33
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan yang benar, yaitu bersifat rasional dan obyektif. Pengetahuan alam adalah pengetahuan yang berisi tentang alam semesta dan segala isinya. Jadi, menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1992: 3) IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dan segala isinya.IPA biasanya disebut dengan kata “sains” yang berasal dari kata “natural science”. Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Penggunaan kata “sainssebagai IPA berbeda dengan pengertian sosial science, educational science, political science, dan penggunaan kata science yang lainnya. Patta Bundu (2006: menjelaskan secara tegas bahwa yang dimaksud kata sains dalam kurikulum pendidikan di Indonesia adalah IPA itu sendiri. Ruang lingkup sains tersebut adalah sains (tingkat SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat sekolah menengah).IPA memiliki arti yang sempit jika diidentifikasi hanya dari segi istilah saja, seperti halnya pengertian IPA yang telah diuraikan di atas. Dari segi istilah, IPA hanya diartikan sebagai kumpulan pengetahuan tentang alam saja. Padahal menurut beberapa pendapat dari tokoh IPA (Sains), pengertian IPA jauh lebih besar dari sekedar kumpulan pengetahuan. Menurut Nash ( dalam Hendro Darmodjo) dan Jenny R. E. Kaligis (1992: 3) IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Cara atau metode tersebut harus bersifat analitis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara fenomena dengan fenomena yang lain. Metode tersebut dapat membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya itu. Metode tersebut adalah metode berpikir ilmiah.Vessel dalam Patta Bundu (2006: 9) mengartikan IPA sebagai suatu hal atau apa yang dikerjakan para ahli sains (Scientis). Vessel dalam Patta Bundu (2006: 9) mengemukakan “science is 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17030/2/T1_282014021_BAB II...dimaksud kata sains dalam kurikulum pendidikan di Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian teori

2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu

yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan yang benar, yaitu

bersifat rasional dan obyektif. Pengetahuan alam adalah pengetahuan yang

berisi tentang alam semesta dan segala isinya. Jadi, menurut Hendro Darmodjo

dan Jenny R. E. Kaligis (1992: 3) IPA adalah pengetahuan yang rasional dan

obyektif tentang alam semesta dan segala isinya.IPA biasanya disebut dengan kata

“sains” yang berasal dari kata “natural science”. Natural artinya alamiah dan

berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan.

Penggunaan kata “sains” sebagai IPA berbeda dengan pengertian sosial

science, educational science, political science, dan penggunaan kata science

yang lainnya. Patta Bundu (2006: menjelaskan secara tegas bahwa yang

dimaksud kata sains dalam kurikulum pendidikan di Indonesia adalah IPA itu

sendiri. Ruang lingkup sains tersebut adalah sains (tingkat SD), sains Biologi,

Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat sekolah menengah).IPA

memiliki arti yang sempit jika diidentifikasi hanya dari segi istilah saja, seperti

halnya pengertian IPA yang telah diuraikan di atas. Dari segi istilah, IPA

hanya diartikan sebagai kumpulan pengetahuan tentang alam saja. Padahal menurut

beberapa pendapat dari tokoh IPA (Sains), pengertian IPA jauh lebih besar dari

sekedar kumpulan pengetahuan. Menurut Nash ( dalam Hendro Darmodjo) dan

Jenny R. E. Kaligis (1992: 3) IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati

alam. Cara atau metode tersebut harus bersifat analitis, lengkap, cermat, serta

menghubungkan antara fenomena dengan fenomena yang lain. Metode tersebut

dapat membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya

itu. Metode tersebut adalah metode berpikir ilmiah.Vessel dalam Patta Bundu

(2006: 9) mengartikan IPA sebagai suatu hal atau apa yang dikerjakan para ahli

sains (Scientis). Vessel dalam Patta Bundu (2006: 9) mengemukakan “science is

7

8

an intellectual search involving inquiry, rational through, and generalization”.

Hal yang dikerjakan oleh saintis disebut sebagai proses sains, sedangkan hasilnya

yang berupa fakta-fakta dan prinsip-prinsip disebut dengan produk sains.Menurut

Abruscato, Joseph dan Derosa, Donald A (2010: 6), Sains adalah:“Science is the

name we give to group of process through which we can sistematically gather

information about the natural world.

Science is also the knowledge gathered through the use of such process.

Finally, science is characterized by those values and attitudes processed by

people who use scientific process to gather knowledge.”Pengertian sains

menurut uraian di atas adalah (1) sains adalah sejumlah proses kegiatan

mengumpulkan informasi secara sistematik tentang dunia sekitar, (2) sains

adalah pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan tertentu, (3) sains dicirikan

oleh nilai-nilai dan sikap para ilmuwan menggunakan proses ilmiah dalam

memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, sains adalah proses kegiatan yang

dilakukan para saintis dalam memperolehpengetahuan dan sikap terhadap proses

kegiatan tersebut (sikap ilmiah).Menurut Patta Bundu (2006: 11) sains secara

garis besar atau pada hakikatnya IPA memiliki tiga komponen, yaitu proses

ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Proses ilmiah adalah suatu kegiatan

ilmiah yang dilaksanakan dalam rangka menemukan produk ilmiah. Proses

ilmiah meliputi mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang, dan

melaksanakan eksperimen. Produk ilmiah meliputi prinsip, konsep, hukum, dan

teori. Produk ilmiah berupa pengetahuan-pengetahuan alam yang telah

ditemukan dan diuji secara ilmiah. Sikap ilmiah merupakan keyakinan akan nilai

yang harus dipertahankan ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan

baru. Sikap ilmiah meliputi ingin tahu, hati-hati, obyektif, dan jujur.Dari

penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA menurut hakikatnya adalah suatu

cara untuk memperoleh pengetahuan baru yang berupa produk ilmiah dan sikap

ilmiah melalui suatu kegiatan yang disebut proses ilmiah. Siapapun yang akan

mempelajari IPA haruslah melakukan suatu kegiatan yang disebut sebagai

proses ilmiah. Seseorang dapat menemukan pengetahuan baru dan menanamkan

sikap yang ada dalam dirinya melalui proses ilmiah tersebut.. Untuk

9

memperdalam gambaran dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibawah ini

dikemukakan beberapa batasan tentang IPA oleh para ahli dibidang IPA. Menurut

wahyono (1996: 293), IPA adalah merupakan suatu kumpulan pengetahuan,

tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umun sebatas pada

gejala alam. Disimpulkan IPA adalah merupakan hasil kegiatan manusia berupa

pengetahuan atau gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang

diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah.

2.1.1.2 Tujuan IPA

Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menurut Trianto (2012:142)

antara lain:

a. Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup

dan bagaimana bersikap.

b. Menanamkan sikap hidup ilmiah.

c. Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan.

d. Mendidik siswa untuk menangani, mengetahui cara kerja serta menghargai

para ilmuwan penemunya.

e. Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan

permasalahan.

