25
KAJIAN KETERLAMBATAN PENGADAAN JASA KONSULTANSI PROYEK PRASARANA JALAN DENGAN DANA PINJAMAN LUAR NEGERI TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh BENI FARIATI HMR NIM: 250 02 104 PROGRAM PASCASARJANA DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL BIDANG MANAJEMEN DAN REKAYASA KONSTRUKSI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2005

Kajian Keterlambatan Pengadaan Jasa Konsultasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kajian keterlambatan pengadaan jasa konsultas

Citation preview

  • KAJIAN KETERLAMBATAN PENGADAAN JASA KONSULTANSI

    PROYEK PRASARANA JALAN DENGAN DANA

    PINJAMAN LUAR NEGERI

    TESIS

    Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari

    Institut Teknologi Bandung

    Oleh

    BENI FARIATI HMR

    NIM: 250 02 104

    PROGRAM PASCASARJANA DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

    BIDANG MANAJEMEN DAN REKAYASA KONSTRUKSI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2005

  • KAJIAN KETERLAMBATAN PENGADAAN JASA KONSULTANSI

    PROYEK PRASARANA JALAN DENGAN DANA

    PINJAMAN LUAR NEGERI

    Nama : Beni Fariati HMR

    NIM : 250 02 104

    Menyetujui,

    Pembimbing

    Ir. Reini D. Wirahadikusumah, MSCE, Ph.D.

  • Dunia dibangun oleh penguasa yang adil, profesional yang

    jujur, ilmuwan yang berintegritas, hartawan yang pemurah,

    dan kaum lemah yang rajin berdoa.

    (Alhadis)

    Untuk kedua orangtuaku yang tercinta

  • i

    ABSTRAK

    KAJIAN KETERLAMBATAN PENGADAAN JASA KONSULTANSI

    PROYEK PRASARANA JALAN DENGAN DANA

    PINJAMAN LUAR NEGERI

    Oleh Beni Fariati HMR

    Departemen Teknik Sipil

    Institut Teknologi Bandung Pelaksanaan pengadaan jasa konsultansi dengan dana pinjaman telah mempunyai aturan yang jelas yaitu pedoman Bank sebagai pegangan pelaksanaan pengadaan jasa konsultansi dan petunjuk pelaksanaannya (juklak) yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Namun kenyataannya keterlambatan proses pengadaan jasa konsultansi dengan sistem pelelangan masih tetap terjadi di daerah hingga mencapai 100%. Sebagai contoh adalah keterlambatan pengadaan jasa konsultansi proyek EIRTP-1 untuk pekerjaan desain dan supervisi tahun anggaran 2001/03.

    Penelitian ini dimaksudkan untuk mengantisipasi keterlambatan pelaksanaan proses pengadaan jasa konsultansi agar tidak terulang di masa yang akan datang dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor penyebab keterlambatan pengadaan jasa konsultansi proyek prasarana jalan dan merekomendasi perbaikan terhadap proses pengadaan jasa konsultansi dengan dana pinjaman luar negeri.

    Identifikasi faktor-faktor keterlambatan pengadaan jasa konsultansi meliputi proses persiapan pengadaan sampai dengan penandatangan kontrak. Hal ini berdasarkan 26 tahapan Bank Dunia yang menghasilkan lima faktor utama penyebab keterlambatan yaitu umum, peraturan, mekanisme pelelangan, sumber daya manusia, dan pemaketan proyek.

    Penelitian dilakukan dengan menggunakan survei berupa penyebaran kuesioner kepada 45 responden yang melaksanakan pengadaan EIRTP-1. Hasil survei menunjukkan bahwa dari 29 faktor keterlambatan yang teridentifikasi terdapat enam faktor keterlambatan kritis yang dapat digunakan sebagai salah satu strategi proyek untuk perbaikan pengadaan dan dimanfaatkan untuk konsep peningkatan pengelolaan manajemen pengadaan di lingkungan proyek.

    Kata kunci: Faktor keterlambatan kritis, implementasi pengadaan, pelaku pelaksana di daerah, pusat, bank.

  • ii

    ABSTRACT

    STUDY ON CONSULTANT PROCUREMENT DELAY IN

    INFRASTRUCTURE FINANCED BY LOAN

    By

    Beni Fariati HMR

    Department of Civil Engineering Bandung Institute of Technology

    The implementation of procurement for consultant services financed by loan has a clear regulation, that is the Bank Guidelines which serve as a basis for the implementation of procurement for consultant services and its terms of reference [juklak] established by the Government of the Republic of Indonesia. Even though, in practice, there were still some delays in the process of consultant service procurement that applies tender system in the local level, amounting to 100%. For an example is the delay in consultant service procurement for the EIRTP-1 Project in design and supervision for the fiscal year 2001/03.

    This research is aimed at anticipating any delay in the process of consultant service procurement in order to prevent the recurrence of such practice in the future by identifying factors which bring about in the delay in consultant service procurement for road development projects and providing recommendations to improve the process of consultant service procurement financed by foreign loans.

