7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian teori
2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu
yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan yang benar, yaitu
bersifat rasional dan obyektif. Pengetahuan alam adalah pengetahuan yang
berisi tentang alam semesta dan segala isinya. Jadi, menurut Hendro Darmodjo
dan Jenny R. E. Kaligis (1992: 3) IPA adalah pengetahuan yang rasional dan
obyektif tentang alam semesta dan segala isinya.IPA biasanya disebut dengan kata
“sains” yang berasal dari kata “natural science”. Natural artinya alamiah dan
berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan.
Penggunaan kata “sains” sebagai IPA berbeda dengan pengertian sosial
science, educational science, political science, dan penggunaan kata science
yang lainnya. Patta Bundu (2006: menjelaskan secara tegas bahwa yang
dimaksud kata sains dalam kurikulum pendidikan di Indonesia adalah IPA itu
sendiri. Ruang lingkup sains tersebut adalah sains (tingkat SD), sains Biologi,
Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat sekolah menengah).IPA
memiliki arti yang sempit jika diidentifikasi hanya dari segi istilah saja, seperti
halnya pengertian IPA yang telah diuraikan di atas. Dari segi istilah, IPA
hanya diartikan sebagai kumpulan pengetahuan tentang alam saja. Padahal menurut
beberapa pendapat dari tokoh IPA (Sains), pengertian IPA jauh lebih besar dari
sekedar kumpulan pengetahuan. Menurut Nash ( dalam Hendro Darmodjo) dan
Jenny R. E. Kaligis (1992: 3) IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati
alam. Cara atau metode tersebut harus bersifat analitis, lengkap, cermat, serta
menghubungkan antara fenomena dengan fenomena yang lain. Metode tersebut
dapat membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya
itu. Metode tersebut adalah metode berpikir ilmiah.Vessel dalam Patta Bundu
(2006: 9) mengartikan IPA sebagai suatu hal atau apa yang dikerjakan para ahli
sains (Scientis). Vessel dalam Patta Bundu (2006: 9) mengemukakan “science is
7
8
an intellectual search involving inquiry, rational through, and generalization”.
Hal yang dikerjakan oleh saintis disebut sebagai proses sains, sedangkan hasilnya
yang berupa fakta-fakta dan prinsip-prinsip disebut dengan produk sains.Menurut
Abruscato, Joseph dan Derosa, Donald A (2010: 6), Sains adalah:“Science is the
name we give to group of process through which we can sistematically gather
information about the natural world.
Science is also the knowledge gathered through the use of such process.
Finally, science is characterized by those values and attitudes processed by
people who use scientific process to gather knowledge.”Pengertian sains
menurut uraian di atas adalah (1) sains adalah sejumlah proses kegiatan
mengumpulkan informasi secara sistematik tentang dunia sekitar, (2) sains
adalah pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan tertentu, (3) sains dicirikan
oleh nilai-nilai dan sikap para ilmuwan menggunakan proses ilmiah dalam
memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, sains adalah proses kegiatan yang
dilakukan para saintis dalam memperolehpengetahuan dan sikap terhadap proses
kegiatan tersebut (sikap ilmiah).Menurut Patta Bundu (2006: 11) sains secara
garis besar atau pada hakikatnya IPA memiliki tiga komponen, yaitu proses
ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Proses ilmiah adalah suatu kegiatan
ilmiah yang dilaksanakan dalam rangka menemukan produk ilmiah. Proses
ilmiah meliputi mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang, dan
melaksanakan eksperimen. Produk ilmiah meliputi prinsip, konsep, hukum, dan
teori. Produk ilmiah berupa pengetahuan-pengetahuan alam yang telah
ditemukan dan diuji secara ilmiah. Sikap ilmiah merupakan keyakinan akan nilai
yang harus dipertahankan ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan
baru. Sikap ilmiah meliputi ingin tahu, hati-hati, obyektif, dan jujur.Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA menurut hakikatnya adalah suatu
cara untuk memperoleh pengetahuan baru yang berupa produk ilmiah dan sikap
ilmiah melalui suatu kegiatan yang disebut proses ilmiah. Siapapun yang akan
mempelajari IPA haruslah melakukan suatu kegiatan yang disebut sebagai
proses ilmiah. Seseorang dapat menemukan pengetahuan baru dan menanamkan
sikap yang ada dalam dirinya melalui proses ilmiah tersebut.. Untuk
9
memperdalam gambaran dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibawah ini
dikemukakan beberapa batasan tentang IPA oleh para ahli dibidang IPA. Menurut
wahyono (1996: 293), IPA adalah merupakan suatu kumpulan pengetahuan,
tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umun sebatas pada
gejala alam. Disimpulkan IPA adalah merupakan hasil kegiatan manusia berupa
pengetahuan atau gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang
diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah.
2.1.1.2 Tujuan IPA
Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menurut Trianto (2012:142)
antara lain:
a. Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup
dan bagaimana bersikap.
b. Menanamkan sikap hidup ilmiah.
c. Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan.
d. Mendidik siswa untuk menangani, mengetahui cara kerja serta menghargai
para ilmuwan penemunya.
e. Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan
permasalahan.
Berdasarkan tujuan IPA yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran IPA tidak hanya dimaksudkan agar siswa dapat menguasai
materi pelajaran. Lebih jauh dari pada itu, pembelajaran IPA mempunyai
beberapa tujuan yang hendak dicapai yaitu membentuk sikap ilmiah,
menerapkan metode ilmiah untuk memecahkan berbagai permasalahan, serta
untuk meningkatkan keimanan dan mewujudkan rasa syukur kepada Tuhan atas
keindahan alam yang telah Tuhan berikan. Oleh karena itu, saat melaksanakan
pembelajaran IPA guru tidak hanya memperhatikan bagaimana caranya agar
siswa mengusai materi pelajaran. Guru juga harus mampu mengarahkan proses
pembelajaran agar dapat mencapai berbagai tujuan IPA di atas. Hal ini akan sangat
menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan IPA di SD.
10
2.1.1.3 Karakteristik IPA
Karakteristik IPA menurut Jacobson dan Bergman dalam (Ahmad
Susanto, 2013:170) yaitu:
a. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori.
b. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena
alam, termasuk juga penerapannya.
c. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap
rahasia alam.
d. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau
beberapa saja.
e. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat
objektif.
Berdasarkan karakteristik IPA di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran IPA berdasarkan pada prinsip-prinsip dan proses yang dapat
menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Oleh karena
itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan
sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Dengan kegiatan-
kegiatan tersebut maka siswa dalam pembelajarn IPA akan mendapat pengalaman
melalui pengamatan langsung, diskusi, dan penyelidikan sederhana.
