Upload
phamduong
View
218
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989).
Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu
dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis
tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan
strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian
pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan
prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus
memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis
kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran
yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan
belajar dapat terpenuhi.
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam
berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan
kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat
subaspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.
2.1.2. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada teori-teori
tentang hakekat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber
landasan/prinsip pengajaran bahasa. Teori tentang hakikat bahasa mengemukakan
asumsi-asumsi dan tesisi-tesis tentang hakikat bahasa, karakteristik bahasa, unsur-
unsur bahasa, serta fungsi dan pemakaiannya sebagai media komunikasi dalam
suatu masyarakat bahasa. Teori belajar bahasa mengemukakan proses psikologis
dalam belajar bahasa sebagaimana dikemukakan dalam psikolinguistil. Pendekatan
pembelajaran lebih bersifat aksiomatis dalam definisi bahwa kebenaran teori-teori
linguistik dan teori belajar bahasa yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Dari
7
pendekatan ini diturunkan metode pembelajaran bahasa. Misalnya dari pendekatan
berdasarkan teori ilmu bahasa struktural yang mengemukakan tesis-tesis linguistik
menurut pandangan kaum strukturalis dan pendekatan teori belajar bahasa
menganut aliran behavioerisme diturunkan metode pembelajaran bahasa yang
disebut Metode Tata Bahasa (Grammar Method).
2.1.3. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia
Istilah metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan
materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti
penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui
langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan
perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan
penilaian hasil belajar.
Dalam strategi pembelajaran, terdapat variabel metode pembelajaran dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu strategi pengorganisasian isi pembelajaran,
(b) strategi penyampaian pembelajaran, dan (c) startegi pengelolaan pembelajaran
(Degeng, 1997). Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Strategi Pengorganisasian Isi Pembelajaran
Adalah metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah
dipilih untuk pembelajaran. “Mengorganisasi” mengacu pada tindakan
seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lain-
lain yang setingkat dengan itu. Strategi penyampaian pembelajaran
adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada pebelajar
untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari pebelajar.
Adapun startegi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata
interaksi antara pebelajar dengan variabel pengorganisasian dan
penyampaian isi pembelajaran.
2. Strategi Penyampaian Pembelajaran
Strategi penyampaian pembelajaran merupakan komponen
variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Strategi ini
memiliki dua fungsi, yaitu (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada
8
pebelajar, dan (2) menyediakan informasi atau bahan-bahan yang
diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk kerja (seperti latihan tes).
3. Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen
variabel metode yang berurusan dengan bagaimana interaksi antara
pebelajar dengan variabel-variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi
ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi
pengorganisasian dan strategi penyampaian tertentu yang digunakan
selama proses pembelajaran.
2.1.4. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia ( Membaca )
2.1.4.1. Hakikat Membaca
1) Hakikat dan Proses Membaca
Sejalan dengan pendapat tersebut, Burns (1984:4)
mengemukakan bahwa membaca merupakan proses yang kompleks.
Dalam membaca, pembaca harus harus mampu menangkap sejumlah
simbol tertulis yang dibaca dan menginterpretasikan simbol-simbol atau
kata-kata yang dibaca, memahami alur berpikir dan bentuk-bentuk
gramatikal tulisan, menghubungkan pengalaman yang telah mereka
peroleh sebelumnya untuk memahami makna kata-kata yang ia baca,
mengingat apa yang telah mereka baca dan menghubungkannya
dengan ide-ide yang terdapat dalam bacaan dan kenyataan yang ada,
membuat kesimpulan dan penilaian terhadap materi yang dibaca, serta
menghubungkan minat dan sikap yang mempengaruhi keberhasilan
membacanya.
Dengan demikian jelaslah bahwa kegiatan membaca bukan
merupakan kegiatan yang mudah dan muncul dengan sendirinya.
Kemampuan membaca dapat ditingkatkan melalui pembelajaran
membaca dan juga latihan yang tepat.
9
2) Faktor yang Menentukan Keberhasilan Membaca
Banyak faktor yang menentukan keberhasilan seseorang dalam
membaca. Burns (1994) mengemukakan adanya enam faktor penting
yang menentukan keberhasilan seseorang dalam membaca. Keenam
faktor tersebut adalah: (1) latar belakang pengetahuan dan pengalaman
pembaca terutama yang sesuai dengan materi bacaan, (2) penguasaan
bahasa bacaan, (3) minat terhadap bacaan, (4) kesiapan sosial dan
emosional, (5) kesiapan fisik, dan (6) kemampuan berpikir.
