22
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode Mengajar A.A. Gede Agung (1999 : 1) mengatakan “metode berasal dari kata methodos. Secara etimologis metodos berasal dari kata metha artinya dilalui dan thodos artinya jalan. Metode adalah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan”. Metode merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Di dalam dunia pendidikan terdapat berbagai jenis metode yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan di dalam kegiatan belajar mengajar. “Metode mengajar adalah kegiaran guru untuk mencapai tujuan tertentu” (Nasution, 1982 : 43). Dalam proses pembelajaran guru melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendapat tersebut juga didukung oleh Syaiful Bahri Djamalah dan Aswan Zain (1995 : 53) yang mengatakan bahwa metode mengajar adalah ”strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan”. Menurut Nana Sudjana (1989 : 76) metode mengajar adalah “cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pelajaran” Guru dan siswa mengadakan hubungan pada saat pembelajaran. Hendaknya guru menggunakan cara-cara yang tepat supaya terjadi hubungan yang kondusif sehingga tujuan tercapai. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah suatu cara yang harus ditempuh atau dilalui di dalam menyampaikan suatu materi untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu situasi pendidikan atau pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Wujud interaksi pengajaran melalui beberapa pendekatan menghendaki adanya pertimbangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

  • Upload
    lekhanh

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode Mengajar

A.A. Gede Agung (1999 : 1) mengatakan “metode berasal dari kata methodos. Secara etimologis metodos berasal dari kata metha artinya dilalui dan thodos artinya jalan. Metode adalah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan”.

Metode merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Di dalam dunia pendidikan terdapat berbagai jenis metode yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan di dalam kegiatan belajar mengajar.

“Metode mengajar adalah kegiaran guru untuk mencapai tujuan tertentu” (Nasution, 1982 : 43). Dalam proses pembelajaran guru melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendapat tersebut juga didukung oleh Syaiful Bahri Djamalah dan Aswan Zain (1995 : 53) yang mengatakan bahwa metode mengajar adalah ”strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan”.

Menurut Nana Sudjana (1989 : 76) metode mengajar adalah “cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pelajaran” Guru dan siswa mengadakan hubungan pada saat pembelajaran. Hendaknya guru menggunakan cara-cara yang tepat supaya terjadi hubungan yang kondusif sehingga tujuan tercapai.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah suatu cara yang harus ditempuh atau dilalui di dalam menyampaikan suatu materi untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu situasi pendidikan atau pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Wujud interaksi pengajaran melalui beberapa pendekatan menghendaki adanya pertimbangan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

5

yang kuat atas keunikan dan keragaman peserta didik. Seorang guru sudah barang tentu dituntut kemampuannya untuk menggunakan berbagai metode mengajar secara bervariasi. Metode mengajar merupakan cara-cara yang ditempuh guru unuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.

2.1.2 Jenis-Jenis Metode Mengajar Jenis-jenis metode mengajar menurut Syaiful Bahri Jamarah dan

Aswan Zain (1995 : 93) adalah 1) Metode Proyek yaitu metode pengajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah dan dipecahkan secara keseluruhan dan bermakna, 2) metode eksprimen yaitu cara penyajian pelajaran melalui percobaan, 3) metode tugas, yaitu cara penyajian pelajaran melalui percobaan, 4) metode penugasan latihan yaitu memberian pertanyaan problematic kepada siswa untuk dibahas dan dipecahkan bersama, 5) metode sosiodrama yang dilakukan dengan cara mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial, 6) metode demonstrasi yaitu cara penyajian pelajaran dengan cara meragakan kepada siswa tentang suatu proses disertai penjelasan lisan, 7) metode problem solving dimana siswa mencari jalan keluar dari suatu masalah, metode karyawisata dengan mengajak siswa meninjau obyek tertentu, 9) metode tanya jawab dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, 10) metode latihan yang digunakan untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, 11) metode ceramah yang digunakan untuk menyampaikan keterangan/informasi/uraian tentang sesuatu secara lisan.

Nana Sudjana (1987 : 76) menambahkan lagi 5 jenis metode mengajar yaitu 1) metode simulasi yang dilakukan melalui perbuatan yang bersifat pura-pura, 2) metode survai masyarakat yaitu cara memperoleh informasi dengan jalan observasi dan komunikasi langsung, 3) metode piersource person (manusia sumber) yaitu dengan mendatangkan orang luar yang mempunyai keahlian sumber, 4) metode sistem regu yaitu cara mengajar dimana sebuah kelompok siswa diajar oleh 2 orang guru atau lebih, 5) metode

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

6

kerja kelompok yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan secara berkelompok.

