Upload
duongnhu
View
222
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Peran Pembimbing Klinik Keperawatan
2.1.1 Pengertian Pembimbing Klinik Keperawatan
Hidayat (2007), menyatakan pembimbing klinik keperawatan adalah
pembimbing atau guru perawat (nurse teacher). Kegiatan pembelajaran klinik
merupakan suatu bentuk kegiatan belajar mengajar dalam konteks pelayanan nyata.
Maksudnya mahasiswa belajar memberikan pelayanan kepada pasien yang
membutuhkan pelayanan kesehatan tersebut. Mahasiswa belajar bekerja sesuai
dengan standar pelayanan profesi keperawatan. Selama proses pembelajaran klinik
keperawatan terjadi proses interaksi antara pembimbing klinik, mahasiswa, dan
pasien. Ketiga komponen ini akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran praktek klinik keperawatan. Pembimbing klinik merupakan tenaga
perawat yang ditunjuk atau diangkat oleh instansi yang digunakan sebagai lahan
praktek. Pembimbing klinik adalah seorang yang diangkat dan diberikan tugas oleh
institusi pelayanan atau pendidikan kesehatan untuk memberikan bimbingan kepada
mahasiswa yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran praktek klinik di rumah
sakit (Akbar, 2006). Hal ini sesuai dengan pendapat. Membimbing adalah suatu
proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing
kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian diri dalam pemahaman diri,
12
13
penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat
perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan (Asyahadi,
2004).
2.1.2 Tugas Pembimbing Klinik Keperawatan
Pusdiknakes (2004) dalam Martono (2009), menetapkan tugas yang dapat
dikerjakan pembimbing klinik dalam rangka kegiatan pembelajaran praktek klinik
yaitu :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran praktek klinik
2. Menentukan indikator pencapaian target kompetensi praktek
3. Mengidentifikasi tempat praktek klinik
4. Mengidentifikasi dan menentukan peralatan atau sumber yang diperlukan selama
pembelajaran praktek klinik
5. Memfasilitasi mahasiswa memperoleh target kompetensi dan alat-alat yang
digunakan
6. Memecahkan masalah belajar praktek
7. Membangkitkan dan mendorong semangat mahasiswa selama mengikuti
pembelajaran praktek klinik dan menghargai kerja mahasiswa
8. Memberikan contoh pelayanan keperawatan terhadap pasien secara nyata kepada
mahasiswa
9. Melakukan penilaian kepada mahasiswa yang mengikuti pembelajaran praktek
klinik
14
10. Membuat laporan pembelajaran praktek klinik.
2.1.3 Peran Pembimbing Klinik Keperawatan
Berdasarkan Pedoman Bimbingan Mahasiswa Keperawatan/Kebidanan
RSUP Sanglah Denpasar (2010), peran pembimbing klinik yaitu sebagai narasumber,
perencana, fasilitator, motivator, role model, demonstrator, evaluator dan change
agent.
Peran dalam bidang dunia keperawatan merupakan cara untuk menyatakan
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan, penelitian dan
dapat mengembangkan asuhan keperawatan dalam membina kerjasama dari tenaga
kesehatan lainnya serta dapat memenuhi kebutuhan pasien dalam melakukan
tindakan. Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam
kaitannya dengan statusnya dalam masyarakat (Asmadi, 2008). Secara umum Peran
dan fungsi Pembimbing klinik menurut Asmadi (2008), yaitu :
1. Sebagai educator (guru/pendidik)
Sebagai pendidik, perawat berperan dalam mendidik Memberi pendidikan dan
pemahaman kepada mahasiswa dalam bentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik
keperawatan. Biasanya dalam ruang perawat dikenal dengan pembimbing klinik yang
berperan dalam memberikan pendidikan kepada para mahasiswa keperawatan yang
sedang menjalankan praktek keperawatannya di RS / Puskesmas.
15
2. Sebagai care giver (pemberi asuhan keperawatan)
Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan
pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien,
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi: melakukan pengkajian
dalam upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakkan diagnosa
keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan
sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah/cara
pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan.
3. Sebagai Role Model
Perawat sebagai pembimbing klinik harus dapat memberikan contoh yang
baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan di contoh oleh
masyarakat. Selain itu perawat juga dapat memberikan contoh yang baik kepada
peserta didik atau mahasiswa tentang bagaimana cara bertingkah laku maupun dalam
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar.
