23
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang definisi belajar. Menurut Bloom (1988) definisi belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman. Secara praktis dan diasosiasikan sebagai proses memperoleh informasi. Menurut Kupferman (1981) belajar adalah proses dimana manusia dan binatang menyesuaikan tingkah lakunya sebagai hasil dari pengalaman. Howard L. Kingskey (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Ani (2004) berpendapat bahwasuatu organisme yang mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman disebut dengan belajar. Menurut, Slameto (2010:2) belajar adalah suatu rangkaian upaya untuk menciptakan suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan yang dilakukan seseorang melalui hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Nashar (2004) berdefinisi bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang mengarah ke arah yang lebih baik, yang terjadi melalui latihan dan pengalaman. Sejalan dengan Nashar, Sardiman (2007) mendefinisikan bahwa: ”belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, medengarkan, meniru dan lain sebagainya”. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang dilakukan secara sadar dalam menambah pengetahuan atau kecakapan yang dapat berguna bagi diri pribadi dan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan formal dan lingkungan nonformal. Lingkungan formal meliputi sekolah, sedangkan lingkungan nonformal yakni lingkungan sekitar dimana seseorang berinteraksi. Jika seseorang tidak mengalami peningkatan perilaku, keterampilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

  • Upload
    trannga

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Belajar

Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang definisi belajar. Menurut

Bloom (1988) definisi belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap

sebagai hasil dari pengalaman. Secara praktis dan diasosiasikan sebagai proses

memperoleh informasi. Menurut Kupferman (1981) belajar adalah proses dimana

manusia dan binatang menyesuaikan tingkah lakunya sebagai hasil dari

pengalaman. Howard L. Kingskey (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar;

Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau

diubah melalui praktek atau latihan. Ani (2004) berpendapat bahwasuatu

organisme yang mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman disebut

dengan belajar. Menurut, Slameto (2010:2) belajar adalah suatu rangkaian upaya

untuk menciptakan suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan yang

dilakukan seseorang melalui hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Sedangkan Nashar (2004) berdefinisi bahwa belajar adalah perubahan

tingkah laku yang mengarah ke arah yang lebih baik, yang terjadi melalui latihan

dan pengalaman. Sejalan dengan Nashar, Sardiman (2007) mendefinisikan bahwa:

”belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan

serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, medengarkan,

meniru dan lain sebagainya”.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar belajar

adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang dilakukan secara

sadar dalam menambah pengetahuan atau kecakapan yang dapat berguna bagi diri

pribadi dan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan

formal dan lingkungan nonformal. Lingkungan formal meliputi sekolah,

sedangkan lingkungan nonformal yakni lingkungan sekitar dimana seseorang

berinteraksi. Jika seseorang tidak mengalami peningkatan perilaku, keterampilan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

7

dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut belum mengalami suatu proses

belajar. Seseorang yang belum dapat mengalami proses belajar disebabkan oleh

beberapa hal yang meliputi faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu

faktor yang timbul dari diri seseorang itu sendiri, dapat berupa rasa bosan, rasa

sakit, maupun rasa lelah yang ditimbulkan dari segi jasmani. Sedangkan faktor

ekstern yaitu di luar jasmani seseorang, dapat meliputi keluarga, masyarakat,

teman bergaul, dan juga sekolah.

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki seseorang setelah

mengalami suatu pembelajaran atau setelah mengalami pengalaman belajar.

Soedijarto dalam (Masnaini, 2003:6) menyatakan bahwa Hasil belajar adalah

tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar

mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar dalam kerangka studi ini

meliputi kawasan kognitif, afektif, dan kemampuan/kecepatan belajar seorang

pelajar. Sedangkan Keller dalam (Abdurrahman, 1999:39), mengemukakan hasil

belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak, hasil belajar

dipengaruhi oleh besarnya usaha (perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-

tugas belajar) yang dilakukan oleh anak.

Sejalan dengan pendapat Soedijarto dan Keller, hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam

bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan

dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita

(Sudjana, 2004:22).

Menurut pendapat Soedijarto, Keller, dan Sudjana definisi hasil belajar

difokuskan pada sisi pelajar atau anak, lain halnya dengan pendapat Dimyati dan

Mudjiyono (2006:3) yakni hasil belajar merupakan hal yang dipandang dari dua

sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat

perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum

belajar, sedangkan dari sisi guru adalah bagaimana guru bisa menyampaikan

pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

8

Menurut Slameto (2010:54) ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil

belajar, yaitu:

a. Faktor intern, merupakan faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar,

yang termasuk di dalamnya:

1) Faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan cacat tubuh).

2) Faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan, dan kesiapan).

3) Faktor kelelahan.

b. Faktor ekstern, merupakan faktor yang ada di luar individu, yang termasuk di

dalamnya:

1) Faktor keluarga (cara orangtua mendidik, relasi antaranggota keluarga,

suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, dan latar

belakang kebudayaan).

2) Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,

relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,

standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode mengajar, dan

tugas rumah).

3) Faktor masyarakat (kegiatan anak dalam masyarakat, media massa, teman

bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).

Dari pengertian para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar

adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau pikiran

yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan

dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri

seseorang penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan

dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan.

