20
BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMA 2.1. Sejarah Kota Medan Pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan di sana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara. Mengenai asal nama Medan, ada yang mengatakan kalau itu berasal dari kata maidan dalam bahasa India yang artinya tanah datar. Dalam bahasa Melayu sendiri kata medan berarti tempat berkumpul, sehingga kata itu digunakan untuk peranan daerah (yang kelak menjadi sebuah kota) yang sejak dahulu telah menjadi tempat berkumpul orang-orang dari berbagai penjuru. Mereka melakukan berbagai aktivitas di sana. Adapun bakal pusat kota Medan didirikan pada pertapakan yang terdiri atas perkampungan penduduk asli Melayu Deli, kemudian tanah yang termasuk konsesi perkebunan Mabar, Deli Tua dari Deli Maatschappij , serta konsesi perkebunan Polonia. Sebelum bangsa Belanda menguasai daerah Sumatera Utara, penduduk Sumatera Utara telah mengenal bangsa lain seperti Portugis, Spanyol, dan Inggris. Masa pemerintahan Belanda dimulai pada tahun 1885 yang ditandai dengan dikeluarkannya peraturan dasar ketatanegaraan Pemerintah Hindia Belanda. Pemerintahan Hindia Belanda dilaksanakan dengan menganut asas sentralisasi. Medan sebagai kota yang baru dibuka masih merupakan bagian dari wilayah Universitas Sumatera Utara

BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMArepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26453/4/Chapter II.pdf · pemerintahan dan perekonomian di . Sumatera Utara. Mengenai asal nama Medan,

  • Upload
    lamtram

  • View
    231

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMArepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26453/4/Chapter II.pdf · pemerintahan dan perekonomian di . Sumatera Utara. Mengenai asal nama Medan,

BAB II

GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMA

2.1. Sejarah Kota Medan

Pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan di sana sini

terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang

berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda

mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah

Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat

pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.

Mengenai asal nama Medan, ada yang mengatakan kalau itu berasal dari kata

maidan dalam bahasa India yang artinya tanah datar. Dalam bahasa Melayu sendiri

kata medan berarti tempat berkumpul, sehingga kata itu digunakan untuk peranan

daerah (yang kelak menjadi sebuah kota) yang sejak dahulu telah menjadi tempat

berkumpul orang-orang dari berbagai penjuru. Mereka melakukan berbagai aktivitas

di sana. Adapun bakal pusat kota Medan didirikan pada pertapakan yang terdiri atas

perkampungan penduduk asli Melayu Deli, kemudian tanah yang termasuk konsesi

perkebunan Mabar, Deli Tua dari Deli Maatschappij, serta konsesi perkebunan

Polonia.

Sebelum bangsa Belanda menguasai daerah Sumatera Utara, penduduk

Sumatera Utara telah mengenal bangsa lain seperti Portugis, Spanyol, dan Inggris.

Masa pemerintahan Belanda dimulai pada tahun 1885 yang ditandai dengan

dikeluarkannya peraturan dasar ketatanegaraan Pemerintah Hindia Belanda.

Pemerintahan Hindia Belanda dilaksanakan dengan menganut asas sentralisasi.

Medan sebagai kota yang baru dibuka masih merupakan bagian dari wilayah

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMArepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26453/4/Chapter II.pdf · pemerintahan dan perekonomian di . Sumatera Utara. Mengenai asal nama Medan,

Keresidenan Riau sampai tahun 1870. Medan dalam bahasa Melayu berarti tempat

berkumpul, karena sejak zaman dulu merupakan tempat berkumpul orang-orang dari

Hamparan Perak, Sukapiring dan daerah lainnya untuk berdagang dan bertaruh.

Daerah ini dikenal dengan nama kampung Melayu. Kampung ini dikelilingi oleh

kampung-kampung lain, seperti Kesawan, Binuang, Tebing Tinggi, dan Merbau.

Keberadaan kampung-kampung ini sekarang sudah tidak ada lagi, karena terdesak

oleh perluasan kota Medan. Tanah Lapang Esplanade (lapangan Merdeka) saat itu

masih merupakan kebun tembakau yang penuh dengan rawa-rawa. Wilayah yang

tidak dikuasai langsung oleh Pemerintah Hindia Belanda meliputi kawasan

Kesultanan atau daerah Swapraja, sedangkan daerah yang dikuasai langsung oleh

pemerintah Belanda disebut dengan Daerah Gouvernement.

Dalam perkembangannya, pada tahun 1886 Medan dijadikan Kotapraja oleh

Pemerintah Hindia Belanda. Bergagai perkantoran didirikan. Pada tanggal 3 Maret

1887 Medan dijadikan ibukota Kerisidenan Sumatera Timur. Akibat perkembangan

yang semakin pesat oleh statusnya sebagai ibukota Keresidenan, maka pada tanggal 4

April 1909 Medan diberi status pemerintahan otonom. Dibawah pemerintahan

Kotapraja Medan mengadakan pembangunan jalan-jalan baru, jembatan, pipa air

minum, listrik dan klinik-klinik. Belakangan, pada tahun 1915 Keresidenan Sumatera

Timur ditingkatkan statusnya menjadi Gubernemen, dan Gouverneur yang pertama

adalah HJ Crijzen. Kelak Sultan Deli Makum Arrasjid mengalihkan kepemilikan

sebagian tanahnya yang luas menjadi tanah kota tahun 1918 untuk menampung

perluasan kota. Sampai tahun 1937 Medan telah menjadi pusat kegiatan administrasi

pemerintahan dan ekonomi.

