18
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Salim (2000:190) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes. Menurut Nurkancana (1990:11), mendefinisikan hasil belajar adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan seseorang untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu Menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22). Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1057/3/T1... · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1. Kajian Teori . 2.1.1. ... Revisi Krathwoll

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1057/3/T1... · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1. Kajian Teori . 2.1.1. ... Revisi Krathwoll

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar

merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar.

Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang

guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa

dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi

dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja

harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa

adanya intervensi orang lain sebagai pengajar.

Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari

pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana. Hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

belajarnya (Sudjana, 2004 : 22).

Salim (2000:190) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah penguasaan

pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil

tes.

Menurut Nurkancana (1990:11), mendefinisikan hasil belajar adalah suatu

tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan seseorang untuk

menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses

belajar selama satu periode tertentu

Menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam

hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan

pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).

Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar

akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1057/3/T1... · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1. Kajian Teori . 2.1.1. ... Revisi Krathwoll

6

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas

pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki

oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual),

bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). Dari beberapa pendapat

di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu

siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni

lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau

diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut

dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang

terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu

penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang

terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu

perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama

yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa

atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan

yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap

hasil belajar yang dicapai. Hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh

kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Disamping faktor

kemampuan yang dimiliki siswa juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar,

minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi,

faktor fisik, dan psikis (Susianha, 2009)

Dengan demikian hasil belajar adalah hasil akhir dari proses kegiatan

belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas,

menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang didapat dari skor

perolehan siswa yaitu diskusi dan tes formatif dengan menggunakan alat penilaian

yang hasilnya adalah nilai keberhasilan belajar siswa.

Penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk

memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian

kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa (Endang Purwanti, 2008). Teknik yang

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1057/3/T1... · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1. Kajian Teori . 2.1.1. ... Revisi Krathwoll

7

dapat digunakan dalam asesmen pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa

dengan menggunakan teknik tes dan non tes, antara lain:

1. Tes

Secara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-

tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu

aspek tertentu dari peserta tes dan dalam kaitan dengan pembelajaran aspek

tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi (Endang Poerwanti, dkk. 2008).

Tes merupakan salah satu upaya pengukuran terencana yang digunakan oleh guru

untuk mencoba menciptakan kesempatan bagi siswa dalam memperlihatkan

prestasi mereka yang berkaitan dengan tujuan yang telah ditentukan (Calongesi,

1995). Tes terdiri atas sejumlah soal yang harus dikerjakan siswa. Setiap soal

dalam tes menghadapkan siswa pada suatu tugas dan menyediakan kondisi bagi

siswa untuk menanggapi tugas atau soal tersebut. Jadi kesimpulan dari pengertian

tes adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dan

menggunakan langkah – langkah dan kriteria - kriteria yang sudah ditentukan.

Berikut ini adalah teknik tes menurut (Endang Poerwanti, 2008) :

a. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan

1. Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal

maupun jawabannya

2. Tes Lisan

Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya

dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-

rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan

biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen

asesmen yang lain.

3. Tes Unjuk Kerja

Pada Tes ini siswa diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator

pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1057/3/T1... · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1. Kajian Teori . 2.1.1. ... Revisi Krathwoll

8

b. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya

1. Tes Esai (Essay-type Test)

Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan

gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara

mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

2. Tes Jawaban Pendek

Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes

diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esai, tetapi

memberikan jawaban-jawaban pendek dalam bentuk rangkaian kata-kata

pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka.

3. Tes objektif

Tes objektif adalah adalah tes yang keseluruhan informasi yang

diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karenanya sering pula

disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).

2. Non Tes

Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif

dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek

kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes (Endang Poerwanti, 2008), yaitu:

1. Observasi

Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat

dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen

yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar

siswa, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa

menggunakan instrumen.

2. Wawancara

Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang

diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek

kepribadian siswa.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1057/3/T1... · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1. Kajian Teori . 2.1.1. ... Revisi Krathwoll

9

3. Task Analysis (Analisis Tugas)

Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan

menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar

komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.

4. Komposisi dan Presentasi

Siswa menulis dan menyajikan karyanya.