Menurut Soeratri (2013), peran seorang pembimbing klinik keperawatan
sebagai educator dalam praktek klinik keperawatan dibagi menjadi 4 yaitu:
16
1. Sumber informasi
Sebagai sumber informasi seorang pembimbing klinik keperawatan harus
memiliki pengetahuan/keterampilan/pengalaman lebih banyak dalam hal praktek
klinik keperawatan dibandingkan mahasiswa. Selain itu pembimbing klinik
keperawatan juga dapat dijadikan sumber informasi yang dapat dihandalkan yang
diperkaya dengan modul-modul seperti SAK sebagai acuan membimbing mahasiswa.
2. Sebagai motivator
Sebagai pembimbing klinik keperawatan sebaiknya dapat menjadi motivator
bagi mahasiswanya dengan menggunakan pendeketan ARDS yaitu attention
(memberikan perhatian kepada mahasiswa), relevance (memiliki keterkaitan antara
ilmu dengan motivasi), convidence (memiliki rasa percaya diri), satisfaction (ilmu
yang diberikan kepada mahasiswa dapat menimbulkan rasa puas bagi seorang clinical
instructor).
3. Sebagai Fasilitator
Sebagai seorang pembimbing klinik keperawatan diharapkan tidak hanya
mengajar mahasiswa tetapi mampu memfasilitasi mahasiswa untuk mencapai target
kompetensi yang ditetapkan.
4. Sebagai Evaluator
Pembimbing klinik keperawatan diharapkan mampu mengevaluasi apakah
yang dicapai mahasiswa telah sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan.
17
Pembimbing klinik keperawatan juga harus mampu merencanakan, melaksanakan,
dan mengevaluasi hasil belajar mahasiswa dan mengevaluasi proses belajar mengajar.
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Peran Pembimbing Klinik Keperawatan
Peran dipengaruhi oleh berbagai faktor dibawah ini yang terkait dengan
pengetahuan yang harus dimiliki sebagai sumber peran. Faktor tersebut terdiri dari
faktor internal dan eksternal, yaitu:
1. Faktor Internal
a. Pendidikan.
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain
terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa
semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang memperoleh informasi
pula mereka menerima informasi, dan pada akhimya makin banyak pula pengetahuan
yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan
nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
c. Umur
Umur dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada
aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada
18
empat kategori perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya
ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ.
Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan
dewasa.
d. Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan
pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
f. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang
baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap
obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis timbul kesan yang sangat
mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula
membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
2. Faktor Eksternal
a. Kebudayaan
Lingkungan sekitar, kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukkan sikap kita. Apabila dalam suatu
wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat
mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan
19
lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukkan sikap
pribadi atau sikap seseorang.
b. Informasi
Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang
memperoleh pengetahuan yang baru (Hannie, 2007).
2.1.5 Tugas Pembimbing Klinik Keperawatan
Berdasarkan Pedoman Bimbingan Mahasiswa Keperawatan/Kebidanan RSUP
Sanglah Denpasar (2010), tugas seorang pembimbing klinik yaitu:
1. Melakukan orientasi ruangan, pasien, alat, tata tertib, SOP dan hal lain sesuai
dengan kondisi ruangan
2. Membagi mahasiswa sesuai dengan target kompetensi dan situasi ruangan
3. Bersama CT membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
mahasiswa dan melakukan evaluasi
4. Menandatangani pencapaian target kompetensi mahasiswa
2.1.6 Pengukuran Peran
Menurut Azwar (2005), pengukuran peran dapat dilakukan dengan
menggunakan Skala Likert. Cara untuk memberi interpretasi terhadap skor individual
adalah membandingkan skor tersebut dengan harga rata-rata skor kelompok dimana
responden tersebut termasuk. Menurut Riwidikdo (2009), ketentuan pembagian
tersebut menggunakan aturan normatif yang menggunakan rata-rata (mean) dan
20
simpangan baku (standar deviasi). Apabila kita mengkategorikan dalam lima
kategori, sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang, maka parameter yang
digunakan yaitu:
1. Sangat baik, bila x > mean + 1,5 SD
2. Baik, bila mean + 0,5 SD < x < mean +1,5 SD
3. Cukup baik, bila mean – 0,5 SD < x < mean + 0,5 SD
4. Kurang baik, bila mean – 0,5 SD < x < mean + 0,5 SD
5. Sangat kurang Baik, bila x < mean – 1,5 SD
Mean adalah jumlah nilai seluruh responden dibagi jumlah responden
SD= ∑x2 – ( ∑xi )2
n
n-1
Keterangan:
SD: Standar Deviasi
xi: Jumlah seluruh nilai responden
n: jumlah seluruh responden (Riwidikdo, 2009).