    The identification of factors of the delay in consultant service procurement covers a process starting from procurement preparation to contract signing. It is based on the World Bank's 26 Stages which indicates five main factors causing the delay, namely general, regulation, tender mechanism, human resources and project packaging.

    This research is carried out by using a survey method in which questionnaire distributed to 45 respondents who were involved in the procurement of the EIRTP-1 Project. The result of the survey shows that there are six critical delay factors out of 29 delay factors identified which could be used as one of the project strategies to improve the procurement process and as a concept for improvement in handling projects' procurement management.

    Keywords: critical delay factor, procurement implementation, executing agency at local and central government levels as well as the Bank.

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya

    yang selalu dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

    Penulisan tesis ini merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan Bidang

    Studi Manajemen Rekayasa Konstruksi, Departemen Teknik Sipil Program

    Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.

    1. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Reini D.

    Wirahadikusumah, yang telah membimbing dalam pembuatan tesis ini, hormat

    dan rasa kagum menjadi inspirasi dan semangat untuk selalu melanjutkan

    belajar.

    2. Dengan rasa hormat dan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak

    dan Ibu dosen yang banyak memberikan ilmu dan memberikan warna dalam

    karakter peningkatan diri penulis, untuk lebih arif dan bijaksana dalam

    menghadapi kehidupan, yang sangat penulis kagumi dan banyak memberikan

    suri tauladan, Bapak Dr. Ir. Biemo W. Soemardi, Dr. Ir. Purnomo Soekirno,

    Dr. Ir. Rizal Z. Tamin, Dr. Ir. Krisna S. Pribadi, Dr. Ir. Muhamad Abduh, dan

    Ibu Dr. Ir. Puti Farida. Mudah-mudahan penulis bisa menjadi harapan Bapak

    dan Ibu dosen, untuk menjadi manusia yang berguna untuk bangsa dan negara.

    Ilmu yang telah penulis dapatkan dapat berguna menjadi bekal dalam

    peningkatan kinerja dan pengabdian di lingkungan Departemen PU.

    3. Semua bantuan dan kebaikan seluruh staf tata usaha, staf perpustakaan, staf

    laboratorium, dan staf penunjang di lingkungan Teknik Sipil. Tak lupa penulis

    ucapkan terima kasih dan mohon maaf kalau ada yang tak berkenan selama

    ini.

    4. Dengan ini penulis sampaikan terima kasih kepada Departemen Pekerjaan

    Umum dan ADB yang telah memberikan kesempatan untuk belajar di Institut

    Teknologi Bandung.

    5. Terima kasih untuk semua teman-teman yang selalu bersama dalam suka dan

    duka selama tinggal di Bandung, kita akan selalu mengenang dan melanjutkan

    persahabatan ini sampai kapanpun.

  • iv

    6. Tak lupa sahabat-sahabat di kantor, atas perhatian dan yang selalu

    mengingatkan waktu yang berjalan, untuk segera kembali ke Jakarta terima

    kasih banyak.

    7. Serta sahabat sejati penulis, yang selalu mendengarkan keluh kesah, teman

    berdiskusi, teman yang terkadang sangat menyebalkan. Namun demikian,

    penulis teramat sangat berterima kasih atas pengertian, kesabaran, dan

    pemberian nasihat selama ini, mudah-mudahan persahabatan kita abadi.

    8. Terakhir, penuh rasa syukur dan terima kasih selalu untuk keluarga,

    khususnya Ibu dan almarhum ayah tercinta, serta kakak dan adik yang telah

    melimpahkan kasih sayang dan dukungan moril yang melebihi ukuran.

    Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi

    tambahan pengetahuan yang dapat digunakan demi perkembangan pengadaan jasa

    konsultansi di Indonesia.

    Bandung, Februari 2005

    Beni Fariati Handayani Mrih Rahayu

  • v

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK .............................................................................................................. i

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

    DAFTAR ISI.......................................................................................................... v

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iiiv

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x

    DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. xi

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1

    1.2 Perumusan Masalah ......................................................................................... 3

    1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3

    1.4 Lingkup Penelitian........................................................................................... 3

    1.5 Metodologi Penelitian...................................................................................... 4

    1.6 Sistematika Penulisan ...................................................................................... 6

    BAB II STUDI LITERATUR

    2.1 Pendanaan Prasarana Jalan .............................................................................. 7

    2.2 Pengadaan Jasa Konsultansi ............................................................................ 8

    2.3 Sistem Seleksi Pengadaan Jasa Konsultansi.................................................... 9

    2.4 Metode Evaluasi Kualitas dan Biaya............................................................. 11

    2.5 Pengadaan Jasa Konsultansi menurut Keppres No. 80/2003......................... 14

    2.6 Pedoman Bank Dunia .................................................................................... 16

    2.7 Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP)................................... 20

    2.8 Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Proyek EIRTP-1..................................... 22

