Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
25
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sangat penting digunakan sebagai acuan atau dasar
pijakan dalam rangka penyusunan Tugas Akhir ini. Kegunaannya untuk mengetahui
hasil yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu.
2.1.1 “Analisa Penyebab Keterlambatan Proyek Pembangunan Sidoarjo
Town Square Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (FTA)”
Ridhati Amalia, Mohammad Arif Rohman, Cahyono Bintang
Nurcahyo,2012.
Setiap proyek konstruksi pada umumnya mempunyai rencana
pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan tertentu, kapan pelaksanaan proyek
tersebut harus dimulai, kapan proyek tersebut harus diselesaikan, bagaimana
proyek tersebut akan dikerjakan, serta bagaimana penyediaan sumber
dayanya. Diharapkan dalam pelaksanaanya tidak terjadi keterlambatan
karena keterlambatan yang terjadi akan mengakibatkan meningkatnya biaya
proyek. Namun, dalam pelaksanaan proyek pembangunan Sidoarjo Town
Square mengalami keterlambatan. Metode yang direncanakan dalam
pembahasan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya
keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain
Cut Set (MOCUS). Didapatkan bahwa item pekerjaan yang mengalami
keterlambatan yaitu: pekerjaan struktur GWT STP, pekerjaan finishing
fasade dan canopy, dan pekerjaan atap. Dari hasil analisa FTA dari ketiga
top event, didapatkan bahwa keterlambatan terjadi dikarenakan perubahan
desain serta perijinan, dimana keduanya akibat faktor penyebab
keterlambatan dari pihak owner. rencana suatu proyek konstruksi selalu
mengacu pada perkiraan yang ada pada saat rencana pembangunan jadwal
tersebut dibuat, karena itu masalah dapat timbul apabila ada ketidaksesuaian
antara rencana yang telah dibuat dengan pelaksanaannya. Sehingga
dampak yang sering terjadi adalah keterlambatan waktu pelaksanaan proyek
yang disertai dengan meningkatnya biaya pelaksanaan proyek. Dalam
pelaksanaan proyek pembangunan Sidoarjo Town Square (SITOS), proyek
ini mengalami keterlambatan. Keterlambatan yang terjadi dalam proyek
pembangunan Sidoarjon Town Square, disebabkan oleh faktor-faktor yang
menyebabkan proyek ini terlambat. Metode analisa yang digunakan untuk
mengetahui mekanisme faktor-faktor penyebab keterlambatan adalah metod
5
Fault Tree Analysis (FTA). Sedangkan untuk mengetahui kombinasi faktor-faktor
penyebab keterlambatan dengan menggunakan Method Obtain Cut Set (MOCUS).
2.1.2 “Pemodelan Risiko Pendapatan Proyek Infrastruktur Jalan Tol dengan
Pendekatan Fault Tree Analysis” Trisita Novianti, 2011.
Penelitian ini menggunakan alat bantu berupa metode Delphi yang
berfungsi sebagai media untuk diskusi para pakar yang tidak langsung (vitual
discussion), fault tree analysis yang berfungsi sebagai pemetaan intuisi para pakar
dan digunakan untuk pemodelan konseptual yang dibangun dari kejadian-kejadian
penyebab risiko. Hasil top level event tervalidasi di model fault tree analysis yang
didapat di penelitian ini adalah: kerugian pendapatan yang disebabkan oleh risiko
tarif (event dengan kode A); kerugian pendapatan yang diakibatkan oleh risiko
volume lalu lintas/volume lalu lintas sepi (event dengan kode B); kerugian
pendapatan yang disebabkan oleh adanya force majeure (event dengan kode C; dan
kerugian pendapatan yang disebabkan oleh kejadian-kejadian non-revenue (event
dengan kode D). Pada tahun 1970-an investasi ke Indonesia berkurang hingga di
atas 10% dari total Produk Domestik Bruto nasional, tahun 1980-an hingga 2002
turun sebesar 3%. Dampak krisis finansial di tahun 1997, pemerintah menunda
proyek di berbagai sektor yang menyebabkan investasi proyek infrastruktur di
Indonesia menjadi terhenti. Rencana pemerintah Indonesia adalah untuk
memperoleh average annual pertumbuhan Produk Domestik Bruto di atas 6,6%
pada lima tahun kedepan dari tahun 2006. Pengembangan infrastruktur adalah pilar
dari rencana pengembangan ekonomi lima tahun ke depan. Rencana proyek
infrastruktur yang akan dikembangkan adalah sebanyak 91 proyek. Proyek yang
dikembangkan adalah yang berhubungan dengan energi dan pertambangan (oli,
gas, dan petrokimia), transportasi (jalan tol, bandara dan pelabuhan laut),
telekomunikasi, dan lingkungan (air dan sanitasi). Pemerintah Indonesia
menyatakan pada akhir Januari 2005 tender untuk proyek infrastruktur yang
diprioritaskan adalah sekitar $22,5 Milyar (Indonesia Infrastructure Summit,
2005).
2.1.3 “Penjadwalan Berdasarkan Analisis Faktor-Faktor Penyebab
Keterlambatan Proyek Reparasi Kapal Dengan Metode Fault tree
Analyis” Laura Karennina Padaga, Imam Rochani, Yeyes Mulyadi,
2018.
Reparasi kapal merupakan sebuah proyek yang singkat dalam
prosesnya sehingga waktu merupakan elemen kritis sebagai parameter
penyelesaian. Keterlambatan waktu merupakan suatu peristiwa yang dapat
6
terjadi pada setiap proyek. Suatu proyek cenderung mengalami
keterlambatan apabila buruknya manajemen proyek dan juga kesalahan-
kesalahan yang disebabkan oleh sumber daya manusia didalamnya. Tugas
akhir ini menganalisa faktor penyebab keterlambatan pada proyek reparasi
kapal MV. Blossom dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis
(FTA) serta membuat rencana baru penjadwalan proyek agar dapat dijadikan
sebagai acuan supaya proyek dapat selesai sesuai dengan jangka waktu yang
telah ditentukan dengan menggunakan Critical Path Method (CPM). Dari
hasil analisa metode FTA didapatkan tiga peluang basic event penyebab
utama keterlambatan proyek sebesar 0.33196 untuk peralatan kerja terbatas,
0.22502 untuk peralatan jarang dirawat, dan 0.12393 untuk jumlah tenaga
kerja kurang. Untuk hasil penjadwalan ulang dengan CPM didapatkan
bahwa proyek dapat selesai dalam waktu 41 hari yang semula berdurasi 101
hari.
2.1.4 “Analisis Defect Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (FTA)
Berdasarkan Data Ground Finding Sheet (GFS) PT. GMF Aeroasia ”
Tara Ferdiana & Ilham Priadythama.
PT. GMF AeroAsia menggunakan suatu sistem Ground Finding
Sheet sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kualitas kabin. GFS
digunakan untuk mencatat berbagai temuan kerusakan yang ada beserta
penyebabnya. Dari data GFS yang didapat dari bagian kontrol, banyak temuan
kerusakan atau kecacatan yang terjadi. Untuk menganalisis lebih jauh terhadap
permasalan tersebut, diperlukan pendekatan tidak hanya untuk menyelesaikan
permasalahan komponen pada kabin pesawat, tetapi juga untuk melakukan
upaya penjagaan kualitas. Pendekatan yang digunakan adalah metode Fault
Tree Analysis (FTA) karena alasan efisiensinya. Melalui pendekatan ini dapat
dilakukan perbaikan proses secara terus-menerus, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan proses dan kualitas produk. Selain itu, metode FTA
menggunakan konsep pemikiran yang mendorong untuk mengurangi cacat
dengan mencari dan menganalisis akar penyebab permasalahan yang ada sehingga
dapat dicari solusi pencegahannya. Berdasarkanhasil dari metode FTA diperoleh 15
basic event yang dapat menyebabkan defect di part kabin pesawat, yaitu diantaranya
penempelan/ pengecatan kurang sempurna, suhu ruang yang berubah ubah,
penggunaan dari konsumen, defect bawaan, perawatan kurang rutin, debu, substansi
bahan makanan, frekuensi pemakaian, tidak ada standar material, umur material,
7
tempat sulit dijangkau, warna cerah, mudah mengikat debu, operator lalai/ceroboh,
dan tidak dikalibrasi. Namun dalam hal defect akibat penggunaan dari konsumen
tidak dibahas pada kajian ini karena kajian yang dibahas focus kepada permasalahan
proses internal perusahaan.
2.1.5 “Analisis Percepatan Pelaksanaan Dengan Menambah Jam Kerja
Optimum Pada Proyek Kontruksi” Ariany Frederika, 2010.