5. Proyek Individu dan Kelompok

Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan

untuk individu maupun kelompok

Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau cara

pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap. Alat yang

dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dinamakan

dengan instrumen. Instrumen sendiri terdiri atas instrumen butir-butir soal apabila

cara pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes, dan apabila pengukuran

dilakukan dengan cara mengamati atau mengobservasi dapat menggunakan

instrumen lembar pengamatan atau observasi, pengukuran dengan teknik skala

sikap dapat menggunakan instrumen butir-butir pernyataan. Instrumen sebagai

alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran maupun

kompetensi yang dimiliki siswa haruslah valid, maksudnya adalah instrumen

tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Maka dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah besarnya skor

siswa yang diperoleh dari skor tes, menyimak, diskusi,kerja lapangan dan

presentasi.

Dalam membuat alat ukur yang akan digunakan haruslah membuat kisi-

kisi. Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) adalah format atau

matriks pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik

atau pokok bahasan berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan jenjang

kemampuan tertentu. Penyusunan kisi-kisi ini digunakan untuk pedoman

menyusun atau menulis soal menjadi perangkat tes. Dalam menyusun kisi-kisi

soal menurut Wardani Naniek Sulistya dkk, (2010, 3.5-3.6) menjelaskan bahwa

Indikator perilaku dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1057/3/T1... · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1. Kajian Teori . 2.1.1. ... Revisi Krathwoll

10

yang dikehendaki. Untuk merumuskan indikator dengan tepat, guru harus

memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi

dasar, dan standar kompetensi. Indikator yang baik dirumuskan secara singkat dan

jelas. Dalam hubungan ini kita mengenal ranah kognitif yang dikembangkan oleh

Benyamin S. Bloom dan kawan-kawan yang kemudian direvisi oleh Krathwoll

(2001). Revisi Krathwoll terhadap tingkatan dalam ranah kognitif adalah ingatan

(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi

(C6).

2.1.2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Ilmu alam (bahasa Inggris: natural science; atau ilmu pengetahuan alam)

adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya

adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku

kapan pun dimana pun. Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti

harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa sains

merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sains sebagai proses merupakan

langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan

dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut

adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen,

mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak

bahwa karakteristik yang mendasar dari sains ialah kuantifikasi artinya gejala

alam dapat berbentuk kuantitas.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dipandang sebagai produk dan sebagai

proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para ahli

saintis, berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori-teori. Sedangkan IPA sebagai

proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam

menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan

tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. IPA sebagai produk tidak

dapat dipisahkan dari hakekatnya IPA sebagai proses.

Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan

lingkungan sekitanya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1057/3/T1... · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1. Kajian Teori . 2.1.1. ... Revisi Krathwoll

11

mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga

pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan

guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut.

Dalam pembelajaran IPA di SD yang perlu diajarkan adalah produk dan

proses IPA karena keduanya tidak dapat dipisahkan. Guru yang berperan sebagai

fasilitator siswa dalam belajar produk dan proses IPA harus dapat mengemas

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Ada beberapa prinsip

pembelajaran IPA untuk SD yang harus diperhatikan oleh guru. Prinsip tersebut

antara lain:

1. Pemahaman kita tentang dunia disekitar kita dimulai melalui pengalaman

baik secara inderawi maupun non inderawi.

2. Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung, karena itu

perlu diungkap selama proses pembelajaran. Pengetahuan siswa yang

diperoleh dari pengalaman itu perlu diungkap di setiap awal pembelajaran.

3. Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisten dengan

pengetahuan para ilmuwan, pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan yang

demikian sebut miskonsepsi. Anda perlu merancang kegiatan yang dapat

membetulkan miskonsepsi ini selama pembelajaran.

4. Setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang, dan relasi

dengan konsep yang lain. Tugas sebagai guru IPA adalah mengajak siswa

untuk mengelompokkan pengetahuan yang sedang dipelajari itu ke dalam

fakta, data, konsep, simbol, dan hubungan dengan konsep yang lain.