Pembelajaran yang demikian dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa dengan
cara merumuskan masalah, menarik kesimpulan, sehingga mampu berfikir kritis
melalui pembelajaran IPA.
2.1.1.4 Ruang Lingkup IPA
Ruang lingkup IPA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(2006) secara garis besar terdiri dari aspek-aspek berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan;
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana
11
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
Berdasarkan aspek-aspek tersebut dapat digambarkan secara spiral, yang
artinya setiap bahan ajar disemua tingkat kelas disajikan ke dalam materi yang
berbeda, semakin tinggi tingkat kelasnya semakin dalam pula tingkat bahasa dan
materi yang diajarkan. Dalam standar isi telah disebutkan beberapa Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai siswa dalam proses belajar.
Dengan adanya SK dan KD yang telah ditetapkan dalam standar isi , maka guru
harus menyajikan bahan ajar yang sesuai dengan SK dan KD yang telah
ditetapkan tersebut. Setelah guru memahami SK dan KD guru kemudian
menjabarkannya kedalam indikator dan tujuan pembelajaran yang pada akhirnya
akan dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan tingkat keberhasilan belajar
siswa.
2.1.2.Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan cara/ teknik penyajian yang digunakan guru dalam
proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa model-model
pembelajaran, yakni ceramah, diskusi, demonstarasi, studi kasus , bermain peran (
role play) dan sebagainya. Tentu saja, masing-masing memiliki kelemahan dan
kelebihan. Model atau metode sangat penting peranannya dalam pembelajaran,
karena pemilihan model/metode yang tepat dapat mengarahkan guru pada kualitas
pembelajaran efektif. Selain itu, model pembelajaran dapat diartikan sebagi cara,
contoh,maupun pola yang mempunyai tujuan untuk menyajikan pesan kepada siswa
yang harus diketahui, dimengerti, dan dipahami, yaitu dengan cara membuat suatu
pola atau contoh dengan bahan-bahan yang dipilih oleh para pendidik/guru sesuai
dengan materi yang diberikan dan kondisi dalam kelas. Suatu model akan
mempunyai ciri-ciri tertentu dilihat dari factor-faktor yang melengkapinya. Pada
tahun 1950, di Amerika, Marc Belt menemukan ciri-ciri dari beberapa model
pembelajaran antara lain:
a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar tertentu, misalnya model
pembelajaran inkuiri yang disusun oleh Richard Suchman dan dirancang
untuk mengembangkan penalaran berdasarkan tata cara penelitian ilmiah.
12
Model pembelajaran kelompok yang disusun oleh Hebert Thelen yang
dirancang untuk melatih partisipasi dan kerjasama dalam kelompok
didasarkan pada teori Jhon Dewey.
b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan pembelajaran di kelas.
d. Memiliki perangkat bagian model yang terdiri dari:
Urutan langkah pembelajaran, yaitu tahap-tahap yang harus dilakukan
oleh guru bila akan menggunakan model pembelajaran tertentu.
Prinsip reaksi, yaitu pola prilaku guru dalam memberikan reaksi
terhadap perilaku siswa dalam belajar.
Sistem sosial, yaitu pola hubungan guru dengan siswa pada saat
mempelajari materi pelajaran. Ada tiga pola dalam sistem sosial, yaitu
tinggi, menengah, dan rendah. Pola hubungan disebut tinggi apabila
guru menjadi pemegang kendali dalam pembelajaran. Pola hubungan
disebut menengah apabila guru berperan sederajat denga siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Pola hubungan disebut rendah apabila guru
memberikan kebebasan kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Sistem pendukung, yaitu penunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dikelas, misalnya media dan alat peraga.
e. Memiliki dampak sebagai akibat penerapan model pembelajaran, baik
dampak langsung dengan tercapainya tujuan pembelajaran, maupun
dampak tidak langsung yang berhubungan dengan hasil belajarjangka
panjang. Menurut komaruddin (2000), model belajar dapat diartikan sebagai
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain (2) suatu
deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses
visualisasi sesuatu yang tidak dapat diamati secara langsung, (3) suatu
sistem asumsi- asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk
menggambarkan secara matematis suaru obyek peristiwa; (4) suatu desain
yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang
disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang memungkinkan
13
atau bersifat imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat
menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya. Atas dasar pengertian
tersebut, model dalam pembelajaran dapat dipahami sebagai model
pembelajaran yang merupakan suatu rancangan yang telah deprogram
melalui media peraga dalam membantu untuk memvisualisasikan pesan
yang terkandung didalamnya dan mencapai tujuan belajar sebagai pegangan
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Joice dan Weil (2000)
mengatakan bahwa terdapat empat kategori penting yang perlu diperhatikan
dalam model mengajar, yaitu model informasi, model personal, model
interaksi, dan model tingkahlaku. Model mengajar yang telah
dikembangkan dan diuji keberlakuannya oleh para pakar pendidikan dengan
mengklasifikasikan model pembelajaran dalam empat kelompok yaitu:
1. Model pemrosesan informasi ( Information processing model), yaitu
menjelaskan bagaimana cara individu memberi respons yang datang
dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data,
memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana
pemecahan masalah serta menggunakan simbol-simbol verbal dan
nonverbal. Model ini memberikan kepada pelajar sejumlah konsep,
pengetesan hipotesis, dan pemusatan perhatian pada
pengembangankemampuan kreatif. Model pengelolaan informasi ini
secara umum dapat diterapkan pada sasaran belajar dari berbagai usia
untuk mempelajari individu dan masyarakat. Karena itu, model ini
potensial untuk digunakan dalam mencapai tujuan yang berdimensi
personal dan sosial, disamping berdimensi intelektual. Adapun model-
model pemrosesan menurut Tom (2001) Terdiri atas:
a. Model piker induktif. Tokohnya adalah Hilda Taba. Model ini
bertujuan untuk mengembangkan proses mental induktif dan
penalaran akademik atau pembentukan teori. Kemampuan-
kemampuan ini berguna untuk tujuan-tujuan pribadi dan sosial.
b. Model inkuiri ilmiah. Tokohnya adalah Joseph J. Schwab. Model ini
bertujuan untuk mengajarkan sistem penelitian dari suatu disiplin
14
tetapi juga diharapkan mempunyai efek dalam kawasan-kawasan
lain ( metode-metode sosial mungkin diajarkan dalam upaya
meningkatkan pemahaman sosial dan pemecahan masalah sosial).
c. Model penemuan konsep. Tokohnya adalah Jerome Brunet. Model
ini bertujuan untuk mengembangkan penalaran induktif serta
perkembangan dan analisis konsep.
d. Model pertumbuahan kognitif. Tokohnya adalah Jean Pieget, Irving
Sigel, Edmund Sulivan, dan Laaerence Kohlberg. Model ini
bertujuan untuk meningkatkan perkembangan intelektual, terutama
penalaran logis, tetapi dapat pula diterapkan pada perkembangan
sosial moral.
e. Model penata lanjutan. Tokohnya adalah david Ausebel. Model ini
bertujuan untuk meningkatkan efesiensi kemampuan pemrosesan
informasi guna menyerap dan mengaitkan bidang-bidang
pengetahuan.
f. Model memori. Tokohnya adalah Harry Loryne dan Jerry Lucas.