Berdasarkan tujuan IPA yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran IPA tidak hanya dimaksudkan agar siswa dapat menguasai

materi pelajaran. Lebih jauh dari pada itu, pembelajaran IPA mempunyai

beberapa tujuan yang hendak dicapai yaitu membentuk sikap ilmiah,

menerapkan metode ilmiah untuk memecahkan berbagai permasalahan, serta

untuk meningkatkan keimanan dan mewujudkan rasa syukur kepada Tuhan atas

keindahan alam yang telah Tuhan berikan. Oleh karena itu, saat melaksanakan

pembelajaran IPA guru tidak hanya memperhatikan bagaimana caranya agar

siswa mengusai materi pelajaran. Guru juga harus mampu mengarahkan proses

pembelajaran agar dapat mencapai berbagai tujuan IPA di atas. Hal ini akan sangat

menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan IPA di SD.

10

2.1.1.3 Karakteristik IPA

Karakteristik IPA menurut Jacobson dan Bergman dalam (Ahmad

Susanto, 2013:170) yaitu:

a. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori.

b. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena

alam, termasuk juga penerapannya.

c. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap

rahasia alam.

d. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau

beberapa saja.

e. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat

objektif.

Berdasarkan karakteristik IPA di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran IPA berdasarkan pada prinsip-prinsip dan proses yang dapat

menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Oleh karena

itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan

sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Dengan kegiatan-

kegiatan tersebut maka siswa dalam pembelajarn IPA akan mendapat pengalaman

melalui pengamatan langsung, diskusi, dan penyelidikan sederhana.

Pembelajaran yang demikian dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa dengan

cara merumuskan masalah, menarik kesimpulan, sehingga mampu berfikir kritis

melalui pembelajaran IPA.

2.1.1.4 Ruang Lingkup IPA

Ruang lingkup IPA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(2006) secara garis besar terdiri dari aspek-aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan;

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana

11

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

Berdasarkan aspek-aspek tersebut dapat digambarkan secara spiral, yang

artinya setiap bahan ajar disemua tingkat kelas disajikan ke dalam materi yang

berbeda, semakin tinggi tingkat kelasnya semakin dalam pula tingkat bahasa dan

materi yang diajarkan. Dalam standar isi telah disebutkan beberapa Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai siswa dalam proses belajar.

Dengan adanya SK dan KD yang telah ditetapkan dalam standar isi , maka guru

harus menyajikan bahan ajar yang sesuai dengan SK dan KD yang telah

ditetapkan tersebut. Setelah guru memahami SK dan KD guru kemudian

menjabarkannya kedalam indikator dan tujuan pembelajaran yang pada akhirnya

akan dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan tingkat keberhasilan belajar

siswa.

2.1.2.Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan cara/ teknik penyajian yang digunakan guru dalam

proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa model-model

pembelajaran, yakni ceramah, diskusi, demonstarasi, studi kasus , bermain peran (

role play) dan sebagainya. Tentu saja, masing-masing memiliki kelemahan dan

kelebihan. Model atau metode sangat penting peranannya dalam pembelajaran,

karena pemilihan model/metode yang tepat dapat mengarahkan guru pada kualitas

pembelajaran efektif. Selain itu, model pembelajaran dapat diartikan sebagi cara,

contoh,maupun pola yang mempunyai tujuan untuk menyajikan pesan kepada siswa

yang harus diketahui, dimengerti, dan dipahami, yaitu dengan cara membuat suatu

pola atau contoh dengan bahan-bahan yang dipilih oleh para pendidik/guru sesuai

dengan materi yang diberikan dan kondisi dalam kelas. Suatu model akan

mempunyai ciri-ciri tertentu dilihat dari factor-faktor yang melengkapinya. Pada

tahun 1950, di Amerika, Marc Belt menemukan ciri-ciri dari beberapa model

pembelajaran antara lain:

a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar tertentu, misalnya model

pembelajaran inkuiri yang disusun oleh Richard Suchman dan dirancang

untuk mengembangkan penalaran berdasarkan tata cara penelitian ilmiah.

12

Model pembelajaran kelompok yang disusun oleh Hebert Thelen yang

dirancang untuk melatih partisipasi dan kerjasama dalam kelompok

didasarkan pada teori Jhon Dewey.

b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.

c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan pembelajaran di kelas.

d. Memiliki perangkat bagian model yang terdiri dari:

Urutan langkah pembelajaran, yaitu tahap-tahap yang harus dilakukan

oleh guru bila akan menggunakan model pembelajaran tertentu.

Prinsip reaksi, yaitu pola prilaku guru dalam memberikan reaksi

terhadap perilaku siswa dalam belajar.

Sistem sosial, yaitu pola hubungan guru dengan siswa pada saat

mempelajari materi pelajaran. Ada tiga pola dalam sistem sosial, yaitu

tinggi, menengah, dan rendah. Pola hubungan disebut tinggi apabila

guru menjadi pemegang kendali dalam pembelajaran. Pola hubungan

disebut menengah apabila guru berperan sederajat denga siswa dalam

kegiatan pembelajaran. Pola hubungan disebut rendah apabila guru

memberikan kebebasan kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Sistem pendukung, yaitu penunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan

pembelajaran dikelas, misalnya media dan alat peraga.

e. Memiliki dampak sebagai akibat penerapan model pembelajaran, baik

dampak langsung dengan tercapainya tujuan pembelajaran, maupun

dampak tidak langsung yang berhubungan dengan hasil belajarjangka

panjang. Menurut komaruddin (2000), model belajar dapat diartikan sebagai

kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan

kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain (2) suatu

deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses

visualisasi sesuatu yang tidak dapat diamati secara langsung, (3) suatu

sistem asumsi- asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk

menggambarkan secara matematis suaru obyek peristiwa; (4) suatu desain

yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang

disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang memungkinkan

13

atau bersifat imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat

menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya. Atas dasar pengertian

tersebut, model dalam pembelajaran dapat dipahami sebagai model

pembelajaran yang merupakan suatu rancangan yang telah deprogram

melalui media peraga dalam membantu untuk memvisualisasikan pesan

yang terkandung didalamnya dan mencapai tujuan belajar sebagai pegangan

dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Joice dan Weil (2000)

mengatakan bahwa terdapat empat kategori penting yang perlu diperhatikan

dalam model mengajar, yaitu model informasi, model personal, model

interaksi, dan model tingkahlaku. Model mengajar yang telah

dikembangkan dan diuji keberlakuannya oleh para pakar pendidikan dengan

mengklasifikasikan model pembelajaran dalam empat kelompok yaitu:

1. Model pemrosesan informasi ( Information processing model), yaitu

menjelaskan bagaimana cara individu memberi respons yang datang

dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data,

memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana

pemecahan masalah serta menggunakan simbol-simbol verbal dan

nonverbal. Model ini memberikan kepada pelajar sejumlah konsep,

pengetesan hipotesis, dan pemusatan perhatian pada

pengembangankemampuan kreatif. Model pengelolaan informasi ini

secara umum dapat diterapkan pada sasaran belajar dari berbagai usia

untuk mempelajari individu dan masyarakat. Karena itu, model ini

potensial untuk digunakan dalam mencapai tujuan yang berdimensi

personal dan sosial, disamping berdimensi intelektual. Adapun model-

model pemrosesan menurut Tom (2001) Terdiri atas:

a. Model piker induktif. Tokohnya adalah Hilda Taba. Model ini

bertujuan untuk mengembangkan proses mental induktif dan

penalaran akademik atau pembentukan teori. Kemampuan-

kemampuan ini berguna untuk tujuan-tujuan pribadi dan sosial.

b. Model inkuiri ilmiah. Tokohnya adalah Joseph J. Schwab. Model ini

bertujuan untuk mengajarkan sistem penelitian dari suatu disiplin

14

tetapi juga diharapkan mempunyai efek dalam kawasan-kawasan

lain ( metode-metode sosial mungkin diajarkan dalam upaya

meningkatkan pemahaman sosial dan pemecahan masalah sosial).

c. Model penemuan konsep. Tokohnya adalah Jerome Brunet. Model

ini bertujuan untuk mengembangkan penalaran induktif serta

perkembangan dan analisis konsep.

d. Model pertumbuahan kognitif. Tokohnya adalah Jean Pieget, Irving

Sigel, Edmund Sulivan, dan Laaerence Kohlberg. Model ini

bertujuan untuk meningkatkan perkembangan intelektual, terutama

penalaran logis, tetapi dapat pula diterapkan pada perkembangan

sosial moral.

e. Model penata lanjutan. Tokohnya adalah david Ausebel. Model ini

bertujuan untuk meningkatkan efesiensi kemampuan pemrosesan

informasi guna menyerap dan mengaitkan bidang-bidang

pengetahuan.

f. Model memori. Tokohnya adalah Harry Loryne dan Jerry Lucas.

Model ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengingat.

2. Model personal (personal family) merupakan rumpun model

pembelajaran yang menekankan kepada proses pengembangan

kepribadian individu siswa dengan memperhatikan kehidupan

emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk memudahkan

seseorang untuk memahami dirinya dengan baik, memikul tanggung

jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

Model ini memusatkan perhatian kepada pandangan perseorangan dan

berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif. Dengan begitu,

manusia diharapkan semakin menyadari dirinya dan bertanggung jawab

atas tujuannya. Adapun tokoh-tokohnya adalah:

a. Model pengajaran nondirektif. Tokohnya adalah carl Rogers. Model

ini bertujuan untuk membentuk kemampuan untuk pengembangan

pribadi, seperti kesadaran diri, pemahaman diri, kemandrian, dan

konsep diri.

15

b. Model latihan kesadaran. Tokohnya adalah Fritz Peris William

Schultz. Model ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

seseorang untuk eksplorasi diri dan kesadaran diri. Banyak

menekankan pada perkembangan kesadaran dan pemahaman

antarpribadi.

c. Model sinetik. Tokohnya adalah William Gordon. Model ini

bertujuan untuk mengembangkan pribadi dalam kreativitas dan

pemecahan masalah kreatif.

d. Model sistem-sistem konseptual. Tokohnya adalah David hunt.

Model ini bertujuan untuk meningkatkan kekompleksan dan

keluwesan pribadi.

e. Model pertemuan kelas. Tokohnya adalah William Glasser. Model

ini bertujuan untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri dan

kelompok sosial.

3. Model sosial (Social family) menekankan pada usaha mengembangkan

kemampuan siswa agar memiliki kecakapan untuk berhubungan dengan

orang lain guna membangun sikap siswa yang demokratis dengan

menghargai setiap perbedaan dan realitas sosial. Inti dari sosial model

ini adalah konsep sinergi, yaitu energy atau tenaga (kekuatan) yang

terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena kehidupan

masyarakat. Dengan menerapkan model sosial, pembelajaran diarahkan

pada upaya melibatkan peserta didik dalam menghayati, mengkaji,

menerapkan dan menerima fungsi dan peran sosial. Model sosial ini

dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama, membimbing para

siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala

mengenai masalah, mengumpulkan data yang relevan, dan

mengembangkan serta mengetes hopotesis. Oleh karena itu, guru

seyogyanya mengajarkan proses demokratis secara langsung. Jadi,

pendidikan harus diorganisaikan dengancara melakukan penelitian

bersama (Cooperative inquiry) tentang masalah-masalah sosial dan

masalah-masalah akademis.

16

4. Model sistem perilaku dalam pembelajaran (behavioral model of

teaching) dibanun atas dasar kerangka teori perubahan perilaku. Melalui

teori ini, siswa dibimbing untuk memecahkan masalah belajar melalui

penguraian perilaku kedalam jumlah kecil dan berurutan. Berbagai

pernyataan mengenai model pembelajaran diatas menunjukkan

banyaknyacara untuk menerapkan pembelajaran efektif dan efisien.

Dengan demikian, melalui pendekatan-pendekatan tersebut, guru

diharapkan mampu memilih pendekatan mana yang sesuai dengan

kebutuhan siswa dalam kondisi yang ada saat ini. Jadi, para guru harus

menyesuaikan dengan situasi dalam kelas dan suasana hati siswa dalam

proses pembelajaran. Jika hal tersebut dapat dilakukan oleh guru secara

tepat dan kontinu, maka proses pembelajaran dikelas akan dirasa

menyenangkan, baik oleh guru maupun siswa (Nur Hamiyah dan

Muhamad Jauhar, 2014: 57-64).

2.1.3. Model Examples Non Examples

2.1.3.1. Pengertian Examples non examples

Model Examples Non Examples merupakan salah satu pendekatan Group

investigation dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi

pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik. Tipe

pembelajaran ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap model pembelajaran

kelas tradisional dan menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil

dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada individu (Muslimin

Ibrahin, 2000 : 3).

Pembelajaran Examples Non Examples adalah salah satu contoh model

pembelajaran yang menggunakan media. Media dalam pembelajaran merupakan

sumber yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Manfaat media ini adalah

untuk guru membantu dalam proses mengajar, mendekati situasi dengan keadaan

yang sesungguhnya. Dengan media diharapkan proses belajar dan mengajar lebih

komunikatif dan menarik.

Model Pembelajaran Examples Non Examples atau juga biasa di sebut

Examples And Non Examples merupakan model pembelajaran yang menggunakan

17

gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan

dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk

diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar.

Salah satu proses belajar mengajar adalah gambar. Media gambar

merupakan salah satu alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang

dapat membantu mendorong siswa lebih melatih diri dalam mengembangkan pola

pikirnya. Dengan menerapkan media gambar diharapkan dalam pembelajaran dapat

bermanfaat secara fungsional bagi semua siswa. Sehingga dalam kegiatan

pembelajaran siswa diharapkan akan aktif termotivasi untuk belajar.