2.1.7 Kompetensi Pembimbing Klinik Keperawatan
Menurut Soeratri (2013), seorang pembimbing klinik keperawatan harus
mempunyai 4 kompetensi, yaitu:
21
1. Kompetensi professional
Seorang pembimbing klinik keperawatan harus ahli dibidangnya dengan
kriteria, yaitu berpendidikan formal tertentu, pernah mengikuti pelatihan tertentu
dalam jenis dan jumlah yang ditetapkan dan memiliki pengalaman dalam bidang
tertentu (linier) dalam kurun waktu tertentu. Kompetensi yang harus dimiliki yaitu
menguasasi materi keilmuan, merencanakan melaksanakan dan melakukan penelitian.
2. Kompetensi pedagogic
Pembimbing klinik keperawatan harus mempunyai kemampuan merancang
kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengevaluasi kegiatan
pembelajaran, mengelola kelas, serta memanfaatkan hasil penelitian untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Kompetensi kepribadian
Pembimbing klinik keperawatan harus memiliki nilai, komitmen, etika
professional yang mempengaruhi perilaku terhadap sejawat, mahasiswa dan
karyawan lainnya. Sub kompetensi yang harus dimiliki yaitu empati, berpandangan
positif, genuine (bersikap wajar dan terbuka) serta berorientasi pada tujuan.
4. Kompetensi sosial
Pembimbing klinik keperawatan memiliki kemampuan melakukan hubungan
sosial dengan semua pihak untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Sub
kompetensi yang harus dimiliki, yaitu menghargai keragaman budaya, menyajikan
pendapat, menghargai pendapat orang lain dan membangun suasana kelas.
22
2.1.8 Kriteria Pembimbing Klinik Keperawatan
Pembimbing klinik diharapkan memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut
(Hidebrand, 1971 dalam Asyahadi, 2004):
1. Profesional dalam keterampilan yang diajarkan
2. Mendorong mahasiswa untuk mempelajari keterampilan baru
3. Meningkatkan komunikasi yang terbuka (2 arah)
4. Memberikan umpan balik segera
5. Mengatur stress para mahasiswa
6. Memusatkan pada keberhasilan mahasiswa bukan pada kegagalan
7. Sabar dan mendukung
8. Memberi penghargaan dan dukungan positif
9. Memperbaiki kesalahan mahasiswa tapi tetap mempertahankan rasa harga diri
10. Mendengar aktif
11. Memberi kesempatan untuk istirahat
12. Mengamati respon peserta didik
13. Memberi pujian
Sedangkan berdasarkan pedoman bimbingan mahasiswa keperawatan/
kebidanan RSUP Sanglah Denpasar (2010), kriteria seorang pembimbing klinik yaitu:
1. pembimbing klinik ditentukan oleh bidang keperawatan masing-masing rumah
sakit
23
2. Latar belakang pendidikan D3 Keperawatan ditambah pengalaman kerja minimal
5 tahun dibidangnya atau S1/D4 Keperawatan dengan pengalaman kerja minimal
3 tahun
3. Memiliki sertifikat pembimbing klinik.
2.1.9 Karakteristik Pembimbing Klinik Keperawatan
Menurut Ngalim (2007), karakteristik dari seorang pembimbing klinik yang
efektif dapat dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu :
1. Pengetahuan dan kompetensi klinik
Pengetahuan dan kompetensi klinik disini meliputi pengetahuan akan ilmu
keperawatan yang dimiliki pengajar harus luas dan memahaminya secara mendalam.
Disamping ilmu keperawatan yang diberikan kepada peserta didik, pengajar juga
harus memiliki pengetahuan akan materi-materi yang berhubungan dengan hal itu.
Kemampuan untuk menganalisa teori dan mengumpulkannya dari berbagai sumber,
menitikberatkan pada pemahaman, kemauan untuk mendiskusikan dengan peserta
didik mengenai pandangan atau pendapat yang berkaitan dengan bimbingan. Pengajar
klinik yang efektif juga berperan sebagai perawat pelaksana (clinician).
