22
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Hakekat Motivasi Belajar 2.1.1.1Pengertian Motivasi Belajar Motif dalam bahasa Inggris adalah motive berasal dari kata “motion” yang berarti gerak atau sesuatu yang bergerak. Berawal dari kata motif itu motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif dapat menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat diperlukan. Ngalim Purwanto (2006) berpendapat, bahwa setiap motif itu bertalian erat dengan suatu tujuan dan cita-cita. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motifnya sehingga motif itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang. Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Sardjiman (2000), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan dalam diri individu yang mempengaruhi gejala kejiwaan, perasaan dan emosi untuk melakukan sesuatu yang didorong oleh adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Menurut Thursan Hakim (2000), belajar adalah suatu proses perubahan perubahan didalam manusia, ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitan dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain. Jadi dalam kegiatan belajar terjadinya adanya suatu usaha yang menghasilkan perubahan- perubahan itu dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini juga dikemukakan oleh Dimyati (2006) yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku baik yang dapat diamati maupun

BAB II KAJIAN PUSTAKA...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Hakekat Motivasi Belajar 2.1.1.1Pengertian Motivasi Belajar Motif dalam bahasa Inggris adalah motive berasal

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 KAJIAN TEORI

    2.1.1 Hakekat Motivasi Belajar

    2.1.1.1Pengertian Motivasi Belajar

    Motif dalam bahasa Inggris adalah motive berasal dari kata “motion” yang

    berarti gerak atau sesuatu yang bergerak. Berawal dari kata motif itu motivasi

    dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif dapat

    menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila kebutuhan untuk mencapai

    tujuan sangat diperlukan.

    Ngalim Purwanto (2006) berpendapat, bahwa setiap motif itu bertalian erat

    dengan suatu tujuan dan cita-cita. Makin berharga tujuan itu bagi yang

    bersangkutan, makin kuat pula motifnya sehingga motif itu sangat berguna bagi

    tindakan atau perbuatan seseorang. Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh

    Sardjiman (2000), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang

    ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap

    adanya tujuan.

    Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah

    sesuatu yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan dalam diri individu yang

    mempengaruhi gejala kejiwaan, perasaan dan emosi untuk melakukan sesuatu

    yang didorong oleh adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.

    Menurut Thursan Hakim (2000), belajar adalah suatu proses perubahan

    perubahan didalam manusia, ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitan dan

    kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

    kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain. Jadi dalam

    kegiatan belajar terjadinya adanya suatu usaha yang menghasilkan perubahan-

    perubahan itu dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

    Hal ini juga dikemukakan oleh Dimyati (2006) yang menyatakan bahwa

    belajar adalah suatu perubahan tingkah laku baik yang dapat diamati maupun

  • 8

    yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadi dalam diri seseorang karena

    pengalaman.

    Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan, belajar dapat diartikan

    sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan

    yang relatif menetap dalam tingkah laku baik yang dapat diamati maupun yang

    tidak dapat diamati secara langsung dan terjadi sebagai suatu hasil dari latihan

    atau pengalaman.

    Sardiman (2011) mendefinisikan motivasi sebagai keseluruhan daya

    penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

    kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan

    belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

    Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan

    kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh

    energi, terarah dan bertahan lama (Agus Suprijono, 2009: 163). Winkel (1983:

    270) mendefinisikan bahwa “Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak

    di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan serta memberi arah pada kegiatan

    belajar”.

    Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar

    adalah suatu penggerak dan dorongan yang memberikan arah dan dapat

    memberikan semangat pada diri siswa yang bertujuan untuk meningkatkan

    perilaku belajar yang penuh energi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Jadi

    peran motivasi sangat penting sebagai pemerkuat dan penyemangat siswa agar

    dapat mengarahkan proses belajar agar dapat diperoleh keefektifan belajar.

    2.1.1.2 Pentingnya motivasi belajar dalam proses pembelajaran

    Pentingnya peranan motivasi belajar dalam proses pembelajaran perlu

    dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau

    bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagi dorongan, baik diakibatkan

    faktor dari dalam maupun faktor dari luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu

    guna memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran

    maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk pelajaran.