Model ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengingat.
2. Model personal (personal family) merupakan rumpun model
pembelajaran yang menekankan kepada proses pengembangan
kepribadian individu siswa dengan memperhatikan kehidupan
emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk memudahkan
seseorang untuk memahami dirinya dengan baik, memikul tanggung
jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Model ini memusatkan perhatian kepada pandangan perseorangan dan
berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif. Dengan begitu,
manusia diharapkan semakin menyadari dirinya dan bertanggung jawab
atas tujuannya. Adapun tokoh-tokohnya adalah:
a. Model pengajaran nondirektif. Tokohnya adalah carl Rogers. Model
ini bertujuan untuk membentuk kemampuan untuk pengembangan
pribadi, seperti kesadaran diri, pemahaman diri, kemandrian, dan
konsep diri.
15
b. Model latihan kesadaran. Tokohnya adalah Fritz Peris William
Schultz. Model ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
seseorang untuk eksplorasi diri dan kesadaran diri. Banyak
menekankan pada perkembangan kesadaran dan pemahaman
antarpribadi.
c. Model sinetik. Tokohnya adalah William Gordon. Model ini
bertujuan untuk mengembangkan pribadi dalam kreativitas dan
pemecahan masalah kreatif.
d. Model sistem-sistem konseptual. Tokohnya adalah David hunt.
Model ini bertujuan untuk meningkatkan kekompleksan dan
keluwesan pribadi.
e. Model pertemuan kelas. Tokohnya adalah William Glasser. Model
ini bertujuan untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri dan
kelompok sosial.
3. Model sosial (Social family) menekankan pada usaha mengembangkan
kemampuan siswa agar memiliki kecakapan untuk berhubungan dengan
orang lain guna membangun sikap siswa yang demokratis dengan
menghargai setiap perbedaan dan realitas sosial. Inti dari sosial model
ini adalah konsep sinergi, yaitu energy atau tenaga (kekuatan) yang
terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena kehidupan
masyarakat. Dengan menerapkan model sosial, pembelajaran diarahkan
pada upaya melibatkan peserta didik dalam menghayati, mengkaji,
menerapkan dan menerima fungsi dan peran sosial. Model sosial ini
dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama, membimbing para
siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala
mengenai masalah, mengumpulkan data yang relevan, dan
mengembangkan serta mengetes hopotesis. Oleh karena itu, guru
seyogyanya mengajarkan proses demokratis secara langsung. Jadi,
pendidikan harus diorganisaikan dengancara melakukan penelitian
bersama (Cooperative inquiry) tentang masalah-masalah sosial dan
masalah-masalah akademis.
16
4. Model sistem perilaku dalam pembelajaran (behavioral model of
teaching) dibanun atas dasar kerangka teori perubahan perilaku. Melalui
teori ini, siswa dibimbing untuk memecahkan masalah belajar melalui
penguraian perilaku kedalam jumlah kecil dan berurutan. Berbagai
pernyataan mengenai model pembelajaran diatas menunjukkan
banyaknyacara untuk menerapkan pembelajaran efektif dan efisien.
Dengan demikian, melalui pendekatan-pendekatan tersebut, guru
diharapkan mampu memilih pendekatan mana yang sesuai dengan
kebutuhan siswa dalam kondisi yang ada saat ini. Jadi, para guru harus
menyesuaikan dengan situasi dalam kelas dan suasana hati siswa dalam
proses pembelajaran. Jika hal tersebut dapat dilakukan oleh guru secara
tepat dan kontinu, maka proses pembelajaran dikelas akan dirasa
menyenangkan, baik oleh guru maupun siswa (Nur Hamiyah dan
Muhamad Jauhar, 2014: 57-64).
2.1.3. Model Examples Non Examples
2.1.3.1. Pengertian Examples non examples
Model Examples Non Examples merupakan salah satu pendekatan Group
investigation dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik. Tipe
pembelajaran ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap model pembelajaran
kelas tradisional dan menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil
dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada individu (Muslimin
Ibrahin, 2000 : 3).
Pembelajaran Examples Non Examples adalah salah satu contoh model
pembelajaran yang menggunakan media. Media dalam pembelajaran merupakan
sumber yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Manfaat media ini adalah
untuk guru membantu dalam proses mengajar, mendekati situasi dengan keadaan
yang sesungguhnya. Dengan media diharapkan proses belajar dan mengajar lebih
komunikatif dan menarik.
Model Pembelajaran Examples Non Examples atau juga biasa di sebut
Examples And Non Examples merupakan model pembelajaran yang menggunakan
17
gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan
dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk
diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar.
Salah satu proses belajar mengajar adalah gambar. Media gambar
merupakan salah satu alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang
dapat membantu mendorong siswa lebih melatih diri dalam mengembangkan pola
pikirnya. Dengan menerapkan media gambar diharapkan dalam pembelajaran dapat
bermanfaat secara fungsional bagi semua siswa. Sehingga dalam kegiatan
pembelajaran siswa diharapkan akan aktif termotivasi untuk belajar.
Menurut Rochyandi, Yadi (2004:11). model pembelajaran kooperatif tipe
examples non examples adalah tipe pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan
cara guru menempelkan contoh gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan gambar lain yang relevan dengan tujuan pembelajaran, kemudian
siswa disuruh untuk menganalisisnya dan mendiskusikan hasil analisisnya sehingga
siswa dapat membuat konsep yang esensial.
