Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Mikroplastik
2.1.1 Pencemaran
Pencemaran adalah terpaparnya lingkungan oleh makhluk hidup, zat,
energi dan komponen lain hasil dari kegiatan manusia sehingga menyebabkan
kualitas suatu lingkungan turun atau merubah fungsi dari lingkungan karena
melampaui batas baku mutu yang telah ditetapkan (Undang-undang 2009,
tentang perlinfdungan dan lingkungan hidup). Pencemaran menjadi
permasalahan yang sangat serius, pasalnya seluruh kegiatan manusia akan
menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan. Menurut Hasibuan
(2016) semakin tinggi angka penduduk maka semakin tinggi pula volume
limbah yang dihasilkan dan akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Jenis
pencemaran sangat beragam salah satunya yaitu marine debris yang
dihasilkan dari limbah rumah tangga dan dibuang ke laut.
Sampah laut (marine debris) dapat didefinisikan benda atau material yang
dihasilkan dari kegiatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung
dibuang dilingkungan perairan dan dapat memberikan dampak terhadap
kualitas perairan (Djaguna et al., 2013). Jenis marine debris ada 2 yaitu
organik marine debris yaitu jenis sampah laut yang dapat diurauikan oleh
mikroorganisme dan anorganik marine debris jenis sampah laut yang sukar
atau tidak dapat di uraikan oleh mikroorganisme (Bangun et al., 2019). Jenis
marine debris yang paling banyak ditemukan di perairan adalah sampah
plastik
Plastik merupakan polimer yang dibentuk pada suhu tinggi, plastik dapat
dibuat dengan polimerisasi monomer (Septiari, Karyasa, & Kartowarsono,
2014). Plastik memiliki sifat yang tahan lama, ketika berada di perairan maka
plastik tidak akan terurai dan akan menjadi potongan lebih kecil molekuler
yang biasa disebut mikroplastik (Ayuningtyas et al., 2019).
9
2.1.2 Mikroplastik
Mikroplastik merupakan partikel plastik kecil yang berukuran kecil yang
berukuran 5 mm atau lebih (Widianarko & Hartono, 2018). Mikroplastik
memiliki ukuran antara 0,3 mm sampai 5 mm (Ayuningtyas et al., 2019).
Menurut Tankovic, M.S. Perusco, V.S., J. Godrijan, D (2015) mikroplastik
terbagi menjadi 2 kategori yaitu ukuran besar (1-5 mm) dan kecil (<1 mm),
sedangkan untuk ukuran (<300 μm) disebut nanoplastik. Berdasarkan proses
terbentuknya mikroplastik dibagi menjadi 2 yaitu mikroplastik primer dan
sekunder. Mikroplastik primer adalah mikroplastik yang sudah memiliki
ukuran mikro dari awal pembuatanya, sedangka mikroplastik sekunder
terbentuk dari plastik yang berukuran besar yang terdegradasi menjadi
partikel mikro (Rachmat, Purba, Agung, & Yuliadi, 2019)
Menurut Weinstein, Crocker, & Gray (2016) mikroplastik dilingkungan
terbentuk akibat dari paparan sinar matahari yang menyebabkan proses foto-
oksidasi sebagai hasil dari absorbansi panjang gelombang berenergi tinggi
dari spektrum ultraviolet (UV) oleh polimer. Setelah degradasi dimulai, dapat
dilanjutkan melalui reaksi thermo oksidatif yang bergantung pada suhu tanpa
paparan radiasi UV lebih lanjut, selama oksigen tersedia sehingga
membentuk mikroplastik. Mikroplastik sendiri jenisnyan sangat beragam,
menurut Brate, Eidsvoll, Steindal, & Thomas (2016) jenis mikroplastik dapat
dibedakan menjadi :
1. Fiber/Filamen
Fiber merupakan jenis mikroplastik yang memiliki bentuk dan ukuran
yang tipis memanjang. Mikroplastik jenis fiber berasal dari bahan sintetik
seperti benang, senar pancing dan jaring nelayan (Yudhantari et al., 2019).