2.1.3 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

1) Hakekat Pembelajaran Matematika

Belajar matematika bagi para siswa merupakan alat untuk memahami atau

menyampaikan informasi, misalnya melalui persamaan-persamaan, atau table-

tabel dalam pembelajaran matematika. Dalam mempelajari matematika terjadi

proses pembentukkan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

9

penalaran suatu hubungan. Matematika berasal dari bahasa Yunani atau Latin

“Thanein” atau “Maathein” yang berarti belajar atau hal yang dipelajari, dalam

bahasa Belanda disebut “Wiskunde” yang berarti ilmu pasti yang berkaitan

dengan penalaran (Depdiknas, 2006:2)

Menurut pendapat Karso (2007:14) matematika merupakan ilmu yang

deduktif, aksiomatik, formal, hirakis, abstrak, bahasa symbol yang padat arti dan

semacamnya. Terdapatnya perbedaan karakteristik, maka diperlukan adanya

kemampuan khusus dari seorang guru untuk menjembatani antara dunia siswa

yang belum berpikir secara deduktif untuk dapat mengerti dunia matematika yang

bersifat deduktif.

Herman Hudojo (1988:3) berpendapat bahwa matematika dapat diartikan

dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur dan hubungannya diatur secara logik

sehingga matematika berkaitan dengan konsep abstrak. Dan kebenaran dalam

matematika muncul dari alasan logik dengan menggunakan pembuktian deduktif.

Sebagai standar kompetensi pembelajaran matematika menurut Yuliawati

(2004:133), terdapat dua hal penting yang perlu dipelajari dalam belajar

matematika untuk usia sekolah dasar seperti berikut.

a. Pengetahuan algoritmik: strategi umum dalam pemecahan masalah dengan

menggunakan langkah, aturan-aturan atau rumus-rumus matematika,

b. Pengetahuan koseptual: memadukan pemahaman verbal (soal cerita) dengan

aturan-aturan atau rumus-rumus matematika.

Berdasarkan pengertian para ahli matematika, dapat disimpulkan bahwa

matematika merupakan ilmu yang tidak sempurna karena dirinya sendiri. Perlu

adanya kemampuan untuk menganalisis sehingga jawaban dari masalah-masalah

yang terdapat di dalamnya dapat muncul. Matematika dapat membantu manusia

menghadapi permasalahan di bidang sosial, ekonomi, dan alam. Matematika

adalah konsep yang terdapat dalam bahan-bahan yang sedang dipelajari, dan lebih

memahami konsep yang terdapat dalam materi tersebut.

2) Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan mata pelajaran matematika yang tercantum dalam KTSP pada

SD/MI (Depdiknas, 2006:417), sebagai berikut.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

10

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yakni

memiliki rasa ingin taahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

3) Ruang Lingkup Materi Matematika Sekolah Dasar

Ruang lingkup pembelajaran matematika di SD meliputi aspek-aspek

sebagai berikut.

a. Bilangan : malakukan dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan

dalam pemecahan masalah dan menaksir operasi hitung.

b. Geometri : mengidentifikasi bangun datar dan bangun ruang menurut sifat,

unsur, dan kesebangunannya. Namun di SD, istilah geometri tidak

diperkenankan. Bangun-bangun geometri diperkenalkan melalui proses non

formal, konkret, dan diawali dengan bangun-bangun yang dijumpai para siswa

dalam kehidupan sehari-hari. Bangun-bangun datar yang diperkenalkaan

seperti segitiga, lingkaran, persegi, persegi panjang, trapezium, jajar genjang,

dan macam-macam sudut. Sedangkan bangun ruang seperti kubus, balok,

limas, kerucut, bola, tabung, dan berbagai macam prisma.

c. Pengukuran : Pengukuran diperkenalkan sejak kelas I sampai kelas VI diawali

dengan pengukuran tanpa menggunakan satuan baku. Di kelas-kelas yang

lebih tinggi baru diperkenalkan pengukuran dengan satuan baku. Adapun

konsep-konsep yang diperkenalkan dalam pengukuran mencakup, melakukan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

11

operasi hitung yang melibatkan keliling, luas, volume, dan satuan pengukuran,

menaksir ukuran (panjang, luas, volume) dari benda atau bangun geometri,

menentukan dan menggambarkan letak titik atau benda dalam kordinat.

d. Pengolahan data : pembahasan materi statistik secara sederhana di SD. Hanya

diberikan di kelas V dan VI. Terdapat topik kegiatan pengumpulan data,

menyususn data, dan menyajikan data secara sederhana, dan membaca data

yang telah disajikan dalam bentuk diagram. Data yang dikajipun diambil dari

lingkungan sehari-hari siswa.

Dalam pencapaian materi matematika SD diperlukan suatu kurikulum

yang menjadi pegangan guru.Saat ini kurikulum yang digunakan adalah

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Termuat Standar Kompetensi

(SK) dan Kompetensi Dasar (KD).SK dan KD yang termuat dalam standar isi

merupakan tujuan minimum yang harus dicapai oleh siswa, dan merupakan

acuan untuk mengembangkan kurikulum untuk tingkat satuan pendidikan. SK

dan KD dapat tercapai berdasarkan pada kemampuan guru memfasilitasi siwa

dalam proses pembelajaran.