Penelitian ini fokus pada proyek Super Villa dikarenakan
keterlambatan dalam pelaksanaannya. Dalam proyek ini penambahan jam
kerja menjadi alternatif percepatan yang digunakan. dari satu jam sampai
dengan empat jam tanpa adanya penambahan tenaga kerja. Perhitungan
dimulai dengan mencari lintasan kritis menggunakan Microsoft Project
kemudian dilakukan crashing untuk mendapatkan cost slope kegiatan yang
berada pada lintasan kritis, selanjutnya dilakukan analisis dengan metode
Time Cost Trade Off Analysis. Kemudian dibuat grafik hubungan biaya
dan waktu optimum untuk masing-masing penambahan jam kerja. Dari
hasil analisis didapat biaya optimum pada penambahan satu jam kerja
dengan pengurangan biaya dan waktu masing-masing sebesar
Rp784.104,16 dan 8 hari, sedangkan waktu optimum didapat pada
penambahan dua jam kerja, dengan pengurangan waktu dan biaya masing-
masing sebesar 14 hari, dan Rp700.377,35. Artinya, percepatan dengan
biaya optimum didapat pada penambahan satu jam kerja dan waktu
optimum didapat pada penambahan dua jam kerja.
2.1.6 “Keterlambatan Waktu Pelaksanaan Proyek Klasifikasi Dan Peringkat
dari Penyebab-penyebabnya” Budiman Praboyo (1999).
Dari penelitian diatas dapat diambil manfaatnya yaitu dapat
menemukan faktor-faktor yang sangat berperan atau mendominasi sebagai
penyebab keterlambatan, dengan maksud agar proses perencanaan dan
penjadwalan proyek konstruksi dapat dilakukan dengan lebih lengkap dan
cermat; sehingga keterlambatan sedapat mungkin dihindarkan atau
dikendalikan. Temuan penyebab penyebab keterlambatan, yang
dikonfirmasikan dengan sigi lapangan menggunakan kuesioner yang
didistribusikan kepada kontraktor, menunjukkan bahwa masalah masalah
tidak seksamanya rencana kerja, tidak tersedianya sumber daya dan
kurangnya komunikasi/koordinasi, merupakan faktor-faktor yang dominan
sebagai penyebab keterlamabatan dari sisi kontraktor. Dari sisi pemilik
proyek, masalah ketidaklengkapan dan ketidakjelasan desain dan lingkup
8
pekerjaan, masalah sistim pengawasan dan pengendalian proyek,
merupakan faktor yang dominan sebagai penyebab keterlambatan.
2.1.7 “Analisis Waktu dan Biaya Keterlambatan Pelaksanaan Pembangunan
Gedugn Hiperbarik Rumah Sakit paru Jember” Budi Witjaksana
(2011).
Penelitian ini focus pada analisis permasalahan pada waktu
pelaksanaan waktu kontrak selama 100 hari, pekerjaan ini mengalami
keterlambatan selama 21 hari. Terhitung mulai terima SPK kontraktor
bekerja selama 16 hari menyelesaikan pondasi, selanjutnya harus
menunggu pemasangan mesin Hiperbarik dari Australia. Setelah mesin
tersebut terpasang, struktur kolom baru dipasang. Sehingga mengakibatkan
keterlambatan. Dari kenyataan tersebut diperlukan penelitian yang
bertujuan untuk (1) Mendapatkan lama waktu pelaksanaan pembangunan,
(2) Mendapatkan besar biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan
pembangunan. Dari hasil diagram network, maka dapat disimpulkan
bahwa (1) pelaksanaan proyek pembangunan gedung hiperbarik rumah
sakit paru Jember dapat dilakukan selama 99 hari. (2) Biaya proyek yang
diperlukan untuk pembangunan adalah sebesar Rp Rp3,23 Milyar. Biaya
maksimum per minggu yang diperlukan pada saat kegiatan paling cepat
sebesar Rp569,50 Juta, dengan jumlah tenaga kerja maksimum per minggu
sebesar 257 orang. Setelah dilakukan pergeseran jadwal aktivitas dan
penambahan jumlah tenaga kerja, ternyata biaya proyek yang diperlukan
pada saat kegiatan mengalami keterlambatan 21 hari sebesar Rp3,36
Milyar. Biaya maksimum per minggu yang diperlukan sebesar Rp387,50
Juta dan jumlah tenaga kerja maksimum per minggu sebesar 212 orang.
Dengan demikian pelaksanaan proyek pembangunan gedung hyperbarik
rumah sakit paru Jember saat kegiatan mengalami keterlambatan 21 hari,
perlu dilakukan penambahan biaya sebesar Rp132,73 Juta yang awalnya
sebesar Rp3,23 Milyar menjadi sebesar Rp3,36 Milyar.
2.2 Metode FTA (Fault Tree Analysis)
FTA adalah teknik yang banyak dipakai untuk studi yang berkaitan dengan
resiko dan keandalan dari suatu sistem engineering. Event potensial yang
menyebabkan kegagalan dari suatu sistem engineering dan probabilitas
terjadinya event tersebut dapat ditentukan dengan FTA. Sebuah TOP event yang
merupakan definisi dari kegagalan suatu sistem (system failure), harus
ditentukan terlebih dahulu dalam mengkonstrusikan FTA. Sistem kemudian
9
dianalisa untuk menemukan semua kemungkinan yang didefinesikan pada TOP
event. FT adalah sebuah model grafis yang terdiri dari beberapa kombinasi
kesalahan (fault) secara pararel dan secara berurutan yang mungkin
menyebabkan awal dari failure event yang sudah ditetapkan.
Setelah mengidentifikasi TOP event, event-event yang memberi kontribusi
secara langsung terjadinya top event diidentifikasi dan dihubungkan ke TOP event
dengan memakai hubungan logika (logical link). Gerbang AND (AND gate) dan
sampai dicapai event dasar yang idependen dan seragam (mutually independent
basic event). Analisa deduktif ini menunjukan analisa kualitatif dan kuantitatif
dari sistem engineering yang dianalisa.
Sebuah fault tree mengilustrasikan keadaan dari komponen-komponen
sistem (basic event) dan hubungan antara basic event dan TOP event. Simbol
grafis yang dipakai untuk menyatakan hubungan disebut gerbang logika (logika
gate). Output dari sebuah gerbang logika ditentukan oleh event yang masuk ke
gerbang tersebut. Sebuah FTA secara umum dilakukan dalam 5 tahapan, yaitu:
• Mendefinisikan problem dan kondisi batas (boundary condition) dari sistem.
• Pengkontruksian fault tree.
• Mengidentifikasi minimal cut set atau minimal path set.
• Analisa kualitatif dari fault tree.
• Analisa kuantitatif fault tree.
2.2.1 Definisi Problem dan Kondisi Batas
Aktivitas pertama dari fault tree analysis terdiri dari dua step, yaitu:
• Mendefinisikan critical event yang akan dianalisa.
• Mendefinisikan boundary condition untuk analisa.
Critical event yang akan dianalisa secara normal disebut dengan
TOP event. Penting kiranya untuk bahwa TOP event harus didefinisikan
secara jelas dan tidak kabur (unambiguous). Diskripsi dari TOP event
seharusnya selalu memberikan jawaban terhadap pertanyaan apa (what),
dimana (where), dan kapan (when).
1. What
Mendiskripsikan tipe dari critical event yang sedang terjadi, sebagai
contoh kebakaran (fire).
10
2. Where
Mendiskripsikan dimana critical event terjadi, sebagai contoh critical
event terjadi di process oxidation reactor.
3. When
Mendiskripsikan dimana critical event terjadi, sebagai contoh critical
event terjadi pada saat pengoperasian normal.
Sebagai contoh TOP event yang melibatkan ketiga kriteria di atas
adalah: “Kebakaran yang terjadi di process oxidation reactor pada saat
pengoperasian normal”.
Agar analisis dapat dilakukan secara konsisten, adalah hal yang
penting bahwa kondisi batas bagi analisa didefinisikan secara hati-hati.
Dari kondisi batas, kita akan memilliki beberpa pemahaman sebagai
berikut:
• Batas fisik sistem.
Bagian mana dari sistem yang akan dmasukkan dalam analisa dan
bagian mana yang tidak?
• Kondisi awal.
Kondisi pengoperasian sistem yang bagaimana pada saat TOP event
terjadi? Apakah sistem bekerja pada kapasitas yang
penuh/sebagaian?
• Kondisi batas yang berhubungan dengnan stres eksternal.
Apa tipe stres eksternal yang seharusnya disertakan dalam analisa?
• Level dari resolusi.
• Sberapa detail kita akan mengidentifikasi berbagai alasan potential
yang menyebabkan kegagalan?
