36
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN ORANG TUA 1. Pengertian Pendidikan Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan kebudayaannya. Bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat didalamnya berlangsung suatu proses pendidikan, karena pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya. “Pendidikan berasal dari kata “didik” yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran”. 1 Atau “dalam bahasa Inggrisnya disebut “education” berasal dari kata “to educate” yang berarti mengasuh, mendidik”. 2 Jadi pendidikan secara bahasa dapat diartikan memelihara, mengajar, mengasuh dan mendidik. Pendidikan secara etimologi adalah “paedagogi, berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “pais” artinya anak dan “againditerjemahkan membimbing. Jadi paedagogik yaitu bimbingan yang diberikan pada anak”. 3 Selanjutnya pengertian pendidikan banyak dikemukakan oleh para ahli, namun antara yang satu dengan yang lain berbeda, karena sudut pandangnya adalah berbeda, namun pada dasarnya sama. Berikut pendapat para ahli pendidikan tentang pengertian pendidikan secara istilah antara lain: 1 Anton Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 204 2 Wojo Wasito, Kamus Lengkap Inggris – Indonesia, (Bandung: Hasta, 1982), hlm. 49 3 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 69 7

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN ORANG TUA

1. Pengertian Pendidikan

Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha

manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada

didalam masyarakat dan kebudayaannya. Bagaimanapun sederhananya

peradaban suatu masyarakat didalamnya berlangsung suatu proses

pendidikan, karena pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia

melestarikan hidupnya.

“Pendidikan berasal dari kata “didik” yang berarti memelihara dan

memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan

pikiran”.1 Atau “dalam bahasa Inggrisnya disebut “education” berasal dari

kata “to educate” yang berarti mengasuh, mendidik”. 2

Jadi pendidikan secara bahasa dapat diartikan memelihara,

mengajar, mengasuh dan mendidik.

Pendidikan secara etimologi adalah “paedagogi, berasal dari

bahasa Yunani yang terdiri dari kata “pais” artinya anak dan “again”

diterjemahkan membimbing. Jadi paedagogik yaitu bimbingan yang

diberikan pada anak”.3

Selanjutnya pengertian pendidikan banyak dikemukakan oleh para

ahli, namun antara yang satu dengan yang lain berbeda, karena sudut

pandangnya adalah berbeda, namun pada dasarnya sama. Berikut pendapat

para ahli pendidikan tentang pengertian pendidikan secara istilah antara

lain:

1 Anton Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm.

204 2 Wojo Wasito, Kamus Lengkap Inggris – Indonesia, (Bandung: Hasta, 1982), hlm. 49 3 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 69

7

Page 2: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

8

a. Menurut Zahara Idris bahwa pendidikan adalah serangkaian kegiatan

interaksi yang bertujuan antara manusia dewasa dan peserta didik

secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka

memberikan bantuan terhadap perkembangan peserta didik seutuhnya.4

b. Undang-undang RI No.20 Tahun 2003

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.5

c. Menurut Musthafa Al-Ghulayani adalah:

اَلتربِيةُ هِي غَرس اْلاَخلاَقِ الْفَاضِلَةِ فِي نفُوسِ الناشِئِين وسقْيها بِماءِ اْلاِرشادِ والنصِيحةِ حتى تصبح ملَكَةً مِن ملَكَاتِ النفْسِ ثُم تكُونُ

لِ لِنمالْع بحو ريالْخلَةَ وا الْفَضِيهاترطَنِ ثَم6 فْعِ الْو Pendidikan adalah menanamkan akhlak mulia dalam jiwa anak dengan petunjuk dan nasehat, sehingga akhlak yang mulia itu benar-benar melekat kedalam jiwa (menjadi watak) kemudian membuahkan keutamaan, kebijaksanaan dan cinta beramal agar berguna bagi tanah air.

d. Menurut Sir Godfrey Thomson

By education I mean the influence of the environment upon the

individual to produce a permanent change in his habits of behavior of

thought and off attitude.7

Pendidikan adalah pengaruh dari lingkungan terhadap individu untuk dapat menghasilkan perubahan yang permanen pada kebiasaan tingkah laku, pemikiran dan sikap.

4 Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan I, (Jakarta : Grasindo, 1992), hlm. 4 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Op.Cit , hlm. 3 6 Syeh Musthafa Al Ghulayaini, Idzatun Nasyiin, (Semarang: Uluwiyah, 1949), hlm. 189 7 Sir Godfrey Thompson, A Modern Philosophy Education, (London : George & Unwin

Ltd, 1957), hlm. 19

Page 3: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

9

e. Menurut al-Ghazali

Proses memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap, dimana proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri kepada Allah sehingga menjadi manusia sempurna.8

f. Menurut Ki Hajar Dewantara

Pendidikan adalah “menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada

anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota

masyarakat mendapat keselamatan dan kebahagiaan setinggi-

tingginya”.9

Pendidikan adalah membantu anak dengan sengaja (dengan jalan

membimbing) untuk menjadi manusia dewasa. Yang dimaksud dengan

dewasa adalah dapat bertanggung jawab terhadap diri sendiri secara

biologis, psikologis, pedagogis dan sosiologis. Biologis maksudnya

adalah apabila seseorang telah akil balig, psikologis maksudnya adalah

fungsi-fungsi kejiwaan seseorang telah matang seperti kematangan

sosial dan moral, pedagogis artinya apabila seseorang telah menyadari

dan mengenal diri sendiri atas tanggung jawab sendiri, sosiologis

berarti apabila seseorang telah memenuhi syarat untuk hidup bersama

yang telah ditentukan masyarakat, seperti sudah dapat saling

menghormati, saling menghargai, tenggang rasa, saling membantu dan

mau membela kepentingan bersama.

Dari beberapa definisi tersebut dapat diambil suatu pengertian

bahwa pendidikan adalah serangkaian kegiatan interaksi antara manusia

dewasa dan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran/latihan

terhadap perkembangan dan pertumbuhan jasmani maupun rohani anak

yang bertujuan menanamkan akhlak mulia dalam jiwa, dalam rangka

8 Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 1998), hlm. 56 9 Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), hlm. 10

Page 4: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

10

memberikan bantuan terhadap perkembangan peserta didik sehingga

menghasilkan perubahan dan membuahkan keutaman, kebijaksanaan dan

cinta beramal pada kebiasaan tingkah laku, pemikiran dan sikap yang

permanen agar berguna bagi tanah air.

2. Hakekat Pendidikan

Hakekat pendidikan adalah ikhtiar manusia untuk membantu dan

mengarahkan fitrah manusia supaya berkembang sampai kepada titik

maksimal yang dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.10

Hakekat pendidikan dalam “Pengantar Pendidikan I” yaitu:

a. Pendidikan merupakan proses interaksi manusia yang ditandai keseimbangan antara kedaulatan subyek didik dengan kewibawaan pendidikan.

b. Pendidikan merupakan penyiapan subyek didik menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang pesat.

c. Pendidikan meningkatkan kualitas hidup pribadi dan masyarakat. d. Pendidikan berlangsung seumur hidup. e. Pendidikan merupakan kiat dalam menetapkan dalam prinsip ilmu

pengetahuan dan teknologi pembentukan manusia seutuhnya.11

Dalam buku Dasar-dasar Kependidikan dikatakan bahwa “hakekat

pendidikan yaitu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur

hidup”.12

Pada tingkat permulaan, pendidik lebih menentukan dan

mencampuri pendidikan peserta didik, namun lambat laun pendidikan

lebih bersifat pengasuh yang mendorong, membimbing dan memberi

teladan, menuntun serta menyediakan dan mengatur kondisi untuk

membelajarkan peserta didik sehingga dapat menghasilkan peserta didik

yang mampu memperbarui diri terus menerus dan aktif menghadapi

10 H.M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan

Keluarga, (Jakarta : Bulan Bintang, 1978, hlm. 12 11 Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan I, (Jakarta:Gramedia,1992), hlm. 1 12 Zahara Idris, Op.Cit, hlm. 10

Page 5: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

11

lingkungan hidupnya. Dengan kata lain peserta didik mampu

meningkatkan kualitas hidup pribadi dan masyarakat sepanjang hayat.

