22
27 BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah Peningkatan Bea Impor Baja dan Alumunium oleh AS 2.1 Hubungan Perdagangan China dengan Amerika Serikat Semakin berkembangnya ekonomi China semenjak pemerintahan Deng Xiaoping, dengan melakukan reformasi ekonomi yang mengikuti pola negara industri baru yang memberikan prioritas kepada sektor ekonomi yang dapat menghasilkan pertumbuhan pesat tanpa intervensi pemerintah yang besar melalui program industrialisasi. Sehingga dikatakan bahwa China mulai membuka diri dan berkembang pesat perekonomiannya dan disimpulkan bahwa Deng Xiaoping menggabungkan antara kapitalisme dan komunisme secara bersamaan. Hal inilah yang membuat Amerika Serikat akhirnya memutuskan untuk bekerjasama dengan China untuk mempertahankan kekuasaannya. Oleh karena itu Amerika Serikat yang pada saat itu di bawah rezim Jimmy Carter ikut menandatangani kesepakatan “ One China Policy “. 28 Dan memutus hubungan diplomatik dengan Taiwan. 29 Hubungan tersebut terus berlanjut sampai dengan 1970an, yang kala itu Amerika Serikat dipimpin oleh Nixon, ia mengunjungi China dan melakukan serangkaian dialog agar China ikut andil dalam komunitas dunia internasional. Nixon 28 China menetapkan satu regulasi mutlak dalam berinteraksi dengan dunia internasonal, yaitu dengan menerapkan satu mekanisme absolut bahwa setiap negara yang ingin menjalin hubungan diplomatik dengan China harus menghindari hubungan diplomatik dengan Taiwan dengan alasan bahwa Taiwan telah terdaftar dalam zona yang berada dalam teritori kedaulatan China. 29 Richard, A One China Policy Primer, Center For East Asia Policy Studies, Working Paper No. 10, Maret 2017, University of Brookings

BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

27

BAB II

Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah Peningkatan Bea Impor

Baja dan Alumunium oleh AS

2.1 Hubungan Perdagangan China dengan Amerika Serikat

Semakin berkembangnya ekonomi China semenjak pemerintahan Deng

Xiaoping, dengan melakukan reformasi ekonomi yang mengikuti pola negara industri

baru yang memberikan prioritas kepada sektor ekonomi yang dapat menghasilkan

pertumbuhan pesat tanpa intervensi pemerintah yang besar melalui program

industrialisasi. Sehingga dikatakan bahwa China mulai membuka diri dan

berkembang pesat perekonomiannya dan disimpulkan bahwa Deng Xiaoping

menggabungkan antara kapitalisme dan komunisme secara bersamaan. Hal inilah

yang membuat Amerika Serikat akhirnya memutuskan untuk bekerjasama dengan

China untuk mempertahankan kekuasaannya. Oleh karena itu Amerika Serikat yang

pada saat itu di bawah rezim Jimmy Carter ikut menandatangani kesepakatan “ One

China Policy “.28Dan memutus hubungan diplomatik dengan Taiwan.29

Hubungan tersebut terus berlanjut sampai dengan 1970an, yang kala itu

Amerika Serikat dipimpin oleh Nixon, ia mengunjungi China dan melakukan

serangkaian dialog agar China ikut andil dalam komunitas dunia internasional. Nixon

28 China menetapkan satu regulasi mutlak dalam berinteraksi dengan dunia internasonal, yaitu dengan

menerapkan satu mekanisme absolut bahwa setiap negara yang ingin menjalin hubungan diplomatik dengan China harus menghindari hubungan diplomatik dengan Taiwan dengan alasan bahwa Taiwan

telah terdaftar dalam zona yang berada dalam teritori kedaulatan China. 29 Richard, A One – China Policy Primer, Center For East Asia Policy Studies, Working Paper No. 10,