2.2.2 Pengkontruksian Metode Fault Tree Analisys
Pengkonstruksian fault tree selalu bermula dari TOP event. Oleh
karena itu, berbagai fault event yang secara langsung, penting, dan berbagai
penyebab terjadinya TOP event harus secara teliti diidentifikasi. Berbagai
penyebab ini dikoneksikan ke TOP event oleh sebuah gerbang logika. Penting
kiranya bahwa penyebab level pertama dibawah TOP event harus disusun secara
terstruktur. Level pertama ini sering disebut dengan TOP structure dari sebuah
fault tree. TOP structure ini sering diambil dari kegagalan modul-modul utama
sistem, atau fungsi utama dari sistem. Analisa dilanjutkan level demi level
sampai semua fault event telah dikembangkan sampai pada resolusi yang
11
ditentukan. Analisa ini merupakan analisa deduktif dan dilakukan dengan
mengulang pertanyaan “Apa alasan terjadinya event ini?”. Gambar 1
menunjukkan struktur fundamental dari sebuah fault tree, sedangkan tabel 1
menunjukkan berbagai simbol yang dipakai untuk mengkostruksi sebuah fault
tree.
Dalam membuat fault tree, hal pertama yang harus dilakukan
adalah mengidentifikasi potensi penyebab dari kesalahan – kesalahan yang
terjadi pada tiap part yang akan dikaji sehingga diperoleh penyebab secara
umum yang menyebabkan kecacatan part yang kemudian dijadikan acuan untuk
membuat fault tree. Setelah diketahui penyebab umum yang menyebabkan
kecacatan di tiap part, maka selanjutnya dilakukan break down secara terperinci
dalam cabang – cabang yang membentuk fault tree, sampai ditemukan kejadian
paling dasar atau disebut dengan basic event. Langkah tersebut menerangkan
semua urutan sebab dan akibat kejadian yang menyebabkan terjadinya top level
event. Dalam membangun fault tree digunakan simbol-simbol tertentu yang
digunakan untuk mewakili adanya sebab akibat yang sudah dijelaskan di bab
sebelumnya. Berikut fault tree untuk masing-masing subject part dari kabin
pesawat yang akan dianalisis.
1. Kecacatan armcap akibat peel off
Gambar 1. fault tree kecacatan armcap
12
Dari fault tree mengenai kecacatan armcap karena peel off pada gambar 1
dapat disimpulkan bahwa basic event yang menyebabkan kecacatan tersebut
antara lain penempelan / pengecatan yang kurang sempurna, tidak ada standar
pemilihan material, suhu yang berubah ubah, dan umur material. Untuk basic
event yang berasal dari kesalahan konsumen tidak dianalisis karena penelitian
ini fokus pada kecacatan yang disebabkan internal perusahaan. Armcap (Peel
Off) Proses Material Lingkungan User Pemilihan Penempe Material lan /
Pengecatan kurang sempurna.
2. Kecacatan spring pocket akibat unproper instal
Gambar 2. Fault Tree Kecacatan dari Spring Pocket
13
Dari fault tree mengenai kecacatan spring pocket karena unproper instal
pada gambar 2 dapat disimpulkan bahwa basic event yang menyebabkan
kecacatan tersebut antara lain operator lalai sehingga terjadi kesalahan dalam
pembacaan instruksi, alat bantu ukur atau jig yang digunakan tidak sesuai atau
tidak dikalibari sehingga terjadi kesalahan pada ukuran yang menyebabkan
penyetingan pada spring pocket tidak tepat. Kemudian karena defect bawaan
dari pabrik pembuatan spring pocket itu sendiri. Untuk basic event yang berasal
dari kesalahan konsumen tidak dianalisis karena penelitian ini fokus pada
kecacatan yang disebabkan internal perusahaan.
3. Kecacatan buffet dan galley akibat kotor
Gambar 3. Fault Tree Kecacatan dari Buffet and Galley
Dari fault tree mengenai kecacatan buffet and galley karena dirty /
kotor pada gambar 18 dapat disimpulkan bahwa basic event yang menyebabkan
kecacatan tersebut antara lain perawatan yang kurang rutin dan ada beberapa
tempat yang sulit dijangkau, debu, substansi bahan makanan sehingga buffet
dan galley kurang bersih. Untuk basic event yang berasal dari kesalahan
pengguna tidak dianalisis karena penelitian ini fokus pada kecacatan yang
disebabkan internal perusahaan. Spring Pocket (Unproper Instal) Proses User
14
Penggunaan dari konsumen Defect bawaan Setting tidak tepat Pembacaan
instruksi salah Operator lalai Tidak dikalibrasi Jig tidak standar Buffet and
Galley (Dirty) Proses User Penggunaan dari petugas Galley Lingkungan
Perawatan Debu kurang rutin Kurang bersih Tempat sulit dijangkau Substansi
bahan makanan
4. Kecacatan seat belt akibat missing
Gambar 4. Fault Tree Kecacatan dari Seat Belt
Dari fault tree mengenai kecacatan seat belt karena missing /
hilang pada gambar 19 dapat disimpulkan bahwa basic event yang
menyebabkan kecacatan tersebut antara lain frekuensi pemakaian yang terlalu
sering, operator yang lalai mengakibat setting / pemasangan seat belt yang tidak
sesuai instruksi sehingga seat belt tidak terpasang sempurna. Untuk basic event
15
yang berasal dari kesalahan pengguna tidak dianalisis karena penelitian ini
fokus pada kecacatan yang disebabkan internal perusahaan.
5. Kecacatan pintu akibat kotor
Gambar 5. Fault Tree Kecacatan dari Door
Dari fault tree mengenai kecacatan pintu – pintu di kabin (door)
karena kotor pada gambar 20 dapat disimpulkan bahwa basic event yang
menyebabkan kecacatan tersebut antara lain pemilihan warna – warna yang
cenderung cerah, pemilihan bahan yang mudah mengikat debu, perawatan yang
kurang rutin, iklim / suhu ruang yang berubah ubah, dan banyaknya debu. Seat
Belt (Missing) User Proses Frekuensi pemakaian Setting tidak tepat Pembacaan
instruksi salah Operator lalai Penggunaan dari konsumen Jig tidak standar Tidak
dikalibrasi Door (Dirty) Material Lingkungan Iklim yang berubah ubah
Perawatan tidak rutin Coating Pemilihan Material Proses Warna Cerah yang
mudah kotor Mudah mengikat debu Debu Tidak ada standar material Penentuan
Minimal Cut Set Dari bagan fault tree masing – masing kecacatan yang sudah di
buat, maka dicari minimal cut set untuk mengetahui akar permasalahan dari
penyebab kecacatan part kabin pesawat. Mencari minimal cut set merupakan
analisa kualitatif yang mana dipakai Aljabar Boolean. Aljabar Boolean
merupakan aljabar yang dapat digunakan untuk melakukan penyederhanaan
16
atau menguraikan rangkaian logika yang rumit dan kompleks menjadi rangkaian
logika yang lebih sederhana (Widjanarka, 2006).
2.2.3 Mengidentifikasi minimal Cut Set atau minimal Path Set
Dari laporan mingguan dan bulanan, ada 3 (tiga) dari 4 (empat) pekerjaan
yang mengalami hambatan dalam pelaksanaan-nya. Tiga pekerjaan tersebut adalah
pekerjaan persiapan, pekerjaan pasangan, dan pekerjaan beton. Sehingga, dalam
penelitian ini ditentukan 3 (tiga) top event yaitu keterlambatan pekerjaan persiapan,
keterlambatan pekerjaan pasangan, dan keterlambatan pekerjaan beton. Top event
tersebut merupakan definisi masalah dan kondisi batas dari suatu sistem pelaksanaan
proyek pembangunan gedung. Dari masing-masing top event tersebut, akan dibuat
model grafis FTA yang berisi simbol-simbol yang menyatakan kejadian yang
muncul yang menyebabkan terjadinya top event/ keterlambatan pekerjaan yang
dianalisa. Kejadian-kejadian yang memungkinkan menyebabkan terjadinya
keterlambatan akan diteliti lebih lanjut sampai ke penyebab kejadian dasarnya. Perlu
diperhatikan aturan-aturan dalam membuat model grafis FTA. Membuat model
harus teliti dalam mendeskripsikan suatu kejadian yang sifatnya berupa input dan
output, agar tidak terjadi kesalahan pada hasil analisa.
Setelah mendapat data berupa kejadian-kejadian yang
menyebabkan keterlambatan dari para responden, maka langkah selanjutnya adalah
membuat analisa yang diikuti dengan penggambaran model grafis FTA. Model
grafis FTA mempunyai beberapa simbol kejadian seperti
intermediate event, basic event, dan undeveloped event. Selain itu, juga ada simbol
gerbang dan tranfer. Simbol gerbang yang digunakan adalah simbol gerbang AND
dan OR. Serta, dipakai juga simbol transfer untuk menghubungkan antar model
grafis FTA.