Kepribadian adalah keseluruhan tingkah laku seseorang, seperti

cara berfikir dan merasa telah menjadi kebiasaannya dari sikap dan

minatnya, dari cara berbuat dan bertindak. Jadi maksudnya adalah ciri

khas seseorang yang secara relatif bersifat tetap.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan

bahwa hakekat pendidikan yaitu ikhtiar manusia untuk membantu

mengarahkan dan mengembangkan fitrah manusia (kepribadian dan

kemampuan) di dalam dan diluar sekolah, dalam penyiapan subyek didik

menghadapi lingkungan hidup dan peningkatan kualitas hidup pribadi dan

masyarakat sampai pada titik maksimal sesuai dengan tujuan yang dicita-

citakan dengan proses interaksi antara manusia dalam menetapkan prinsip

ilmu pengetahuan dan teknologi pembentukan manusia seutuhnya yang

berlangsung seumur hidup.

3. Tujuan Pendidikan

Apabila kita berbicara tentang tujuan pendidikan, maka hal tersebut berhubungan dengan hasil akhir suatu langkah yang diambil dalam memasuki salah satu bidang pendidikan. Hasil akhir ini diharapkan oleh lembaga pendidikan itu sendiri, berikut guru-guru, para administrator yang mengelola lembaga pendidikan tersebut para pendirinya dan juga para orang tua dari anak didik dan juga oleh anak-anak didik itu sendiri. Suatu tujuan itu meliputi aktivitas yang rapi, tertib dan teratur yang bergerak maju menuju sasaran, yaitu pelaksanaan proses dengan sempurna hingga akhir.13

Mengenai tujuan pendidikan banyak dikemukakan oleh para ahli,

di antaranya:

a. Al-Ghazali

Menurut Al-Ghazali tujuan pendidikan menjadi 2, yaitu:

1) Tujuan jangka panjang Ialah pendekatan diri pada Allah. Pendidikan dalam prosesnya

harus mengarahkan manusia menuju pengenalan dan kemudian pendekatan diri pada tuhan pencipta alam.

13 H.B. Hamdani Ali, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta : Kota Kembang, 1987), hlm. 82

Page 6: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

12

2) Tujuan jangka pendek Ialah diraihnya profesi manusia sesuai dengan bakat dan

kemampuannya.14

b. M.J. Langeveld

Langeveld membagi 6 macam tujuan dalam pendidikan sebagaimana

dikutip oleh Sutari Imam Barnadib:

- Tujuan umum - Tujuan khusus - Tujuan seketika - Tujuan Sementara - Tujuan tidak lengkap - Tujuan perantara 15

c. Khursid Ahmad

Tujuan pendidikan adalah “untuk menghasilkan kebudayaan yang

tinggi, agar setiap orang dapat memikul tanggung jawab manusia yang

baik dan sebagaimana warga negara yang baik”.16

d. Muhammad Qutb

Tujuan pendidikan yaitu “membentuk manusia sejati, yang dimaksud

manusia sejati yaitu manusia secara totalitas yang esensinya

terkandung didalamnya”.17

Pada dasarnya pendidikan dilaksanakan untuk mengembangkan

potensi-potensi baik jasmaniah maupun rohaniah, emosional maupun

intelektual (serta ketrampilan) agar manusia mampu mengatasi problema

hidup secara mandiri serta sadar dapat hidup menjadi manusia-manusia

yang berfikir bebas, sehingga dapat bertanggung jawab terhadap diri

sendiri dan masayarakat.

14 Abidin Ibnu Rusn, Op. Cit, hlm. 59 15 Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta : Andi Offset,

1993), hlm. 49 16 Marasuddin Siregar, Konsepsi Pendidikan Ibnu Khaldun, (Yogyakarta : Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 67 17 Ibid., hlm. 68

Page 7: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

13

Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan

pendidikan itu bukan hanya sekedar memenuhi otak murid-murid dengan

ilmu pengetahuan, tetapi tujuannya ialah mendidik akhlak dengan

memperhatikan segi-segi kesehatan pendidikan fisik dan mental, perasaan

dan praktek serta menyiapkan manusia sebagai anggota masyarakat.

4. Latar Belakang Pendidikan

Untuk lebih jelasnya latar belakang pendidikan tersebut akan

penulis uraikan sebagai berikut:

a. Pendidikan Sekolah

Pendidikan sekolah terdiri dari:

1) Pendidikan Dasar

Berbicara mengenai masalah pendidikan dasar, orang

kadang-kadang mengidentikkannya dengan sekolah dasar. Padahal

pendidikan dasar itu tidak sama atau identik dengan SD, tetapi SD

merupakan bagian dari pendidikan dasar, karena pendidikan dasar

meliputi SD dan SLTP. Pendidikan dasar merupakan pendidikan

umum yang lamanya 9 tahun yang diselenggarakan di SD selama 6

tahun dan 3 tahun di SLTP/ satuan pendidikan yang sederajat.

Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan

sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dab

ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat,

serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan

untuk mengikuti pendidikan menengah.

Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan kemampuan

dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupan

pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat

manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti

pendidikan menengah.

Page 8: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

14

2) Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan dari pendidikan

dasar dan terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan

menengah kejuruan.

“Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas

(SMA), Madrasah Aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan

(SMK) dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain

yang sederajat”.18

Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan

dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik

menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan

mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,

budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan

lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.

3) Pendidikan Tinggi

Prinsip pendidikan seumur hidup yang umumnya mendasari

pandangan tentang pendidikan khususnya di Indonesia pada

dasarnya tidak mendapatkan kedewasaan sebagai satu

pembentukan pribadi seseorang. Oleh karena itu bagi anak- anak

yang telah menyelesaikan pendidikan menengah terbuka

kesempatan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih

tinggi yakni masuk ke Perguruan Tinggi. Dalam undang-undang

No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bab VI pasal

19 disebutkan bahwa:

1. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.

2. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka.19

18 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Op. Cit., hlm. 12 19 Ibid., hlm. 13

Page 9: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

15

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa perguruan tinggi

merupakan kelanjutan dari pendidikan menengah yang

diselenggarakan dengan tujuan menyiapkan peserta didik menjadi

anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau

profesional yang dapat menerapkan pengetahuan atau menciptakan

ilmu pengetahuan teknologi dan atau kesenian serta mengupayakan

penggunaannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan

memperkaya kebudayaan nasional.

Adapun bentuk pendidikan tinggi sebagai mana pasal 20

disebutkan bahwa “Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademik,

politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas”.20

Pendidikan akademik mengutamakan mutu dan

memperluas wawasan ilmu pengetahuan dan diselenggarakan oleh

sekolah tinggi, institut dan universitas. Sedang pendidikan

profesional mengutamakan kemampuan penerapan ilmu

pengetahuan diselenggarakan oleh akademik, politeknik, sekolah

tinggi, institut dan universitas.

b. Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan luar sekolah adalah semua bentuk pendidikan yang

diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah dan berencana di luar

kegiatan persekolahan.

“Pendidikan luar sekolah diselenggarakan bagi warga

masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi

sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal

dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat”.21

Satuan pendidikan luar sekolah terdiri atas lembaga kursus,

lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar

20 Ibid, hlm. 14 21 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Op. Cit, hlm. 16

Page 10: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

16

masyarakat dan majlis ta’lim, serta satuan pendidikan yang sejenis.22

Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang

memerlukan bekal pengetahuan, ketrampilan, kecakapan hidup dan

sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja,

usaha mandiri dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi.

Hasil pendidikan luar sekolah dapat dihargai setara dengan

hasil program pendidikan sekolah setelah melalui proses penilaian

penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau

pemerintah daerah dengan mengacu pada standar pendidikan nasional.

1). Pesantren

Sistem pesantren berasal dari masa pra islam, terutama di

Makkah terjadi semenjak dioperasikannya kapal uap dan

pembukaan terusan Suez. Dari sinilah asal semua kitab tebal dan

kitab tipis.23

Lingkungan pesantren pada umumnya terdiri dari rumah

kyai, sebuah tempat peribadatan yang juga berfungsi sebagai

tempat pendidikan (disebut masjid kalau digunakan untuk salat

jum’at, kalau tidak disebut dengan langgar atau surau), sebuah atau

lebih rumah pondokan yang dibuat sendiri oleh para santri dan

bamboo atau kayu, sebuah atau lebih ruangan untuk memasak,

kolam atau ruangan untuk mandi atau berwudlu.