2.1.3.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Examples non examples
Sintak pembelajaran examples non examples menurut Hamdani (2011: 94).
dapat dilihat pada langkah-langkah kegiatan pembelajaran berikut ini:
a. Guru mempersiapkan gambar – gambar sesui dengan tujuan pembelajaran
b. Guru menempelkan ganbar dipapan atau ditayangkan melalui LCD Proyektor
c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperhatikan atau menganalisis gambar
d. Melalui diskusi kelompok hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat
pada kertas
e. Setiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
f. Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
g. Kesimpulan
18
2.1.3.3. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran examples non examples
Kelebihan Metode ini adalah
a. Siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar
b. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar
c. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya
Kekurangan Metode ini adalah
a. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar
b. Memakan waktu lama ( Hamdani. 2011: 94 )
Berdasarkan langkah- langkah pembelajaran examples non examples yang
telah dikemukakan oleh ahli, maka penulis dapat menyusun langkah-langkah
pembelajaran examples non examples dalam kegiatan pembelajaran IPA di
kelas yang disajikan dalam bentuk tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Sintak Pembelajaran Examples non examples
Langkah-
langkah
Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Kegiatan awal Guru
mempersiapkan
gambar, Film
animasi sesuai
tujuan
pembelajaran
dan
memberikan
apersepsi
1. Mempersiapkan
materi
pembelajaran
yang berupa
gambar, film
animasi yang
dibutuhkan
dalam
pembelajaran
2. Melakukan
apersepsi
dengan
menampilkan
animasi materi
pembelajaran.
1. Siswa
mempersiapkan
alat
pembelajaranya
sambil
menunggu guru
mempersiapkan
pembelajaran.
2. Memperhatikan
apersepsi
pembelajaran
dari LCD
Proyektor.
19
Dengan LCD
proyektor.
3. Menyampaikan
tujuan
pembelajaran
yang akan di
capai
Kegiatan Inti
1.Menyajikan
informasi
Guru
menyampaikan
materi melalui
alat peraga
dengan
menayangkan
gambar dan
animasi
pembelajaran
1. Menyampaikan
materi kepada
siswa dalam
bentuk animasi
dan gambar
pada LCD
Proyektor
2. Memberi
kesempataan
siswa untuk
mengamati atau
menganalisis
gambar.
3. Memberi
kesempatan
untuk Tanya
jawab tentang
materi yang
disampaikan
1. Memperhatikan
dan mengamati
penjelasan
guru.
2. Menganalisis
gambar,
animasi yang
ditampilkan
guru
3. Bertanya
kepada guru
tentang materi
yang
disampaikan
4. Menjawab
pertanyaan
yang
disampaikan
oleh guru.
2.
Mengorganisir
peserta didik
kedalam
Guru membagi
siswa kedalam
kelompok
1. Menjelaskan
cara kerja
kelompok
dengan model
1. Membentuk
kelompok yang
terdiri dari 7
20
kelompok-
kelompok
belajar
belajar secara
heterogen.
examples non
examples
berbantu audio
visual
2. Membagi siswa
ke dalam 3
kelompok yaitu
kelompok 1 ,
kelompok 2 dan
kelompok 3.
3. Memvisualisasi
kan gambar dan
animasi materi
pembelajaran
pada media
LCD proyektor
dan membagi
LKK
anggota
kelompok.
2. Masing-masing
kelompok
memperoleh
lembar kerja
kelompok.
3. Mengamati
visualisasi di
LCD proyektor
4. Mengamati
LKK
3. Examples
non examples
berbantu audio
visual
Guru menberi
penjelasan
tentang materi
yang
divisualiasikan
dan
mengintruksika
n semua
anggota
kelompok
untuk
mengamati dan
mencermati
1. Meminta
semua
kelompok
untuk
menjawab atau
mendiskusikan
tugas diskusi
yang telah di
berikan kepada
masing-masing
kelompok.
2. Mengawasi
aktivitas siswa
1. Menjawab
LKK dan
berdiskusi
dengan
kelompoknya
masing-
masing.
2. Meminta
penjelasan
tugas LKK
kepda guru bila
tidak jelas.
21
serta
mendiskusikan
dengan
kelompoknya
masing- masing
serta memberi
tugas kelompok
kepada masing-
masing
kelompok
untuk
didiskusikan
dan dicatat dari
hasil
menganalisis
atau mengamati
pada kertas.
dalam
berdiskusi dan
membantu
siswa dalam
mengamati
gambar yang di
visualisasikan
selama diskusi
berlangsung.
3. Presentasi
hasil
diskusi
Setiap
kelompok
mempresentasi
kan hasil
menganalisisny
a di depan kelas
melalui wakil
kelompoknya.
1. Memanggil/
mempersilahkan
masing-masing
kelompok untuk
mempresentasik
an hasil
menganalisisnya
dengan
berdiskusi.
2. Mempersilahk
an kelompok
lain untuk
menanggapi
1. Maju kedepan
kelas untuk
mempresentasi
kan hasil LKK
siswa lain
memperhatikan
2. Kelompok lain
menanggapi
hasil diskusi
yang di
presentasikan.
22
kelompok yang
presentasi.
4. Mengevalu
asi
Mengoreksi
apakah cara
mengamati
menganalisis
gambar,
animasi sudah
benar atau
belum,cara
berdiskusi dan
presentasi yang
dilakukan
apakah sudah
baik atau
belum.
1. Memberikan
sanjungan
terhadap apa
yang sudah
dilaksanakan
oleh siswa.
2. Memberikan
saran dan kritik
terhadap hasil
tugas
kelompok.
1. Menanggapi
pujian dari
guru
2. Memperhatika
n saran dan
kritik dari guru
tentang apa
yang telah di
laksanakan
Kegiatan
Akhir
1.Membuat
kesimpulan
Menarik
kesimpulan dari
materi yang
baru saja
dipelajari.
Membimbing
siswa untuk
membuat
kesimpulan.
Membuat
kesimpulan
bersama guru
2.Tes evaluasi Guru membagi
soal tes evaluasi
kepada masing-
masing siswa
Guru mengawasi
jalannya tes
evaluasi
Siswa
mengerjakan tes
evaluasi mandiri.
3.Refleksi Refleksi berupa
penanaman
nilai moral.
Menanamkan nilai
moral pada siswa
Merespon guru
tentang moral.
23
2.1.4. Media audio visual
2.1.4.1. Pengertian Media
Din Wahyudin (2007: 45) mengemukakan media pembelajaran adalah
tehnik pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Din Wahyudin (2007: 45) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana
fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video dan
sebagainya.
Berdasarkan pendapat Miarso dan Din Wahyudin maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan
peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri peserta
didik.