2.1.4 Pembelajaran Bilingual pada Matematika

1) Pembelajaran Bilingual

Bilingual menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:151) adalah

mampu atau biasa memakai dua bahasa dengan baik dan bersangkutan dengan

atau mengandung dua bahasa. Menurut Hurlock (1993), dwibahasa (bilingualism)

adalah kemampuan menggunakan dua bahasa. Kemampuan ini tidak hanya dalam

berbicara dan menulis tetapi juga kemampuan memahami apa yang

dikomunikasikan orang lain secara lisan dan tertulis. Anak yang memiliki

kemampuan dwi bahasa memahami bahasa asing dengan baik seperti halnya

pemahaman anak terhadap bahasa ibunya. Anak mampu berbicara, membaca dan

menulis dalam dua bahasa dengan kemampuan yang sama. Pelaksanaan

pembelajaran secara bilingual menjadikan anak dapat memiliki pemahaman

berkomunikasi lisan dan dapat berbicara dalam dua bahasa. Berdasarkan dua

pendapat tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa bilingual adalah

kempuan menggunakan dua bahasa sekaligus dengan kombinasi yang baik.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

12

Colin Baker (2006:213) mengemukakan bahwa “bilingual education is

education that uses and promotes two languages” yang berarti bahwa

pembelajaran bilingual adalah pembelajaran yang menggunakan dan

mengembangkan dua bahasa. Colin Baker dan Sylvia Prys Jone (1998:464)

mengemukakan bahwa “bilingual education would seem to describe a situation

where two languages are used in school” yang berarti bahwa pembelajaran

bilingual ditujukan untuk menggambarkan pembelajaran yang menggunakan dua

bahasa.

Carlos J Ovando (2000:9) mengemukakan karakteristik pembelajaran

bilingual sebagaimana pernyataannya, yaitu “In its most basic form a bilingual

education programs is one that include these characteristics:1) The continued

development of the students primary language; 2) Acquicition of the second

language;3) Instruction in the content areas utilizing both primary language and

second language (Karakteristik pembelajaran bilingual meliputi: 1) Melanjutkan

pengembangan bahasa asli; 2) Mengembangkan bahasa kedua (asing); 3)

Komunikasi dengan menggunakan kombinasi bahasaasli dan bahasa kedua

(asing)).

2) Pembelajaran Matematika dalam Bahasa Inggris

Pembelajaran matematika dalam bahasa Inggris berdasarkan panduan dari

Depdiknas (2008:171) dan menurut Karnadi, dkk (2008:137) adalah pembelajaran

yang materi pelajaran, proses belajar mengajar, dan penilaiannya disampaikan

dalam bahasa Inggris dengan tujuan sebagai berikut.

a. Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tinggi dalam

matematika sesuai dengan perkembangannya.

b. Menghasilkan lulusan yang memiliki kemahiran berbahasa Inggris.

c. Meningkatkan penguasaan matematika dalam bahasa Inggris sesuai

dengan perkembangan internasional.

d. Meningkatkan kemampuan daya saing secara internasional tentang

ilmu matematika sebagai ilmu dasar bagi perkembangan teknologi.

e. Menghubungkan Indonesia dalam perkembangan internasional di

bidang matematika.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

13

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika dalam bahasa Inggris diimplementasikan untuk pencapaian

kompetensi mata pelajaran matematika dan kompetensi pelajaran bahasa Inggris.

Pembelajaran matematika dalam bahasa Inggris adalah pembelajaran matematika

yang materinya disajikan dalam bahasa Inggris, bahasa pengantar dalam

pembelajaran menggunakan bahasa Inggris. Pembelajaran matematika tidak hanya

sekedar penyampaian materi yang berupa angka.

2.1.5 Karakteristik Pembelajaran di Kelas Rendah Sekolah Dasar

Menurut Supandi (1992:44) di sekolah dasar terdapat dua tingkatan kelas,

yaitu kelas rendah dan kelas tinggi. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan

tiga, sedangkan kelas tinggi terdiri dari kelas empat, lima, dan enam. Di

Indonesia, rentang usia siswa SD, yaitu antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun.

Usia siswa pada kelompok kelas rendah, yaitu 6 atau 7 sampai 8 atau 9 tahun.

Siswa yang berada pada kelompok ini termasuk dalam rentangan anak usia dini.

Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi sangat penting bagi

kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang

dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.

Menurut Akhadiah (1994:8-9), perkembangan kognitif serta

perkembangan bahasa pada anak usia lima sampai dengan delapan tahun atau

anak kelas awal SD mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Kemampuan kognitif dan bahasa anak usia tersebut telah memadai untuk

belajar dalam situasi yang lebih formal,

b. Anak-anak seusia itu masih memandang sesuatu lebih sebagai keseluruhan

c. Sesuatu lebih mudah mereka paham jika diperoleh melalui interaksi sosial

dengan mengalaminya secara nyata dalam situasi yang menyenangkan,

d. Situasi yang akrab, dilandasi penghargaan, pengertian, dan kasih sayang, serta

lingkungan belajar kondusif dan terencana sangat membantu proses belajar

yang efektif.

2.1.6 Pembelajaran Diskusi

Menurut Roestiyah (2008) pembelajaran diskusi di dalam kelas biasanya

bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/ pengalaman

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

14

diantara siswa. Sehinggan dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan,

kesimpulan). Untuk mencapau kesepakatan tersebut, sisea saling beradu

argumentasi untuk meyakinkan siswa lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang

kemudian menjadi hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang

tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan

(ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permaianan, dan lain-lain.