Dengan perubahan zaman modern ini diciptakan juga

sebuah pesantren terbuka, dimana para santri pergi ke sekolah di

luar pesantren pada siang hari untuk pergi ke madrasah, karena

pada umumnya sebuah madrasah mempunyai enam kelas dan enam

guru. Beberapa/semua guru mempunyai sebuah asrama di

rumahnya untuk muridnya, dimana kegiatan pesantren masih

dipertahankan. Selain itu pesantren tetap berfungsi sebagai tempat

22 Ibid, hlm. 16 - 17 23 Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, (Jakarta: LP3ES, 1991), hlm. 22

Page 11: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

17

pendidikan, tetapi statusnya sudah terbuka dan sudah mulai mirip

asrama atau rumah indekost.

Kalau didalam pesantren sudah didirikan sebuah madrasah,

maka tradisi pesantren lama masih sering dilanjutkan yaitu

pengajaran didalam masjid yang pada umumnya terjadi sekitar

waktu shalat, pada saat itu murid duduk bersila dan membaca

kitab-kitab tradisional (kitab kuning) tanpa terjemahan dan tanpa

huruf latin, akan tetapi dalam pengajian masih sering digunakan

bahasa daerah.

2). Kursus

Di kota-kota besar, lembaga layanan kursus sudah

berkembang begitu pesat, perkembangannya bukan hanya pada

kuantitas lembaga penyelenggaranya, tetapi pada jenis-jenis

program pendidikannya. Dalam hubungan ini, juga sudah

berkembang lembaga-lembaga layanan kursus yang mampu

mengorganisir berbagai jenis program pendidikan. Lembaga-

lembaga layanan kursus yang ada di tengah-tengah masyarakat,

sudah jelas merupakan salah satu potensi pengelola program-

program pendidikan luar sekolah. Kenyataan tersebut sudah

semestinya didaya-gunakan seoptimal mungkin, sehingga menjadi

lebih terarah, fungsional, efisien dan efektif.

B. POLA PEMBINAAN ORANG TUA

1. Pengertian Pembinaan

Pembinaan adalah usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan

secara berdayaguna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih

baik.24

Pembinaan yang dimaksud disini adalah pola pembinaan orang tua

yaitu pola pembinaan anak dalam keluarga, ini dapat dilakukan lewat

24 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 17

Page 12: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

18

penggambaran yang dilakukan orang tua dalam membina anaknya saat

menanamkan ajaran agama, budi pekerti, ketrampilan dan penanaman nilai

sosial budaya.

Pengaruh lingkungan keluarga sangat besar terhadap remaja, akan

tetapi sebetulnya pengaruh itu telah dimulai sejak dari bayi, bahkan dalam

kandungan. Bahkan mungkin pengaruh yang diterima waktu kecil lebih

menentukan dalam kehidupannya dikemudian hari. Pengalaman waktu

kecil ikut membentuk kepribadiannya. Apa yang dilihat, didengar dan

dirasakan dalam kehidupan waktu kecil itu masuk terjalin ke dalam

pembinaan kepribadiannya.

Agus Suyanta mengatakan tentang pembinaan akhlak berarti

bahwa anak dituntut agar belajar memiliki rasa tanggung jawab.

Selanjutnya tentang tanggung jawab itu sendiri ia mengemukakan :

Yang dimaksud dengan ia telah mulai dapat bertanggung jawab bahwa ia telah mengerti tentang perbedaan antara yang benar dan yang salah , yang boleh dan yang dilarang, yang dianjurkan dan yang dicegah, yang baik dan yang buruk dan ia sadar bahwa ia harus menjauhi segala yang bersifat negatif dan mencoba membina diri untuk selalu menggunakan hal-hal yang positif bila suatu ketika bahwa ia berbuat salah, serta ia sendiri menyadari akan kesalahannya itu, maka ia harus secepatnya berhenti dari kesalahannya itu dan segera kembali ke jalan yang semestinya.25

Sejalan dengan pernyataan di atas, Hasan Langgulung seperti yang

dikutip Chabib Thoha menggunakan istilah pola asuh untuk pembinaan

yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak. Beliau mengungkapkan

bahwa:

Pola asuh adalah merupakan suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab primer. Karena anak adalah buah kasih sayang yang diikat dalam tali perkawinan antara suami dan istri dalam satu keluarga. Keluarga adalah satu elemen terkecil dalam masyarakat yang merupakan institusi sosial terpenting dan

25 Agus Suyanta, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Rineka Cipta , 1996), hlm. 267

Page 13: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

19

merupakan unit sosial yang utama melalui individu-individu disiapkan nilai-nilai hidup dan kebudayaan yang utama.26

Begitu besarnya peranan orang tua dalam perkembangan anak-

anaknya, dibuktikan dari hasil penelitian yang mengatakan bahwa

perkembangan anak-anak bukan hanya karena makanan atau air susu ibu.

Dalam perkembangannya terutama dalam perkembangan kepribadiannya,

anak-anak membutuhkan curahan kasih sayang melalui kehidupan

keluarga.27

2. Jenis-jenis Pembinaan

a. Pola Pembinaan Otoriter.

Untuk dapat melihat jenis pembinaan ini seperti dikemukakan

oleh H.M.Chabib Thoha:

Pola pembinaan otoriter ini anak tidak mempunyai kekuasaan untuk melakukan segala sesuatu yang menjadi kepentingan atau keinginannya, karena anak hanya boleh melakukan segala sesuatu yang menjadi kepentingan atau keinginannya, karena anak hanya boleh melakukan segala sesuatu yang menjadi kehendak orang tuanya. Orang tua yang bersifat otoriter akan memberikan hukuman yang keras, misalnya dengan hukuman badan untuk pelanggaran yang dilakukan oleh anaknya . Anak juga diatur segala keperluan dengan aturan yang ketat dan masih tetap diberlakukan meskipun sudah menginjak dewasa.28

Dalam kondisi seperti ini anak kurang memperoleh perhatian

yang layak, sehingga cita-cita dan keinginan anak jauh dari harapan.

Anak tidak mempunyai kesempatan untuk mengadakan improvisasi

sesuai dengan keinginannya masing-masing, karena semuanya

ditentukan oleh orang tua. Akibatnya anak sulit untuk berkembang.

Sebagai akibat yang lebih jauh akan berpengaruh kepada sifat-sifat

26 H.M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka pelajar,

1996), hlm. 109-110. 27 Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, terj.

Syihabudin, (Jakarta: Gema Insani, 1995), hlm. 144. 28 H.M. Chabib Thoha, Op. Cit., hlm. 111

Page 14: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

20

kepribadian anak sebab kurang kreatif, gugup, ragu-ragu, suka

membangkang, menentang kewibawaan orang tua, penakut, penurut.

b. Pola Pembinaan Demokratis

Anak yang dibina oleh orang tuanya secara demokratis akan

memiliki rasa percaya diri dan mengambil sikap serta tindakan yang

tepat terhadap permasalahan-permasalahan yang ada disekelilingnya.

Kemudian dari permasalahan-permasalahan dan pemecahan yang

diambilnya akan menjadi anak semakin matang dan mandiri.

Pada pola ini orang tua memandang anak sebagai individu yang

sedang berkembang, anak diberi kesempatan untuk berinisiatif dan

aktif. Disamping itu orang tua memberikan pertimbangan dan pendapat

kepada anak, sehingga anak mempunyai sifat terbuka dan bersedia

mendengarkan pendapat orang tua. Anak dapat dipimpin dan

memimpin dengan penuh kreatif dan aktif serta anak dapat menghargai

orang lain karena sudah bisa saling menghargai antara anggota

keluarga.

Pada pola asuh yang demokratis akan berakibat pada sifat-sifat

dan kepribadian anak diantaranya anak akan menjadi aktif dalam

hidupannya, penuh inisiatif, percaya pada diri sendiri, memiliki rasa

sosial, penuh tanggung jawab, menerima kritik dan saran dengan

terbuka, emosi lebih stabil, mudah menyesuaikan diri.

c. Pola Pembinaan Permisive

Orang tua yang membina anak secara permisive menyebabkan

anak cenderung berprestasi rendah atau menurun karena kurangnya

bimbingan dan arahan dari orang tua. Anak cenderung melakukan

segala sesuatunya “semau gue”, tidak atau kurang memperhatikan

akibat dari perbuatanya baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

Dari jenis-jenis pola pembinaan orang tua terhadap anak tersebut.