Fiber banyak ditemukan di masyarakat yang bertempat tinggal di pesisir
pantai yang kebanyakan berprofesi sebagai nelayan (Rahmadhani, 2019).
Mikroplastik jenis fiber dapat dilihat pada Gambar 2.1.
10
Berukuran 1mm-5mm, dan di amati dengan mikroskop dengan perbesaran
100x Gambar 2. 1 Mikroplastik jenis fiber/filamen.
Sumber: (Widianarko & Hartono, 2018)
2. Fragmen,
Fragmen merupakan pecahan dari plastik yang berukuran lebih besar hasil
limbah dari pertokoan atau rumahan yang memiliki bentuk tidak beraturan,
dan ketika mikroplastik tidak dapat diidentifikasi maka dapat dikategorikan itu
jenis fragmen (Ayuningtyas et al., 2019). Mikroplastik jenis fiber dapat dilihat
pada Gambar 2.2
Berukuran 1mm-5mm, dan di amati dengan mikroskop dengan perbesaran
100x Gambar 2. 2 Mikroplastik jenis fragmen.
Sumber: (Widianarko & Hartono, 2018)
3. Film
Film merupakan jenis mikroplastik yang berasal dari pecahan plastik yang
memiliki densitas rendah, mikroplastik jenis ini mudah terbawa arus karena
sifatnya yang ringan (Widianarko & Hartono, 2018). Ciri-ciri mikroplastik
jenis film adalah bentuk tidak beraturan, ringan, transparan dan lebih tipis
dibandingkan fragmen (Yudhantari et al., 2019). Mikroplastik jenis film dapat
dilihat pada Gambar 2.3
11
Berukuran 1mm-5mm, dan di amati dengan mikroskop dengan perbesaran
100x Gambar 2. 3 Mikroplastik jenis film.
Sumber: (Widianarko & Hartono, 2018)
4. Granula
Granula (butiran) merupakan jenis mikroplastik berbentuk butiran-butiran
yang beraturan, berwarna putih maupun kecoklatan, padat dan berukuran
sekitar 1 mm (Virsek, Palatinus, Koren, & Peterlin, 2016). Mikroplastik jenis
Granula dapat dilihat pada Gambar 2.4
Berukuran 1mm-5mm, dan di amati dengan mikroskop dengan perbesaran
100x Gambar 2. 4 Mikroplastik jenis granula.
Sumber: (Virsek, Palatinus, et al., 2016)
Berdasarkan tipenya mikroplastik dapat dibagi menjadi 5 yaitu fragmen
(partikel yang tidak beraturan seperti serpihan atau potongan mikroplastik),
serat (contohnya filamen atau benang), manik-manik (contohnya Biji, bulatan
manik kecil, bulatan mikro), Busa (contohnya Polistrien) dan Butiran
(contohnya Butiran resinat, nurdles.) (Widianarko & Hartono, 2018).
12
2.1.3 Dampak Mikroplastik Bagi Organisme Laut
Mikroplastik yang terdapat di laut akan merusak ekosistem dan
mempengaruhi organisme yang ada didalam Ekosistem laut, terutama ikan,
dan manusia. Menurut Mauludy, Yunanto, & Yona (2019) mikroplastik
merupakan salah satu limbah plastik yang dapat mempengaruhi keseimbangan
ekosistem baik dipesisir pantai atau dilaut. Rusaknya ekosistem laut akan
mempengaruhi hasil tangkapan nelayan saat melaut bahkan akan
menyebabkan penyakit pada manusia karena adanya interaksi antara manusia
dan laut (Fleming et al., 2014).
Ukuran mikroplastik yang kecil dan cenderung tidak dinamis akan
memudahkan ikan untuk memakan mirkoplastik (Hastuti et al., 2019).
Mikroplastik yang tertelan oleh ikan akan menyebabkan dampak kimiawi,
fisik maupun biologis ikan (Widianarko & Hartono, 2018). Sifat mikroplastik
yang tidak dapat dicerna dapat menjadi polutan bagi ikan, sehingga
menyebabkan disfungsi organ maupun kerusakan organ dan jaringan, hal ini
karena mikroplastik bersifat toksik didalam tubuh (Lu et al., 2016).