Sejalan dengan pendapat Roestiyah, Putra (2004) berpendapat bahwa

pembelajaran diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian

materinya memalui suatu problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan

berdasarkan pendapat atau keputusan bersama.

Dari pendapat para ahli, makan dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembelajaran diskusi adalah cara pelaksanaan proses belajar dimana guru

memberikan kesempatan perbincangan ilmiah, saling bertukar pendapat dan

membuat kesimpulan untuk memcahkan masalah tertentu.

Tujuan dari diskusi adalah untuk melatih siswa mengemukakan

pendapatnya secara teratur dalam forum bersama-sama dan memecahkan masalah

atau persoalan tertentu. Forum diskusi dapat berasal dari semua siswa di dalam

kelas atau dapat pula berupa kelompok-kelompok kecil. Hal yang perlu

diperhatikan adalah, hendaknya siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam

forum diskusi.Semakin banyak siswa yang terlibat menyumbangkan pikirannya,

semakin banyak pula yang dapat mereka pelajari.

Menurut Davies (1984:239) keunggulan metode diskusi terletak pada

efektivitasnya untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tingkat tinggi dan

tujuan pembelajaran ranah efektif. Metode diskusi adalah metode pembelajaran

yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan, menjawab pertanyaan,

menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu

keputusan.

2.1.7 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk

pembelajaran dengan siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

15

secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orangdengan

struktur kelompok yang heterogen.

Menurut Slavin (dalam Robert E. Salvin 2008:8) Pembelajaran Kooperatif

adalah para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan

empat orang untuk menguasai materi yang akan disampaikan oleh guru.

Belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa

berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dansaling

memberikan pendapat (sharing ideas). Selain itu dalam belajar biasanya siswa

dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh sebab itu,

pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat

bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapinya.

Model pembelajaran kooperatif, tidak hanya unggul dalam

membantusiswa memahami kosep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerjasama dan membantu teman.

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran

Menurut Suprijono (2009:58) Roger dan David Johnson mengatakan

bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif.

Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran

kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah:

a. Positive interdependence (saling ketergantungan positif)

b. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)

c. Face to face promotive interaction (interaksi promotif)

d. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)

e. Group processing (pemrosesan kelompok)

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil

belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan

keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran

kooperatif menuntut kerja sama dan interpendensi peserta didik dalam struktur

tugas, struktur tujuan, dan struktur rewardnya.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

16

2.1.8 Metode Pembelajaran Picture and Picture

Hamdani (2011:89) berpendapat bahwa metode picture and picture adalah

sebuah metode pembelajaran yang menggunakan gambar yang dipasang-

pasangkan atau diurutkan sehingga hubungan antar gambar satu dengan yang

lainnya menjadi logis. Diharapkan dengan adanya metode picture and picture

kegiatan pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan.

Gambar adalah media utama dalam metode pembelajaran ini. Karena gambar-

gambar ini adalah faktor utama berlangsungnya kegiatan pembelajaran maka guru

harus mempersiapkan terlebih dahulu gambar yang akan ditampilkan baik dalam

bentuk kartu maupun carta ukuran besar atau dengan media Power Point jika

sekolah sudah memiliki sarana ICT.

Klinger ( 1999, 1998) dalam artikelnya yang berjudul “Effects Of Pictures on

Memory & Learning” mengatakan: “The pictures often enough did prompt the

gist of the sentence, if not the exact grammatically correct sentence, so to that

extent the pictures had some effect on memory”.

Gambar-gambar sering kali cukup mendorong inti dari kalimat, jika tidak

tepat kalimat tata bahasa yang benar, sehingga sampai batas bahwa gambar-

gambar memiliki beberapa efek pada memori.

Hal ini memperjelasbahwa penggunaan gambar dapat mempengaruhi daya

ingat anak dalam kalimat dengan tata bahasa yang benar dan tepat.

Sejalan dengan Klinger, Peeck (1993: 228) mengemukakan bahwa:

“Pictures can be understood very quickly. The global meaning or the gist of a

picture can generally be attained in an easy and rapid way, in as little as 300 ms

(Peeck 1993:228).

Gambar dapat sangat cepat dipahami. Arti umum atau maksud utama dari

sebuah gambar biasanya dapat diperoleh dengan mudah dan secara cepat, tidak

lebih dari 300 mili detik (Peeck 1994:228).

Dari uraian yang dikemukakan oleh Peeck, dapat disimpulkan bahwa

dengan menggunakan gambar siswa dapat dengan cepat belajar dan memahami

apa makna dari materi yang diberikan melalui gambar.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

17

Timothy Gangwer (2009:2) berpendapat bahwa:

“Visual literacy in the classroom has become increasingly important as more as information and entertainment is accessed through technology. Students must maintain the ability to think critically and visually about the images presented to them in today’s society. The Dale Cone of Experience model based on the concept that learning evolves from the concrete to the abstract; visual symbols are nonverbal representations that precede verbal symbols (Sinatra, 1986). Because pictures or actual events, several representations may be able to capture and communicate the concrete experience in various ways.”