Page 15: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

21

Orang tua yang melindungi anak secara berlebih-lebihan menurut hasil

penelitian Satyah Tati Imam Sayono akan menyebabkan sikap anak:

1) tidak ada motivasi untuk belajar.

2) pasif dan seringkali menjurus ke sikap neuritik.

3) kurang rasa harga diri.

4) tidak ada kesanggupan untuk merencanakan sesuatu.29

Dengan demikian pola asuh yang permisive dan otoriter

keduanya tidak menguntungkan bagi perkembangan kepribadian anak

maupun terhadap kemajuan belajar.

Pola asuh orang tua di Indonesia kebanyakan menggunakan

pola ganda, yakni dalam memberikan kepuasan emosional orang tua

bersifat permissive atau menuruti kepuasan anak, dan hal ini biasanya

menyebabkan anak menjadi manja, tetapi ada pula yang cenderung

menelantarkan anak, artinya kurang memperhatikan anak. Untuk yang

kedua dikatakan bahwa dibiarkannya anak kurang mendapatkan

perhatian bukan karena orang tua tidak memiliki kasih sayang,

melainkan karena:

- ibu belum siap menjadi orang tua

- terjadi akibat salah pengertian yang dianggapnya anak itu sebagai

orang dewasa

- karena kesibukan sebagai akibat orang tua bekerja.

Pola ganda dapat dijumpai tidak hanya jika satu orang yang

mengasuh dan mereka sama-sama menggunakan pola asuh yang

berbeda, bisa jadi ayah menggunakan pola otoriter, ibu menggunakan

pola yang permissive.

Dari jenis-jenis pola pembinaan orang tua terhadap anak tersebut

dapat disimpulkan bahwa pola pembinaan yang paling baik diterapkan

adalah pola demokratis dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsip nilai

29 Ibid., hlm. 113

Page 16: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

22

yang universal dan absolut terutama yang berkaitan dengan pendidikan

agama islam.

3. Bentuk-Bentuk Pembinaan

Yang dimaksud dengan bentuk-bentuk pembinaan orang tua

terhadap anak dalam kajian ini meliputi:

a. Keteladanan / Pembiasaan.

Keteladanan dalam pembinaan merupakan metode yang

berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan

membentuk aspek moral, spiritual dan etos sosial anak. Hal ini karena

pendidikan adalah figur terbaik dalam pandangan anak, yang tindak

tanduk dan sopan santunnya, disadari atau tidak akan ditiru anak,

bahkan bentuk perkataan, perbuatan dan tindak-tanduknya akan

senantiasa tertanam dalam kepribadian anak.30

Bagaimana besarnya usaha yang dilakukan orang tua untuk

membina anaknya agar menjadi baik dan sucinya fitrah tidak akan

mampu memenuhi prinsip-prinsip pendidikan utama apabila anak tidak

melihat figur pendidik / pembina sebagai teladan dari nilai-nilai moral

yang tinggi.

Dalam islam sendiri pembinaan umat dilakukan dengan

keteladanan yang ada pada diri seseorang pembawa risalah yaitu

Rasulullah Saw. Hal ini seperti dinyatakan dalam ayat al – Qur’an

yang berbunyi:

)21:الاحزاب(لَقَد كَانَ لَكُم فِى رسولِ االلهِ اُسوةٌ حسنةٌ “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik” (al-Ahzab : 21)31

Pada ayat ini menjelaskan bahwa sebenarnya Nabi Muhammad

SAW adalah seorang yang kuat imannya, berani, sabar dan tabah

30 Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Jilid II Cet. III, terj. Jamaluddin Miri, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), hlm. 142

31 Moh. Rifa’i dan Rosihin Abdul Ghani, Op.Cit, hlm. 379

Page 17: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

23

menghadapi segala macam cobaan, percaya dengan sepenuhnya

kepada segala ketentuan-ketentuan Allah swt dan beliaupun

mempunyai akhlak yang mulia.32

Keteladanan Rasulullah Saw bisa kita lihat dalam segala aspek

kehidupan seperti dalam ibadah. Akhlak yang mulia ( budi pekerti,

kemurahan hati, kesabaran, ketabahan, keteguhan dalam memegang

prinsip, dsb ) dan sampai kepada masalah politik.

Keteladanan ini merupakan bentuk pembinaan yang sangat membekas pada diri anak. Ketika orang tua menginginkan anaknya tumbuh dala kejujuran, amanah, menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak diridhoi agama, kasih sayang, mandiri dsb, maka orang tua anak harus memberikan teladan.33 Dan supaya keteladanan yang diberikan ini akan terus

membekas pada diri anak maka hal itu harus dibiasakan sehingga

menjadi adat kebiasaan sehari-hari.

Metode islam dalam memperbaiki anak-anaknya menurut A.

Nasih Ulwan mengacu pada dua pokok yaitu pengajaran dan

pembiasaan. Pengajaran adalah upaya teoritis dalam perbaikan dan

pendidikan. Sedangkan pembiasaan adalah dimensi praktis dalam

upaya pembentukan ( pembinaan ) dan persiapan. Maka hendaknya

orang tua memusatkan perhatian pada pengajaran anak-anak tentang

kebaikan dan upaya membiasakannya, sejak ia mulai memahami

realita kehidupan ini.34

Supaya pembiasaan lekas tercapai dan baik hasilnya harus

memenuhi syarat tertentu :

1) Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.

32 Universitas Islam Indonesia, Al Quran dan Tafsirnya, Jilid VII, (Yogyakarta: Dana Bakti

Wakaf, 1995), hlm. 743-744 33 Abdullah Nashih Ulwan, Op. Cit., hlm. 178 34 Ibid., hlm. 202-203

Page 18: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

24

2) Pembiasaan itu hendaknya terus menerus (berulang-ulang) dijalankan secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis, untuk dibutuhkan pengawasan.

3) Pendidikan hendaklah konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap pendiriannya yang telah diambilnya. Jangan memberi kesempatan kepada anak untuk melanggar pembiasaan yang telah ditetapkan.

4) Pembiasaan yang mula-mulanya mekanistis itu harus makin menjadi pembiasaan yang disertai kata hati anak itu sendiri.35

Hal itu jika secara berangsur-angsur disertai dengan penjelasan-

penjelasan dan nasehat-nasehat diri si pendidik sehingga makin lama

timbullah pengertian dalam diri anak didik. Kita masih ingat bahwa

anak adalah makhluk yang mempunyai kata hati dan tujuan pendidikan

ialah memimpin anak agar mereka kelak dapat berdiri sendiri dan

bertanggung jawab sendiri.

b. Penjelasan / Nasehat

“Nasehat yang tulus dan nasehat yang berpengaruh, jika

memasuki jiwa yang bening, hati terbuka, akal yang jernih dan

berfikir, maka dengan cepat mendapat respon yang baik dan

meninggalkan bekas yang sangat dalam”.36

Al-Qur’an penuh dengan ayat-ayat yang menjadikan nasehat

sebagai dasar dakwah, jalan perbaikan individu dan memberi petunjuk

kepada berbagai kelompok. Didalam al-Qur’an penjelasan atau nasehat

ada dalam berbagai bentuk misalnya peringatan untuk bertaqwa,

mengikuti jalan orang-orang yang lurus, dan sebagainya.

Di antara ayat-ayat al-Qur’an yang mengajarkan untuk

melakukan pembinaan melalui penjelasan / nasehat, antara lain:

فَاِنَّ الذِّكْر ذَكِّرو نمِنِيؤالْم فَعن55:الذاريات(ت(

35 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Edisi II, (Bandung : Remaja

Rosdakarya, 1995), hlm. 178 36 Abdullah Nashih Ulwan, Op. Cit., hlm. 213

Page 19: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

25

“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman” (Adz-Dzariyat : 55).37

Pada ayat ini menjelaskan bahwa orang muslim agar tetap

memberi peringatan kepada sesama muslim agar tidak saling merugi

dan tidak terjerumus kepada perbuatan dosa.38

c. Anjuran /perintah

Perintah bukan hanya apa yang keluar dari mulut seseorang

yang harus dikerjakan oleh orang lain, melainkan peraturan-peraturan

yang harus ditaati oleh anak-anak. Tiap-tiap perintah dan peraturan

dalam pendidikan mengandung norma-norma kesusilaan; Jadi bersifat

memberi arah atau mengandung tujuan ke arah perbuatan susila.