Maret 2017, University of Brookings

Page 2: BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

28

juga mengatakan bahwa tindakannya tersebut bermaksud untuk menghapus berbagai

hambatan dalam hubungan perdagangan Amerika Serikat dengan China.30 Dan

semakin berkembangnya China dan bergejolaknya semangat “ Kebangkitan China”

tahun 1990-2010 membuat pertumbuhan ekonomi China naik sebesar 8 – 9 %

pertahunnya, yang mana Amerika Serikat hanya berkisar 2 – 4%.31

Presiden Bill Clinton yang pada saat itu menjabat sebagai kepala negara AS

menandatangani US China Relations Act pada Oktober 2000, yang mana hal tersebut

bertujuan untuk membantu China agar dapat melakukan perdagangan secara

permanen dengan Amerika Serikat dan juga membuka kerjasama yang semakin

meningkat. Amerika Serikat juga berusaha menjalin kerjasama untuk

menyeimbangkan ekonomi global dan menghilangkan hambatan dagang serta

investasi bilateral diantara kedua negara. Amerika Serikat mendorong China untuk

membuka pasar dan peluang investasi yang baru bagi bisnis internasional.32 Dengan

demikian China akhirnya bersedia bergabung dengan WTO (World Trade

Organization) pada tahun 2001.33 Bergabung China ke WTO membuat China menjadi

negara yang memiliki perekonomian terbesar kedua dan nomor satu di bidang ekspor,

tak hanya membawa keuntungan bagi negaranya saja, bergabungnya China ke WTO

30 Robert O. Keohane and Joseph S. Nye. “ Power and Interdependence: World Politics in

Transition”. Boston:Little Brown Company. Hal 24 - 25 31 S. Jones, Wolte, 1993, “ Logika Hubungan Internasional: Kekuasaan Ekonomi-Politik

Internasional dan Tatanan Dunia”, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama 32 Ibid., 33 Josephus Primus, Masuk WTO, China Perkasa, 11 November 2011, diakses dalam

https://ekonomi.kompas.com/read/2011/11/11/16114165/masuk.wto.china.perkasa (19/05/2019, 17:49

WIB)

Page 3: BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

29

juga memberikan keuntungan bagi anggota WTO lainnya.34 tak hanya itu, ekspor

Amerika Serikat ke China meningkat sebanyak 81% dalam tiga tahun pertama

keanggotaan China dibandingkan pada tiga tahun terakhir sebelum ia bergabung

dengan WTO yakni hanya sejumlah 34%. Di sisi lain, impor dari China justru

meningkat sebesar 92% yang dahulunya hanya sebesar 46%. Pada tahun 2004, nilai

perdagangan Amerika Serikat dengan China mencapai angka 600 triliun dollar AS.35

Pesatnya perkembangan perekonomian China ini tak terlepas dari

keikutsertaannya dalam institusi – institusi internasional seperti World Bank dan

International Monetary Fund (IMF). IMF sendiri mengumumkan bahwa China telah

menjadi negara terbesar dalam Purchasing Power Parity.36 mengalahkan Amerika

Serikat.37 Tidak hanya itu menurut data dari Wold Investment Report 2018, Amerika

Serikat berada pada tingkat pertama dalam menjadi investastor asing (outflows)

begitupun dalam menjadi negara penerima investastor asing (inflows) atau FDI

(Foreign Direct Investment), ia berinvetasi sebesar US$ 457 milliar untuk inflows dan

US$ 281 milliar untuk outflows, sedangkan China berada pada urutan kedua dalam

34 Ibid., 35 Frank Sampson Jannuzi, Carla A. Hills, and Dennis C. Blair, 2007, U.S.-China Relations : An

Affirmative Agenda, A Responsible Course. Council on Foreign Relations Press, Diakses dalam

https://www.cfr.org/china/us-relations-china-%201949%E2%80%94present/p17698 (19/05/2019,

18:01WIB) 36 Menjelaskan bahwa nilai tukar antara dua mata uang akan berubah sesuai dengan perubahan tingkat

relatif pada dua negara yang bertransaksi dengan menggunakan mata uang tersebut 37 Mike Bird. “China Just Took Over The US as The World’s Largest Economy”. Diakses dalam

https://www.businessinsider.sg/ . (19/5/2019. 18:33WIB)

Page 4: BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

30

inflows Foreign Direct Investment yakni sebesar US$ 136 milliar dan ketiga outflows