    2.9 Pengadaan Jasa Konsultansi Beberapa PLN.................................................. 22

    BAB III IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR KETERLAMBATAN

    3.1 Metodologi Identifikasi ................................................................................. 24

  • vi

    3.2 Faktor-Faktor Umum ..................................................................................... 26

    3.2.1 Pengalaman Panitia ........................................................................... 26

    3.2.2 Pemahaman Paket Pekerjaan ............................................................ 27

    3.2.3 Pengaruh Beban Kerja ...................................................................... 27

    3.2.4 Intervensi dari Luar Panitia............................................................... 27

    3.2.5 Perubahan Struktur Organisasi ......................................................... 27

    3.3 Faktor-Faktor Peraturan................................................................................. 28

    3.3.1 Peraturan-Peraturan Pelaksanaan...................................................... 28

    3.3.2 Kekurangpahaman Prosedur Bank Dunia......................................... 28

    3.3.3 Peraturan Pemerintah Daerah ........................................................... 29

    3.3.4 Perbedaan Prosedur Pengadaan ........................................................ 29

    3.3.5 Penyelesaian Masa Sanggah ............................................................. 29

    3.4 Faktor-faktor Mekanisme Pelelangan............................................................ 30

    3.4.1 Rekomendasi PMU dan Bank Dunia ................................................ 30

    3.4.2 Penyiapan Dokumen ......................................................................... 30

    3.4.3 Transparansi Informasi ..................................................................... 30

    3.4.4 Pemahaman Tata Cara Evaluasi Bank Dunia ................................... 31

    3.4.5 Format Pelaporan Bank Dunia.......................................................... 31

    3.4.6 Kemampuan Penggunaan Komputer ................................................ 31

    3.4.7 Persetujuan Pemimpin Proyek .......................................................... 31

    3.4.8 Permohonan Persetujuan PMU......................................................... 32

    3.4.9 Permohonan Persetujuan Bank Dunia .............................................. 32

    3.4.10 Negosiasi........................................................................................... 32

    3.4.11 Fasilitas Sistem Informasi................................................................. 32

    3.5 Faktor-Faktor Sumber Daya Manusia............................................................ 33

    3.5.1 Kemampuan Bahasa Inggris ............................................................. 33

    3.5.2 Pengalaman Pelatihan ....................................................................... 33

    3.5.3 Pembinaan dari Pemerintah Pusat..................................................... 33

    3.5.4 Perbedaan Asumsi Peraturan ............................................................ 33

    3.5.5 Narasumber ....................................................................................... 34

    3.5.6 Kurangnya Sosialisasi Peraturan....................................................... 34

  • vii

    3.6 Faktor-Faktor Pemaketan............................................................................... 34

    3.6.1 Perubahan Lingkup Pekerjaan .......................................................... 34

    3.6.2 Distribusi Addendum Dokumen Pelelangan..................................... 34

    BAB IV PENGOLAHAN DATA

    4.1 Umum ............................................................................................................ 35

    4.2 Desain Kuesioner........................................................................................... 36

    4.3 Hasil Pengumpulan Data ............................................................................... 38

    4.4 Pengolahan Statistik....................................................................................... 40

    BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    5.1 Analisis Statistik ............................................................................................ 44

    5.1.1 Nilai Rata-Rata Penilaian Responden............................................... 45

    5.1.2 Nilai Sebaran Penilaian Responden .................................................. 46

    5.1.3 Frekuensi Penilaian Responden ........................................................ 47

    5.1.4 Klasifikasi Faktor-Faktor Keterlambatan ......................................... 48

    5.2 Analisis Faktor-Faktor Keterlambatan Tidak Kritis ...................................... 53

    5.3 Analisis Faktor-Faktor Keterlambatan Cukup Kritis..................................... 57

    5.4 Analisis Faktor-Faktor Keterlambatan Sangat Kritis .................................... 61

    5.5 Rekomendasi Tahapan Pengadaan Jasa Konsultansi..................................... 64

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan .................................................................................................... 72

    6.2 Saran .............................................................................................................. 76

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • viii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar I.1 Metodologi penelitian ..................................................................... 5

    Gambar II.1 Proses seleksi pengadaan jasa konsultansi Bank Dunia................ 18

    Gambar II.2 Proses seleksi pengadaan jasa konsultansi Bank Asia .................. 19

    Gambar IV.1 Persentase kuesioner kembali........................................................ 38

    Gambar IV.2 Pendidikan responden ................................................................... 38

    Gambar IV.3 Pengalaman kerja responden......................................................... 39

    Gambar IV.4 Pengalaman kerja responden sebagai panitia lelang ..................... 39

    Gambar IV.5 Pengalaman kerja responden sebagai panitia lelang PLN............. 40

    Gambar V.1 Persentase frekuensi faktor-faktor tidak kritis .............................. 50

    Gambar V.2 Persentase frekuensi faktor-faktor cukup kritis............................. 51

    Gambar V.3 Persentase frekuensi faktor-faktor sangat kritis ............................ 52

  • ix

    DAFTAR TABEL

    Tabel I.1 Keterlambatan pengadaan proyek EIRTP-1 ....................................... 2

    Tabel II.1 Besar dana pinjaman luar negeri Dirjen Prasarana Wilayah .............. 8

    Tabel II.2 Perbedaan beberapa tahapan pengadaan jasa konsultansi ................ 23

