38
25 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sangat penting digunakan sebagai acuan atau dasar pijakan dalam rangka penyusunan Tugas Akhir ini. Kegunaannya untuk mengetahui hasil yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. 2.1.1 “Analisa Penyebab Keterlambatan Proyek Pembangunan Sidoarjo Town Square Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (FTA)” Ridhati Amalia, Mohammad Arif Rohman, Cahyono Bintang Nurcahyo,2012. Setiap proyek konstruksi pada umumnya mempunyai rencana pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan tertentu, kapan pelaksanaan proyek tersebut harus dimulai, kapan proyek tersebut harus diselesaikan, bagaimana proyek tersebut akan dikerjakan, serta bagaimana penyediaan sumber dayanya. Diharapkan dalam pelaksanaanya tidak terjadi keterlambatan karena keterlambatan yang terjadi akan mengakibatkan meningkatnya biaya proyek. Namun, dalam pelaksanaan proyek pembangunan Sidoarjo Town Square mengalami keterlambatan. Metode yang direncanakan dalam pembahasan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain Cut Set (MOCUS). Didapatkan bahwa item pekerjaan yang mengalami keterlambatan yaitu: pekerjaan struktur GWT STP, pekerjaan finishing fasade dan canopy, dan pekerjaan atap. Dari hasil analisa FTA dari ketiga top event, didapatkan bahwa keterlambatan terjadi dikarenakan perubahan desain serta perijinan, dimana keduanya akibat faktor penyebab keterlambatan dari pihak owner. rencana suatu proyek konstruksi selalu mengacu pada perkiraan yang ada pada saat rencana pembangunan jadwal tersebut dibuat, karena itu masalah dapat timbul apabila ada ketidaksesuaian antara rencana yang telah dibuat dengan pelaksanaannya. Sehingga dampak yang sering terjadi adalah keterlambatan waktu pelaksanaan proyek yang disertai dengan meningkatnya biaya pelaksanaan proyek. Dalam pelaksanaan proyek pembangunan Sidoarjo Town Square (SITOS), proyek ini mengalami keterlambatan. Keterlambatan yang terjadi dalam proyek pembangunan Sidoarjon Town Square, disebabkan oleh faktor-faktor yang menyebabkan proyek ini terlambat. Metode analisa yang digunakan untuk mengetahui mekanisme faktor-faktor penyebab keterlambatan adalah metod

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

25

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu sangat penting digunakan sebagai acuan atau dasar

pijakan dalam rangka penyusunan Tugas Akhir ini. Kegunaannya untuk mengetahui

hasil yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu.

2.1.1 “Analisa Penyebab Keterlambatan Proyek Pembangunan Sidoarjo

Town Square Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (FTA)”

Ridhati Amalia, Mohammad Arif Rohman, Cahyono Bintang

Nurcahyo,2012.

Setiap proyek konstruksi pada umumnya mempunyai rencana

pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan tertentu, kapan pelaksanaan proyek

tersebut harus dimulai, kapan proyek tersebut harus diselesaikan, bagaimana

proyek tersebut akan dikerjakan, serta bagaimana penyediaan sumber

dayanya. Diharapkan dalam pelaksanaanya tidak terjadi keterlambatan

karena keterlambatan yang terjadi akan mengakibatkan meningkatnya biaya

proyek. Namun, dalam pelaksanaan proyek pembangunan Sidoarjo Town

Square mengalami keterlambatan. Metode yang direncanakan dalam

pembahasan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya

keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

Cut Set (MOCUS). Didapatkan bahwa item pekerjaan yang mengalami

keterlambatan yaitu: pekerjaan struktur GWT STP, pekerjaan finishing

fasade dan canopy, dan pekerjaan atap. Dari hasil analisa FTA dari ketiga

top event, didapatkan bahwa keterlambatan terjadi dikarenakan perubahan

desain serta perijinan, dimana keduanya akibat faktor penyebab

keterlambatan dari pihak owner. rencana suatu proyek konstruksi selalu

mengacu pada perkiraan yang ada pada saat rencana pembangunan jadwal

tersebut dibuat, karena itu masalah dapat timbul apabila ada ketidaksesuaian

antara rencana yang telah dibuat dengan pelaksanaannya. Sehingga

dampak yang sering terjadi adalah keterlambatan waktu pelaksanaan proyek

yang disertai dengan meningkatnya biaya pelaksanaan proyek. Dalam

pelaksanaan proyek pembangunan Sidoarjo Town Square (SITOS), proyek

ini mengalami keterlambatan. Keterlambatan yang terjadi dalam proyek

pembangunan Sidoarjon Town Square, disebabkan oleh faktor-faktor yang

menyebabkan proyek ini terlambat. Metode analisa yang digunakan untuk

mengetahui mekanisme faktor-faktor penyebab keterlambatan adalah metod

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

5

Fault Tree Analysis (FTA). Sedangkan untuk mengetahui kombinasi faktor-faktor

penyebab keterlambatan dengan menggunakan Method Obtain Cut Set (MOCUS).

2.1.2 “Pemodelan Risiko Pendapatan Proyek Infrastruktur Jalan Tol dengan

Pendekatan Fault Tree Analysis” Trisita Novianti, 2011.

Penelitian ini menggunakan alat bantu berupa metode Delphi yang

berfungsi sebagai media untuk diskusi para pakar yang tidak langsung (vitual

discussion), fault tree analysis yang berfungsi sebagai pemetaan intuisi para pakar

dan digunakan untuk pemodelan konseptual yang dibangun dari kejadian-kejadian

penyebab risiko. Hasil top level event tervalidasi di model fault tree analysis yang

didapat di penelitian ini adalah: kerugian pendapatan yang disebabkan oleh risiko

tarif (event dengan kode A); kerugian pendapatan yang diakibatkan oleh risiko

volume lalu lintas/volume lalu lintas sepi (event dengan kode B); kerugian

pendapatan yang disebabkan oleh adanya force majeure (event dengan kode C; dan

kerugian pendapatan yang disebabkan oleh kejadian-kejadian non-revenue (event

dengan kode D). Pada tahun 1970-an investasi ke Indonesia berkurang hingga di

atas 10% dari total Produk Domestik Bruto nasional, tahun 1980-an hingga 2002

turun sebesar 3%. Dampak krisis finansial di tahun 1997, pemerintah menunda

proyek di berbagai sektor yang menyebabkan investasi proyek infrastruktur di

Indonesia menjadi terhenti. Rencana pemerintah Indonesia adalah untuk

memperoleh average annual pertumbuhan Produk Domestik Bruto di atas 6,6%

pada lima tahun kedepan dari tahun 2006. Pengembangan infrastruktur adalah pilar

dari rencana pengembangan ekonomi lima tahun ke depan. Rencana proyek

infrastruktur yang akan dikembangkan adalah sebanyak 91 proyek. Proyek yang

dikembangkan adalah yang berhubungan dengan energi dan pertambangan (oli,

gas, dan petrokimia), transportasi (jalan tol, bandara dan pelabuhan laut),

telekomunikasi, dan lingkungan (air dan sanitasi). Pemerintah Indonesia

menyatakan pada akhir Januari 2005 tender untuk proyek infrastruktur yang

diprioritaskan adalah sekitar $22,5 Milyar (Indonesia Infrastructure Summit,

2005).

2.1.3 “Penjadwalan Berdasarkan Analisis Faktor-Faktor Penyebab

Keterlambatan Proyek Reparasi Kapal Dengan Metode Fault tree

Analyis” Laura Karennina Padaga, Imam Rochani, Yeyes Mulyadi,

2018.

Reparasi kapal merupakan sebuah proyek yang singkat dalam

prosesnya sehingga waktu merupakan elemen kritis sebagai parameter

penyelesaian. Keterlambatan waktu merupakan suatu peristiwa yang dapat

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

6

terjadi pada setiap proyek. Suatu proyek cenderung mengalami

keterlambatan apabila buruknya manajemen proyek dan juga kesalahan-

kesalahan yang disebabkan oleh sumber daya manusia didalamnya. Tugas

akhir ini menganalisa faktor penyebab keterlambatan pada proyek reparasi

kapal MV. Blossom dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis

(FTA) serta membuat rencana baru penjadwalan proyek agar dapat dijadikan

sebagai acuan supaya proyek dapat selesai sesuai dengan jangka waktu yang

telah ditentukan dengan menggunakan Critical Path Method (CPM). Dari

hasil analisa metode FTA didapatkan tiga peluang basic event penyebab

utama keterlambatan proyek sebesar 0.33196 untuk peralatan kerja terbatas,

0.22502 untuk peralatan jarang dirawat, dan 0.12393 untuk jumlah tenaga

kerja kurang. Untuk hasil penjadwalan ulang dengan CPM didapatkan

bahwa proyek dapat selesai dalam waktu 41 hari yang semula berdurasi 101

hari.

2.1.4 “Analisis Defect Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (FTA)

Berdasarkan Data Ground Finding Sheet (GFS) PT. GMF Aeroasia ”

Tara Ferdiana & Ilham Priadythama.