Pertama, pengelaman dan pengetahuan yang luas (skemata)
merupakan faktor yang sangat penting dalam membaca. Dengan bekal
pengetahuan dan pengalaman yang sesuai dengan materi bacaan,
pembaca mampu mengenali dan memahami konsep-konsep dan kata-
kata yang dibacanya, selanjutnya mampu memahami makna kata-kata
tersebut dengan tepat dan cepat. Pengalaman merupakan dasar
pembentukan konsep-konsep dan konsep-konsep adalah dasar
penguasaan kosakata (perbendaharaan kata).
Kedua, penguasaan bahasa merupakan faktor yang sangat
penting dalam membaca karena pada hakikatnya membaca merupakan
kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan media bahasa tulis.
Dengan menguasai bahasa yang digunakan dalam bacaan, pembaca
akan dapat memahami pesan yang disampaikan penulis dengan tepat
dan cepat.
Ketiga, minat terhadap bacaan merupakan faktor penting dalam
membaca. Dengan memiliki minat terhadap bacaan, akan mendorong
pembaca untuk selalu ingin mengetahui isinya. Dengan demikian,
kegiatan membaca dirasakan sebagai kegiatan yang menyenangkan.
Keempat, kesiapan (kematangan) sosial dan emosional juga
berpengaruh terhadap keberhasilan membaca. Hal ini sesuai dengan
hakikat membaca sebagai kegiatan komunikasi dengan media bahasa
10
tulis. Dalam berkomunikasi, pihak yang berkomunikasi harus saling
menjalin hubungan yang harmonis. Untuk itu, kematangan sosial dan
emosional sangat penting agar pembaca dapat mengendalikan
emosinya.
Kelima, kesiapan fisik terutama kesehatan indra
penglihatansangat menentukan keberhasilan membaca. Pada saat
membaca, pertama kali yang dilakukan oleh pembaca adalah
menangkap lambang-lambang tulisan.
Keenam, kemampuan berpikir sangat menentukan keberhasilan
membaca. Telah banyak hasil penelitian yang menunjukkan hubungan
antara kemampuan berpikir atau intelegensi dengan kemampuan
membaca.
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa di samping tiga
aktivitas berbahasa yang lainnya. Di antara keempat keterampilan tersebut dapat
dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu keterampilan yang bersifat
menerima/reseptif (pasif), yang meliputi keterampilan menyimak dan membaca,
serta keterampilan yang bersifat mengungkapkan/produktif (aktif) yang meliputi
keterampilan menulis dan berbicara (Rejana 1996:133).
2.1.4.2. Definisi Membaca
Ada beberapa ahli yang memberikan batasan tentang definisi membaca.
Menurut Tarigan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata/bahasa tulis (Tarigan 1994:7). Selanjutnya masih dari
sumber yang sama, membaca dapat diartikan pula sebagai suatu metode yang kita
pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang
dengan orang lain-yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat
pada lambang-lambang tertulis.
11
2.1.4.3 Tujuan Membaca
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang ketika mereka
melakukan aktivitas membaca. Antara seorang pembaca dengan pembaca yang
lain pastinya memiliki tujuan yang berbeda terhadap aktivitas membaca mereka.
Pada umumnya orang membaca bertujuan untuk mencari serta memperoleh
informasi, mencakup isi, dan untuk memahami makna bacaan (Tarigan 1994:9).
Secara lebih khusus masih dari sumber yang sama,Tarigan menyebutkan bahwa
tujuan membaca pada kebanyakan orang adalah sebagai berikut.
(1) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan
yang telah dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang
tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus; atau untuk memecahkan
masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut
membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for
details or facts).
(2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik
atau menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau
dialami oleh sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang
tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk
memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
(3) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap
bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan
ketiga/seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah,
adegan-adegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca
untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence
or organization).
(4) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh
merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang
pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-
kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini
12
disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for
inference).
(5) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa,
tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah
cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan,
membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).
(6) Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan
ukuran-ukuran tertentu, apakah kita akan berbuat seperti apa yang diperbuat
oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini
disebut membaca meneliti membaca mengevaluasi (reading to evaluate).
