15
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Metode Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Berbagai pendekatan yang dipergunakan dalam pembelajaran harus dijabarkan ke dalam metode pembelajaran (HR.Dailami). Secara harfiah, kata metode berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “mefha” yang berarti melalui, “hodos” yang berarti jalan atau cara, dan kata “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi metode adalah jalan yang kita lalui untuk memberikan kepahaman atau pengertian kepada anak didik, atau segala macam pelajaran yang diberikan (Abdul majid, 2008:137). Metode apapun yang digunakan oleh guru, menurut Abdul Majid dalam bukunya “Perencanaan Pembelajaran”, dalam proses pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip KBM. Pertama, berpusat kepada anak didik (student oriented). Guru harus memandang anak didik sebagai sesuatu yang unik, tidak ada dua orang anak didik yang sama, sekalipun mereka kembar. Gaya belajar (learning style) anak didik harus diperhatikan. Kedua, belajar dengan melakukan (learning by doing). Supaya proses belajar itu menyenangkan, guru harus menyediakan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga ia memperoleh pengalaman nyata. Ketiga, mengembangkan kemampuan sosial. Proses pembelajaran dan pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan, juga sebagai sarana untuk berinteraksi sosial (learning to live together).

BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/877/3/T1_292008127_BAB II.pdf · kepada anak didik untuk melakukan apa yang ... seorang guru SMA di Balikpapan, mengemukakan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/877/3/T1_292008127_BAB II.pdf · kepada anak didik untuk melakukan apa yang ... seorang guru SMA di Balikpapan, mengemukakan

��

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Metode

Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara

guru dengan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan

tujuan yang ditetapkan. Berbagai pendekatan yang dipergunakan dalam

pembelajaran harus dijabarkan ke dalam metode pembelajaran

(HR.Dailami).

Secara harfiah, kata metode berasal dari bahasa Yunani yang terdiri

dari kata “mefha” yang berarti melalui, “hodos” yang berarti jalan atau

cara, dan kata “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi metode adalah

jalan yang kita lalui untuk memberikan kepahaman atau pengertian kepada

anak didik, atau segala macam pelajaran yang diberikan (Abdul majid,

2008:137).

Metode apapun yang digunakan oleh guru, menurut Abdul Majid

dalam bukunya “Perencanaan Pembelajaran”, dalam proses

pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh

terhadap prinsip-prinsip KBM. Pertama, berpusat kepada anak didik

(student oriented). Guru harus memandang anak didik sebagai sesuatu

yang unik, tidak ada dua orang anak didik yang sama, sekalipun mereka

kembar. Gaya belajar (learning style) anak didik harus diperhatikan.

Kedua, belajar dengan melakukan (learning by doing). Supaya

proses belajar itu menyenangkan, guru harus menyediakan kesempatan

kepada anak didik untuk melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga ia

memperoleh pengalaman nyata.

Ketiga, mengembangkan kemampuan sosial. Proses pembelajaran

dan pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan,

juga sebagai sarana untuk berinteraksi sosial (learning to live together).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/877/3/T1_292008127_BAB II.pdf · kepada anak didik untuk melakukan apa yang ... seorang guru SMA di Balikpapan, mengemukakan

��

Keempat, mengembangkan keingintahuan dan imajinasi. Proses

pembelajaran dan pengetahuan harus dapat memancing rasa ingin tahu

anak didik. Juga mampu memompa daya imajinatif anak didik untuk

berpikir kritis dan kreatif.

Kelima, mengembangkan kreativitas dan keterampilan

memecahkan masalah. Proses pembelajaran dan pendidikan yang

dilakukan oleh guru bagaimana merangsang kreativitas dan daya imajinasi

anak untuk menemukan jawaban terhadap setiap masalah yang dihadapi

anak didik.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan, peneliti menyimpulkan

bahwa metode adalah cara-cara yang ditempuh atau dipergunakan dalam

upaya menyampaikan materi.