PT. GMF AeroAsia menggunakan suatu sistem Ground Finding

Sheet sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kualitas kabin. GFS

digunakan untuk mencatat berbagai temuan kerusakan yang ada beserta

penyebabnya. Dari data GFS yang didapat dari bagian kontrol, banyak temuan

kerusakan atau kecacatan yang terjadi. Untuk menganalisis lebih jauh terhadap

permasalan tersebut, diperlukan pendekatan tidak hanya untuk menyelesaikan

permasalahan komponen pada kabin pesawat, tetapi juga untuk melakukan

upaya penjagaan kualitas. Pendekatan yang digunakan adalah metode Fault

Tree Analysis (FTA) karena alasan efisiensinya. Melalui pendekatan ini dapat

dilakukan perbaikan proses secara terus-menerus, sehingga diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan proses dan kualitas produk. Selain itu, metode FTA

menggunakan konsep pemikiran yang mendorong untuk mengurangi cacat

dengan mencari dan menganalisis akar penyebab permasalahan yang ada sehingga

dapat dicari solusi pencegahannya. Berdasarkanhasil dari metode FTA diperoleh 15

basic event yang dapat menyebabkan defect di part kabin pesawat, yaitu diantaranya

penempelan/ pengecatan kurang sempurna, suhu ruang yang berubah ubah,

penggunaan dari konsumen, defect bawaan, perawatan kurang rutin, debu, substansi

bahan makanan, frekuensi pemakaian, tidak ada standar material, umur material,

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

7

tempat sulit dijangkau, warna cerah, mudah mengikat debu, operator lalai/ceroboh,

dan tidak dikalibrasi. Namun dalam hal defect akibat penggunaan dari konsumen

tidak dibahas pada kajian ini karena kajian yang dibahas focus kepada permasalahan

proses internal perusahaan.

2.1.5 “Analisis Percepatan Pelaksanaan Dengan Menambah Jam Kerja

Optimum Pada Proyek Kontruksi” Ariany Frederika, 2010.

Penelitian ini fokus pada proyek Super Villa dikarenakan

keterlambatan dalam pelaksanaannya. Dalam proyek ini penambahan jam

kerja menjadi alternatif percepatan yang digunakan. dari satu jam sampai

dengan empat jam tanpa adanya penambahan tenaga kerja. Perhitungan

dimulai dengan mencari lintasan kritis menggunakan Microsoft Project

kemudian dilakukan crashing untuk mendapatkan cost slope kegiatan yang

berada pada lintasan kritis, selanjutnya dilakukan analisis dengan metode

Time Cost Trade Off Analysis. Kemudian dibuat grafik hubungan biaya

dan waktu optimum untuk masing-masing penambahan jam kerja. Dari

hasil analisis didapat biaya optimum pada penambahan satu jam kerja

dengan pengurangan biaya dan waktu masing-masing sebesar

Rp784.104,16 dan 8 hari, sedangkan waktu optimum didapat pada

penambahan dua jam kerja, dengan pengurangan waktu dan biaya masing-

masing sebesar 14 hari, dan Rp700.377,35. Artinya, percepatan dengan

biaya optimum didapat pada penambahan satu jam kerja dan waktu

optimum didapat pada penambahan dua jam kerja.

2.1.6 “Keterlambatan Waktu Pelaksanaan Proyek Klasifikasi Dan Peringkat

dari Penyebab-penyebabnya” Budiman Praboyo (1999).

Dari penelitian diatas dapat diambil manfaatnya yaitu dapat

menemukan faktor-faktor yang sangat berperan atau mendominasi sebagai

penyebab keterlambatan, dengan maksud agar proses perencanaan dan

penjadwalan proyek konstruksi dapat dilakukan dengan lebih lengkap dan

cermat; sehingga keterlambatan sedapat mungkin dihindarkan atau

dikendalikan. Temuan penyebab penyebab keterlambatan, yang

dikonfirmasikan dengan sigi lapangan menggunakan kuesioner yang

didistribusikan kepada kontraktor, menunjukkan bahwa masalah masalah

tidak seksamanya rencana kerja, tidak tersedianya sumber daya dan

kurangnya komunikasi/koordinasi, merupakan faktor-faktor yang dominan

sebagai penyebab keterlamabatan dari sisi kontraktor. Dari sisi pemilik

proyek, masalah ketidaklengkapan dan ketidakjelasan desain dan lingkup

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

8

pekerjaan, masalah sistim pengawasan dan pengendalian proyek,

merupakan faktor yang dominan sebagai penyebab keterlambatan.

2.1.7 “Analisis Waktu dan Biaya Keterlambatan Pelaksanaan Pembangunan

Gedugn Hiperbarik Rumah Sakit paru Jember” Budi Witjaksana

(2011).

Penelitian ini focus pada analisis permasalahan pada waktu

pelaksanaan waktu kontrak selama 100 hari, pekerjaan ini mengalami

keterlambatan selama 21 hari. Terhitung mulai terima SPK kontraktor

bekerja selama 16 hari menyelesaikan pondasi, selanjutnya harus

menunggu pemasangan mesin Hiperbarik dari Australia. Setelah mesin

tersebut terpasang, struktur kolom baru dipasang. Sehingga mengakibatkan

keterlambatan. Dari kenyataan tersebut diperlukan penelitian yang

bertujuan untuk (1) Mendapatkan lama waktu pelaksanaan pembangunan,

(2) Mendapatkan besar biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan

pembangunan. Dari hasil diagram network, maka dapat disimpulkan

bahwa (1) pelaksanaan proyek pembangunan gedung hiperbarik rumah

sakit paru Jember dapat dilakukan selama 99 hari. (2) Biaya proyek yang

diperlukan untuk pembangunan adalah sebesar Rp Rp3,23 Milyar. Biaya

maksimum per minggu yang diperlukan pada saat kegiatan paling cepat

sebesar Rp569,50 Juta, dengan jumlah tenaga kerja maksimum per minggu

sebesar 257 orang. Setelah dilakukan pergeseran jadwal aktivitas dan

penambahan jumlah tenaga kerja, ternyata biaya proyek yang diperlukan

pada saat kegiatan mengalami keterlambatan 21 hari sebesar Rp3,36

Milyar. Biaya maksimum per minggu yang diperlukan sebesar Rp387,50

Juta dan jumlah tenaga kerja maksimum per minggu sebesar 212 orang.

Dengan demikian pelaksanaan proyek pembangunan gedung hyperbarik

rumah sakit paru Jember saat kegiatan mengalami keterlambatan 21 hari,

perlu dilakukan penambahan biaya sebesar Rp132,73 Juta yang awalnya

sebesar Rp3,23 Milyar menjadi sebesar Rp3,36 Milyar.

2.2 Metode FTA (Fault Tree Analysis)

FTA adalah teknik yang banyak dipakai untuk studi yang berkaitan dengan

resiko dan keandalan dari suatu sistem engineering. Event potensial yang

menyebabkan kegagalan dari suatu sistem engineering dan probabilitas

terjadinya event tersebut dapat ditentukan dengan FTA. Sebuah TOP event yang

merupakan definisi dari kegagalan suatu sistem (system failure), harus

ditentukan terlebih dahulu dalam mengkonstrusikan FTA. Sistem kemudian

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

9

dianalisa untuk menemukan semua kemungkinan yang didefinesikan pada TOP

event. FT adalah sebuah model grafis yang terdiri dari beberapa kombinasi

kesalahan (fault) secara pararel dan secara berurutan yang mungkin

menyebabkan awal dari failure event yang sudah ditetapkan.

Setelah mengidentifikasi TOP event, event-event yang memberi kontribusi

secara langsung terjadinya top event diidentifikasi dan dihubungkan ke TOP event

dengan memakai hubungan logika (logical link). Gerbang AND (AND gate) dan

sampai dicapai event dasar yang idependen dan seragam (mutually independent

basic event). Analisa deduktif ini menunjukan analisa kualitatif dan kuantitatif

dari sistem engineering yang dianalisa.

Sebuah fault tree mengilustrasikan keadaan dari komponen-komponen

sistem (basic event) dan hubungan antara basic event dan TOP event. Simbol

grafis yang dipakai untuk menyatakan hubungan disebut gerbang logika (logika

gate). Output dari sebuah gerbang logika ditentukan oleh event yang masuk ke

gerbang tersebut. Sebuah FTA secara umum dilakukan dalam 5 tahapan, yaitu:

• Mendefinisikan problem dan kondisi batas (boundary condition) dari sistem.

• Pengkontruksian fault tree.

• Mengidentifikasi minimal cut set atau minimal path set.

• Analisa kualitatif dari fault tree.

• Analisa kuantitatif fault tree.

2.2.1 Definisi Problem dan Kondisi Batas

Aktivitas pertama dari fault tree analysis terdiri dari dua step, yaitu:

• Mendefinisikan critical event yang akan dianalisa.

• Mendefinisikan boundary condition untuk analisa.