Mempertahankan kompetensi klinik sangat penting, diantaranya untuk dapat
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik.
2. Hubungan interpersonal dengan peserta didik
Kemampuan dalam berinteraksi dengan para peserta didik dan tenaga
kesehatan lain juga merupakan perilaku dari pengajar yang efektif. Disamping itu
24
kemampuan untuk menyatukan kelompok-kelompok dari peserta didik ke dalam
kesatuan dan membangun respek serta mengadakan hubungan yang baik antara
pengajar dengan peserta didik.
3. Kemampuan membimbing
Kemampuan dalam membimbing termasuk diantaranya kemampuan
kebutuhan proses bimbingan bagi peserta didik, merencanakan bahan bimbingan
(plan instruction) dalam tiap-tiap bagian atau pokok bahasan dan tujuan yang harus
dicapai, dan mengevaluasi proses bimbingan. Seorang pengajar yang efektif juga
memberikan informasi yang terstruktur, memberikan penjelasan yang lengkap dan
langsung kepada peserta didik, menjawab pertanyaan secara jelas,
mendemonstrasikan prosedur dan beberapa proses perawatan lainnya dengan efektif.
Pembimbing klinik juga harus mampu mengkomunikasikan atau mentransfer
pengetahuan ke peserta didik.
4. Karakteristik pribadi
Karakteristik pribadi dapat mengasosiasikan antara dinamisasi dari program
studi dengan semangat untuk pengajaran di area klinik. Pengamatan yang tajam atau
kepandaian dalam memutuskan dan semangat tersebut bisa didapat jika merasa
nyaman bekerja dengan para peserta didik dan memiliki kepercayaan diri terhadap
kemampuan mengajarnya dan keterampilan kliniknya. Penelitian lain menyatakan
karakteristik lainnya yaitu bersahabat, dapat memahami, mendukung, dan
25
bersemangat tinggi, kejujuran, kemampuan untuk mengakui kesalahan dan
keterbatasan serta kekurangan dalam pengetahuan.
2.2 Kepuasan Mahasiswa dalam Praktek Lapangan Klinik Keperawatan
2.2.1 Pengertian Kepuasan
Menurut Kotler dalam Supranto (2006), kepuasan adalah tingkat keadaan
yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan
atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang.
Kepuasan pelanggan adalah merupakan evaluasi purna beli dimana alternative yang
dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui
harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh
tidak memenuhi harapan pelanggan (Irawan, 2007). Menurut Oliver dalam Tjiptono
(2007), kepuasan adalah perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja/hasil
yang dirasakannya dengan harapannya. Day dalam Azrul (2006), menyatakan bahwa
kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi
ketidaksesuaian/diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (norma
atau kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya.
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan
Menurut Hidayat (2007), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar hal ini kaitannya dengan
pelaksanaan bimbingan klinik dalam proses pembelajaran yaitu:
26
1. Persepsi Mahasiswa
Cara pandang mahasiswa terhadap materi yang diberikan, baik materi secara
langsung dimeja kuliah maupun materi saat pelaksanaan bimbingan lapangan.
Persepsi mahasiswa disini dipengaruhi oleh banyak hal antara lain: pengetahuan,
kebudayaan, sikap dan motivasi
2. Profesionalisme Dosen/Pendidik
Kemampuan pembimbing untuk memberikan bimbingan yang berkualitas,
kemampuan atas pengetahuan, keramah-tamahan, kesopanan dan kemampuan
komunikasi yang baik.
3. Akses Informasi
Kemudahan dalam memperoleh akses informasi yang dibutuhkan oleh
mahasiswa bepengaruh pada kepuasan mahasiswa terhadap pelaksanaan proses
belajar mengajar. Informasi memegang peran yang penting dalam menyokonng
kelancaran proses pembelajaran, sehingga apa yang menjadi tujuan dan target
mahasiswa akan terpenuhi.
4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar mahasiswa
maupun yang mendukung proses bimbingan sangat mempengaruhi kepuasan
mahasiswa. Sarana dan prasarana yang lengkap serta modern sangat diharapkan agar
mehasiswa merasakan kenyamanan dalam proses bimbingan.
