Upload
vuongkien
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Perikanan Budidaya
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya perikanan yang cukup besar.
Termasuk di dalamnya jenis-jenis ikan budidaya air tawar maupun air laut yang
memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi. Di sisi lain, negara kita juga memiliki
perairan daratan yang yang sangat luas yang dimanfaatkan sebagai media-media
pembudidaya ikan-ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting tersebut. Namun
sayangnya dalam perdagangan Indonesia masih tertinggal jauh dengan Negara-
negara pembudidaya ikan utama dunia seperti China, Vietnam, India, dan Taiwan,
baik dilihat dari jumlah produksi maupun nilai ekspornya.
Ikan air tawar merupakan jenis ikan yang hidup dan menghuni daratan
(inland water), yaitu perairan dengan kadar garam (salinitas) kurang dari 5 per mil
(0-5‰). Menurut Kartamihardja et.al. (2007), luas perairan daratan di Indonesia
mencapai 54 juta ha. Angka tersebut mencakup perairairan umum daratan dengan
luas sekitar 13,85 juta ha (terdiri dari sungai dan paparan banjir seluas 12 juta ha,
danau seluas 1,80 juta ha, dan waduk seluas 0,05 juta ha), rawa payau dan hutan
bakau seluas 39,5 juta ha, dan perairan budidaya seluas 0,65 juta ha (mencakup
kolam, sawah, dan tambak).
Prospek pengembangan perikanan budidaya di dunia sangat terkait dengan
peningkatan konsumsi ikan per kapita per tahun penduduk dunia yang ikut
meningkat tajam seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk.
Produksi perikanan budidaya dunia dari tahun ketahun mengalami peningkatan
yang sangat tajam. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakir, produksi perikanan
budidaya meningkat. Kondisi ini juga terjadi pada perikanan budidaya di
Indonesia. Produksi perikanan budidaya di Indonesia (budidaya air tawar, air
payau, dan laut) juga mengalami peningkatan (dari tahun 2004) pada tahun 2011.
7
Table 1. Produksi Perikanan Budidaya di Indonesia pada Tahun 2011
Pulau Air Tawar
(Ton)
Tambak
(Ton)
Laut
(Ton)
Sumatera 634.450 186.927 24.022
Jawa 819.266 535.092 496.903
Bali-Nusa Tenggara 46.779 71.425 761.977
Kalimantan 5.352 86.577 85.688
Sulawesi 73.690 718.787 2.561.976
Maluku-Papua 8.044 9340 702.261
Jumlah 1.587.581 961.239 4.632.827
Sumber : Direktorat Jendral Perikanan Budidaya 2011
Perikanan budidaya juga tak terlepas dari ketersedian air dan lahan.
Keduanya merupakan media hidup ikan dan sumber daya perikanan lainnya untuk
bisa berproses menjadi komoditi yang memiliki nilai tambah. Perikanan budidaya
air tawar di Indonesia umumnya dilakukan di kolam, sawah, bak, tangki, atau
akuarium. Selain itu juga dilakukan di perairan umum dalam bentuk pemeliharaan
dikaramba atau sangkar, karamba jarring apung, atau hampang.
2.2. Ikan Mas
Ikan Mas sangat popular dikalangan masyarakat Indonesia. Ikan mas
termasuk salah satu komoditi perikanan air tawar yang berkembang pesat dari
waktu ke waktu. Ikan mas disukai karena dagingnya yang enak, gurih, serta
mengandung protein yang cukup tinggi.
Ditinjau dari aspek pasarnya, terlihat ada kecenderungan peningkatan
permintan ikan mas konsumsi dari tahun ke tahun. Hal ini terutama terjadi di kota-
kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan beberapa kota lainnya. Dari
segi harga, biasanya harga ikan mas selalu tinggi dibandingkan dengan harga jual
ikan lainnya dipasaran. Tingginya harga juga dipengaruhi oleh tingginya tingkat
permintaan pasar.