Critical event yang akan dianalisa secara normal disebut dengan

TOP event. Penting kiranya untuk bahwa TOP event harus didefinisikan

secara jelas dan tidak kabur (unambiguous). Diskripsi dari TOP event

seharusnya selalu memberikan jawaban terhadap pertanyaan apa (what),

dimana (where), dan kapan (when).

1. What

Mendiskripsikan tipe dari critical event yang sedang terjadi, sebagai

contoh kebakaran (fire).

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

10

2. Where

Mendiskripsikan dimana critical event terjadi, sebagai contoh critical

event terjadi di process oxidation reactor.

3. When

Mendiskripsikan dimana critical event terjadi, sebagai contoh critical

event terjadi pada saat pengoperasian normal.

Sebagai contoh TOP event yang melibatkan ketiga kriteria di atas

adalah: “Kebakaran yang terjadi di process oxidation reactor pada saat

pengoperasian normal”.

Agar analisis dapat dilakukan secara konsisten, adalah hal yang

penting bahwa kondisi batas bagi analisa didefinisikan secara hati-hati.

Dari kondisi batas, kita akan memilliki beberpa pemahaman sebagai

berikut:

• Batas fisik sistem.

Bagian mana dari sistem yang akan dmasukkan dalam analisa dan

bagian mana yang tidak?

• Kondisi awal.

Kondisi pengoperasian sistem yang bagaimana pada saat TOP event

terjadi? Apakah sistem bekerja pada kapasitas yang

penuh/sebagaian?

• Kondisi batas yang berhubungan dengnan stres eksternal.

Apa tipe stres eksternal yang seharusnya disertakan dalam analisa?

• Level dari resolusi.

• Sberapa detail kita akan mengidentifikasi berbagai alasan potential

yang menyebabkan kegagalan?

2.2.2 Pengkontruksian Metode Fault Tree Analisys

Pengkonstruksian fault tree selalu bermula dari TOP event. Oleh

karena itu, berbagai fault event yang secara langsung, penting, dan berbagai

penyebab terjadinya TOP event harus secara teliti diidentifikasi. Berbagai

penyebab ini dikoneksikan ke TOP event oleh sebuah gerbang logika. Penting

kiranya bahwa penyebab level pertama dibawah TOP event harus disusun secara

terstruktur. Level pertama ini sering disebut dengan TOP structure dari sebuah

fault tree. TOP structure ini sering diambil dari kegagalan modul-modul utama

sistem, atau fungsi utama dari sistem. Analisa dilanjutkan level demi level

sampai semua fault event telah dikembangkan sampai pada resolusi yang

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

11

ditentukan. Analisa ini merupakan analisa deduktif dan dilakukan dengan

mengulang pertanyaan “Apa alasan terjadinya event ini?”. Gambar 1

menunjukkan struktur fundamental dari sebuah fault tree, sedangkan tabel 1

menunjukkan berbagai simbol yang dipakai untuk mengkostruksi sebuah fault

tree.

Dalam membuat fault tree, hal pertama yang harus dilakukan

adalah mengidentifikasi potensi penyebab dari kesalahan – kesalahan yang

terjadi pada tiap part yang akan dikaji sehingga diperoleh penyebab secara

umum yang menyebabkan kecacatan part yang kemudian dijadikan acuan untuk

membuat fault tree. Setelah diketahui penyebab umum yang menyebabkan

kecacatan di tiap part, maka selanjutnya dilakukan break down secara terperinci

dalam cabang – cabang yang membentuk fault tree, sampai ditemukan kejadian

paling dasar atau disebut dengan basic event. Langkah tersebut menerangkan

semua urutan sebab dan akibat kejadian yang menyebabkan terjadinya top level

event. Dalam membangun fault tree digunakan simbol-simbol tertentu yang

digunakan untuk mewakili adanya sebab akibat yang sudah dijelaskan di bab

sebelumnya. Berikut fault tree untuk masing-masing subject part dari kabin

pesawat yang akan dianalisis.

1. Kecacatan armcap akibat peel off

Gambar 1. fault tree kecacatan armcap

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

12

Dari fault tree mengenai kecacatan armcap karena peel off pada gambar 1

dapat disimpulkan bahwa basic event yang menyebabkan kecacatan tersebut

antara lain penempelan / pengecatan yang kurang sempurna, tidak ada standar

pemilihan material, suhu yang berubah ubah, dan umur material. Untuk basic

event yang berasal dari kesalahan konsumen tidak dianalisis karena penelitian

ini fokus pada kecacatan yang disebabkan internal perusahaan. Armcap (Peel

Off) Proses Material Lingkungan User Pemilihan Penempe Material lan /

Pengecatan kurang sempurna.

2. Kecacatan spring pocket akibat unproper instal

Gambar 2. Fault Tree Kecacatan dari Spring Pocket

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

13

Dari fault tree mengenai kecacatan spring pocket karena unproper instal

pada gambar 2 dapat disimpulkan bahwa basic event yang menyebabkan

kecacatan tersebut antara lain operator lalai sehingga terjadi kesalahan dalam

pembacaan instruksi, alat bantu ukur atau jig yang digunakan tidak sesuai atau

tidak dikalibari sehingga terjadi kesalahan pada ukuran yang menyebabkan

penyetingan pada spring pocket tidak tepat. Kemudian karena defect bawaan

dari pabrik pembuatan spring pocket itu sendiri. Untuk basic event yang berasal

dari kesalahan konsumen tidak dianalisis karena penelitian ini fokus pada

kecacatan yang disebabkan internal perusahaan.

3. Kecacatan buffet dan galley akibat kotor

Gambar 3. Fault Tree Kecacatan dari Buffet and Galley

Dari fault tree mengenai kecacatan buffet and galley karena dirty /

kotor pada gambar 18 dapat disimpulkan bahwa basic event yang menyebabkan

kecacatan tersebut antara lain perawatan yang kurang rutin dan ada beberapa

tempat yang sulit dijangkau, debu, substansi bahan makanan sehingga buffet

dan galley kurang bersih. Untuk basic event yang berasal dari kesalahan

pengguna tidak dianalisis karena penelitian ini fokus pada kecacatan yang

disebabkan internal perusahaan. Spring Pocket (Unproper Instal) Proses User

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

14

Penggunaan dari konsumen Defect bawaan Setting tidak tepat Pembacaan

instruksi salah Operator lalai Tidak dikalibrasi Jig tidak standar Buffet and

Galley (Dirty) Proses User Penggunaan dari petugas Galley Lingkungan

Perawatan Debu kurang rutin Kurang bersih Tempat sulit dijangkau Substansi

bahan makanan

4. Kecacatan seat belt akibat missing

Gambar 4. Fault Tree Kecacatan dari Seat Belt

Dari fault tree mengenai kecacatan seat belt karena missing /

hilang pada gambar 19 dapat disimpulkan bahwa basic event yang

menyebabkan kecacatan tersebut antara lain frekuensi pemakaian yang terlalu

sering, operator yang lalai mengakibat setting / pemasangan seat belt yang tidak

sesuai instruksi sehingga seat belt tidak terpasang sempurna. Untuk basic event

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

15

yang berasal dari kesalahan pengguna tidak dianalisis karena penelitian ini

fokus pada kecacatan yang disebabkan internal perusahaan.

5. Kecacatan pintu akibat kotor

Gambar 5. Fault Tree Kecacatan dari Door

Dari fault tree mengenai kecacatan pintu – pintu di kabin (door)

karena kotor pada gambar 20 dapat disimpulkan bahwa basic event yang

menyebabkan kecacatan tersebut antara lain pemilihan warna – warna yang

cenderung cerah, pemilihan bahan yang mudah mengikat debu, perawatan yang

kurang rutin, iklim / suhu ruang yang berubah ubah, dan banyaknya debu. Seat

Belt (Missing) User Proses Frekuensi pemakaian Setting tidak tepat Pembacaan

instruksi salah Operator lalai Penggunaan dari konsumen Jig tidak standar Tidak

dikalibrasi Door (Dirty) Material Lingkungan Iklim yang berubah ubah

Perawatan tidak rutin Coating Pemilihan Material Proses Warna Cerah yang

mudah kotor Mudah mengikat debu Debu Tidak ada standar material Penentuan

Minimal Cut Set Dari bagan fault tree masing – masing kecacatan yang sudah di

buat, maka dicari minimal cut set untuk mengetahui akar permasalahan dari

penyebab kecacatan part kabin pesawat. Mencari minimal cut set merupakan

analisa kualitatif yang mana dipakai Aljabar Boolean. Aljabar Boolean

merupakan aljabar yang dapat digunakan untuk melakukan penyederhanaan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

16

atau menguraikan rangkaian logika yang rumit dan kompleks menjadi rangkaian

logika yang lebih sederhana (Widjanarka, 2006).

