungsi, antara lain:
133
a. Menemukan risiko potensial
b. Mengevaluasi risiko potensial
c. Memilih teknik/cara yang tepat atau menentukan suatu kombinasi dari teknik-
teknik yang tepat guna menanggulangi kerugian
Dengan demikian manajemen risiko berfungsi dalam menemukan risiko potensial,
mengevaluasi risiko potensial, dan menanggulangi kerugian yang ditimbulkan
oleh produk usaha atau aktivitas yang dilakukan perusahaan atau badan usaha.
Manajemen risiko pada prinsipnya merupakan suatu usaha untuk
mengetahui, menganalisa serta mengendalikan risiko dalam setiap perusahaan
131 Ferry N. Idroes, Op. Cit., hal. 5. 132 Kasidi, Op. Cit., hal. 3.
133 http://www.scribd.com/doc/19281426/Kuliah-2-Fungsi-Manajemen-Risiko, diakses tanggal 12 Februari 2011.
Universitas Sumatera Utara
dengan tujuan memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi.134
Di sisi lain, manajemen risiko yang meliputi peningkatan fungsi
identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko dimaksudkan agar
aktivitas usaha yang dilakukan oleh bank tidak menimbulkan kerugian yang
melebihi kemampuan bank atau yang dapat mengganggu kelangsungan usaha
bank.
Dengan
memperoleh dan efisiensi yang tinggi tentu akan mendukung pencapaian tujuan
bank yang bersangkutan dan pada gilirannya akan meningkatkan outcome yang
diharapkan.
135 Sebagai dampak terjadinya risiko kerugian keuangan langsung, kerugian
akibat risiko (risk loss) pada suatu bank dapat berdampak pada pemangku
kepentingan (stakeholders) bank, yaitu pemegang saham, karyawan, dan nasabah,
serta berdampak juga kepada perekonomian secara umum.136
Pengaruh risk loss pada pemegang saham dan karyawan adalah langsung,
sementara pengaruh terhadap nasabah dan perekonomian tidak langsung. Dampak
potensi terhadap stakeholders dan ekonomi, diuraikan sebagai berikut:
137
a. Dampak terhadap Pemegang Saham
Pengaruh risk loss terhadap pemegang saham antara lain:
1) penurunan nilai investasi, yang akan memberikan pengaruh terhadap
penurunan harga dan/atau penurunan keuntungan; turunnya harga saham
menurunkan nilai perusahaan yang berarti turunnya kesejahteraan
pemegang saham;
134 Herman Darmawi, Op. Cit., hal. 17. 135 Dasar pertimbangan dibentuknya Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 Tentang
Penerapan Manajemen Risko Bagi Bank Umum. 136 Ferry N. Idroes, Op. Cit., hal 23. 137 Ibid., 24.
Universitas Sumatera Utara
2) hilangnya peluang memperoleh dividen yang seharusnya diterima sebagai
akibat dari turunnya keuntungan perusahaan;
3) kegagalan investasi yang telah dilakukan, hingga yang paling parah adalah
kebangkrutan perusahaan yangmelenyapkan nilai semua modal disetor.
b. Dampak terhadap Karyawan
Karyawan suatu bank dapat terpengaruh oleh peristiwa risiko risk events) yang
menimbulkan risk loss terkait dengan keterlibatan mereka. Pengaruh tersebut
dapat berupa:
1) dikenakan sanksi indispliner karena kelalaian yang menimbulkan
kerugian;
2) pengurangan pendapatan seperti pengurangan bonus atau pemotongan gaji;
3) pemutusan hubungan kerja.
c. Dampak terhadap Nasabah
Konsekuensi risk loss yang berdampak terhadap nasabah bank, adalah:
1) merosotnya tingkat pelayanan;
2) berkurangnya jenis dan kualitas produk yang ditawarkan;
3) krisis likuiditas sehingga menyulitkan dalam pencairan dana;
4) perubahan peraturan.
d. Dampak terhadap Perekonomian
Risk loss yang terjadi pada suatu bank akan menimbulkan dampak tidak hanya
terhadap bank yang bersangkutan, tetapi juga akan berdampak terhadap
Universitas Sumatera Utara
nasabah dan perekonomian secara keseluruhan. Dampak yang ditimbulkan
tersebut dinamakan risiko sistemik (systemic risk)138
Tujuan yang hendak dicapai dengan manajemen risiko ialah mengelola
perusahaan supaya mencegah perusahaan dari kegagalan, mengurangi
pengeluaran, menaikkan keuntungan perusahaan, menekan biaya produksi, dan
sebagainya.
.