Dilihat dari segi budidaya, keadaan ini sangat menguntungkan karena
tingginya permintaan ikan konsumsi akan diikuti oleh peningkatan permintaan
benih, baik benih yang digunakan untuk dipelihara untuk pendederan maupun
yang digunakan untuk pembesaran.
8
2.2.1. Klasifikasi Ikan Mas
Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) menurut Khairuman 2008, adalah
sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Superclass : Pisces
Class : Osteichthyes
Subclass : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinoidea
Family : Cyprinidae
Subfamily : Cyprininae
Genus : Cyprinus
Species : Cyprinus carpio Linn.
Nama Asing : common carp
Nama local : ikan mas, tomboro, masmasan (Jawa Tengah,Jawa Timur)
2.2.2. Budidaya Ikan Mas dalam Karamba Jaring Apung
Budidaya ikan mas terus berkembang, mulai dari kolam dengan perairan
mengalir deras sampai sistem karamba. Menurut Schimittou (1991), budidaya
ikan dalam karamba yaitu membesarkan ikan di dalam wadah-wadah yang
dilayangkan dalam air yang diselubungi semua sisi dan dasarnya oleh suatu
material yang menahan ikan didalamnya, dengan memungkinkan secara relative
pertukaran air bebas dan perembesan limbah ke lingkungan air disekitarnya.
Lamanya pemeliharaan ikan mas dalam sistem KJA adalah berkisar 2-8
bulan tergantung pada ukuran benih pada waktu ditebar serta berat dan ukuran
ikan yang akan dipanen. Pemanenan ikan dilakukan dengan dua cara, yaitu panen
selektif dan panen total. Panen selektif dilakukan dengan mengambil ikan
berukuran besar yang dikehendaki saja, sedangkan panen total ikan dipanen
selutuhnya (Afrianto dan Liviawaty 1998).
Lokasi yang dipilih untuk usaha budidaya ikan mas dalam KJA sebaiknya
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Harus terhindar dari adanya angin kencang.
2. Harus terhindar dari daerah yang rawan umbalan (turn over).
9
3. Penempatan KJA pada perairan dengan kedalaman minimal 5 m pada jalur
yang berarus horizontal.
4. Faktor keamanan.
5. Penempatan KJA sebaiknya di lokasi yang mudah dijangkau dan dekat
dengan pasar ikan.
6. Memiliki izin usaha.
7. Terdapat penjagaan kualitas air.
2.3. Ikan Nila
Nila merupakan salah satu komoditas penting budidaya perikanan air tawar
di Indonesia. Ikan ini merupakan ikan introduksi penting yang didatangkan secara
bertahap ke Indonesia. Nila disenangi tidak hanya karena rasa dagingnya yang
khas, tetapi juga karena laju pertumbuhan dan perkembangbiakannya yang cepat.
Selain di Indonesia, nila juga banyak dibudidayakan di Negara Asia Tenggara
lain, terutama Filiphina, Malaysia dan Thailand. Di Indonesia, ikan ini sudah
tersebar diseluruh pelosok tanah air. Satu hal yang menguntungkan adalah tekhnik
budidaya ikan nila ternyata tidak sesulit dan serumit yang dibayangkan. Selain
dapat dipelihara dikolam biasa, seperti yang umum dilakukan, nila juga bisa
dibudidayakan di berbagai media lain, seperti kolam air deras, keramba jarring
apung, sawah, bahkan tambak air payau.
2.3.1. Klasifikasi Ikan Nila
Pada awalnya, nila dimasukkan ke dalam jenis Tilapia nilotica atau ikan
dari golongan tilapia yang tidak mengerami telur atau larva didalam mulut
induknya.
Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) menurut Khairuman 2008,
adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Superclass : Pisces
Subclass : Acanthopterigii
Ordo : Perciformes
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
10
Species : Oreochromis niloticus
Nama Asing : nile tilapia
Nama local : nila
2.3.2. Budidaya Ikan Nila dalam Karamba Jaring Apung
Budidaya ikan nila tidak jauh beda dengan budidaya ikan mas. Proses
dimulai dengan pembenihan, pendederan,dan pembesaranyang dilakukan dengan
cara intensif. Intensifikasi budidaya ikan nila dilakukan dengan cara yang cepat
sehingga dapat dilakukan di KJA.
Pemeliharaan ikan nila di kolam KJA sangat mudah dilakukan. Sebab
budidaya ikan nila tidak memerlukan pakan untuk memeliharanya. Ini terjadi
karena pada budidaya ikan nila, ikan nila ditempatkan dijaring lapis kedua
(dibawah ikan mas), sehingga dapat memanfaatkan pakan dari sisa pakan pada
jarring atas. Budidaya ikan nila di KJA dilakukan selama kurang lebih 6-8 bulan
lama peliharaan. Ini terjadi karena ikan nila tidak diberikan pakan seperti ikan
mas, namun hanya memanfaatkan pakan sisa dari jaring lapis atas.
2.4. Produktivitas Perikanan
Produktivitas merupakan salah satu faktor penting penentu pertumbuhan
ekonomi. Peningkatan produktivitas juga menghasilkan peningkatan langsung
pada standar hidup yang berada dibawah kondisi yang sama dari perolehan
produktivitas dengan masukan tenaga kerja.
Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata
maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan input yang sebenarnya.
Produktivitas juga diartikan sebagai sebagai tingkatan efisiensi dalam
memproduksi barang-barang atau jasa-jasa : menurut Sinungan 2008,
“produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-
sumber dalam memproduksi barang-barang.”
Greenberg dalam Sinungan (2008) mendefinisikan produktivitas sebagai
perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas
masukan selama periode tersebut. Produktivitas juga diartikan sebagai :
1. Perbandinagn ukuran harga bagi masukan dan hasil.
11
2. Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang
dinyatakan dalam satu-satuan (unit) umum.
Dilihat dari definisi produktivitas secara umum diatas, maka yang dimaksud
dengan produktivitas perikanan adalah sumber pertumbuhan pada komoditas
perikanan yang produksinya meningkat secara signifikan (Asche et al 2007).
Menurut FAO (2008), produktivitas adalah tingkat produksi biomassa yang
dinyatakan sebagai produksi selama interval waktu tertentu. International Labour
Organization (ILO) mendefinisikan produktivitas sebagai berikut : Produktivitas
merupakan hasil integrasi 4 elemen utama, yaitu tanah (bangunan), modal, tenaga
kerja, dan organisasi.
Dari definisi-definisi di atas secara umum produktivitas mengandung
pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber
daya yang digunakan, atau dapat diformulasikan sebagai berikut :
Produktivitas = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘𝑎𝑛
Unsur-unsur yang terdapat dalam produktivitas antara lain : 1. Efisiensi.
Produktivitas sebagai rasio output/input merupakan ukuran efisiensi
pemakaian sumber daya (input). Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam
membandingkan penggunaan masukan (input) yang direncanakan dengan
penggunaan masukan yang sebenarnya terlaksana. Pengertian efisiensi
berorientasi kepada masukan .
2. Efektivitas.
Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa
jauh target yang dapat tercapai baik secara kuantitas maupun waktu. Makin besar
presentase target tercapai, makin tinggi tingkat efektivitasnya. Konsep ini
berorientasi pada keluaran. Peningkatan efektivitas belum tentu dibarengi dengan
peningkatan efisiensi dan sebaliknya. Meniurut Sinungan 2008 gabungan kedua
hal ini membentuk pengertian produktivitas dengan cara sebagai berikut :
12
Produktivitas = Efektivitas pelaksanaan tugas mencapai tujuan
Efisiensi penggunaan sumber −sumber masukan ke proses
Prinsip dalam manajemen produktivitas adalah :
Efektif dalam mencapai tujuan dan efisien dalam menggunakan sumber daya.
