15
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Psikologi adalah suatu ilmu yang mengkaji perilaku individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Perilaku yang dimaksud adalah dalam pengertian yang luas sebagai manifestasi hayati (hidup) yang meliputi motorik, kognitif, dan afektif. Perhatian pada psikologi yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap- tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Penampilan kelakuan yang tak disangka dan tak rasional pada seseorang secara tiba-tiba tanpa diduga, dianggap suatu kedaruratan psikiatrik. Pasien ini membutuhkan tindakan segera untuk mencegah mencederai dirinya sendiri atau orang di sekitarnya. Pasien biasa terangsang, teragitasi, gelisah, menyerang, diam, menarik diri atau membisu. Yang terpenting bahwa kelakuannya tidak biasa untuk dia. Ia bisa disorientasi (tidak sadar akan tempat dan waktu), atau orientasinya bisa berubah-ubah 1

BAB II fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

Page 1: BAB II fix

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Psikologi adalah suatu ilmu yang mengkaji perilaku individu

dalam interaksi dengan lingkungannya. Perilaku yang dimaksud

adalah dalam pengertian yang luas sebagai manifestasi hayati

(hidup) yang meliputi motorik, kognitif, dan afektif. Perhatian

pada psikologi yang terutama tertuju pada masalah bagaimana

tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-

maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-

pengalaman mereka sendiri.

Penampilan kelakuan yang tak disangka dan tak rasional

pada seseorang secara tiba-tiba tanpa diduga, dianggap suatu

kedaruratan psikiatrik. Pasien ini membutuhkan tindakan segera

untuk mencegah mencederai dirinya sendiri atau orang di

sekitarnya. Pasien biasa terangsang, teragitasi, gelisah,

menyerang, diam, menarik diri atau membisu. Yang terpenting

bahwa kelakuannya tidak biasa untuk dia. Ia bisa disorientasi

(tidak sadar akan tempat dan waktu), atau orientasinya bisa

berubah-ubah sepanjang waktu. Sebaliknya, ia bisa terorientasi

tetapi kebingungan atau konfusi. Pikiran pasien bisa tak

berhubungan, sehingga pembicaraannya sedikit atau tidak

mempunyai arti.

Sewaktu pertama menemui keluarga dalam kondisi gawat

darurat yang terganggu emosinya, ambil waktu untuk

mengamatinya. Bicara kepada saksi, teman dan keluarga pasien

serta minta bantuan mereka dalam berbicara dengan pasien.

Usahakan berbicara dengan pasien untuk bekerja sama.

1

Page 2: BAB II fix

Pelayanan kegawatdaruratan psikogi keluarga umumnya

beresiko tinggi mendapatkan kekerasan akibat keadaan mental

pasien mereka. Pasien biasanya datang atas kemauan pribadi

mereka, dianjurkan oleh petugas kesehatan lainnya, atau tanpa

disengaja. Berdasarkan pemaparan tersebut dalam makalah ini

akan dibahas mengenai “Psikologi Pasien dan Keluarga Dalam

Kondisi Kegawatdaruratan.”

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian kedaruratan?

2. Bagaimanakah prinsip dasar penanganan

kegawatdaruratan?

3. Bagaimanakah aspek psikologis dalam kondisi kedaruratan?

B. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami yang dimaksud

dengan pengertian kedaruratan.

2. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami yang dimaksud

dengan prinsip dasar penanganan kegawatdaruratan.

3. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang bagian

dari psikologis dalam kondisi kedaruratan.

C. MANFAAT

Dengan ditulisnya makalah ini, mahasiswa keperawatan

diharapkan dapat mengerti dan memahami aspek psikologi

pasien dan keluarga dalam kondisi kegawatdaruratan.

2

Page 3: BAB II fix

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KONSEP DASAR KEDARURATAN

1. PENGERTIAN

Kondisi kedaruratan adalah suatu kondisi dimana terjadi

gangguan integritas fisiologis atau psikologis secara

mendadak.

2. PRINSIP DASAR PENANGANAN KEDARURATAN

a. Tenang dan Cepat

Dalam menangani kasus kegawatdaruratan, penentuan

permasalahan utama (diagnosa) dan tindakan

pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, tepat,

dan tenang tidak panik, walaupun suasana keluarga

pasien ataupun pengantarnya mungkin dalam

kepanikan. Semuanya dilakukan dengan cepat, cermat,

dan terarah. Walaupun prosedur pemeriksaan dan

pertolongan dilakukan dengan cepat, prinsip

komunikasi dan hubungan antara dokter-pasien dalam

menerima dan menangani pasien harus tetap

diperhatikan.

b. Sabar

Dalam hal ini petugas harus memahami dan peka

bahwa dalam situasi dan kondisi gawatdarurat

perasaan cemas, ketakutan, dan keprihatinan adalah

wajar bagi setiap manusia dan kelurga yang

mengalaminya.

c. Komunikatif

3

Page 4: BAB II fix

Petugas kesehatan harus berkomunikasi dengan

pasien dalam bahasa dan kalimat yang tepat, mudah

dipahami, dan memperhatikan nilai norma kultur

setempat. Dalam melakukan pemeriksaan, petugas

kesehatan harus menjelaskan kepada pasien apa yang

akan diperiksa dan apa yang diharapkan. Apabila hasil

pemeriksaan normal atau kondisi pasien sudah

stabil,upaya untuk memastikan hal itu harus dilakukan.

Menjelaskan kondisi yang sebenarnya kepada pasien

sangatlah penting.

d. Menghormati Hak Pasien

Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa hormat,

tanpa memandang status sosial dan ekonominya.

Selain itu, hak-hak pasien harus dihormati seperti

penjelasan informed consent,  hak pasien untuk

menolak pengobatan yang akan diberikan dan

kerahasiaan status medik pasien.

e. Dukungan Keluarga (Family Support)

Dukungan keluarga bagi pasien sangat dibutuhkan.

Oleh karena itu, petugas kesehatan harus

mengupayakan hal itu antara lain dengan senantiasa

memberikan penjelasan kepada keluarga pasien

tentang kondisi pasien, peka akan masalah keluarga

yang berkaitan dengan keterbatasan keuangan,

keterbatasan transportasi, dan sebagainya.

B. PSIKOLOGIS DALAM KONDISI KEDARURATAN

1. Cemas

Cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan

tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difius, tidak

4

Page 5: BAB II fix

menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik,

seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan

sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama

kecemasan cenderung bervaniasi, pada setiap orang tidak

sama.

2. Histeris 

Dalam penggunaan sehari-hari nya histeria menjelaskan

ekses emosi yang tidak terkendali. Orang yang "histeris"

sering kehilangan kontrol diri karena ketakutan yang luar biasa

karena suatu kejadian atau suatu kondisi 

3. Mudah marah

Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan

tidak tahu apa yang harus di perbuat

4. Keinginan bunuh diri

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri

sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Perilaku bunuh diri

yang tampak pada seseorang disebabkan karena stress yang

tinggi dan kegagalan mekanisme koping yang digunakan

dalam mengatasi masalah (Keliat, 1993). Perilaku bunuh diri

atau destruktif diri langsung terjadi terus menerus dan intensif

pada diri kehidupan seseorang. Perilaku yang tampak adalah

berlebihan, gejala atau ucapan verbal ingin bunuh diri, luka

atau nyeri (Rawlin dan Heacock, 1993).

Berikut ini adalah tanda-tanda bunuh diri yang mungkin

terjadi :

a. Bicara mengenai kematian: Bicara tentang keinginan

menghilang, melompat, menembak diri sendiri atau

ungkapan membahayakan diri.

b. Baru saja kehilangan: kematian, perceraian, putus

dengan pacar atau kehilangan pekerjaan, semuanya

5

Page 6: BAB II fix

bisa mengarah pada pemikiran bunuh diri atau

percobaan bunuh diri. Kehilangan lainnya yang bisa

menandakan bunuh diri termasuk hilangnya keyakinan

beragama dan hilangnya ketertarikan pada seseorang

atau pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati.

c. Perubahan kepribadian: seseorang mungkin

memperlihatkan tanda-tanda kelelahan, keraguan atau

kecemasan yang tidak biasa.

d. Perubahan perilaku: kurangnya konsentrasi dalam

bekerja, sekolah atau kegiatan sehari-hari, seperti

pekerjaan rumah tangga.

e. Perubahan pola tidur: tidur berlebihan, insomnia dan

jenis gangguan tidur lainnya bisa menjadi tanda-tanda

dan gejala bunuh diri.

f. Perubahan kebiasaan makan: kehilangan nafsu makan

atau bertambahnya nafsu makan. Perubahan lain bisa

termasuk penambahan atau penurunan berat badan.

g. Berkurangnya ketertarikan seksual: perubahan seperti

ini bisa mencakup impotensi, keterlambatan atau

ketidakteraturan menstruasi.

h. Harga diri rendah: gejala bunuh diri ini bisa

diperlihatkan melalui emosi seperti malu, minder atau

membenci diri sendiri.

i. Ketakutan atau kehilangan kendali: seseorang khawatir

akan kehilangan jiwanya dan khawatir membahayakan

dirinya atau orang lain.

j. Kurangnya harapan akan masa depan: tanda bunuh diri

lainnya adalah seseorang merasa bahwa tidak ada

harapan untuk masa depan dan segala hal tidak akan

pernah bertambah baik.

6

Page 7: BAB II fix

5. Perilaku kekerasan

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu

bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang

secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993 dalam

Depkes, 2000). Marah merupakan perasaan jengkel yang

timbul sebagai respon terhadap kecemasan, kebutuhan yang

tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman ( Stuart dan

Sunden, 1997 ).

Pengertian perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk

ekspresi kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang

melakukan tindakan-tindakan yang dapat

membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan

dapat merusak lingkungan.

Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama

klien masuk kerumah sakit adalah perilaku kekerasan di

rumah. Dapat dilakukan pengkajian dengan cara :

a. Observasi

Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada

suara yang tinggi, berdebat. Sering pula tampak klien

memaksakan kehendak : merampas makanan,

memukul jika tidak senang

b. Wawancara

Diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah,

tanda-tanda marah yang dirasakan klien.Keliat (2002)

mengemukakan bahwa tanda -tanda marah adalah

sebagai berikut :

1) Emosi : tidak adekuat, tidak aman, rasa

terganggu, marah (dendam), jengkel.

7

Page 8: BAB II fix

2) Fisik : muka merah, pandangan tajam, nafas

pendek, keringat, sakit fisik, penyalahgunaan

obat dan tekanan darah.

3) Intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme,

berdebat, meremehkan.

4) Spiritual : kemahakuasaan, kebajikan/kebenaran

diri, keraguan, tidak bermoral, kebejatan,

kreativitas terhambat.

5) Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan,

kekerasan, ejekan dan humor.

Gambaran klinis menurut Stuart dan Sundeen (1995)

adalah sebagai berikut :

a. Muka merah

b. Pandangan tajam

c. Otot tegang

d. Nada suara tinggi

e. Berdebat

f. Kadang memaksakan kehendak

Gejala yang muncul :

a. Stress

b. Mengungkapkan secara verbal

c. Menentang

Gambaran klinis menurut Direktorat Kesehatan Jiwa,

Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan Departemen

Kesehatan RI (1994) adalah sebagai berikut :

a. Pasif agresif

1) Sikap suka menghambat

2) Bermalas-malasan

8

Page 9: BAB II fix

3) Bermuka masam

4) Keras kepala dan pendendam

b. Gejala agresif yang terbuka (tingkah laku agresif)

1) Suka membantah

2) Menolak sikap penjelasan

3) Bicara kasar

4) Cenderung menuntut secara terus-menerus

5) Hiperaktivitas

6) Bertingkah laku kasar disertai kekerasan

6. Gaduh/Gelisah

Tanda dan gejala pada pasien yang mengalami gaduh

gelisah diantaranya:

a. Gelisah

b. Mondar-mandir

c. Berteriak-teriak

d. Loncat-loncat

e. Marah-marah

f. Curiga +++

g. Agresif

h. Beringas

i. Agitasi

j. Gembira +++

k. Bernyanyi +++

l. Bicara kacau

m. Mengganggu orang lain

n. Tidak tidur beberapa hari

o. Sulit berkomunikasi

9

Page 10: BAB II fix

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kondisi kedaruratan adalah suatu kondisi dimana terjadi

gangguan integritas fisiologis atau psikologis secara mendadak.

Prinsip dasar penanganan pada saat kondisi kedaruratan yaitu

tenang dan cepat, sabar, komunikatif, menghormati hak pasien,

dan dukungan keluarga (Family Support). Beberapa aspek

psikologis dalam kondisi kedaruratan yaitu cemas, histeris,

mudah marah, keinginan bunuh diri, perilaku kekerasan,

gaduh/gelisah.

B. SARAN

Diharapkan laporan ini dapat meningkatkan pemahaman

perawat mengenai perubahan psikologis pada saat kondisi

darurat.

10