Supaya perintah yang dilancarkan oleh si pendidik terhadap

anak didiknya dapat ditaati sehingga dapat tercapai apa yang di

maksud, hendaklah perintah-perintah itu memenuhi syarat-syarat

tertentu:

1) Perintah hendaklah terang dan singkat. Jangan banyak komentar sehingga mudah dimengerti oleh anak.

2) Perintah hendaklah disesuaikan dengan keadaan dan umur anak, sehingga jangan sampai memberi perintah yang tidak mungkin di kerjakan oleh anak dan hendaknya disesuaikan dengan kesanggupan anak.

3) Kadang-kadang perlu pula kita mengubah perintah itu menjadi suatu perintah yang lebih bersifat permintaan sehingga tidak terlalu keras kedengarannya.

4) Jangan terlalu banyak dan berlebih-lebihan memberi perintah, sebab dapat mengakibatkan anak itu tidak patuh tetapi menentang. Pendidik hendaklah hemat akan perintah.

5) Pendidik hendaklah konsekuen terhadap apa yang diperintahkannya.

6) Suatu perintah yang bersifat mengajar (si pendidik turut melakukannya) umumnya lebih ditaati oleh anak-anak dan dikerjakannya dengan gembira.39

37 Moh. Rifa’I dan Rosihin Abdul Ghani, Op. Cit, hlm. 472 38 Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 354-355 39 M. Ngalim Purwanto, Op. Cit, hlm. 180-181

Page 20: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

26

d. Pujian / Hadiah

“Seorang anak yang diberi hadiah akan merasa bahwa hal itu

merupakan bukti tentang penerimaan dirinya dalam berbagai norma

kehidupan. Anak juga akan menjadi tenang dan tenteram hatinya yang

merupakan kebutuhan pokok anak”.40

Pemberian pujian maupun hadiah dapat digunakan untuk

memperkuat respon (respon positif). Pemberian hadiah ini harus

didasarkan atas kondisi yang tepat sesuai dengan tujuan pokoknya,

hendaknya orang tua tidak terlalu sering memberikan hadiah karena

dapat menyebabkan kehikangan efektifitasnya. Misalnya seorang anak

yang sering dipuji bisa mengakibatkan anak menjadi sombong,

sedangkan anak yang sering diberi hadiah oleh orang tuanya dapat

menyebabkan anak hanya mau melakukan segala sesuatu bila ada

imbalannya.

e. Larangan

Disamping memberi perintah, sering pula orang tua harus

melarang perbuatan anak-anak. Larangan itu biasanya orang tua

keluarkan jika anak melakukan sesuatu yang tidak baik, yang

merugikan atau yang dapat membahayakan dirinya.

Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam melakukan

larangan antara lain:

1) Larangan harus diberikan dengan singkat, supaya dimengerti maksud larangan itu.

2) Jika mungkin larangan dapat diberi penjelasan singkat 3) Jangan terlalu sering melarang, akibatnya tidak baik 4) Bagi anak-anak yang masih kecil, larangan dapat di cegah dengan

membelokkan perhatian anak kepada sesuatu yang lain, yang menarik minatnya.41

40 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), hlm. 217 41 M. Ngalim Purwanto, Op. Cit, hlm. 181-182.

Page 21: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

27

f. Hukuman

Menghukum ialah “memberikan atau mengadakan nestapa atau

penderitaan dengan sengaja kepada anak yang menjadi asuhan kita

dengan maksud supaya penderitaan itu betul-betul dirasakannya untuk

menuju ke arah perbaikan”.42

Hukuman itu hendaknya menjadi pilihan terakhir bagi orang

tua dalam membina anak, apabila bentuk-bentuk pembinaan yang lain

dianggap sudah tidak dapat untuk mengatasinya, barulah kemudian

hukuman ini diberikan sesuai dengan tingkat kesalahannya.

Dalam memberikan hukuman, menurut Nashih Ulwan ada

beberapa syarat yang harus diperhatikan yaitu:

1) Hukuman harus selaras dengan kesalahannya 2) Hukuman harus seadil-adilnya 3) Hukuman harus cepat dijalankan agar anak mengerti maksud

hukuman tersebut 4) Memberikan hukuman dalam keadaan tenang (tidak marah) 5) Hukuman sesuai umur anak 6) Hukuman harus diikuti penjelasan 7) Hukuman harus diakhiri dengan pemberian ampun 8) Hukuman merupakan pilihan terakhir / digunakan apabila sudah

terpaksa 9) Hukuman berdasarkan cinta, bukan balas dendam 10) Hukuman harus menimbulkan penderitaan pada yang di hukum

dan menghukum.43

Itulah bentuk-bentuk pembinaan yang dapat diberikan oleh para

pendidik maupun orang tua yang bersumber dari ajaran islam, yang

didalamnya menunjukkan nilai paedagogis yang tidak usang jika

dibandingkan dengan metode menurut berbagai teori pendidikan modern.

Pendidikan dengan cara memberi teladan yang baik, anak akan

mendapatkan sifat-sifat yang utama, akhlak yang sempurna, meningkat

pada keutamaan dan kehormatan. Tanpa keteladanan yang baik,

pengajaran dan nasehat, maka pendidikan tidak akan berguna.

42 H.M. Arifin, Op. Cit., hlm. 218 43 Abdullah Nashih Ulwan, Op. Cit., hlm. 325-327

Page 22: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

28

Pendidikan dengan kebiasaan, maka anak berada dalam

pembentukan edukatif dan sampai pada hasil-hasil yang memuaskan.

Sebab, ini semua bersandarkan pada metode memperhatikan dan

mengawasi, berdasarkan bujukan dan ancaman, bertitik tolak dari

bimbingan dan pengarahan. Tanpa ini pendidik seperti orang yang

menegakkan benang basah dan mengukir langit.

Dengan pendidikan memberi nasehat, anak akan terpengaruh oleh

kata-kata yang memberi petunjuk, nasehat yang memberi bimbingan, kisah

yang efektif, dialog yang menarik, metode yang bijaksana, pengarahan

yang membekas. Tanpa ini tidak akan tergerak perasaan anak, sehingga

pendidikan akan menjadi kering dan sulit untuk memperbaikinya.

Dengan pendidikan memberi hukuman, anak akan jera dan berhenti

berperilaku buruk. Ia akan mempunyai perasaan dan kepekaan yang

mengikuti hawa nafsunya, mengerjakan hal-hal yang diharamkan. Tanpa

ini anak akan terus menerus berkubang pada kenistaan, kemunkaran dan

kerusakan.

Karena orang tua menginginkan kebaikan pada diri anak,

hendaknya metode-metode ini tidak diabaikan dan hendaknya orang tua

berlaku bijaksana dalam memilih metode yang paling efektif dalam situasi

dan kondisi tertentu.

C. KEMANDIRIAN BELAJAR

1. Pengertian Kemandirian Belajar

Pada dasarnya pengertian sikap mandiri itu dapat ditinjau dari dua

segi, yaitu pengertian secara etimologi (bahasa) dan pengertian secara

terminologi (istilah).

Secara etimologi, “kemandirian belajar berasal dari kata “mandiri”

yang berarti berdiri sendiri atau keadaan berdiri sendiri tanpa tergantung

Page 23: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

29

kepada orang lain. Kemandirian adalah hal atau keadaan dapat berdiri

sendiri tanpa tergantung kepada orang lain”.44

Menurut Chabib Thaha, “kemandirian dapat didefinisikan sebagai

suatu keinginan untuk menguasai dan mengendalikan tindakan–tindakan

sendiri dan bebas dari pengendalian orang lain”.45

Sedangkan menurut Herman Holestein:

Kemandirian adalah sikap mandiri yang dengan inisiatifnya sendiri mendesak jauh ke belakang, setiap pengendalian asing yang membangkitkan swakarya tanpa perantara dan spontanitas yakni ada kebebasan bagi keputusan, penilaian, pendapat, pertanggung jawaban tanpa menggantungkan orang lain.46

Menurut Zakiah Daradjat: ”Mandiri yaitu berdiri sendiri atau

kecenderungan untuk melakukan suatu yang diingini tanpa minta tolong

orang lain. Juga dapat mengarahkan kelakuannya tanpa tunduk pada orang

lain”.47

Belajar secara umum diartikan sebagai “proses perubahan tingkah

laku akibat interaksi individu dengan lingkungannya”.48 Sedangkan

menurut Shaleh Abdul Azis berpendapat bahwa :

اَلتعلُّم هو تغيِير فِى ذِهنِ الْمتعلِّمِ يطْرءُ علَى خِبرةٍ سابِقَةٍ فَيحدثُ فِيها 49 تغيِيرا جدِيدا

“Belajar adalah adanya perubahan hati / kalbu anak didik yang didasarkan atas pengalaman masa lalu / lampau, sehingga menimbulkan perubahan baru pada diri anak”.