Hal yang cukup menarik bahwa secara fisik perkembangan kota tidak hanya

berurusan dengan kebutuhan orang hidup, seperti tempat tinggal, perkantoran, stasiun

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMArepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26453/4/Chapter II.pdf · pemerintahan dan perekonomian di . Sumatera Utara. Mengenai asal nama Medan,

kereta api dan sebagainya melainkan juga berhubungan dengan orang-orang yang

meninggal, yaitu adalah kebutuhan akan pemakaman. Berbagai pihak ikut

mengupayakan kebutuhan itu sehingga di Medan sejak dahulu diketahui memiliki

beberapa kompleks pemakaman, baik untuk umum maupun bagi kelompok

masyarakat tertentu. Perkembangan kota yang pesat menjadikan Medan sebuah kota

modern yang ditandai dengan berdirinya bangunan-bangunan beragam gaya

arsitektural. Banyak orang mengatakan bahwa kota Medan menjadi betul-betul unik

di Hindia Belanda, karena telah menjadi kota bergaya Eropa dalam nuansa Inggris.

Pemenuhan kebutuhan kehidupan sebuah perkotaan juga berhubungan dengan

pusat perbelanjaan. Di Medan, pada bulan Maret 1933 diresmikan pusat pasar yang

menempati areal di sekitar Jalan Sutomo yang saat itu bernama Wilhelminestraat dan

jalan Sambu (Hospitaalweg). Pusat Pasar itu meliputi 4 (empat) buah bangunan besar

dan panjang (loods) yang megah. Arsitek Belanda sangat kagum dengan kebudayaan

Perancis, sehingga merancang pusat pasar itu dan mengadopsi bentuk pasar bangunan

Les Halles ( Pasar Sentral) di Paris. Demikian pula halnya dengan bentuk dan pola

taman-taman di Medan, mendapat pengaruh dari model taman-taman di kota Paris,

sehingga kota Medan mendapat julukan Parijs van Sumatera. Pesatnya perkembangan

Kota Medan tampak pula dari pembagian wilayah administrasinya. Pada tahun 1959

wilayah Kota Medan terbagi atas 4 (empat) wilayah kecamatan, dan pada saat ini

terbagi atas 21 wilayah Kecamatan. Hal ini disesuaikan dengan bertambahnya jumlah

penduduk dan luasan wilayah.

Sesuai dengan namanya, Medan bukan hanya merupakan pusat pertemuan

berbagai bangsa dan kebudayaan melainkan juga tempat pembauran budaya.

Dikatakan bahwa penduduk aslinya yang etnik Melayu sebenarnya adalah sebuah

kelompok etnik yang berdarah campuran. Mengacu pada sumber lokal yang ada,

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMArepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26453/4/Chapter II.pdf · pemerintahan dan perekonomian di . Sumatera Utara. Mengenai asal nama Medan,

Gocah Pahlawan yang dikenal juga sebagai Deri Khan, yakni pendiri kesultanan Deli,

berayahkan seorang India dengan ibu dari Aceh. Anaknya kelak menjadi Sultan Deli.

Dalam kehidupan keseharian di Medan, bahwa penduduk beretnis Melayu adalah

mereka yang berdarah campuran Melayu Malaysia, Karo, Aceh, Toba, Mandailing,

dan Minangkabau.

Di kota kelompok pendatang cenderung membentuk komunitas tersendiri,

antara lain dengan menempati daerah tertentu. Hal ini memunculkan kesan bahwa

sebuah daerah di suatu kota identik dengan sebuah kelompok masyarakat perantau.

Oleh karena itu, tidak mengherankan bila perantau itu amat berperan dalam

menambah jumlah penduduk serta komposisi kelompok masyarakat di sebuah kota.

Keberagaman karena hal itu tampak pula di Medan, dan antara lain terlihat pada

peninggalan budaya dalam bentuk karya arsitekturnya, dan pembagian cara

pemukiman berdasarkan etnik.

Sekarang banyak peninggalan seni bangunan bergaya Kolonial/Indis yang

hancur atau digusur, walaupun masih ada yang tertinggal, sebagian dari yang masih

tersisa, ada yang tidak terawat dan kumuh dan sebagian lagi masih berdiri kokoh dan

terawat. Di tengah kota Medan, kumpulan bangunan bergaya Kolonial/Indis dijumpai

di sepanjang Jalan Jenderal Achmad Yani dan seputar Lapangan Merdeka. Beberapa

masih memperlihatkan keaslian fungsinya seperti kantor pusat perusahaan

perkebunan, kantor pos, bank dan hotel. Di seputar Lapangan Merdeka, dijumpai

bangunan Bank Indonesia, yang dahulu merupakan bangunan De Javaansche Bank.