5. IPA terdiri atas produk dan proses. Guru perlu mengenalkan kedua aspek ini

walaupun hingga kini masih banyak guru yang lebih senang menekankan

pada produk IPA saja. Perlu diingat bahwa perkembangan IPA sangat pesat

Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1057/3/T1... · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1. Kajian Teori . 2.1.1. ... Revisi Krathwoll

12

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memcahkan masalah, dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek

berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan,serta kesehatan

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

Pencapaian tujuan IPA dapat dimiliki oleh setiap siswa, kemampuan peserta

didik yang standar dinamakan Standar Kompetensi (SK). Secara lengkap yang

dimaksud SK adalah kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan

penugasan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang diharapkan dapat dicapai

pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran atau kemampuan

yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan

penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Standar kompetensi ini

selanjutnya akan diperinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar

ini merupakan sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam

mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam

suatu pelajaran. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1057/3/T1... · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1. Kajian Teori . 2.1.1. ... Revisi Krathwoll

13

untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang

difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPA yang

diitujukan bagi bagi siswa kelas IV SD disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA

Kelas IV Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

7 Memahami gaya dapat

mengubah gerak dan/atau

bentuk suatu benda.

7.1. Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya

(dorongan dan tarikan) dapat mengubah

gerak suatu benda.

7.2. Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya

(dorongan dan tarikan) dapat mengubah

bentuk suatu benda.

(Permendiknas No. 22 Tahun 2006)

2.1.3. Metode Penemuan Terbimbing

Menurut Suryabrata (1997: 1972) Metode pembelajaran penemuan adalah

suatu metode pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru

memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi-informasi yang

secara tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan saja

Menurut Soedjadi (dalam Purwaningsari, 2001: 1) metode pembelajaran

penemuan terbimbing adalah metode pembelajaran yang sengaja dirancang

dengan menggunakan pendekatan penemuan. Para siswa diajak atau didorong

untuk melakukan kegiatan eksperimental, sedemikian sehingga pada akhirnya

siswa dapat menemukan sesuatu yang diharapkan

Howe (dalam Hariyono, 2001: 3) menyatakan bahwa penemuan terbimbing

tidak hanya sekedar keterampilan tangan karena pengalaman, kegiatan

pembelajaran dengan model in tidak sepenuhnya diserahkan pada siswa, namum

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1057/3/T1... · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1. Kajian Teori . 2.1.1. ... Revisi Krathwoll

14

guru masih tetap ambil bagian sebagai pembimbing. Penemuan terbimbing

merupakan suatu metode pembelajaran yang tidak langsung. Siswa tetap memiliki

porsi besar dalam proses penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.

Dengan demikian metode penemuan terbimbing merupakan salah satu

bagian dari pembelajaran penemuan yang banyak melibatkan siswa dalam

kegiatan belajar mengajar, namun dalam proses penemuan siswa mendapat

bantuan atau bimbingan dari guru, agar mereka lebih terarah sehingga baik proses

pelaksanaan pembelajaran maupun tujuan yang dicapai terlaksana dengan baik.

Kelebihan dan kelemahan metode penemuan terbimbing adalah sebagai

berikut:

1. Kelebihan Metode Penemuan Terbimbing

a. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan

kemampuan untuk menemukan hasil akhir.

b. Siswa memahami betul bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses

menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat.

c. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong

ingin melakukan penemuan lagi hingga minat belajarnya meningkat.

d. Siswa yang memperoleh pengetahuannya dengan metode penemuan akan lebih

mampu mentransfer pengetahuan ke berbagai konteks.

e. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.

2.Kelemahan Metode Penemuan Terbimbing

a. Metode ini banyak menyita waktu, juga tidak menjamin siswa tetap

bersemangat mencari penemuan-penemuan.

b. Tidak tiap guru mempunyai selera atau kemampuan mengajar dengan cara

penemuan kecuali tugas guru sekarang cukup berat.

c. Tidak semua anak mampu melakukan penemuan

d. Metode ini tidak dapat digunakan untuk mengajarkan tiap topik.

e. Kelas yang banyak muridnya akan sangat merepotkan guru dalam memberikan

bimbingan dan pengarahan belajar dengan metode penemuan.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1057/3/T1... · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1. Kajian Teori . 2.1.1. ... Revisi Krathwoll

15

Carin (dalam Anwar Kholil 2008) memberikan petunjuk dalam

merencanakan dan menyiapkan pembelajaran penemuan terbimbing sebagai

berikut :

1. Menentukan tujuan yang akan dipelajari oleh siswa

2. Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan penemuan

3. Menentukan lembar pengamatan untuk siswa

4. Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap

5. Menentukan dengan cermat apakah siswa akan bekerja secara individu atau

secara kelompok terdiri dari 2,3, atau 4 siswa.