44 Anton Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995), hlm.

625 45 H.M. Chabib Thoha,Op.Cit., hlm. 121 46 Herman Holestein, Murid Belajar mandiri, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1986), hlm.

13 47 Zakiah Daradjat, Perawatan Jiwa untuk Anak, (Jakarta : Bulan Bintang, 1987), hlm. 130 48 Winarno Surahmad, Pengantar Interaksi Mengajar dan Belajar, (Bandung : Tarsito,

1994), hlm. 65-66 49 Shaleh Abdul Aziz, At Tarbiyah Waturuqut Tadris, (Mesir : Darul Ma’arif, Cet. 10,

1978), hlm. 169

Page 24: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

30

Sedangkan menurut Clifford T. Morgan berpendapat bahwa:

“Learning may be defined as any relatively permanent change in behavior

which occurs as a result of experience or practice”.50

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative tetap sebagai akibat dari latihan dan pengalaman.

Dari beberapa pendapat diatas penulis simpulkan bahwa

kemandirian belajar adalah suatu kecenderungan anak untuk belajar

sendiri dalam mencapai suatu tujuan yang didasarkan pada pendirian dan

keyakinan yang ada pada dirinya sendiri dengan prinsip untuk tidak

bergantung pada orang lain.

2. Ciri-ciri Kemandirian Belajar

Kalau kita barbicara masalah kemandirian tentunya tidak lepes dari

faktor-faktor dan ciri-ciri yang menandai bahwa anak punya sikap mandiri.

Adapun ciri-ciri kemandirian adalah:

a. Kematangan fungsi-fungsi psikis

Dalam proses maturisi (kematangan) adakalanya terjadi secara

alamiah tetapi adakalanya melalui latihan-latihan yang dilakukan

sendiri karena mendapatkan rangsangan dari media sebagai rangsangan

berkembangnya fungsi-fungsi psikis.

Berkembangnya suatu fungsi tampak didorong kekuatan dari

dalam sehingga pada suatu saat muncul kepekaan bertingkah laku. Saat

yang demikian sering disebut masa peka atau masa perkembangan.

Menurut Kartini Kartono yang mengutip pendapat Marie

Jahada menyebutkan ciri-ciri kematangan sebagai berikut:

- Pribadi yang matang adalah individu yang dapat menguasai lingkungan secara aktif.

- Dia memperlihatkan suatu totalitas dari segenap pribadinya. - Dia sanggup menerima secara tepat dunia lingkungannya dan

dirinya sendiri.

50 Clifford T. Morgan dan Richard A King, Introducvtion to Phsycology, (Tokyo: Grow

Hill, 1971), hlm. 63

Page 25: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

31

- Ia sanggup berdiri sendiri diatas kedua belah kakinya tanpa banyak menuntut kepada orang lain.51

Dari keempat ciri kematangan tersebut dapat dilihat bahwa

kematangan berkaitan erat dengan kemandirian, dimana adanya empat

unsur penting yakni menguasai lingkungan secara aktif, suatu totalitas

dalam kepribadian, mampu menerima kondisi lingkungannya dan

dirinya sendiri serta mampu berdikari mencerminkan bahwa

tampaknya suatu kematangan pada diri seseorang merupakan ciri

utama kemandirian.

b. Kedisiplinan Dalam Belajar

Ciri lain yang menandai sikap mandiri pada anak adalah

disiplin dalam segala perbuatan atau tingkah lakunya, sehingga setiap

anak yang mandiri mempunyai disiplin dalam segala perbuatan atau

tingkah lakunya agar tidak salah dalam melangkah atau menyesal atas

tindakannya.

Dalam masalah disiplin ini Rasulullah juga memerintahkan

untuk mendidik anak dengan kedisiplinan sebagaimana yang beliau

sabdakan:

ثنا اسماعيل، عن سوار أبي – يعني اليشكري –حدثنا مؤول بن هشام بو حمزةَ الْمزنِي الصيرفِي عن أَوهو سوار بن داود : بو داودأقال حمزة،

مروا .: م.قال رسول االله ص: عمِرو بنِ شعيبٍ عن اَبِيهِ عن جدِّهِ قَالَ بناءُ عشرٍ أَبناءُ سبعِ سِنِين واضرِبوهم علَيها وهم أَ بِالصلاَةِ وهم ولاَدكُمأَ

52 رواه ابو داود ....وفَرِّقُوا بينهم فِى الْمضاجِعِ“Suruhlah anak-anakmu salat jika mereka telah berumur tujuh tahun dan pukullah mereka jika mereka meninggalkan salat, bila mereka telah berumur sepuluh tahun pisahkanlah mereka dari tempat tidur”. (HR. Abu Dawud).

51 Kartini Kartono, Teori Kepribadian, (Bandung : Alumni, 1979), hlm. 126 52 Abu Daud Sulaiman bin Asy’as Sajastani, Sunan Abu Dawud, Jus 1, (Libanon : Darul

Fikr, 1994), hlm. 119

Page 26: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

32

Singgih D Gunarsa mengemukakan bahwa pentingnya disiplin

dalam mendidik anak supaya anak dengan mudah:

- Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenai hak orang lain

- Mengerti dan segera menurut untuk melaksanakan kewajiban dan secara langsung mengerti larangan-larangan.

- Mengerti tingkah laku yang baik dan buruk - Belajar mengendalikan keinginan dan perbuatan tanpa terancam

oleh hukuman - Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang

lain.53

Fungsi utama disiplin adalah “untuk mengejar mengendalikan

diri dengan mudah, menghormati dan memenuhi otoritas. Pada

umumnya anak mulai menumbuhkan disiplin melalui otoritas orang

tuanya”.54

Otoritas ini harus bersifat tegas, ramah dan masuk akal.

Dengan demikian anak akan merasa aman dan otoritas yang wajar

akan menyebabkan anak belajar menekan kesenangan-kesenangannya

dan mendahulukan kewajiban serta usaha-usaha untuk tujuan masa

depan.

c. Kreativitas Belajar

Dikatakan S.C.Utami Munandar:

Kecenderungan anak untuk merealisasikan hal-hal yang baru. Kemudian diminta untuk merealisasikan dan menentukan ciri-ciri yang paling menonjol dalam pribadi yang kreatif, maka ciri-ciri yang mendapat rangking tertinggi adalah anak yang bebas berfikir, senang mencari sesuatu yang baru, dapat menilai sesuatu yang baru (inisiatif), bebas dalam memberikan pendapat dan tidak begitu saja menerima pendapat orang lain.55

53 Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Membimbing, (Jakarta : Gunung Mulia, 1992), hlm.