Juga gebung Balai Kota, dan Hotel De Boer ( sekarang Hotel Dharma Deli). Adapun

Kantor Pos yang selesai dibangun pada tahun 1911 terletak di sudut barat laut

Lapangan Merdeka, yang berhadapan dengan Hotel Dharma Deli masih

menampakkan keutuhannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMArepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26453/4/Chapter II.pdf · pemerintahan dan perekonomian di . Sumatera Utara. Mengenai asal nama Medan,

Pada zaman kolonial, kawasan kota Medan terbagi atas pembangunan zona-

zona pemukiman masyarakat berdasarkan etnisitas. Ada pembagian wilayah tempat

tinggal masyarakat di Medan berdasarkan ras di undang-undang mereka (Eropa,

Timur Jauh (Cina dan non-Cina), dan Pribumi).

Kawasan Pecinan

Dari aspek sejarah keberadaan kawasan Pecinan memperlihatkan

struktur komposisi masyarakat mayoritas etnik china di masa lalu.

Lokasi bangunan ini dan sekitarnya merupakan wilayah pemukiman

orang- orang Cina yang umumnya sebagai pedagang, tuan tanah,

penarik pajak, dan lainnya yang mendapat perlindungan dari Penguasa

pada masa pemerintahan Belanda. Daerah kawasan Pecinan yaitu

meliputi daerah perkantoran, dan perdagangan yang berada pada Jl.

Cirebon, Jl. Surakarta, Jl. Bogor.

Kawasan Kampung Tamil

Pada masa kolonial, orang-orang Tamil bermukim disekitar

daerah-daerah perkebunan yang ada di kota Medan. Awalnya orang

Tamil bermukim disekitar kota-kota besar yang ada di kota Medan.

Pemukiman orang Tamil yang sering dikenal dengan nama kampung

Madras, dan yang lebih familiar lagi dikenal dengan nama kampung

Keling. Daerah pemukiman mereka biasanya lebih dominan terletak di

pinggiran sungai. Tepatnya mayoritas orang Tamil tersebut berada di

pinggiran sungai Babura, dimana sungai ini merupakan sungai yang

menjadi jalur utama transportasi di masa lampau. Tetapi sekarang

pemukiman orang-orang Tamil sudah menyebar di sejumlah tempat di

seluruh kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMArepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26453/4/Chapter II.pdf · pemerintahan dan perekonomian di . Sumatera Utara. Mengenai asal nama Medan,

Awal datangnya orang Tamil ke Medan ialah ingin bekerja

sebagai kuli perkebunan. Hal ini dilatarbelakangi dengan keadaan

orang Tamil yang datang ke Medan, yang berasal dari golongan orang

–orang rendah di India baik dari segi pendidikan dan ekonomi. Orang-

orang Tamil inilah yang dipekerjakan sebagai kuli/budak perkebunan

milik orang Eropa.

Kawasan Eropa

Kawasan Eropa dahulunya disebut dengan nama Kesawan yang

merupakan cikal bakal berdirinya kota Medan yang wilayahnya terhubung

dari Kesawan hingga Labuhan Deli. Awal abad ke-19 pembangunan

Medan menjadi sedemikian pesat ditandai banyaknya infrasturuktur yang

dibangun. Banyak juga bangunan baru berdiri dengan tampilan arsitektur

bergaya Eropa. Ada jalur rel kereta api dan stasiun Kereta Api dibangun di

kota Medan; lokasinya berdekatan dengan Esplanade. Dulunya Kawasan

Eropa adalah sebuah kampung tempat persinggahan para pedagang yang

datang untuk berdagang hingga menyabung ayam. Semua kegiatan

dilakukan di sana. Tempat ini merupakan sentral penduduk yang berasal

dari Serdang yang akan menuju ke Sunggal atau dari Percut ke Hamparan

Perak, bahkan yang dari Labuhan ke Deli Tua. Kawasan Eropa inilah

yang kini kemudian menjadi kesawan.

Kesawan itu masuk ke dalam wilayah perkebunan. Kemudian

berkembanglah tempat itu. Maka banyaklah pertokoan-pertokoan yang

dibuat oleh orang-orang Cina disitu. Seiring waktu, berbagai etnik pun

menyebar memanfaatkan wilayah ini sebagai kawasan bisnis. Di tahun

1918, wilayah itu pun diserahkan oleh Kesultanan Deli kepada pemerintah

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMArepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26453/4/Chapter II.pdf · pemerintahan dan perekonomian di . Sumatera Utara. Mengenai asal nama Medan,

Hindia-Belanda hingga akhirnya terbentuklah gemeente. Oleh Pemerintah

Kota Praja Medan, kawasan itu pun disusun teratur sedemikian rupa

hingga membentuk sebuah kawasan bernama Kesawan yang di penuhi

dengan bangunan-bangunan bergaya Eropa.