Selanjutnya, untuk mencapai tujuan di atas Carin (dalam Anwar Kholil

2008) menyarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Memberikan bantuan agar siswa dapat memahami tujuan kegiatan yang

dilakukan.

2. Memeriksa bahwa semua siswa memahami tujuan kegiatan prosedur yang

harus dilakukan.

3. Sebelum kegiatan dilakukan menjelaskan pada siswa tentang cara bekerja

yang aman

4. Mengamati setiap siswa selama mereka melakukan kegiatan

5. Memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengembalikan alat dan

ahan yang digunakan.

6. Melakukan kerja kelompok tentang kesimpulan setiap jenis kegiatan

Widdiharto, 2004:5-6 agar penerapan metode penemuan terbimbing dapat

berjalan dengan efektif, maka ada beberapa langkah yang harus ditempuh:

1. Dengan data secukupnya, guru harus menemukan masalah yang akan

diberikan kepada siswa dan perumusanya harus jelas.

2. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir,

dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat

diberikan sejauh yang diperlukan saja, tergantung pada kemampuan siswa

dan materi yang sedang dipelajari, misalnya melalui pertanyaan atau LKS.

3. Siswa menyusun perkiraan dan hasil analisis yang dilakukan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1057/3/T1... · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1. Kajian Teori . 2.1.1. ... Revisi Krathwoll

16

4. Bila dipandang perlu, perkiraan yang telah dibuat oleh siswa tersebut

diperkiraan oleh guru.

5. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran perkiraan tersebut, maka

verbalisasi perkiraan sebaiknya diserahkan pada siswa untuk menyusunnya.

6. Setelah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal

tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuannya benar.

Soedjadi (dalam Julie Susilowati, 2008: 15-16), menjelaskan langkah-

langkah dalam metode penemuan terbimbing adalah sebagai berikut

1. Penemuan soal atau masalah, siswa diminta memahami masalah tersebut.

2. Pengembangan data, siswa diminta mencari atau menunjuk kemungkinan-

kemungkinan lain.

3. Penyusunan data, siswa diminta memasukkan perolehan dari butir-butir

dalam suatu tabel.

4. Penambahan data, (bila belum terdapat modelnya, siswa diminta menambah

data).

5. Prompting (bila masih belum dipandang lengkap, siswa diminta menambah

data secara tidak urut).

6. Pemeriksaan hasil, siswa diminta memeriksa ulang hasil langkah demi

langkah yang telah dilakukan.

Dari pendapat ketiga peneliti diatas dapat disimpulkan bahwa metode

penemuan terbimbing merupakan metode yang dirancang dengan menggunaan

pendekatan penemuan dengan mengajak siswa untuk melakukan kegiatan

eksperimental dengan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa

dengan kemampuan berpikir yang berbeda, dimana siswa bekerja secara

berkelompok untuk memecahkan suatu masalah yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan uraian diatas, maka untuk menerapkan metode penemuan

terbimbing dengan menggunakan langkah-langkah yang telah dimodifikasi

sebagai berikut:

1. Guru merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dan

perumusannya harus jelas.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1057/3/T1... · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1. Kajian Teori . 2.1.1. ... Revisi Krathwoll

17

2. Guru membentuk 6 kelompok yang terdiri 5 siswa

3. Guru memberikan lembar pengamatan tentang gaya

4. Guru menyiapkan alat dan bahan secara lengkap

5. Dari lembar pengamatan yang diberikan guru, siswa mengerjakan lembar

pengamatan

6. Siswa menyusun hasil pengamatan yang dilakuakan.

7. Setelah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya memeriksa ulang hasil

langkah demi langkah yang telah dilakukan.

2.2. Hasil Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan telaah yang dilakukan berikut ini dikemukakan beberapa

penelitian yang kaitannya dengan variabel penelitian yang dilakukan. Menurut

penelitian yang dilakukan Nurkhayati, Siti (2011) dengan judul Penggunaan

Model Belajar Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Pada Siswa Kelas IV SDN 2 Kuwayuhan Kecamatan Pejagon

Kabupaten Kebumen Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011. Menyimpulkan

bahwa adanya ketuntasan belajar mulai dari 54, 83 % pada siklus I kemudian

meningkat menjadi 100% pada siklus II, oleh karena itu penggunaan metode

penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kelebihan dalam

penelitian ini adalah meningkatkan kreatifitas siswa dalam pemahaman materi

untuk mengungkapkan pikirannya menjadi lebih terampil . Kekurangannya dalam

penelitian ini, Kekurangan dari penelitian ini adalah banyak siswa yang belum

aktif dan sering ngobrol sendiri. Tindak lanjutnya adalah dengan melihat

kelemahan dan kelebihan dari penelitian tersebut, maka masih perlu adanya

penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari hasil penelitian tersebut.