Menurut Rochyandi, Yadi (2004:11). model pembelajaran kooperatif tipe

examples non examples adalah tipe pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan

cara guru menempelkan contoh gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran dan gambar lain yang relevan dengan tujuan pembelajaran, kemudian

siswa disuruh untuk menganalisisnya dan mendiskusikan hasil analisisnya sehingga

siswa dapat membuat konsep yang esensial.

2.1.3.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Examples non examples

Sintak pembelajaran examples non examples menurut Hamdani (2011: 94).

dapat dilihat pada langkah-langkah kegiatan pembelajaran berikut ini:

a. Guru mempersiapkan gambar – gambar sesui dengan tujuan pembelajaran

b. Guru menempelkan ganbar dipapan atau ditayangkan melalui LCD Proyektor

c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk

memperhatikan atau menganalisis gambar

d. Melalui diskusi kelompok hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat

pada kertas

e. Setiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya

f. Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi

sesuai dengan tujuan yang akan dicapai

g. Kesimpulan

18

2.1.3.3. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran examples non examples

Kelebihan Metode ini adalah

a. Siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar

b. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar

c. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya

Kekurangan Metode ini adalah

a. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar

b. Memakan waktu lama ( Hamdani. 2011: 94 )

Berdasarkan langkah- langkah pembelajaran examples non examples yang

telah dikemukakan oleh ahli, maka penulis dapat menyusun langkah-langkah

pembelajaran examples non examples dalam kegiatan pembelajaran IPA di

kelas yang disajikan dalam bentuk tabel berikut ini:

Tabel 2.1

Sintak Pembelajaran Examples non examples

Langkah-

langkah

Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Kegiatan awal Guru

mempersiapkan

gambar, Film

animasi sesuai

tujuan

pembelajaran

dan

memberikan

apersepsi

1. Mempersiapkan

materi

pembelajaran

yang berupa

gambar, film

animasi yang

dibutuhkan

dalam

pembelajaran

2. Melakukan

apersepsi

dengan

menampilkan

animasi materi

pembelajaran.

1. Siswa

mempersiapkan

alat

pembelajaranya

sambil

menunggu guru

mempersiapkan

pembelajaran.

2. Memperhatikan

apersepsi

pembelajaran

dari LCD

Proyektor.

19

Dengan LCD

proyektor.

3. Menyampaikan

tujuan

pembelajaran

yang akan di

capai

Kegiatan Inti

1.Menyajikan

informasi

Guru

menyampaikan

materi melalui

alat peraga

dengan

menayangkan

gambar dan

animasi

pembelajaran

1. Menyampaikan

materi kepada

siswa dalam

bentuk animasi

dan gambar

pada LCD

Proyektor

2. Memberi

kesempataan

siswa untuk

mengamati atau

menganalisis

gambar.

3. Memberi

kesempatan

untuk Tanya

jawab tentang

materi yang

disampaikan

1. Memperhatikan

dan mengamati

penjelasan

guru.

2. Menganalisis

gambar,

animasi yang

ditampilkan

guru

3. Bertanya

kepada guru

tentang materi

yang

disampaikan

4. Menjawab

pertanyaan

yang

disampaikan

oleh guru.

2.

Mengorganisir

peserta didik

kedalam

Guru membagi

siswa kedalam

kelompok

1. Menjelaskan

cara kerja

kelompok

dengan model

1. Membentuk

kelompok yang

terdiri dari 7

20

kelompok-

kelompok

belajar

belajar secara

heterogen.

examples non

examples

berbantu audio

visual

2. Membagi siswa

ke dalam 3

kelompok yaitu

kelompok 1 ,

kelompok 2 dan

kelompok 3.

3. Memvisualisasi

kan gambar dan

animasi materi

pembelajaran

pada media

LCD proyektor

dan membagi

LKK

anggota

kelompok.

2. Masing-masing

kelompok

memperoleh

lembar kerja

kelompok.

3. Mengamati

visualisasi di

LCD proyektor

4. Mengamati

LKK

3. Examples

non examples

berbantu audio

visual

Guru menberi

penjelasan

tentang materi

yang

divisualiasikan

dan

mengintruksika

n semua

anggota

kelompok

untuk

mengamati dan

mencermati

1. Meminta

semua

kelompok

untuk

menjawab atau

mendiskusikan

tugas diskusi

yang telah di

berikan kepada

masing-masing

kelompok.

2. Mengawasi

aktivitas siswa

1. Menjawab

LKK dan

berdiskusi

dengan

kelompoknya

masing-

masing.

2. Meminta

penjelasan

tugas LKK

kepda guru bila

tidak jelas.

21

serta

mendiskusikan

dengan

kelompoknya

masing- masing

serta memberi

tugas kelompok

kepada masing-

masing

kelompok

untuk

didiskusikan

dan dicatat dari

hasil

menganalisis

atau mengamati

pada kertas.

dalam

berdiskusi dan

membantu

siswa dalam

mengamati

gambar yang di

visualisasikan

selama diskusi

berlangsung.

3. Presentasi

hasil

diskusi

Setiap

kelompok

mempresentasi

kan hasil

menganalisisny

a di depan kelas

melalui wakil

kelompoknya.

1. Memanggil/

mempersilahkan

masing-masing

kelompok untuk

mempresentasik

an hasil

menganalisisnya

dengan

berdiskusi.

2. Mempersilahk

an kelompok

lain untuk

menanggapi

1. Maju kedepan

kelas untuk

mempresentasi

kan hasil LKK

siswa lain

memperhatikan

2. Kelompok lain

menanggapi

hasil diskusi

yang di

presentasikan.

22

kelompok yang

presentasi.

4. Mengevalu

asi

Mengoreksi

apakah cara

mengamati

menganalisis

gambar,

animasi sudah

benar atau

belum,cara

berdiskusi dan

presentasi yang

dilakukan

apakah sudah

baik atau

belum.

1. Memberikan

sanjungan

terhadap apa

yang sudah

dilaksanakan

oleh siswa.

2. Memberikan

saran dan kritik

terhadap hasil

tugas

kelompok.

1. Menanggapi

pujian dari

guru

2. Memperhatika

n saran dan

kritik dari guru

tentang apa

yang telah di

laksanakan

Kegiatan

Akhir

1.Membuat

kesimpulan

Menarik

kesimpulan dari

materi yang

baru saja

dipelajari.

Membimbing

siswa untuk

membuat

kesimpulan.

Membuat

kesimpulan

bersama guru

2.Tes evaluasi Guru membagi

soal tes evaluasi

kepada masing-

masing siswa

Guru mengawasi

jalannya tes

evaluasi

Siswa

mengerjakan tes

evaluasi mandiri.

3.Refleksi Refleksi berupa

penanaman

nilai moral.

Menanamkan nilai

moral pada siswa

Merespon guru

tentang moral.