2.2.3 Mengidentifikasi minimal Cut Set atau minimal Path Set

Dari laporan mingguan dan bulanan, ada 3 (tiga) dari 4 (empat) pekerjaan

yang mengalami hambatan dalam pelaksanaan-nya. Tiga pekerjaan tersebut adalah

pekerjaan persiapan, pekerjaan pasangan, dan pekerjaan beton. Sehingga, dalam

penelitian ini ditentukan 3 (tiga) top event yaitu keterlambatan pekerjaan persiapan,

keterlambatan pekerjaan pasangan, dan keterlambatan pekerjaan beton. Top event

tersebut merupakan definisi masalah dan kondisi batas dari suatu sistem pelaksanaan

proyek pembangunan gedung. Dari masing-masing top event tersebut, akan dibuat

model grafis FTA yang berisi simbol-simbol yang menyatakan kejadian yang

muncul yang menyebabkan terjadinya top event/ keterlambatan pekerjaan yang

dianalisa. Kejadian-kejadian yang memungkinkan menyebabkan terjadinya

keterlambatan akan diteliti lebih lanjut sampai ke penyebab kejadian dasarnya. Perlu

diperhatikan aturan-aturan dalam membuat model grafis FTA. Membuat model

harus teliti dalam mendeskripsikan suatu kejadian yang sifatnya berupa input dan

output, agar tidak terjadi kesalahan pada hasil analisa.

Setelah mendapat data berupa kejadian-kejadian yang

menyebabkan keterlambatan dari para responden, maka langkah selanjutnya adalah

membuat analisa yang diikuti dengan penggambaran model grafis FTA. Model

grafis FTA mempunyai beberapa simbol kejadian seperti

intermediate event, basic event, dan undeveloped event. Selain itu, juga ada simbol

gerbang dan tranfer. Simbol gerbang yang digunakan adalah simbol gerbang AND

dan OR. Serta, dipakai juga simbol transfer untuk menghubungkan antar model

grafis FTA.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

17

Gambar 6 Model Grafis FTA Pekerjaan Persiapan

Sedangkan keterangan untuk nama event pada moel grafis FTA pekerjaan persiapan

diatas ditunjukkan pada Tabel dibawah ini :

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

18

Tabel 1 : Keterangan Model Grafis FTA Pekerjaan Persiapan

Event Keterangan Event Keterangan

A Keterlambatan pekerjaan persiapan D2 Kurangnya pengawasan

B1 Faktor pengguna jasa D3 Tidak melaksanakan peran

B2 Faktor kontraktor D4 Kurang koordinasi

B3 Faktor konsultan pengawas D5 Dokumen gambar kurang lengkap

B4 Perubahan tgl. dimulainya proyek D6 Dok. spek. teknis kurang lengkap

B5 Sumber Daya Manusia kurang D7 Dok. tender kurang lengkap

B6 Dokumen terlambat D8 Terbatasnya jumlah tenaga kerja

B7 Tenaga kerja D9 Tukang malas

B8 Tenaga ahli D10 Kontrol kurang baik

B9 Kualitas kurang baik D11 Kurang koordinasi

B10 Manajemen kurang baik D12 Tidak segera memulai pekerjaan

B11 Kurang pengalaman kerja D13 Masalah teknis dlm. memakai waktu

B12 Kecapaian D14 Tukang puasa

C Dana tidak mencukupi D15 Dikejar target

D1 Kontrol yang kurang baik E Keterlambatan tanda tangan kontrak

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

19

Model grafis FTA dari pekerjaan pasangan dan pekerjaan beton ditunjukkan pada

Gambar dibawah ini :

Gambar 7 Model Grafis FTA Pekerjaan Pasangan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

20

Gambar 8 Model Grafis FTA Pekerjaan Beton

Sedangkan keterangan untuk nama event pada moel grafis FTA pekerjaan pasangan

dan pekerjaan beton diatas ditunjukkan pada Tabel dibawah ini :

Tabel 2 : Keterangan Model Grafis FTA Pekerjaan Pasangan dan Beton

Event Event Keterangan

Event Event Keterangan

Beton Beton Beton Beton

F P

Keterlambatan H6 R6 Kurang paham

Pekerjaan Pasangan / dokumen gambar

Beton

G1 Q1 Faktor kontraktor Kurang paham

H7 R7 dokumen spesifikasi

G2 Q2

Faktor konsultan teknis

pengawas H8 R8 Tidak profesional

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

21

G3 Q3

Ketersediaan material H9 R9 Pemesanan terlambat

H10 R10 Pengiriman terlambat

G4 Q4

Sumber Daya Manusia H11 R11 Kecapaian

kurang H12 R12 Lembur tidak

G5 Q5 Manajemen kurang dikerjakan

baik H13 R13 Malas

G6 Q6 Kurang pengalaman

H14 R14

Terbatasnya jumlah

kerja tukang

H15 R15 Shift jam kerja kurang

G7 Q7 Material datang H16 R16 Kontrol kurang baik

terlambat Kurang koordinasi

H17 R17 dengan pengguna jasa/

G8 Q8 Tenaga kerja pengawas

H18 R18

Kurang koordinasi

G9 Q9 Tenaga ahli dengan supplier

H19 R19 Tidak profesional

G10 Q10 Kualitas kurang baik H20 R20 Tidak ada lembur

H21 R21

Masalah teknis dalam

G11 Q11 Kuantitas kurang memakai waktu

Alat angkut barang

G12 Q12 Manajemen kurang H22 R22 memakai tenaga

baik tukang

G13 Q13 Kurang pengalaman H23 R23 Tidak ada tower crane

kerja H24 R24 Tidak ada lift barang

G14 Q14 Teknik pelaksanaan I1 S1 Dana tidak mencukupi

tidak tepat

I2 S2

Tidak mengecek

G15 Q15 Tidak ada alat bantu persediaan material

Kurang koordinasi H1 R1 pengguna jasa dengan

kontraktor/pengawas H2 R2 Kontrol yang kurang baik

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

22

H3 R3 Kurangnya

pengawasan H4 R4 Tidak melaksanakan

peran

H5 R5 Kurang koordinasi

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

23

Setelah membuat model grafis, langkah selanjutnya adalah menganalisa

Fault Tree secara kualitatif dengan menggunakan Aljabar Boolean. Tujuan dari

analisa ini adalah mencari minimal cut set.

Sebuah cut set didefinisikan sebagai basic event (kejadian dasar) yang bila

terjadi akan mengakibatkan terjadinya Top event Sebuah cut set dikatakan sebagai

minimal cut set jika cut set tersebut tidak dapat direduksi tanpa menghilangkan

statusnya sebagai cut set.

Notasi operator dalam logika Aljabar Boolean untuk gerbang OR atau

penjumlahan Boolean mempunyai simbol

(+). Sedangkan untuk gerbang AND mempunyai simbol (.) atau perkalian

Boolean. Aljabar Boolean mempunyai hukum-hukum persamaan. Salah satu

contohnya adalah hukum distributif dimana a . (b + c) = (a .b) + (a . c)

Berikut hasil analisa menggunakan Aljabar Boolean:

a. Analisa pada pekerjaan persiapan

Tabel 3. Minimal Cut Set Pekerjaan Persiapan

No Kombinasi Event

1 E . D5

2 E . D6

3 E . D7

4 D16

5

D14 . D9 . D8 . D10 . D11 . D12 .

D13 . C

6

D15 . D9 . D8 . D10 . D11 . D12 .

D13 . C

7 D1 . D2 . D3 . D4

Dari hasil minimal cut set diatas, didapat ada 7 kejadian dasar yang

menyebabkan terjadinya keterlambatan pekerjaan persiapan.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

24

b. Analisa pada pekerjaan pasangan

Tabel 4 Minimal Cut Set Pekerjaan Pasangan

No Kombinasi Event

1. H1

2. I2 . H9 . H10 . H11 . H12 . H13 . H14

3. H15 . H16. H17 . H18 . H19 . H20 .

4. H21 . H23 . H24 . H22 . I1

5. H2 . H3 . H4 . H5 . H6

6. H2 . H3 . H4 . H5 . H7

7. H2 . H3 . H4 . H5 . H8

Dari hasil minimal cut set diatas, didapat ada 5 kejadian dasar yang

menyebabkan terjadinya keterlambatan pekerjaan pasangan.

c. Analisa pada pekerjaan beton

Tabel 5. Minimal Cut Set Pekerjaan Beton

No Kombinasi Event

1 R1

S2 . R9 . R10 . R11 . R12 . R13 . R14

2 . R15 . R16. R17 . R18 . R19 . R20 .

R21 . R23 . R24 . R22 . S1

3 R2 . R3 . R4 . R5 . R6

4 R2 . R3 . R4 . R5 . R7

5 R2 . R3 . R4 . R5 . R8

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

25

2.3 Keterlambatan Proyek

Kusjadmikahadi (dalam Leonda 2008) bahwa, keterlambatan

proyek konstruksi berarti bertambahnya waktu pelaksanaan

penyelesaian proyek yang telah direncanakan dan tercantum dalam

dokumen kontrak. Praboyo (1999), keterlambatan pelaksanaan proyek

umumnya selalu menimbulkan akibat yang merugikan bagi pemilik

maupun kontraktor karena dampak keterlambatan adalah konflik dan

perdebatan tentang apa dan siapa yang menjadi penyebab, juga tuntutan

waktu, dan biaya tambah.