139
Ferry N. Idroes dalam bukunya Manajemen Risiko Perbankan,
menjelaskan manajemen risiko diperlukan untuk:
140
a. mendukung pencapaian tujuan;
b. memungkinkan untuk melakukan aktivitas yang memberikan peluang yang jauh lebih tinggi dengan mengambil risiko yang lebih tinggi; risiko yang lebih tinggi diambil dengan dukungan sikap dan solusi yang sesuai terhadap risiko;
c. mengurangi kemungkinan kesalahan fatal; d. menyadari bahwa risiko dapat terjadi pada setiap aktivitas dan tingkatan
dalam organisisasi sehingga setiap individu harus mengambil dan mengelola risiko masing-masing sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.
3. Jenis-Jenis Risiko yang Dihadapi Bank
Banyak teori yang ada untuk mendefinisikan jenis-jenis risiko dalam
menjalankan bisnis perbankan. Namun, pada dasarnya jenis-jenis risiko yang
dihadapi dapat dibagi dua kelompok besar, yaitu:141
a. Risiko finansial
Risiko finansial terkait dengan kerugian langsung berupa hilangnya sejumlah uang akibat risiko yang terjadi. Risiko kredit, pasar, operasional, risiko konsentrasi kredit, risiko suku bunga pada buku bank, termasuk ke dalam risiko finansial.
138 Risiko sistemik (systemic risk) adalah risiko di mana kegagalan yang dialami oleh
sebuah bank dapat menimbulkan kerusakan terhadap perekonomian secara menyeluruh. Masyhud Ali, Op. Cit., hal. 9.
139 H. Abbas Salim, 1998, Manajemen Risiko, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 201. 140 Ibid., hal. 6. 141 Ibid., hal. 21.
Universitas Sumatera Utara
b. Risiko non finansial
Risiko non finansial terkait kepada kerugian yang tidak dapat dikalkulasikan secara jelas jumlah uang yang hilang. Dampak finansial dari risiko non finansial tidak langsung dapat dirasakan. Kasus seperti ketika kehilangan nasabah dan kehilangan bisnis akibat risiko yang terjadi tidak dapat terjadi tidak langsung membuat bank menjadi rugi. Namun pada gilirannya, risiko non finansial berpotensi untuk menimbulkan kerugian finansial. Risiko bisnis, risiko strateijk, serta risiko reputasional termasuk ke dalam non finansial.
Menurut Bank Indonesia risiko-risiko perbankan yang harus dikelola
antara lain:142
a. Risiko Kredit;
b. Risiko Pasar; c. Risiko Likuiditas; d. Risiko Operasional; e. Risiko Hukum; f. Risiko Reputasi; g. Risiko Stratejik; dan h. Risiko Kepatuhan; Bank Umum Konvensional wajib menerapkan Manajemen Risiko untuk
seluruh Risiko sebagaimana dimaksud di atas sedangkan Bank Umum Syariah
wajib menerapkan Manajemen Risiko paling kurang untuk 4 (empat) jenis risiko
sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d.
Adapun yang dimaksudkan dengan risiko-risiko tersebut, yaitu:
a. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada bank.143
142 Pasal 4 Peraturan Bank Indonesia No.11/25/PBI/2009 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.
Risiko kredit merupakan risiko kerugian
Universitas Sumatera Utara
yang diderita bank, terkait dengan kemungkinan bahwa pada saat jatuh tempo,
counterparty-nya gagal dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada
bank.144 Risiko dapat timbul karena beberapa hal, antara lain:145
1) adanya kemungkinan pinjaman yang diberikan oleh bank atau obligasi (surat utang) yang dibeli oleh bank tidak dibayar;
2) tidak dipenuhinya kewajiban, dimana bank yang terlibat di dalamnya dapat memenuhi pihak lain, misalnya kegagalan memenuhi kewajiban pada kontrak derivatif;
3) penyelesaian (settlement) dengan nilai tukar, suku bunga dan produk derivatif.
b. Risiko Pasar;
Berdasarkan Pasal 1 angka (7), risiko pasar adalah risiko pada posisi
neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan
secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option.
Risiko ini muncul akibat harga pasar bergerak ke arah yang merugikan. Risiko ini
merupakan risiko gabungan yang terbentuk akibat perubahan suku bunga,
perubahan nilai tukar serta hal lain yang mempengaruhi harga pasar saham,
ekuitas maupun komoditas. Bank terkena dampak faktor pembentuk harga di
pasar modal seperti suku bunga karena melakukan hal sebagai berikut:146
1) Traded market risk (jika bank aktif dalam perdagangan instrumen pasar
seperti obligasi yang nilainya terkait dengan market rate).