    Tabel III.1 Tahapan seleksi jasa konsultansi pedoman Bank Dunia................... 25

    Tabel IV.1 Daftar pertanyaan-pertanyaan kuesioner .......................................... 37

    Tabel IV.2 Pengkodean daftar pertanyaan-pertanyaan kuesioner....................... 41

    Tabel IV.3 Hasil pengolahan data kuesioner ...................................................... 43

    Tabel V.1 Penyusunan kelompok nilai rata-rata penilaian responden............... 45

    Tabel V.2 Penyusunan kelompok sebaran penilaian responden........................ 46

    Tabel V.3 Penyusunan kelompok frekuensi penilaian responden ..................... 47

    Tabel V.4 Klasifikasi faktor-faktor keterlambatan pengadaan .......................... 48

    Tabel V.5 Hasil klasifikasi faktor-faktor keterlambatan pengadaan ................. 49

    Tabel V.6 Faktor-faktor keterlambatan jasa konsultansi tidak kritis ................. 50

    Tabel V.7 Faktor-faktor keterlambatan jasa konsultansi cukup kritis ............... 51

    Tabel V.8 Faktor-faktor keterlambatan jasa konsultansi sangat kritis............... 52

  • x

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran A: Kajian Awal

    Lampiran B: Kuesioner

    Lampiran C: Profil Responden

    Lampiran D: Master Data

    Lampiran E: Analisis Statistik

  • xi

    DAFTAR ISTILAH

    ADB Asian Development Bank

    APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

    BATA Bridging Advisory Technical Assistance

    Bintek Bina Teknik

    Dirjen Direktorat Jenderal

    EIRTP Eastern Indonesia Region Transport Project

    EITPA Eastern Indonesia Transport Priority Analysis

    FIDIC Fdration Internationale des Ingnieurs-Conseils

    GoI Government of Indonesia

    IBRD International Bank for Reconstruction and Development

    IDA International Development Association

    ITC Information to Consultants

    JBIC Japan Bank for International Cooperation

    KAK Kerangka Acuan Kerja

    Keppres Keputusan Presiden

    LOI Letter of Invitation

    Juklak Petunjuk Pelaksanaan

    PLN Pinjaman Luar Negeri

    PMU Project Management Unit

    Praswil Prasarana Wilayah

    TOR Term of Reference

    QBS Quality-Based Selection

    QCBS Quality-and Cost-Based Selection

    RFP Request for Proposal

    UNDB United Nations Development Business

  • 72

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1. Kesimpulan

    Jasa konsultansi merupakan bagian dari suatu kegiatan jasa konstruksi, dengan

    pelaksanaan proses pengadaan jasa konsultansi yang transparansi, diharapkan

    dapat mendorong pengembangan industri konstruksi secara umum, khususnya

    konsultan. Layanan jasa konsultansi di bidang perencanaan dan pengawasan

    pekerjaan akan sangat mempengaruhi mutu pekerjaan konstruksi. Hasil penelitian

    ini dapat dipergunakan sebagai bahan perbaikan kinerja pelaku pelaksana

    pengadaan dengan dana PLN, khususnya yang menggunakan dana Bank Dunia.

    Secara prinsip pengadaan jasa konsultasi dengan pendanaan PLN-PLN lainnya

    mempunyai prosedur yang sama.

    Setelah dilaksanakan survei melalui penyebaran kuesioner pada sejumlah pelaku

    pelaksana pengadaan di beberapa provinsi, tampak bahwa latar belakang pelaku

    pelaksana pengadaan, ditinjau dari segi pendidikan, sudah memadai. Profil

    responden menunjukkan bahwa 62,5% berpendidikan S1 sebesar, 22,5%

    berpendidikan S2, dan hanya 15% D3. Namun pengalaman sebagai panitia lelang

    khususnya PLN masih kurang memadai. Tidak ada responden yang

    berpengalaman lebih dari 10 kali, 9 responden berpengalaman 5 sampai dengan

    10 kali sebagai panitia lelang PLN, dan hanya 31 responden memiliki pengalaman

    kurang dari 5 kali.

    Dari kajian terhadap proses pengadaan jasa konsultansi berdasarkan pedoman

    Bank Dunia menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor penyebab

    keterlambatan pengadaan. Berdasarkan hasil analisis penelitian dapat

    digambarkan faktor-faktor keterlambatan dan karakteristik apa saja yang

    mempengaruhi pelaksanaan pengadaan jasa konsultansi. Kesimpulan penyebab

    utama keterlambatan pengadaan jasa konsultansi selanjutnya akan diuraikan pada

    bagian di bawah ini.

  • 73

    1. Umum (organisasi dan pengalaman)

    Faktor-faktor umum yang mempengaruhi keterlambatan pengadaan jasa

    konsultansi terdiri dari pengalaman panitia, pemahaman paket pekerjaan,

    pengaruh beban kerja, intervensi dari luar panitia, dan perubahan struktur

    organisasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa dua faktor tidak kritis, dan tiga

    faktor cukup kritis. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah standar pengadaan

    kurang diperhatikan khususnya masalah kualifikasi panitia pengadaan dengan

    dana PLN, dengan demikian masih banyak panitia yang tidak memiliki

    pengalaman yang cukup sebagai panitia pelelangan dengan PLN.