Theodore (2009) menyebutkan bahwa ada empat cara dasar untuk

mengkategorikan jenis keterlambatan:

a) Critical atau non-critical

Keterlambatan yang mempengaruhi penyelesaian proyek, atau dalam

beberapa kasus pada batas waktu tertentu, dapat dianggap sebagai

keterlambatan critical, dan keterlambatan yang tidak mempengaruhi

penyelesaian proyek, atau batas waktu tertentu adalah keterlambatan

non-critical.

b) Excusable atau non-excusable

Keterlambatan dimaafkan(excuseable) merupakan keterlambatan yang

disebabkan oleh suatu peristiwa yang tak terduga di luar kontraktor atau

kontrol subkontraktor. Keterlambatan non-excuseable adalah keterlambatan

yang berada dalam kendali kontraktor atau yang dapat di prediksi

c) Compensable atau non-compensable

Keterlambatan compensable adalah saat kontraktor berhak atas perpanjangan

waktu dan kompensasi tambahan. Hal ini berkaitan kembali dengan

keterlambatan excusable atau non-excusable, hanya keterlambatan excusable

dapat diganti rugi. Keterlambatan non-compensable berarti bahwa meskipun

keterlambatan excusable mungkin terjadi, kontraktor tidak berhak atas

kompensasi

tambahan yang dihasilkan dari keterlambatan excusable.

3. Concurrent atau non-concurrent

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

26

Konsep Keterlambatan concurrent telah menjadi hal yang sangat umum

sebagai bagian dari beberapa analisis keterlambatan konstruksi. Argumen

concurrency tidak hanya dari sudut pandang yang menentukan keterlambatan

kritis proyek, tetapi juga dari sudut pandang penanggung jawaban untuk

kerugian yang terkait dengan keterlambatan jalur kritis. Pemilik akan sering

memperhatikan keterlambatan concurrent oleh kontraktor sebagai alasan

untuk mempermasalahkan perpanjangan

2.3.1 Penyebab Keterlambatan proyek

Dalam keterlambatan proyek faktor-faktor yang potensial untuk

mempengaruhi waktu pelaksanaan konstruksi terdiri dari 7 kategori (Andi et al,

2003) :

1. Tenaga Kerja

a. Kurangnya keahlian tenaga kerja

b. Kurangnya kedisiplinan tenaga kerja

c. Kurangnya motivasi kerja para pekerja

d. Kurangnya kehadiran tenaga kerja

e. Kurangnya ketersediaan tenaga kerja

f. Penggantian tenaga kerja baru

g. Buruknya Komunikasi antara tenaga kerja dan badan pembimbing

2. Bahan

a. Keterlambatan pengiriman bahan

b. Ketersediaan bahan terbatas di pasaran

c. Kualitas bahan jelek

d. Kelangkaan material yang dibutuhkan

e. Adanya Perubahan material oleh owner

f. Kerusakan bahan di tempat penyimpanan

3. Karakteristik tempat

a. Keadaan permukaan dan di permukaan bawah tanah

b. Tanggapan dari lingkungan sekitar proyek

c. Karakter fisik bangunan sekitar proyek

d. Tempat penyimpanan bahan/material

e. Akses kelokasi proyek yang sulit

f. Kebutuhan ruang kerja yang kurang

g. Lokasi proyek yang jauh dari pusat kota/pusat distribusi peralatan dan

material

4. Manajerial

a. Pengawasan proyek

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

27

b. Kualitas pengontrolan pekerjaan

c. Pengalaman manajer lapangan

d. Perhitungan kebutuhan

e. Komunikasi antara konsultan dan kontraktor

f. Komunikasi antara kontraktor dan pemilik

g. Kesalahan manejemen material dan peralatan

5. Peralatan

a. Ketersediaan peralatan

b. Kerusakanperalatan

c. Kualitas peralatan yang buruk

d. Produktifitas peralatan

6. Keuangan

a. Pembayaran dari

b. Harga bahan/material yang mahal

c. Alokasi dana yang tidak cukup

d. Telatnya pembayaran kepada pekerja

7. Fisik Bangunan

a. Luas wilayah

b. Jumlah unit

c. Jumlah lantai

8. Design

a. Perubahan design oleh pemilik

b. Kesalahan design oleh perencana

c. Ketidak lengkapan gambar design

d. Keterlambatan pemberian detail gambar

e. Kerumitan design

9. cuaca

a. Intensitas (curah) hujan)

b. Cuaca panas

c. Cuaca yang berubah-ubah

10. Kejadian yang tidak terduga

a. Kerusuhan

b. Bencana alam

c. Pemogokan buruh

d. Kecelakaan

11. Kebijakan pemerintah

a. Kenaikan BBM

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

28

2.4 Definisi Manajemen Proyek

Manajemen proyek terdiri dari dua kata yaitu “Manajemen” dan

“Proyek”.Menurut Husen (2009:2), manajemen adalah suatu ilmu

pengetahuan tentang seni memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian terhadap

sumber-sumber daya terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang

efektif dan efisien. Manajemen merupakan proses terpadu dimana individu-

individu sebagai bagian dari organisasi dilibatkan untuk memelihara,

mengembangkan, mengendalikan, dan menjalankan program-program yang

kesemuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung

terus menerus seiring dengan berjalannya waktu (Dipohusodo, 1996:2).

Sedangkan proyek adalah upaya yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan,

sasaran dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana

serta sumber daya yang tersedia, yang harus diselesaikan dalam jangka waktu

tertentu (Dipohusodo, 1996:9). Menurut Husen (2009:4), proyek adalah

gabungan dari sumber-sumber daya seperti manusia material, peralatan, dan

modal/ biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk

mencapai sasaran dan tujuan. Sebuah proyek adalah usaha yang kompleks,

tidak rutin, yang dibatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya, dan spesifikasi

kinerja yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan (Larson,

2006:3). Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpukan beberapa pengertian

dari manajemen proyek. Manajemen proyek adalah penerapan ilmu

pengetahuan, keahlian dan keterampilan,

cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk

mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil

yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu serta keselamatan

kerja (Husen 2009:4).

Menurut Ervianto (2005:21), manajemen proyek adalah semua perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan)

hingga berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek secara tepat

waktu, tepat biaya dan tepat mutu. Ruang lingkup proyek, diantaranya

meliputi:

• Menentukan waktu dimulai proyek .

• Perencanaan lingkup dari proyek yang akan dikerjakan.

• Pendefinisian dari ruang lingkup proyek.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

29

• Verifikasi proyek dan kontrol atas perubahan yang mungkin saja terjadi

ketika proyek tersebut dimulai. Inilah 3 garis besar untuk berlangsungnya

suatu proyek. Terdapat 3 (tiga) garis besar untuk menciptakan berlangsungnya

suatu proyek, diantaranya meliputi:

2.4.1 Pengertian Perencanaan Suatu Proyek

Untuk mencapai sebuah tujuan, suatu proyek membutuhkan suatu

perencanaan yang benarbebar matang. Yaitu dengan meletakkan dasar dari tujuan

dan sasaran dari suatu proyek sekaligus menyiapkan semua program teknis dan

menyiapkan administrasi supaya dapat diimplementasikan. Tujuannya yaitu

supaya memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditentukan dalam batasan waktu,

mutu, biaya maupun keselamatan kerja. Perencanaan suatu proyek dilakukan

dengan cara studi kelayakan, rekayasa nilai, perencanaan area dari manajemen

proyek (Seperti: waktu, biaya, mutu, kesehatan, lingkungan,keselamatan kerja,

sumber daya, resiko dan sistem informasi).

2.4.2 Penjadwalan Perencanaan

Merupakan implementasi dari perencanaan yang bisa memberikan

informasi mengenai jadwal rencana dan kemajuan proyek yang meliputi sumber

daya (biaya, tenaga kerja, peralatan, dan material), durasi dan juga progres waktu

untuk menyelesaikan proyek. Penjadwalan proyek yang mengikuti perkembangan

proyek dengan berbagai macam permasalahannya. Proses monitoring dan juga

updating selalu dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang realistis supaya

sesuai dengan tujuan proyek tersebut. Terdapat beberapa metode untuk mengelola

penjadwalan proyek, diantaranya yaitu Kurva S (hanumm Curve), Barchart,

Penjadwalan Linear (diagram Vektor), Network Planning serta waktu dan durasi

kegiatanna. Jika terjadi penyimpangan terhadap rencana awal, maka

dilakukanlah evaluasi dan tindakan koreksi supaya proyek tetap berada dijalur

yang diharapkan. Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil

perencanaan. Yang dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan

kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja,

peralatan dan material serta rencana durasi proyek dan progres waktu untuk

menyelesaikan proyek. Dalam proses penjadwalan, penyusunan kegiatan dan

hubungan antar kegiatan dibuat lebih terperinci dan sangat detail. Hal ini

dimaksudkan untuk membantu pelaksanaan evaluasi proyek. Penjadwalan atau

scheduling adalah pengalokasian waktu yang tersedia melaksanakan masing –

masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu proyek hinggah tercapai hasil

optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan – keterbatasan yang ada.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

30

Selama proses pengendalian proyek, penjadwalan mengikuti per-kem-bangan

proyek dengan berbagai permasalahannya. Proses monitoring serta updating selalu

dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang paling realistis agar alokasi

sumber daya dan penetapan durasinya sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek.