2.1.4.2. Pengertian Media Audio Visual
Media video adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat
dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Program video dapat
dimanfaatkan dalam program pembelajaran, karena dapat memberikan pengalaman
yang tidak terduga kepada siswa, selain itu juga program video dapat
dikombinasikan dengan animasi dan pengaturan kecepatan untuk
mendemonstrasikan perubahan dari waktu ke waktu.Kemampuan video dalam
memvisualisasikan materi terutama efektif untuk membantu anda menyampaikan
materi yang bersifat dinamais. Materi yang memerlukan visualisasi yang
menhdemonstrasikan hal-hal seperti gerakan motorik tertentu, ekspresi wajah,
maupun suasana lingkungan tertentu adalah paling baik disajikan melalui
pemanfaatan teknologi video Pesan yang disampaikan lebih menarik perhatian,
unsur perhatian inilah yang penting dalam proses belajar, karena dari adanya
perhatian akan timbul rangsangan/ motivasi untuk belajar. Pesan yang disampaikan
lebih efisien. Gambaran visual dapat mengkomunikasikan pesan dengan cepat dan
nyata, oleh karena itu dapat mempercepat pemahaman pesan secara lebih
konperhensif, pesan visual lebih efektif dalam arti penyajian melalui visual dapat
membuat anak didik lebih berkonsentrasi. Daryanto (2013: 86-91).
24
Oemar Hamalik mengemukakan media audio-visual adalah media yang
mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan
yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual
(melihat). Media Audiovisual merupakan sebuah alat bantu audiovisual yang
berarti bahan atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu
tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide.
Dari hasil penelitian media audiovisual sudah tidak diragukan lagi dapat membantu
dalam pengajaran apabila dipilih secara bijaksana dan digunakan dengan baik.
Beberapa manfaat alat bantu audiovisual adalah:
1. Membantu memberikan konsep pertama atau kesan yang benar.
2. Mendorong minat.
3. Meningkatkan pengertian yang lebih baik.
4. Melengkapi sumber belajar yang lain.
5. Menambah variasi metode mengajar.
6. Menghemat waktu.
7. Meningkatkan keingintahuan intelektual.
8. Cenderung mengurangi ucapan dan pengulangan kata yang tidak perlu.
9. Membuat ingatan terhadap pelajaran lebih lama.
10. Dapat memberikan konsep baru dari sesuatu diluar pengalaman biasa.
2.1.4.3. Jenis-jenis Media Audio Visual
1. Media Audio Visual Gerak
Media audio visual gerak adalah media intruksional modern yang sesuai
dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi) karena
meliputi penglihatan, pendengaran dan gerakan, serta menampilkan unsur gambar
yang bergerak. Jenis media yang termasuk dalam kelompok ini adalah televisi,
video tape, dan film bergerak.
a). Film
Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana
frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga
pada layar terlihat gambar itu hidup. Kemampuan film melukiskan gambar hidup
25
dan suara memberinya daya tarik tersendiri. Kedua jenis media ini pada umumnya
digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Mereka
dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep
yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu,
dan mempengaruhi sikap. Oemar Hamalik mengemukakan bahwa film yang baik
mamiliki ciri-ciri sebagi berikut:
a. Dapat menarik minat anak.
b. Benar dan autentik.
c. Up to date dalam setting, pakaian dan lingkungan.
d. Sesuai dengan tingkatan kematangan audien.
e. Perbendaharaan bahasa yang dipergunakan secara benar.
f. Kesatuan dan squence-nya cukup teratur.
g.Teknis yang dipergunakan cukup memenuhi persyaratan dan cukup
memuaskan.
b. Video
Video sebagai media audio visual yang menampilkan gerak, semakin lama
semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan dapat bersifat fakta
(kejadian/ peristiwa penting, berita), maupun fiktif (seperti misalnya cerita), bisa
bersifat informatif, edukatif maupun intruksional. Sebagian besar tugas film dapat
digantikan oleh video, namun tidak berarti bahwa video akan menggantikan
kedudukan film. Masing-masing memiliki keterbatasan dan kelebihan sendiri.
c. Televisi (TV)
Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar
hidup bersama suara melalui kabel dan ruang. Dewasa ini televisi yang
dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan mudah dapat dijangkau melalui
siaran dari udara ke udara dan dapat dihubungkan melalui satelit. Televisi
pendidikan adalah penggunaan program video yang direncanakan untuk mencapai
tujuan pengajaran tertentu tanpa melihat siapa yang menyiarkannya. Televisi
pendidikan tidak hanya menghibur, tetapi lebih penting adalah mendidik. Oleh
karena itu, ia memiliki ciri-ciri tersendiri, antara lain:
26
1. Dituntun oleh instruktur, seorang instruktur atau guru menuntun siswa
sekedar menghibur tetapi yang lebih penting adalah mendidik. melalui
pengalaman-pengalaman visual.
2. Sistematis, siaran berkaitan dengan mata pelajaran dan silabus dengan
tujuan dan pengalaman belajar yang terencana.
3. Teratur dan berurutan, siaran disajikan dengan selang waktu yang berurutan
secara berurutan dimana satu siaran dibangun atau mendasari siaran
lainnya,
4. Terpadu, siaran berkaitan dengan pengalaman belajar lainnya, seperti
latihan, membaca, diskusi, laboratorium, percobaan, menulis, dan
pemecahan masalah.
Televisi sebenarnya sama dengan film, yakni dapat didengar dan dilihat.
Media ini berperan sebagai gambar hidup dan juga sebagai radio yang dapat dilihat
dan didengar secara bersamaan.
Media komunikasi massa khususnya televisi berperan besar dalam hal
interaksi budaya antar bangsa, karena dengan sistem penyiaran yang ada sekarang
ini, wilayah jangkauan siarannya, tidak ada masalah lagi. Meskipun demikian,
bagaimanapun juga televisi hanya berperan sebagi alat bukan merupakan tujuan
kebijaksanaan komunikasi, karena itu televisi mempunyai fungsi:
a. Sebagai alat komunikasi massa
Daerah jangkauan televisi, dibelahan bumi manapun sudah tidak menjadi
masalah bagi media massa. Hal ini karena ada revolusi dibidang satelit
komunikasi massa yang terjadi pada akhir-akhir ini. Sebagi akibat adanya
sistem komunikasi yang canggih itu, media massa televisi mampu membuka
isolasi masyarakat tradisional yang sifatnya tertutup menjadi masyarakat
yang terbuka.
b. Sebagi alat komunikasi pemerintahSebagi alat komunikasi pemerintah,
televisi dalam pesan komunikasinya terhadap kondisi sosial budaya suatu
bangsa, meliputi tiga sasaran pokok, yaitu:
Memperkokoh pola-pola sosial budaya.
Melakukan adaptasi terhadap kebudayaan.
27
Kemampuan untuk mengubah norma-norma soaial budaya bangsa.