Melek (mengerti) visual di dalam kelas telah menjadi semakin penting

sebagaimana lebihnya informasi dan hiburan yang diakses melalui

teknologi.Siswa harus mempertahankan kemampuan untuk berpikir secara kritis

dan secara visual tentang gambar yang disajikan kepada mereka di masyarakat

saat ini. Model The Dale Cone of Experience didasarkan pada konsep bahwa

belajar berkembang dari konkrit ke abstrak; simbol-simbol visual adalah

representasi dari tidak verbal yang mendahului simbol-simbol verbal (Sinatra,

1986). Karena gambar-gambar atau kejadian nyata, beberapa representasi

mungkin mampu untuk menangkap dan mengkomunikasikan kekonkritan

pengalaman dalam beberapa cara.

Pendapat Gangwer dapat diartikan lebih lanjut bahwa, representasi gambar

pada saat ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa di kelas. Dikarenakan

kemajuan teknologi dan hiburan yang semakin pesat, siswa harus mampu

berpikir secara kritis dan visual tentang beberapa gambar yang disajikan pada

mereka saat ini. Karena beberapa gambar mampu untuk menangkap dan

mengkomunikasikan pengalaman secara konkret dengan berbagai cara.

Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan metode picture and picture ini

menurut Istarani (2011:7) adalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.

2. Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan.

3. Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan

materi).

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

18

4. Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan

gambar-gambar yang ada.

5. Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa dalam menentukan

urutan gambar.

6. Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan

7. Guru menyampaikan kesimpulan.

Menurut Istarani kelebihan dan kekurangan picture and pictureadalah :

Kelebihan metode pembelajaran picture and picture:

1. Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru

menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih

dahulu.

2. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-

gambar mengenai materi yang dipelajari.

3. Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru

untuk menganalisa gambar yang ada.

4. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan

siswa mengurutkan gambar.

5. Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar

yang telah dipersiapkan oleh guru

Kelemahan metode pembelajaran picture and picture:

1. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai

dengan materi pelajaran.

2. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau

kompetensi siswa yang dimiliki.

3. baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai

bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.

4. Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-

gambar yang diinginkan.

Menurut Djamarah (2002:137) teknik penggunaan picture and picture

turut memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian siswa dalam kegiatan

belajar mengajar.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

19

2.1.9 Media Pembelajaran

Sukiman (2012:29) beranggapan bahwa yang dimaksud dengan media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang berfungsi sebagai penyalur pesan dari

pengirim ke penerima sehingga terjadi perangsangan pikiran, perasaan, perhatian

dan minat dan kemauan siswa sehingga terjadi proses belajar yang dapat mencapai

tujuan pembelajaran secara efektif. Pengertian media pembelajaraan menurut

Sukiman didasarkan pada asumsi bahwa proses pendidikan/ pembelajaran identic

dengan proses komunikasi. Dalam proses komunikasi terdapat komponen-

komponen di dalamnya seperti sumber pesan, pesan, penerima pesan, media, dan

umpan balik.

Menurut Indriana (2011:13) media adalah sebuah alat untuk menyalurkan

komunikasi.Kata media berasal dari bahasa Latin, yakni definisi dari bentuk

jamak kata medium. Dari segi kebahasaan, media merupakan perantara antara

sumber pesan dan penerima pesan. Beberapa contoh dari media diantaranya

adalah film, televisi, media cetak, komputer, instruktur. Contoh-contoh tersebut

dapat dijadikan media pembelajaran apabila dapat mengangkut pesan-pesan guna

mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, harus ada kecocokan antara

media, metode, dan pesan yang akan dikirim.

Sejalan dengan pendapat Indriana, Briggs (dalam Indriana 2011:2)

mengutarakan bahwa media pembelajaran adalah alat fisik untuk menyampaikan

materi dalam bentuk film, rekaman video, gambar, dan sebagainya. Penggunaan

media dapat merangsang peserta didik supaya terjadi proses belajar.

Sujana dan Rivai (1990) memberikan pendapat bahwa media pembelajaran

adalah suatu alat yang digunakan oleh guru untuk menunjang pembelajaran.

Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran

adalah:

a. Ketepatannya terhadap tujuan pembelajaran,

b. Dukungan terhadap isi meteri pelajaran,

c. Kemudahan memperoleh media,

d. Ketrampilan guru dalam menggunakannya,

e. Ketersediaan waktu dalam pelaksanaannya,

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

20

f. Sesuai dengan taraf belajar siswa.

Dari pendapat para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa media

pembelajaran adalah alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, karena dengan

menggunakan media pembelajaran dapat membantu siswa untuk menyerap materi

dengan baik dalam proses belajar. Media pembelajaran diyakini dapat memicu

rangsangan pada siswa untuk memahami materi atau subjek yang sedang

dipelajari dalam cara yang lebih efisien dan efektif. Alat ini berguna untuk

memfasilitasi siswa untuk meraih tujuan pembelajaran.

2.1.10 Media gambar

Dalam pendidikan, media merupakan salah satu sarana yang digunakan

untuk menyampaikan materi pelajaran. Gambar atau foto merupakan media yang

paling umum dipakai. Hal tersebut dikarenakan gambar atau foto merupakan

media yang dapat diartikan sebagai bahasa umum yang dapat dimengerti dan

dinikmati dimana-mana. Oleh karena itu ada sebuah pepatah Cina mengatakan

sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata. (Sadiman, 2008).

