15
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pulai (Alstonia scholaris L. R. Br) 2.1.1 Klasifikasi Menurut (Dey, 2011) Klasifikasi pohon pulai adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Ordo : Gentianales Family : Apocynaceae Tribe : Plumeriae Subtribe : Alstoniinae Genus : Alstonia Species : Alstonia scholaris L. R. Br 2.1.2 Botani Pulai Gambar 1. Batang Pohon pulai (Alstonia scholaris L. R. Br) (Mandang, 2004)

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 (Alstonia scholaris L. R. Br)eprints.umm.ac.id/54450/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 31. · persebaran penyakit DBD (Dini Siti Anggraeni, 2011). ... barang-barang

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 (Alstonia scholaris L. R. Br)eprints.umm.ac.id/54450/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 31. · persebaran penyakit DBD (Dini Siti Anggraeni, 2011). ... barang-barang

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pulai (Alstonia scholaris L. R. Br)

2.1.1 Klasifikasi

Menurut (Dey, 2011) Klasifikasi pohon pulai adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Ordo : Gentianales

Family : Apocynaceae

Tribe : Plumeriae

Subtribe : Alstoniinae

Genus : Alstonia

Species : Alstonia scholaris L. R. Br

2.1.2 Botani Pulai

Gambar 1. Batang Pohon pulai (Alstonia scholaris L. R. Br)

(Mandang, 2004)

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 (Alstonia scholaris L. R. Br)eprints.umm.ac.id/54450/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 31. · persebaran penyakit DBD (Dini Siti Anggraeni, 2011). ... barang-barang

10

Pohon pulai dari penampakannya berukuran besar dan tinggi, batang lurus

dan bulat. Percabangannya bertingkat, bentuk tajuknya seperti pagoda. Kulit

batang pulai pada bagian luar berwarna abu-abu hingga kehitaman, sedangkan

pada bagian dalamnya berwarna putih atau kuning muda. Kulit batang

mengandung getah yang berwarna putih. Tebal kulit sekitar 8–11 mm dengan

tekstur keras. Daun pulai berbentuk lanset memanjang, panjang daun sekitar 12–

25 cm dan lebar 3–8 cm. Helai daun pada bagian atas berwarna hijau mengkilap,

sedangkan pada bagian bawahnya hijau muda buram tidak berbulu. Pohon pulai

berbunga dan berbuah, Buah berbentuk polong dengan panjang 30–50 cm dan

berisi biji dalam jumlah yang banyak (Mashudi & Adinugraha, 2015)

2.1.3 Kandungan Kimia

Pohon pulai mengandung getah yang berwarna putih dan berasa pahit dan

dapat ditemukan pada bagian akar, kulit batang, dan daunnya. Getah pada pohon

pulai banyak mengandung senyawa kimia sehingga memiliki rasa yang pahit.

Pada bagian pohon ini terdapat senyawa alkaloida berupa ditamine, ditaine, dan

echi-kaoetchine. Daunnya mengandung pikrinin, sedangkan pada bagian kulit

batang pulai mengandung saponin, flavonoid dan polifenol. Untuk zat pahitnya

terdapat kandungan echeretine dan echicherine (Sumaha, Nindatub, & Kakisina,

2012)

Flavonoid adalah senyawa polifenol yang secara struktur kimianya terdiri

dari flavonol, flavon, flavanon, iso flavon, katekin, antosianidin dan kalkon.

Flavonoid bermanfaat sebagai anti viral, anti alergik, antiinflamasi, anti tumor dan

antioksidan sebagai sistem pertahanan tubuh manusia (Arnaz, 2009)

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 (Alstonia scholaris L. R. Br)eprints.umm.ac.id/54450/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 31. · persebaran penyakit DBD (Dini Siti Anggraeni, 2011). ... barang-barang

11

Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas

pada tanaman tingkat tinggi serta beberapa hewan laut dan merupakan kelompok

senyawa yang beragam dalam struktur, sifat fisikokimia dan efek biologisnya dan

sudah sejak lama digunakan sebagai pengobatan tradisional (Addisu & Assefa,

2016)

2.1.4 Manfaat

Pulai merupakan jenis pohon yang hampir setiap bagiannya dapat

dimanfaatkan, mulai dari bagian batang, daun, dan akar. Pulai memiliki tingkat

kekerasan pada level V dan tingkat keawetan pada level IV-V dengan berat jenis

antara 0.27-0,49g/mg3 sehingga, banyak digunakan dalam industi mebel. Kulit

pulai dapat digunakan untuk pengobatan desentri dan malaria. Getah pada pulai

dapat digunakan untuk pembuatan permen karet berkualitas rendah. Selain itu

getah pulai juga mengandung alkaloid yang digunakan sebagai “folk medicine”.