Penelitian yang dilakukan Jamil, Makhmudin (2010) dengan judul

“Penggunaan Model Belajar Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SDN 2 Wonokromo Kecamatan Alian

Kabupaten Kebumen Semester 1 Tahun Pelajaran 2009/2010” Menyimpulkan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1057/3/T1... · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1. Kajian Teori . 2.1.1. ... Revisi Krathwoll

18

bahwa adanya ketuntasan belajar mulai dari 46,15% pada siklus 1 kemudian

meningkat menjadi 79,49% pada siklus II, oleh karena itu penggunaan Metode

penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kelebihan dalam

penelitian ini meningkatkan partisipasi aktif siswa dan pemahaman penguasaan

konsep siswa dalam pelajaran IPA. Kekurangan dalam penelitian ini

membutuhkan waktu yang cukup agar pemahaman siswa tentang materi. Tindak

lanjutnya adalah dengan melihat kelemahan dan kelebihan dari penelitian tersebut,

maka masih perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari hasil

penelitian tersebut.

Penelitian yang dilakukan Arisman, Akhmad 2010 dengan judul

Penggunaan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar

IPA Siswa Kelas III SD Negeri 1 Logede tahun pelajaran 2009/2010.

Menyimpulkan bahwa sebelum dilaksanakan penelitian, siswa yang nilainya

tuntas dalam belajar adalah 12 siswa (41,38%) dan yang belum tuntas 17 siswa

(28,62%) dari 29 siswa di kelas III SD Negeri 1 Logede. Sesudah diadakan

penelitin pada siklus I dengan Pengunaan Metode Penemuan terbimbing untuk

meningkatkan hasil belajar siswa yang nilainya tuntas menjadi 65,74% (16 siswa),

sedangkan pada siklus II meningkat 86,21% (25 siswa) dari 29 siswa kelas III.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengunaan metode penemuan terbimbing

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kelebihan dalam penelitian ini

meningkatkan kekreatifitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA.

Kekurangan dalam penelitian ini adalah membutuhkan waktu yang cukup agar

pemahaman siswa tentang materi semakin jelas . Tindak lanjutnya adalah dengan

melihat kelemahan dan kelebihan dari penelitian tersebut, maka masih perlu

adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari hasil penelitian

tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Maryati, Sihastuti 2011 dengan judul

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA Melalui

Penerapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas IV SD Negeri

01 Werdoyo Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan Semester II Tahun

2010/2011. Peningkatan ketuntasan prestasi belajar siswa tersebut terjadi secara

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1057/3/T1... · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1. Kajian Teori . 2.1.1. ... Revisi Krathwoll

19

bertahap, pada kondisi awal hanya terdapat 17 siswa (42,5%) yang telah tuntas

dalam belajarnya, pada siklus I melalui 2 pertemuan dan Siklus II 2 pertemuan

ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 40 siswa (100%) dengan nilai rata-

rata 75 dan 86,25. Kelebihan dari penelitian tersebut adalah bahwa penerapan

metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sementara

kekurangan dari penelitian tersebut adalah nilai ketuntasannya masih terlalu

rendah. Tindak lanjutnya adalah dengan melihat kelemahan dan kelebihan dari

penelitian tersebut, maka masih perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai

pengembangan dari hasil penelitian tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Pramudiyanti Dosen Program Studi

Pendidikan Biologi, Matematika, FKIP Universitas Lmapung dan Latifah Guru

SMPN 1 Gadingrejo, tanggamus, dengan judul “ Penerapan Penemuan

Terbimbing Pada Pembelajaran Sistem Pencernaan untuk Meningkatkan

Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SMPN 1 Gadingrejo” hasil penelitiannya

sebagai berikut : penelitian yang dilakukan oleh Pramudiyanti dalam 3 siklus

terjadi kenaikan ketuntasan yang cukup berarti. Pada siklus 1 ketuntasa belajar

72,5% sedangkan pada siklus II 86,80% dan ketuntasan belajar pada siklus III

94,70%. Jika dianalisa, kenaikan persentase ketuntasan siklus I-Siklus II sebesar