27
2.2.3 Tingkat Kepuasan
Tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara penampilan yang
dirasakan dan harapan. Ada tiga tingkat kepuasan yaitu bila penampilan kurang dari
harapan maka pelanggan tidak puas, bila penampilan sebanding dengan harapan maka
pelanggan puas, dan apabila penampilan melebihi harapan maka pelanggan merasa
sangat puas atau senang (Wijono, 2009). Puas atau tidak puas tergantung pada sikap
terhadap ketidaksesuaian (rasa senang atau tidak senang) dan tingkatan daripada
evaluasi (baik atau tidak) untuk dirinya, melebihi atau di bawah standar (Wijono,
2009).
2.2.4 Komponen Tingkat Kepuasan
Kotler dalam Supranto (2006), menentukan lima komponen yang
menentukan kualitas mutu pelayanan (dimensi kepuasan). Kelima dimensi ini dikenal
sebagai SERQUAL (Irawan, 2002). Konsep ini paling banyak dipakai sekarang yaitu :
1. Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan
janji yang ditawarkan. Dalam bimbingangan klinik reliability dapat berupa
kemampuan dosen atau pengajar dalam memberikan jasa sesuai dengan yang
dijanjikan. Dalam hal ini yaitu kemampuan pembimbing klinik keperawatan
dalam memberikan pelayanan kepada mahasiwa yang dapat berupa bimbingan
dalam pelaksanaan praktek klinik keperawatan
2. Responsiveness, yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu
pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap yang meliputi :
28
kesigapan petugas dalam melayani klien, kecepatan petugas dalam menangani
transaksi dan penanganan keluhan klien. Dalam bimbingangan klinik komponen
responsiveness dapat berupa kemauan dari dosen membantu mahasiswa dan
memberikan jasa dengan cepat dan berkualitas, termasuk dalam menanggapi
keluhan yang dihadapi mahasiswa. Dalam hal ini peran pembimbing klinik
diharapkan dapat memberikan pelayanan berupa bimbingan yang cepat dan
berkualitas.
3. Assurance, meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk
secara tepat, kualitas keramah-tamahan, perhatian, dan kesopanan dalam
memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan
kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.
Dalam bimbingangan klinik komponen assurance dapat berupa kemampuan
pembimbing klinik untuk memberikan keyakinan kepada mahasiswa bahwa
jasa yang diberikannya telah sesuai dengan ketentuan dan berkualitas,
kemampuan atas pengetahuan, kualitas keramah-tamahan, perhatian, dan
kesopanan dalam memberikan pelayanan
4. Emphaty, yaitu perhatian secara individual yang diberikan kepada pelanggan
yaitu meliputi kemudahan pelanggan memanfaatkan jasa, kemampuan
komunikasi untuk menyampaikan informasi pada pelanggan dan pemahaman
terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dalam bimbingangan klinik
komponen emphaty dapat berupa kesediaan pembimbing klinik untuk lebih
29
peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada mahasiswa serta
kemampuan CI dalam berkomunikasi
5. Tangibles, meliputi penampilan fisik seperti gedung dan ruangan, tersedianya
tempat parkir, kebersihan, kerapian dan kenyamanan ruangan, kelengkapan
peralatan komunikasi dan penampilan karyawan. Dalam bimbingangan klinik
komponen tangibles dapat berupa persepsi mahasiswa terhadap penampilan
fasilitas fisik, peralatan dan berbagai materi komunikasi yang diperoleh selama
praktek klinik keperawatan.