17
Gambar 6 Model Grafis FTA Pekerjaan Persiapan
Sedangkan keterangan untuk nama event pada moel grafis FTA pekerjaan persiapan
diatas ditunjukkan pada Tabel dibawah ini :
18
Tabel 1 : Keterangan Model Grafis FTA Pekerjaan Persiapan
Event Keterangan Event Keterangan
A Keterlambatan pekerjaan persiapan D2 Kurangnya pengawasan
B1 Faktor pengguna jasa D3 Tidak melaksanakan peran
B2 Faktor kontraktor D4 Kurang koordinasi
B3 Faktor konsultan pengawas D5 Dokumen gambar kurang lengkap
B4 Perubahan tgl. dimulainya proyek D6 Dok. spek. teknis kurang lengkap
B5 Sumber Daya Manusia kurang D7 Dok. tender kurang lengkap
B6 Dokumen terlambat D8 Terbatasnya jumlah tenaga kerja
B7 Tenaga kerja D9 Tukang malas
B8 Tenaga ahli D10 Kontrol kurang baik
B9 Kualitas kurang baik D11 Kurang koordinasi
B10 Manajemen kurang baik D12 Tidak segera memulai pekerjaan
B11 Kurang pengalaman kerja D13 Masalah teknis dlm. memakai waktu
B12 Kecapaian D14 Tukang puasa
C Dana tidak mencukupi D15 Dikejar target
D1 Kontrol yang kurang baik E Keterlambatan tanda tangan kontrak
19
Model grafis FTA dari pekerjaan pasangan dan pekerjaan beton ditunjukkan pada
Gambar dibawah ini :
Gambar 7 Model Grafis FTA Pekerjaan Pasangan
20
Gambar 8 Model Grafis FTA Pekerjaan Beton
Sedangkan keterangan untuk nama event pada moel grafis FTA pekerjaan pasangan
dan pekerjaan beton diatas ditunjukkan pada Tabel dibawah ini :
Tabel 2 : Keterangan Model Grafis FTA Pekerjaan Pasangan dan Beton
Event Event Keterangan
Event Event Keterangan
Beton Beton Beton Beton
F P
Keterlambatan H6 R6 Kurang paham
Pekerjaan Pasangan / dokumen gambar
Beton
G1 Q1 Faktor kontraktor Kurang paham
H7 R7 dokumen spesifikasi
G2 Q2
Faktor konsultan teknis
pengawas H8 R8 Tidak profesional
21
G3 Q3
Ketersediaan material H9 R9 Pemesanan terlambat
H10 R10 Pengiriman terlambat
G4 Q4
Sumber Daya Manusia H11 R11 Kecapaian
kurang H12 R12 Lembur tidak
G5 Q5 Manajemen kurang dikerjakan
baik H13 R13 Malas
G6 Q6 Kurang pengalaman
H14 R14
Terbatasnya jumlah
kerja tukang
H15 R15 Shift jam kerja kurang
G7 Q7 Material datang H16 R16 Kontrol kurang baik
terlambat Kurang koordinasi
H17 R17 dengan pengguna jasa/
G8 Q8 Tenaga kerja pengawas
H18 R18
Kurang koordinasi
G9 Q9 Tenaga ahli dengan supplier
H19 R19 Tidak profesional
G10 Q10 Kualitas kurang baik H20 R20 Tidak ada lembur
H21 R21
Masalah teknis dalam
G11 Q11 Kuantitas kurang memakai waktu
Alat angkut barang
G12 Q12 Manajemen kurang H22 R22 memakai tenaga
baik tukang
G13 Q13 Kurang pengalaman H23 R23 Tidak ada tower crane
kerja H24 R24 Tidak ada lift barang
G14 Q14 Teknik pelaksanaan I1 S1 Dana tidak mencukupi
tidak tepat
I2 S2
Tidak mengecek
G15 Q15 Tidak ada alat bantu persediaan material
Kurang koordinasi H1 R1 pengguna jasa dengan
kontraktor/pengawas H2 R2 Kontrol yang kurang baik
22
H3 R3 Kurangnya
pengawasan H4 R4 Tidak melaksanakan
peran
H5 R5 Kurang koordinasi
23
Setelah membuat model grafis, langkah selanjutnya adalah menganalisa
Fault Tree secara kualitatif dengan menggunakan Aljabar Boolean. Tujuan dari
analisa ini adalah mencari minimal cut set.
Sebuah cut set didefinisikan sebagai basic event (kejadian dasar) yang bila
terjadi akan mengakibatkan terjadinya Top event Sebuah cut set dikatakan sebagai
minimal cut set jika cut set tersebut tidak dapat direduksi tanpa menghilangkan
statusnya sebagai cut set.
Notasi operator dalam logika Aljabar Boolean untuk gerbang OR atau
penjumlahan Boolean mempunyai simbol
(+). Sedangkan untuk gerbang AND mempunyai simbol (.) atau perkalian
Boolean. Aljabar Boolean mempunyai hukum-hukum persamaan. Salah satu
contohnya adalah hukum distributif dimana a . (b + c) = (a .b) + (a . c)
Berikut hasil analisa menggunakan Aljabar Boolean:
a. Analisa pada pekerjaan persiapan
Tabel 3. Minimal Cut Set Pekerjaan Persiapan
No Kombinasi Event
1 E . D5
2 E . D6
3 E . D7
4 D16
5
D14 . D9 . D8 . D10 . D11 . D12 .
D13 . C
6
D15 . D9 . D8 . D10 . D11 . D12 .
D13 . C
7 D1 . D2 . D3 . D4
Dari hasil minimal cut set diatas, didapat ada 7 kejadian dasar yang
menyebabkan terjadinya keterlambatan pekerjaan persiapan.
24
b. Analisa pada pekerjaan pasangan
Tabel 4 Minimal Cut Set Pekerjaan Pasangan
No Kombinasi Event
1. H1
2. I2 . H9 . H10 . H11 . H12 . H13 . H14
3. H15 . H16. H17 . H18 . H19 . H20 .
4. H21 . H23 . H24 . H22 . I1
5. H2 . H3 . H4 . H5 . H6
6. H2 . H3 . H4 . H5 . H7
7. H2 . H3 . H4 . H5 . H8
Dari hasil minimal cut set diatas, didapat ada 5 kejadian dasar yang
menyebabkan terjadinya keterlambatan pekerjaan pasangan.
c. Analisa pada pekerjaan beton
Tabel 5. Minimal Cut Set Pekerjaan Beton
No Kombinasi Event
1 R1
S2 . R9 . R10 . R11 . R12 . R13 . R14
2 . R15 . R16. R17 . R18 . R19 . R20 .
R21 . R23 . R24 . R22 . S1
3 R2 . R3 . R4 . R5 . R6
4 R2 . R3 . R4 . R5 . R7
5 R2 . R3 . R4 . R5 . R8
25
2.3 Keterlambatan Proyek
Kusjadmikahadi (dalam Leonda 2008) bahwa, keterlambatan
proyek konstruksi berarti bertambahnya waktu pelaksanaan
penyelesaian proyek yang telah direncanakan dan tercantum dalam
dokumen kontrak. Praboyo (1999), keterlambatan pelaksanaan proyek
umumnya selalu menimbulkan akibat yang merugikan bagi pemilik
maupun kontraktor karena dampak keterlambatan adalah konflik dan
perdebatan tentang apa dan siapa yang menjadi penyebab, juga tuntutan
waktu, dan biaya tambah.
Theodore (2009) menyebutkan bahwa ada empat cara dasar untuk
mengkategorikan jenis keterlambatan:
a) Critical atau non-critical
Keterlambatan yang mempengaruhi penyelesaian proyek, atau dalam
beberapa kasus pada batas waktu tertentu, dapat dianggap sebagai
keterlambatan critical, dan keterlambatan yang tidak mempengaruhi
penyelesaian proyek, atau batas waktu tertentu adalah keterlambatan
non-critical.
b) Excusable atau non-excusable
Keterlambatan dimaafkan(excuseable) merupakan keterlambatan yang
disebabkan oleh suatu peristiwa yang tak terduga di luar kontraktor atau
kontrol subkontraktor. Keterlambatan non-excuseable adalah keterlambatan
yang berada dalam kendali kontraktor atau yang dapat di prediksi
c) Compensable atau non-compensable
Keterlambatan compensable adalah saat kontraktor berhak atas perpanjangan
waktu dan kompensasi tambahan. Hal ini berkaitan kembali dengan
keterlambatan excusable atau non-excusable, hanya keterlambatan excusable
dapat diganti rugi. Keterlambatan non-compensable berarti bahwa meskipun
keterlambatan excusable mungkin terjadi, kontraktor tidak berhak atas
kompensasi
tambahan yang dihasilkan dari keterlambatan excusable.