23

2.1.4. Media audio visual

2.1.4.1. Pengertian Media

Din Wahyudin (2007: 45) mengemukakan media pembelajaran adalah

tehnik pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

Din Wahyudin (2007: 45) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana

fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video dan

sebagainya.

Berdasarkan pendapat Miarso dan Din Wahyudin maka dapat disimpulkan

bahwa pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan

peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri peserta

didik.

2.1.4.2. Pengertian Media Audio Visual

Media video adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat

dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Program video dapat

dimanfaatkan dalam program pembelajaran, karena dapat memberikan pengalaman

yang tidak terduga kepada siswa, selain itu juga program video dapat

dikombinasikan dengan animasi dan pengaturan kecepatan untuk

mendemonstrasikan perubahan dari waktu ke waktu.Kemampuan video dalam

memvisualisasikan materi terutama efektif untuk membantu anda menyampaikan

materi yang bersifat dinamais. Materi yang memerlukan visualisasi yang

menhdemonstrasikan hal-hal seperti gerakan motorik tertentu, ekspresi wajah,

maupun suasana lingkungan tertentu adalah paling baik disajikan melalui

pemanfaatan teknologi video Pesan yang disampaikan lebih menarik perhatian,

unsur perhatian inilah yang penting dalam proses belajar, karena dari adanya

perhatian akan timbul rangsangan/ motivasi untuk belajar. Pesan yang disampaikan

lebih efisien. Gambaran visual dapat mengkomunikasikan pesan dengan cepat dan

nyata, oleh karena itu dapat mempercepat pemahaman pesan secara lebih

konperhensif, pesan visual lebih efektif dalam arti penyajian melalui visual dapat

membuat anak didik lebih berkonsentrasi. Daryanto (2013: 86-91).

24

Oemar Hamalik mengemukakan media audio-visual adalah media yang

mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan

yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual

(melihat). Media Audiovisual merupakan sebuah alat bantu audiovisual yang

berarti bahan atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu

tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide.

Dari hasil penelitian media audiovisual sudah tidak diragukan lagi dapat membantu

dalam pengajaran apabila dipilih secara bijaksana dan digunakan dengan baik.

Beberapa manfaat alat bantu audiovisual adalah:

1. Membantu memberikan konsep pertama atau kesan yang benar.

2. Mendorong minat.

3. Meningkatkan pengertian yang lebih baik.

4. Melengkapi sumber belajar yang lain.

5. Menambah variasi metode mengajar.

6. Menghemat waktu.

7. Meningkatkan keingintahuan intelektual.

8. Cenderung mengurangi ucapan dan pengulangan kata yang tidak perlu.

9. Membuat ingatan terhadap pelajaran lebih lama.

10. Dapat memberikan konsep baru dari sesuatu diluar pengalaman biasa.

2.1.4.3. Jenis-jenis Media Audio Visual

1. Media Audio Visual Gerak

Media audio visual gerak adalah media intruksional modern yang sesuai

dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi) karena

meliputi penglihatan, pendengaran dan gerakan, serta menampilkan unsur gambar

yang bergerak. Jenis media yang termasuk dalam kelompok ini adalah televisi,

video tape, dan film bergerak.

a). Film

Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana

frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga

pada layar terlihat gambar itu hidup. Kemampuan film melukiskan gambar hidup

25

dan suara memberinya daya tarik tersendiri. Kedua jenis media ini pada umumnya

digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Mereka

dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep

yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu,

dan mempengaruhi sikap. Oemar Hamalik mengemukakan bahwa film yang baik

mamiliki ciri-ciri sebagi berikut:

a. Dapat menarik minat anak.

b. Benar dan autentik.

c. Up to date dalam setting, pakaian dan lingkungan.

d. Sesuai dengan tingkatan kematangan audien.

e. Perbendaharaan bahasa yang dipergunakan secara benar.

f. Kesatuan dan squence-nya cukup teratur.

g.Teknis yang dipergunakan cukup memenuhi persyaratan dan cukup

memuaskan.

b. Video

Video sebagai media audio visual yang menampilkan gerak, semakin lama

semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan dapat bersifat fakta

(kejadian/ peristiwa penting, berita), maupun fiktif (seperti misalnya cerita), bisa

bersifat informatif, edukatif maupun intruksional. Sebagian besar tugas film dapat

digantikan oleh video, namun tidak berarti bahwa video akan menggantikan

kedudukan film. Masing-masing memiliki keterbatasan dan kelebihan sendiri.

c. Televisi (TV)

Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar

hidup bersama suara melalui kabel dan ruang. Dewasa ini televisi yang

dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan mudah dapat dijangkau melalui

siaran dari udara ke udara dan dapat dihubungkan melalui satelit. Televisi

pendidikan adalah penggunaan program video yang direncanakan untuk mencapai

tujuan pengajaran tertentu tanpa melihat siapa yang menyiarkannya. Televisi

pendidikan tidak hanya menghibur, tetapi lebih penting adalah mendidik. Oleh

karena itu, ia memiliki ciri-ciri tersendiri, antara lain:

26

1. Dituntun oleh instruktur, seorang instruktur atau guru menuntun siswa

sekedar menghibur tetapi yang lebih penting adalah mendidik. melalui

pengalaman-pengalaman visual.

2. Sistematis, siaran berkaitan dengan mata pelajaran dan silabus dengan

tujuan dan pengalaman belajar yang terencana.

3. Teratur dan berurutan, siaran disajikan dengan selang waktu yang berurutan

secara berurutan dimana satu siaran dibangun atau mendasari siaran

lainnya,

4. Terpadu, siaran berkaitan dengan pengalaman belajar lainnya, seperti

latihan, membaca, diskusi, laboratorium, percobaan, menulis, dan

pemecahan masalah.

Televisi sebenarnya sama dengan film, yakni dapat didengar dan dilihat.

Media ini berperan sebagai gambar hidup dan juga sebagai radio yang dapat dilihat

dan didengar secara bersamaan.

Media komunikasi massa khususnya televisi berperan besar dalam hal

interaksi budaya antar bangsa, karena dengan sistem penyiaran yang ada sekarang

ini, wilayah jangkauan siarannya, tidak ada masalah lagi. Meskipun demikian,

bagaimanapun juga televisi hanya berperan sebagi alat bukan merupakan tujuan

kebijaksanaan komunikasi, karena itu televisi mempunyai fungsi:

a. Sebagai alat komunikasi massa

Daerah jangkauan televisi, dibelahan bumi manapun sudah tidak menjadi

masalah bagi media massa. Hal ini karena ada revolusi dibidang satelit

komunikasi massa yang terjadi pada akhir-akhir ini. Sebagi akibat adanya

sistem komunikasi yang canggih itu, media massa televisi mampu membuka

isolasi masyarakat tradisional yang sifatnya tertutup menjadi masyarakat

yang terbuka.

b. Sebagi alat komunikasi pemerintahSebagi alat komunikasi pemerintah,

televisi dalam pesan komunikasinya terhadap kondisi sosial budaya suatu

bangsa, meliputi tiga sasaran pokok, yaitu:

Memperkokoh pola-pola sosial budaya.