137 54 Ibid., hlm. 136 55 S.C. Utami Munandar, Pemanduan Anak Berbakat, (Jakarta : Rajawali, 1996), hlm. 45

Page 27: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

33

Selanjutnya dikatakan Conny Semiawan, dan kawan-kawan:

“Kreativitas dalam hal ini merupakan proses berfikir dan berbuat

dimana siswa berusaha untuk melakukan sesuatu yang baru,

mendapatkan jawaban, metode dan cara baru dalam memecahkan

masalah”.56

Selanjutnya ditambahkan olehnya tentang ciri-ciri orang yang

mempunyai kepribadian yang kreatif yaitu:

1) Mempunyai daya imajinasi yang kuat 2) Mempunyai inisiatif. 3) Mempunyai minat yang luas. 4) Bebas dalam berfikir. 5) Bersifat ingin tahu 6) Selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru 7) Percaya pada diri sendiri 8) Penuh semangat 9) Berani mengambil resiko (tidak takut berbuat kesalahan) 10) Berani dalam pendapat dan keyakinan (tidak ragu-ragu dalam

menyatakan pendapat meskipun mendapat kritik, dan berani mempertahankan pendapat yang menjadi keyakinannya).57

d. Mampu memecahkan masalah

Mampu memecahkan masalah merupakan salah satu sikap

mandiri, sebab tidak mungkin anak bertindak sendiri jika tidak mampu

memecahkan masalah terlebih dahulu. Sebagai anak yang mandiri

hendaknya selalu mencoba untuk menyelesaikan segala persoalan yang

ada, dihadapi sendiri tanpa minta bantuan orang lain. Dan ini

signifikan dengan pendapat Kartini Kartono yang mengatakan bahwa:

Dalam dunia menolong, ketrampilan memecahkan masalah merupakan ketrampilan yang sangat penting, setiap orang pada saat tertentu dalam hidupnya dihadapkan pada masalah yang harus dipecahkan. Jadi kemampuan dan ketrampilan

56 Cony Semiawan, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, (Jakarta :

Gramedia, 1987), hlm. 9 57 Ibid., hlm. 10-11

Page 28: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

34

memecahkan masalah tidak hanya penting untuk menolong dirinya sendiri.58

Mampu memecahkan masalah merupakan salah satu sikap

mandiri, sebagai anak yang mandiri hendaknya selalu mencoba untuk

menyelesaikan segala persoalan yang ada, dihadapi sendiri tanpa

bantuan orang lain.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar antara lain:

a. Faktor Umur

Bertambahnya umur anak akan mendorong tumbuhnya

kecenderungan untuk melepaskan diri dari ikatan orang tua, anak

mulai mencoba tingkah lakunya dan berusaha dengan ketrampilan

motoriknya mengetahui hal-hal yang baru dalam pergaulan dan

lingkungannya.

Berpengaruhnya factor umur dalam sikap mandiri disebabkan

anak mengalami perkembangan rohani dan pertumbuhan jasmani pada

umur-umur tertentu.

Sebagaimana yang dikatakan Binet yang dikutip oleh Zakiah

Daradjat, yaitu:

“Bahwa kemampuan untuk mengerti masalah-masalah yang abstrak dari fakta-fakta yang ada, baru tampak pada umur 14 tahun. Itulah sebabnya maka pada umur 14 tahun itu anak-anak telah dapat menolak saran-saran yang tidak dapat dimengertinya dan mereka sudah dapat mengkritik pendapat-pendapat tertentu yang berlawanan dengan kesimpulan yang diambilnya”.59

Dari pendapat di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

apabila umur semakin bertambah, maka bertambah pula kecakapan-

58 Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya, (Jakarta : Rajawali,

1983), hlm. 137 59 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 38

Page 29: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

35

kecakapan dan ketrampilan yang dimiliki, sehingga secara otomatis

sikap mandiri anak semakin berkembang dan mantap.

b. Pembinaan

Setiap anak ingin mandiri, akan tetapi tidak berarti bahwa

orang tua/pendidik melepas begitu saja dan membiarkan tumbuh dan

berkembang dengan sendirinya. Namun harus dibina sesuai dengan

perkembangan psikis dan pertumbuhan fisiknya.

“Apabila pembinaan pribadi anak terlaksana dengan baik, maka

si anak akan memasuki masa remaja yang mudah dan pembinaan

pribadi di masa remaja itu tidak akan mengalami kekurangan”.60

Dengan demikian anak mempunyai pribadi yang luhur

sehingga mudah untuk mandiri.

c. Pembiasaan dan pemberian kesempatan

Pendidikan hendaknya menyadari bahwa dalam membina

pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan dan latihan secara serius

dan terus menerus yang cocok dengan perkembangan psikisnya, karena

dengan pembiasaan dan latihan tersebut lambat laun anak akan terbiasa

dan akhirnya melekat menjadi bagian dari pribadinya. Dalam

pembiasaan itu dapat dilakukan dengan:

1). Teladan

“Dengan teladan maka akan timbul gejala identifikasi

positif, yaitu penyamaan diri dengan orang yang ditiru”.61

Identifikasi positif penting sekali dalam pembentukan

kepribadian.

2). Anjuran, suruhan dan perintah

Kalau dalam teladan anak dapat melihat, maka dalam

anjuran, suruhan dan perintah adalah alat pembentukan disiplin

secara positif.

60 Ibid, hlm. 58 61 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Al-Ma’arif,

1989), hlm. 19

Page 30: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

36

3). Latihan

“Tujuannya untuk menanamkan sifat-sifat yang utama dan

untuk menguasai gerakan-gerakan serta menghafalkan

pengetahuan”.62 Latihan dapat membawa anak kea rah berdiri

sendiri (tidak selalu dibantu oaring lain), latihan juga bias

membawa kepuasan pada si anak dan dapat memberi dorongan

yang lebih baik.

4). Pujian

“Berperan dalam menguatkan dan mengukuhkan suatu

tingkah laku yang baik”.63 Di samping itu juga bias membawa

kepuasan pada si anak dan dapat memberi dorongan yang lebih

baik.

5). Hukuman

“Bertujuan untuk menekan atau membuang tingkah laku

yang tidak pantas”.64 Di samping itu hukuman dapat menghasilkan

disiplin dan pada taraf yang lebih tinggi akan menginsafkan anak

didik. Berbuat atau tidak berbuat bukan berarti karena takut akan

hukuman, melainkan karena keinsafan sendiri.

Dalam prakteknya pendidik dalam menanamkan pembiasaan

dan latihan serta memberikan kesempatan harus memperhatikan usia,

kematangan psikis dan kekuatan fisik anak didik sehingga tidak terjadi

kesalahan yang berakibat fatal.

62 Ibid, hlm. 86 63 Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia, 1981), hlm.

137 64 Ibid, hlm. 137

Page 31: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

37

D. PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN POLA PEMBINAAN

ORANG TUA TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR

Pendidikan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi cara

pandang seseorang. Dengan pendidikan cakrawala manusia dapat terbuka

lebar, tidak berwawasan sempit. Bagaimanapun juga pendidikan sangat

berperan dalam kehidupan sehari-hari termasuk pola pikir dan tingkah laku

seseorang. Apabila kita berbicara tentang pendidikan, bukan berarti hanya di

sekolah saja melainkan di luar sekolah. Baik pendidikan sekolah maupun luar

sekolah sama-sama berpengaruh terhadap seseorang, walaupun ada sedikit

perbedaan, biasanya dalam pendidikan sekolah itu lebih bersifat formal.

Mendidik merupakan suatu kegiatan yang tidak bisa dianggap mudah,

karena dalam mendidik memerlukan beberapa keahlian demi tercapainya

tujuan yang diinginkan. Bagi pendidik tidak hanya sekedar melakukan transfer

of knowledge, tetapi termasuk didalamnya adalah transfer of value akan tetapi

lebih kompleks. Hal yang perlu diperhatikan dalam mendidik adalah agar

bagaimana si terdidik mudah dalam menerima apa yang disampaikan, untuk

memudahkan transfer maka diperlukan metode-metode yang tepat agar

pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien.

a. Keluarga

Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam

membentuk kemandirian pada diri anak-anaknya, termasuk dalam

kemandirian belajar. Hal ini disebabkan karena orang tualah yang menjadi

pendidik yang pertama dan utama. Dengan kata lain orang tua menjadi

penanggung jawab pertama dan utama terhadap pendidikan anak-anaknya.

Menurut Zakiah Daradjat: Orang tua adalah pusat kehidupan

rohani si anak dan sebagai penyebab berkenalannya dengan alam luar,

maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya di kemudian hari

terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya.65

65 Zakiah Daradjat, Op. Cit, hlm. 73

Page 32: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

38

Dengan melihat landasan diatas apabila pengetahuan orang tua

lebih tinggi maka keberhasilan belajar anak akan dipengaruhi oleh orang

tuanya dan apabila pengetahuannya rendah, maka hasil pendidikannya

akan rendah pula.

Orang tua merupakan pembimbing anak, baik jasmani maupun

rohani, karena aktivitas ini adalah sudah menjadi kewajibannya,

memelihara dan mendidiknya. Untuk itu peran orang tua harus mampu

menjadikan anaknya menjadi orang dewasa dengan penuh tanggung jawab

yang lebih baik.