3. Concurrent atau non-concurrent
26
Konsep Keterlambatan concurrent telah menjadi hal yang sangat umum
sebagai bagian dari beberapa analisis keterlambatan konstruksi. Argumen
concurrency tidak hanya dari sudut pandang yang menentukan keterlambatan
kritis proyek, tetapi juga dari sudut pandang penanggung jawaban untuk
kerugian yang terkait dengan keterlambatan jalur kritis. Pemilik akan sering
memperhatikan keterlambatan concurrent oleh kontraktor sebagai alasan
untuk mempermasalahkan perpanjangan
2.3.1 Penyebab Keterlambatan proyek
Dalam keterlambatan proyek faktor-faktor yang potensial untuk
mempengaruhi waktu pelaksanaan konstruksi terdiri dari 7 kategori (Andi et al,
2003) :
1. Tenaga Kerja
a. Kurangnya keahlian tenaga kerja
b. Kurangnya kedisiplinan tenaga kerja
c. Kurangnya motivasi kerja para pekerja
d. Kurangnya kehadiran tenaga kerja
e. Kurangnya ketersediaan tenaga kerja
f. Penggantian tenaga kerja baru
g. Buruknya Komunikasi antara tenaga kerja dan badan pembimbing
2. Bahan
a. Keterlambatan pengiriman bahan
b. Ketersediaan bahan terbatas di pasaran
c. Kualitas bahan jelek
d. Kelangkaan material yang dibutuhkan
e. Adanya Perubahan material oleh owner
f. Kerusakan bahan di tempat penyimpanan
3. Karakteristik tempat
a. Keadaan permukaan dan di permukaan bawah tanah
b. Tanggapan dari lingkungan sekitar proyek
c. Karakter fisik bangunan sekitar proyek
d. Tempat penyimpanan bahan/material
e. Akses kelokasi proyek yang sulit
f. Kebutuhan ruang kerja yang kurang
g. Lokasi proyek yang jauh dari pusat kota/pusat distribusi peralatan dan
material
4. Manajerial
a. Pengawasan proyek
27
b. Kualitas pengontrolan pekerjaan
c. Pengalaman manajer lapangan
d. Perhitungan kebutuhan
e. Komunikasi antara konsultan dan kontraktor
f. Komunikasi antara kontraktor dan pemilik
g. Kesalahan manejemen material dan peralatan
5. Peralatan
a. Ketersediaan peralatan
b. Kerusakanperalatan
c. Kualitas peralatan yang buruk
d. Produktifitas peralatan
6. Keuangan
a. Pembayaran dari
b. Harga bahan/material yang mahal
c. Alokasi dana yang tidak cukup
d. Telatnya pembayaran kepada pekerja
7. Fisik Bangunan
a. Luas wilayah
b. Jumlah unit
c. Jumlah lantai
8. Design
a. Perubahan design oleh pemilik
b. Kesalahan design oleh perencana
c. Ketidak lengkapan gambar design
d. Keterlambatan pemberian detail gambar
e. Kerumitan design
9. cuaca
a. Intensitas (curah) hujan)
b. Cuaca panas
c. Cuaca yang berubah-ubah
10. Kejadian yang tidak terduga
a. Kerusuhan
b. Bencana alam
c. Pemogokan buruh
d. Kecelakaan
11. Kebijakan pemerintah
a. Kenaikan BBM
28
2.4 Definisi Manajemen Proyek
Manajemen proyek terdiri dari dua kata yaitu “Manajemen” dan
“Proyek”.Menurut Husen (2009:2), manajemen adalah suatu ilmu
pengetahuan tentang seni memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian terhadap
sumber-sumber daya terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang
efektif dan efisien. Manajemen merupakan proses terpadu dimana individu-
individu sebagai bagian dari organisasi dilibatkan untuk memelihara,
mengembangkan, mengendalikan, dan menjalankan program-program yang
kesemuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung
terus menerus seiring dengan berjalannya waktu (Dipohusodo, 1996:2).
Sedangkan proyek adalah upaya yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan,
sasaran dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana
serta sumber daya yang tersedia, yang harus diselesaikan dalam jangka waktu
tertentu (Dipohusodo, 1996:9). Menurut Husen (2009:4), proyek adalah
gabungan dari sumber-sumber daya seperti manusia material, peralatan, dan
modal/ biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk
mencapai sasaran dan tujuan. Sebuah proyek adalah usaha yang kompleks,
tidak rutin, yang dibatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya, dan spesifikasi
kinerja yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan (Larson,
2006:3). Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpukan beberapa pengertian
dari manajemen proyek. Manajemen proyek adalah penerapan ilmu
pengetahuan, keahlian dan keterampilan,
cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk
mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil
yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu serta keselamatan
kerja (Husen 2009:4).
Menurut Ervianto (2005:21), manajemen proyek adalah semua perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan)
hingga berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek secara tepat
waktu, tepat biaya dan tepat mutu. Ruang lingkup proyek, diantaranya
meliputi:
• Menentukan waktu dimulai proyek .
• Perencanaan lingkup dari proyek yang akan dikerjakan.
• Pendefinisian dari ruang lingkup proyek.
29
• Verifikasi proyek dan kontrol atas perubahan yang mungkin saja terjadi
ketika proyek tersebut dimulai. Inilah 3 garis besar untuk berlangsungnya
suatu proyek. Terdapat 3 (tiga) garis besar untuk menciptakan berlangsungnya
suatu proyek, diantaranya meliputi:
2.4.1 Pengertian Perencanaan Suatu Proyek
Untuk mencapai sebuah tujuan, suatu proyek membutuhkan suatu
perencanaan yang benarbebar matang. Yaitu dengan meletakkan dasar dari tujuan
dan sasaran dari suatu proyek sekaligus menyiapkan semua program teknis dan
menyiapkan administrasi supaya dapat diimplementasikan. Tujuannya yaitu
supaya memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditentukan dalam batasan waktu,
mutu, biaya maupun keselamatan kerja. Perencanaan suatu proyek dilakukan
dengan cara studi kelayakan, rekayasa nilai, perencanaan area dari manajemen
proyek (Seperti: waktu, biaya, mutu, kesehatan, lingkungan,keselamatan kerja,
sumber daya, resiko dan sistem informasi).
2.4.2 Penjadwalan Perencanaan
Merupakan implementasi dari perencanaan yang bisa memberikan
informasi mengenai jadwal rencana dan kemajuan proyek yang meliputi sumber
daya (biaya, tenaga kerja, peralatan, dan material), durasi dan juga progres waktu
untuk menyelesaikan proyek. Penjadwalan proyek yang mengikuti perkembangan
proyek dengan berbagai macam permasalahannya. Proses monitoring dan juga
updating selalu dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang realistis supaya
sesuai dengan tujuan proyek tersebut. Terdapat beberapa metode untuk mengelola
penjadwalan proyek, diantaranya yaitu Kurva S (hanumm Curve), Barchart,
Penjadwalan Linear (diagram Vektor), Network Planning serta waktu dan durasi
kegiatanna. Jika terjadi penyimpangan terhadap rencana awal, maka
dilakukanlah evaluasi dan tindakan koreksi supaya proyek tetap berada dijalur
yang diharapkan. Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil
perencanaan. Yang dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan
kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja,
peralatan dan material serta rencana durasi proyek dan progres waktu untuk
menyelesaikan proyek. Dalam proses penjadwalan, penyusunan kegiatan dan
hubungan antar kegiatan dibuat lebih terperinci dan sangat detail. Hal ini
dimaksudkan untuk membantu pelaksanaan evaluasi proyek. Penjadwalan atau
scheduling adalah pengalokasian waktu yang tersedia melaksanakan masing –
masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu proyek hinggah tercapai hasil
optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan – keterbatasan yang ada.
30
Selama proses pengendalian proyek, penjadwalan mengikuti per-kem-bangan
proyek dengan berbagai permasalahannya. Proses monitoring serta updating selalu
dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang paling realistis agar alokasi
sumber daya dan penetapan durasinya sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek.
Secara umum penjadwalan mempunyai manfaat – manfaat seperti berikut :
• Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan / kegiatan mengenai batas –
batas waktu untuk mulai dan akhir dari masing – masing tugas.
• Memberikan sarana bagi manajemen untuk koordinasi secara sistematis
dan relistis dalam penentuan alokasi prioritas terhadap sumber daya dan
waktu.
• Memberikan saran untuk menilai kemajuan pekerjaan.
• Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan, dengan harapan
proyek dapat selesai sebelum waktu yang di tetapkan.
• Memberikan kepastian waktu pelaksanaan pekerjaan.
• Merupakan sarana penting dalam pengendaliaan proyek.
Kompleksitas penjadwalan proyek sangat dipengaruhi oleh faktor – faktor
berikut :
Sasaran dan tujuan proyek.
• Keterkaitan dengan proyek lain agar terintegrasi dengan master schedule.
• Dana yang di perlukan dan dana yang tersedia.
• Waktu yang di perlukan, waktu yang tersedia, serta perkiraan waktu yang
hilang dan hari – hari libur.
• Susunan dan jumlah kegiatan proyek serta keterkaitan di antaranya.
• Kerja lembur dan pembagian shift kerja untuk mempercepat proyek.
• Sumber daya yang di perlukan dan sumber daya yang tersedia.
• Keahlian tenaga kerja dan kecepatan mengerjakan tugas.
• Makin besar skala proyek, semakin kompleks pengelolaan
penjadwalan karena dana yang di kelolah sangat besar, kebutuhan dan
penyediaan sumber daya juga besar, kegiatan yang di lakukan sangat
beragam serta durasi proyek menjdi sangat panjang.
Oleh karena itu, agar penjadwalan dapat diimplementasikan, digunakan cara
– cara atau metode teknis yang sudah digunakan seperti metode penjadwalan
proyek. Kemampuan scheduler yang memadai dan bantuan software
31
komputer untuk penjadwalan dapat membantu memberikan hasil yang
optimal.
2.4.3 Metode Penjadwalan Proyek
Ada beberapa metode penjadwalan proyek yang digunakan untuk
mengelolah waktu dan sumberdaya proyek. Masing – masing metode mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Pertimbangan penggunaan metode – metode tersebut
didasarkan atas kebutuhan dan hasil yang ingin di capai terhadap kinerja
penjadwalan. Kinerja waktu akan berimplikasi terhadap kinerja biaya, sekaligus
kinerja proyek secara keseluruhan. Oleh karena itu, variabel –variabel yang
mempengaruhinya juga harus di monitor, misalnya mutu, keselamatan kerja,
ketersediaan peralatan dan material, serta stakeholder yang terlibat. Bila terjadi
penyimpangan terhadap rencana semula, maka dilakukan evaluasi dan tindakan
koreksi agar proyek tetap pada kondisi yang di inginkan.
• WAKTU DAN DURASI KEGIATAN
Dalam konteks penjadwalan, terdapat dua perbedaan, yaitu waktu (Time) dan
kurun waktu (duration). Bila waktu menyatakan siang/malam, sedangkan kurun
waktu atau durasi menunjukan lama waktu yang dibutuhkan dalam melakukan
suatu kegiatan, seperti lamanya waktu kerja dalam satu hari adalah 8 Jam.
Melakukan durasi suatu kegiatan bisanya dilandasi volume pekerjaan dan
produktivitas crew/kelompok pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Produktivitas didapat dari pengalaman crew melakukan suatu kegiatan yang telah
dilakukan sebelum atau database perusahaan.
• BAGAN BALOK (Barchart)
Barchart ditemukan oleh Gantt dan Fredick W. Tailor dalam bentuk bagan
balok, dengan panjang balok sebagai representasi dari durasi setiap kegiatan.
Format bagan baloknya informatif, mudah dibaca dan efektif untuk
dikomunikasi serta dapat dibuat dengan mudah dan sederhana. Bagan balok
terdiri atas sumbu-Y yang dinyatakan kegiatan atau paket kerja dari lingkup
32
proyek, sedangkan sumbu-X menyatakan satuan waktu dalam hari, minggu,
atau bulan sebagai durasi. Pada bagan ini juga dapat ditentukan Milestone /
Baseline sebagai bagian target yang harus diperhatikan guna kelancaran
produktifitas proyek secara keseluruhan. Untuk proses updating, bagan balok
dapat diperpendek atau diperpanjang dengan memperhatikan total floatnya,
yang menunjukan bahwa durasi kegiatan akan bertambah atau berkurang sesuai
kebutuhan dalam perbaikan jadwal. Penyajian informasi bagan balok agak
terbatas, misal hubungan antar kegiatan tidak jelas dan lintasan kritis kegiatan
proyek tidak dapat diketahui. Karena urutan kegiatan kurang terinci, maka bila
terjadi keterlambatan proyek, prioritas kegiatan yang akan dikoreksi menjadi
sukar untuk dilakukan.
• KURVA S ATAU HANUMM CURVE
Kurva s adalah sebuah ghrafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm
atas dasar pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir
proyek. Kurva S dapat menunjukan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan,
waktu dan bobot pekerjaan yang direpresentasikan sebagai persentase kumulatif
dari seluruh kegiatan proyek. Visualisasi Kurva S dapat memberikan informasi
mengenai kemajuan proyek dengan membandingkannya terhadap jadwal
rencana. Dari sinilah diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan
jadwal proyek. Indikasi tersebut dapat menjadi informasi awal guna melakukan
tindakan koreksi dalam proses pengendalian jadwal. Tetapi informasi tersebut
tidak detail dan hanya terbatas untuk menilai kemajuan proyek. Perbaikan lebih
lanjut dapat menggunakan metode lain hyang dikombinasikan, misal dengan
metode bagan balok yang dapat digeser –geser dan network plaining dengan
memperbaharui suber daya maupun waktu pada masing – masing kegiatan.
Untuk membuat kurva S, jumlah persentase kumulatif bobot masing – masing
kegiatan pada suatu periode diantara durasi proyek diplotkanterhadap sumbu
vertikal sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis, akan membentuk
kurva S. Bentuk demikian terjadi karena volume kegiatan pada bagian awal
biasanya masih sedikit, kemudian pada pertengahan meningkat dalam jumlah
cukup besar, lalu pada akhir proyek volume kegiatan kembali mengecil.
Untuk menentukan bobot pekerjaan, pendekatan yang dilakukan dapat berupa
perhitungan persentase berdasarkan biaya per item pekerjaan / kegiatan dibagi
nilai anggaran, karena satuan biaya dapat dijadikan bentuk persentase sehingga
lebih mudah untuk menghitungnya.
2.4.3.1 Metode Penjadwalan Linier ( Diagram Vektor )
33
Metode ini biasanya sangat efektif dipakai untuk proyek dengan
jumlah kegiatan relatif sedikit dan banyak digunakan untuk penjadwalan
dengan kegiatan yang berulang seperti pada proyek konstruksi jalan raya,
runway bandar udara, terowongan / tunnel atau proyek industri manufaktur.
Metode ini sangat memuaskan untuk diterapkan pada proyek – proyek tersebut
karena menggunakan sumber daya manusia yang relatif lebih kecil dan variasi
keterampilan pada suatu pekerjaan/kegiatan tidak sebanyak pada proyek yang
lain. Metode ini juga cukup efektif untuk digunakan pada proyek bangunan
gedung bertingkat dengan keragaman masing – masing tingkat bangunan relatif
sama. Pada proyek yang cukup besar, metode ini membantu memonitor progres
beberapa kegiatan tertentu yang berada dalam suatu penjadwalan keseluruhan
proyek. Hal ini dapat dilakukan bila metode ini dikombinasikan dengan metode
network, karena metode penjadwalan linier dapat memberikan informasi
tentang kemajuan proyek yang tidak dapat di tampilkan oleh metode network.
2.4.3.2 Metode Penjadwalan Network Planning
Network planning diperkenalkan pada tahun 50-an oleh tim perusahaan
Du-pont dan rand corporation untuk mengembangkan sistem kontrol manajemen.
Metode ini dikembangkan untuk mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang
memiliki ketergantungan yang kompleks. Metode ini relatif lebih sulit, hubungan
antar kegiatan jelas, dan dapat memperlihatkan kegiatan kritis. Dari informasi
network planning-lah monitoring serta tindakan koreksi kemudian dapat dilakukan,
yakni dengan memperbaharui jadwal. Akan tetapi, metode ini perlu
dikombinasikan dengan metode lainnya agar lebih informatif.
Tahapan penyusunan network SCHEDULING :
1. Menginfentarisasi kegiatan – kegiatan dari paket WBS berdasarkan item
pekerjaan, lalu diberi kode kegiatan untuk memudahkan identifikasi.
2. Memperkirakan durasi setiapkan dengan mempertimbangkan dengan janis
pekerjaan, volume pekerjaan, jumlah sumberdaya, lingukungan kerja, serta
produktifitas pekerja.
3. Penentuan logika ketergantungan antara kegiatan dilakukan dengan tiga
kemungkinan hubungan, yaitu kegiatan yang mendahului (predecessor), kegiatan
yang didahului (successor), serta bebas.