(7) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah,
bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaiman dua
cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini
disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to
compare or contrast) )Anderson dalam Tarigan 1994:9-10).
2.1.4.4 Hakikat Membaca dalam Kurikulum Sekolah Dasar
Di bagian awal penelitian, yaitu pada subbab latar belakang, sudah
disebutkan pentingnya pengajaran membaca untuk siswa sekolah dasar,
khususnya siswa kelas 1.
Jenis pembelajaran membaca yang diajarkan guru di sekolah dasar
tentu berbeda-beda. Perbedaan konsentrasi materi membaca ini tentu saja
disesuaikan dengan tingkatan kelas. Jenis membaca yang diajarkan di kelas 1
pastilah berbeda dengan jenis membaca yang diajarkan di kelas 2,3,4,5, dan 6,
begitu pula sebaliknya. Namun secara garis besar jenis membaca yang diajarkan
di sekolah dasar terbagi menjadi dua macam. Petama adalah membaca
permulaan dan yang kedua adalah membaca pemahaman. Membaca permulaan
diberikan di kelas 1 dan kelas 2, sedangkan membaca pemahaman diberikan di
tingkat berikutnya mulai kelas 3 sampai kelas 6 (Supriyadi 1996:127).
13
Pembelajaran membaca di SD dilaksanakan sesuai dengan pembedaan
atas kelas-kelas awal dan kelas-kelas tinggi. Pelajaran membaca dan menulis di
kelas-kelas awal disebut pelajaran membaca dan menulis permulaan,
sedangkan dikelas-kelas tinggi disebut pelajaran membaca dan menulis lanjut.
Pelaksanaan membaca permulaan di kelas I sekolah dasar dilakukan dalam dua
tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca dengan menggunakan
buku. Pembelajaran membaca tanpa buku dilakukan dengan cara mengajar
dengan menggunakan media atau alat peraga selain buku misalnya kartu
gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat, sedangkan membaca dengan
buku merupakan kegiatan membaca dengan menggunakan buku sebagai bahan
pelajaran.
Tujuan membaca permulaan di kelas I adalah agar “Siswa dapat
membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat (BNSP,
2006). Kelancaran dan ketepatan anak membaca pada tahap belajar membaca
permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar di
kelas I. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam
meningkatkan ketrampilan membaca siswa. Peranan strategis tersebut
menyangkut peran guru sebagai fasilitator, motivator, sumber belajar, dan
organisator dalam proses pembelajaran. guru yang berkompetensi tinggi akan
sanggup menyelenggarakan tugas untuk mencerdaskan bangsa,
mengembangkan pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan membentuk ilmuwan
dan tenaga ahli.
Materi pokok membaca permulaan yang diberikan di kelas 1 dan 2
berkisar pada materi:
(1) pelatihan lafal, baik vokal maupun konsonan,
(2) latihan nada/lagu ucapan,
(3) latihan penguasaan tanda-tanda baca,
14
(4) latihan pengelompokkan kata/frasa ke dalam satuan-satuan ide
(pemahaman),
(5) latihan kecepatan mata,
(6) latihan ekspresi (membaca dengan perasaan).
Sedangkan pembelajaran membaca di kelas 3,4,5, dan 6, lebih
menitikberatkan pada pengembangan pokok bahasan membaca pemahaman
dari berbagai macam wacana, seperti narasi, deskripsi, eksposisi, dan
argumentasi. Sedangkan jenis keterampilan membaca yang biasa
dikembangkan dalam membaca pemahaman adalah membaca teknik (untuk
orang lain yang membacakan), membaca dalam hati, membaca cepat, dan
membaca permulaan (Supriyadi 1996:127).
Sedikit berbeda dengan penjelasan Supriyadi, dalam Kurikulum Sekolah
Dasar 1994, penggolongan membaca di sekolah dasar terbagi atas membaca
permulaan dan membaca lanjutan. Membaca permulaan diberikan di kelas 1 dan
kelas 2, sedangkan membaca lanjutan diberikan di kelas 3,4,5, dan kelas 6.
Untuk membaca permulaan, lebih ditekankan pada membaca teknik, sedangkan
untuk membaca lanjutan keterampilan membaca yang dikembangkan adalah
membaca teknik, membaca dalam hati, membaca cepat, dan membaca bahasa.