Secara umum penjadwalan mempunyai manfaat – manfaat seperti berikut :

• Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan / kegiatan mengenai batas –

batas waktu untuk mulai dan akhir dari masing – masing tugas.

• Memberikan sarana bagi manajemen untuk koordinasi secara sistematis

dan relistis dalam penentuan alokasi prioritas terhadap sumber daya dan

waktu.

• Memberikan saran untuk menilai kemajuan pekerjaan.

• Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan, dengan harapan

proyek dapat selesai sebelum waktu yang di tetapkan.

• Memberikan kepastian waktu pelaksanaan pekerjaan.

• Merupakan sarana penting dalam pengendaliaan proyek.

Kompleksitas penjadwalan proyek sangat dipengaruhi oleh faktor – faktor

berikut :

Sasaran dan tujuan proyek.

• Keterkaitan dengan proyek lain agar terintegrasi dengan master schedule.

• Dana yang di perlukan dan dana yang tersedia.

• Waktu yang di perlukan, waktu yang tersedia, serta perkiraan waktu yang

hilang dan hari – hari libur.

• Susunan dan jumlah kegiatan proyek serta keterkaitan di antaranya.

• Kerja lembur dan pembagian shift kerja untuk mempercepat proyek.

• Sumber daya yang di perlukan dan sumber daya yang tersedia.

• Keahlian tenaga kerja dan kecepatan mengerjakan tugas.

• Makin besar skala proyek, semakin kompleks pengelolaan

penjadwalan karena dana yang di kelolah sangat besar, kebutuhan dan

penyediaan sumber daya juga besar, kegiatan yang di lakukan sangat

beragam serta durasi proyek menjdi sangat panjang.

Oleh karena itu, agar penjadwalan dapat diimplementasikan, digunakan cara

– cara atau metode teknis yang sudah digunakan seperti metode penjadwalan

proyek. Kemampuan scheduler yang memadai dan bantuan software

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

31

komputer untuk penjadwalan dapat membantu memberikan hasil yang

optimal.

2.4.3 Metode Penjadwalan Proyek

Ada beberapa metode penjadwalan proyek yang digunakan untuk

mengelolah waktu dan sumberdaya proyek. Masing – masing metode mempunyai

kelebihan dan kekurangan. Pertimbangan penggunaan metode – metode tersebut

didasarkan atas kebutuhan dan hasil yang ingin di capai terhadap kinerja

penjadwalan. Kinerja waktu akan berimplikasi terhadap kinerja biaya, sekaligus

kinerja proyek secara keseluruhan. Oleh karena itu, variabel –variabel yang

mempengaruhinya juga harus di monitor, misalnya mutu, keselamatan kerja,

ketersediaan peralatan dan material, serta stakeholder yang terlibat. Bila terjadi

penyimpangan terhadap rencana semula, maka dilakukan evaluasi dan tindakan

koreksi agar proyek tetap pada kondisi yang di inginkan.

• WAKTU DAN DURASI KEGIATAN

Dalam konteks penjadwalan, terdapat dua perbedaan, yaitu waktu (Time) dan

kurun waktu (duration). Bila waktu menyatakan siang/malam, sedangkan kurun

waktu atau durasi menunjukan lama waktu yang dibutuhkan dalam melakukan

suatu kegiatan, seperti lamanya waktu kerja dalam satu hari adalah 8 Jam.

Melakukan durasi suatu kegiatan bisanya dilandasi volume pekerjaan dan

produktivitas crew/kelompok pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

Produktivitas didapat dari pengalaman crew melakukan suatu kegiatan yang telah

dilakukan sebelum atau database perusahaan.

• BAGAN BALOK (Barchart)

Barchart ditemukan oleh Gantt dan Fredick W. Tailor dalam bentuk bagan

balok, dengan panjang balok sebagai representasi dari durasi setiap kegiatan.

Format bagan baloknya informatif, mudah dibaca dan efektif untuk

dikomunikasi serta dapat dibuat dengan mudah dan sederhana. Bagan balok

terdiri atas sumbu-Y yang dinyatakan kegiatan atau paket kerja dari lingkup

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

32

proyek, sedangkan sumbu-X menyatakan satuan waktu dalam hari, minggu,

atau bulan sebagai durasi. Pada bagan ini juga dapat ditentukan Milestone /

Baseline sebagai bagian target yang harus diperhatikan guna kelancaran

produktifitas proyek secara keseluruhan. Untuk proses updating, bagan balok

dapat diperpendek atau diperpanjang dengan memperhatikan total floatnya,

yang menunjukan bahwa durasi kegiatan akan bertambah atau berkurang sesuai

kebutuhan dalam perbaikan jadwal. Penyajian informasi bagan balok agak

terbatas, misal hubungan antar kegiatan tidak jelas dan lintasan kritis kegiatan

proyek tidak dapat diketahui. Karena urutan kegiatan kurang terinci, maka bila

terjadi keterlambatan proyek, prioritas kegiatan yang akan dikoreksi menjadi

sukar untuk dilakukan.

• KURVA S ATAU HANUMM CURVE

Kurva s adalah sebuah ghrafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm

atas dasar pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir

proyek. Kurva S dapat menunjukan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan,

waktu dan bobot pekerjaan yang direpresentasikan sebagai persentase kumulatif

dari seluruh kegiatan proyek. Visualisasi Kurva S dapat memberikan informasi

mengenai kemajuan proyek dengan membandingkannya terhadap jadwal

rencana. Dari sinilah diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan

jadwal proyek. Indikasi tersebut dapat menjadi informasi awal guna melakukan

tindakan koreksi dalam proses pengendalian jadwal. Tetapi informasi tersebut

tidak detail dan hanya terbatas untuk menilai kemajuan proyek. Perbaikan lebih

lanjut dapat menggunakan metode lain hyang dikombinasikan, misal dengan

metode bagan balok yang dapat digeser –geser dan network plaining dengan

memperbaharui suber daya maupun waktu pada masing – masing kegiatan.

Untuk membuat kurva S, jumlah persentase kumulatif bobot masing – masing

kegiatan pada suatu periode diantara durasi proyek diplotkanterhadap sumbu

vertikal sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis, akan membentuk

kurva S. Bentuk demikian terjadi karena volume kegiatan pada bagian awal

biasanya masih sedikit, kemudian pada pertengahan meningkat dalam jumlah

cukup besar, lalu pada akhir proyek volume kegiatan kembali mengecil.

Untuk menentukan bobot pekerjaan, pendekatan yang dilakukan dapat berupa

perhitungan persentase berdasarkan biaya per item pekerjaan / kegiatan dibagi

nilai anggaran, karena satuan biaya dapat dijadikan bentuk persentase sehingga

lebih mudah untuk menghitungnya.

2.4.3.1 Metode Penjadwalan Linier ( Diagram Vektor )

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

33

Metode ini biasanya sangat efektif dipakai untuk proyek dengan

jumlah kegiatan relatif sedikit dan banyak digunakan untuk penjadwalan

dengan kegiatan yang berulang seperti pada proyek konstruksi jalan raya,

runway bandar udara, terowongan / tunnel atau proyek industri manufaktur.

Metode ini sangat memuaskan untuk diterapkan pada proyek – proyek tersebut

karena menggunakan sumber daya manusia yang relatif lebih kecil dan variasi

keterampilan pada suatu pekerjaan/kegiatan tidak sebanyak pada proyek yang

lain. Metode ini juga cukup efektif untuk digunakan pada proyek bangunan

gedung bertingkat dengan keragaman masing – masing tingkat bangunan relatif

sama. Pada proyek yang cukup besar, metode ini membantu memonitor progres

beberapa kegiatan tertentu yang berada dalam suatu penjadwalan keseluruhan

proyek. Hal ini dapat dilakukan bila metode ini dikombinasikan dengan metode

network, karena metode penjadwalan linier dapat memberikan informasi

tentang kemajuan proyek yang tidak dapat di tampilkan oleh metode network.

2.4.3.2 Metode Penjadwalan Network Planning

Network planning diperkenalkan pada tahun 50-an oleh tim perusahaan

Du-pont dan rand corporation untuk mengembangkan sistem kontrol manajemen.

Metode ini dikembangkan untuk mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang

memiliki ketergantungan yang kompleks. Metode ini relatif lebih sulit, hubungan

antar kegiatan jelas, dan dapat memperlihatkan kegiatan kritis. Dari informasi

network planning-lah monitoring serta tindakan koreksi kemudian dapat dilakukan,

yakni dengan memperbaharui jadwal. Akan tetapi, metode ini perlu

dikombinasikan dengan metode lainnya agar lebih informatif.