Sejak itu berdatanganlah perusahaan-perusahaan asing untuk membuka

berbagai perkantoran, bank, perusahaan perkebunan, kantor pusat,

perusahaan pelayaran, kapal-kapal asing, dan lain-lainnya hingga Kesawan

penuh dan menjadi pusat kota. Dulu kios-kios yang dibangun di situ

masih berbentuk kayu. Masih sederhanalah bentuknya, belum seperti

sekarang ini. Kemudian berubah jadi bangunan beton. Pada abad 19

kawasan itu masih seperti kampung. Kondisinya pun masih seperti pasar,

tetapi setelah diambil alih oleh Belanda, kawasan itu pun berubah menjadi

sekarang ini.

.

( gambar : Kesawan pada masa dulu)

sumber : Parijs van Soematra

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMArepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26453/4/Chapter II.pdf · pemerintahan dan perekonomian di . Sumatera Utara. Mengenai asal nama Medan,

Kawasan Pribumi

1. Mandailing

Merupakan kawasan yang berada pada sepanjang aliran di pemukiman

Sungai Deli, Kelurahan Sei Mati, serta kampung baru dan sekitarnya.

2. Melayu/ Minang

Daerah kawasan Melayu/Minang berada pada daerah kota Matsum.

Asal kata Matsum dari kota Matsum berasal dari nama Sultan Deli yaitu

Maimun Al Rashyid Perkasa Alam yg membangun istana Maimun dan

Masjid Raya. Kota Matsum merupakan kota-nya masyarakat Melayu Deli

di kota Swapraja Medan yang ditandai dengan kediaman Sultan di istana

Jalan Puri dan para bangsawannya yang ditandai dengan banyak istana-

istana para tengku yang berupa rumah panggung. Daerah-nya dari Jalan

Halat, Jalan Japaris dan Sisingamangaraja dan Ismailiyah. Jalan Puri juga

dulunya lebar seperti Amaliun, dan sekarang d jalan puri masih terdapat 1

rumah panggung model rumah Melayu Deli.

2.2 Kawasan Kota Lama.

Eko Budihardjo dan Sidharta ( 1989 ) dalam Konservasi Lingkungan dan

Bangunan Kuno Bersejarah di Surakarta menyatakan bahwa suatu kota mempunyai

kawasan lama sebagai lokasi awal pertumbuhannya. Sejarah kota dimulai dari

kawasan ini dimana bangunan-bangunannya mudah dicirikan identitasnya, penuh

dengan makna sejarah dan arsitektural, sehingga secara total memancarkan citra yang

kuat. Tanpa adanya kawasan ini, masyarakat akan merasa terasing tentang asal-usul

lingkungannya, karena tidak mempunyai orientasi pada masa lampau.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMArepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26453/4/Chapter II.pdf · pemerintahan dan perekonomian di . Sumatera Utara. Mengenai asal nama Medan,

Kawasan kota lama merupakan suatu kawasan yang menjadi landasan

pembentuk kota pada suatu masa, saat awal terbentuknya kota tersebut. Kawasan kota

lama biasanya merupakan kawasan bersejarah atau ‘heritage district’. Kawasan kota

lama/bersejarah tersebut merupakan suatu area di dalam kota di mana terdapat banyak

bangunan-bangunan yang signifikan sebagai bangunan lama/bersejarah. Biasanya

lokasi ini merupakan bagian kecil area dalam suatu kota.

Eko Budihardjo (1992) dalam Arsitektur dan Kota di Indonesia menyatakan

bahwa kepentingan ekonomi, globalisasi dan derasnya arus informasi mengakibatkan

terjadinya penyeragaman wajah-wajah kota yang ditunjukkan dari adanya penyamaan

bentuk arsitektur. Gejala penyeragaman wajah kota ini di mulai dengan terjadinya

gejala pengrusakan bangunan dan kawasan peninggalan sejarah di perkotaan.

Bangunan-bangunan kuno bersejarah pada suatu kota banyak yang di bongkar untuk

memberikan tempat bagi bangunan baru yang modern, berupa pencakar langit

berbentuk kotak kaca yang tunggal rupa yang akhirnya menghilangkan ciri dan

karekteristik khas kota tersebut. Akibat semakin padatnya arus lalu lintas pada masa

sekarang ini mengakibatkan matinya aktivitas di suatu kawasan kota lama/bersejarah.

Perkembangan kota selanjutnya menuntun kepada pembangunan yang berorientasi

modern. Ada juga yang memilih untuk merombak dan membongkar unsur-unsur fisik

di kawasan kota lama, menggantikannya dengan yang baru. Semua ini dilakukan demi

memenuhi tuntutan efisiensi dan ekonomis.

Bangunan-bangunan tua yang kaya akan bentuk ragam hias dan ornamen

tersingkir oleh kehadiran bangunan-bangunan beraliran “modernism” yang

memenuhi standar-standar fungsional, efisien dalam pemakaian sumber dan

pemanfaatan ruang, tetapi membentuk lingkungan yang miskin identitas. Kesemuanya

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMArepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26453/4/Chapter II.pdf · pemerintahan dan perekonomian di . Sumatera Utara. Mengenai asal nama Medan,

ini berdampak pada terjadinya penurunan terhadap guna atau fungsi dan citra kawasan

pusat kota lama.