2.1.2 Tinjauan Tentang Metode Mind Scaping dengan Membuat Catatan

Interaktif

“Mindscape merupakan perwakilan visual ide dengan

menggunakan gambar dan kata” (Nancy Margulies ; 2008 : 14). Dalam

membantu siswa dan pendidik untuk belajar ketrampilan yang sesuai

dengan kemajuan jaman. Mind scaping dapat diterapkan untuk

memudahkan pembelajaran dengan menggabungkan semua gaya

pembelajaran-auditory ketika orang lebih tertarik untuk mendengarkan,

visual, kinestik, symbol dan menciptakan pola menghubungkannya.

Dwi Nur Hidayati, seorang guru SMA di Balikpapan,

mengemukakan dalam blognya bahwa pemetaan ide membantu mereka

berkomunikasi dengan siswa dengan menciptakan pengalaman berkesan

dan mengena. Dengan memetakan ide, siswa merekam ide baru yang

isinya cocok dengan mereka. Proses ini memungkinkan siswa

mengorganisasi catatan mereka dengan kategori dan hubungan, sementara

itu juga memetakan. Dibandingkan dengan proses mencatat secara linear,

pemetaan ide secara visual lebih memungkinkan siswa melihat sebagian

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/877/3/T1_292008127_BAB II.pdf · kepada anak didik untuk melakukan apa yang ... seorang guru SMA di Balikpapan, mengemukakan

dan keseluruhan serta memperhatikan hubungan antara yang satu dengan

yang lainnya.

Marta Kaufeldt, dalam bukunya yang berjudul teachers, change

youre bait! Brain- compatible differentiated instruction (2008,110)

mengemukakan bahwa ketika mengajar, ia selalu memberikan model-

model dan alternatif cara merefleksikan pelajaran dengan mendorong

siswanya untuk membuat catatan menggunakan grafik organizer atau buku

catatan interaktif. Untuk siswa yang lebih muda atau para siswa yang baru

belajar untuk mencatat dengan baik, ia mencoba memandu cara membuat

catatan dengan mengkopi gagasan-gagasan yang ia letakkan pada sebuah

overhead atau pada aliran gagasan. Selanjutnya siswa didorong untuk

kreatif dan mencatat sesuai dengan selera mereka masing-masing.

Hasilnya, semua siswa aktif terlibat, berpartisipasi, dan belajar.

Meskipun manfaat pemetaan visual telah lama disusun, salah satu

aspek paling penting dalam membuat ide agar kelihatan, seringkali

diremehkan. Membuat ide menjadi tampak, dengan menggunakan kata dan

gambar, ini artinya membuat proses berfikir menjadi tampak. Ada banyak

sekali simbol dan templates untuk digunakan dalam memetakan,

menciptakan kertas kerja, membuat papan tulis kapur atau papan tulis

putih menjadi lebih menarik dan bermakna, dan mengajari siswa cara

menciptakan simbol untuk mengekspresikan ide mereka sendiri.

Integrasi gambar dan kata menciptakan bahasa visual yang kuat.

Kapasitas siswa untuk berfikir melalui problem yang kompleks

ditingkatkan ketika mereka melihat proses di kertas. Dengan

menggunakan mindscapes, siswa akan lebih mampu mengorganisir pikiran

mereka. Ide cara menyelesaikan tujuan tertentu yang dimiliki anak kecil,

barangkali terapung di kepalanya di luar kesadarannya. Setelah ide

tertuang di kertas dalam cara yang menunjukkan hubungan satu dengan

lainnya, ide menjadi lebih jelas dan lebih mudah dimanipulasi. Energi

mental dibebaskan untuk meneliti kombinasi pikiran dan merencanakan

langkah berikutnya.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/877/3/T1_292008127_BAB II.pdf · kepada anak didik untuk melakukan apa yang ... seorang guru SMA di Balikpapan, mengemukakan