Dari penjelasan tentang jenis pengajaran membaca di sekolah dasar di
atas, terlihat bahwa jenis “membaca permulaan” diajarkan sepenuhnya di kelas 1
dan 2. Membaca permulaan yang diberikan di kelas 1 dan kelas 2 lebih
ditekankan peda upaya guru untuk menjadikan anak “melek huruf”, artinya
mendidik agar anak dapat mengenali dan mengubah lambang-lambang tertulis
menjadi bunyi-bunyi yang bermakna, sedangkan membaca lanjutan di kelas-
kelas yang lebih tinggi (kelas 3-6), tujuan pelajaran membaca permulaan lebih
ditekankan pada upaya memperlancar kemampuan murid dalam mengubah
lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi yang bermakna dan makna itu
dipahami oleh anak (melek wacana) (Supriyadi 1996:128).
15
Jadi, jenis membaca yang diajarkan di sekolah dasar adalah sebagai berikut.
(1) Membaca permulaan yang diberikan di kelas rendah (kelas 1 dan 2 SD).
Membaca permulaan yang dimaksud adalah jenis membaca teknik atau
membaca nyaring.
(2) Membaca lanjutan yang diberikan di kelas 3 sampai kelas 6 SD. Membaca
lanjutan yang dimaksud adalah (a) membaca teknik dengan sasaran yang
berbeda dengan membaca teknik di kelas rendah, (b) membaca dalam hati, (c)
membaca cepat, dan (d) membaca bahasa.
2.2 Media Pembelajaran
2.2.1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari kata medium yang secara harifiah artinya
perantara atau pengantar. Banyak pakar tentang media pembelajaran yang
memberikan batasan tentang pengertian media. Menurut EACT yang dikutip
oleh Rohani (1997:2) “media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk
proses penyaluran informasi” Media adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim sehingga dapat
merangsang pikiran , perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa
sehingga terjadi proses belajar diantaranya kartu kata.
2.2.2. Macam – macam Media Pembelajaran
Secara umum terdapat 4 jenis media pembelajaran:
1) Media visual ( grafik, diagram,kartu, bagan karikaturia pro, dll)
2) Media audio ( radio, tape, recorder, lab bahasa dll )
3) Media proyeksi ( OHP, proyektor, dll )
4) Audio visual ( tv, komputer, vcd, dll )
2.2.3. Pengertian Media Kartu Kata
Flas card atau Education Card adalah kartu- kartu bergambar yang
dilengkapi kata- kata yang diperkenalkan oleh Glenn Doman. Gambar- gambar
dikelompokkan pada flashcard. Antara lain: seri binatang. Buah- buahan,
pakaian, warna, bentuk, angka dan kata.
16
Tujuan dari kartu kata adalah melatih kemampuan otak kanan untuk
menginggat gambar dan kata- kata sehingga perbendaharaan kata dan
kemampuan membaca anak bisa dilatih dan ditingkatkan.
Kartu kata dalam penelitian ini berupa media dalam permainan menemukan
kalimat.Siswa diajak bermain dengan menyusun kata- kata menjadi sebuah
kalimat.
2.2.4. Kelebihan Penggunaan Media Kartu Kata
Dalam kegiatan pembelajaran, secara umum media kartu kata
mempunyai kelebihan untuk :
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya
objek benda yang terlalu besar.
3) Fungsi yang lain dari media adalah dapat mengatasi sikap pasif siswa.
Siswa menjadi aktif karena gairah belajar mereka meningkat.
2.2.5. Kelemahan Penggunaan Media Kartu Kata
1) Pembelajaran Kurang Menarik dibandingkan dengan media gambar
2) Hanya dapat digunakan dalam lingkup kerja kelompok.
3) Kalau siswa belum memahami kosakata dengan baik pembelajaran akan
sulit dilakukan
2.3. Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Media Kartu Kata
Bentuk interaksi antara pembelajaran dengan media merupakan komponen
penting yang kedua untuk mendeskripsikan strategi penyampaian. Komponen ini
penting karena strategi penyampaian tidaklah lengkap tanpa memebri gambaran
tentang pengaruh apa yang dapat ditimbulkan oleh suatu media pada kegiatan belajar
siswa. Oleh sebab itu, komponen ini lebih menaruh perhatian pada kajian mengenai
kegiatan belajar apa yang dilakukan oleh siswa dan bagaimana peranan media untuk
merangsang kegiatan pembelajaran.