Sejalan dengan pendapat Sadiman, media gambar atau bisa disebut media

gambar diam adalah media visual yang dihasilkan melalui proses fotografi

(Indriana, 2011:64-65).

Menurut Indriana (2011:66) syarat media pembelajaran yang baik harus

memenuhi beberapa aspek dibawah ini:

a. Harus bersifat asli dan dapat dipercaya,

b. Harus sederhana agar mudah dipahami,

c. Ukuran harus menyesuaikan keadaan pebelajar,

d. Mengandung sebuah aktivitas gerak dan perbuatan,

e. Pemilihan gambar harus tepat, jangan sampai terlalu rumit atau terlalu

sederhana.

Rohani (1997:6-7) menyatakan bahwa media gambar memiliki fungsi

praktis, sebagai berikut:

a. Dapat mengatasi perbedaan pengalaman antar peserta didik,

b. Menghindari dari keterbatasan ruang dan waktu, jadi bisa dipergunakan di

mana saja serta kapan saja,

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

21

c. Materi yang rumit dapat disederhankan dengan gambar.

Kelebihan penggunaan media gambar menurut Sadiman (1996:31) adalah:

a. Sifatnya konkret dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah, jika

dibandingkan dengan bahasa verbal,

b. Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu,

c. Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita,

d. Memperjelas masalah bidang apa saja,

e. Harganya murah dan mudah didapat serta digunakan.

Kelemahan media gambar menurut Rahadi (2003:27) diantaranya adalah:

a. Hanya menampilkan persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat

dilihat oleh sekelompok siswa.

b. Gambar diinterpretasikan secara personal dan subjektif.

c. Gambar disajikan dalam ukuran yang sangat kecil, sehingga kurang efektif

dalam pembelajaran.

2.1.11 Flashcard

Flashcard sering dikenal dengan sebutan education card. Flashcard

adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata, yang diperkenalkan oleh

Glenn Doman, seorang dokter ahli bedah otak dari Philadelphia, Pennsylvania

(Domba, 2009). Flashcard termasuk ke dalam media yang digunakan dalam

pembelajaran berupa media visual. Doman beranggapan bahwa flashcard

merupakan media pembelajaran yang dikemas dalam bentuk kartu bergambar

yang dilengkapi huruf. Gambar-gambar pada flashcard dikelompok-kelompokkan

antara lain: seri binatang, buah-buahan, pakaian, warna, bentuk-bentuk, angka,

dan sebagainya.

Proses dasar penggunaan flashcard dalam pembelajaran menurut Indriana

(2011:136):

a. Proses Pembuatan Flashcard.

1) Siapkan kertas tebal sebagai menyimpan atau menempelkan gambar-gambar

yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan,

2) Tandai dengan menggunakan pensil dan penggaris ukuran 25 x 30 cm,

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

22

3) Potong kertas sesuai tanda lalu tempelkan gambar yang sesuai dengan materi

yang diajarkan,

4) Berikan tulisan atau pesan pada bagian belakang kartu tersebut sesuai dengan

objek yang ada di bagian depannya yang menjelaskan tentang isi atau materi

yang diajarkan.

b. Proses Persiapan

1) Kuasai dan latih terlebih dahulu materi yang akan diajarkan kemudian asah

ketrampilan untuk menggunakan flashcard. Siapkan pula bahan dan alat-alat

pendukung yang diperlukan. Periksa media terlebih dahulu agar tidak ada hal

yang terlewatkan dalam presentasi.

2) Siapkan jumlah flashcard yang cukup dan susun sesuai urutannya.

Penggunaan media lainnya juga harus ditentukan terlebih dahulu jika

diperlukan.

3) Siapkan tempat atau setting tempat duduk dimana guru dapat menyampaikan

pesan dengan jelas dan dapat disimak oleh seluruh siswa.

4) Atur kondisi agar siswa yang terdapat pada posisi duduknya dapat melihat

media dengan jelas. Posisi duduk melingkar adalah posisi yang baik dan dapat

mendukung kegiatan guru dalam menyampaikan pesan dengan menerangkan

dengan cara memutar pada poros lingkaran.

c. Proses Pengoprasian Flashcard

1) Kartu-kartu yang telah disusun dipegang setinggi dada dan menghadap ke arah

siswa,

2) Cabut satu-persatu kartu setelah guru selesai menerangkan,

3) Berikan kartu-kartu pada siswa yang berada di dekat guru, mintalah untuk

mengamati kartu tersebut, lalu teruskan kepada siswa yang lain hingga seluruh

siswa mendapat bagiannya masing-masing,

4) Padukan dengan permainan yang kreatif.

Flashcard adalah kartu permainan yang dilakukan dengan cara

menunjukkan gambar secara cepat untuk memicu otak anak agar dapat menerima

informasi yang ada di hadapan mereka, dan sangat efektif untuk membantu anak

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

23

belajar membaca, mengenal angka, mengenal huruf di usia sedini mungkin.

Adapun manfaat dari metode flashcard antara lain (Kaskus, 2010)adalah :

1. Anak akan dapat membaca pada usia sedini mungkin.

2. Mengembangkan daya ingat otak kanan.

3. Melatih kemampuan konsentrasi anak.

4. Memperbanyak perbendaharaan kata dari anak.

Kelebihan flashcard (Ulah, 2012) antara lain :

1. Mudah dibawa kemana-mana

Dengan ukuran yang kecil flashcard dapat disimpan di tas bahkan di saku,

sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas. Dapat diaplikasikan dimana

saja, di kelas maupun di luar kelas.