Gejala pengrusakan bangunan lama/bersejarah terjadi pula di kota Medan

sebagai salah satu kota lama di Indonesia yang memiliki cukup banyak bangunan dan

kawasan lama/bersejarah. Pelestarian bangunan dan kawasan bersejarah di kota

Medan diatur dalam Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan No. 6

Tahun 1988 tentang “ Pelestarian Bangunan dan Lingkungan yang Bernilai Sejarah

Arsitektur Kepurbakalaan Serta Penghijauan Dalam Daerah Kota Madya Daerah

Tingkat II Medan” dan Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Dati II Medan No.

188.342/382/SK/1989 tentang pelaksanaan Perda tersebut serta salinan Surat

Keputusan Walikota Medan No.188.342/3017/SK/2000 tentang penyempurnaan SK

No.188.342/382/SK/1989. Walaupun telah diatur mengenai tata cara pemugaran dan

ketentuan dan ketentuan pidana bila terjadi pelanggaran, masih saja terjadi

pengrusakan maupun pembongkaran terhadap bangunan-bangunan lama, bahkan ada

pula yang dibiarkan begitu saja seperti bekas Kantor dan Bupati Deli Serdang yang

dibangun pada abad ke-19 dan dirobahkan pada tahun 1993 serta kasus terkahir,

pembongkaran Gedung Mega Eltra di Kota Medan pada tahun 2002 yang keseluruhan

bagian dalam bangunan sudah di robohkan. Tidak tercantumnya bangunan-bangunan

lama/bersejarah seperti ini ke dalam “Daftar Bangunan” yang dilindungi pada

peraturan daerah tersebut mengakibatkan tindakan pembongkaran tidak dapat di

hindarkan.

Kawasan kesawan merupakan yang termasuk kawasan kota lama Medan

merupakan lokasi awal perkembangan kota Medan modern yang mulai berdiri pada

akhir abad XVI dan berkembangan pada awal tahun 1900-an. Fungsi yang

mendominasi dari kawasan ini adalah campuran antara fungsi hunian (ruko dan fungsi

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMArepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26453/4/Chapter II.pdf · pemerintahan dan perekonomian di . Sumatera Utara. Mengenai asal nama Medan,

komersial) perbelanjaan/retail dan perkantoran. Pada saat ini kawasan Kesawan

sedang mengalami perubahan akibat adanya penggunaan fungsi bisnis yang sebagian

terpusat di Jl.A.Yani sekitarnya menjadi daerah bisnis yang berkembang.

2.3. Kawasan Gemeente/ Kolonial.

Wilayah Gemente merupakan wilayah yang terlihat modern dan benar – benar

bergaya kolonial Eropa. Sebagian besar fasilitas-fasilitas umum penunjang Medan

berada disini. Orang-orang Eropa seluruhnya bermukim di wilayah ini dalam

kantong-kantong gaya yang eksklusif. Begitu juga dengan orang-orang Tionghoa dan

Timur Asing lainnya yang ditempatkan disini dalam kantong-kantong pemukiman

yang khusus. Hanya sedikit orang dari kalangan Bumiputra yang tinggal di wilayah

Gemeente. Itupun hanya orang yang memiliki kepentingan tertentu, ataupun

penduduk yang pada awalnya memiliki tanah dan rumah di wilayah sosial yang

tergolong tinggi. Bahasa yang digunakan di tempat ini beragam-ragam sesuai dengan

penduduknya. Orang-orang Eropa berkomunikasi dengan bahasa mereka sendiri, dan

terutama dengan bahasa Belanda. Sementara orang-orang Tionghoa memakai bahasa

ibu mereka, begitu juga dengan orang-orang India. Namun yang menjadi pengantar

komunikasi berbeda-beda tersebut adalah bahasa Melayu Indonesia yang dicampur

dengan bahasa Belanda.

Tujuan dari awal pembangunan kota pada masa kolonial adalah sebagai kota

perantara untuk pengiriman hasil bumi dari daerah jajahan (dikuasai) ke luar negeri.

Dengan demikian fungsi kota adalah sebagai suatu pusat perekonomian dan

administrasi pemerintahan kolonial ketika itu. Kota ini merupakan tipologi kota yang

dibentuk oleh kolonialisasi oleh bangsa-bangsa Barat (mis: Perancis, Jerman,

Belanda, Spanyol, Portugal,Inggris) sejak abad ke-16 di negara-negara yang ada di

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMArepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26453/4/Chapter II.pdf · pemerintahan dan perekonomian di . Sumatera Utara. Mengenai asal nama Medan,

Asia, Afrika dan Amerika Latin. Kawasan Gemeente/kolonial dibangun oleh negara-

negara besar, diberi pola formal yang ditentukan oleh penguasa. Lingkungannya juga

pada masa lalu terbentuk oleh keterpaksaan, prasangka masalah ekonomi atau alasan

yang dibuat-buat.