    Kestabilan internal organisasi proyek dalam proses pengadaan cukup baik.

    Disebabkan pimpro di daerah lebih dominan kewenangan dalam suatu

    tanggung jawab, jarang panitia memiliki karakter independen dalam

    mengambil keputusan hasil pengadaan. Dalam proses pengadaan jarang terjadi

    pergantian pimpro atau struktur organisasi, baik proyek atau panitia.

    Hal ini berkaitan dengan masalah organisasi proyek yang baru melakukan

    pengadaan jasa konsultansi, dengan demikian secara pengalaman lembaga

    atau organisasi masih jauh dari pengalaman yang memadai di bidang PLN.

    Dengan demikian pada kaitannya dengan pada proses tahapan penyiapan

    dokumen dan evaluasi, untuk itu masih sangat diperlukan suatu pembelajaran

    yang dilaksanakan secara rutin di lingkungan proyek

    2. Pengaturan/Aspek Hukum dan Penerapannya

    Faktor-faktor peraturan/aspek hukum dan penerapannya yang mempengaruhi

    keterlambatan jasa konsultansi terdiri dari peraturan pelaksana,

    kekurangpahaman prosedur Bank Dunia, peraturan pemerintah daerah,

    perbedaan prosedur pengadaan, dan penyelesaian masa sanggah. Hasil

    analisis menunjukkan bahwa dua faktor tidak kritis, dua faktor cukup kritis,

    dan satu faktor sangat kritis. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah masih

    kurangnya peraturan penunjang pelaksanaan prosedur yang memadai dan

    belum adanya perhatian yang lebih besar pada pengaturan proses pengadaan

    jasa konsultansi dengan penegakan hukum.

  • 74

    Hal tersebut dengan kaitannya dengan proses pengadaan, belum adanya suatu

    petunjuk pelaksanaan yang detail, dengan memberikan contoh contoh tata

    evaluasi dan standar baku dalam proses administrasi. Demikian pula

    diperlukan petunjuk cara evaluasi yang lebih detail. Untuk tata cara usulan

    harusnya ada aturan yang baku, baik itu format persuratan maupun proses

    adminstrasi yang lainnya.Perlunya pemahaman isi kontrak dan dokumen

    lelang ditinjau dari aspek hukum dan implementasinya.

    3. Faktor Mekanisme Pelelangan

    Faktor-faktor mekanisme pelelangan yang mempengaruhi keterlambatan jasa

    konsultansi adalah rekomendasi PMU dan Bank Dunia, penyiapan dokumen,

    transparansi informasi, pemahaman tata cara evaluasi, format pelaporan,

    kemampuan penggunaan komputer, persetujuan pimpro, persetujuan PMU,

    persetujuan Bank Dunia, negosiasi, dan fasilitas sistem informasi. Hasil

    analisis menunjukkan bahwa lima faktor tidak kritis, dua faktor cukup kritis,

    dan empat faktor sangat kritis. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah

    mekanisme pelelangan merupakan faktor yang sangat dominan menjadi

    penyebab keterlambatan. Hal ini disebabkan birokrasi dalam proses

    persetujuan dalam berbagai tahapan masih kurang transparan, baik di internal

    maupun eksternal proyek, karena belum tertuang dalam suatu peraturan.

    Lemahnya koordinasi dan kebijakan antarpihak terkait dalam proses

    pengadaan, baik di pihak panitia, pusat, dan bank, menyebabkan birokrasi

    yang memerlukan waktu yang panjang dan kurang transparan.

    Hal tersebut di atas sangat terkait dengan setiap tahapan pada proses

    persetujuan dokumen lelang, hasil evaluasi teknik, hasil evaluasi teknik dan

    biaya, draft kontrak, dan persetujuan kontrak. Tahapan tersebut seharusnya

    merupakan tahapan yang dilaksanakan oleh panitia. Namun, khusus penyiapan

    dokumen telah dilakukan oleh PMU tanpa melibatkan panitia daerah. Hal ini

    menyebabkan panitia tidak mengikuti permasalahan dalam penyiapan

    dokumen pengadaan dan sangat menghambat proses pengadaan dalam

    implementasinya, karena diperlukan waktu yang ekstra untuk memahami

    dokumen-dokumen yang telah disediakan oleh PMU.

  • 75

    Dalam tahapan persetujuan bank, untuk itu secara tidak tertulis dalam

    aturan/prosedurnya, harus dilalui melalui Direktorat Praswil, Direktorat

    Bintek, dan PMU, dengan demikian setiap tahapan secara tidak langsung

    diperiksa yang bukan menjadi tanggung jawab dari instansi terkait. Terjadi

    birokrasi yang belum diatur secara transparan, maka masalah keterlambatan

    dalam suatu proses pengadaan akan tetap terjadi dengan sangat signifikan,

    karena membuka indikasi di masing-masing sub-bagian yang tidak memiliki

    kejelasan fungsi dari pihak-pihak yang memeriksa. Apabila masing-masing

    pihak terkait memahami dan berkomitmen pada hak dan tanggung jawab

    dalam tahapan proses pengadaan untuk persetujuan bank maka tidak

    membuka peluang pihak-pihak terkait untuk menghambat proses pelelangan.