(Mashudi & Adinugraha, 2015).

2.2 Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular oleh virus

dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, orang yang

terinfeksi virus ini akan mengalami demam tinggi mendadak lebih dari 38.5ºC

tanpa sebab yang jelas dan berlangsung selama 2-7 hari, kemudian akan terjadi

penurunan sel darah yang disertai dengan nyeri pada kepala, terdapat bercak

merah pada kulit. Disertai dengan gejala lain seperti nyeri pada ulu hati, muntah

darah, hingga menurunna kesadaran (Irianto, 2009).

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 (Alstonia scholaris L. R. Br)eprints.umm.ac.id/54450/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 31. · persebaran penyakit DBD (Dini Siti Anggraeni, 2011). ... barang-barang

12

Virus dengue dikatakan sebagai factor utama penyebab DBD dikarenakan

virus dengue termasuk dalam kelompok B Arthropod Virus (Arboviroses) yang

termasuk dalam genus Flavivirus, family Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis

serotype yaitu: DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Virus ini memiliki masa

inkubasi selama 4 hingga 7 hari (Wati, 2009). Tempat perindukan Aedes aegypti

dapat dibedakan menjadi 3 yaitu tempat perindukan sementara, perindukan

permanen, dan perindukan alamiah. Tempat perindukan sementara biasanya pada

genangan air bersih. Tempat perindukan permanen biasanya terdapat pada

keperluan rumah tangga dan tempat perindukan alamiah berupa genangan air yang

terdapat di alam (Suhendro, Nainggolan, Chen, & Pohan, 2006).

2.3 Nyamuk Aedes aegypti sebagai Vektor Penyakit DBD

Aedes aegypti adalah salah satu jenis nyamuk yang berpotensi membawa

virus dengue yang menyebabkan penyakit demam berdarah. Penyebaran nyamuk

ini sangat luas, hampirdiseluruh dunia yang memiliki iklim tropis. Aedes aegypti

merupakan pembawa utama virus dengue yang persebarannya terdapat di desa-

desa dan perkotaan. Dalam hal ini masyarakat diharapkan mampu mengenali dan

mengetahui cara mengendalikan penyakit DBD untuk membantu mengurangi

persebaran penyakit DBD (Dini Siti Anggraeni, 2011).

Nyamuk Aedes aegypti betina mampu menghisap darah manusia setiap 2

hari. Kandungan darah berupa protein digunakan nyamuk betina untuk proses

pematangan telur, dalam proses mengandung telur nyamuk membutuhkan tempat

peristirahatan yang biasanya di tempat gelap dan lembab. Setelah masa istirahat

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 (Alstonia scholaris L. R. Br)eprints.umm.ac.id/54450/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 31. · persebaran penyakit DBD (Dini Siti Anggraeni, 2011). ... barang-barang

13

selesai, nyamuk kemudian akan meletakkan telurnya tempat perindukan yang

biasnya pada tempat yang tergenang air (Kemenkes RI, 2016)

2.4 Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti

Menurut Firda (2008) Klasifikasi Aedes aegypti adalah sebagai berikut :

Regnum : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Familia : Culicidae

Subfamili : Culicinae

Genus : Aedes (stegomiya)

Spesies : Aedes aegypti

2.5 Morfologi Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh

berwarna hitam kecoklatan. Aedes aegypti mempunyai punggung berbentuk garis

seperti lyre dengan dua garis lengkung dan dua garis lurus putih, kemudian

Anterior pada kaki Ae. aegypti bagian femur kaki tengah terdapat strip putih

memanjang (Rahayu & Ustiawan, 2013).

Gambar 2, Mesonotum Aedes aegypt (Kiri), dan Kaki Anterior bagian Femur

(Rahayu & Ustiawan, 2013)

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 (Alstonia scholaris L. R. Br)eprints.umm.ac.id/54450/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 31. · persebaran penyakit DBD (Dini Siti Anggraeni, 2011). ... barang-barang

14

2.6 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti

Aedes aegypti mengalami metamorfosis lengkap/metamorfosis sempurna

(holometabola) yaitu dengan bentuk siklus hidup berupa telur, larva (beberapa

instar), pupa dan dewasa (James & Hardwood, 1969), telur nyamuk pada

umumnya akan menetas menjadi jentik/larva dalam waktu ± 2 hari jika telur

terkena air. Stadium jentik/larva biasanya berlangsung 6-8 hari, dan stadium

kepompong (pupa) berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dan telur menjadi

nyamuk dewasa selama 9-10 hari (Divy, Sudarmaja, & Swastika, 2018).