2. Media Audio Visual Diam
Media audio visual diam yaitu media yang menampilkan suara dan gambar
diam, seperti:
Film bingkai suara (sound slides)
Film bingkai adalah suatu film transparan (transparant) berukuran 35 mm,
yang biasanya dibungkus bingkai berukuran 2x2 inci terbuat dari kraton atau
plastik. Ada program yang selesai dalam satu menit, tapi ada pula yang hingga
satu jam atau lebih. Namun yang lazim, satu program film bingkai suara (sound
slide) lamanya berkisar antara 10-30 menit. Jumlah gambar (frame) dalam satu
program pun bervariasi, ada yang hanya sepuluh buah, tetapi ada juga yang
sampai 160 buah atau lebih.
Film rangkai suara
Berbeda dengan film bingkai, gambar (frame) pada film rangkai berurutan
merupakan satu kesatuan. Ukurannya sama dengan film bingkai, yaitu 35 mm.
Jumlah gambar satu rol film rangkai antara 50-75 gambar dengan panjang
kurang lebih 100 sampai dengan 130, tergantung pada isi film itu.
2.1.4.4. Karakteristik Media Audio Visual
Teknologi Audio visual cara untuk menghasilkan atau menyampaikan
materi yaitu dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk
menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audio-visual jelas
bercirikan pemakaian perangakat keras selama proses belajar, seperti mesin
proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar. Karakteristik atau
ciri-ciri utama teknologi media audio-visual adalah sebagai berikut:
1. Mereka biasanya bersifat linier.
2. Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis.
3. Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
perancang/pembuatnya.
4. Mereka merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak;
5. Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan
kognitif.
28
6. Umumnya mereka berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan
interaktif murid yang rendah.
2.1.4.5. Kelebihan dan Kekurangan Media Audio visual
Media audio visual mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri.
Ada dua jenis media audio visual disini yaitu audio visual gerak dan audio visual
diam.
a).Kelebihan media audio visual gerak
1. Film dapat menggambarkan suatu proses, misalnya proses pembuatan suatu
keterampilan tangan dan sebagainya.
2. Dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu.
3. Penggambarannya bersifat 3 dimensional.
4. Suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada gambar dalam bentuk
ekspresi murni.
5. Dapat menyampaikan suara seorang ahli sekaligus melihat penampilannya.
6. Kalau film dan video tersebut berwarna akan dapat menambah realita objek
yang diperagakan.
7. Dapat menggambarkan teori sain dan animasi.
b).Kekurangan-kekurangan film sebagai berikut :
1. Film bersuara tidak dapat diselingi dengan keterangan-keterangan yang
diucapkan sewaktu film diputar, penghentian pemutaran akan mengganggu
konsentrasi audien.
2. Audien tidak akan dapat mengikuti dengan baik kalau film diputar terlalu
cepat.
3. Apa yang telah lewat sulit untuk diulang kecuali memutar kembali secara
keseluruhan.
4. Biaya pembuatan dan peralatannya cukup tinggi dan mahal.
2.1.4.6 Kelebihan dan kekurangan video sebagai media audio visual gerak
a). Kelebihan video
1. Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari rangsangan
lainnya.
29
2. Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapt memperoleh
informasi dari ahli-ahli/ spesialis.
3. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga
dalam waktu mengajar guru dapat memusatkan perhatian dan penyajiannya.
4. Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.
5. Keras lemah suara dapat diatur dan disesuaikan bila akan disisipi komentar
yang akan didengar.
6. Guru bisa mengatur dimana dia akan menghentikan gerakan gambar
tersebut, artinya kontrol sepenuhnya ditangan guru.
7. Ruangan tidak perlu digelapkan waktu menyajikannya.
b).Kekurangan video
1. Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktekkan.
2. Sifat komunikasinya yang bersifat satu arah haruslah diimbangi dengan
pencarian bentuk umpan balik yang lain.
3. Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara
sempurna.
4. Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.
2.1.4.7. Kelebihan dan kekurangan televisi sebagai media audio visual gerak
a).Kelebihan televisi:
1. Bersifat langsung dan nyata, serta dapat menyajikan peristiwa yang
sebenarnya.
2. Memperluas tinjauan kelas, melintasi berbagai daerah atau berbagai negara.
3. Dapat menciptakan kembali peristiwa masa lampau.
4. Dapat mempertunjukkan banyak hal dan banyak segi yang beraneka ragam.
5. Banyak mempergunakan sumber-sumber masyarakat.
6. Menarik minat anak.
7. Dapat melatih guru, baik dalam pre-service maupun dalam intervice
training.
8. Masyarakat diajak berpartisipasi dalam rangka meningkatkan perhatian
mereka terhadap sekolah.
30
b).Kekurangan-Kekurangan Televisi:
1. Televisi hanya mampu menyajikan komunikasi satu arah.
2. Televisi pada saat disiarkan akan berjalan terus dan tidak ada kesempatan
untuk memahami pesan-pesan nya sesuai dengan kemampuan individual
siswa.
3. Guru tidak memiliki kesempatan untuk merevisi tayangan TV sebelum
disiarkan.
4. Layar pesawat televisi tidak mampu menjangkau kelas besar sehingga sulit
bagi semua siswa untuk melihat secara rinci gambar yang disiarkan.
5. Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi dengan
guru, dan siswa bisa jadi bersifat pasif selama penayangan.
2.1.4.8. Kelebihan dan kekurangan media audio visual diam
a). Kelebihan film bingkai sebagai media pendidikan adalah:
1. Materi pelajaran yang sama dapat disebarkan ke seluruh siswa secara
serentak.
2. Perhatian anak-anak dapat dipussatkan pada satu butir tertentu.
3. Fungsi berfikir penonton dirangsang dan dikembangkan secara bebas.
4. Film bingkai berada di bawah kontrol guru.
5. Dapat dilakukan secara klasikal maupun individu.
6. Penyimpanannya mudah (praktis).
7. Dapat mengatasi keterbatasan keterbatasan ruang, waktu dan indera.
8. Mudah direvisi/diperbaiki, baik visual maupun audionya.
9. Relatif sederhana dan murah dibandingkan dengan media TV atau film.
10. Program dibuat dalam waktu singkat.
b). Kekurangan film bingkai suara adalah:
1. Program film bingki yang terdiri dari gambar-gambar lepas mudah hilang
atau tertukar apabila penyimpanannya kurang baik.
2. Hanya mampu menyajikan objek-objek secara diam (still).
3. Penggunaan program slide suara memerlukan ruangan yang gelap, apabila
tidak gelap makagambar yang diproyeksikan kurang jelas.
31
4. Dibangdingkan dengan gambar, foto, bagan atau papan flanel pembuatan
film bingkai jauh lebih mahal biayanya.