Melakukan adaptasi terhadap kebudayaan.

27

Kemampuan untuk mengubah norma-norma soaial budaya bangsa.

2. Media Audio Visual Diam

Media audio visual diam yaitu media yang menampilkan suara dan gambar

diam, seperti:

Film bingkai suara (sound slides)

Film bingkai adalah suatu film transparan (transparant) berukuran 35 mm,

yang biasanya dibungkus bingkai berukuran 2x2 inci terbuat dari kraton atau

plastik. Ada program yang selesai dalam satu menit, tapi ada pula yang hingga

satu jam atau lebih. Namun yang lazim, satu program film bingkai suara (sound

slide) lamanya berkisar antara 10-30 menit. Jumlah gambar (frame) dalam satu

program pun bervariasi, ada yang hanya sepuluh buah, tetapi ada juga yang

sampai 160 buah atau lebih.

Film rangkai suara

Berbeda dengan film bingkai, gambar (frame) pada film rangkai berurutan

merupakan satu kesatuan. Ukurannya sama dengan film bingkai, yaitu 35 mm.

Jumlah gambar satu rol film rangkai antara 50-75 gambar dengan panjang

kurang lebih 100 sampai dengan 130, tergantung pada isi film itu.

2.1.4.4. Karakteristik Media Audio Visual

Teknologi Audio visual cara untuk menghasilkan atau menyampaikan

materi yaitu dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk

menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audio-visual jelas

bercirikan pemakaian perangakat keras selama proses belajar, seperti mesin

proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar. Karakteristik atau

ciri-ciri utama teknologi media audio-visual adalah sebagai berikut:

1. Mereka biasanya bersifat linier.

2. Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis.

3. Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh

perancang/pembuatnya.

4. Mereka merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak;

5. Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan

kognitif.

28

6. Umumnya mereka berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan

interaktif murid yang rendah.

2.1.4.5. Kelebihan dan Kekurangan Media Audio visual

Media audio visual mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri.

Ada dua jenis media audio visual disini yaitu audio visual gerak dan audio visual

diam.

a).Kelebihan media audio visual gerak

1. Film dapat menggambarkan suatu proses, misalnya proses pembuatan suatu

keterampilan tangan dan sebagainya.

2. Dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu.

3. Penggambarannya bersifat 3 dimensional.

4. Suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada gambar dalam bentuk

ekspresi murni.

5. Dapat menyampaikan suara seorang ahli sekaligus melihat penampilannya.

6. Kalau film dan video tersebut berwarna akan dapat menambah realita objek

yang diperagakan.

7. Dapat menggambarkan teori sain dan animasi.

b).Kekurangan-kekurangan film sebagai berikut :

1. Film bersuara tidak dapat diselingi dengan keterangan-keterangan yang

diucapkan sewaktu film diputar, penghentian pemutaran akan mengganggu

konsentrasi audien.

2. Audien tidak akan dapat mengikuti dengan baik kalau film diputar terlalu

cepat.

3. Apa yang telah lewat sulit untuk diulang kecuali memutar kembali secara

keseluruhan.

4. Biaya pembuatan dan peralatannya cukup tinggi dan mahal.

2.1.4.6 Kelebihan dan kekurangan video sebagai media audio visual gerak

a). Kelebihan video

1. Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari rangsangan

lainnya.

29

2. Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapt memperoleh

informasi dari ahli-ahli/ spesialis.

3. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga

dalam waktu mengajar guru dapat memusatkan perhatian dan penyajiannya.

4. Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.

5. Keras lemah suara dapat diatur dan disesuaikan bila akan disisipi komentar

yang akan didengar.

6. Guru bisa mengatur dimana dia akan menghentikan gerakan gambar

tersebut, artinya kontrol sepenuhnya ditangan guru.

7. Ruangan tidak perlu digelapkan waktu menyajikannya.

b).Kekurangan video

1. Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktekkan.

2. Sifat komunikasinya yang bersifat satu arah haruslah diimbangi dengan

pencarian bentuk umpan balik yang lain.

3. Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara

sempurna.

4. Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.

2.1.4.7. Kelebihan dan kekurangan televisi sebagai media audio visual gerak

a).Kelebihan televisi:

1. Bersifat langsung dan nyata, serta dapat menyajikan peristiwa yang

sebenarnya.

2. Memperluas tinjauan kelas, melintasi berbagai daerah atau berbagai negara.

3. Dapat menciptakan kembali peristiwa masa lampau.

4. Dapat mempertunjukkan banyak hal dan banyak segi yang beraneka ragam.

5. Banyak mempergunakan sumber-sumber masyarakat.

6. Menarik minat anak.

7. Dapat melatih guru, baik dalam pre-service maupun dalam intervice

training.

8. Masyarakat diajak berpartisipasi dalam rangka meningkatkan perhatian

mereka terhadap sekolah.

30

b).Kekurangan-Kekurangan Televisi:

1. Televisi hanya mampu menyajikan komunikasi satu arah.

2. Televisi pada saat disiarkan akan berjalan terus dan tidak ada kesempatan

untuk memahami pesan-pesan nya sesuai dengan kemampuan individual

siswa.

3. Guru tidak memiliki kesempatan untuk merevisi tayangan TV sebelum

disiarkan.

4. Layar pesawat televisi tidak mampu menjangkau kelas besar sehingga sulit

bagi semua siswa untuk melihat secara rinci gambar yang disiarkan.

5. Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi dengan

guru, dan siswa bisa jadi bersifat pasif selama penayangan.

2.1.4.8. Kelebihan dan kekurangan media audio visual diam

a). Kelebihan film bingkai sebagai media pendidikan adalah:

1. Materi pelajaran yang sama dapat disebarkan ke seluruh siswa secara

serentak.

2. Perhatian anak-anak dapat dipussatkan pada satu butir tertentu.

3. Fungsi berfikir penonton dirangsang dan dikembangkan secara bebas.

4. Film bingkai berada di bawah kontrol guru.

5. Dapat dilakukan secara klasikal maupun individu.

6. Penyimpanannya mudah (praktis).

7. Dapat mengatasi keterbatasan keterbatasan ruang, waktu dan indera.

8. Mudah direvisi/diperbaiki, baik visual maupun audionya.

9. Relatif sederhana dan murah dibandingkan dengan media TV atau film.

10. Program dibuat dalam waktu singkat.

b). Kekurangan film bingkai suara adalah:

1. Program film bingki yang terdiri dari gambar-gambar lepas mudah hilang

atau tertukar apabila penyimpanannya kurang baik.

2. Hanya mampu menyajikan objek-objek secara diam (still).

3. Penggunaan program slide suara memerlukan ruangan yang gelap, apabila

tidak gelap makagambar yang diproyeksikan kurang jelas.

31

4. Dibangdingkan dengan gambar, foto, bagan atau papan flanel pembuatan

film bingkai jauh lebih mahal biayanya.

2.1.4.9. Kelebihan dan kekurangan film rangkai

Kelebihan film rangkai yaitu:

1. Kecepatan penyajian film rangkai bisa diatur

2. Film rangkai dapat mempersatukan berbagai media pendidikan yang berbeda

dalam satu rangkai

3. Ukuran gambar sudah pasti

4. Penyimpanannya mudah

5. Reproduksinya dalam jumlah besar relatif lebih mudah

6. Dapat untuk belajar kelompok maupun individual

Kelemahan yang pokok dibandingkan dengan film bingkai adalah bahwa film

rangkai sulit diedit atau direvisi karena sudah merupakan satu rangkaian, sukar

dibuat sendiri secara lokal dan memerlukan peralatan laboratorium yang dapat

mengubah film bingkai ke film rangkai.

2.1.5 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan (Agus Supridjono, 2009:5).

Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses

penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang

kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan belajar melalui kegiatan belajar.

Menurut Ahmad Susanto (2013:5) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh

anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu

proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan

peilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan

intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil

dalam belajar adalah berhasil mencapi tujuan- tujuan pembelajaran atau tujuan

intruksional. Dimyati dan Mudjiono (2013:20) hasil belajar merupakan suatu

puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi berkat evalusi guru. Hasil

belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak

tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. Tujuan pendidikan bersifat ideal,

32

sedangkan hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar merupakan realisasi

tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat

tergantung kepada tujuan pendidikannya. Menurut Nana Sudjana (2004:39)

menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor

utama yakni:

1. Faktor dari dalam diri siswa itu, seperti kemampuan, motivasi belajar, minat

dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi,

faktor fisik dan psikis.

2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.

Lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di

sekolah ialah kualitas pengajaran.Menurut Dimyati dan Mudjiono

(2013:251) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua

sisi :

a. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental

yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra belajar.

b. Dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan

pelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan perubahan tingkah laku pada siswa yang meliputi pengetahuan,

sikap, dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas atau kegiatan

belajar guna mencapai sebuah tujuan pendidikan. Hasil belajar dalam penelitian

ini diukur dengan memberikan soal tes kepada siswa. Tes pada umunya

digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa,

terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran

sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.

Menurut Sudjana (2014:35) tes sebagai alat penilaian adalah

pertanyaanpertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari

siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau

dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).

Ada dua tes yang digunakan dalam mengukur hasil belajar siswa meliputi:

33

2.1.6 Tes Uraian

Tes uraian atau disebut juga dengan essay examination, merupakan alat

penilaian hasil belajar yang sudah lama digunakan. Tes uraian terdiri dari

uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Tes uraian menuntut

kemampuan siswa dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa

tulisan. Hal itu merupakan kekuatan atau kelebihan tes esai dari alat penilaian

lainnya. Menurut Sudjana (2014:35)

a). Kelebihan tes uraian antara lain adalah:

1. Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi.

2. Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun

tulisan, dengan baik dan benar sesuai kaidah-kaidah bahasa.

3. Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berpikir

logis, analitis dan sistematis.

4. Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah (problem solving).

5. Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga

tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat

proses berpikir siswa.

b).Adapun kelemahan dari tes uraian antara lain sebagai berikut:

1. Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat

semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang

dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan.

2. Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat

pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. Guru bisa saja bertanya

tentang hal-hal yang menarik baginya, dan jawabannya juga berdasarkan

apa yang dikehendaki.

3. Tes ini biasanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang terbatas,

pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi

kelas yang jumlah siswanya relatif besar.

2.1.7 Tes Objektif

Soal-soal bentuk objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar. Hal

ini disebabkan antara lain oleh luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam

34

tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan. Beberapa bentuk tes objektif,

yakni jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan dan pilihan ganda.

a. Kebaikan dari tes objektif yaitu:

Soal dapat disusun dengan mudah.

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat.

Penilaian dapat dilakukan dapat dilakukan dengan cepat dan objektif.

b. Kelemahan dari tes objektif yaitu:

Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi.

Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata.

Pada penelitian ini dalam mengukur hasil belajar siswa, guru memberikan soal tes

yang berbentuk pilihan ganda yaitu dimana siswa mempunyai tugas untuk

memilih satu jawaban yang benar atau paling tepat. Selain mengukur hasil

belajar siswa dari ranah kognitif, hasil belajar siswa dapat diukur melalui ranah

psikomotor dan afektifnya. Untuk mengukur hasil belajar ranah psikomotorik

dapat diukur melalui tes tindakan (perbuatan). Ada beberapa bentuk cara

pengukuran untuk menilai hasil belajar ranah psikomotorik. Bentuk-bentuk

penilaian hasil belajar ranah psikomotorik antara lain: penilaian unjuk kerja,

penilaian produk, penilaian proyek dan portofolio. Sedangkan hasil belajar

ranah afektif (sikap) dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-

teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung dan laporan

pribadi. Dalam penelitian ini peneliti mengukur hasil belajar siswa dalamranah

kognitif dan ranah afektif yaitu dengan tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda

dan observasi.

2.1.8 Hubungan Example nonexample berbantu media audio visual terhadap

hasil Belajar IPA

Pembelajaran Examples non examples mengutamakan pemberian contoh riil

yang secara langsung akan di perhatikan oleh siswa sehingga akan mudah di pahami

sehingga untuk menerapkan pengetahuan dalam tujuan pembelajarannya.Apa lagi

dibantu oleh media audio visual yang kita tahu dapat menjadi media dalam

menampilkan contoh contoh animasi, gambar dan materi. Dengan demikian anak

akan lebih tertarik untuk melihat, menganalisis dan memahami materi sehingga

35

pembelajaran akan sangat menarik karena siswa berantusias untuk memperhatikan

materi yang di tampilkan. Dengan melihat keunggulan model pembelajaran

examples non examples berbantu audio visual, maka peneliti bermaksud untuk

menerapkan model dan media tersebut dalam pembelajaran IPA yang bertujuan

untuk membangkitkan kerja sama dan kefokusan siswa dalam menerima materi

serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan sehingga hasil belajar siswa

khususnya mata pelajaran IPA meningkat.