3. Kualitas.
Secara umum kualitas adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh
pemenuhan persyaratan, spesifikasi, dan harapan konsumen. Kualitas merupakan
salah satu ukuran produktivitas. Meskipun kualitas sulit diukur secara matematis
melalui rasio output/input, namun jelas bahwa kualitas input dan kualitas proses
akan meningkatkan kualitas output.
Bila dikelompokkan akan dijumpai tiga tipe dasar produktivitas. Tiga tipe
dasar ini merupakan model pengukuran produktivitas yang paling sederhana
berdasarkan pendekatan rasio output/input, yaitu :
1. Produktivitas Parsial.
Perbandingan dari keluaran terhadap salah satu faktor masukan. Sebagai
contoh, produktivitas tenaga kerja (perbandingan dari keluaran dan
masukan tenaga kerja) merupakan salah satu ukuran produktivitas parsial.
Pada pengukuran produktivitas parsial produktivitas unit proses secara
spesifik dapat diukur.
2. Produktivitas Faktor-Total.
Perbandingan dari keluaran dengan jumlah tenaga kerja dan modal.
Keluaran bersih adalah keluaran total dikurangi jumlah barang dan jasa
yang dibeli. Berdasarkan faktor di atas jenis input yang digunakan dalam
pengukuran produktivitas faktor total hanya tenaga kerja dan modal.
3. Produktivitas Total.
Perbandingan dari keluaran dengan jumlah keseluruhan faktor-faktor
masukan, pengukuran total produktivitas faktor mencerminkan pengaruh
bersama seluruh masukan dalam menghasilkan keluaran.
Dari ketiga jenis produktivitas, baik keluaran maupun masukan harus
dinyatakan dalam bentuk ukuran nyata berdasarkan harga konstan pada periode
13
dasar, dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh perubahan harga, sehingga
hanya jumlah dari masukan dan keluaran saja yang dipertimbangkan.
2.5. Keramba Jaring Apung Cirata
Waduk Cirata merupakan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) terbesar di
Pulau Jawa yang dibangun di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Air waduk
diperoleh dari pasokan Sungai Citarum dan Sungai Cisokan. Waduk Cirata berada
pada ketinggian 22 meter dpl (di atas permukaan laut), menempati luasan 6.200 ha
dengan kedalaman rata-rata 34,9 m. Waduk Cirata tidak hanya berfungsi sebagai
sebuah PLTA tetapi juga berkembang menjadi area budidaya ikan air tawar
khususnya ikan mas dan nila. Saat ini budidaya ikan air tawar di Waduk Cirata
telah mengalami perkembangan yang sangat cepat dengan pemeliharaan di KJA
tiap satu unit bisa mempunyai 10–20 KJA sehingga total ikan yang dapat
dihasilkan sebesar 6.450 ton ikan per tahun.
Budidaya KJA di Waduk Cirata saat ini sudah melampaui batas idealnya.
Hal ini terlihat dari semakin banyaknya keramba-keramba baru yang dibuat para
petambak. Jika secara teoritis, daya tampung untuk usaha budidaya ikan yang
ideal adalah 12.000 unit maka pada kondisi sekarang telah berdiri setidaknya
50.000 unit usaha budidaya ikan. Satu unit budidaya biasanya berupa ukuran
persegi panjang yang bisa dibagi atas beberapa kolam berukuran 7x7 m dengan
kedalaman 3 meter dalam satu atau dua lajur memanjang.
Budidaya di KJA bersifat budidaya konvensional. Pemberian pakan
dilakukan tanpa memerhatikan kondisi kualitas air. Sisa pakan banyak terlihat
mengambang di permukaan air bahkan lebih banyak sisa-sisa pakan yang berada
di dasar perairan. Kondisi ini membahayakan kelangsungan kegiatan budidaya di
Waduk Cirata karena dapat menyebabkan kematian massal ikan di Waduk
tersebut. Kematian massal ikan yang sering terjadi merugikan para pembudidaya.