2.1.4.9. Kelebihan dan kekurangan film rangkai
Kelebihan film rangkai yaitu:
1. Kecepatan penyajian film rangkai bisa diatur
2. Film rangkai dapat mempersatukan berbagai media pendidikan yang berbeda
dalam satu rangkai
3. Ukuran gambar sudah pasti
4. Penyimpanannya mudah
5. Reproduksinya dalam jumlah besar relatif lebih mudah
6. Dapat untuk belajar kelompok maupun individual
Kelemahan yang pokok dibandingkan dengan film bingkai adalah bahwa film
rangkai sulit diedit atau direvisi karena sudah merupakan satu rangkaian, sukar
dibuat sendiri secara lokal dan memerlukan peralatan laboratorium yang dapat
mengubah film bingkai ke film rangkai.
2.1.5 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan (Agus Supridjono, 2009:5).
Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses
penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang
kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan belajar melalui kegiatan belajar.
Menurut Ahmad Susanto (2013:5) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh
anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu
proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan
peilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan
intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil
dalam belajar adalah berhasil mencapi tujuan- tujuan pembelajaran atau tujuan
intruksional. Dimyati dan Mudjiono (2013:20) hasil belajar merupakan suatu
puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi berkat evalusi guru. Hasil
belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak
tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. Tujuan pendidikan bersifat ideal,
32
sedangkan hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar merupakan realisasi
tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat
tergantung kepada tujuan pendidikannya. Menurut Nana Sudjana (2004:39)
menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor
utama yakni:
1. Faktor dari dalam diri siswa itu, seperti kemampuan, motivasi belajar, minat
dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi,
faktor fisik dan psikis.
2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.
Lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di
sekolah ialah kualitas pengajaran.Menurut Dimyati dan Mudjiono
(2013:251) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua
sisi :
a. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental
yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra belajar.
b. Dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan
pelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan perubahan tingkah laku pada siswa yang meliputi pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas atau kegiatan
belajar guna mencapai sebuah tujuan pendidikan. Hasil belajar dalam penelitian
ini diukur dengan memberikan soal tes kepada siswa. Tes pada umunya
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa,
terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran
sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.
Menurut Sudjana (2014:35) tes sebagai alat penilaian adalah
pertanyaanpertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari
siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau
dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).
Ada dua tes yang digunakan dalam mengukur hasil belajar siswa meliputi:
33
2.1.6 Tes Uraian
Tes uraian atau disebut juga dengan essay examination, merupakan alat
penilaian hasil belajar yang sudah lama digunakan. Tes uraian terdiri dari
uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Tes uraian menuntut
kemampuan siswa dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa
tulisan. Hal itu merupakan kekuatan atau kelebihan tes esai dari alat penilaian
lainnya. Menurut Sudjana (2014:35)
a). Kelebihan tes uraian antara lain adalah:
1. Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi.
2. Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun
tulisan, dengan baik dan benar sesuai kaidah-kaidah bahasa.
3. Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berpikir
logis, analitis dan sistematis.
4. Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah (problem solving).
5. Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga
tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat
proses berpikir siswa.
b).Adapun kelemahan dari tes uraian antara lain sebagai berikut:
1. Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat
semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang
dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan.
2. Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat
pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. Guru bisa saja bertanya
tentang hal-hal yang menarik baginya, dan jawabannya juga berdasarkan
apa yang dikehendaki.
3. Tes ini biasanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang terbatas,
pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi
kelas yang jumlah siswanya relatif besar.
2.1.7 Tes Objektif
Soal-soal bentuk objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar. Hal
ini disebabkan antara lain oleh luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam
34
tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan. Beberapa bentuk tes objektif,
yakni jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan dan pilihan ganda.
a. Kebaikan dari tes objektif yaitu:
Soal dapat disusun dengan mudah.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat.
Penilaian dapat dilakukan dapat dilakukan dengan cepat dan objektif.
b. Kelemahan dari tes objektif yaitu:
Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi.
Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata.
Pada penelitian ini dalam mengukur hasil belajar siswa, guru memberikan soal tes
yang berbentuk pilihan ganda yaitu dimana siswa mempunyai tugas untuk
memilih satu jawaban yang benar atau paling tepat. Selain mengukur hasil
belajar siswa dari ranah kognitif, hasil belajar siswa dapat diukur melalui ranah
psikomotor dan afektifnya. Untuk mengukur hasil belajar ranah psikomotorik
dapat diukur melalui tes tindakan (perbuatan). Ada beberapa bentuk cara
pengukuran untuk menilai hasil belajar ranah psikomotorik. Bentuk-bentuk
penilaian hasil belajar ranah psikomotorik antara lain: penilaian unjuk kerja,
penilaian produk, penilaian proyek dan portofolio. Sedangkan hasil belajar
ranah afektif (sikap) dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-
teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung dan laporan
pribadi. Dalam penelitian ini peneliti mengukur hasil belajar siswa dalamranah
kognitif dan ranah afektif yaitu dengan tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda
dan observasi.
2.1.8 Hubungan Example nonexample berbantu media audio visual terhadap
hasil Belajar IPA
Pembelajaran Examples non examples mengutamakan pemberian contoh riil
yang secara langsung akan di perhatikan oleh siswa sehingga akan mudah di pahami
sehingga untuk menerapkan pengetahuan dalam tujuan pembelajarannya.Apa lagi
dibantu oleh media audio visual yang kita tahu dapat menjadi media dalam
menampilkan contoh contoh animasi, gambar dan materi. Dengan demikian anak
akan lebih tertarik untuk melihat, menganalisis dan memahami materi sehingga
35
pembelajaran akan sangat menarik karena siswa berantusias untuk memperhatikan
materi yang di tampilkan. Dengan melihat keunggulan model pembelajaran
examples non examples berbantu audio visual, maka peneliti bermaksud untuk
menerapkan model dan media tersebut dalam pembelajaran IPA yang bertujuan
untuk membangkitkan kerja sama dan kefokusan siswa dalam menerima materi
serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan sehingga hasil belajar siswa
khususnya mata pelajaran IPA meningkat.
Pembelajaran IPA itu sendiri bertujuan untuk menanamkan sikap ilmiah,
rasa ingin tahu dan memberikan ilmu pengetahuan tentang gejala – gejala
alam pada siswa. Hal ini sesuai dengan materi yang akan diajarkan mengenai
Peristiwa Alam dan Sumber Daya Alam. Dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan model examples non examples berbantu media audio visual dimana
guru akan menampilkan contoh-contoh dan animasi maupun film tentang kerangka
tubuh manusia dan fungsinya,tentang peristiwa alam dan sumber daya alam dan
diharapkan melalui model ini siswa akan lebih aktif , tidak bosan dan lebih
mudah dalam memahami materi yang diajarkan. Diharapkan dengan model
Examples non examples berbantu audio visual dapat lebih antusias dan tertarik
untuk mengikuti pembelajaran sehingga secara tidak langsung siswa dapat
memahami materi melalui penglihatan atau pengamatan yang dilakukan dan
berdampak positif bagi peningkatan hasil belajar siswa.