Mikroplastik dalam tubuh akan menyebabkan penumpukan mikroplastik
sehingga ikan akan selalu merasa kenyang yang mengakibatkan hilangnya
keseimbangan tubuh, mobilitas rendah, mudah dimakan predator hingga
menyebabkan kematian pada ikan (Gregory et al., 2013).
Dampak adanya mikroplastik dalam tubuh ikan juga menyebabkan
bioakumulasi (Dewi et al., 2015). Bioakumulasi sendiri dapat didefinisikan
sebagai penimbunan substansi yang menyebabkan peningkatan konsentrasi
polutan, dari lingkungan ke organisme tingkat pertama dalam sebuah rantai
makanan atau jaring-jaring makanan (Putri, 2018). Proses bioakumulasi dalam
sebuah rantai makanan juga dapat menyebabkan efek berantai, hal ini karena
dampak dari organisme yang terkontaminasi mikroplastik akan berdampak ke
organisme yang memakan. Menurut (Wright et al., 2013) predasi invertebrata
laut yang terkontaminasi mikroplastik akan menghasilkan jalur perpindahan
mikroplastik di setiap proses rantai makanan.
13
2.2 Mikroplastik Pada Ikan Pelagis
2.2.1 Ikan Pelagis
Ikan pelagis adalah jenis ikan yang hidup berkelompok dan hidup
dipermukaan air antara 0m-200m dari permukaan air. Ikan pelagis bersifat
berenang bebas dan melakukan migrasi (Rahmadhani, 2019). Jenis ikan
pelagis sangat beragam pasalnya sumberdaya perikanan didominasi oleh ikan
pelagis. Menurut Nelwan, Sudirman, Nursam, & Yunus, (2015). Jenis-jenis
ikan pelagis diantaranya dapat meliputi ikan layang (Decapterus sp),
kembung (Rastelliger sp.), siro (Amblygastersirm), selar (Selarodies sp),
tembang (Sardinella fimbrinata), dan teri ( Stolephorus sp). Pada penelitian
ini ada 3 jenis ikan yang ingin di teliti adalah yaitu,
1. Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833)
Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis) termasuk ikan pelagis yang
termasuk dalam family Carangidae dengan ciri khas yaitu adanya garis kuning
yang memanjang dari batas atas mata hingga ujung ekor, (Fishbase, 2020).
Ikan selar kuning termasuk jenis ikan dengan komiditas ekonomi yang
penting, karena banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan ikan
pindang dan bakar yang memiliki rasa yang enak (Sharfina, Boer, & Ernawati,
2014) berikut gambar ikan selar dan klasifikasinya :
Gambar 2. 5 Ikan selar kuning.
Sumber: (Dokumen pribadi)
14
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Familia : Carangidae
Genus : Selaroides
Spesies : Selaroides leptolepis ( Fishbase, 2020)
2. Ikan Banyar (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1833)
Ikan banyar atau biasa disebut banyar laki (Rastrelliger kanagurta) masuk
dalam family Scombridae (Zamroni, Suwarso, & Kuswoyo, 2017). Menurut
(Zamroni, Suwarso, & Mardlijah, 2016) ikan banyar memiliki daerah
persebaran yang luas termasuk Indonesia sehingga ikan ini banyak ditemukan
di perairan Indonesia. Karakteristik ikan ini adalah hidup secara bergerombol
atau schooling dan melakukan migrasi. Berikut gambar ikan banyar dan
klasifikasinya :
Gambar 2. 6 Ikan banyar.