    4. Sumber Daya Manusia

    Faktor-faktor sumber daya manusia yang mempengaruhi keterlambatan adalah

    kemampuan bahasa Inggris, pelatihan pengadaan, pembinaan pemerintah

    pusat, perbedaan asumsi peraturan, narasumber, dan kurangnya sosialisasi

    peraturan. Hasil analisis menunjukkan bahwa dua faktor tidak kritis, tiga

    faktor cukup kritis, dan satu faktor sangat kritis. Kesimpulan yang dapat

    ditarik adalah kurangnya tersedia kapasitas pelaku pelaksana PLN yang

    memadai. Rendahnya profesionalisme panitia pengadaan dan pelaku

    pelaksanaan pengadaan terkait. Kemampuan panitia di daerah kurang

    memahami peraturan dan prosedur Bank Dunia. Tidak memadainya pelatihan

    dan pengenalan perkembangan peraturan yang digunakan dalam pelaksanaan

    proses pengadaan. Menurut perkiraan awal adalah faktor bahasa sangat kritis,

    namun hasil analisis menunjukan faktor tersebut cukup kritis. Hal ini mungkin

    disebabkan oleh kecenderungan panitia memiliki rasa malu mengakui

    kemampuan dalam bahasa Inggris.

    Sumber daya manusia delam proses pengadaan antara lain terkait dengan

    kemampuan, keahlian yang dimiliki ,peraturan yang menunjang, dan pihak

    lain yang terkait. Dalam hal ini pada proses pengadaan menyangkut

    pembuatan dokumen, penjelasan, evaluasi, negosiasi, dan penyiapan kontrak.

  • 76

    5. Faktor Pemaketan Proyek/Perubahan Dokumen

    Faktor-faktor pemaketan proyek/perubahan dokumen yang mempengaruhi

    keterlambatan adalah perubahan lingkup pekerjaan, dan distribusi addendum

    dokumen pelelangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa satu faktor tidak

    kritis dan satu faktor cukup kritis. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah masih

    kurang efisien, efektif dan detail dalam perencanaan dan pemrograman,

    sebagai dasar pemaketan proyek di dalam dokumen pelelangan. Kelemahan

    koordinasi unit-unit kerja yang terkait dalam penyusunan perencanaan dan

    program dengan implementasi proyek unit. Perubahan dokumen menjadi hal

    yang biasa, dan menggambarkan ketidak valid dalam pembuatan dokumen

    pengadaan jasa konsultansi, dengan sering terjadinya perubahan paket-paket

    proyek/ruas-ruas jalan di dalamnya. Hal ini kaitanya pada isi dokumen lelang,

    seberapa jauh dokumen lelang bisa sesuai dengan kebutuhan lapangan.

    6.2. Saran

    Faktor-faktor keterlambatan kritis pengadaan jasa konsultansi pada penelitian ini

    dapat digunakan sebagai bahan perbaikan pelaksanaan pengadaan jasa konsultansi

    yang menggunakan dana PLN. Pelaku pelaksana pengadaan diharapkan tidak

    hanya memahami pelaksanaan proses pelelangan, tetapi sebaiknya mengerti

    penyebab keterlambatan dan mengantisipasinya agar pengadaan jasa konsultansi

    dapat berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian diharapkan ketepatan waktu

    pelaksanaan pengadaan dapat dijadikan acuan salah satu penilaian kinerja proyek.

    Konsep perbaikan proses pelelangan dengan strategi peningkatan pengaturan

    pelaksanaannya dilakukan dengan tindakan sebagai-berikut

    1. Umum (organisasi dan pengalaman) a. Tanggung jawab/komitmen pelaku

    Departemen Kimpraswil bekerjasama dengan provinsi (proyek) dan

    berkonsultansi dengan Bank Dunia perlu meninjau ulang ketentuan

    perjanjian pinjaman yang dicantumkan dalam juklak, antara lain upaya

    mewujudkan (i) tata pemerintahan yang baik, (ii) pencapaian tujuan

    proyek, (iii) kesamaan persepsi prosedur oleh semua pihak yang terlibat,

    dan (iv) implementasi proyek yang bebas dari penipuan dan korupsi.

  • 77

    b. Konsistensi standar pengadaan

    Departemen Kimpraswil bekerjasama dengan provinsi (proyek) dan

    berkonsultasi dengan Bank Dunia perlu mengkaji ulang prosedur

    pelaksanaan di daerah dan merekomendasikan penyempurnaan prosedur

    guna menjamin konsistensi standar.

    2. Peraturan/Aspek Hukum dan Penerapannya

    a. Pengaturan pengadaan dan implementasi.

    Perlu memberi perhatian yang lebih besar pada pengaturan proses

    pengadaan dan implementasi, dan mekanisme untuk mencegah penipuan

    dan korupsi selama proses pengadaan dan persetujuan, dan dicantumkan

    dalam dokumen pinjaman.

    b. Kode etik proses pengadaan.

    Departemen Kimpraswil berkonsultasi dengan Bank Dunia, provinsi

    (proyek), dan pihak terkait lainnya perlu menyusun kode etik dan sanksi

    yang harus diterapkan pada institusi pelaksana pengadaan, maupun pihak-

    pihak terkait lainnya.

    3. Mekanisme Pelelangan

    a. Evaluasi kinerja pelaksana pengadaan

    Departemen Kimpraswil berkonsultasi dengan proyek dan pihak terkait

    lainnya perlu mengembangkan dan menerapkan suatu sistem evaluasi

    kinerja pelaksana pengadaan secara independen.

    b. Pemeriksaan eksternal terhadap kinerja panitia.

    Departemen Kimpraswil secara independen sebaiknya mengkaji kemajuan

    pelaksanaan proses pengadaan, ketaatan terhadap peraturan, dan isu lain

    berkaitan dengan proses pengadaan.

    c. Peningkatan frekuensi pemantauan proses pengadaan

    Perlu disediakan anggaran yang cukup bagi staf PMU untuk meningkatkan

    frekuensi pemantauan terhadap implementasi proses pelaksanaan

    pengadaan. Dengan melakukan kunjungan ke provinsi apabila ada

    masalah-masalah yang dihadapi.

  • 78

    d. Sistem informasi proyek dan peralatan

    Penerapan sistem informasi proyek dan pelaporan, mencakup informasi

    mutakhir yang berkaitan dengan pengadaan.

    e. Evaluasi mekanisme proses pengadaan

    Departemen Kimpraswil berkonsultansi dengan Bank Dunia perlu

    mengembangkan prosedur pelaksanaan pengadaan di provinsi, dan

    mekanismenya guna mencegah tumpang tindih kewenangan pusat dan

    panitia pengadaan.

    f. Transparansi dan partisipasi publik

    Perlunya pemantauan proses pengadaan dengan membangun situs internet

    yang memberikan informasi yang relevan.

    4. Sumber Daya Manusia

    a. Panitia pengadaan provinsi (proyek)

    Departemen Kimpraswil perlu mengadakan kesepakatan dengan provinsi

    (proyek) agar panitia yang terlibat dalam proses pengadaan memiliki

    reputasi baik dalam bidangnya.

    b. Kapasitas PMU

    Staf PMU dan staf Direktorat Prasarana Wilayah di pusat dan provinsi

    perlu mengikuti pelatihan yang relevan dan memahami sepenuhnya

    prosedur Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia, antara lain (i)

    implementasi, (ii) proses pengadaan, (iii) pemakaian konsultan, (iv)

    pelaporan, (v) pemantauan, dan (vi) pencegahan penipuan dan korupsi,

    dan perlunya staf PMU yang tetap/stabil.

    5. Pemaketan Proyek/Perubahan Dokumen

    Banyaknya paket proyek diperlukan kesiapan yang akurat dalam perencanaan

    dan pemrograman. Dengan tindakan pelaksanaan implementasi proyek unit

    dan unit-unit terkait lebih ditingkatkan akuntabel, efisien, dan efektif dengan

    sistem yang dipakai untuk penyaringan sesuai dengan kebutuhan teknis di

    lapangan. Perlunya penyiapan persyaratan lahan untuk pekerjaan fisik yang

    pasti, yaitu pembebasan tanah dan pemindahan tempat tinggal rencana, yang

  • 79

    dijadikan lahan untuk jalan dan jembatan. Sebaiknya paket-paket yang

    tercantum dalam dokumen sudah mendekati draft final. Terutama untuk

    pekerjaan tahun pertama implementasi, detail desain harus tersedia. Dengan

    demikian perubahan dokumen untuk paket proyek bisa ditekan sekecil

    mungkin.

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Ang, Alfredo, dan Wilson, Tang. 1992. Konsep-Konsep Probabilitas dalam Perencanaan dan Perancangan Rekayasa. Jakarta: Erlangga.

    2. Asian Development Bank. 2004. Seminar on Project Implementation and Administration. Jakarta.

    3. Asian Development Bank. Mei 2003. Handbook for Users of Consulting Services, Volume II Recruitment of Consultants Under ADB Financing.

    4. Asian Development Bank. November 2002. Handbook for Users of Consulting Services, Volume III User Guide for Preparing Terms of Reference.

    5. Asian Development Bank. September 2002. Handbook for Users of Consulting Services, Volume I Procedures and Practices.

    6. Asian Development Bank. April 2002. Guidelines on the Use of Consultants by ADB and its Borrowers.

    7. Asian Development Bank. 1996. Loan Disbursement Handbook.

    8. Asian Development Bank. 1988. Handbook on Management of Project Implementation.

    9. Bapekin Departemen Kimpraswil. 2003. Kajian Materi Teknik untuk Menyusun Standar Dokumen Pelelangan Internasional Jasa Perencanaan dan Pengawasan Konstruksi di Lingkungan Departemen Kimpraswil.