14,30%, sedangkan siklus II-siklus III 7,9%. Jika dilihat dari siklus I- siklus III

terdapat kenaikan 22,2 %. Kelebihan dari penelitian tersebut adalah keaktifan

siswa meningkat dan hasil belajar pun meningkat. Kekurangan dari penelitian ini

adalah banyak siswa yang belum aktif dan sering ngobrol sendiri. Tindak

lanjutnya adalah dengan melihat kelemahan dan kelebihan dari penelitian tersebut,

maka masih perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari hasil

penelitian tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan di atas, penggunaan metode

penemuan terbimbing pada dasarnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa

secara berkala karena dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dalam

pembelajaran, siswa tampak lebih aktif, dan termotivasi dalam mengikuti

pembelajaran selain itu siswa lebih mudah memahami materi.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1057/3/T1... · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1. Kajian Teori . 2.1.1. ... Revisi Krathwoll

20

2.3. Kerangka Berfikir

Dalam kegiatan belajar mengajar keahlian guru memberikan petunjuk

adalah salah satu dari cara terpenting bagi kebutuhan siswa dalam pembelajaran.

Seorang guru hendaknya selalu mengupayakan agar pelajaran yang disajikan

dapat menarik, menyenangkan bahkan dengan mudah dipahami oleh siswa,

sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa maksimal sesuai yang diharapkan oleh

guru. Untuk mencapai keberhasilan itu guru harus dapat memilih metode

pembelajaran yang tepat untuk dapat diterapkan dalam pembelajaran. Pendekatan

pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan untuk guru sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar IPA dan sekaligus dapat meningkatkan aktivitas

siswa.

Dengan menggunakan metode penemuan terbimbing maka siswa akan

selalu terlibat secara langsung dalam pembelajaran, sehingga dengan keterlibatan

ini materi yang dibahas akan selalu teringat dalam pemikirannya dan konsep yang

dikuasai siswa konkrit karena siswa akan menemukan sendiri jawaban yang

ditanyakan.

Metode penemuan terbimbing merupakan salah satu bagian dari

pembelajaran penemuan yang banyak melibatkan siswa dalam kegiatan belajar

mengajar, namun dalam proses penemuan siswa mendapat bantuan atau

bimbingan dari guru, agar mereka lebih terarah sehingga baik proses pelaksanaan

pembelajaran maupun tujuan yang dicapai terlaksana dengan baik.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1057/3/T1... · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1. Kajian Teori . 2.1.1. ... Revisi Krathwoll

21

Gambar 2.1

Hubungan Antara Hasil Belajar IPA dan Metode Penemuan Terbimbing

METODE PENEMUAN

TERBIMBING

PBM PEMBELAJARAN

KONVENSIONAL

DENGAN

MENGGUNAKAN

METODE CERAMAH

HASIL BELAJAR

< KKM

PENILAIAN

HASIL

BELAJAR

MERUMUSKAN MASALAH TENTANG GAYA

MEMBENTUK 6 KELOMPOK YANG TERDIRI 5 SISWA

HASIL

BELAJAR

≥ KKM

GURU MEMBIMBING SISWA DALAM KELOMPOK

GURU MEMBERIKAN LEMBAR PENGAMATAN

TENTANG GAYA

PENILAIAN PROSES

MELALUI

PENGAMATAN

UNJUK KERJA

GURU MENYIAPKAN ALAT DAN BAHAN

SISWA MENGERJAKAN LEMBAR PENGAMATAN

SISWA MENYUSUN HASIL PENGAMATAN

SISWA MEMERIKSA ULANG LANGKAH

DEMI LANGKAH

TES TERTULIS

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1057/3/T1... · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1. Kajian Teori . 2.1.1. ... Revisi Krathwoll

22

2.4. Hipotesis

Peningkatan hasil belajar IPA diduga dapat dicapai melalui penggunaan

metode penemuan terbimbing siswa kelas IV SD Negeri 2 Gemawang semester 2

tahun 2011/2012.