Tahapan penyusunan network SCHEDULING :

1. Menginfentarisasi kegiatan – kegiatan dari paket WBS berdasarkan item

pekerjaan, lalu diberi kode kegiatan untuk memudahkan identifikasi.

2. Memperkirakan durasi setiapkan dengan mempertimbangkan dengan janis

pekerjaan, volume pekerjaan, jumlah sumberdaya, lingukungan kerja, serta

produktifitas pekerja.

3. Penentuan logika ketergantungan antara kegiatan dilakukan dengan tiga

kemungkinan hubungan, yaitu kegiatan yang mendahului (predecessor), kegiatan

yang didahului (successor), serta bebas.

4. Perhitungan analisis waktu serta alokasi sumber daya, dilakukan setelah langkah –

langkah diatas dilakukan dengan akurat dan teliti.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

34

Manfaat penerapan network scheduling :

1. Penggambaran logika hubungan antar kegiatan, membuat perencanaan proyek

menjadi lebih rinci dan detail.

2. Dengan memperhitungkan dan mengetahui waktu terjadinya setiap kejadian yang

ditimbulkan oleh satu atau beberapa kegiatan, kesukaran – kesukaran yang bakal

timbul dapat diketahui jauh sebelum terjadi sehingga tindakann pencegahan yang

diperlukan dapat dilakukan.

3. Dalam network planning dapat terlihat jelas waktu penyelesaian yang dapat

ditunda atau harus disegerakan.

4. Membantu mengomunikasikan hasil network yang ditampilkan.

5. Memungkinkan dicapainya hasil proyek yang lebih ekonomis dari segi biaya

langsung (direct cost) serta penggunaan sumber daya.

6. Berguna untuk menyelesaikan klaim yang diakibatkan oleh keterlambatan

dalam menentukan pembayaran kemajuan pekerjaan, menganalisis

cashflow, dan pengendalian biaya.

7. Menyediakan kemampuan analisis untuk mencoba mengubah sebagian dari

proses, lalu mengamatai efek terhadap proyek secara keseluruhan.

8. Terdiri atas metode Activity On Arrow dan Activity On Node (precedence

Diagram Method).

2.4.3.3 Penjadwalan Sumber Daya

Penjadwalan sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan, material dan

modal / biaya dapat merupakan bagian dari master schedule atau dapat juga

sebagai bagian yang terpisah darinya sebagai subschedul. Untuk proyek yang

cukup kompleks, pemilihan schedule sumber daya dari master schedule, dengan

detailnya dilakukan pada subschudele adalah langkah terbaik untuk memudahkan

monitoring, tujuan penjadwalan sumber daya adalah memastikan jumlah atau

jenis sumber daya dapat diketahui sejak awal dan tersedia bila dibutuhkan. Tetapi

bila ketersediaan sumber daya terbatas, maka biasanya durasi proyek menjadi

lebih lambat dari yang direncanakan. Sebaliknya, dengan menambah jumlah

sumber daya, durasi proyek dapat di percepat. Bila ketersediaan sumber daya

cukup tetapi distribusi selama berlangsungnya proyek berfluktuasi, maka hal ini

akan mengurangi tingkat efektifitas dan efesiensi pengguna sumberdaya. Bila

jumlah sumber daya dimiliki terbatas dan ketersediaanya tidak mencukupi,

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

35

sedangkan durasi adalah batasan kurun waktu proyek, maka penjadwalan dapat

dilakukan dengan perataan sumber daya (resources leveling).

• PENJADWALAN SUMBER DAYA YANG TERBATAS

Sumber daya yang terbatas adalah salah satu alasan mengapa

penjadwalan diperlukan. Penjadwalan dimaksudkan supaya

pelaksanaan proyek tetap dapat berlangsung, caranya dengan

mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang terbatas tersebut yang

diusahakan juga durasi proyeknya tidak menjadi terlalu lambat. Sumber

daya yang terbatas karena ketersediaannya yang memang langkah dapat

membuat masalah besar bagi pelaksanaan proyek, karena hal ini akan

memengaruhi durasi proyek. Makin sedikit jumlah ketersediaannya,

durasi proyek akan semaki lama karena banyak kegiatan yang tidak

dapat dilakukan. Akibatnya adalah adanya sangsi dari pemilik proyek

yang berupa denda atau pemutusan hubungan kerja sepihak karena

keterlambatan proyek. Oleh karena itu, perencanaan sumberdaya yang

langkah seperti peralatan / mesin dengan teknologi tinggi, tukang

khusus ukir/pahat, dan material yang harus di impor, peralatan yang

memerlukan impor dari luar negeri, harus dibuat sebaik mungkin agar

durasi kegiatannya tidak terganggu.

Ada dua jenis batasan yang harus di perhatikan dalam penjadwalan

proyek, karena batasan tersebut berpengaruh terhadap waktu kerja dari

suatu kegiatan. Dua batasan tersebut adalah :

1. Batasan hungungan kegiatan, batasan yang diakibatkan oleh

hubungan antar kegiatan pada beberapa kegiatan.

2. Batasan kondisi sumber daya, batasan yang diakibatkan oleh

ketidaktersediaan sumber daya.

Selain itu, ada empat aturan yang dapat diterapkan pada penjadwalan proyek

dalam hubungannya dengan alokasi sumber daya yang terbatas, yaitu :

1. Memprioritaskan kegiatan yang mempunyai batasan kegiatan – kegiatan

dengan sumber daya maksimum, lalu dilakukan penjadwalan terhadap

kegiatan tersebut dengan basis kontinyu.

2. Memprioritaskan pada kegiatan kritis atau mendekati kritis dengan total

float paling rendah, lalu dilakukan penjadwalan terhadap kefitan tersebut

dengan cara basis kontinyu.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

36

3. Memprioritaskan pada kegiatan yang mempunyai durasi paling pendek,

lalu dilakukan penjadwalan terhadap kegiatan tersebut dengan cara basis

kontinyu.

4. Setelah salah satu dari tiga aturan diatas terpenuhi, dilakukan pada

kegiatan dengan prioritas rendah dengan cara basis terputus, kemudian

dilakukan interupsi oleh kegiatan yang lebih tinggi prioritasnya.

• PERATAAN SUMBER DAYA

Perataan sumber daya adalah meratakan frekuensi alokasi sumber daya

dengan memastikan bahwa jumlah / jenis sumber daya dapat diketahui dari

awal dan tersedia bila dibutuhkan. Biasanya bila jumlah sunber daya di

kurangi, durasi akan bertambah, sebaiknya bila jumlah sumber daya ditambah,

durasi akan berkurang. Tujuan dari perataan sumber daya adalah untuk

menjadwalkan kegiatan pada proyek yang disesuaikan dengan ketersediaan

sumber daya dan pola penyebaran yang logis sehingga durasi proyek tidak

melampaui batas berlebihan. Variasi penyebaran sumber daya dari suatu

periode ke periode lainnya diusahakan dapat tetap pada suatu batas minimum

kebutuhannya, sehingga hasil yang dicapai dapat memenuhi sesuai dengan

kemampuan dan ketersediaan sumber daya yang ada. Hal lain yang perlu

diperhatikan dalam perataan sumber daya adalah mengidentifikasi sumber

daya yang terbatas dan yang dibutuhkan untuk seluruh jumlah durasi dari

suatu proyek. Ini karena alokasi sumber daya yang langkah dan

ketersediaannya terbatas harus di prioritaskan. Bila ketersediaannya tidak

mencukupi, pengadaannya akan menimbulkan biaya yang lebih tinggi.

Perataan sumberdaya dimaksudkan agar alokasi tingkat pemakaian sumber

daya dapat di ketahui sehinggah penyelesaian proyek menjadi laebih logis.

Dalam perataan sumber daya, biasanya durasi proyek dianggap tetap,

sedangkan jumlah sumber daya diatur sedemikian rupa sehingga sesuai

dengan ketersediaan. Metode perataan sumber daya bertujuan mendapatkan

pola kebutuhan sumber daya yang sesuai. Metode ini dapat dilakukan dengan

cara :

1. Memulai seluruh kegiatan proyek berada diantara waktu mulai awal

dan waktu mulai paling lambat, sehingga durasi proyek tidak

bertambah.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

37

2. Berdasarkan ketersediaan waktu yang dibatasi dengan mengatur

sumber daya yang dibutuhkan yang jumlah dan pola penyebarannya

diatur sedemikian rupa.

3. Berdasarkan ketersediaan sumber daya yang terbatas karena

kelangkaan dengan menambah durasi proyek sehinggah proyek

dapat menjadi lebih lambat dari yang dirancanakan.

4. Berdasarkan penjadwalan dengan membuat diagram batang non

kontinyu dengan mengintrupsi suatu kegiatan oleh kegiatan yang

lainnya.

Dari semua hal diatas, perataan sumber daya dimaksudkan untuk meningkatkan

produktifitas, efektifitas dan efesiensi dan penggunaannya, menjaga pola

penyebaran yang logis dari segi kuantitas serta menempatkan kualitas sumber

daya yang sesuai dengan kebutuhan proyek dan diharapkan dengan durasi yang

tidak berubah. Dengan demikian alokasi distribusi sumber daya yang

proporsional akan memberikan keuntungan bagi proyek sehingga pemanfaatan

sumber dayanya terencana dengan baik dan hal ini akan mempengaruhi juga

sebagi kinerja proyek secara keseluruhan.