Foreign Direct Investment, yakni sebesar US$ 125 milliar.38

Gambar 2.1 Data mengenai Inflows Foreign Direct Investment

38 UNCTAD, 2018, World Investement Report 2018 : Global Investment Trends and Prospecs,,

Diakses dalam https://unctad.org/en/PublicationsLibrary/wir2018_en.pdf (19/05/2019. 19:01WIB)

hal 4

Page 5: BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

31

Gambar 2.2 Data mengenai Outflows Foreign Direct Investment

Investasi Amerika Serikat berkembang dalam kurun 1979 sampai dengan

1989, investasi tersebut berjumlah US$ 1,7 juta dan terus meningkat semenjak China

membuka berbagai sektor bagi investasi asing, karena peningkatan yang terjadi terus

menerus pada perkembangan ekonomi Amerika Serikat, negara tersebut menjadi

Page 6: BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

32

negara penghasil manufaktur terbesar dunia, bahkan menguasai 20% manufaktur

global.39 Hubungan interdependensi ini semakin jelas terlihat ketika Amerika Serikat

mengalami krisis keuangan, dan China sebagai negara yang pemegang hutang

terbesar Amerika Serikat sebesar US$ 1,2 trilliun dibandingkan dengan negara lain,

hal ini tak cuma – cuma dilakukan oleh China mengingat perkembangan ekonomi

China bergantung dengan barat, dan Amerika Serikat sebagai salah satu mitra

terbesar China.40 Hubungan perdagangan dan Investasi – investasi yang dilakukan

secara terus menerus dan berkembang pun tak terelakkan, pada tahun 2008 FDI China

ke Amerika Serikat mencapai US$ 1.105 juta, naik menjadi US$ 1.624 juta pada

tahun 2009, dan terus meningkat sampai dengan 2016 yang mencapai US$ 40.447

juta dan menurun pada tahun 2017 menjadi US$ 39.518 juta. Dan akan lebih jelas

jika penulis lampirkan dalam tabel.

Tabel 2.1 Mengenai FDI China ke Amerika Serikat41

Tahun Jumlah FDI China ke Amerika Serikat

( US$ Juta)

2008 1.105

2009 1.624

39 UNCTAD, 2014, World Investement Report 2014 : Investing in the SDGs; An Action Plan 2014,

Diakses dalam http://unctad.org/en/PublicationsLibrary/wir2014_en.pdf (19/05/2019. 19:01WIB) hal

15 40 China Ingatkan bahwa Beijing Penyuplai Uang untuk AS, 12 Januari 2018, diakses dalam

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/01/12/153427526/china-ingatkan-bahwa-beijing-penyuplai-

uang-untuk-as (19/05/2019,19:29 WIB) 41 Bureau of Economic Analysis, Foreign Direct Investment in the U.S.: Balance of Payments and

Direct Investment Position Data, Diakses dalam https://www.bea.gov/international/di1fdibal

(22/06/2019, 12:51 WIB)

Page 7: BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

33

2010 3.300

2011 3.598

2012 7.076

2013 7.855

2014 10.071

2015 14.714

2016 40.447

2017 39.518

Sedangkan FDI Amerika Serikat ke China mencapai US$ 54.069 juta pada

tahun 2009, meningkat pada tahun 2010 yaitu mencapai US$ 58.996 juta, dan

menurun pada tahun 2011 yaitu hanya mencapai US$ 53.661 juta, di tahun berikutnya

2012 sampai dengan 2017 mengalami peningkatan terus menerus dan mencapai US$

107. 556 juta pada tahun 2017. Lebih lanjut akan penulis lampirkan dalam tabel.

Tabel 2.2. Mengenai FDI Amerika Serikat ke China42

Tahun FDI Amerika Serikat ke China

(US$ Juta)

2009 54.069

2010 58.996

42 Bureau of Economic Analysis, U.S. Direct Investment Abroad : Balance of Payments and Direct

Investment Position Data, Diakses dalam https://www.bea.gov/international/di1usdbal (22/06/2019,

13:09 WIB)

Page 8: BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

34

2011 53.661

2012 54.514

2013 60.454

2014 82.244

2015 92.150

2016 97.287

2017 107. 556

Dalam hubungan perdagangan, baik China maupun Amerika Serikat juga

saling membutuhkan satu sama lain, terlihat dari Top List Merchandise Trade. Pada

tahun 2018 Amerika Serikat menjadi China’s top three export markets selain

European Union 28 dan ASEAN. Dan impor terbesarnya adalah EU28, ASEAN, dan

Korea Selatan. Dari hubungan perdagangan dengan Amerika Serikat, China

mendapatkan surplus sebesar US$ 282 miliar, sedangkan dengan Hongkong sebesar

US$274 miliar, dan EU28 sebesar US$129 miliar dan Amerika Serikat masih jadi

penyumbang terbesar surplus perdagangan China.43 Dan akan dilampirkan dalam

gambar berikut ini.

43Congressional Research Service. 2019, China’s Economic Rise: History, Trends, Challenges, and

Implications for the United States, diakses dalam https://fas.org/sgp/crs/row/RL33534.pdf

(30/06/2019, 08:16 WIB) hal.22 - 23

Page 9: BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

35

Gambar 2.3. China’s Top List Merchandise Trade

Sedangkan bagi Amerika Serikat, China merupakan partner perdagangan

terbesarnya, melihat dari impor dan ekspornya. Yang mana pada tahun 2017 China

berhasil menguasai 16.27 % total perdagangan Amerika Serikat. Yang mana pada

tahun 2016 hanya sebesar 15.80 %. Atau dijumlahkan perdagangan AS dan China

berkisar US$ 636.7 miliar pada tahun 2017. Jumlah tersebut meningkat sebesar

9.93% yang sebelumnya adalah US$ 579.2 miliar pada tahun 2016. China menjadi

negara ketiga dari destinasi ekspor Amerika setelah Kanada dan Mexico. Pada tahun

2017 ekspor AS ke China mencapai US$ 130.4 miliar, jumlah ini meningkat 12.45%

dibandingkan dengan tahun 2016 yang berkisar US$14.4 miliar. Ekspor AS ke China

sebesar US$ 130.4 miliar pada tahun 2017. Dan komoditas yang menjadi

unggulannya adalah pesawat, mesin beserta bagian – bagiannya yakni 12.52% dari

seluruh jumlah ekspor AS ke China. Kedelai sebesar 9.43%, kendaraan bermotor

Page 10: BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

36

6.31%, minyak mentah 3.39%, dan barang elektonik 2.39%.44 dan akan penulis

lampirkan dalam gambar berikut ini.

Gambar 2.4 Perdagangan AS dengan China (ekspor dan impor)45

Sehingga bisa dikatakan China merupakan pasar terbesar bagi Amerika

Serikat dan dapat dilihat dari jumlah investasi yang lebih besar Amerika Serikat ke

China dibandingkan dengan sebaliknya. Oleh karena itu, sangat sulit untuk

mengesampingkan China dari globalisasi ekonomi Amerika Serikat. Begitupun

China, Amerika Serikat merepresentasikan pasar ekspor yang sangat penting dan

amat berpengaruh besar bagi negaranya dan tak hanya itu China merupakan

pemegang surat obligasi terbesar Amerika Serikat, yang mampu memulihkan krisis

ekonomi negaranya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa China merupakan pasar yang

44 Congressional Research Service,2018, US Trade Major Trading Partners, diakses dalam

https://fas.org/sgp/crs/row/R45434.pdf (30/06/2019, 08:53 WIB) hal. 22 - 24 45 Ibid.,

Page 11: BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

37

menjanjikan bagi Amerika Serikat, begitu juga dengan China, tanpa pasar Amerika

Serikat China tak akan berjaya sampai dengan sekarang dalam bidang ekonomi.46

2.2 Sejarah Peningkatan Bea Impor Baja dan Alumunium oleh AS

Kebijakan mengenai peningkatan tarif dan kuota impor dalam produk baja

sebenarnya telah sejak lama, yakni selepas dari perang dunia ke-II. Oleh karena itu

pada sub-bab ini akan dijelaskan mengenai dinamika yang terjadi dalam kebijakan

dalam produk baja dan alumuium dan apa yang melatar belakangi dikeluarkannya

kebijakan tersebut.