Sumber: (Dokumen pribadi)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Familia : Scombridae
Genus : Rastrelliger
Spesies : Rastrelliger kanagurta ( Fishbase, 2020)
15
3. Ikan layang biru (Decapterus macarellus Cuvier, 1833)
Ikan layang biru (Decapterus macarellus) memiliki ciri tubuh pada bagian
atas berwarna biru kehijauan dan bagian bawah berwarna perak (Nur, Ihsan,
Tenriware, & Atjo, 2017). Ikan ini sering dikonsumsi masyarakat sekitar
karena rasanya yang enak dan harganya yang relatif murah. Menurut Rahim
(2018) ikan layang biru (Decapterus macarellus) diekspor ke mancanegara
sebagai umpan ikan tuna (tuna long line) dan untuk konsumsi masyarakat juga
sebagai bahan baku ikan kaleng Berikut gambar dan nklasifikasi ikan layang
biru.
Gambar 2. 7 Ikan layang biru
Sumber: (Dokumen pribadi)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata,
Kelas : Pisces,
Ordo : Percomorphi,
Familia : Carangidae,
Genus : Decapterus,
Spesies : Decapterus macarellus ( Fishbase, 2020)
2.2.2 Mikroplasik Dalam Organ Ikan
Penelitian tentang mikroplastik menjelaskan, banyak organisme di laut
yang sudah menelan mikroplastik terutama ikan, salah satunya adalah
penelitian (Lu et al., 2016) yang menjelaskan tentang ikan zebra menelan
16
mikroplastik. Mikroplastik yang termakan oleh ikan akan mengalami
bioakumulasi dan akan menetap di dalam tubuh ikan terutama di organ
insang, lambung, akan tetapi mikroplastik juga dapat ditemukan di ovarium,
area mulut bahkan hati (Wang et al., 2019). Mikroplastik dalam tubuh juga
dapat bertranslokasi ke jaringan lain bahkan ke peredaran darah (Farrell &
Nelson, 2013).
2.3 Morfologi Ikan
Gambar 2. 8 Morfologi ikan
Sumber: (White et al., 2013)
Morfologi ikan dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu kepala, badan dan
ekor, menurut Nursyahra, (2012) tubuh ikan terbagi menjadi 3 yaitu kepala
mulai dari mulut hingga organ penutup insang pada ikan, badan mulai dari
organ penutup insang hingga bagian pangkal ekor, dan ekor yaitu mulai dari
pagkal ekor hingga ujung sirip ekor. Bentuk ikan umumnya simetris bilateral
hal tersebut juga dijelaskan oleh (Bhagawati, Abulias, & Amurwanto, 2013)
umumnya bentuk ikan adalah simetris bilateral, akan tetapi beberapa ikan
juga berbentuk non-simetris bilateral. Morfologi ikan terdiri dari sirip ekor,
sirip dada, sirip punggung, sirip perut, gurat sisi, penutup insang, dan sisik
(White et al., 2013). Menurut Nursyahra, (2012) tubuh ikan umumnya di
lindungi sisik yang mengandung lendir, lendir tersebut bersifat antiseptik dan
antibakteri.
17
2.4 Saluran Pencernaan Ikan
Gambar 2. 9 Anatomi saluran pencernaan ikan
Sumber: (Schultz, 2003)
Saluran pencernaan merupakan organ yang sangat penting untuk proses
penguraian makanan menjadi sebuah energi, saluran pencernaan pada ikan
terdiri dari organ pencernaan yaitu rongga mulut, lidah, gigi esophagus,
lambung, usus dan anus, dan dibantu kelenjar pencernaan yaitu organ hati dan
pankreas (Haraningtias, Utami, & Primiani, 2018).
Jenis ikan pelagis seperti ikan selar kuning, banyar dan ikan layang biru
termasuk ikan predator, yang memakan plankton (Chodriyah & Hariati, 2010)
maupun ikan-ikan kecil (Agustina, Irnawati, & Susanto, 2016). Umumnya
bentuk perut ikan predator relatif memanjang dengan ukuran usus yang
pendek, hal ini berfungsi untuk mempercepat proses pencernaan ikan,
mengingat jenis makanan predator adalah daging yang mudah untuk dicerna
dari pada nabati (Haraningtias et al., 2018). Hal yang sama juga di sampaikan
oleh Zuliani, Muchlisin, & Nurfadillah, (2016) bahwa ikan predator memiliki
panjang usus 1/3 dari panjang tubuhnya.