���

“Proses mengembangkan dan menggunakan penyusun gambar

telah ditunjukkan untuk meningkatkan ketrampilan berfikir kritis siswa

dan keterampilan berfikir berurutan lebih tinggi”(IARE 2003,9). 29 studi

hasil riset menunjukkan bahwa penggunaan penyusun gambar seperti

mindscape, peta pikiran, dan pencatatan visual membantu siswa :

� Menggali gagasan

� Mengembangkan, mengorganisasi, dan mengkomunikasikan gagasan

� Melihat koneksi, pola, dan hubungan

� Memeriksa dan berbagi pengetahuan sebelumnya

� Mengembangkan kosakata

� Memberikan garis besar aktivitas proses menulis

� Menonjolkan gagasan penting

� Mengelompokkan atau membuat kategori konsep, ide, dan informasi

� Memahami peristiwa dalam cerita atau buku

� Meningkatkan interaksi sosial dan memudahkan kerja kelompok

� Mengarahkan kaji ulang dan penelitian

� Meningkatkan keterampilan dan strategi memahami bacaan

� Memudahkan mengingat dan mempertahankan ingatan

1) Strategi Pengajaran IPS Menggunakan Metode Mindscaping

dengan Membuat Catatan Interaktif

a. Pengenalan simbol

Pada awal pembelajaran, tunjukkan simbol sebelum

membahas suatu topik dalam materi ajar IPS. Atau dapat

sebaliknya, tentukan topik, biarkan siswa yang menyebutkan,

menunjuk bahkan menggambarkan sendiri simbol yang mewakili

topik yang disajikan. Ini merupakan kegiatan motivasi sebagai

stimulus untuk memancing respon dan tanggapan siswa. Karena

tidak ada simbol yang benar atau salah, tidak ada orang yang

membetulkan jawaban, siswa dapat menggambar banyak simbol

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/877/3/T1_292008127_BAB II.pdf · kepada anak didik untuk melakukan apa yang ... seorang guru SMA di Balikpapan, mengemukakan

���

sesuai dengan apa yang ada dalam imajinasi mereka namun tetap

mengarah dan berkaitan dengan topik.

Dorong siswa menggunakan simbol ketika memperkenalkan

unit baru. Beri ulasan mengenai istilah kunci dan tantang siswa agar

mencipta simbol bagi tiap istilah. Kemudian simbol dapat

digunakan untuk mencatat, menyajikan ide, dan mengkaji ulang.

b. Mencari Dasar Umum Pemikiran

Tiap anak telah mempersiapkan lembar kertas besar dan

beberapa spidol warna. Setiap anak akan menggambar sesuatu di

tengah halaman yang menunjukkan topik yang dibahas pada saat

itu.

Kemudian siswa mencatat semua aspek yang berkaitan

dengan topik, atau langsung menambahkannya ke dalam beberapa

cabang, dapat berupa simbol atau gambar disertai dengan tulisan

dan beberapa keterangan, karena mungkin beberapa simbol yang

sama dapat memiliki makna yang berbeda. Hasil akhirnya adalah

berupa rangkuman atau catatan atas apa saja yang sudah dipelajari

pada hari itu.

2) Langkah-langkah pembelajaran IPS menggunakan metode mind

scaping dengan membuat catatan interaktif yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Guru dan siswa telah mempersiapkan kapur tulis / spidol warna,

kertas HVS, karton, atau buku catatan.

b. Pada awal pelajaran, guru memotivasi siswa dengan

menyampaikan topik / tema yang akan dipelajari pada hari itu

dengan menggunakan simbol (menggambarkan simbol di papan

tulis).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/877/3/T1_292008127_BAB II.pdf · kepada anak didik untuk melakukan apa yang ... seorang guru SMA di Balikpapan, mengemukakan

���

c. Ajak siswa untuk menebak (menemukan kata kunci) atau

menyampaikan persepsi mereka mengenai simbol yang guru

gambarkan.

d. Selanjutnya, guru menggambarkan cabang-cabang / ranting

gagasan yang mengelilingi simbol utama (topik/tema), dan mengisi

salah satu cabang dengan simbol baru (dapat disertai dengan

tulisan) yang berhubungan atau merupakan unsur dari simbol

utama.

e. Ajak siswa untuk menemukan simbol baru yang berkaitan dengan

topik/tema kemudian mengisikannya ke cabang/ ranting-ranting

gagasan.

f. Siswa dapat menyalin mindscape yang sudah guru buat di papan

tulis ke dalam catatan mereka untuk kemudian mengkreasikannya

dengan ide-ide dan simbol atau kata sesuai dengan pemahaman

mereka.

g. Dalam pembuatan mindscape, guru mengajak siswa untuk

berdiskusi agar catatan yang siswa buat tetap berkaitan dengan

tema meskipun mereka diberi kebebasan untuk menuangkan ide.

h. Hasil akhirnya adalah sebuah karya berupa catatan penuh ide,

gambar, dan warna yang disebut dengan catatan interaktif.

i. Beri kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil

mindscape mereka.

j. Sebagai penutup, untuk menilai sejauh mana pemahaman siswa

mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari bersama-sama,

guru melakukan evaluasi melalui latihan soal. Penilaian

berdasarkan ketepatan siswa menjawab setiap pertanyaan yang

diajukan.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/877/3/T1_292008127_BAB II.pdf · kepada anak didik untuk melakukan apa yang ... seorang guru SMA di Balikpapan, mengemukakan

���

2.1.3 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah

melalui kegiatan belajar (Mulyono Abdulrahman (1999). Menurut

Dimyati dan Mudjiono (dalam Lunandar, 2010:7), hasil belajar

merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan

dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat

perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat

sebelum belajar. Dari sisi guru, adalah bagaimana guru bisa

menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.

Sedangkan Winkel (1987:36), mengemukakan bahwa hasil belajar

merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.

Sedangkan pendapat lain disampaikan Arif Gunarso (dalam Lunandar,

2010: 5), yang menyatakan bahwa “hasil belajar adalah usaha maksimal

yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar”. Jadi

hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dari belajar yang telah

dilakukannya.

Hasil belajar siswa meliputi tiga aspek yaitu, aspek kognitif, aspek

afektif dan aspek psikomotorik. (1) aspek kognitif, kemampuan kognitif

yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,

dan evaluasi. (2) Aspek Afektif, kemampuan afektif melalui penerimaan,

partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan

pola hidup. (3) Aspek psikomotorik, kemampuan psikomotorik melalui:

persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan

kompleks, gerakan penyesuaian dan kreativitas (Hamalik, 2003:160)

Dalam belajar agar dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya

maka harus memperhatikan faktor-faktor seperti berikut ini (Klaudius

Asin,2009: 10) :

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/877/3/T1_292008127_BAB II.pdf · kepada anak didik untuk melakukan apa yang ... seorang guru SMA di Balikpapan, mengemukakan

���

1) Faktor anak atau individu yang belajar, yaitu terdiri dari.

a) Faktor fisik

b) Faktor psikis, antara lain: motif, minat, konsentrasi, natural

curiosity, balance personaly (pribadi yang seimbang), self

discipline, self confidence, intelegensi, dan ingatan.

2) Faktor lingkungan, antara lain: Tempat, alat-alat untuk belajar,

suasana, waktu, pergaulan.

3) Faktor bahan yang dipelajari:

a) belajar secara keseluruhan lebih baik dari pada belajar secara

bagian-bagian,

b) sebagai waktu belajar disediakan untuk mengadakan ulangan

(receptition),

c) apa yang dipelajari diadakan ulangan sesering mungkin,

d) dalam mengulangi pelajaran hendaknya’ spesial receptition”,

e) pergunakan cara neumoteknik.

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli mengenai hasil

belajar, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan

kognitif yang diperoleh seseorang (anak) melalui kegiatan belajar yang

diukur melalui tes dan dinilai dalam bentuk angka maupun huruf sebagai

bukti suatu pencapaian keberhasilan, dan dipengaruhi oleh beberapa

faktor.