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian ini juga menyampaikan beberapa penelitian terdahulu yang relevan
dengan permasalahan yang akan diteliti diantaranya yaitu:
a. Arif Wahyudi ( 2012 ) penggunaan media audio visual dalam peningkatan
hasil belajar IPA. Hal itu terbukti dengan meningkatnya hasil belajar
IPA siswa setelah penelitian ini dilaksanakan. Sebelum penelitian ini
dilaksanakan,hasil belajar IPA siswa tergolong rendah, dengan rincian
siswa dengan hasil belajar IPA ≥ KKM (70) hanya sebanyak 48,39%
dari jumlah keseluruhan siswa kelas 4, dan rata-rata hasil belajar IPA
siswa kelas 4 sebesar 69,35. Setelah penelitian ini dilaksanakan, terjadi
peningkatan rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas 4 hingga mencapai 90,95
36
dan siswa dengan hasil belajar IPA ≥ KKM mencapai 84,85% dari jumlah
keseluruhan siswa kelas IV.
b. Suratman (2012) dalam skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil
Belajar IPA melalui Pendekatan examples non examples pada Siswa
Kelas 5 SDN Timbang 01 Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model make a match
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV. Terbukti pada hasil
belaja siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa 70,59% dengan 12
siswa yang mengalami tuntas belajar dan 5 siswa atau 29,41% siswa yang
belum tuntas. Pada siklus II ketuntasan hasil belajar siswa meningkat
menjadi 100% atau 17 siswa sudah tuntas.Astuti, Ria Yuni (2012) dalam
skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa Kelas IV
SD Negeri 1 Colo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Semester Genap
Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat
meningkatkanhasil belajar IPA pada siswa kelas IV. Hal ini ditunjukkan
dengan peningkatan nilai siswa dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Pada
saat kondisi awal terdapat 5 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar
41,7% dan yang belum tuntas terdapat 7 siswa atau sebesar 58,3%. Pada
siklus I terdapat 9 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 75%,
dan yang belum tuntas terdapat 3 siswa atau sebesar 25%, sedangkan pada
siklus II terdapat 12 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar
100%, dan yang belum tuntas dalam belajar terdapat 0 siswa atau sebesar
0 %. Dari analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV.
Pada penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan
terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah penerapan model pembelajaran
examples non examples berbantu audio visual untuk
37
meningkatkan hasil belajar, sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian
karakteristik siswa dan model pembelajarannya terletak pada pengamatan
siswa.Berdasarkan penelitian kedua, melalui penelitian tindakan kelas peneliti
menerapkan model pembelajaran examples non examples berbantu audio visual
dengan tujuan meningkatkan hasil belajar IPA melalui kegiatan mencari
pasangan sehingga siswa dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan.
. Dengan melihat kekurangan dari penelitian sebelumnya, maka
peneliti akan memberikan suatu variasi baru yang bertujuan untuk
meningkatkan ketertarikan dan pemahaman siswa terhadap suatu materi melalui
permainan mencari pasangan atau examples non examples. Dengan melakukan
mengkolaborasikan dengan media audio visual LCD proyektor
diharapkan siswa lebih tertarik mengikuti pelajaran sehingga hasil belajar pada
mata pelajaran tersebut dapat meningkat. Penelitian yang akan
dilakukan yaitu menggunakan model examples non examples berbantu media
audio visual dimana pembelajarannyadengan sebuah gambar , animasi yang
bertujuan untuk menarik antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, selain
itu dapat menambah kejelasan siswa dalam memahami materi yang disajikan
melalui examples non examples berbantu media audio visual.
Kelebihan pada penelitian ini yaitu dalam pembelajarannya peneliti
akan menggunakan examples non examples berbantu media audio visual yang
tidak hanya menggunakan gmbar mati saja melainkan akan divariasikan dengan
animasi- animasi dari materi dan jawaban tersebut. Hal ini diharapkan dapat
lebih memberikan ketertarikan siswa untuk lebih antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Selain itu, dengan menggunakan media audio visual yang
divariasaikan dengan gambar maupun animasi diharapkan akan membuat siswa
lebih jelas dalam memahami materi yang disajikan dalam examples non examples
dalam bentuk animasi dan materi.
2.3 Kerangka Pikir
Pada tahap awal sebelum guru menggunakan model pembelajaran examples
non examples berbantu media audio visual hasil belajar IPA siswa kelas 4 di
SDN Ronggo 01 kecamatan Jaken Kabupaten Pati masih rendah. Dengan adanya
38
hasil belajar tersebut peneliti berupaya untuk meningkatkan hasil belajar dengan
melakukan inovasi dengan menggunakan model-model yang variatif dalam
proses pembelajaran yaitu salah satunya dengan menggunakan model
pembelajaran examples non examples berbantu media audio visual.
Adapun langkah pembelajaraan menggunakan model examples non
examples adalah sebagai berikut:
a. Pada kegiatan awal guru mempersiapkan gambar – gambar sesui dengan
tujuan pembelajaran dan memberikan apersepsi
b. Guru menempelkan ganbar dipapan atau ditayangkan melalui LCD
Proyektor
c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperhatikan atau menganalisis gambar
d. Melalui diskusi kelompok hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat
pada kertas
e. Setiap kelompok doberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
f. Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
g. Kesimpulan
h. Guru memberikan refleksi penanaman moral kepada siswa.
39
Adapun lebih jelasnya dapat dilihat dengan kerangka berfikir dibawah ini.
Secara skematik, kerangka pikir PTK ini dapat dicermati dari Gambar berikut:
.
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka, kajian hasil penelitian yang relevan dan
kerangka berpikir maka dirumuskan suatu hipotesis bahwa penerapan model
pembelajaran examples non examples berbantu media audio visual dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 semester 1 SDN Ronggo 01
Kecamatan Jaken Kabupaten Pati tahun pelajaran 2016/2017.
Kondisi
Awal/Perencana
an
Guru belum menerapkan
model examples non
examples berbantu media
audio visual
hasil belajar
siswa rendah (
berada di bawah
KKM,nilai 75).
Tindakan (siklus
1 dan 2)
Guru menerapkan model
examples non examples
berbantu media audio
visual selama 2 siklus.
Pembelajaran
siklus 1 dan siklus
2 , siswa aktif
belajar .
Hasil akhir
Diduga melalui model
examples non examples
berbantu media audio visual
hasil belajar siswa meningkat
dan semua berada di atas
KKM (nilai 75).