“Diantara sekian banyak metode mengajar yang dikenal guru, ada 10 metode mengajar yaitu “metode ceramah, Tanya jawab, penugasan latihan, kerja kelompok pemberian tugas, demonstrasi, ekperimen, simulasi, inkuiri dan metode pengajaran unit/ pembelajaran teroadu” (Mulyani Sumantri dan Johan Permana, 1998/1999 : 134).

Dari beberapa jenis metode tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan akan dapat tercapai dengan baik sangatlah tergantung pada tepat tidaknya guru tersebut menggunakan metode pada mata pelajaran tertentu. Tujuan-tujuan pendidikan pembelajaran dan jenis mata pelajaran menentukan metode apa sebaiknya digunakan. Setiap mata pelajaran tertentu mempunyai metode tertentu sesuai dengan kekhususan mata pelajaran tersebut. Oleh sebab itu guru hendaknya dapat menentukan metode apa yang paling efisien bagi pelajarannya sehingga tujuan pengajaran tercapai secara baik.

Perlu diketahui bahwa tidak ada satupun metode yang dapat dianggap lebih sempurna dari pada yang lain. Masing-masing metode memunyai keunggulan dan kekurangannya. Karena itu dalam proses pembelajaran dapat digunakan lebih dari satu metode. Dalam penelitian ini metode yang dikaji dibatasi hanya pada metode tugas dan latihan.

2.1.3 Metode Tugas

Metode ini sangat cocok diberikan untuk mengimbangi bahan pelajaran yang sangat banyak sementara waktu sedikit.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (1995 : 96) mengatakan bahwa “metode tugas adalah cara penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar bisa melakukan kegiatan belajar”. Masalah tugas yang dilakukan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, halaman sekolah di perpustakaan, di bengkel, di Laboratorium, di rumah siswa atau dimana saja asal tugas itu dapat dikerjakan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

7

Tugas tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara berkelompok

Tugas yang dapat diberikan kepada anak didik ada berbagai jenis, karena itu tugas sangat banyak macamnya, tergantung pada tujuan yang akan dicapai, seperti tugas meneliti, menyusun laporan (lisan/tulisan), tugas di laboratorium dan lain-lain. Menurut Nana Sudjana (1987 : 81) mengatakan ada beberapa langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode tugas yaitu : a. Fase Pemberian Tugas

Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbang-kan 1. Tujuan yang akan dicapai 2. Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang

ditugaskan tersebut 3. Sesuai dengan kemampuan siswa 4. Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa 5. Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut

b. Langkah Pelaksanaan Tugas 1. Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru 2. Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja 3. Diusahakan / dikerjakan oleh siswa sendiri tidak menyuruh orang

lain 4. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan

baik dan sistematik c. Mempertanggung jawabkan tugas

Hal yang harus dikerjakan adalah : 1. Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apad yang telah

dikerjakannya 2. Ada Tanya jawab/penugasan latihan kelas 3. Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes

atau cara lainnya.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

8

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (1995 : 98) mengatakan metode tugas mempunyai kelebihan dan kekurangan adalah sebagai berikut : 1. Kelebihannya :

a) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual/ kelompok

b) Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar penugasan guru c) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa d) Dapat mengembangkan kreativitas siswa

2. Kekuranganya a) Siswa sulit dikontrol apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah

orang lain b) Khusus untuk tugas kelompok yang aktif mengerjakan dan menyelesaian

adalah anggota tertentu saja. Sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik

c) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa

d) Sering memberikan tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa

Melihat kelebihan dan kekurangan dari metode tugas tersebut, bila

dikaitkan dengan nilai siswa sangatlah mendukung. Dengan metode tugas akan bisa membangkitkan semangat belajar siswa, mandiri, bertanggung jawab dan penuh kreatif, hal ini akan bisa memcapai nilai yang baik. Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1998/1999 :151) mengatakan ”metode tugas mempunyai kekuatan dan keterbatasan, yaitu sebagai berikut”. 1. Kekuatan metode tugas :

a) Membuat peserta didik aktif belajar b) Merangsang peserta didik belajar lebih banyak, baik dekat dengan

guru maupun pada saat jauh dari guru di dalam sekolah maupun di luar sekolah

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

9

c) Mengembangkan kemandirian peserta didik d) Lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas pandangan

tentang apa yang dipelajari e) Membina kebiasaan peserta didik untuk mencari mengolah sendiri

informasi dan komunikasi f) Membuat peserta didik dan bergairah belajar karena dapat dilakukan

dengan bervariasi g) Membina tanggung jawab dan disiplin siswa h) Mengembangkan kreativitas peserta didik

2. Keterbatasan metode tugas a) Sulit mengontrol peserta didik apakah belajar sendiri atau dikerjakan

orang lain b) Sulit memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu

peserta didik c) Tugas yang monoton dapat membosankan peserta didik d) Tugas yang banyak sering dapat membuat beban dan keluhan

peserda didik e) Tugas kelompok dikerjakan oleh orang tertentu atau peserta didik

yang rajin dan pintar. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

penggunaan metode penugasan adalah untuk merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun kelompok.

Setelah Tanya jawab atau ceramah diketahui bahan-bahan yang perlu mendapatkan penekanan dan harus dikuasai peserta didik oleh karena itu guru memberikan tugas dengan alasan agar peserta didik dapat belajar sendiri atau berkelompok mencari pengayaan atau sebagai tindak lanjut dari kegiatan sebelumnya. Metode penugasan menjadi salah satu cara penyampaian pengajaran untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban-jawaban atau tugas yang diberikan guru.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

10

2.1.4 Metode Latihan Metode latihan yang disebut juga metode training, merupakan suatu cara

mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan.

Sebagai suatu metode yang diakui banyak mempunyai kelebihan, juga tidak dapat disangkal bahwa metode latihan mempunyai beberapa kelemahan.

Maka dari itu, guru yang ingin mempergunakan metode latihan ini kiranya tidak salah bila memahaini karakteritik metode ini Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (1995 : 108) mengatakan kelebihan dan kekurangan metode latihan adalah sebagai berikut :

a) Kelebihan Metode Latihan 1. Untuk memperoleh kecakapan motoris seperti menulis, melafalkan

huruf, kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat dan terampil menggunakan alat olahraga

2. Untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian menjumlahkan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda dll.

3. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan symbol membaca peta dan sebagainya

4. Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan

5. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya

6. Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang komplek, ruinit, menjadi lebih otomatis

b) Kelemahan Metode Latihan 1. Menghambat bakat dan inisiatif siswa karena siswa lebih banyak

dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian 2. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

11

3. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah dan membosankan

4. Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis 5. Dapat menimbulkan verbalisme Melihat kelebihan dan kekurangan dari metode latihan tersebut , bila

dikaitkan dengan keaktifan dan nilai siswa sangatlah mendukung. Dengan metode latihan akan tertanam kebiasaan-kebiasaan yang baik pada diri siswa.

Penggunaan metode tugas biasanya diberikan pada saat guru selesai memberikan materi pelajaran kepada siswa, ada kalanya timbul suatu persoalan/ masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan hanya penjelasan secara lisan melalui ceramah. Untuk itu guru perlu menggunakan metode tugas sebagai jalan keluarnya baik tugas-tugas individu maupun tugas kelompok, sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik.

. 2.1.5 Ragam Karangan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia.

Seperti kita ketahui, karangan dapat disajikan dalam 5 bentuk yaitu : diskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi dan persuasi. Masing-masing bentuk itu tidak selalu dapat berdiri sendiri. Penanaman ragamsuatu karangan lebih didasarkan atau corak yang paling doininan pada karangan tersebut.

a. Deskripsi Diskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan suatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan pengalaman, dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinan terciptanya imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga seolah-olah melihat, mengalaini, dan merasakan sendiri apa yang dialaini penulisnya. Karangan deskripsi meiniliki ciri-ciri seperti: a. Menggambarkan atau melukiskan sesuatu. Penggambaran tersebut

dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera. b. Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau

mengalaini sendiri.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

12

Pola pengembangan paragraf deskripsi:

a. Paragraf Deskripsi Spasial, paragraf ini menggambarkan objek kusus ruangan, benda atau tempat.

b. Paragraf Deskripsi Subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis.

c. Paragraf Deskripsi Objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.

Karangan Bahasa Indonesia banyak ditemukan dalam buku-buku, surat kabar, internet, maupun media lainnya. Mengarang merupakan kegiatan yang melatih kita berpikir sistematis. Karangan deskripsi merupakan salah satu jenis karangan yang sering dipelajari siswa melalui mata pelajaran bahasa Indonesia.

Kata deskripsi berasal dari kata bahasa latin /describe /yang berarti menulis tentang sesuatu atau membeberkan suatu hal. Kata deskripsi juga dapat berasal dari bahasa Inggris /description /yang berarti melukiskan dengan bahasa. Jadi jenis karangan bahasa indonesia deskripsi adalah suatu tulisan atau karangan yang bertujuan menggambarkan atau melukiskan pengalaman, pendengaran, perabaan, penciuman, dan pencecapan situasi atau masalah. Dalam jenis karangan Bahasa Indonesia deskripsi, penginderaan terhadap suatu peristiwa akan melahirkan suatu gambaran mengenai peristiwa itu seperti yang dilihat, diraba, didengar, dicium, atau dirasa. Demikian pula penginderaan terhadap suatu keadaan, situasi, atau masalah akan melahirkan gambaran atau lukisan yang bertumpu pada penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, atau pengecapan. Dalam suatu karangan Bahasa Indonesia deskripsi, pengarang berusaha memindahkan kesan-kesan, hasil pengamatan, dan perasaannya terhadap pembaca dengan menyampaikan sifat dan semua perincian yang dapat ditemukan pada suatu objek. Oleh karena itu, penulis harus dapat memilih kata-kata yang tepat untuk menggambarkan objek yang sebenarnya sehingga melahirkan imajinasi yang hidup. Berdasarkan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

13

penggambaran objeknya, jenis karangan Bahasa Indonesia deskripsi terbagi atas deskripsi ekspositoris dan deskripsi sugestif atau impresionistik. Deskripsi ekspositoris adalah deskripsi yang menitikberatkan pada penggambaran objek yang dapat memberikan informasi kepada pembaca tanpa ada niat untuk menggugah imajinasi pembaca. Adapun deskripsi sugestif atau impresionistik adalah deskripsi yang menitikberatkan pada penggambaran objek yang dapat menggugah daya khayal pembaca sehingga pembaca seolah-olah melihat sendiri objek yang disuguhkan pengarang.

Ada beberapa metode atau teknik yang dapat dipergunakan untuk mengembangan karangan Bahasa Indonesia deskripsi, yaitu sebagai berikut :

1. Menyusun Objek Sampai yang Sekecil-Kecilnya dalam Karangan Bahasa Indonesia Deskripsi Dalam membuat karangan Bahasa Indonesia deskripsi, pengarang harus memiliki kemampuan dalam menyusun objek dari yang mulai paling besar hingga yang paling kecil. Artinya, dalam teknik ini, detail dari objek harus disusun sedemikian rupa sehingga gambarannya menjadi jelas dan terinci. Kemampuan pengarang dalam menyusun objek ini akan sangat membantu pembaca dalam mengikuti deskripsi objek yang diceritakan dalam karangan bahasa indonesia deskripsi.

2. Berbagai Pendekatan dalam Karangan Bahasa Indonesia Deskripsi a) Pendekatan realistis dalam Karangan Bahasa Indonesia

Deskripsi Pendekatan realistis berusaha agar pendeskripsian suatu objek dilakukan seobjektif mungkin. Pendekatan ini dapat digambarkan dengan kerja sebuah kamera yang mengambil suatu objek sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kamera tidak memberikan penilaian mana yang penting, tetapi apa saja yang berada di depan lensa, seluruhnya direkam gambar.

b) Pendekatan impresionistis dalam Karangan Bahasa Indonesia Deskripsi Pendekatan ini berusaha menggambarkan sesuatu secara subjektif. Pendekatan ini dimaksudkan agar setiap

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

14

penulis bebas dalam memberi pandangan atau interpretasi terhadap bagian-bagian yang dilihat, dirasakan, atau dinikmatinya. Hal ini dapat diumpamakan dengan pembuatan gambar yang dikerjakan oleh pelukis . Objek yang dilukis oleh seorang pelukis, hasilnya adalah lukisan objek yang bersifat subjektif. Jika hasil pemotretan persis sama dengan objek yang sebenarnya, maka hasil pelukisan tidak persis sama dengan keadaan yang sebenarnya karena lukisan itu telah dikenai subjektivitas si pelakunya.

c) Pendekatan menurut sikap pengarang dalam Karangan Bahasa Indonesia Deskripsi Dalam hal ini pengarang dapat mengambil sikap masa bodoh, bersungguh-sungguh, cermat, seenaknya, atau sikap ironis. Semua sikap itu bertalian erat dengan tujuan yang akan dicapai pengarang. Dengan mengungkapkan sikapnya, pengarang ingin mengungkapkan bahwa objek yang digambar-kannya diwarnai oleh reaksi pengarang terhadap objek itu. Dengan pendekatan ini, pengarang ingin menyampaikan sesuatu yang juga dirasakan oleh pembaca.

3. Pilihan Kata dalam Karangan Bahasa Indonesia Deskripsi Karangan Bahasa Indnesia deskripsi menghendaki adanya diksi yang tepat. Diksi ini berhubungan dengan tujuan pengarang. Seorang pengarang yang ingin menggambarkan suasana hati seseorang tentu akan memilih kata yang tepat yang secara akurat dapat mewakili ungkapan suasana hati itu. Pengarang lain yang ingin menggambarkan objek berdasarkan pendekatan objektif tentu akan memilih kata yang mendukung objektivitas. Untuk pengungkapan sugestif atau subjektif akan menggunakan kata-kata yang memiliki makna konotatif atau makna figuratif. Sedangkan untuk pengungkapan yang bersifat objektif digunakan kata-kata yang memiliki makna denotatif.

4. Penggambaran atau Pelukisan Suatu Tempat

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

15

Dalam Karangan Bahasa Indonesia Deskripsi Tempat merupakan arena berlangsungnya peristiwa atau kisah. /Karangan Bahasa Indonesia/ deskripsiterasa lengkap jika disertai gambaran tempat. Dalam melukiskan tempat, tentulah pengarang memilih tempat yang akan digambarkannya itu sesuai dengan suasana hatinya. Sehubungan dengan hal itu tentulah ia akan memilih bagian yang relevan untuk digambarkan. Pengarang tidak mungkin menggambarkan semua suasana hati dan semua hal dalam tulisannya. Dalam menggambarkan hal atau sesuatu yang relevan itu diperlukan urutan penyajian yang sesuai dengan suasana dan hal-hal yang relevan itu.

5. Penggambaran atau Pelukisan Manusia Dalam Karangan Bahasa Indonesia Deskripsi Dalam teknik ini yang digambarkan adalah fisik, milik, tindakan, perasaan, dan watak . Cara penggambarannya dapat dilakukan melalui deskripsi perbuatan, deskripsi fisik, suasana nyata, dialog, reaksi tokoh-tokoh lain, dan pendekatan psikologis. Karangan Bahasa Indonesia deskripsi lebih banyak digunakan dalam tulisan yang berisi /human interest, feature/ (laporan perjalanan), dan karya sastra . Deskripsi sangat efektif untuk menarik perhatian pembaca karena dapat menyentuh imajinasi sehingga pembaca dapat membayangkan apa yang dideskripsikan. Langkah menyusun deskripsi:

1. Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan. 2. Tentukan tujuan. 3. Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan

dideskripsikan. 4. Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (menyusun

kerangka karangan). 5. Menguraikan kerangka karangan menjadi dekripsi yang sesuai

dengan tema yang ditentukan.

b. Narasi (Penceritaan/Pengisahan)

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

16

Narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikangambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan atau rangkaian terjadinya suatu hal. Menurut Keraf (2000:136), ciri karangan narasi yaitu:

1. Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan. 2. Dirangkai dalam urutan waktu. 3. Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi? 4. Ada konfiks.

Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konfiks. Selain alur cerita, konfiks dan susunan kronologis, ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi diungkapkan oleh Atar Seini (2003: 31) sebagai berikut:

a. Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis. b. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa

yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.

c. Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak menarik.

d. Meiniliki nilai estetika. e. Menekankan susunan secara kronologis.

Ciri yang dikemukakan Keraf meiniliki ciri berisi suatu cerita,

menekankan susunan kronologis atau dari waktu ke waktu dan meiniliki konfiks. Perbedaannya, Keraf lebih meinilih ciri yang menonjolkan pelaku. Tujuan menulis karangan narasi secara fundamental yaitu:

1. Hendak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan.

2. Memberikan pengalaman estetis kepada pembaca. Langkah-langkah menulis karangan narasi

1.) Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

17

2.) Tetapkan sasaran pembaca kita. 3.) Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan

dalam bentuk skema alur. 4.) Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal,

perkembangan, dan akhir cerita. 5.) Rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail

peristiwa sebagai pendukung cerita. 6.) Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang. 7.)

Jenis-jenis Karangan Narasi a. Narasi Ekspositorik (Narasi Teknis)

Narasi Ekspositorik adalah narasi yang meiniliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositorik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif.

b. Narasi Sugestif Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat.

c. Eksposisi (Paparan) Eksposisi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk

menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan suatu hal yang dapat

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

18

memperluas atau menambah pengetahuan atau pandangan pembacanya. Sasarannya adalah menginformasikan sesuatu tanpa ada maksud mempengaruhi pikiran, perasaan dan sikap pembacanya. Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bertujuan untuk memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar pembaca menerima atau mengikutinya. Ciri-ciri paragraf eksposisi:

a. Memaparkan definisi (pengertian). b. Memaparkan langkah-langkah, metode, atau cara melaksanakan

suatu kegiatan Karangan eksposisi ialah karangan yang bersifat memaparkan,

menjelaskan, menerangkan, dan menguraikan sesuatu dan informasi disampaikan dengan sejelas-jelasnya. syarat menulis eksposisi, yaitu :

1. Kita harus mengetahui masalah atau persoalan yang akan ditulis. 2. Kita harus mempunyai kemampan menganalisis persoalan secara

jelas dan konkret. langkah-langkah menulis eksposisi, yaitu :

1. Menetapkan Tema Tulisan Tema harus kita persiapkan dan tentukan terlebih dahulu. Tema tulisan inilah yang akan dikembangkan menjadi tulisan. Dengan demikian, tema menjiwai tulisan. Contoh tema yang masih luas : Lalu Lintas ini dapat dipersempit lagi menjadi Lalu Lintas Jalan Raya dan ini pun bisa dipersempit lagi menjadi Kemacetan Lalu Lintas di Jalan Raya.

2. Menentukan Tujuan Penulisan Dalam langkah yang kedua ini penulis berusaha menerangkan pokok persoalan yang terkandung di dalam tema. Untuk itu diperlukan fakta-fakta yang harus disusun dengan sebaik-baiknya agar mudah dipahami pembaca. Misalnya, kita hendak menulis

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

19

eksposisi dengan tema Kemacetan Lalu Lintas di Jalan Raya, tujuan menulis dapat ditentukan seperti :

a. Menjelaskan bahwa setiap hari lalu lintas di jalan raya mengalami kemacetan.

b. Menerangkan bahwa kemacetan lalu lintas di jalan raya dapat menganggu manusia.

c. Menjelaskan betapa kacaunya lalu lintas di jalan raya sehingga muncul kemacetan.

d. Menerangkan bahwa ada beberapa penyebab munculnya kemacetan lalu lintas di jalan raya.

3. Mengumpulkan Bahan Tulisan Bahan tulisan eksposisi dapat diperoleh melalui berbagai sumber, daat melalui sumber tertulis, seperti buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain. Bahan juga bisa diperoleh melalui wawancara dengan orang yang dianggap ahli atau melalui pengamatan dan peninjauan langsung terhadap objek yang akan ditulis.

4. Menentapkan Kerangka Tulisan Dalam langkah ini, seluruh bahan yang sudah terkumpul harus dirinci dan diseleksi secara cermat. Bahan-bahan yang tidak menunjang tema tulisan yang sedang kita garap sebaiknya kita buang atau kita kesampingkan.

5. Mengembangkan Tulisan Dengan kerangka tulisan yang sudah disiapkan, pengembangan tulisan dapat dikerjakan dengan baik. Saat mengembangkan karangan harus memperhatikan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Gunakanlah kalimat efektif, pilihan kata yang tepat, ejaan yang benar, dan tanda baca yang tepat. Pengembangan tulisan eksposisi yang berasal dari kerangka tulisan yang terdapat pada langkah keempat, tampak pada wacana berikut ini.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

20

d. Argumentasi (Pembahasan/Pembuktian) Argumentasi adalah ragam wacana yang dimaksud untuk

meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya. Tujuannya meyakinkan pendapat atau peinikiran pembaca, sehingga penulis menyajikan secara logis, kritis dan sistematis.

Paragraf Argumentatif - Karangan argumentasi bertujuan untuk meyakinkan pembaca agar pembaca mau mengubah pandangan dan keyakinannya kemu-dian mengikuti pandangan dan keyakinan penulis. Keberhasilan sebuah karangan argumentasi ditentukan oleh adanya pernyataan/pendapat penulis, keseluruhan data, fakta, atau alasanalasan yang secara langsung dapat mendukung pendapat penulis.

Keberadaan data, fakta, dan alasan sangat mutlak dalam karangan argumentasi. Bukti-bukti ini dapat berupa benda-benda konkret, angka statistik, dan rasionalisasi penalaran penulis.

Contoh: Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan

masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.

Contoh kalimat pertama (1) di atas adalah pernyataan/pendapat

dan kalimat kedua adalah pendukung. Di samping itu, penulis pun menjelaskan hubungan antara pernyataan/pendapat dengan fakta/ data pendukung, agar pembaca mempunyai gambaran yang jelas tentang hal

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

21

yang disampaikan. Lebih-lebih bila tulisan itu disertai data empiris yang dapat dipercaya kebenarannya.

Dalam berargumentasi, unsur-unsur yang ada harus diatur secara logis dengan bentuk penalaran tertentu. Bentuk penalaran yang ada adalah penalaran induksi dan penalaran deduksi. Penalaran induksi adalah bentuk penalaran yang bertolak dari pernyataan khusus kemudian menarik kesimpulan secara lebih umum. Penalaran induktif tidak boleh membuat kesimpulan yang melebihi kelayakan fakta sebagai pendukung. Penalaran deduksi adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan umum yang dipakai untuk mengamati pernyataan khusus sebagai dasar mengambil kesimpulan. Ciri-ciri karangan argumentasi:

- Menjelaskan pendapat agar pembaca yakin. - Memerlukan fakta untuk pembuktian berupa gambar/grafik, dan

lain-lain. - Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan

penelitian. Penutup berisi kesimpulan.

Berikut ini struktur penulisan argumentasi. 1. Pendahuluan

Pendahuluan berisi latar belakang masalah dan permasalahan. 2. Isi

Isi karangan adalah keseluruhan uraian yang berusaha menjawab permasahan yang dikemukakan dalam pendahuluan. Uraian isi karangan berupa pernyataan, data, fakta, contoh, atau ilustrasi yang diambil dari pernyataan, pendapat umum, pendapat para ahli, hasil penelitian, kesimpulan yang dapat mengukuhkan bahwa pemecahan permasalahan itu harus demikian.

3. Penutup Penutup berupa ikhtisar atau kesimpulan.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

22

Adapun langkah-langkah dalam menulis argumentasi adalah sebagai berikut:

1. memilih topik karangan, 2. mengumpulkan bahan, 3. menyusun kerangka karangan, 4. mengembangkan pendahuluan, 5. mengembangkan isi karangan, 6. membuat penutup karangan.

e. Persuasi Persuasi adalah ragam wacana yang ditujukan untuk

mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya. Persuasi lebih menggunakan pendekatan emosional, juga menggunakan bukti atau fakta.

Karangan yang berisi ajakan kepada pembaca dengan menyampaikan alasan, contoh, dan bukti yang meyakinkan sehingga pembaca membenarkannya dan bersedia melaksanakan ajakan hal-hal yang baik demi kepentingan masyarakat banyak. Lazimnya berbentuk prosa. 1. Pengertian

Persuasi(menurut Gorys Keraf) suatu seni verbal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki ileh pembicara (bentuk lisan, misalnya pidato) atau oelh penulis (bentuk tulisan, cetakan,elektronik) pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang.

2. Syarat-syarat a. Watak dan kredibilitas pembicara harus percaya diri dan mampu

meyakinkan pendapatnya itu kepada orang lain. b. Kemampuan pembicara mengendalikan emosi. Hal ini akan

mendukung keputusan yang diambilnya.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

23

c. Diperlukan bukti-bukti yang meyakinkan untuk mendukung kebenarannya.

3. Ciri-ciri persuasi a. Harus menimbulkan kepercayaan pendengar/pembacanya. b. Bertolak atas pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah. c. Harus menciptakan persesuaian melalui kepercayaan antara.

pembicara/penulis dan yang diajak berbicara/pembaca. d. Harus menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan

tujuan tercapai. e. Harus ada fakta dan data secukupnya.

4. Yang tergolong kedalam persuasi a. Bentuk pidato, misalnya propaganda, kampanye lisan, dan

penjual jamu ditempat-tempat terbuka. b. Bentuk tulisan berupa iklan dan selebaran. c. Bentuk elektronik, misalnya iklan di televisi, bioskop, dan internet

2.2 Kerangka Berfikir Penelifian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan cara melakukan sejumlah

tindakan yang terangkum dalam siklus I dan siklus II untuk merubah kondisi awal yang berupa nilai Bahasa Indonesia yang rendah menjadi lebih meningkat. Dengan menggunakan metode penugasan dan latihan diharapkan siswa akan mampu meningkatkan nilai Bahasa Indonesia tentang menyusun karangan berdasarkan rangkaian gambar seri kondisi awal keakhir siklus I dan berlanjut sampai pada kondisi akhir siklus II 2.2.1 KondisiAwal

Pada kondisi awal diketahul Peneliti belum menggunakan metode penugasan dan latihan dalam proses mengajar. Pemahaman siswa pada pelajaran Bahasa indonesia tentang menyusun karangan berdasarkan rangkaian gambar seri masih rendah masih kurang.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

24

2.2.2 Tindakan Melihat hasil siswa yang masih rendah tersebut, Penetiti mencoba

melakukan tindakan untuk dapat meningkatkannya. Upaya peningkatan nilai Bahasa indonesia tentang menyusun karangan berdasarkan rangkaian gambar seri dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen. Penggunaan metode tersebut dilakukan dalam dua siklus. Penggunaan metode penugasan dan latihan pada siklus I berbeda dengan siklus II. Pada siklus I, kegiatan belajar mengajar menggunakan metode penugasan dan latihan secara kelompok. Beberapa siswa melakukan penugasan dan latihan atau percobaan secara kelompok, Siswa mengerjakan lembar kerja secara kelompok dilanjutkan penugasan latihan kelas membahas hasil lembar kerja. Diakhiri siklus I diadakan evaluasi secara individual.

Pada siklus II, kegiatan belajar mengajar menggunakan metode penugasan dan latihan secara kelompok berpasangan yang terdiri dan 2 orang per kelompok. Diakhir kegiatan diadakan tes tertulis. Tiap siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual. Masing-masing siklus dilaksanakan dalam kurun waktu satu minggu, jadi dua siklus selesai dalam waktu dua minggu. Dalam satu minggu terdapat satu kali pertemuan. Pertemuan kedua digunakan untuk melanjutkan tindakan kelas dan 35 menit terakhir dimanfaatkan untuk mengadakan tes akhir siklus . Pada siklus II juga di lakukan hal yang sama. Hanya perbedaannya pada siklus I lembar kerja dikerjakan secara kelompok sedangkan pada siklus II Iembar kerja dikenjakan kelompok berpasangan dengan anggota 2 orang.

2.2.3 Kondisi Akhir Dengan peningkatan kualitas dan kuantitas penggunaan metode

penugasan dan latihan bervaniasi dan siklus I ke siklus II diduga akan teradi peningkatan nilai Bahasa indonesia tentang menyusun karangan berdasarkan rangkaian gambar seri. Peningkatan secara kualitas penggunaan metode penugasan dan latihan artinya pembinaan dan

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/652/3/T1_262010614_BAB II.pdf · 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

25

pembimbingan terhadap siswa ditingkatkan. Pada siklus I percobaan dilaksanakan secara kelompok dan lembar kerja dikerakan secara kelompok sedangkan pada siklus ke II dikerjakan secara berpasangan.

Alur cerita kondisi awal tindakan yang dilakukan oleh peneliti dalam siklus I dan siklus II sampai dengan bagaimana dugaan nilai yang dicapai pada kondisi akhir dapat dilihat gambar berikut :

Gambar 2.1 KERANGKA BERFIKIR

2.3 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan, hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada peningkatan hasil kemampuan menyusun karangan dari rangkaian gambar seri dengan pemberian tugas dan latihan di SDN Jambean 03 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2011/2012.

Kondisi Awal Peneliti belum menggunakan metode Penugasan dan latihan

Hasil belajar siswa rendah

Peneliti menggunakan metode Penugasan dan

latihan

Siklus I Penugasan dan latihan

secara kelompok

Siklus II Penugasan dan latihan

secara perorangan

Tindakan

Kondisi Akhir

Diduga dengan menggunakan metode Penugasan dan latihan

dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyusun karangan gambar seri