2. Praktis

Dilihat dari cara pembuatan dan dari segi penggunaannya, media flashcard

sangat praktis. Tidak perlu memiliki keahlian khusus dalam menggunakan dan

mengaplikasikan media ini. Media ini tidak memerlukan sumber daya energi

lainnya seperti halnya menggunakan listrik. Kita dapat menyusun urutan

gambar sesuai keinginan. Pastikan posisi gambar tepat dan tidak terbalik.

3. Mudah diingat

Flashcard memiliki karakteristik yakni menyajikan pesan-pesan pendek di

setiap kartu. Misalnya mengenal huruf, mengenal angka, mengenal bentuk,

mengenal nama binatang dan sebagainya. Sajian pesan pendek di dalam

flashcard akan memudahkan siswa untuk mengingat pesan yang terkandung di

dalamnya. Gambar dan teks yang dikombinasikan cukup membantu siswa

untuk mengenali konsep sebuah materi, misalnya untuk mengetahui nama

sebuah benda dapat dibantu dengan gambar yang ditunjukkan, begitu juga

sebaliknya.

4. Menyenangkan

Permainan merupakan cara yang efektif dalam mengaplikasikan media

flashcard. Sebagai contoh, siswa berlomba-lomba mencari satu benda atau

nama-nama tertentu dari flahcard yang disimpan secara acak, dengan berlari

siswa berlomba untuk mencari sebuah perintah.Hal tersebut membuktikan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

24

bahwa media flashcard selain dapat mengasah kemampuan kognitif juga dapat

melatih ketangkasan siswa (fisik).

2.1.12 Flashcard Bangun Datar

Flashcard bangun datar atau shape flahcard (Have Fun Teaching, Online,

2013) terdiri dari rangkaian kartu yang memuat 21 gambar bangun datar yang

berbeda-beda jenis, yang terdiri dari bangun kotak/ persegi (square), segitiga

(triangle), lingkaran (circle), persegi panjang (rectangle), belah ketupat

(diamond/ rhombus) , hati (heart), lonjong (oval), bintang (star), panah (arrow),

jajar genjang (parallelogram), segi lima (pentagon), hexagon (segi enam),

trapezium (trapezoid), segi delapan (octagon), palang (cross). Contoh rangkaian

flashcardseribangun datar dapat dilihat dari gambar 2.1.

Gambar 2.1

Rangkaian Flashcard seri Bangun Datar

Di dalam implementasinya pada pembelajaran matematika di kelas 2

bilingual dengan Standard Kompetensi mengenal unsur-unsur bangun datar,

mengulas lebih dalam tentang 3 bentukdasar bangun datar, yakni bangun segi

empat (persegi, persegi panjang, belah ketupat, jajar gentang, trapesium), segitiga,

dan lingkaran.

2.2 Sintaks Metode Picture and Picture dengan Media Gambar Flashcard

Dalam Proses Pembelajaran

MenurutIstarani (2011:7) secara umum, prosedur pembelajaran dilakukan

melalui tiga tahapan yakni:

(1) kegiatan pendahuluan; (2) kegiatan inti; (3) kegiatan akhir.

1. Kegiatan pendahuluan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

25

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.

Guru menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata

pelajaran yang bersangkutan.Dalam penelitian ini, Kompetensi Dasar yang

digunakan adalah mengelompokkan bangun datar sesuai bentuk.Dengan

demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana materi yang harus

dikuasainya mengenai pengenalan bangun datar sebelum mengarah ke dalam

pengelompokkannya.Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikator-

indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah

ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

b. Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan.

Penyajian materi sebagai pengantar merupakan hal yang sangat penting,

dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan

dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat

memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum

siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan

menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.

c. Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan

materi).

Eksplorasi:

Guru dapat menunjukkan/ memperlihatkan gambar-gambar yang

bersangkutan dengan materi dengan menggunakan media gambar flashcard

dan ikut melibatkan siswa agar aktif dalam proses pembelajaran dengan

mengamati setiap gambar oleh guru terhadap siswa.

2. Kegiatan Inti

Elaborasi;

a. Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan

gambar-gambar yang ada.

Dalam langkah ini guru melakukan inovasi dengan membagi siswa dalam

kelompok kemudian mengundi siswa, siswa yang mendapat giliran maju

memasangkan gambar (media gambar flashcard) pada tempat yang sudah

disediakan.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

26

b. Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa dalam menentukan

urutan gambar.

Guru mengajak siswa menanyakan mengapa siswa memasangkan gambar

pada tempat yang dipilih, sehingga guru merujuk pada tuntutan KD dengan

indikator yang dicapai.

3. Kegiatan Penutup

Konfirmasi;

a. Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan

Konsep materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

Guru memberikan penekanan-penekanan dengan meminta siswa lain

untuk mengulangi, menuliskan ke dalam buku dengan tujuan siswa

mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator

yang telah ditetepkan. Pastikan siswa telah menguasai indikator yang telah

ditetapkan.

b. Guru menyampaikan kesimpulan.

Guru bersama dengan siswa mengambil keputusan sebagai penguatan

materi pelajaran.