2.5 Mengukur Kinerja Biaya dan Waktu

Dalam penentuan kinerja proyek dengan cara earned value atau nilai

hasil, informasi yang diberikan berupa indikator dalam bentuk kuantitatif,

yang menampilkan informasi progress biaya dan jadwal proyek. Indikator ini

menginformasikan posisi kemajuan proyek dalam jangka waktu tertentu serta

dapat memperkirakan proyeksi kemajuan proyek pada periode selanjutnya.

Indikator – indikator tersebut adalah sebagai berikut :

1. BCWS (Budgeted Cost of Work Schedule), menggambarkan anggaran

rencana sampai pada periode tertentu terhadap volume rencana yang akan

dikerjakan.

2. BCWP (Budgeted Cost of Work Performed), menggambarkan anggaran

rencana proyek pada periode tertentu terhadap apa yang telah dikerjakan pada

volume pekerjaan aktual.

3. ACWP (Actual Cost of Work Performed) menggambarkan anggaran aktual

yang dihabiskan untuk pelaksanaan pekerjaan pada keadaan volume pekerjaan

actual.

Berbekal ketiga indikator tersebut, pengukuran kinerja biaya dan waktu untuk

metode Earned Value menggunakan 3 jenis kurva S sebagai nilai kumulatif

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

38

biaya dengan fungsi waktu, yang terintegrasi dalam satu tampilan yang terdiri

atas nilai kumulatif biaya : BCWS, BCWP dan ACWP.

Kemudian dilakukan analisis terhadap penyimpangan yang terjadi pada biaya

dan waktu/jadwal dengan cara mengukurnya, diuraikan di bawah ini.

1. Penyimpangan Jadwal/Waktu.

a. SV (Scheduling Variance) = BCWP – BCWS

SV > 0, progres aktual > rencana : terjadi percepatan proyek terhadap rencana

(schedule underrun)

SV < 0 , progres aktual < rencana : terjadi keterlambatan proyek terhadap

rencana(schedule overrun)

b. SPI (Schedule Performance Index) = BCWP / BCWS

SPI > 1, progres aktual > rencana: terjadi percepatan proyek terhadap rencana

(Schedule underrun)

SPI < 1, progres aktual < rencana : terjadi keterlambatan proyek terhadap

rencana (Schedule overrun)

2. Penyimpangan Biaya

a. CV (Cost Variace) = BCWP – ACWP

CV > 0, biaya volume aktual > biaya aktual (Cost underrun)

CV < 0, biaya volume aktual < biaya aktual (cost overrun)

b. CPI (Cost Performance Index) = BCWP / ACWP

CPI > 1, biaya volume aktual > biaya aktual (Cost underrun)

CPI < 1, biaya volume aktual < biaya aktual (cost overrun)

Dengan menghitung indeks – indeks seperti diatas akan terlihat bahwa proyek

akan terlambat atau lebih cepat dan biaya yang harus dikeluarkan akan

berlebih atau kurang dari yang dianggarkan, maka kemajuan proyek untuk

waktu yang akan datang perlu diramalkan dengan cara seprti di bawah ini.

1. Perkiraan penyelesaian proyek (Estimated Completion Date)

ECD = (Sisa waktu / SPI) + Waktu terpakai

Persentas keterlambatan/percepatan = 100% – ECD/Jadwal Rencana x

100%

2. Perkiraan Biaya Penyelesaian Proyek (Estimate at Completion)

EAC = Sisa Anggaran/CPI + ACWP

= (Total Biaya – BCWP) / CPI + ACWP

Persentase biaya penambahan/penurunan biaya aktual terhadap

anggaran biaya = 100% – EAC/Total Biaya x 100%

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

39

3. Earned Value (nilai hasil) = BCWPnth (biaya penyelesaian volume

pekerjaan pada periode tertentu)

Ketiga hal diatas adalah indikator yang dihitung pada

baseline/milestone yang telah ditentukan, sehingga nilai – nilai yang

didapat menunjukan progres proyek yang pada periode tersebut dan

progres proyek dari segi biaya dan waktu untuk penyelesaian pada

masa yang akan datang.

sumber : Manajemen proyek penulis Ir.Abrar Husen , MT

2.6 Definisi Manajemen Waktu

Manajemen waktu adalah tahapan mendefinisikan proses-proses yang perlu

dilakukan selama proyek berlangsung berkaitan dengan penjaminan agar proyek

dapat berjalan tepat waktu dengan tetap memperhatikan keterbatasan biaya serta

penjagaan kualitas produk / servis / hasil unik dari proyek. Manajemen waktu

sendiri adalah bagi setiap proyek Dewasa ini manajemen proyek sangat dibutuhkan

untuk menyelesaikan persoalan konstruksi, baik dalam skala besar maupun skala

kecil. Manajemen proyek sendiri adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen secara

sistematis pada suatu proyek, dengan menggunakan resource/sumber daya (manusia,

barang dan peralatan) secara efektif dan efisien agar tujuan proyek tercapai secara

optimal .

Sedangkan manajemen waktu proyek adalah pengelolaan suatu proyek yang

mencakup proses pelingkupan, perencanaan, penyediaan staf, pengorganisasian, dan

pengontrolan suatu proyek. Manajemen proyek yang efektif adalah bagaimana

merencanakan, mengelola dan menghantarkan proyek tepat waktu dan dalam

rentang anggaran. Jika dalam mengerjakan tugas dan menggunakan alat dan bahan,

manusia tidak dibatasi oleh waktu dan biaya tentu saja manajemen proyek tidak

diperlukan. Kunci sukses manajemen proyek adalah pengetahuan seorang manajer

proyek tentang pemanfaatan tiga hal yang saling berkaitan dan mempengaruhi,

ketiga hal tersebutadalah uang, waktu dan cakupan pekerjaan Mengatur suatu

proyek, hal yang paling penting adalah merencanakan proyek itu dengan sangat hati-

hati dan teliti untuk menciptakan hasil yang optimal. (Wiyanti, 2007).

Manajemen waktu pada suatu proyek (Project Time Management)

memasukkan semua proses yang dibutuhkan dalam upaya untuk memastikan waktu

penyelesaian proyek (PMI 2000). Ada lima proses utama dalam manajemen waktu

proyek, yaitu:

1. Pendefinisian Aktivitas. Merupakan proses identifikasi semua aktivitas spesifik

yang harus dilakukan dalam rangka mencapai seluruh tujuan dan sasaran proyek

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

40

(project deliveriables). Dalam proses ini dihasilkan pengelompokkan semua

aktivitas yang menjadi ruang lingkup proyek dari level tertinggi hingga level

yang terkecil atau disebut Work Breakdown Structure (WBS).

2. Urutan Aktivitas. Proses pengurutan aktivitas melibatkan identifikasi dan

dokumentasi dari hubungan logis yang interaktif. Masing-masing

aktivitas harus diurutkan secara akurat untuk mendukung pengembangan

jadwal sehingga diperoleh jadwal yang realisitis. Dalam proses ini dapat

digunakan alat bantu komputer untuk mempermudah pelaksanaan atau

dilakukan secara manual. Teknik secara manual masih efektif untuk

proyek yang berskala kecil atau di awal tahap proyek yang berskala besar,

yaitu bila tidak diperlukan pendetailan yang rinci.

3. Estimasi Durasi Aktivitas. Estimasi durasi aktivitas adalah proses pengambilan

informasi yang berkaitan dengan lingkup proyek dan sumber daya yang

diperlukan yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan estimasi durasi atas

semua aktivitas yang dibutuhkan dalam proyek yang digunakan sebagai input

dalam pengembangan jadwal. Tingkat akurasi estimasi durasi sangat tergantung

dari banyaknya informasi yang tersedia.

4. Pengembangan Jadwal. Pengembangan jadwal berarti menentukan kapan suatu

aktivitas dalam proyek akan dimulai dan kapan harus selesai. Pembuatan jadwal

proyek merupakan proses iterasi dari proses input yang melibatkan estimasi

durasi dan biaya hingga penentuan jadwal proyek.

5. Pengendalian Jadwal. Pengendalian jadwal merupakan proses untuk

memastikan apakah kinerja yang dilakukan sudah sesuai dengan alokasi waktu

yang sudah direncanakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian

jadwal adalah:

a) Pengaruh dari faktor-faktor yang menyebabkan perubahan jadwal dan

memastikan perubahan yang terjadi disetujui.

b) Menentukan perubahan dari jadwal.

c) Melakukan tindakan bila pelaksanaan proyek berbeda dari perencanaan awal

proyek.

(Biemo W. Sumardi, Muhamad Abduh, Reini D. Wirahadikusumah, Nuruddin

Pujoartanto; 2007)

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu 2.1 ...repository.untag-sby.ac.id/1307/3/BAB II.pdf · keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

41