Hal ini berkaitan dengan munculnya pengolongan penduduk di kota kolonial

yang menyebabkan pula pemusatan golongan penduduk tertentu pada bagian-bagian

kota tertentu secara tata ruang dimana pola penggolongan etnis ini pada masa

kolonial dengan “wijk”. Dari penggolongan secara fisik terdiri dari :

1. Kawasan pemukiman orang Eropa

2. Kawasan kaum ningrat dan intelektual pribumi

3. Kawasan golongan penduduk penduduk kaum pedagang

4. Kawasan kaum ulama agama Islam

5. Kawasan golongan penduduk pribumi

Bahwa kawasan Gemeente/Kolonial terbentuk oleh zona-zona yang

diinginkan oleh hak penjajah sehingga tidak saling mengganggu dilihat dari segi

politik kolonial. Konsep rancang kota berdasarkan orientasi kepentingan politik dan

melupakan persyaratan pendekatan kepada seluruh masyarakat kota. Sifat

pembangunan tergantung kepada kepentingan struktur politik, sosial budaya dan

kekuatan ekonomi pihak pemegang kekuasaan.

Dulunya jalan-jalan di wilayah Gemeente ini lebih rapi dan diisi dengan

mobil, sepeda, kereta lembu dan kereta kuda, serta riskhaw yang ditarik oleh orang

Tionghoa dengan tapak kaki yang hampir selalu telanjang. Gemeente cukup ramai dan

sibuk sebagai sebuah sentral ekonomi, sosial dan birokrasi di Sumatra Timur. Namun

pada titik-titik tertentu di kantong-kantong pemukiman orang-orang Eropa,

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMArepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26453/4/Chapter II.pdf · pemerintahan dan perekonomian di . Sumatera Utara. Mengenai asal nama Medan,

keadaannya cukup sunyi dan agak tertutup. Keadaan ini berbeda lagi dengan kantong-

kantong pemukiman orang-orang Tionghoa dan India yang suasananya yang relatif

ramai.

Simbol bagi Gemeente adalah Lapangan Merdeka Medan dan gedung De

Javasche Bank, serta tentu saja Kantor Pos Besar dengan air mancur Jacobus

Nienhuys di depannya. Semua bangunan ini berada di kawasan Esplanade. Di

kawasan yang menjadi pusat kota Medan tersebut akan dapat ditemukan salah satu

alasan yang membuat kota Medan menjadi Ibukota Gouvernemen Sumatra Timur.

Yang menjadi pusat kawasan kota bagi Medan adalah Lapangan Merdeka.

Sebuah lapangan rumput berbentuk persegi yang dikelilingi olah jalan raya. Disekitar

lapangan ini berdiri Balai Kota, De Javasche Bank, Hotel De Boer, Kantor Pos Besar,

Stasiun Besar Kereta Api dan beberapa kantor perusahaan perkebunan. Konon

kabarnya titik nol kilometer Medan juga terdapat disini, yang diwujudkan dalam

bentuk air mancur dan patung seorang Belanda. Patung itu mulai berada di depan

Kantor Pos Besar sejak 1915 Masehi.

Kota Medan yang dulunya dikenal sebagai kota kolonial yang berorientasi

pada jalur transportasi darat, jalan raya dan rel kereta api adalah infrastruktur vital

disini. Jalan raya dan rel kereta api menjadikan Medan sebagai pusat tujuan hilir

mudiknya gerbong-gerbong kereta dan alat transportasi darat lainnya. Namun, jangan

berpikir jalanan di Ibu Koloni ini ramai dengan mobil. Mobil merupakan barang

mewah yang hanya dimiliki oleh para pengusaha, birokrat kolonial dan sultan.

Keberadaan mobil yang dulunya di jalanan Medan masih kalah dengan sepeda,

angkong, kereta lembu, dan kereta kuda. Sarana transportasi kereta api dibangun

dengan tujuan utama untuk mendukung kegiatan perkebunan di Sumatra Timur

dengan berpusat pada Stasiun Besar Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMArepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26453/4/Chapter II.pdf · pemerintahan dan perekonomian di . Sumatera Utara. Mengenai asal nama Medan,

Tahun 1891 Medan mulai berkonsentrasi kepada dua wilayah utama. Daerah

kesultanan Kotamaksum yang menjadi wilayah ibukota Kesultanan Deli dan

Gemeente Medan yang menjadi wilayah ibukota Keresidenan Sumatra Timur. Pada

dasarnya pembagian tersebut bertujuan untuk memudahkan pembedaan pengaturan

orang-orang yang menjadi warga kesultanan dengan orang-orang yang menjadi warga

Gemeente. Meski bahwa Medan yang dimaksud oleh birokrat kolonial Belanda adalah

wilayah yang masuk dalam birokrat administrasi Gemeente Medan, namun umumnya

orang-orang yang berada di luar kedua wilayah tersebut menganggap bahwa daerah

kesultanan dan Gemeente adalah satu kesatuan. Medan mendapat pengakuan resmi

sebagai sebuah Gemeente baru pada 1 April 1909 Masehi oleh Gubernur Jenderal

Hindia Belanda, J.B. van Heutz di Buitenzorg.