2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Di bawah ini adalah beberapa hasil penelitian yang relevan dengan

penelitian “Pengaruh Penggunaan Metode Picture and Picture dengan Media

Gambar Flashcard terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa

Indonesia Kelas II SD” adalah:

a. “Efektivitas Penggunaan Media Gambar Flash Card dalam Meningkatkan

Penguasaan Vocabulary Bahasa Inggris Siswa Kelas II SDN Salatiga 06 Kota

Salatiga”, oleh Ardi Bangkit Purwoko salah satu mahasiswa PGSD UKSW

yang diterbitkan tahun 2012. Di akhir penelitiannya Bangkit berhasil

membuktikan bahwa pengguaan flashcard efektif dalam meningkatkan

penguasan vocabulary pada pelajaran Bahasa Inggris siswa. Penelitian ini

merupakan penelitian eksperimen dengan variabel terikat hasil belajar Bahasa

Inggris dan variabel bebasnya adalah penggunaan media gambar flashcard.

Subjek penelitian sebanyak 53 siswa yang terdiri dari 28 siswa kelas II B SDN

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

27

Salatiga 06 sebagai kelas eksperimen, dan 25 siswa dari kelas kontrol SDN

Salatiga 06 sebagai kelas kontrol. Instrumen pengumpulan data terdiri : (1)

nilai awal dari pre-test kelas eksperimen dan nilai pre-test kelas kontrol, (2)

nilai akhir setelah diberi perlakuan yaitu nilai post-test kelas eksperimen dan

nilai post-test kelas kontrol. Data dianalisis dengan menggunakan analisis

independent sample t-test pada taraf signifikansi 5% dengan bantuan program

penghitungan statistik SPSS for windows version 17, uji t ini digunakan untuk

mengetahui perbedaan nilai rata-rata kelas eksperimen dan rata-rata kelas

kontrol.

b. “Penggunaan Metode Picture and Picture dengan Media Gambar untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan

Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi di Kelas IV

SD Negeri 3 Pojok Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester II

Tahun 2011/2012”, oleh Fida Reni Susanti salah satu mahasiswi PGSD UKSW

yang diterbitkan tahun 2012. Di akhir penelitiannya Fida berhasil membuktikan

bahwa penggunaan metode picture and picture dengan media gambar dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pokok bahasan

Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi di kelas IV

SD Negeri 3 Pojok Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester II

tahun 2011/2012. Berdasarkan analisis data dipreroleh peningkatan hasil

belajar siswa. Pada kondisi awal siswa yang sudah mencapai KKM 65

sebanyak 5 siswa dengan persentase 33,33% dan siswa yang belum tuntas

sebanyak 10 siswa dengan persentase 66,67%. Pada pelaksanaan siklus I siswa

yang sudah tuntas sebanyak 8 siswa dengan persentase 53,33% dan siswa yang

belum tuntas sebanyak 7 siswa dengan persentase 46,67%. Pada pelaksanaan

siklus II jumlah siswa yang sudah tuntas meningkat sebanyak 15 siswa dengan

persentase 100%.

2.4 Kerangka Pikir

Dalam penelitian, peneliti akan membandingkan hasil belajar antara kelas

biasa(tidak menggunakan metode picture and picture dengan media gambar

flashcard) dengan kelas yang menggunakan metode picture and picture dengan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8364/2/T1_292009504_BAB II.pdf7 dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut

28

media gambar flashcard dimana pada kelas kontrol pembelajaran dilakukan

seperti biasa dan kelas eksperimen pembelajaran menggunakan metode picture

and picture dengan media gambar flashcard. Jika siswa belajar dengan diberikan

perlakuan menggunakan metode picture and picture dengan media gambar

flashcard memperoleh penguasaan materi bangun datar pada mata pelajaran

matematika yang lebih tinggi daripada kelas kontrol maka penggunaan metode

picture and picture dengan media gambar flashcard dirasa berpengaruh dalam

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika siswa kelas 2

bilingual SD Kristen Satya Wacana Salatiga.

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian kerangka berfikir, peneliti mengemukakan hipotesis

penelitian yaitu terdapat perbedaan pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran

matematika yang menggunakan metode picture and picture dengan media gambar

flashcard sebagai berikut:

1) Hipotesis nol

H0 : X1 = X2 dan nilai sig > 0,05. Yaitu “Rata-rata hasil belajar matematika

kelas eksperimen (Kelas 2A SD Kristen Satya Wacana Salatiga) sama dengan

rata-rata hasil matematika kelas kontrol (Kelas 2B SD Kristen Satya Wacana

Salatiga). Artinya tidak ada perbedaan pengaruhpembelajaran pada penggunaan

metode picture and picture dengan media gambar flashcard dengan pembelajaran

biasanya.

2) Hipotesis alternatif

H1 : X1 > X2 dan nilai sig < 0,05. Yaitu “Rata-rata hasil belajar matematika

kelas eksperimen (Kelas 2A SD Kristen Satya Wacana Salatiga) lebih besar dari

rata-rata hasil belajar matematika kelas kontrol (Kelas 2B SD Kristen Satya

Wacana). Artinya ada pengaruh pembelajaran pada penggunaan metode picture

and picture dengan media gambar flashcard dibanding dengan pembelajaran

biasanya.