Selain itu serangan virus pada ikan merupakan masalah lain yang harus dihadapi
yang disebabkan buruknya kualitas air yang ada di sana. Kematian massal ikan
sering terjadi terutama disebabkan oleh rendahnya kandunga oksigen dan
serangan virus herpes seperti beberapa waktu lalu.
14
Kegunaan melakukan budidaya di KJA adalah sebagai berikut :
1. Karamba murah dan mudah membuatnya.
2. Karamba dapat dikelola bersama.
3. Karamba mudah pemberian pakan dan penyimpannya.
4. Ikan dapat tumbuh cepat dalam karamba.
5. Karamba mudah dipanen.
Budidaya ikan dengan menggunakan KJA meliputi beberapa kegiatan,
yaitu :
a. Penebaran Benih
Waktu yang tepat untuk menebar benih adalah pada pagi hari dan hari-hari
cuaca berawan dan hujan yaitu ketika suhu kolam paling rendah.
b. Pemberian Pakan
Pakan sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan ikan.
Pemberian pakan yang kurang baik (jumlah dan mutunya) dapat
menyebabkan daya tahan tubuh menurun sehingga ikan menjadi rentan
terhadap serangan penyakit.
c. Panen
Lama pemeliharan ikan di KJA tergantung dari jenis ikan yang sedang
dipelihara. Ikan mas, 3 sampai 4 bulan sudah dapat dipanen. Panen
dilakukan dengan cara mempersempit areal jarring dengan menggunakan
tali atau bambu (pemberokan). Pemanenan ikan biasanya dilakukan pada
malam hari dan sebelum di panen ikan di puasakan selama dua hari (tidak
diberi pakan).
Dalam pembuatan KJA, perlu diperhatikan adalah kedalaman air dan
ukuran benih ikan yang dipelihara. Semakin dalam perairan maka dapat dibuat
KJA dengan ukuran yang relatif besar. Pada dasarnya teknik tersebut berupa
jarring yang digantungkan pada bambu dan drum sebagai pelampung. Kedalam
jaring kira-kira dua meter (Soemarwoto 1997).
15
1. Kerangka Karamba Jaring Apung
Kerangka (bingkai) jaring terapung dapat dibuat dari bahan kayu, bambu
atau besi yang dilapisi bahan anti karat (cat besi). Memilih bahan untuk kerangka,
sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan bahan di lokasi budidaya dan nilai
ekonomis dari bahan tersebut.
Kayu atau bambu secara ekonomis memang lebih murah dibandingkan
dengan besi anti karat, tetapi jika dilihat dari masa pakai dengan menggunakan
kayu atau bambu jangka waktu (usia teknisnya) hanya 1,5–2 tahun. Sesudah 1,5–2
tahun masa pakai, kerangka yang terbuat dari kayu atau bambu ini sudah tidak
layak pakai dan harus direnovasi kembali. Jika akan memakai besi anti karat
sebagai kerangka jaring pada umumnya usia ekonomis angka waktu
pemakaiannya relatif lebih lama, yaitu antara 4–5 tahun.
Pada umumnya pembudidaya ikan di jaring terapung menggunakan
bambu sebagai bahan utama pembuatan kerangka, karena selain harganya relatif
murah juga ketersediaannya di lokasi budidaya sangat banyak. Bambu yang
digunakan untuk kerangka sebaiknya mempunyai garis tengah 5–7 cm di bagian
pangkalnya, dan bagian ujungnya berukuran antara 3–5 cm. Jenis bambu yang
digunakan adalah bambu tali. Ada juga jenis bambu gombong yang mempunyai
diameter 12-15 cm tetapi jenis bambu ini kurang baik digunakan untuk kerangka
karena cepat lapuk.
Ukuran kerangka jaring terapung berkisar antara 5x5 m sampai 10x10 m.