Kala itu, Medan telah memiliki kelengkapan infrastruktur yang memadai

sebagai sebuah kotapraja. Jalan-jalan di kota ini telah diaspal dan diberi penerangan

listrik. Hotel dan rumah sakit telah dapat menampung tamu dan pasien dalam jumlah

yang cukup memadai. Fasilitas air bersih juga tersedia dalam jumlah yang dapat

memenuhi kebutuhan warga, dengan tangki air bersih berukuran besar, yang sosok

bangunannya cukup mencolok mata bagi penduduk Medan masa itu. Di kota ini juga

telah tersedia jaringan telepon, kolam renang, klab pacuan kuda, klab sepakbola, dan

perkumpulan olahraga ataupun rekreasi lainnya. Sebagai sebuah ibukota keresidenan,

ia sudah lebih cukup dari segi infrastruktur dibanding kota-kota lain di Sumatra pada

masanya.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMArepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26453/4/Chapter II.pdf · pemerintahan dan perekonomian di . Sumatera Utara. Mengenai asal nama Medan,

2.4. Komposisi Penduduk Kota Medan

2.4.1 Pada Masa Kolonial

Medan didirikan oleh Guru Patimpus Pelawi pada tahun 1590. John Anderson,

orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah

kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200 orang dan pemimpin

bernama Tuanku Pulau Brayan sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk

menarik pajak dari sampan-sampan pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada

tahun 1886, Medan secara resmi memperoleh status sebagai kota, dan tahun

berikutnya residen Pesisir Timur serta Sultan Deli pindah ke Medan. Pada tahun 1918

penduduk Medan tercatat sebanyak 43.826 jiwa yang terdiri dari Eropa 409 orang,

Indonesia 35.009 orang, Cina 8.269 orang dan Timur Asing lainnya 139 orang. Tahun

1909, Medan menjadi kota penting di luar pulau jawa, terutama setelah pemerintah

kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang

pertama terdiri dari 12 anggota orang Eropa, dua orang Bumiputra, dan seorang

Tionghoa.

Diakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat (2) dua gelombang migrasi

ke Medan, yaitu :

1. Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa sebagai kuli

kontrak perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan perkebunan

berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka

lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan

kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan.

Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk

mengembangkan sektor perdagangan.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMArepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26453/4/Chapter II.pdf · pemerintahan dan perekonomian di . Sumatera Utara. Mengenai asal nama Medan,

2. Gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau, Mandailing, dan

Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh

perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru dan ulama. Sejak tahun

1950, Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal, dari 1.853 ha

menjadi 26.510 ha di tahun 1974. Dengan demikian dalam tempo 25 tahun

setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir

delapan belasa kali lipat.

Kota Medan dalam peningkatan jumlah penduduknya cukup signifikan. Pada

awal perkembangannya, awalnya penduduk Medan hanya sekitar 200 jiwa saja.

Kemudian pada tahun 1905 penduduk Medan menjadi 14.000 jiwa dan pada tahun

1930 menjadi 76.584 jiwa. Pada masa pendudukan Jepang, penduduk Medan adalah

108.000 jiwa. Adapun hasil sensus tahun 1971 memperlihatkan adanya 635.562 jiwa

yang tinggal di kota Medan dan pada tahun 1980 jumlah penduduknya meningkat,

tidak kurang dari 1.378.955 jiwa (BPS 1980).

2.4.2 Pada Masa Republik

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km2) atau 3,6 dari

keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan

kota/kabupaten lainnya, kota Medan memiliki luas wilayah yang relatih kecil dengan

jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3

derajat 30’ – 3 derajat 43’ Lintang utara dan 98 derajat 35’ – 98 derajat 44 Bujur

Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada

ketinggian 2,5 – 3,7 meter di atas permukaan laut.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMArepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26453/4/Chapter II.pdf · pemerintahan dan perekonomian di . Sumatera Utara. Mengenai asal nama Medan,

Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk kota Medan

diperkirakan telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari

pria, (1.010.174 jiwa > 995.968). Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan

penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari

500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter. Dengan demikian Medan

merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang besar.

Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk Medan berjumlah

2.109.339 jiwa. Penduduk kota Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659

perempuan. Disiang hari jumlah meningkat hingga 2,5 juta jiwa dengan dihitungnya

jumlah penglaju (komuter). Sebagian besar penduduk kota Medan berasal dari

kelompok umur 0-19 tahun dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8 dari

teritorial penduduk).

Dilihat dari struktur umur penduduk, kota Medan dihuni kurang lebih

1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat

pendidikan, rata-rata lama sekolah, penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan

demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada

berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.