2.2.5 Pengukuran Tingkat Kepuasan
Pengukuran kepuasan erat hubungannya dengan mutu produk (barang atau
jasa). Produk dikatakan bermutu apabila produk tersebut dapat memenuhi
kebutuhannya. Mengukur tingkat kualitas jasa berarti mengevaluasi/membandingkan
kinerja suatu jasa dengan seperangkat standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Metode yang sampai saat ini dianggap paling tepat untuk mengukur kualitas jasa
adalah dengan menggunakan kuesioner kepuasan pelanggan (Supranto, 2006). Cara
terbaik untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan yang sudah disusun dalam
bentuk kuesioner adalah dengan menanyakan secara langsung kepada para pelanggan
yang sudah berpengalaman menggunakan jasa tertentu. Dalam hal ini mutu produk
dari jasa tersebut adalah mutu dari pelaksanaan praktek keperawatan, sehingga objek
dari mutu tersebut adalah mahasiswa keperawatan. Untuk mengukur tingkat kepuasan
mahasiswa tentang praktek klinik keperawatan dapat dilakukan menanyakan secara
30
langsung kepada mahasiswa yang praktek di tempat tersebut. Mahasiswa
diwawancarai dari dua segi yaitu dari harapan mahasiswa dan dari kenyataan yang
dia alami. Menurut Riwidikdo (2009), ketentuan pembagian kategori suatu skor
penelitian menggunakan aturan normatif yang menggunakan rata-rata (mean) dan
simpangan baku (standar deviasi). Apabila kita mengkategorikan dalam lima
kategori, sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang, maka parameter yang
digunakan yaitu:
1. Sangat puas, bila x > mean + 1,5 SD
2. Puas, bila mean + 0,5 SD < x < mean +1,5 SD
3. Cukup puas, bila mean – 0,5 SD < x < mean + 0,5 SD
4. Kurang puas, bila mean – 0,5 SD < x < mean + 0,5 SD
5. Sangat kurang puas, bila x < mean – 1,5 SD
Mean adalah jumlah nilai seluruh responden dibagi jumlah responden
SD= ∑x2 – ( ∑xi )2
n
n-1
Keterangan:
SD: Standar Deviasi
xi: Jumlah seluruh nilai responden
n: jumlah seluruh responden (Riwidikdo, 2009).
31
2.2.6 Teknik Analisa Tingkat Kepuasan
1. Metode ServQual
Menurut Irawan (2007), metode yang banyak digunakan untuk
mendapatkan indeks kepuasan pelanggan dengan metode ServQual. Dengan metode
ini, dilakukan pengukuran terhadap lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu reliability,
responsiveness, assurance, empathy, dan tangible, kemudian 5 dimensi ini dijabarkan
dalam atribut yang total berjumlah 22 atribut. Tidak ada keharusan bagi perusahaan
untuk selalu menggunakan 22 atribut tersebut. Atribut dapat ditambahkan atau
dikurangi sesuai dengan kondisi dari industri masing-masing. Salah satu ciri khas dari
indeks kepuasan pelanggan yang dihasilkan oleh ServQual ini adalah perhitungan
berdasarkan gap. (Irawan, 2007).
2. Analisa kuadran/Importance-Performance Analysis
Untuk menganalisis data Tingkat Kepuasan dipergunakan metode deskriptif
kualitatif-kuantitatif, John A. Martila and John C, James, 1977 dalam Supranto
(2006), dengan menggunakan Importance-Performance Analysis atau Analisis
Tingkat Kepentingan dan Kinerja/kepuasan pelanggan. Dalam hal ini digunakan skala
likert. Untuk tingkat kepentingan/harapan pasien terdiri dari sangat penting, penting,
cukup penting, kurang penting, dan tidak penting. Sedangkan untuk
kinerja/pengalaman diberikan lima penilaian yaitu sangat baik, baik, cukup baik,
kurang baik, dan tidak baik.
32
Selanjutnya sumbu mendatar (X) akan diisi oleh rerata skor tingkat kinerja/
pengalaman, sedangkan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh rerata skor tingkat
harapan/kepentingan. Selanjutnya hasil perhitungan rata-rata skor tersebut diplot
nilainya pada Diagram Kartesius yang merupakan suatu bangun yang dibagi atas
empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada
titik-titik (X,Y) dimana X merupakan rerata dari rerata skor tingkat kinerja/
pelaksanaan dan Y rerata dari rerata skor tingkat harapan kepentingan.
Diagram Kartesius
Kinerja/pengalaman (x)
Harapan/kepentinga
n (y)
PRIORITAS UTAMA
A
PERTAHANKAN
B
PRIORITAS RENDAH
C
BERLEBIHAN
D
Gambar 1. Diagram Kartesius
Keterangan :
A. Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi keputusan
pelanggan, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun
manajemen belum melaksanakannya sesuai keinginan pelanggan. Sehingga
mengecewakan/tidak puas
B. Menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan perusahaan,
untuk itu wajib dipertahankan. Dianggap sangat penting dan sangat memuaskan.
Sumber: John A. Martila and John C, James (1977) dalam Supranto (2006)
33
C. Menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan,
pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja. Dianggap kurang penting dan
kurang memuaskan.
D. Menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang penting, akan tetapi
pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat memuaskan
(Supranto, 2006).