Petani ikan jaring terapung di perairan cirata pada umumnya menggunakan
kerangka dari bambu dengan ukuran 7x7 m. Kerangka dari jaring apung
umumnya dibuat tidak hanya satu petak/kantong tetapi satu unit. Satu unit jaring
terapung terdiri dari empat buah petak/kantong. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 2.
16
Gambar 2. Kerangka Jaring Apung
(Sumber : Dok.Pribadi, 2013)
2. Pelampung Keramba Jaring Apung
Pelampung berfungsi untuk mengapungkan kerangka/ jaring terapung.
Bahan yang digunakan sebagai pelampung berupa drum (besi atau plastik) yang
berkapasitas 200 liter, busa plastik (stryrofoam) atau fiberglass. Jenis pelampung
yang akan digunakan biasanya dilihat berdasarkan lama pemakaian. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis pelampung dan lama pemakaian
No. Jenis Pelampung Lama Pemakaian
(Tahun)
1. Drum Besi 5
2. Drum Plastik 10
3. Busa/Styrofoam 1
Sumber : Data Primer 2013
Jika akan menggunakan pelampung dari drum maka drum harus terlebih
dahulu dicat dengan menggunakan cat yang mengandung bahan anti karat. Jumlah
pelampung yang akan digunakan disesuaikan dengan besarnya kerangka jaring
apung yang akan dibuat. Jaring terapung berukuran 7x7 m, dalam satu unit jaring
17
terapung membutuhkan pelampung antara 33–35 buah. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Pelampung Drum Besi (Sumber : Dok.Pribadi, 2013)
3. Jangkar Karamba Jaring Apung
Jangkar berfungsi sebagai penahan jaring terapung agar rakit jaring
terapung tidak hanyut terbawa oleh arus air dan angin yang kencang. Jangkar
terbuat dari bahan batu, semen atau besi. Pemberat diberi tali pemberat/tali
jangkar yang terbuat dari tambang plastik yang berdiameter sekitar 10 mm–15
mm. Jumlah pemberat untuk satu unit jaring terapung empat petak/kantong adalah
sebanyak 4 buah. Pemberat diikatkan pada masing-masing sudut dari kerangka
jaring terapung. Berat jangkar berkisar antara 50–75 kg. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Jangkar Keramba Apung (Sumber : sentra-edukasi.com, 2013)
18
4. Jaring Karamba Jaring Apung
Jaring yang digunakan untuk budidaya ikan di perairan umum, biasanya
terbuat dari bahan polyethylene atau disebut jaring trawl. Ukuran mata jaring yang
digunakan tergantung dari besarnya ikan yang akan dibudidayakan. Kantong
jaring terapung ini mempunyai ukuran bervariasi disesuaikan dengan jenis ikan
yang dibudidayakan, untuk ikan air laut ukuran kantong jaring yang biasa
digunakan berukuran mulai 2x2x2 m sampai 5x5x5 m.
Untuk jenis ikan air tawar berkisar antara 3x3x3 m sampai 7x7x2,5 m.
Untuk mengurangi resiko kebocoran akibat gigitan binatang lain, biasanya
kantong jaring terapung dipasang rangkap (doubel) yaitu kantong jaring luar dan
kantong jaring dalam. Ukuran jaring bagian luar biasanya mempunyai mata jaring
(mesh size) yang lebih besar.
Salah satu contohnya adalah sebagai berikut :
a. Jaring polyethylene no. 380 D/9 dengan ukuran mata jaring (mesh size)
sebesar 2 inch (5,08 cm) yang dipergunakan sebagai kantong jaring luar.
b. Jaring polyethylene no. 280 D/12 dengan ukuran mata jaring 1 inch (2,5
cm) atau 1,5 inch (3,81 cm) dipergunakan sebagai kantong jaring dalam.
Jaring yang mempunyai ukuran mata jaring lebih kecil dari 1 inch
biasanya digunakan untuk memelihara ikan yang berukuran lebih kecil. Di
perairan umum, khususnya dalam budidaya ikan di jaring terapung ukuran jaring
yang digunakan adalah ukuran ¾ - 2,5 cm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Ukuran mata jaring yang digunakan berdasarkan ukuran ikan yang
dibudidayakan.
No. Ukuran Mata
Jaring (cm)
Ukuran Ikan
(cm)
1. 0,5 1-2
2. 1,0 5-10
3. 2,5 20-30
4. > 2,5 > 30
Sumber : sentra-edukasi.com, 2013
19
Kantong jaring yang digunakan untuk memelihara ikan dapat diperoleh
dengan membeli jaring utuh. Dalam hal ini biasanya jaring trawl dijual dipasaran
berupa lembaran atau gulungan. Langkah awal yang harus dilakukan untuk
membuat kantong jaring adalah membuat desain/rancangan kantong jaring yang
akan dipergunakan. Ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan berkisar
antara 2x2 m sampai dengan 10x10 m.
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah memindahkan pola yang
telah dibuat langsung kejaring. Jaring tersebut dibentangkan dan dibuat pola
seperti Gambar 5.
Gambar 5. Pola jaring keramba jaring apung
(Sumber : sentra-edukasi.com, 2013)
Sebagai acuan untuk melakukan pemotongan jaring yang akan
dipergunakan untuk membuat kantong jaring terapung dapat dilihat pada Tabel 4.
20
Tabel 4. Perhitungan jumlah mata jaring yang harus dipotong dalam berbagai
ukuran kantong jaring dan mata jaring.
Ukuran kantong jaring
(p x l x t)
(m)
Ukuran mata jaring
(cm)
Ukuran kantong jaring
(p x l x t) dalam jumlah
mata jaring (m)
2 x 2 x 2 2,5 112 x 112 x 112
5 56 x 56 x 56
3 x 3 x 3 2,5 168 x 168 x 112
5 84 x 84 x 56
4 x 4 x 2 2,5 224 x 224 x 112
5 112 x 112 x 56
5 x5 x 2 2,5 280 x 280 x 112
5 140 x 140 x 56
6 x 6 x 2 2,5 336 x 336 x 112
5 168 x 168 x 56
7 x7 x 2 2,5 392 x 392 x 112
5 196 x 196 x 56
8 x 8 x 2 2,5 448 x 448 x 112
5 224 x 224 x 56
9 x 9 x 2 2,5 504 x 504 x 112
5 252 x 252 x 56
10 x 10 x 2 2,5 560 x 560 x 112
5 280 x 280 x 56
Sumber : sentra-edukasi.com, 2013
5. Pemberat Keramba Jaring Apung
Pemberat yang digunakan biasanya terbuat dari batu atau timah yang
masing-masing beratnya antara 2–5 kg. Fungsi pemberat ini agar jaring tetap
simetris dan pemberat ini diletakkan pada setiap sudut kantong jaring terapung.
6. Tali atau Tambang Keramba Jaring Apung
Tali atau tambang yang digunakan biasanya disesuaikan dengan kondisi
perairan pada perairan tawar adalah tali plastik yang mempunyai diameter 5–10
mm, sedangkan pada perairan laut tali / tambang yang digunakan terbuat dari
nilon atau tambang yang kuat terhadap salinitas.Tali/tambang ini dipergunakan
sebagai penahan jaring pada bagian atas dan bawah. Tali tambang ini mempunyai
istilah lain yang disebut dengan tali ris.
21
Panjang tali ris adalah sekeliling dari kantong jaring terapung. Misalnya,
kantong jaring terapung berukuran 7x7x2 m maka tali risnya adalah 7x4 = 28 m.
Dengan dikalikan empat karena kantong sisi jaring terapung adalah empat sisi.
Khusus untuk tali ris pada bagian atas sebaiknya dilebihkan 0,5 m untuk setiap
sudut. Jadi tali risnya mempunyai panjang 28 m + (4x0,5 m) = 30 m. Hal ini untuk
memudahkan dalam melakukan aktivitas kegiatan operasional pada saat
melakukan budidaya ikan.