    10. Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Teknik. Juni 1999. Proses Administrasi Penetapan Pemenang Pelelangan Pengadaan Jasa Konsultansi, untuk Pekerjaan Detailed Design and Construction Supervision of SUMEC Under OECF Loan IP-487, pada Proyek Perencanaan Teknik Jalan. Jakarta.

    11. Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Direktorat Bina Teknik. Februari 2004. Lokakarya Manajemen Proyek, ADB Loan 1798-INO. Jakarta.

    12. Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Teknik. Januari 1998. Proses Administrasi Penetapan Pemenang Pelelangan Pengadaan Jasa Konsultansi, untuk Pekerjaan Design Review and Construction Supervision of HLRIP Under OECF Loan IP-466, pada Bagian Proyek Perencanaan Teknik Jalan Wilayah. Jakarta.

  • 13. Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Direktorat Bina Teknik. January 2004. Brief Information of the Progress of on-going Loan under JBIC, ADB, and IBRD. Jakarta.

    14. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Badan Pembinaan Konstruksi dan Investasi. September 2003. Kajian Pembinaan Industri Konstruksi. Bandung.

    15. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2004. Seri Pengadaan Jasa Konstruksi Keppres No.80 Th. 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Kepmen Kimpraswil No.339/KPTS/M/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah.

    16. Diklat Pengadaan Barang dan Jasa. 2004. Departemen Kimpraswil. Ketentuan Umum Pengadaan Barang dan Jasa dengan Bantuan Luar Negeri. Jakarta.

    17. Direktorat Bina Teknik, Sub Direktorat Penganggaran dan Bantuan Luar Negeri, Dirjen Praswil, Departemen Kimpraswil. 2004. Project Management Report.

    18. Direktorat Bina Teknik, Sub Direktorat Penganggaran dan Bantuan Luar Negeri, Dirjen Praswil, Departemen Kimpraswil. 2004. Proposed Performance Sub-Indicators for EIRTP-1.

    19. Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah. 2004. Pengadaan Barang dan Jasa Pinjaman dan Hibah Luar Negeri. Jakarta.

    20. Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah Departemen Kimpraswil. 2002. Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Proyek Pinjaman IBRD 4643-IND EIRTP-1.

    21. Direktorat Bina Teknik, Sub Direktorat Penganggaran dan Bantuan Luar Negeri. 2001. Appraisal Report Loan IBRD, EIRTP-1.

    22. Direktorat Bina Teknik, Sub Direktorat Penganggaran dan Bantuan Luar Negeri, Dirjen Praswil, Departemen Kimpraswil. 2001. Laporan Negosiasi Loan IBRD EIRTP-1.

    23. Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah. Juli 2001. Prosedur Seleksi Konsultan EIRTP-IBRD. Jakarta.

    24. Federation Internationale des Ingenieurs-Conseils (FIDIC). 2003. Guidelines for the Selection of Consultants International Federation of Consulting Engineers.

    25. Gama Putranto. Juli 2003. Identifikasi Pengelolaan Limbah Konstruksi dalam Proyek Konstruksi di Indonesia sebagai Dasar bagi Pengembangan Model Prosedur Pengelolaan Limbah Konstruksi. Tesis Magister MRK ITB. Bandung.

  • 26. Government of the Republic of Indonesia, Ministry of Settlement and Regional Infrastructure. Technical Assistance for EIRTP Priorities Analysis Study.

    27. Hikmawati. Juni 2004. Identifikasi Faktor-Faktor Keberhasilan Kritis Pengelolaan Teknologi Informasi pada Kontraktor di Indonesia. Tesis Magister MRK ITB. Bandung.

    28. Japan Bank for International Cooperation.January 2000. Handbook for Procurement under JBIC ODA Loans, The Employment of Consultants Procurement of Good and Services.

    29. Kenneth S. Bordens & Bruce B. Abbott. Fifth Edition 2002. Research Design and Methods, A Process Approach. International Edition.

    30. Maartje van Dalen. March 2003. Role and Performance of the Indonesian Construction Sector. M.Sc Thesis International Technology and Development Studies Department of Technology Management, Eindhoven University of Technology. Technische Univerteit Eindhoven and Institut Teknologi Bandung.

    31. The Word Bank. 2001. Proposed Eastern Indonesia Region Road Project, Director General of Regional Infrastructure, Ministry of Human Settlement and Regional Development. Jakarta.

    32. The World Bank. January 1997 revised September 1997 and January 1999. Guidelines Selection and Employment of Consultants by World Bank Borrowers.

    33. The World Bank. January 1997 revised September 1997 and January 1999 revised September 1998 and January 1999. Guidelines Procurement under IBRD Loan and IDA Credits.

    34. The World Bank. July 1997. Standard Request for Proposals, Selection of Consultants. Washington.

    35. Y. Bayu Krisnamurthi. 1993. Metode Penelitian Sosial Ekonomi, Direktorat Perguruan Tinggi Swasta, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Bogor.