Gambar 3. Daur Hidup Aedes aegypti

(Sivanathan, 2006)

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 (Alstonia scholaris L. R. Br)eprints.umm.ac.id/54450/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 31. · persebaran penyakit DBD (Dini Siti Anggraeni, 2011). ... barang-barang

15

2.6.1 Stadium Telur

Menurut Herms (2006), telur nyamuk Aedes aegypti memiliki bentuk oval

memanjang, hitam, dan berukuran 0,5-0,8 mm. Permukaan air biasanya digunakan

nyamuk dewasa untuk meletakkan telur-telurnya. Nyamuk Aedes aegypti betina

dapat menghasilkan setidaknya hingga 100 butir telur. Telur pada tempat kering

(tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur-telur ini kemudian akan menetas

menjadi jentik sekitar 1-2 hari setelah terkena air.

Gambar 4. Telur Aedes aegypti

(Sivanathan, 2006)

2.6.2 Stadium Larva (Jentik)

Menurut (Herms, 2006), ciri khas dari larva nyamuk Aedes aegypti yaitu

mempunyai siphon yang berukuran pendek, berdiameter besar dan berwarna

hitam. Larva ini bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif dan pada waktu

istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus dengan permukaan air. Larva

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 (Alstonia scholaris L. R. Br)eprints.umm.ac.id/54450/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 31. · persebaran penyakit DBD (Dini Siti Anggraeni, 2011). ... barang-barang

16

menuju ke permukaan air untuk mendapatka oksigen dalam rentan waktu setiap

½-1 menit, dan membutuhkan waktu berkembang selama 6-8 hari.

Ada empat tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva, yaitu:

a. Larva Nyamuk Instar I : berukuran sekitar 1-2 mm

b. Larva Nyamuk Instar II : 2,5-3,8 mm

c. Larva Nyamuk Instar III : lebih besar dari larva instar II

d. Larva Nyamuk Instar IV : berukuran paling besar, yaitu 5 mm.

Gambar 5. Larva Aedes aegypti

(Sivanathan, 2006)

2.6.3 Stadium Pupa

Menurut (U.F. Achmadi, 2011), bentuk tubuh bengkok menyerupai tanda

baca `koma` merupakan ciri khas pada stadium pupa nyamuk Aedes aegypti yang ,

pada bagian cephalothorax lebih besar dari bagian perut (Gambar 6). Tahap pupa

akan berlangsung hingga 2-4 hari sampai pada waktunya pupa akan naik

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 (Alstonia scholaris L. R. Br)eprints.umm.ac.id/54450/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 31. · persebaran penyakit DBD (Dini Siti Anggraeni, 2011). ... barang-barang

17

kepermukaan air dengan posisi sejajajr dengan permukaan air untuk persiapan

munculnya nyamuk dewasa.

Gambar 6. Pupa Aedes aegypti

(Sivanathan, 2006)

2.6.4 Nyamuk Dewasa

Menurut (U.F. Achmadi, 2011), nyamuk dewasa yang baru saja

menelesaikan stadium pupa membutuhkan waktu istirahat dala periode singkat

untuk mengeringkan dan menguatkan sayap dan badan sebelum akhirnya siap

untuk terbang. Munculya nyamuk jantan dan betina mempunyai jumlah

perbandingan 1:1. Nyamuk jantan muncul satu hari sebelum nyamuk betina,

menetap dekat tempat perkembangbiakan, makan dari sari buah tumbuhan dan

kawin dengan nyamuk betina yang muncul kemudian.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 (Alstonia scholaris L. R. Br)eprints.umm.ac.id/54450/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 31. · persebaran penyakit DBD (Dini Siti Anggraeni, 2011). ... barang-barang

18

Gambar 7. Aedes aegypti dewasa

(Sivanathan, 2006)

2.7 Bionomik Nyamuk Aedes aegypti

2.7.1 Tempat Perkembangbiakan Nyamuk

Tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti ialah tempat-tempat

yang dapat menampung air di dalam, di luar atau sekitar rumah serta tempat-

tempat umum (Sembel, 2009). Menurut (Soegijanto, 2003) habitat

berkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1) Tempat penampungan (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti : drum,

tangki reservoir, tempayan, bak mandi/wc, dan ember.

2) Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti :

tempat minum burung, vas bunga, barang-barang bekas contoh : ban,

botol, plastik dan lain-lain.

3) Tempat penampungan air alamiah seperti : lubang pohon, pelepah daun,

potongan bambu, tempurung dan lain-lain.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 (Alstonia scholaris L. R. Br)eprints.umm.ac.id/54450/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 31. · persebaran penyakit DBD (Dini Siti Anggraeni, 2011). ... barang-barang

19

2.7.2 Perilaku Nyamuk Dewasa

Air merupakan tempat perindukan nyamuk dan biasanya diletakkan di

permukaan air, tempat perindukkan lainnya yang disukai oleh nyamuk adalah

barang-barang buatan manusia untuk keprluan sehari-hari misalnya bak mandi,

vas bunga, botol dan lainyya, untuk satu kali bertelur dapat menghasilkan

setidaknya 100 butir telur. Nyamuk yang baru saja menetas biasanya singgah pada

semak, taman, yang berdekata dengan manusia, dan dapat pula singgah pada

pakaian kotor di rumah (Zulkoni, 2013).

2.7.3 Penyebaran

Nyamuk memiliki kemampuan terbang rata-rata 40 Meter secara pasif

yang berarti karena terbawa angin. Aedes aegypti tersebar luas di daerah yag

beriklim tropis dan sub-tropis termasuk di Indonesia. Nyamuk Aedes aegypti pada

penelitian yang dilakukan oleh (Anwar, Lavita, & Handayani, 2014) ditemukan di

daerah dengan ketinggian 22 mdpl, dan di daerah dengan ketinggian 51 mdpl, dan

ditemukan sampai ketinggian 700 mdpl, sedangkan pada ketinggian lebih dari

1000 mdpl tidak ditemukan lagi.

2.7.4 Variasi Musiman

Meningkatnya jumlah nyamuk di Indonesia dipengaruhi oleh perubahan

iklim yang memiliki dua musim yaitu penghujan dan kemarau. Pada musim

penghujan jumlah nyamuk akan lebih banyak dari musim kemarau karena, telur-

telur yang belum sempat menetas akan menetas pada musim penghujan ketika

tempat perindukan nyamuk terkena air hujan. Kondisi ini tentunya akan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 (Alstonia scholaris L. R. Br)eprints.umm.ac.id/54450/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 31. · persebaran penyakit DBD (Dini Siti Anggraeni, 2011). ... barang-barang

20

meningkatkan populasi nyamuk yang berakibat pada meningkatnya penularan

virus dengue (Agustin et al., 2017).

2.7.5 Faktor lingkungan

Menurut (Sucipto, 2011) Lingkungan berpengaruh besar terhadap

penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue dikarenakan penyakit ini

merupaka salah satu penyakit yang berbasis lingkugan. Beberapa faktor

lingkungan yang mempengaruhi adalah curah hujan yang akan mempengaruhi

jumlahh tempat perindukan nyamuk, kemudian dipengaruhi oleh suhu dan

kelembaban udara, adapun suhu yang dibutuhkan untuk perkembangan nyamuk

adalah 25ºC-27ºC dan memerlukan tempat yang lembab lebih dari 60% dan yang

terakhir adalah Faktor kepadatan penduduk yang menyebabkan kontak vektor

dengan manusia sangat sering terjadi.

2.8 Hubungan Senyawa dalam Kulit Batang Pohon Pulai dengan

Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegypti

Pada bagian pohon ini terdapat bahan yang sudah diketahui antara lain

alkaloida berupa ditamine, ditaine, dan echi-kaoetchine. Daunnya mengandung

pikrinin, sedangkan kulit batang pulai terdapat kandungan saponin, flavonoid dan

polifenol. Untuk zat pahitnya terdapat kandungan echeretine dan echicherine

(Sumaha et al., 2012), (Dinata, 2008) flavonoid bersifat toksis dan menghambat

makan larva, juga dinyatakan oleh (Sugiharti FR., 2012) bahwa Flavonoid adalah

racun kontak yang memberikan efek menghambat sistem pernapasan dan

mengganggu sistem saraf kemudian merusak sistem pernapasan sampai nyamuk

mati Saponin merupakan racun yang masuk melalui saluran pencernaan larva.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 (Alstonia scholaris L. R. Br)eprints.umm.ac.id/54450/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 31. · persebaran penyakit DBD (Dini Siti Anggraeni, 2011). ... barang-barang