2.2.7 Pengertian Praktek Lapangan Klinik Keperawatan
Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui
kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam
memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan
tanggung jawabnya (Nursalam, 2011). Menurut Poerwadarminta (2004), dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Klinik adalah rumah sakit atau lembaga kesehatan
tempat orang berobat dan memperoleh advis medis serta tempat mahasiswa
kedokteran melakukan pengamatan terhadap kasus penyakit yang diderita para
pasien, sehingga parktek lapangan klinik keperawatan adalah tindakan mandiri yang
dilakukan mahasiswa keperawatan di rumah sakit melalui kerjasama berbentuk
kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan
keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya.
Lingkungan belajar klinik adalah suatu sarana yang dapat memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan dasar-dasar pengetahuan teori ke
34
dalam pembelajaran dengan menerapkan berbagai keterampilan intelektual dan
psikomotor yang diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan (Hidayat, 2007).
Menurut Akbar (2006), pembelajaran klinik adalah proses belajar mengajar di klinik
atau rumah sakit pendidikan untuk mendapatkan pengalaman belajar yang nyata
dalam mengatasi masalah kesehatan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Untuk itu lingkungan belajar klinik di rumah sakit sangat membantu
dalam proses pembelajaran praktek.
2.2.8 Metode Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan
Metode bimbingan praktik klinik keperawatan yang sering digunakan adalah
sebagai berikut (Ngalim, 2007):
1. Metode Observasi
Metode yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman yang nyata dengan
mengembangkan perilaku baru untuk pembelajaran masa mendatang. Metode ini
meliputi :
a. Observasi lapangan
b. Field trip (studi lapangan)
c. Ronde keperawatan
d. Metode demonstrasi
2. Metode bedside teaching
Merupakan metode bimbingan yang dilakukan di samping tempat tidur klien
dengan mempelajari klien terhadap asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien.
35
3. Metode nursing clinic
Metode nursing clinic adalah metode penyajian pasien dengan menggunakan
kehadiran seorang pasien yang dipilih sebagai fokus diskusi kelompok dengan tujuan
dapat memberikan pengalaman langsung dalam pembahasan prinsip-prinsip dan
prosedur perawatan dari pasien.
4. Metode penugasan membuat catatan dan laporan tertulis (eksperensial)
Metode yang digunakan dengan memberikan penugasan untuk membuat
catatan dan laporan secara tertulis di lahan praktik.
5. Metode studi asuhan keperawatan (Nursing care study)
Studi asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan pemecahan masalah
dimana peserta didik melakukan pengkajian secara mendalam dan menyeluruh
mengenai masalah klinik yang mendasari pada perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan.
2.3 Hubungan Peran Pembimbing Klinik dengan Kepuasan Mahasiswa dalam
Praktek Lapangan Klinik Keperawatan
Peran seorang pembimbing klinik dalam praktek lapangan klinik keperawatan
memegang peran penting dalam menciptakan proses pembelajaran mahasiswa
keperawatan. Seorang pembimbing klinik adalah seorang perawat yang dipilih
karena mempunyai pemahaman tentang konsep keperawatan baik teori maupun
praktis, sehingga terampil sebagai pengajar dan mempunyai komitmen sebagai
pembimbing klinik yang benar-benar memahami peran dan fungsinya dalam
36
membantu kegiatan mahasiswa. Peran pembimbing klinik dapat diukur melalui
pandangan mahasiwa yang praktek di ruangan tersebut. Peran pembimbing klinik
berkaitan dengan kepuasan mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan praktek
klinik keperawatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kotler (2000) dalam Irawan
(2007), yang menyatakan bahwa kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan
seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome
produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang. Hasil dari
membandingkan harapan dengan kenyataan tersebut dapat dinilai melalui pandangan
seseorang. Kepuasan mahasiswa yang dalam hal ini sebagai customer yang berkaitan
dengan peran pembimbing klinik adalah kepuasan terhadap pelaksanaan praktek
klinik.
Kepuasan tentang pelaksanaan praktek klinik dikaitkan dengan peran seorang
pembimbing klinik yaitu, sebagai sumber informasi memiliki pengetahuan/
keterampilan/ pengalaman lebih banyak dalam hal praktek klinik keperawatan
dibandingkan mahasiswa. Sebagai motivator dapat memberikan motivasi bagi
mahasiswanya. Sebagai Fasilitator seorang pembimbing klinik keperawatan mampu
memfasilitasi mahasiswa dan sebagai Evaluator mampu mengevaluasi apakah yang
dicapai mahasiswa telah sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan.