23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Air Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H 2 O. Karena air merupakan suatu larutan yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya. Dengan demikian, air di dalam mengandung zat-zat terlarut. Zat-zat ini sering disebut pencemar yang terdapat dalam air (Linsley, 1991). Pemakaian air secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi empat golongan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu air untuk keperluan irigasi, air untuk keperluan pembangkit energi, air untuk keperluan industri dan air untuk keperluan publik. Air untuk keperluan publik dibedakan atas air konsumsi domestik dan air untuk konsumsi sosial dan komersial (Dumairy, 1992). 1.2 Sumber Air Keberadaan air di bumi merupakan suatu proses alam yang berlanjut dan berputar, sehingga merupakan suatu siklus (daur ulang) yang lebih dikenal dengan siklus 4

Bab II Fiks Bner Banget

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab II Fiks Bner Banget

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian Air

Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang terdiri

dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O. Karena air merupakan

suatu larutan yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling

alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya.

Dengan demikian, air di dalam mengandung zat-zat terlarut. Zat-zat ini sering

disebut pencemar yang terdapat dalam air (Linsley, 1991).

Pemakaian air secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi empat

golongan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu air untuk keperluan irigasi, air

untuk keperluan pembangkit energi, air untuk keperluan industri dan air untuk

keperluan publik. Air untuk keperluan publik dibedakan atas air konsumsi

domestik dan air untuk konsumsi sosial dan komersial (Dumairy, 1992).

1.2 Sumber Air

Keberadaan air di bumi merupakan suatu proses alam yang berlanjut dan

berputar, sehingga merupakan suatu siklus (daur ulang) yang lebih dikenal

dengan siklus hidrologi. Siklus hidrologi bertitik tolak pada pergerakan antara

permukaan dengan dunia atmosfir, yang mekanismenya terjadi melalui

pengendapan dan penguapan. Proses daur ulang air di alam ini terbesar dilakukan

energinya oleh sumber sinar matahari. Dengan bantuan sinar matahari inilah

perjalanan air di alam terus-menerus berputar. Sinar matahari sebagai sumber

energi akan memanasi permukaan bumi termasuk sumber air perrnukaan, seperti

air sungai, danau, Iaut yang akan mengalami penguapan atau evaporasi, hasil ini

akan membentuk uap air. Dengan adanya angin, maka uap air akan bersatu dan

berada di tempat yang tinggi yang sering dikenal dengan awan. Oleh angin, awan

ini akan terbawa makin lama makin tinggi sehingga mencapai temperatur yang

rendah, yang menyebabkan titik-titik air jatuh ke bumi sebagai hujan. Air hujan

sebagian akan mengalir ke dalam tanah, jika air ini keluar pada permukaan bumi,

4

Page 2: Bab II Fiks Bner Banget

5

maka air akan disebut mata air. Sedangkan air hujan yang jatuh ke bumi yang

mengalir pada tempat rendah akan membentuk suatu danau atau telaga, akan

tetapi banyak juga yang mengalir ke Iaut dan kemudian mengikuti siklus hidrologi

(Sutrisno, 2004). Dengan mempelajari siklus hidrologi menurut Depkes (1995),

maka sumber air dapat diklasifikasikan menjadi:

1.2.1 Air Angkasa

Air hujan merupakan penyubliman awan atau uap air murni yang ketika

turun dan melalui udara akan melarutkan benda-benda yang terdapat di udara,

gas (O2, CO3, N2, dan lain-lain jasad-jasad renik, debu). Kelarutan gas CO2 di

dalam air hujan akan membentuk asam karbonat (H2CO2) yang menjadikan air

hujan bereaksi asam. Beberapa macam gas oksida dapat berada pula di dalam

udara, diantaranya yang penting adalah oksida belerang dan oksida nitrogen

(S2O4 dan N2O5). Kedua oksida ini bersama-sama dengan air hujan akan

membentuk larutan asam sulfat dan larutan asam nitrat (H2SO4 dan H2NO3).

Setelah mencapai permukaan bumi air hujan bukan merupakan air bersih lagi.

1.2.2 Air Permukaan

Air permukaan adalah air yang mengalir dipermukaan bumi. Air

permukaan berupa sungai dapat terjadi melalui dua cara, yaitu berasal dari

aliran permukaan bumi, misalnya dari air hujan yang merupakan penyubliman

awan atau uap air murni ketika turun dan melalui udara akan melarutkan

benda-benda yang terdapat di dalam udara, lalu yang berasal dari aliran air

tanah (beberapa mata air) dan campuran keduanya. Pada umumnya air

permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh

lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya.

Beberapa pengotoran ini, untuk masing-masing air permukaan akan berbeda

beda tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis

pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan bakteriologis.

Dalam penggunaannya sebagai air minum, air permukaan haruslah mengalami

suatu pengolahan yang sempurna menggingat bahwa air permukaan ini

mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali.

Page 3: Bab II Fiks Bner Banget

6

1.2.3 Air Tanah

Sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi akan menyerap ke

dalam tanah dan akan menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan tempat air

tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah sambil berubah

sifatnya.

1. Lapisan Tanah Alas (Topsoil).

Pada lapisan ini terjadi kegiatan bakteria yang cukup banyak sambil

melepaskan CO2 banyak, CO2 yang banyak ini akan bereaksi dengan air

hujan dan menambah konsentrasi H2CO3. Bila dalam lapisan ini terdapat

CaCO3 (batu kapur) maka akan terjadi reaksi sebagai berikut :

CaCO3 + H2CO3 →Ca(HCO3)2

Kalsium bikarbonat yang terbentuk ini akan larut dalam air.

2. Lapisan Tanah Bawah (Subsoil)

Kegiatan bakteria tidak seberapa banyak terjadi disini. Reaksi-reaksi

yang terjadi pada lapisan tanah atas terjadi juga di sini tetapi tidak sebanyak

pada lapisan tanah atas.

3. Lapisan Batu Kapur

Lapisan ini terdapat pada batu-batuan, diantaranya batu kapur (CaCO3).

Air hujan yang sudah bereaksi asam karena mengandung H2CO3 itu akan

bereaksi dengan batu-batuan ini. Reaksi kimia disini terjadi sebagai berikut :

CaCO3 + H2CO3 → Ca(HCO3)2

MgCO3 + H2CO3 →Mg(HCO3)2

1.3 Sistem Pengolahan Air

Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan

kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan air

adalah semua air yang terdapat pada, diatas ataupun dibawah permukaan tanah,

termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, air laut yang

berada didarat. Air adalah salah satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari

tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik

berupa makanan dan minuman tidak menyebabkan penyakit, maka pengolahan air

Page 4: Bab II Fiks Bner Banget

7

baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak

diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber

penyakit dengan air yang diperlukan (Sutrisno, 2004). Pengelolaan sumber daya

air sangatlah penting, agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan

tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah yang pengelolaan yang

dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi dalam kualitas air, mencakup

kualitas fisika, kimia, dan biologi. Namun sebelum melangkah pada tahap

pengelolaan, diperlukan pemahaman yang baik tentang terminologi, karakteristik,

dan interkoneksi parameter–parameter kualitas air (Effendi, 2003).

Metode–metode yang digunakan untuk pengolahan air yang berkaitan dapat

digolongkan menurut sifat fenomena yang menghasilkan perubahan yang diamati.

Sehingga, istilah operasi satuan fisik dipergunakan untuk menggambarkan

metode–metode yang mendapatkan perubahan–perubahan melalui penerapan

gaya–gaya fisik, misalnya pengendapan gravitasi. Pada proses–proses satuan

kimiawi atau biologis, perubahan diperoleh dengan cara reaksi–reaksi kimiawi

atau biologis.

1.3.1 Metode Pengolahan Secara Fisik

Metode pengolahan fisik yang sering digunakan adalah :

1. Flokulasi

Flokulasi dilakukan dengan baik yang diberi pengaduk horizontal atau

partikel. Pengaduk ini berputar pelan yang tujuannya memperbesar ukuran

flok, tetapi juga mencegah jangan sampai endapan yang terbentuk

mengendap kebawah. Untuk memperbesar ukuran flok ini ditambahkan

bahan–bahan pengental kedalam air yang mengandung kekeruhan. Untuk

membentuk kumpulan partikel yang mengendap ini dilakukan pengadukan

yang cepat selama 20–30 menit yang akan menyebabkan tumbukan

partikel yang akan membentuk ukuran partikel yang lebih besar.

2. Sedimentasi

Sedimentasi adalah salah satu cara penjernihan air, dimana dilewatkan

pada suatu bak, untuk jangka waktu tertentu. Dimana air mengalir pelan–

Page 5: Bab II Fiks Bner Banget

8

pelan (kecepatan rendah) sehingga partikel yang berat jenisnya lebih berat

akan segera mengendap.

3. Filtrasi

Filtrasi adalah suatu cara penjernihan air dengan cara penyaringan.

Filter biasanya terdiri dari berbagai macam lapisan pasir dan batu–batuan

dengan diameter yang bervariasi dari yang sangat halus hingga yang

terkasar. Air akan mengalir melalui filter sedangkan partikel-partikel yang

tersuspensi didalamnya akan melekat pada butiran pasir. Hal ini akan

dapat memperkecil ukuran celah–celah yang dapat dilalui air dan akan

mengurangi daya penyaringan. Maka untuk mengaktifkan kembali filter

harus dicuci kembali dengan membuang bahan–bahan yang akan melekat

pada butiran pasir ini diperlukan pembilasan dengan arah aliran pembilas

berlawanan dengan arah aliran air yang akan disaring, pembilas ini

dinamakan backwash. Pemilihan jenis flokulan atau kougulan dosisnya

harus dilakukan dulu dalam skala laboratorium dengan menggunakan jar

test. Pada bak ini, sebagian besar ion logam (terutama logam berat) dan

sebagian senyawa organik diendapkan. Degradasi secara kimiawi

umumnya dilakukan dengan menggunakan oksidator kuat. Contohnya

adalah reagent Fenton, yaitu campuran antara hydrogen peroksida (H2O2)

dan ferro (Fe2+). Campuran senyawa tersebut akan menghasilkan radikal

bebas (OH) yang sangat reaktif dan dapat menyerang molekul–molekul

organik untuk diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana, misalnya

CO2 dan H2O (Syahputra, 2012).

1.3.2 Metode Pengolahan Secara Kimia

Metode pengolahan kimiawi yang sering digunakan adalah koagulasi.

Koagulasi adalah mekanisme dimana partikel–partikel koloid yang bermuatan

negatif akan dinetralkan, sehingga muatan yang netral tersebut saling melekat

dan menempel satu sama lain, dan membentuk flok. Untuk menambah besar

ukuran koloid dapat dilakukan dengan jalan reaksi kimia diikuti dengan

pengumpulan atau dengan cara penyerapan.

Page 6: Bab II Fiks Bner Banget

9

Partikel koloid memiliki ukuran lebih kecil dari suatu mikro akan

menimbulkan sifat– sifat yang berbeda, karena kecilnya ukuran partikel maka

luas permukaan tiap satuan massa akan semakin besar. Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi untuk menghasilkan koagulasi yang baik :

1. Pengontrolan pH

Setiap koagulan mempunyai range pH yang spesifik dimana

presipitasi yang maksimum akan terbentuk sekaligus titik kelarutan

minimum.

2. Temperatur

Pada temperatur yang rendah, kecepatan reaksi lebih lambat dari

viskositas air lebih besar sehingga flok lebih sukar mengendap.

3. Dosis Koagulan

Air dengan turbiditas yang tinggi memerlukan dosis koagulan yang

banyak. Dosis koagulan persatuan unit turbiditi tinggi, akan lebih kecil

dibandingkan dengan dosis persatuan untuk air dengan turbiditi rendah.

Hal ini disebabkan karena dalam air yang mempunyai turbiditi tinggi,

kemungkinan terjadinya tumbukan antara partikel akan lebih besar

(Syahputra, 2012).

Sedangkan pengolahan air yang dilakukan di PDAM Tirta Satria Patikraja

adalah sebagai berikut:

1. Air Baku

Sumber air baku berasal dari air sungai.

2. Intake

Bangunan penyadap/pengambilan air sungai. Terdiri dari pintu air,

pompa, saringan kasar (bar screen), penjebak pasir (Grit chamber), bak

pengumpul. Saringan kasar untuk mencegah kotoran/sampah terbawa

aliran dan akan mengganggu kerja pompa penjebak pasir atau

mengendapkan sedimen berupa pasir agar tidak tersedot.

Page 7: Bab II Fiks Bner Banget

10

3. Pra-Sedimentasi

Menurunkan kandungan lumpur dalam air secara gravitasi dengan

cara menurunkan kecepatan air.dibuat bak penampungan relatif luas

dengan kedalaman tertentu.

4. Pre-klorinasi

Pre-klorinisasi bertujuan untuk menghilangkan/mengurangi bahan-

bahan organik dan anorganik di dalam air baku sebelum air baku masuk

kedalam proses koagulasi.

5. Koagulan

Koagulan yang sering digunakan adalah tawas atau aluminium sulfat

atau alumina (Aln(OH)mCl3n-m., PAC (Polyaluminium Cloride)

(Aln(OH)mCl3n-m.dan lain lain.

6. Pengaduk Cepat (Koagulasi)

Unit pengaduk cepat digunakan untuk pembubuhan bahan koagulan

dalam air baku. Dua parameter utama adalah gradient dan kecepatan

waktu kontak. Gradient kecepatan menunjukan pola aliran turbulensi

yang diharapkan agar terjadi kontak yang sempurna antara bahan kimia

dengan partikel koloid (lumpur,zat organik).

7. Pengaduk Lambat (Flokuasi)

Unit pengaduk lambat berfungsi untuk membentuk partikel yang lebih

besar dan padat agar dapat diendapkan secara gravitasi.

8. Sedimentasi/Pengendap

Memisahkan padatan dan air dengan perbedaan berat jenis.

9. Filter/Penyaring

Unit untuk memisahkan padatan dan air dengan menyaring melalui

media berbutir. Media penyaring biasa dari pasir kuarsa agar mudah

dicuci (backwash).

10. Post-klorinasi

Pembubuhan senyawa klor kedalam air minum (reservoir) dengan

tujuan membasmi mikroorganisme pathogen yang ada dalam air minum.

Keunggulan klor dapat mengamankan air minum di daerah perpipaan

Page 8: Bab II Fiks Bner Banget

11

sampai pelanggan. Bahan klorinasi dapat berupa kaporit/kalsium

hipoklorit (Ca(OCl)2, gas klor (Cl2), natrium hipoklorit (NaOCl) dan lain-

lain.

11. Back-wash

Mencuci media penyaring yang telah kotor oleh flok (endapan

lumpur dan senyawa organik) dengan cara membalik arah aliran air

dengan arah aliran air ketika menyaring.

1.4 Sifat Air

Air memiliki sifat yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang

lain. Sifat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan makhluk hidup, yakni 0℃

(32℉)-100℃ air berwujud cair. Suhu 0℃ merupakan titik beku (freezing

point) dan suhu 1000℃ merupakan titik didih (boiling point) air. Tanpa

sifat tersebut, air yang terdapat didalam jaringan tubuh makhluk hidup

maupun air yang terdapat di laut sungai, danau, badan air yang lain akan

berada dalam bentuk gas atau padatan, sehingga tidak akan terdapat

kehidupan di muka bumi ini karena sekitar 60%-90% bagian sel makhluk

hidup adalah air.

2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai

penyimpan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak

menjadi panas ataupun dingin dalam seketika.

3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Sifat ini

merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya

penyebaran panas secara baik di bumi.

4. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis

senyawa kimia. Sifat ini memungkinkan nutrien terlarut diangkut

keseluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan memungkinkan bahan-bahan

toksik yang masuk kedalam tubuh makhluk hidup dapat dikeluarkan

kembali.

Page 9: Bab II Fiks Bner Banget

12

5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi, sehingga menyebabkan air

memiliki sifat dapat membasahi suatu bahan secara baik (higger wetting

ability) dan juga memungkinkan terjadinya sisitem kapiler, yaitu

kemampuan bergerak dalam pipa kapiler.

6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang meregang ketika membeku.

Pada saat membeku, air meregang sehingga es memliki nilai densitas yang

lebih rendah daripada air. Sifat ini mengakibatkan danau-danau di daerah

yang beriklim dingin hanya membeku pada bagian permukaan sehingga

kehidupan organisme akuatik tetap dapat berlangsung (Effendi, 2003).

1.5 Kegunaan dan Bahaya Klorin

Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai

desinfektan dan bersifat oksidator. Sebagai oksidator, klorin digunakan untuk

menghilangkan bau dan rasa pada pengolahan air bersih. Untuk mengoksidasi

Fe(II) dan Mn(II) yang banyak terkandung dalam air tanah menjadi Fe(III) dan

Mn(III). Yang dimaksud dengan klorin tidak hanya Cl2 saja akan tetapi termasuk

asam hipoklorit (HOCl) dan ion hipoklorit (OCl-), juga beberapa jenis kloramin

seperti monokloramin (NH2Cl) dan dikloramin (NHCl2) termasuk didalamnya.

Klorin dapat diperoleh dari gas Cl2 atau dari garam-garam NaOCl dan Ca(OCl)2.

Kloramin terbentuk karena adanya reaksi antara amoniak (NH3) baik anorganik

maupun organik amoniak di dalam air dengan klorin. Bentuk desinfektan yang

ditambahkan akan mempengaruhi kualitas yang didesinfeksi. Penambahan klorin

dalam bentuk gas akan menyebabkan turunnya pH air, karena terjadi

pembentukan asam kuat. Akan tetapi penambahan klorin dalam bentuk natrium

hipoklorit akan menaikkan alkalinitas air tersebut sehingga pH akan lebih besar.

Sedangkan kalsium hipoklorit akan menaikkan pH dan kesadahan total air yang

didesinfeksi. Kaporit adalah senyawa kimia (CaOCl2), yg pada kadar tinggi

bersifat korosif. Pada presentase rendah bisa digunakan sebagai penjernih air,

pemutih pakaian, membunuh jentik, disinfektan (Syahputra, 2012).

Page 10: Bab II Fiks Bner Banget

13

Klor berasal dari gas klor Cl2, NaOCl, Ca(OCl2) (kaporit), atau larutan HOCl

(asam hipoklorit). Breakpoint chlorination (klorinasi titik retak) adalah jumlah

klor yang dibutuhkan sehingga:

Semua zat yang dapat dioksidasi teroksidasi

Amoniak hilang sebagai gas N2

Masih ada residu klor aktif terlarut yang konsentrasinya dianggap

perlu untuk pembasmi kuman-kuman (Alaerts,G, 1984).

Proses klorinasi sangat efektif untuk menghilangkan kuman penyakit

terutama dalam penggunaan air ledeng. Tetapi dibalik kefektifannya klorin juga

dapat berbahaya bagi kesehatan. Orang yang meminum air yang mengandung

klorin memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena kanker kandung kemih,

dubur ataupun usus besar. Sedangkan bagi wanita hamil dapat menyebabkan

melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak atau urat saraf tulang belakang, berat

bayi lahir rendah, kelahiran prematur atau bahkan dapat mengalami keguguran

kandungan. Selain itu pada hasil studi efek klorin pada binatang ditemukan pula

kemungkinan kerusakan ginjal dan hati. Patogen yang sering ditemukan di dalam

air terutama adalah bakteri-bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan seperti

Vibrio cholera penyebab penyakit kolera, Shigella dysentereae penyebab disentri

Basiler, Salmonella typhosa penyebab tifus dan S. paratyphy penyebab paratifus,

virus polio dan hepatitis. Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui air, maka

bakteri patogen di dalam air harus dihilangkan dengan proses disinfeksi atau

penambahan klorin. Kegunaan disinfeksi pada air adalah untuk mereduksi

konsentrasi bakteri secara umum dan menghilangkan bakteri patogen.

Penghilangan bakteri patogen tersebut terutama harus benar-benar dilakukan

untuk air yang akan diminum untuk mencegah timbulnya penyakit. Program

disinfeksi ini telah digunakan secara luas sejak awal tahun 1900 untuk menangani

air yang akan digunakan secara luas. (Fardiaz, 1992).

Lebih dari 50% bakteri patogen didalam air yang akan mati dalam waktu 2

hari dan 90% akan mati pada akhir 1 minggu. Oleh karena itu, waduk-waduk

penampang sebenarnya cukup efektif untuk mengendalikan bakteri. Walaupun

demikian, beberapa jenis patogen mungkin tetap hidup selama 2 tahun lebih,

Page 11: Bab II Fiks Bner Banget

14

karena itu dibutuhkan disinfeksi. Klorin terbukti merupakan disinfektan yang

ideal. Bila dimasukkan kedalam air akan mempunyai pengaruh yang segera akan

membinasakan kebanyakan makhluk mikroskopis (Linsley, 1991). Penggunaan

disinfektan dapat mengatasi mikroba patogen yang spesifik. Metode desinfeksi

telah dikenal secara luas. Disinfeksi dapat dilakukan antara lain dengan berbagai

metode dan bahan kimia seperti dengan klorin, yodium, ozon, senyawa amonium

kuarterner dan lampu ultraviolet. Berdasarkan perhitungan ekonomi, efisiensi dan

kemudahan penggunaanya maka penggunaan klorin merupakan metode yang

paling umum digunakan (Jenie, 1993).

Klorin dapat masuk ke tubuh dengan cara :

1. Terhirup melalui saluran nafas. Klorin sangat berbahaya bila terhirup ke

saluran pernafasan. Berat molekul gas klorin lebih besar dari udara

sehingga akan selalu menempati daerah terendah dan mengendap di

saluran nafas. Paparan klorin pada anak-anak dapat menyebabkan

serangan asma. Studi di Belgia tahun 2003 menyebutkan iritan yang

dikenal dengan triclhoramin. Trikloramin ini akan dilepaskan apabila air

yang berklorinasi bereaksi dengan material organik seperti urin atau

keringat manusia. Trikloramin dipercaya dapat menginisiasi proses

biologi yang dapat merusak barier seluler permukaan paru.

2. Kontak dengan kulit atau mata. Efek klorin sangat negatif untuk

kosmetik. Klorin dapat menyebabkan hilangnya kelembaban kulit dan

rambut sehingga terlihat keriput dan kering. Kontak dengan cairan klorin

dapat menyebabkan kulit dan mata terbakar.

3. Melalui inhalasi uap panas dan absorbsi melaui kulit. Paparan klorin

yang berbahaya adalah melalui inhalasi uap panas dan absorbsi melalui

kulit saat mandi menggunakan shower. Air shower yang hangat akan

membuka pori-pori kulit dan menyebabkan peningkatan absorbsi klorin

dan bahan kimia lainnya dalam air. Inhalasi sangat berbahaya mengingat

gas klorin (kloroform) yang terhirup dapat langsung menuju aliran darah.

4. Masuk ke saluran cerna melaui air atau makanan yang terkontaminasi.

Menurut U.S. Council of Environmental Quality, risiko terjadinya kanker

Page 12: Bab II Fiks Bner Banget

15

meningkat sebesar 93% pada penduduk yang mengonsumsi air

berklorinasi dibandingkan dengan yang tidak mengandung klorin. Pada

penelitian binatang, tikus yang terpapar klorin dan kloramin menderita

tumor ginjal dan usus. Dr. Joseph Price menulis sebuah buku yang

kontroversal mengenai efek klorin dapat menyebabkan aterosklerosis,

serangan jantung dan stroke. Dr. Price mengadakan percobaan pada

ayam. Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok

yang diberi air minum berklorinasi dan yang tidak. Ketika dilakukan

otopsi, kelompok yang terpapar klorin memperlihatkan penyakit jantung

sistemik pada setiap spesimen. Kelompok yang tidak terpapar tidak

menunjukkan hal demikian. Kelompok yang terpapar klorin

menunjukkan sirkulasi yang buruk, bulu-bulunya rontok, kedinginan dan

kurang aktif saat musim dingin tiba (Farida, 2002).