2.1.4 Tinjauan Tentang IPS

IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah terjemahan atau adaptasi

dalam Bahasa Indonesia yang berasal dari istilah Bahasa Inggris “Social

Studies” sebagai bidang study yang diajarkan di sekolah – sekolah.

IPS adalah suatu program pendidikan yang merupakan suatu

keseluruhan, yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam

lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosialnya, dan yang bahannya

diambil dari berbagai ilmu- ilmu sosial : geografi, sejarah, ekonomi,

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/877/3/T1_292008127_BAB II.pdf · kepada anak didik untuk melakukan apa yang ... seorang guru SMA di Balikpapan, mengemukakan

��

antropologi, sosiologi, politik, dan psikologi sosial (Prof. Dr. D.

Nasution, MA, 1975).

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan proses pengajaran yang

memadukan berbagai pengetahuan sosial. Pelajaran IPS bukan

merupakan pengajaran yang terlepas – lepas yang satu terisolasi dari yang

lain. Pengajaran IPS merupakan sistem pengajaran yang membahas,

menyoroti, menelaah, mengkaji gejala atau masalah sosial dari berbagai

aspek kehidupan sosial dalam membahas gejala atau masalah sosial.

Pengajaran IPS merupakan pengajaran tim tentang pengetahuan sosial

(Sumaatmadja, 1979 :22).

Wahab (dalam Sardiman, dkk. 2004: 3) menyatakan bahwa “IPS

adalah sejumlah konsep mata pelajaran sosial dan ilmu lainnya yang

dipadukan berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan yang bertujuan

membahas masalah sosial atau bermasyarakat dan kemasyarakatan untuk

mencapai tujuan-tujuan khusus pendidikan melalui program pengajaran

IPS pada tingkat persekolahan”.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan, IPS adalah

ilmu pendidikan yang terbentuk dari berbagai disiplin ilmu sosial lainnya

yang disajikan sebagai mata pelajaran disekolah untuk mempelajari

permasalahan kehidupan sosial yang ada di masyarakat, dimana anak

didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakatnya.

Mereka akan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan

terjadi di lingkungan sekitarnya serta hubungan interaksi antara manusia

dengan lingkungannya, baik sosial maupun fisik.

a. Tujuan Pengajaran IPS di Sekolah Dasar

IPS merupakan pendidikan yang memiliki misi membantu

mengembangkan kompetensi – kompetensi dirinya dalam menggali,

mengelola, dan mengembangkan sumber – sumber fisik dan sosial yang

ada di lingkungan sekitarnya, sehingga mereka dapat hidup selaras

dengannya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/877/3/T1_292008127_BAB II.pdf · kepada anak didik untuk melakukan apa yang ... seorang guru SMA di Balikpapan, mengemukakan

��

IPS mempersiapkan siswa menyongsong kehidupannya di masa depan

dengan penuh harapan dan kemampuan diri dalam memecahkan

persoalan – persoalan sosial yang dihadapi.

Tujuan pendidikan IPS di tingkat sekolah dasar ditujukan untuk

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar siswa yang

berguna untuk kehidupan sehari – harinya.

Tujuan mata pelajaran IPS di sekolah dasar dirumuskan dalam

sejumlah kompetensi yang harus dikuasai. Tujuan tersebut, diajabarkan

dalam Standar kompetensi lulusan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial Sekolah Dasar (SD) yang meliputi:

1) Memahami identitas diri dan keluarga, serta mewujudkan sikap saling

menghormati dalam kemajemukan keluarga.

2) Mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota dalam keluarga dan

lingkungan tetangga, serta kerja sama diantara keduanya.

3) Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di

lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.

4) Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajemukan

teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.

5) Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah nasional,

keragaman suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia.

6) Menghargai peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan dan

mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

7) Memahami perkembangan wilayah Indonesia, keadaan sosial negara

di Asia Tenggara serta benua-benua.

8) Mengenal gejala (peristiwa) alam yang terjadi di Indonesia dan negara

tetangga, serta dapat melakukan tindakan dalam menghadapi bencana

alam.

9) Memahami peranan Indonesia di era global.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/877/3/T1_292008127_BAB II.pdf · kepada anak didik untuk melakukan apa yang ... seorang guru SMA di Balikpapan, mengemukakan

���

Mata pelajaran IPS bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan

sebagai berikut:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis,rasa ingin

tahu,inkuiri, memecahkan masalah, dan keteramplan dalam kehidupan

social

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang mejemuk, ditingkat lokal,nasional, dan global

b. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Pembelajaran adalah proses yang dinamis, proses yang

berkembang terus dan di dalam proses itu akan terjadi proses belajar

(Klaudius Asin,2009: 12). Untuk mencapai tujuan di dalam pelaksanaan

pembelajaran ditempuh dengan memperhatikan aspek program

pembelajaran yang telah dirancang sedemikian rupa dalam bentuk

pengelolaan pembelajaran di dalam kelas dengan memperhatikan aspek

tingkat perkembangan usia siswa.

Adapun hubungan pembelajaran Pendidikan IPS dengan

karakteristik usia siswa sekolah dasar, menurut teori Piaget bahwa usia 6

– 12 tahun tingkat kognitifnya adalah taraf operasional kongkrit. Anak

usia sekolah dasar memiliki rasa ingin tahu yang besar melakukan

eksplorasi dan menanggapi rangsangan yang diterima oleh

pancaindranya.

Agar PBM IPS efektif, dapat diterima dan dipahami oleh siswa,

program pembelajaran pendidikan IPS di sekolah dasar harus menerapkan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/877/3/T1_292008127_BAB II.pdf · kepada anak didik untuk melakukan apa yang ... seorang guru SMA di Balikpapan, mengemukakan

���

cara belajar aktif dengan melibatkan potensi siswa yang meliputi fisik,

mental, dan motorik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa.

Schunke, 1998 (dalam Istianti, 2005 : 62), mengemukakan bahwa

program pembelajaran IPS harus mampu memberikan pengalaman –

pengalaman belajar yang berorientasi pada aktivitas belajar siswa

(activity oriented learning experiences).

2.1.5 Keaktifan Siswa

Aktif berarti giat, bekerja atau berusaha (KBBI, 2002:19).

Keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif.

Keaktifan siswa dalam belajar IPS akan tampak dalam kegiatan dimana

siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran.

Cara yang dapat dilakukan utnuk memperbaiki keterlibatan siswa

(Moh User Usman, 2002:26) antara lain :

a. Tingkatkan persepsi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar

mengajar yang membuat respon aktif dari siswa.

b. Masa transisi antara kegiatan dalam mengajar hendaknya dilakukan

secara tepat dan luwes.

c. Berikan pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan

mengajar yang akan dicapai.

d. Usahakan agar pelajaran dapat memacu minat siswa.

Menurut Lidgren (2002:24), terdapat empat jenis interaksi dalam

kegiatan belajar mengajar, diantaranya sebagai berikut :

G G

S S S S S S

(a) Komunikasi satu arah. (b) Ada balikan bagi guru, tidak ada interaksi antar siswa.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/877/3/T1_292008127_BAB II.pdf · kepada anak didik untuk melakukan apa yang ... seorang guru SMA di Balikpapan, mengemukakan

� �

G G

S S S S S S

(c) Ada balikan bagi guru, (d) Interaksi optimal antara guru ada interaksi antar siswa. dengan siswa, dan antar siswa.

Komunikasi (a) satu arah merupakan komunikasi yang hanya

dilakukan oleh guru terhadap siswa, sementara siswa hanya pasif

mendengar penjelasan dari guru; (b) komunikasi dari guru sudah

mendapat respon balik dari siswa, tetapi belum ada interaksi antar siswa;

(c) komunikasi dari guru sudah mendapat respon balik dari siswa dan ada

interaksi diantara siswa, tetapi belum keseluruhan siswa yang melakukan

interaksi baik dengan guru maupun siswa lainnya; (d) komunikasi sudah

berjalan baik antara guru dengan siswa lainnya, interaksi sudah optimal

selama berlangsungnya pembelajaran.

Jenis-jenis interaksi pembelajaran yang telah digambarkan

menunjukkan derajat keaktifan siswa. Anak panah menunjukkan arah

komunikasi, sehingga semakin banyak ruas garis berarah menunjukkan

semakin tinggi interaksi siswa. Interaksi lebih tinggi ini diperlukan dalam

rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Keaktifan siswa merupakan suatu keadaan dimana siswa

berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Keaktifan siswa

terlihat dari cara mereka merespon pertanyaan dan petunjuk dari guru,

mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, keberaniannya untuk

mengemukakan pendapat dan mengajukan pertanyaan, serta aktif

mengerjakan soal yang guru berikan.

2.2 Kerangka Berfikir

Upaya untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan belajar di dalam

kelas bergantung pada guru. Keaktifan siswa belum berkembang selama

proses pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa masih

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/877/3/T1_292008127_BAB II.pdf · kepada anak didik untuk melakukan apa yang ... seorang guru SMA di Balikpapan, mengemukakan

���

rendah. Ini menjadi indikator perlunya dilakukan upaya untuk membantu

siswa agar dapat mempelajari materi dengan lebih baik sehingga tujuan

pembelajaran tercapai.

Penerapan metode mind scaping dengan membuat catatan interaktif

ini mendorong kemandirian dan keaktifan siswa. Melalui penerapan metode

ini diharapkan hasil belajar IPS dan keaktifan siswa kelas IV di SDN

Pulutan 02 Kecamatan Sidorejo dapat meningkat.

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan, maka kerangka penelitian

tindakan ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian

Pembelajaran dengan metode konvensional, dominasi ceramah, dan

Hasil belajar IPS sebagian besar siswa belum mencapai KKM.

- Siswa bosan dan kurang antusias mengikuti pembelajaran,

- Siswa mengobrol sendiri dengan temannya, materi pembelajaran tidak diterima dengan baik,

- Siswa lebih tertarik pada aktivitas yang berkaitan dengan gambar dan warna.

Diterapi melalui pembelajaran menggunakan metode mindscaping dengan membuat catatan interaktif.

Kelebihan dari metode mindscaping dengan membuat catatan interaktif ini adalah : 1. memudahkan mengingat dan mempertahankan ingatan, 2. meningkatkan keterampilan dan strategi pemahaman bacaan, 3. meningkatkan interaksi sosial dan memudahkan kerja kelompok, 4. memberikan kesempatan kepada siswa untuk leluasa menuangkan ide /

pemahaman materi dengan cara yang mereka sukai, 5. catatan yang dihasilkan menarik, penuh symbol, gambar, dan warna, berbeda

dengan catatan linear biasa.

Aktivitas belajar (keaktifan) siswa di dalam kelas meningkat.

Hasil belajar IPS siswa meningkat dengan pencapaian KKM 90%.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/877/3/T1_292008127_BAB II.pdf · kepada anak didik untuk melakukan apa yang ... seorang guru SMA di Balikpapan, mengemukakan

���

2.3 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah

dirumuskan, maka dalam penelitian ini akan diajukan rumusan hipotesis

tindakan sebagai berikut:

1) Melalui penggunaan metode mind scaping dengan membuat catatan

interaktif, diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV

SDN Pulutan 02.

2) Melalui penggunaan metode mind scaping dengan membuat catatan

interaktif, diduga dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IV SDN

Pulutan 02.

2.4 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah meningkatnya keaktifan

dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Pulutan 02 Kecamatan Sidorejo.

Peningkatan keaktifan belajar siswa dilihat dari aktivitas belajar selama

KBM berlangsung. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari

hasil tes siswa melalui penerapan metode mind scaping dengan

menggunakan kriteria ketuntasan minimal yaitu �65.