2.2.1 Kebijakan Non-Tarif Voluntary Export Restrains (VRAs)

Amerika Serikat terhadap Produk Baja dari Jepang dan Eropa

Tahun 1969

Voluntary Export Restraint merupakan salah satu hambatan perdagangan,

yang mana negara pengekspor setuju untuk membatasi jumlah ekspornya ke negara

pengimpor.47 Hal ini yang dilakukan oleh Amerika Serikat ketika perindustrian

negaranya sedang berkembang, sehingga menyebabkan permintaan dan harga

terhadap produk baja meningkat di periode tahun 1960an.48 Hal inilah yang membuat

pasar produk baja impor di Amerika Serikat meningkat dari 7,3 persen di tahun 1964

46 Wang Dong. “China’s Trade Relations with the United States in Perspective”. Journal of Current

Chinese Affairs. Diakses dalam https://d-nb.info/1010398237/34 . (19/05/2019. 19:42 WIB) hal. 172 47 Umar Fakhrudin, Kebijakan Hambatan Perdagangan atas Prodk Ekspor Indonesia di Negara Mitra

Dagang, diakses dalam http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2014/11/19/-1416393847.pdf

(02/05/2019.15:57 WIB) 48 Michael O. Moore, 1996, The Rise and Fall of Big Steel Influence on U.S Trade Policy,United State

: University of Chicago Press, hal. 16

Page 12: BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

38

menjadi 16,7 persen di tahun 1968.49 Sehingga pada tahun 1969, pemerintahan

Amerika Serikat menerapkan kebijakan VRAs terhadap produk baja dari European

Community dan Jepang. Kebijakan ini diberlakukan untuk kedua negara ini

dikarenakan kemampuan produksi baja dari Eropa dan Jepang yang lebih efisien dan

lebih baru pada saat itu.

Peningkatan minat terhadap baja impor dari Jepang dan Eropa menimbulkan

reaksi dari produsen baja serta United Steel Workers of America atau serikat pekerja

baja Amerika Serikat karena dianggap mengganggu produsen baja domestik. Mereka

melakukan tidakan berupa tuntutan terhadap pemerintah Amerika Serikat saat itu

untuk menerapkan batasan impor terhadap baja. Lalu pada tahun 1966

dikeluarkannya kebijakan VRAs terhadap Eropa dan Jepang, batasan produk ekspor

dari Eropa dan Jepang sebesar 5,8 juta ton per tahun.50 Namun dengan syarat pelaku

industri baja Amerika Serikat berjanji tidak menuntut proteksionisme terhadap

industri baja Amerika Serikat dan akan meningkatkan serta modernisasi pabrik

mereka agar lebih efektif dan mampu bersaing dengan produk impor. VRAs pun

berlaku sampai dengan 1974 dan pada akhirnya permintaan baja secara global

semakin meningkat, sehingga Amerika Serikat tidak menjadi pilihan utama lagi untuk

mengekspor baja.51

49 Ibid., hal. 17 50 Ibid., 51 Ibid.,

Page 13: BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

39

2.2.2 Kebijakan Tarif Baja Pada Masa Pemerintahan Presiden Bush

Tahun 2002

Merosotnya industri baja di Amerika Serikat pada tahun 1997 hingga 2001

membuat lebih dari 30 perusahaan produsen baja dan pengolahan baja bangkrut.

Presiden George W. Bush yang pada masa kampanyenya berjanji kepada pekerja

industri baja bahwa ia tidak akan mengesampingkan pemasalahan yang dihadapi oleh

industri baja dan pekerjanya dan pada saat itu, pada tahun 2001 ialah yang menjabat

sebagai Presiden Amerika Serikat. Industri baja yang semakin memburuk

menyebabkan United Steel Workers of America (USA) mendesak presiden Bush

untuk mengambil tindakan terhadap kondisi yang ada dan memenuhi janji kampanye

yang pernah diucapkannya.52

George W. Bush sebelumnya menyetujui dengan diberlakuannya VRA

(Voluntary Export Restrain) terhadap impor baja yang diberlakukan untuk negara

Jepang dan EC (Economic Community). Namun dengan desakan yang terus menerus

yang dilakukan oleh produsen baja Amerika Serikat, akhirnya ia merasa harus

memberikan respon yang lebih terhadap permasalahan ini. Oleh karena itu,

Pemerintahan Presiden Geroge W. Bush memberikan respon terhadap tuntutan yang

disuarakan oleh USA dengan mengeluarkan tiga tahapan atau cabang strategi dalam

menangani industri aja yang memburuk. Dan strategi tersebut adalah53 :

52 Hufbauer & Goodrich, 2003, Steel Policy: The Good, the Bad, and the Ugly, Institute for

International Economics, diakses dalam https://piie.com/publications/pb/pb03-1.pdf (07/05/2019,

09:42 WIB) hal, 1 53 Ibid.,

Page 14: BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

40

1. Usaha untuk mengatasi kapasitas baja yang berlebih secara global

2. Menghentikan subsidi dan praktik distorsi pasar

3. Melakukan investigasi terhadap 33 tipe produk impor baja dan apakah

harus dilakukan perlindungan bagi produk tersebut

Oktober 2001, United State International Trade Commission (ITC)

mengeluarkan pernyataan bahwa 16 dari 33 tipe produk baja telah diimpor ke

Amerika Serikat dalam jumlah tertentu yang dapat mengancam industri baja di

Amerika Serikat.54 Lalu pada Desember 2001, Commissioner dari ITC

merekomendasikan pada presiden Bush untuk mengambil tindakan berupa tarif,

kuota, atau tarif dan kuota yang diterapkan terhadap impor yang mengancam industri

dalam negeri. Berdasarkan laporan dan rekomendasi yang diberikan oleh

Commisioner ITC, pada bulan Maret 2002 Presiden Bush menerapkan tarif terhadap

14 produk dari 16 produk yang direkomendasikan terhadap industri baja Amerika

Serikat.55

Kebijakan yang diterapkan oleh Bush yaitu tarif sebesar 30 persen untuk 3

tipe produk baja ( Flat Steel Products, Hot-Rolled Bars, dan Cold- Finished Bars)

dan penerapan tarif sebesar 15 persen terhadap tipe produk baja lainnya, dan untuk

plat baja ( baja yang belum dibentuk secara sempurna), Bush menetapkan Tarif-Rate

Quotes (TRQ), yaitu seluruh impor yang melebihi 6 juta ton akan dikenakan tarif 30

54 Ibid., 55 Ibid., hal, 2

Page 15: BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

41

persen.56 Kanada, Meksiko, dan beberapa negara lain yang memiliki perjanjian

perdagangan khusus dengan Amerika Serikat tidak termasuk dalam negara yang

terkena penerapan dalam kebijakan tersebut. Namun kebijakan ini ditarik dan tidak

diterapkan sejak tanggal 4 Desember 2003.57

2.2.3 Kebijakan Tarif Impor Baja dan Alumunium tahun 2018

Terdapat banyak faktor yang melatarbelakangi dikeluarkannya kebijakan

mengenai peningkatan bea impor baja dan alumunium yang dilakukan oleh Amerika

Serikat, diantaraya adalah kondisi industri baja yang menurun dan terjadinya defisit

neraca perdagangan terus menerus dengan China. Oleh karena itu Amerika Serikat

memutuskan untuk meningkatkan bea impor sebagai respon terhadap permasalahan

domestik negaranya tersebut. Berikut data yang dilampirkan dari defisit neraca

perdagangan antara Amerika Serikat dengan China dari Januari 2016 sampai dengan

Juli 2018,58

56 Ibid., hal 2 57 Ibid., 58 United States Census Bureau, Foreign Trade, Diakses dalam https://usatrade.census.gov/

(13/11/2018, 21 : 56 WIB)

Page 16: BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

42

Gambar 2.5 Neraca Perdagangan Barang Amerika Serikat dengan China

Tabel yang berwarna hijau menunjukkan ekspor Amerika Serikat ke China,

sedangkan yang berwarna biru menunjukkan impor Amerika Serikat dari Tiongkok

(China) dan yang berwana merah muda menunjukkan neraca perdagangan Amerika

Serikat. Sehingga dapat disimpulkan Amerika Serikat mengalami defisit neraca

perdagangan yang mana tingkat ekspor Amerika serikat ke China lebih rendah

dibandingkan dengan impor Amerika Serikat dari China. Berdasarkan data statistik

Amerika Serikat defisit neraca perdagangan dari Januari sampai dengan Juli yakni

sebesar 8,73 % menjadi US$ 222,56 miliar dari tahun sebelumnya.59 Demikian pula

defisit neraca perdagangan dari bulan Januari sampai dengan Juli 2017 naik 7,07%

59 Ibid.,

Page 17: BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

43

dari tahun sebelumnya. Nilai impor barang Amerika dari China periode Januari – Juli

tahun ini meningkat 8,55% menjadi US$ 296,84 miliar sementara nilai ekspor barang

Amerika ke China hanya tumbuh 8% menjadi US$ 74,28 miliar.60

Tak hanya dengan China, defisit perdagangan juga ternyata di beberapa

negara, seperti dengan Uni Eropa US$14.2 milliar, Mexico US$7.6 milliar, Jerman

US$5.2 milliar, Jepang US$4.9 milliar, Itali US$2.3 milliar, OPEC US$2,3 milliar,

Canada US$2.2 milliar, Korea Selatan US$2.0 milliar, India US$1.7 milliar, Arab

Saudi US$1.5 milliar, Perancis US$1.2 milliar, Taiwan US$0.9 milliar, dan United

Kingdom US$0.2 milliar.61

Untuk China sendiri defisit Amerika Serikat naik yang semula US$3.0 milliar

menjadi US$37.4 milliar di bulan September, ekspor ke China naik dari US$0.4

milliar menjadi US$10.2 milliar dan Impor dari China juga meroket pesat dari

US$3.5 milliar menjadi US$47.7 milliar, hal inilah yang menyebabkan defisit

perdagangan Amerika Serikat dengan China begitu besar, dikarenakan jumlah ekspor

dengan impor tidak seimbang, lebih banyak impor Amerika dari China ketimbang

dengan ekspornya.62

60 Opcit, Diakses dalam https://usatrade.census.gov/ (13/11/2018, 21:56 WIB) 61 Monthly United State International Trade in Goods and Service, September 2018, diakses dalam

https://www.census.gov/foreign-trade/Press-Release/current_press_release/ft900.pdf (14/11/2018,

08:35 WIB) 62 Ibid.,

Page 18: BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

44

Gambar 2.6 Defisit Neraca Perdagangan Amerika Serikat

Dan disini penulis juga jabarkan barang – barang apa saja yang mengalami

defisit. Dalam hal ini seluruh barang yang penulis jabarkan mengalami defisit, yang

mana jumlah impor lebih besar dibandingkan dengan ekspor. Namun pergerakan

jumlah yang naik turun yang akan penulis jelaskan lebih lanjut dalam perdagangan

Amerika Serikat. Seperti pada bidang makanan, ekspor Amerika menurun yang

awalnya pada Agustus sebesar US$12.0 milliar menjadi US$11.0 milliar pada

September, begitu juga dengan impor yang pada bulan Agustus sebesar US$12.3

milliar menjadi US$12.1 milliar pada Agustus. Pada bidang makanan Amerika

Serikat tak hanya mengalami penurunan dalam jumlah ekspor, namun Amerika

Serikat juga mengalami defisit yang mana ekspor pada Agustus adalah US$ 12.0

miliar dan impornya adalah US$ 12.3 miliar dan begitu juga pada bulan september.63

63End – Use Categories, diakses dalam https://www.census.gov/foreign-

trade/statistics/graphs/enduse.html (14/11/2018, 09:22 WIB)

Page 19: BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

45

Untuk barang industri, ekspor Amerika mengalami peningkatan dari

sebelumnya.64 Yang sebelumnya adalah US$44.1 milliar menjadi US$46.9 milliar,

sedangkan untuk impor mengalami penurunan yang awalnya adalah US$49.7 milliar

menjadi US$49.5 milliar. sedangkan dalam Capital Goods meningkat di ekspor dan

impor dari US$46.4 milliar menjadi US$47.5 milliar dan US$57.7 milliar menjadi

US$60,1 milliar, dan barang otomotif yang sebelumnya ekspor sebesar US$12.8

milliar menjadi US$12.9 milliar dan impor yang sebelumya US$31.7 milliar menjadi

US$31.1 milliar. Walaupun ekspor mengalami peningkatan namun dalam bidang

industri dan capital goods Amerika Serikat masih mengalami defisit dikarenakan

jumlah impornya yang masih dikatakan lebih besar.65

Sedangkan untuk barang konsumen yang siap pakai, ekspor meningkat dari

US$17.6 milliar menjadi US$17.8 milliar sedangkan impor dari US$53.5 milliar

menjadi US$55.4 milliar. Namun masih dikatakan mengalami defisit karena jumlah

impornya yang lebih besar dibandingkan ekspornya.66

64 Kata sebelum dan sesudah yang digunakan merujuk pada bulan Agustus dan September 2018 65 Ibid., 66 Ibid.,

Page 20: BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

46

Gambar 2.7 Produk Amerika Serikat yang terkena defisit67

Dari tabel tersebut, kebijakan yang diambil oleh Donald Trump tidak lain

adalah untuk meningkatkan industrialisasi domestik yang dalam kurun tiga tahun

yakni 2016, 2017, 2018 merosot secara tajam. Di mana impor mencapai US$ 296,84

miliar sementara ekspornya hanya US$ 74,28 miliar.68 Dapat dilihat dari neraca

perdagangannya dimana jumlah impor lebih besar dibandingkan dengan ekspornya.69

Dan dalam produk baja sendiri, Amerika Serikat mengimpor dari China sebesar US$

67 Ibid., 68Berapa Defisit Neraca Perdagangan Amerika Serikat ?, diakses dalam

https://www.census.gov/foreign-trade/data/index.html (15/11/2018, 12:17 WIB) 69 Opcit. Tabel 5

Page 21: BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

47

976.330 ribu pada tahun 2017.70 Sedangkan untuk Aluminium, Amerika Serikat

mengimpor sebesar US$ 3 miliar di tahun yang sama.71 Hal tersebut yang

melatarbelakangi Donald Trump mengeluarkan kebijakan peningkatan bea impor

aluminium dan baja untuk China.72 Mengingat China merupakan salah satu mitra

terbesar yang menyebabkan anjloknya industrialisasi domestik Amerika Serikat, hal

tersebut terjadi dikarenakan China mampu mengimpor dengan biaya yang murah

dengan kualifikasi yang sama dalam produk, yang membuat konsumen Amerika

Serikat lebih memilih produknya ketimbang buatan negaranya.

Sehingga pada 23 Maret 2018 Donald Trump menetapkan adanya

peningkatan bea Impor baja dan alumumium, Tarif tersebut adalah 25% untuk baja

dan 10% untuk alumunium.73Donald Trump menerapkan kebijakan tersebut ke semua

negara kecuali NAFTA, yang bisa dikatakan China termasuk ke dalam yang terkena

efek dalam kebijakan tersebut. Dengan adanya penandatanganan mengenai kebijakan

tersebut membuatnya resmi dan harus dituruti oleh China sebagai mitra yang terkena

imbasnya. Tak hanya China yang keberatan dengan dikeluarkannya kebijakan

tersebut, negara – negara lain seperti Kanada, Korea Selatan, Mexico, Brazil dan Uni

70Opcit, Foreign Trade, Diakses dalam https://www.census.gov/foreign-trade/Press-

Release/2018pr/01/steel/steel4p.pdf (22/06/2019, 15:14 WIB) 71World Stop Export, US Aluminium Imports by Supplying Country,Diakses dalam

http://www.worldstopexports.com/us-aluminum-imports-by-supplying-country/ (22/06/2019, 15:18

WIB) 72 Trump berlakukan tarif impor, Cina siapkan 'perang dagang' diakses dalam

https://www.bbc.com/indonesia/dunia-43341137 (15/11/2018, 12:21 WIB) 73 Ibid.,

Page 22: BAB II Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah

48

Eropa merasakan dampaknya dikarenakan mereka merupakan negara pengekspor

alumunium terbesar selain China ke negara tersebut.74

74 Ibid.,