1.6 Kalorimeter dan Komperator Klor

Kolorimetri merupakan cara yang didasarkan pada pengukuran fraksi cahaya

yang diserap analat. Prinsipnya: seberkas sinar dilewatkan pada analat, setelah

melewati analat intensitas cahaya berkurang sebanding dengan banyaknya

molekul analat yang menyerap cahaya itu. Intensitas cahaya sebelum dan sesudah

melewati bahan diukur dan dari situ dapat ditentukan jumlah bahan yang

bersangkutan. Kolorimetri berarti pengukuran warna, yang berarti bahwa dalam

kolorimeter, sinar yang digunakan adalah sinar daerah tampak (visible spectrum),

sebaliknya, spektrofotometri tidak terbatas pada pengunaan sinar dalam daerah

tampak, tetapi dapat juga sinar UV dan sinar IM. Maka timbul istilah-istilah

spektrofotometri UV, spektrofotometri tampak, dan spektrofotometri IM (Harjadi,

1990).

Kolorimetri dikaitkan dengan penetapan konsentrasi suatu zat dengan

mengukur absorbsi relatif cahaya sehubungan dengan konsentrasi tertentu zat

tersebut. Dalam kolorimetri visual, cahaya putih alamiah ataupun buatan

umumnya digunakan sebagai sumber cahaya, dan penetapan biasanya dilakukan

dengan suatu instrumen sederhana yang disebut kolorimeter atau pembanding

Page 13: Bab II Fiks Bner Banget

16

(komparator) warna. Bila mata digantikan oleh sel fotolistrik, instrumen itu

disebut kolorimetri fotolistrik. Alat kedua ini biasanya digunakan dengan cahaya

putih melalui filter-filter, yakni bahan terbuat dari lempengan berwana terbuat dari

kaca, gelatin, dan sebagainya yang meneruskan hanya daerah spektral terbatas

(Vogel, 1994).

Pemeriksaan klorin dalam air dengan metode DPD dianalisa dengan

menggunakan alat komparator. Yaitu berdasarkan pembandingan warna yang

dihasilkan oleh zat dalam kuantitas yang tidak diketahui dengan warna yang sama

yang dihasilkan oleh kuantitas yang diketahui dari zat yang akan ditetapkan,

dimana kadar klorin akan dibaca berdasarkan warna yang dibentuk oleh pereaksi.

Untuk setiap unsur klor aktif seperti klor tersedia bebas dan klor tersedia terikat

memiliki analisa-analisa khusus. Namun, untuk analisa di laboratorium biasanya

hanya klor aktif (residu) yang ditentukan melalui suatu analisa. Klor aktif dapat

dianalisa melalui titrasi iodometri ataupun melalui metode kolorimetri dengan

menggunakan DPD (Dietil-p-fenilendiamin). Analisa iodometris lebih sederhana

dan murah tetapi tidak sepeka DPD (APHA, 1992). Berikut ini gambar struktur

DPD (Dietil-p-fenilendiamin) :

Gambar 2.1 struktur DPD Dietil-p-fenilendiamin

Salah satu jenis komperator tersebut adalah Komparator livibond 1000 juga

menggunakan deret standar kaca permanen. Cakram yang mengandung sembilan

standar warna kaca itu pas pada komparator, yang dilengkapi dengan 4 ruang

untuk dipasangi tabung uji kecil atau sel persegi. Cakram itu dapat berputar dalam

komparator, dimana larutan dalam sel dapat diamati. Dengan berputarnya cakram,

nilai standar warna yang tampak dalam lubang itu akan kelihatan pada jendela

khusus (Vogel, 1994). Berikut ini gambar alat komperator berserta reagen DPD :

Page 14: Bab II Fiks Bner Banget

17

Gambar 2.4 Pengaduk sampel

Gambar 2.2 Komperator klor Gambar 2.3 Tabung sampel

Gambar 2.5 Reagen DPD