2.3.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Media Kartu Kata
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak dapat dipisahkan.
Belajar merujuk dengan apa yang akan dikerjakan seseorang sebagai subyek
17
dalam belajar. Sedangkan mengajar menujuk pada apa yang seharusnya
dilakukan seorang guru dalam mengajar.
Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya (
Slameto,2003).
2.3.2 Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan kartu kata
Langkah awal pembelajaran dengan kartu kata adalah:
1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
2) Setiap kelompok menyusun kartu kartu kata menjadi sebuah kalimat.
3) Masing-masing kelompok melaporkan hasil jawaban dipapan tempel.
4) Semua anak membaca kemudian menyalinnya dibuku tulis.
2.3.3 Faktor –faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain: faktor yang terdapat
dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern).
Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang
berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan
sebagainya.
a. Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun
yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecerdasan/intelegensi,
bakat, minat dan motivasi.
1) Kecerdasan/intelegensi
2) Bakat
3) Minat
4) Motivasi
b. Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman,
keadaan keluarga, lingkungan. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat
positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:
60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keluarga, keadaan
sekolah dan lingkungan masyarakat.”
18
1) Keadaan keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat
seseorang dilahirkan dan dibesarkan.
2) Keadaan sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang
sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu
lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih
giat.
3) Lingkungan masyarakat di samping orang tua, lingkungan juga merupakan
salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar
siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan
alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
pribadi anak.
Berdasarkan kajian tentang berbagai pendapat mengenai prestasi
belajar yang dikemukakan oleh para ahli di atas maka dapat dikatakan bahwa
prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam mata pelajaran
tertentu setelah siswa mengalami proses belajar untuk mencapai tujjuan
pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes
dalam satu satuan waktu, berupa semester atau tahun pelajaran.
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap
berhasil menurut Syaiful Bahri Djamarah Dan Aswan Zain (2002: 120) Ialah:
1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individual ataupun kelompok.
2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran Intruksional khusus
(TIK) telah dicapai oleh siswa.
Salah satu fungsi hasil belajar siswa diantaranya ialah siswa dapat
mencapai pretasi yang maksimal sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki,
serta siswa dapat mengatasi berbagai macam kesulitan belajar yang mereka
hadapi. Salah satunya dengan menggunakan media kartu kata.
2.4. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Siti Komariah (2010)
dengan judul penelitian “ Penggunaan Kartu Huruf dan Kartu Kata Untuk
Meninggkatkan Aktivitas dan Ketrampilan Membaca Nyaring Pada Pelajaran Bahasa
19
Indonesia Kelas I Semester I SDN Kalipancur I Kec. Blado Kab. Batang”, peneliti
termotivasi mencoba menggunakan media yang sama tetapi penerapan teknik
penerapanya berbeda.
Berdasarkan penelitian- penelitian Diatas dan permasalahan yang ada di
kelas I SDN Keteleng 01 khususnya mata pelajaran membaca dan menulis, peneliti
tertarik untuk meningkatkan hasil belajar dengan melakukan penelitian menggunakan
kartu kata.
2.5. Kerangka Berfikir
Pada tahap awal sebelum guru menggunakan media kartu kata, hasil belajar
Bahasa Indonesia siswa kelas I SD Negeri Keteleng 01 masih rendah dengan
rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia tersebut guru berupaya meningkatkan hasil
belajar Bahasa Indonesia dengan melakukan inovasi pembelajaran yang dilakukan
adalah mengemas pembelajaran dengan media kartu kata.
2.6. Hipotesis Tindakan
Kondisi awal Guru belum
menggunakan
media kartu kata
Hasil belajar
rendah < KKM
(70)
Tindakan Guru
menggunakan
media kartu kata
Siklus I ada
peninggkatan
hasil belajar <
dari KKM
(belum tuntas )
Siklus II
Peningkatan
hasil belajar ≥
KKM 70 sudah
tuntas
80 % siswa ≥
KKM ( 70 )
Kondisi
akhir
20
Berdasarkan permasalahan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah
“Melalui Penggunaan media kartu kata dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa
Indonesia , materi Membaca Permulaan siswa kelas I SDN Keteleng 01 Kecamatan
Blado Kabupaten Batang tahun pelajaran 2011/ 2012