2.5 Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dapat memudahkan peserta
didik dalam memperoleh informasi dan guru dalam menyampaikan informasi
terkait materi yang akan diajarkan ke siswa (Abdullah, 2012). Menurut
18
(Kasrina, Irawati, & Jayanti, 2012)sumber belajar merupakan hal yang
diperlukan dalam konteks belajar mengajar, hal ini dikarenakan sumber
belajar mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari tahu dan
memecahkan permasalahan, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
dengan efektif.
Hasil penelitian tentang mikroplastik di perairan dan di dalam ikan,
juga berpotensi sebagai sumber belajar siswa, terutama dalam hal
melestarikan alam dari kerusakan, yang masuk dalam bab perubahan dan
pelestarian lingkungan hidup, menurut Suratsih (2010) syarat suatu obyek
dapat dijadikan sumber belajar, sebagai berikut :
1. Kejelasan potensi (ketersediaan objek dan permasalahan)
Kejelasan potensi adalah potensi suatu objek yang berkaaitan dengan fakta,
konsep dan prinsip.
2. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran
Kesesuaian yang dimaksud yaitu dapat dimanfaatkan nya penelitian
sebagai sumber belajar bagi siswa dan sebagai pembelajaran langsung
untuk masyarakat.
3. Kejelasan sasaran materi
Kejelasan sasaran materi adalah siswa dan guru dalam proses belajar yang
akan menggunakan sumber belajar.
4. Kejelasan informasi yang akan diungkap
Kejelasan infosmasi adalah informasi yang akan diberikan kepada siswa
dalam bentuk sumber belajar yang menunjang proses pembelajaran.
5. Kejelasan pedoman eksplorasi
Kejelasan pedoman eksplorasi adalah media yang berisi sumber belajar
yang berfungsi menunjang proses pembelajaran bisa dalam bentuk LKS,
LK, LKPD bahkan Video.
6. Kejelasan perolehan yang diharapkan
Kejelasan perolehan yang diharapkan adalah output atau hasil akhir yang
didapatkan pada siswa baik dalam bentuk potensi kognitif, psikomotorik
maupun afektif.
19
2.6 Kerangka Konseptual
Sebagai sumber belajar siswa SMA kelas X bab perubahan dan pelestarian
lingkungan hidup, sub bab Pencemaran Lingkungan Hidup.
Jenis ikan
Diprediksi adanya mikroplastik yang terdapat pada saluran pencernan ikan
Belum ada penjelasan kandungan mikroplastik pada ikan hasil tangkapan nelayan di PPI
Bulu
Ikan Selar Kuning
(Selaroides Leptolepis)
Ikan Banyar (Rastrelliger
brashysoma)
Ikan Layang Biru
(Decapterus macarellus)
Menyebabkan
Gregory (2009) Akibat
mikroplastik pada organisme
yakni penurunan reproduksi
dan mobilitas, mudah di makan
predator, hilangnya
keseimbangan tubuh hingga
kematian
Dewi (2015) menjelaskan
mikroplastik akan
mempengaruhi
organisme tropik
tingkat tinggi
melalui
bioakumulasi.
mengandung
mikroplastik.
Wright (2013) predasi
invertebrata laut yang
terkontaminasi mikroplastik akan
menghasilkan jalur perpindahan
mikroplastik setiap proses rantai
makanan & menyebabkan efek
berantai.
Limbah plastik dilaut belum ada solusi dan pemecahan masalah
Hasil penelitian Yudhantari (2019)
menjelaskan ikan lemuru hasil tangkapan
nelayan di selat bali mengandung mikroplastik.
Hasil penelitian Joesidawati (2018) menjelaskan disepanjang pantai Tuban
sudah tercemar mikroplastik
Menyebabkan kerusakan pada
Farrell, (2013) menjelaskan mikroplastik dapat menyebabkan kerusakan pada
insang, dan lambung ikan