Laju pertumbuhan penduduk Medan periode tahun 2000-2004 cenderung

mengalami peningkatan-tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah

0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Sedangkan tingkat kapadatan penduduk

mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa per km² pada tahun 2004. Jumlah penduduk

paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan Helvetia dan Medan

Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di Kecamatan Medan Baru,

Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan Penduduk tertinggi ada di

kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan Medan Timur. Pada tahun 2004,

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMArepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26453/4/Chapter II.pdf · pemerintahan dan perekonomian di . Sumatera Utara. Mengenai asal nama Medan,

angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 69 tahun sedangkan bagi wanita adalah 71

tahun.

Mayoritas penduduk Kota Medan sekarang ialah Suku Jawa, dan suku-suku

dari Tapanuli (Batak, Mandailing, Karo). Di Medan banyak pula orang keturunan

India dan Tionghoa. Medan salah satu kota di Indonesia yang memiliki populasi

orang Tionghoa cukup banyak. Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah

masjid, gereja dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota. Daerah di

sekitar Jl. Zainul Arifin dikenal sebagai Kampung Keling, yang merupakan daerah

pemukiman orang keturunan India. Secara historis, pada tahun 1918 tercatat bahwa

Medan dihuni 43.826 jiwa. Dari jumlah tersebut, 409 orang berketurunan Eropa,

35.009 berketurunan Indonesia, 8.269 berketurunan Tionghoa, dan 139 lainnya

berasal dari ras Timur lainnya.

Perbandingan Etnis di Kota Medan pada Tahun 1930, 1980, 2000

Etnis Tahun 1930 Tahun 1980 Tahun 2000

Jawa 24,89% 29,41% 33,03%

Batak 2,93% 14,11% --

Tionghoa 35,63% 12,8% 10,65%

Mandailing 6,12% 11,91% 9,36%

Minangkabau 7,29% 10,93% 8,6%

Melayu 7,06% 8,57% 6,59%

Karo 0,19% 3,99% 4,10%

Aceh -- 2,19% 2,78%

Sunda 1,58% 1,90% --

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMArepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26453/4/Chapter II.pdf · pemerintahan dan perekonomian di . Sumatera Utara. Mengenai asal nama Medan,

Lain-lain 14,31% 4,13% 3,95%

Sumber: Usman Pelly, 1983; 2000: BPS Sumut ( Balai Arkeologi Medan). Catatan: Data BPS Sumut tidak menyenaraikan "Batak" sebagai salah satu suku bangsa, namun total Simalungun (0,69%), Tapanuli/Toba (19,21%), Pakpak, (0,34%), dan Nias (0,69%) adalah 20,93%

Angka Harapan Hidup penduduk kota Medan pada tahun 2007 adalah 71,4

tahun, sedangkan jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 adalah 148.100 jiwa.

Sebagai kota terbesar di Pulau Sumatra dan di Selat Malaka, penduduk Medan banyak

yang berprofesi di bidang perdagangan. Biasanya pengusaha Medan banyak yang

menjadi pedagang komoditas perkebunan. Setelah kemerdekaan, sektor perdagangan

secara konsisten didominasi oleh etnis Tionghoa dan Minangkabau. Bidang

pemerintahan dan politik, dikuasai oleh orang-orang Mandailing. Sedangkan profesi

yang memerlukan keahlian dan pendidikan tinggi, seperti pengacara, dokter, notaris,

dan wartawan, mayoritas digeluti oleh orang Minangkabau.

Komposisi Etnis Berdasarkan Okupasi Profesional

Etnis Pengacara Dokter Notaris Wartawan

Aceh 2,6% 3,9% -- 3,7%

Batak 13,2% 15,9% 18,5% 8,5%

Jawa 5,3% 15,9% 11,1% 10,4%

Karo 5,3% 10% 7,4% 0,6%

Mandailing 23,6% 14,1% 14,8% 18,3%

Minangkabau 36,8% 20,6% 29,7% 37,7%

Melayu 5,3% 5,9% 3,7% 17,7%

Sunda -- -- 3,7% 10,4%

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA LAMArepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26453/4/Chapter II.pdf · pemerintahan dan perekonomian di . Sumatera Utara. Mengenai asal nama Medan,

Tionghoa -- 14,7% 7,4% 1,2%

Perluasan kota Medan telah mendorong perubahan pola pemukiman

kelompok-kelompok etnis. Etnis Melayu yang merupakan penduduk asli kota, banyak

yang tinggal di pinggiran kota. Etnis Tionghoa dan Minangkabau yang sebagian besar

hidup di bidang perdagangan, 75% dari mereka tinggal di sekitar pusat-pusat

perbelanjaan. Pemukiman orang Tionghoa dan Minangkabau sejalan dengan arah

pemekaran dan perluasan fasilitas pusat perbelanjaan. Orang Mandailing juga

memilih tinggal di pinggiran kota yang lebih nyaman, oleh karena itu terdapat

kecenderungan di kalangan masyarakat Mandailing untuk menjual rumah dan tanah

mereka di tengah kota, seperti di Kampung Mesjid, Kota Maksum, dan Sungai Mati.

Universitas Sumatera Utara