21

Saponin bekerja dengan cara menurunkan tegangan permukaan seput mukosa

larva sehingga dapat menyebabkan rusaknya saluran pencernaan larva sehingga

dapat menyebabkan kematian pada larva. Senyawa tanin berperan sebagai

pertahanan tanaman terhadap serangga dengan cara menghalangi serangga dalam

mencerna makanan (Yunita, Suprapti, & Hidayat, 2009b)

2.9 Ekstraksi

Ekstraksi adalah metode untuk memisahkan senyawa yang mempunyai

kelarutan berbeda dalam berbagai pelarut kimia yang terdapat dalam simplisia

menggunakan jenis pelarut yang berbeda. Pelarut organik yang digunakan dalam

proses ekstraksi didasarkan pada kemampuan pelarut untuk menembus dinding sel

sehingga mampu masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif

yang terdapat dalam sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara

larutan zat aktif di dalam dan diluar sel, maka larutan yang terpekat di desak

keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi

antara larutan diluar sel dan didalam sel. (Ditjen POM, 2000).

Air, ethanol, air-ethanol atau pelarut lain adalah cairan yang baisanya

digunakan untuk metode maserasi yang disebut sebagai cairan penyari. Pada

penyarian dengan cara maserasi, perlu dilakukan pengadukan. Pengadukan

diperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia,

sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya perbedaan konsentrasi

yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam dengan larutan di luar sel. (Ditjen

POM, 2000).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 (Alstonia scholaris L. R. Br)eprints.umm.ac.id/54450/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 31. · persebaran penyakit DBD (Dini Siti Anggraeni, 2011). ... barang-barang

22

2.10 Sumber Belajar

2.10.1 Pengertian Sumber Belajar

Pembelajaran merupakan proses yang membutuhikan berbagai resource

Untuk menunjang keberhasilan belajar. Sumber daya yang dibutuhkan pun sangat

beragam sesuai materi dan kondisi pembelajaran yang akan dilaksanakan. Sebab

semakin lengkap resource yang digunakan makan akan semakin mendukung

berlangsungnya proses pembelajaran secara optimal. Sumber belajar merupakan

kebutuhan penting yang bisa menjadi sumber informasi, sumber alat, sumber

peraga, serta kebutuhan lain yang diperlukan dalam pembelajaran, Guru dituntut

mampu menganalisis kebutuhan, merancang, mendesaign, menemukan,

memproduk, dan menggunakan berbagai jenis sumber belajar (Musfiqon, 2012)

2.10.2 Ciri-Ciri Sumber Belajar

Sebagaimana definisi diatas, sumber belajar merupakan daya dan kekuatan

yang diperlukan dalam rangka proses pembelajaran. Oleh karena itu, apabila suatu

daya tidak dapat memberi terhadap apa yang diinginkan sesuai dengan tujuan

pembelajaran, maka daya tersebut tidak dapat disebut sebagai sumber belajar.

Sumber belajar harus mampu memberikan kekuatan dalam proses belajar

mengajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal selain

itu sumber belajar harus mempunyai nilai-nilai instruksional edukatif yaitu dapat

mengubah dan membawa perubahan yang sempurna terhadap tingkah laku sesuai

dengan tujuan yang ada (Musfiqon, 2012)

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 (Alstonia scholaris L. R. Br)eprints.umm.ac.id/54450/3/BAB II.pdf · 2019. 10. 31. · persebaran penyakit DBD (Dini Siti Anggraeni, 2011). ... barang-barang

23

2.11 Kerangka Teori Penelitian

Gambar 8. Kerangka Teori Penelitian

Ekstrak Kulit Batang Pohon

Pulai

Flavonoid Saponin

Racun Pernafasan

Larva tidak Bisa

bernafas

Busa Racun Perut

Gangguan system

pencernaan larva

Menurunkan

produktivitas

kerja enzim

Racun perut

Menurunkan

tegangan

permukaan

selaput mukosa

traktus

digestivus

sehingga

dinding Traktus

digestivus

menjadi korosif

Mortalitas

Larva Nyamuk

Aedes aegypti

Meningkat

Mengandung zat aktif

Mengandung Mengandung

Mengakibatkan Mengakibatkan Mengakibatkan Mengakibatkan