4. Perhitungan analisis waktu serta alokasi sumber daya, dilakukan setelah langkah –
langkah diatas dilakukan dengan akurat dan teliti.
34
Manfaat penerapan network scheduling :
1. Penggambaran logika hubungan antar kegiatan, membuat perencanaan proyek
menjadi lebih rinci dan detail.
2. Dengan memperhitungkan dan mengetahui waktu terjadinya setiap kejadian yang
ditimbulkan oleh satu atau beberapa kegiatan, kesukaran – kesukaran yang bakal
timbul dapat diketahui jauh sebelum terjadi sehingga tindakann pencegahan yang
diperlukan dapat dilakukan.
3. Dalam network planning dapat terlihat jelas waktu penyelesaian yang dapat
ditunda atau harus disegerakan.
4. Membantu mengomunikasikan hasil network yang ditampilkan.
5. Memungkinkan dicapainya hasil proyek yang lebih ekonomis dari segi biaya
langsung (direct cost) serta penggunaan sumber daya.
6. Berguna untuk menyelesaikan klaim yang diakibatkan oleh keterlambatan
dalam menentukan pembayaran kemajuan pekerjaan, menganalisis
cashflow, dan pengendalian biaya.
7. Menyediakan kemampuan analisis untuk mencoba mengubah sebagian dari
proses, lalu mengamatai efek terhadap proyek secara keseluruhan.
8. Terdiri atas metode Activity On Arrow dan Activity On Node (precedence
Diagram Method).
2.4.3.3 Penjadwalan Sumber Daya
Penjadwalan sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan, material dan
modal / biaya dapat merupakan bagian dari master schedule atau dapat juga
sebagai bagian yang terpisah darinya sebagai subschedul. Untuk proyek yang
cukup kompleks, pemilihan schedule sumber daya dari master schedule, dengan
detailnya dilakukan pada subschudele adalah langkah terbaik untuk memudahkan
monitoring, tujuan penjadwalan sumber daya adalah memastikan jumlah atau
jenis sumber daya dapat diketahui sejak awal dan tersedia bila dibutuhkan. Tetapi
bila ketersediaan sumber daya terbatas, maka biasanya durasi proyek menjadi
lebih lambat dari yang direncanakan. Sebaliknya, dengan menambah jumlah
sumber daya, durasi proyek dapat di percepat. Bila ketersediaan sumber daya
cukup tetapi distribusi selama berlangsungnya proyek berfluktuasi, maka hal ini
akan mengurangi tingkat efektifitas dan efesiensi pengguna sumberdaya. Bila
jumlah sumber daya dimiliki terbatas dan ketersediaanya tidak mencukupi,
35
sedangkan durasi adalah batasan kurun waktu proyek, maka penjadwalan dapat
dilakukan dengan perataan sumber daya (resources leveling).
• PENJADWALAN SUMBER DAYA YANG TERBATAS
Sumber daya yang terbatas adalah salah satu alasan mengapa
penjadwalan diperlukan. Penjadwalan dimaksudkan supaya
pelaksanaan proyek tetap dapat berlangsung, caranya dengan
mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang terbatas tersebut yang
diusahakan juga durasi proyeknya tidak menjadi terlalu lambat. Sumber
daya yang terbatas karena ketersediaannya yang memang langkah dapat
membuat masalah besar bagi pelaksanaan proyek, karena hal ini akan
memengaruhi durasi proyek. Makin sedikit jumlah ketersediaannya,
durasi proyek akan semaki lama karena banyak kegiatan yang tidak
dapat dilakukan. Akibatnya adalah adanya sangsi dari pemilik proyek
yang berupa denda atau pemutusan hubungan kerja sepihak karena
keterlambatan proyek. Oleh karena itu, perencanaan sumberdaya yang
langkah seperti peralatan / mesin dengan teknologi tinggi, tukang
khusus ukir/pahat, dan material yang harus di impor, peralatan yang
memerlukan impor dari luar negeri, harus dibuat sebaik mungkin agar
durasi kegiatannya tidak terganggu.
Ada dua jenis batasan yang harus di perhatikan dalam penjadwalan
proyek, karena batasan tersebut berpengaruh terhadap waktu kerja dari
suatu kegiatan. Dua batasan tersebut adalah :
1. Batasan hungungan kegiatan, batasan yang diakibatkan oleh
hubungan antar kegiatan pada beberapa kegiatan.
2. Batasan kondisi sumber daya, batasan yang diakibatkan oleh
ketidaktersediaan sumber daya.
Selain itu, ada empat aturan yang dapat diterapkan pada penjadwalan proyek
dalam hubungannya dengan alokasi sumber daya yang terbatas, yaitu :
1. Memprioritaskan kegiatan yang mempunyai batasan kegiatan – kegiatan
dengan sumber daya maksimum, lalu dilakukan penjadwalan terhadap
kegiatan tersebut dengan basis kontinyu.
2. Memprioritaskan pada kegiatan kritis atau mendekati kritis dengan total
float paling rendah, lalu dilakukan penjadwalan terhadap kefitan tersebut
dengan cara basis kontinyu.
36
3. Memprioritaskan pada kegiatan yang mempunyai durasi paling pendek,
lalu dilakukan penjadwalan terhadap kegiatan tersebut dengan cara basis
kontinyu.
4. Setelah salah satu dari tiga aturan diatas terpenuhi, dilakukan pada
kegiatan dengan prioritas rendah dengan cara basis terputus, kemudian
dilakukan interupsi oleh kegiatan yang lebih tinggi prioritasnya.
• PERATAAN SUMBER DAYA
Perataan sumber daya adalah meratakan frekuensi alokasi sumber daya
dengan memastikan bahwa jumlah / jenis sumber daya dapat diketahui dari
awal dan tersedia bila dibutuhkan. Biasanya bila jumlah sunber daya di
kurangi, durasi akan bertambah, sebaiknya bila jumlah sumber daya ditambah,
durasi akan berkurang. Tujuan dari perataan sumber daya adalah untuk
menjadwalkan kegiatan pada proyek yang disesuaikan dengan ketersediaan
sumber daya dan pola penyebaran yang logis sehingga durasi proyek tidak
melampaui batas berlebihan. Variasi penyebaran sumber daya dari suatu
periode ke periode lainnya diusahakan dapat tetap pada suatu batas minimum
kebutuhannya, sehingga hasil yang dicapai dapat memenuhi sesuai dengan
kemampuan dan ketersediaan sumber daya yang ada. Hal lain yang perlu
diperhatikan dalam perataan sumber daya adalah mengidentifikasi sumber
daya yang terbatas dan yang dibutuhkan untuk seluruh jumlah durasi dari
suatu proyek. Ini karena alokasi sumber daya yang langkah dan
ketersediaannya terbatas harus di prioritaskan. Bila ketersediaannya tidak
mencukupi, pengadaannya akan menimbulkan biaya yang lebih tinggi.
Perataan sumberdaya dimaksudkan agar alokasi tingkat pemakaian sumber
daya dapat di ketahui sehinggah penyelesaian proyek menjadi laebih logis.
Dalam perataan sumber daya, biasanya durasi proyek dianggap tetap,
sedangkan jumlah sumber daya diatur sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan ketersediaan. Metode perataan sumber daya bertujuan mendapatkan
pola kebutuhan sumber daya yang sesuai. Metode ini dapat dilakukan dengan
cara :
1. Memulai seluruh kegiatan proyek berada diantara waktu mulai awal
dan waktu mulai paling lambat, sehingga durasi proyek tidak
bertambah.
37
2. Berdasarkan ketersediaan waktu yang dibatasi dengan mengatur
sumber daya yang dibutuhkan yang jumlah dan pola penyebarannya
diatur sedemikian rupa.
3. Berdasarkan ketersediaan sumber daya yang terbatas karena
kelangkaan dengan menambah durasi proyek sehinggah proyek
dapat menjadi lebih lambat dari yang dirancanakan.
4. Berdasarkan penjadwalan dengan membuat diagram batang non
kontinyu dengan mengintrupsi suatu kegiatan oleh kegiatan yang
lainnya.
Dari semua hal diatas, perataan sumber daya dimaksudkan untuk meningkatkan
produktifitas, efektifitas dan efesiensi dan penggunaannya, menjaga pola
penyebaran yang logis dari segi kuantitas serta menempatkan kualitas sumber
daya yang sesuai dengan kebutuhan proyek dan diharapkan dengan durasi yang
tidak berubah. Dengan demikian alokasi distribusi sumber daya yang
proporsional akan memberikan keuntungan bagi proyek sehingga pemanfaatan
sumber dayanya terencana dengan baik dan hal ini akan mempengaruhi juga
sebagi kinerja proyek secara keseluruhan.
2.5 Mengukur Kinerja Biaya dan Waktu
Dalam penentuan kinerja proyek dengan cara earned value atau nilai
hasil, informasi yang diberikan berupa indikator dalam bentuk kuantitatif,
yang menampilkan informasi progress biaya dan jadwal proyek. Indikator ini
menginformasikan posisi kemajuan proyek dalam jangka waktu tertentu serta
dapat memperkirakan proyeksi kemajuan proyek pada periode selanjutnya.
Indikator – indikator tersebut adalah sebagai berikut :
1. BCWS (Budgeted Cost of Work Schedule), menggambarkan anggaran
rencana sampai pada periode tertentu terhadap volume rencana yang akan
dikerjakan.
2. BCWP (Budgeted Cost of Work Performed), menggambarkan anggaran
rencana proyek pada periode tertentu terhadap apa yang telah dikerjakan pada
volume pekerjaan aktual.
3. ACWP (Actual Cost of Work Performed) menggambarkan anggaran aktual
yang dihabiskan untuk pelaksanaan pekerjaan pada keadaan volume pekerjaan
actual.
Berbekal ketiga indikator tersebut, pengukuran kinerja biaya dan waktu untuk
metode Earned Value menggunakan 3 jenis kurva S sebagai nilai kumulatif
38
biaya dengan fungsi waktu, yang terintegrasi dalam satu tampilan yang terdiri
atas nilai kumulatif biaya : BCWS, BCWP dan ACWP.
Kemudian dilakukan analisis terhadap penyimpangan yang terjadi pada biaya
dan waktu/jadwal dengan cara mengukurnya, diuraikan di bawah ini.
1. Penyimpangan Jadwal/Waktu.
a. SV (Scheduling Variance) = BCWP – BCWS
SV > 0, progres aktual > rencana : terjadi percepatan proyek terhadap rencana
(schedule underrun)
SV < 0 , progres aktual < rencana : terjadi keterlambatan proyek terhadap
rencana(schedule overrun)
b. SPI (Schedule Performance Index) = BCWP / BCWS
SPI > 1, progres aktual > rencana: terjadi percepatan proyek terhadap rencana
(Schedule underrun)
SPI < 1, progres aktual < rencana : terjadi keterlambatan proyek terhadap
rencana (Schedule overrun)
2. Penyimpangan Biaya
a. CV (Cost Variace) = BCWP – ACWP
CV > 0, biaya volume aktual > biaya aktual (Cost underrun)
CV < 0, biaya volume aktual < biaya aktual (cost overrun)
b. CPI (Cost Performance Index) = BCWP / ACWP
CPI > 1, biaya volume aktual > biaya aktual (Cost underrun)
CPI < 1, biaya volume aktual < biaya aktual (cost overrun)
Dengan menghitung indeks – indeks seperti diatas akan terlihat bahwa proyek
akan terlambat atau lebih cepat dan biaya yang harus dikeluarkan akan
berlebih atau kurang dari yang dianggarkan, maka kemajuan proyek untuk
waktu yang akan datang perlu diramalkan dengan cara seprti di bawah ini.
1. Perkiraan penyelesaian proyek (Estimated Completion Date)
ECD = (Sisa waktu / SPI) + Waktu terpakai
Persentas keterlambatan/percepatan = 100% – ECD/Jadwal Rencana x
100%
2. Perkiraan Biaya Penyelesaian Proyek (Estimate at Completion)
EAC = Sisa Anggaran/CPI + ACWP
= (Total Biaya – BCWP) / CPI + ACWP
Persentase biaya penambahan/penurunan biaya aktual terhadap
anggaran biaya = 100% – EAC/Total Biaya x 100%
39
3. Earned Value (nilai hasil) = BCWPnth (biaya penyelesaian volume
pekerjaan pada periode tertentu)
Ketiga hal diatas adalah indikator yang dihitung pada
baseline/milestone yang telah ditentukan, sehingga nilai – nilai yang
didapat menunjukan progres proyek yang pada periode tersebut dan
progres proyek dari segi biaya dan waktu untuk penyelesaian pada
masa yang akan datang.
sumber : Manajemen proyek penulis Ir.Abrar Husen , MT
2.6 Definisi Manajemen Waktu
Manajemen waktu adalah tahapan mendefinisikan proses-proses yang perlu
dilakukan selama proyek berlangsung berkaitan dengan penjaminan agar proyek
dapat berjalan tepat waktu dengan tetap memperhatikan keterbatasan biaya serta
penjagaan kualitas produk / servis / hasil unik dari proyek. Manajemen waktu
sendiri adalah bagi setiap proyek Dewasa ini manajemen proyek sangat dibutuhkan
untuk menyelesaikan persoalan konstruksi, baik dalam skala besar maupun skala
kecil. Manajemen proyek sendiri adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen secara
sistematis pada suatu proyek, dengan menggunakan resource/sumber daya (manusia,
barang dan peralatan) secara efektif dan efisien agar tujuan proyek tercapai secara
optimal .
Sedangkan manajemen waktu proyek adalah pengelolaan suatu proyek yang
mencakup proses pelingkupan, perencanaan, penyediaan staf, pengorganisasian, dan
pengontrolan suatu proyek. Manajemen proyek yang efektif adalah bagaimana
merencanakan, mengelola dan menghantarkan proyek tepat waktu dan dalam
rentang anggaran. Jika dalam mengerjakan tugas dan menggunakan alat dan bahan,
manusia tidak dibatasi oleh waktu dan biaya tentu saja manajemen proyek tidak
diperlukan. Kunci sukses manajemen proyek adalah pengetahuan seorang manajer
proyek tentang pemanfaatan tiga hal yang saling berkaitan dan mempengaruhi,
ketiga hal tersebutadalah uang, waktu dan cakupan pekerjaan Mengatur suatu
proyek, hal yang paling penting adalah merencanakan proyek itu dengan sangat hati-
hati dan teliti untuk menciptakan hasil yang optimal. (Wiyanti, 2007).
Manajemen waktu pada suatu proyek (Project Time Management)
memasukkan semua proses yang dibutuhkan dalam upaya untuk memastikan waktu
penyelesaian proyek (PMI 2000). Ada lima proses utama dalam manajemen waktu
proyek, yaitu:
1. Pendefinisian Aktivitas. Merupakan proses identifikasi semua aktivitas spesifik
yang harus dilakukan dalam rangka mencapai seluruh tujuan dan sasaran proyek
40
(project deliveriables). Dalam proses ini dihasilkan pengelompokkan semua
aktivitas yang menjadi ruang lingkup proyek dari level tertinggi hingga level
yang terkecil atau disebut Work Breakdown Structure (WBS).
2. Urutan Aktivitas. Proses pengurutan aktivitas melibatkan identifikasi dan
dokumentasi dari hubungan logis yang interaktif. Masing-masing
aktivitas harus diurutkan secara akurat untuk mendukung pengembangan
jadwal sehingga diperoleh jadwal yang realisitis. Dalam proses ini dapat
digunakan alat bantu komputer untuk mempermudah pelaksanaan atau
dilakukan secara manual. Teknik secara manual masih efektif untuk
proyek yang berskala kecil atau di awal tahap proyek yang berskala besar,
yaitu bila tidak diperlukan pendetailan yang rinci.
3. Estimasi Durasi Aktivitas. Estimasi durasi aktivitas adalah proses pengambilan
informasi yang berkaitan dengan lingkup proyek dan sumber daya yang
diperlukan yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan estimasi durasi atas
semua aktivitas yang dibutuhkan dalam proyek yang digunakan sebagai input
dalam pengembangan jadwal. Tingkat akurasi estimasi durasi sangat tergantung
dari banyaknya informasi yang tersedia.
4. Pengembangan Jadwal. Pengembangan jadwal berarti menentukan kapan suatu
aktivitas dalam proyek akan dimulai dan kapan harus selesai. Pembuatan jadwal
proyek merupakan proses iterasi dari proses input yang melibatkan estimasi
durasi dan biaya hingga penentuan jadwal proyek.
5. Pengendalian Jadwal. Pengendalian jadwal merupakan proses untuk
memastikan apakah kinerja yang dilakukan sudah sesuai dengan alokasi waktu
yang sudah direncanakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian
jadwal adalah:
a) Pengaruh dari faktor-faktor yang menyebabkan perubahan jadwal dan
memastikan perubahan yang terjadi disetujui.
b) Menentukan perubahan dari jadwal.
c) Melakukan tindakan bila pelaksanaan proyek berbeda dari perencanaan awal
proyek.
(Biemo W. Sumardi, Muhamad Abduh, Reini D. Wirahadikusumah, Nuruddin
Pujoartanto; 2007)
41