143 Pasal 1 angka (6) Peraturan Bank Indonesia No.11/25/PBI/2009 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.
144 Masyhud Ali, Op. Cit., hal. 199. Bandingkan dengan Kasidi, Op. Cit., hal. 58. Bandingkan dengan Ferry N. Idroes, Op. Cit., hal. 54.
145 Imam Gozali, 2007, hal. 12, dalam Kasidi, Op. Cit., hal. 58. 146 Kasidi, Op. Cit., hal. 66.
Universitas Sumatera Utara
2) Risiko suku bunga dalam pembukuan bank (bank terkena dampak dari
pasar modal akibat stuktur bisnisnya, seperti pemberian pinjaman dan
penerimaan tabungan).
Dua jenis risiko pasar (market risk) adalah147
a) Specific market risk
Adalah risiko terjadinya pengaruh buruk bagi bank sebagai akibat dari
perubahan harga atas sekuritas tertentu. Perubahan harga itu secara
spesifik dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu atau oleh peristiwa
yang menimpa issuer-nya sendiri.
b) General market risk
Adalah risiko terjadinya pengaruh buruk bagi bank, sebagai akibat dari
perubahan harga suatu instrumen moneter tertentu, sehingga secara
umum berpengaruh terhadap harga pasar sejumlah instrumen sekuritas.
Sebagai contoh, naik turunnya tingkat suku bunga bank resmi atau
official (BI rate atau SBI), tentu akan berpengaruh pada tingkat suku
bunga perbankan lainnya.
c. Risiko Likuiditas;
Berdasarkan Pasal 1 angka (8), risiko likuiditas adalah risiko akibat
ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber
pendanaan arus kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat
diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank. Risiko
147 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
likuiditas terbagi menjadi dua macam, yaitu risiko likuiditas aset dan risiko
likuiditas pendanaan. Risiko likuiditas aset timbul karena suatu transaksi tidak
dapat dilaksanakan pada harga pasar yang terjadi akibat besarnya nilai transaksi
relatif terhadap besarnya pasar. Sedangkan risiko likuiditas pendanaan yaitu risiko
ketidakmampuan memenuhi kewajiiban jatuh tempo sehingga mengakibatkan
likuidasi.148
d. Risiko Operasional;
Berdasarkan Pasal 1 angka (9) risiko operasional adalah risiko akibat
ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia,
kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang
mempengaruhi operasional bank. Risiko operasional juga dapat menyebabkan
terjadinya risiko pasar dan risiko kredit.149
Misalnya, adanya masalah operasional
pada transaksi bisnis seperti, kegagalan settlement akan menciptakan risiko pasar
dan risiko kredit, karena kerugian dari masalah operasional ini besarnya
tergantung dari pergerakan harga pasar.
e. Risiko Kepatuhan;
Sebagaimana diatur pada Pasal 1 angka (10) risiko kepatuhan adalah risiko
akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-
undangan dan ketentuan yang berlaku. Dalam praktiknya, risiko kepatuhan
melekat pada risiko bank yang terkait pada peraturan perundang-undangan dan
148 Ibid., hal. 67. 149 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
ketentuan lain yang berlaku. Misalnya, risiko kredit terkait dengan ketentuan
kewajiban pemenuhan modal minimum (KPMM), kualitas aktiva produktif,
pembentukan penyisihan aktiva produktif (PPAP), batas maksimum pemberian
kredit (BMPK), risiko pasar terkait dengan ketentuan posisi devisa netto (PDN),
risiko strategik terkait dengan ketentuan rencana kerja anggaran tahunan (RKAT)
bank.150
f. Risiko Hukum;
Sebagaimana diatur pada Pasal 1 angka (11) dinyatakan bahwa risiko
hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis.
Risiko hukum timbul sebagai akibat bank kurang memperhatikan persyaratan-
persyaratan hukum yang memadai dalam rangka melindungi bank.
g. Risiko Reputasi;
Sebagaimana diatur pada Pasal 1 angka (12) dinyatakan bahwa, risiko
reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang
bersumber dari persepsi negatif terhadap bank. Risiko ini muncul akibat opini
negatif publik terhadap operasional bank, sehingga mengakibatkan menurunnya
jumlah nasabah bank tersebut atau menimbulkan biaya besar karena gugatan
pengadilan atau merosotnya pendapatan bank. Persepsi publik tentang pasar
merupakan penyebab yang cukup signifikan dalam risiko reputasi.151
h. Risiko Stratejik;
150 Ibid., hal. 70. 151 Ibid., hal. 68.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Pasal 1 angka (13), pengertian risiko stratejik adalah risiko
akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan
stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
Universitas Sumatera Utara