Anak menjadikan orang tuanya sebagai model dari penyesuaian

dirinya dari kehidupan. Bila orang tua tidak dapat dipakai sebagai standart

penyesuaian yang baik, maka akan dapat menimbulkan problem psikologis

pada anak, sebagaimana problem tingkah laku orang tuanya.66

Orang tua yang menerapkan pola pembinaan yang otoriter

mempunyai ciri yang kaku, tegas, suka menghukum, kurang ada kasih

sayang serta simpatik. Orang tua memaksa anak untuk patuh pada nilai-

nilai mereka serta mencoba membentuk sesuai dengan tingkah lakunya

serta mengekang keinginan anak, orang tua tidak mendorong serta

memberi kesempatan untuk mandiri dan jarang memberi pujian, hak anak

dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab seperti anak dewasa.

Orang tua yang demokratis memandang anaknya sama kewajiban

dan hak antara orang tau dan anak, secara bertahap oaring tua memberikan

tangguang jawab bagi anak-anaknya terhadap segala sesuatu yang

diperbuatnya sampai mereka dewasa. Mereka selalu berdialog dengan

anak-anaknya saling memberi dan menerima, selalu mendengarkan

keluhan-keluhan dan pendapat anak-anaknya. Dalam bertindak selalu

memberikan alas an kepada anak, mendorong anak saling membantu dan

bertindak secara objektif.

66 Abdullah Nashih Ulwan, Op. Cit., hlm. 145

Page 33: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

39

Sedangkan orang tua yang membina anaknya secara permissive

menyebabkan anak cenderung berprestasi rendah atau menurun karena

kurangnya bimbingan dan arahan dari orang tua, anak cenderung

melakukan segala sesuatunya tidak/kurang memperhatikan akibat dari

perbuatannya baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

Karena pendidikan anak dalam keluarga bersifat kodrati, maka hal ini harus menjadi pedoman pendidikan di luar rumah, karena anak harus terus mengembangkan kualitas dirinya, maka dalam hal ini tidaklah mungkin diperoleh hanya dalam keluarga. Untuk itu anak membutuhkan lingkungan pendidikan sekolah dan lembaga-lembaga lainnya. Dalam hal ini pendidikan keluarga harus tetap menjadi dasar yang melandasinya.67

Kemandirian belajar dan perilaku anak dapat dihasilkan dari

kondisi rumah tangga dan perilaku keluarganya, keteraturan yang tampak

pada perabot rumah tangga serta kerapian dalam penempatannya akan

dapat berpengaruh pada anak sehingga ia akan senantiasa berdisiplin dan

mandiri.

Demikianlah, keluarga dalam pendidikan anak menempati posisi

penting dalam pembinaan pendidikan kedisiplinan dan kemandirian belajar

serta perilaku anak.

b. Lembaga Pendidikan

Lembaga lain yang menjadi sumber pembinaan anak adalah

sekolah, yang dalam banyak hal memiliki kelebihan yang di bandingkan

dengan pendidikan keluarga. Hanya saja keduanya memiliki tujuan yang

sama, untuk itu masing-masing harus sejalan, selaras dan serasi.

Sekolah adalah lembaga pendidikan pelengkap yang merupakan

pengembangan dari pendidikan keluarga, oleh karenanya sekolah harus

mempersiapkan rencana hubungan dengan orang tua untuk mengetahui

segala persoalan anak dalam keluarganya yang perlu dibetulkan. Dalam

hal ini perlu adanya kerjasama antara keluarga dan lembaga pendidikan.

“Saling memperbaiki antara keadaan rumah dan sekolah untuk

67 Bakri Yusuf Barmawi, Pembinaan Kehidupan Beragama Islam pada Anak, (Semarang: Bina Utama, 1993), hlm. 8

Page 34: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

40

menghilangkan apa yang menjadi problem anak, agar tidak menjadi

pertentangan antara siswa di rumah dan di sekolah.68

Kemudian dengan belajar mandiri di rumah secara rutin dan teratur

untuk mempelajari setiap materi yang diberikan oleh guru dan

menguraikannya dengan bahasa sendiri, meringkasnya kemudian mencoba

membuat pertanyaan dan menjawabnya sendiri maka akan menumbuhkan

kreativitas dan inisiatif dalam otak diri sendiri. Apalagi jika dalam belajar

mandiri dituntut agar siswa tidak hanya menghafal pelajaran yang

kemudian mudah terlupakan, lebih jauh dari itu siswa juga mampu

menguraikan materi dengan penjelasan bahasa sendiri yang tentunya tidak

mudah hilang, karena mengkontruksikan kalimat dengan pengetahuan

sendiri akan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang persoalan

itu, sehingga pengetahuan dari sort term memory akan masuk pada

pegetahuan lingkup long term memory.

Dalam kemandirian belajar, pola pembinaan orang tua memberikan

arah bagi anak-anaknya untuk memiliki sikap yang tidak terpengaruh oleh

orang lain dan bisa memecahkan sendiri permasalahan tanpa bantuan

orang lain.

Antara pendidikan dan mendidik merupakan kaitan yang sangat

erat, sebagaimana kita ketahui pendidikan mempengaruhi cara pandang

dan berfikir seseorang. Jadi bila di tarik suatu kesimpulan bahwa

seseorang yang memiliki pengetahuan lebih banyak akan mempunyai

metode yang banyak dalam mendidik, dan seseorang yang memiliki

tingkat pendidikan yang tinggi maka akan lebih luas wawasannya dan

memiliki pengetahuan yang luas dalam mendidik anak.

68 Sanafiah Faisal, Pendidikan Luar Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), hlm. 41

Page 35: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

41

E. PENELITIAN YANG RELEVAN

Untuk memperjelas posisi penulis dalam penelitian ini, perlu ditinjau

beberapa penelitian yang ada relevansinya dengan penelitian yang penulis

laksanakan dalam penelitian ini.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nur Hidayah (3197024) yang

berjudul Studi Korelasi antara Tingkat Pendidikan dengan Perhatian Orang

Tua terhadap Belajar Anak, yang hasilnya terdapat hubungan antara tingkat

pendidikan dengan perhatian orang tua terhadap belajar anak.69

Sedangkan penelitian yang akan penulis lakukan adalah latar belakang

pendidikan orang tua yang tentunya berbeda dengan tingkat pendidikan orang

tua, karena pada latar belakang pendidikan orang tua lebih luas dengan tingkat

pendidikan orang tua yang hanya mencakup pada pendidikan formal.

Sedangkan latar belakang pendidikan mencakup pendidikan sekolah dan

pendidikan luar sekolah.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Nur Syuhud (195070) yang

berjudul Pengaruh tingkat pendidikan agama orang tua terhadap prestasi

belajar PAI Siswa SD Karang rowo 01 Wonosalam Demak yang hasilnya

terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan terhadap prestasi belajar siswa SD

Karangrowo 01 Wonosalam Demak.70

Adapun dalam penelitian yang penulis lakukan adalah kemandirian

belajar siswa yang jelas berbeda dengan prestasi belajar.

Dari sini jelas bahwa tingkat pendidikan orang tua dan pola

pembinaannya mempunyai pengaruh dalam sikap kemandirian anak

69 Nur Hidayah, Skripsi: Studi Korelasi antara Tingkat Pendidikan dengan Perhatian

Orang Tua terhadap Belajar Anak, (Semarang: Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo, 2002) 70 Nur Syuhud, Skripsi : Pengaruh tingkat pendidikan agama orang tua terhadap prestasi

belajar PAI Siswa SD Karang rowo 01 Wonosalam Demak, (Semarang: Fak. Tarbiyah SETIA-WS, 1998)

Page 36: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LATAR ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/... · d. Menurut Sir Godfrey Thomson By education I mean the influence of

42

F. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.71

Hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh positif dari latar belakang pendidikan orang tua

terhadap kemandirian belajar siswa di SMP Hasanuddin 6 Semarang.

2. Terdapat pengaruh positif dari pola pembinaan orang tua terhadap

kemandirian belajar siswa di SMP Hasanuddin 6 Semarang.

3. Terdapat pengaruh positif dari latar belakang pendidikan dan pola

pembinaan orang tua secara bersama-sama.terhadap kemandirian belajar

siswa di SMP Hasanuddin 6 Semarang.

71 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 1998), hlm. 67