Pembelajaran IPA itu sendiri bertujuan untuk menanamkan sikap ilmiah,

rasa ingin tahu dan memberikan ilmu pengetahuan tentang gejala – gejala

alam pada siswa. Hal ini sesuai dengan materi yang akan diajarkan mengenai

Peristiwa Alam dan Sumber Daya Alam. Dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan model examples non examples berbantu media audio visual dimana

guru akan menampilkan contoh-contoh dan animasi maupun film tentang kerangka

tubuh manusia dan fungsinya,tentang peristiwa alam dan sumber daya alam dan

diharapkan melalui model ini siswa akan lebih aktif , tidak bosan dan lebih

mudah dalam memahami materi yang diajarkan. Diharapkan dengan model

Examples non examples berbantu audio visual dapat lebih antusias dan tertarik

untuk mengikuti pembelajaran sehingga secara tidak langsung siswa dapat

memahami materi melalui penglihatan atau pengamatan yang dilakukan dan

berdampak positif bagi peningkatan hasil belajar siswa.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian ini juga menyampaikan beberapa penelitian terdahulu yang relevan

dengan permasalahan yang akan diteliti diantaranya yaitu:

a. Arif Wahyudi ( 2012 ) penggunaan media audio visual dalam peningkatan

hasil belajar IPA. Hal itu terbukti dengan meningkatnya hasil belajar

IPA siswa setelah penelitian ini dilaksanakan. Sebelum penelitian ini

dilaksanakan,hasil belajar IPA siswa tergolong rendah, dengan rincian

siswa dengan hasil belajar IPA ≥ KKM (70) hanya sebanyak 48,39%

dari jumlah keseluruhan siswa kelas 4, dan rata-rata hasil belajar IPA

siswa kelas 4 sebesar 69,35. Setelah penelitian ini dilaksanakan, terjadi

peningkatan rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas 4 hingga mencapai 90,95

36

dan siswa dengan hasil belajar IPA ≥ KKM mencapai 84,85% dari jumlah

keseluruhan siswa kelas IV.

b. Suratman (2012) dalam skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil

Belajar IPA melalui Pendekatan examples non examples pada Siswa

Kelas 5 SDN Timbang 01 Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model make a match

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV. Terbukti pada hasil

belaja siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa 70,59% dengan 12

siswa yang mengalami tuntas belajar dan 5 siswa atau 29,41% siswa yang

belum tuntas. Pada siklus II ketuntasan hasil belajar siswa meningkat

menjadi 100% atau 17 siswa sudah tuntas.Astuti, Ria Yuni (2012) dalam

skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa Kelas IV

SD Negeri 1 Colo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Semester Genap

Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat

meningkatkanhasil belajar IPA pada siswa kelas IV. Hal ini ditunjukkan

dengan peningkatan nilai siswa dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Pada

saat kondisi awal terdapat 5 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar

41,7% dan yang belum tuntas terdapat 7 siswa atau sebesar 58,3%. Pada

siklus I terdapat 9 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 75%,

dan yang belum tuntas terdapat 3 siswa atau sebesar 25%, sedangkan pada

siklus II terdapat 12 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar

100%, dan yang belum tuntas dalam belajar terdapat 0 siswa atau sebesar

0 %. Dari analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV.

Pada penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan

terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah penerapan model pembelajaran

examples non examples berbantu audio visual untuk

37

meningkatkan hasil belajar, sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian

karakteristik siswa dan model pembelajarannya terletak pada pengamatan

siswa.Berdasarkan penelitian kedua, melalui penelitian tindakan kelas peneliti

menerapkan model pembelajaran examples non examples berbantu audio visual

dengan tujuan meningkatkan hasil belajar IPA melalui kegiatan mencari

pasangan sehingga siswa dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan.

. Dengan melihat kekurangan dari penelitian sebelumnya, maka

peneliti akan memberikan suatu variasi baru yang bertujuan untuk

meningkatkan ketertarikan dan pemahaman siswa terhadap suatu materi melalui

permainan mencari pasangan atau examples non examples. Dengan melakukan

mengkolaborasikan dengan media audio visual LCD proyektor

diharapkan siswa lebih tertarik mengikuti pelajaran sehingga hasil belajar pada

mata pelajaran tersebut dapat meningkat. Penelitian yang akan

dilakukan yaitu menggunakan model examples non examples berbantu media

audio visual dimana pembelajarannyadengan sebuah gambar , animasi yang

bertujuan untuk menarik antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, selain

itu dapat menambah kejelasan siswa dalam memahami materi yang disajikan

melalui examples non examples berbantu media audio visual.

Kelebihan pada penelitian ini yaitu dalam pembelajarannya peneliti

akan menggunakan examples non examples berbantu media audio visual yang

tidak hanya menggunakan gmbar mati saja melainkan akan divariasikan dengan

animasi- animasi dari materi dan jawaban tersebut. Hal ini diharapkan dapat

lebih memberikan ketertarikan siswa untuk lebih antusias dalam mengikuti

pembelajaran. Selain itu, dengan menggunakan media audio visual yang

divariasaikan dengan gambar maupun animasi diharapkan akan membuat siswa

lebih jelas dalam memahami materi yang disajikan dalam examples non examples

dalam bentuk animasi dan materi.

2.3 Kerangka Pikir

Pada tahap awal sebelum guru menggunakan model pembelajaran examples

non examples berbantu media audio visual hasil belajar IPA siswa kelas 4 di

SDN Ronggo 01 kecamatan Jaken Kabupaten Pati masih rendah. Dengan adanya

38

hasil belajar tersebut peneliti berupaya untuk meningkatkan hasil belajar dengan

melakukan inovasi dengan menggunakan model-model yang variatif dalam

proses pembelajaran yaitu salah satunya dengan menggunakan model

pembelajaran examples non examples berbantu media audio visual.

Adapun langkah pembelajaraan menggunakan model examples non

examples adalah sebagai berikut:

a. Pada kegiatan awal guru mempersiapkan gambar – gambar sesui dengan

tujuan pembelajaran dan memberikan apersepsi

b. Guru menempelkan ganbar dipapan atau ditayangkan melalui LCD

Proyektor

c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk

memperhatikan atau menganalisis gambar

d. Melalui diskusi kelompok hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat

pada kertas

e. Setiap kelompok doberi kesempatan membacakan hasil diskusinya

f. Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan

materi sesuai dengan tujuan yang akan dicapai

g. Kesimpulan

h. Guru memberikan refleksi penanaman moral kepada siswa.

39

Adapun lebih jelasnya dapat dilihat dengan kerangka berfikir dibawah ini.

Secara skematik, kerangka pikir PTK ini dapat dicermati dari Gambar berikut:

.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka, kajian hasil penelitian yang relevan dan

kerangka berpikir maka dirumuskan suatu hipotesis bahwa penerapan model

pembelajaran examples non examples berbantu media audio visual dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 semester 1 SDN Ronggo 01

Kecamatan Jaken Kabupaten Pati tahun pelajaran 2016/2017.

Kondisi

Awal/Perencana

an

Guru belum menerapkan

model examples non

examples berbantu media

audio visual

hasil belajar

siswa rendah (

berada di bawah

KKM,nilai 75).

Tindakan (siklus

1 dan 2)

Guru menerapkan model

examples non examples

berbantu media audio

visual selama 2 siklus.

Pembelajaran

siklus 1 dan siklus

2 , siswa aktif

belajar .

Hasil akhir

Diduga melalui model

examples non examples

berbantu media audio visual

hasil belajar siswa meningkat

dan semua berada di atas

KKM (nilai 75).