  • 9

    Motivasi memiliki fungsi bagi seseorang, karena motivasi dapat

    menjadikan seseorang mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.

    Fungsi motivasi menurut Sardiman (2011) yaitu:

    a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

    yang melepaskan energi.

    b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

    c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan mana yang harus

    dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan

    perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

    Selanjutnya Hamzah B. Uno (2006) menjelaskan bahwa fungsi motivasi dalam

    belajar adalah sebagai berikut:

    a. Mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas atas pemenuhan

    kebutuhan

    b. Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai.

    c. Menentukan perbuatan yang harus dilakukan.

    Dengan demikian fungsi dari motivasi belajar adalah sebagai pendorong,

    penggerak, serta penentu arah yang dapat menentukan aktivitas peserta didik

    dalam belajar sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Oleh karena

    itu siswa dapat melakukan suatu aktivitas dengan sungguh-sungguh jika terdapat

    motivasi.

    2.1.1.3 Aspek-Aspek Motivasi Belajar

    Wirabayu (Sari, 2008) mengemukakan 6 aspek motivasi belajar pada

    individu:

    1. Tanggung jawab pribadi terhadap tugas, yaitu individu yang

    mempunyai motivasi belajar yang tinggi dan selalu bertanggung jawab

    terhadap pekerjaannya dan selalu menerima tugas dengan senang hati.

    2. Umpan balik atau perbuatan (tugas) yang dilakukan, yaitu individu

    akan selalu mengharapkan hasil atau feed back dari setiap pekerjaan

    yang dilakukan.

  • 10

    3. Tugas yang bersifat moderat yang tingkat kesulitannya tidak terlalu

    sulit tetapi juga tidak terlalu mudah, yang penting adanya tantangan

    dalam tugas, serta dimungkinkan diraih dengan hasil yang

    memuaskan, yaitu individu akan tertarik dengan tugas yang

    menantang serta memberikan hasil yang maksimal.

    4. Tekun dan ulet dalam bekerja, yaitu individu yang mempunyai

    motivasi belajar tinggi akan selalu berusaha melakukan tugas

    pekerjaan sebaik mungkin dan pantang menyerah.

    5. Dalam melakukan tugas penuh pertimbangan dan perhitungan

    (spekulasi dan untung-untungan), yaitu individu yang mempunyai

    motivasi belajar tinggi akan menghindari pekerjaan yang asal-asalan

    atau berspekulasi karena setiap tugas yang dikerjakan penuh dengan

    pertimbangan.

    6. Keberhasilan tugas merupakan faktor yang penting bagi dirinya yang

    akan meningkatkan aspirasi dan tetap bersifat realistis, yaitu individu

    yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan selalu bersikap realistis

    dan mengutamakan keberhasilan dalam tugas.

    2.1.2 Hasil Belajar

    2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar Matematika

    Hasil belajar sering digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui

    seberapa jauh seorang siswa menguasai pembelajaran yang telah diajarkan. Hasil

    belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya yaitu,

    “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjuk pada suatu perolehan akibat

    dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan perubahannya input

    secara fungsional. Sedangkan belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya

    perubahan perilaku pada perilaku yang belajar. Menurut Winkel,1996 (Purwanto,

    2008) Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah

    dalam sikap dan tingkah lakunya.

    Menurut Nana Sudjana (2011) hasil belajar adalah suatu akibat dari

    proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang

  • 11

    disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.

    Sedangkan Nasution (2003: 42) berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu

    perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi

    juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang

    belajar. Hasil belajar adalah hasil yang didapatkan siswa setelah mengikuti

    pembelajaran matematika.

    Hasil belajar ini diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar

    mengajar. Untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa atau

    kemampuan siswa dalam suatu pokok bahasan guru biasanya mengadakan tes

    hasil belajar. Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh siwa

    setelah mengikuti suatu tes hasil belajar yang diadakan setelah selesai program

    pengajaran.

    Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah tingkat

    keberhasilan dalam menguasai bidang studi matematika setelah memperoleh

    pengalaman atau proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu yang akan

    diperlihatkan melalui skor yang diperoleh dalam tes hasil belajar. Hasil belajar

    matematika dalam penelitian ini merupakan kecakapan nyata yang dapat diukur

    langsung dengan menggunakan tes hasil belajar matematika. Kecakapan tersebut

    menyatakan seberapa jauh atau seberapa besar tujuan pembelajaran atau

    instruksional yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar matematika.

    Untuk melihat hasil belajar dapat digunakan tes atu evaluasi yang

    dilaksanakan di bagian awal pembelajaran tengah maupun akhir pembelajaran.

    Hal ini dapat memperlihatkan keberhasilan siswa dalam memahami materi yang

    telah dijelaskan, apakah hasil belajar yang didapatkan dapat memenuhi KKM atau

    kurang dari KKM. Hasil belajar ini sangat penting bagi guru dan siswa itu sendiri

    sebagai bahan ukur dari pembelajaran yang telah dilakukan di dalam kelas.

    Cara untuk mencari hasil belajar dapat dicari dengan pengukuran.

    Pengukuran hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu dengan

    teknik tes dan teknik non tes, yaitu:

    1. Teknik Tes

  • 12

    Tes adalah “a type of assesment that uses specific procedures to obtain

    information and convert that information to numbers or scores” Friedenberg

    (1995) dalam Supratiknya (2012). Artinya, tes merupakan salah satu jenis

    asesmen yang menggunakan aneka prosedur spesifik untuk memperoleh

    informasi dan mengonversikan atau mengubah informasi tersebut kedalam

    skor atau bilangan.

    Yang termasuk dalam teknik tes, yaitu:

    a. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)

    Yaitu tes dengan soal yang harus dijawab oleh peserta didik dengan

    memilih jawaban yang tersedia.

    b. Tes Tertulis

    Yaitu tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan

    memberikan jawaban tertulis.

    c. Tes Lisan

    Yaitu tes yang pelaksanaanya dilakukan dengan mengadakan tanya

    jawab secara langsung antara pendidik dengan peserta didik.

    d. Tes Perbuatan

    Yaitu tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau

    tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau

    unjuk kerja.

    2. Teknik Non Tes

    Teknik non tes dapat dilakukan dengan observasi baik secara langsung

    ataupun tak langsung, angket ataupun wawancara. Dapat pula dilakukan

    dengan sosiometri. Teknik non tes dilakukan sebagai pelengkap dan

    digunakan sebagai pertimbangan tambahan dalam pengambilan keputusan

    penentuan kualitas hasil belajar, teknik ini dapat bersifat lebih menyeluruh

    pada semua aspek kehidupan anak.

    Adapun instrumen butuir-butir soal apabila cara pengukurannya

    menggunakan tes, apabila pengukurannya dengan cara mengamati atau

    mengobservasi, pengukuran dengan cara/ teknik skala akan menggunakan

    instrumen butir-butir pernyataan.

  • 13

    Instruman sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur tujuan

    pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki peserta didik haruslah

    valid. Dalam pendapatnya Freidberg mengatakan salah satu syarat mutlak

    yang harus dipenuhi oleh tes hasil belajar baik yang baku maupun yang

    dibuat sendiri yang dibuat oleh guru adalah validitas, yaitu sejauh mana tes

    benar-benar mengukur pengetahuan atau sifat yang tepat seperti yang

    dimaksud oleh tujuan tes itu. Maka perlu digunakan kisi-kisi untuk

    ketercapaian tujuan pembelajaran.

    Kisi-kisi adalah”a written list of the information to be covered by the

    test items and the behaviors required to answer the questions correctly”

    Freidenberg 1995(Supratiknya, 2012). Artinya, kisi-kisi merupakan daftar

    tertulis tentang informasi, yaitu pengetahuan dan atau ketrampilan dalam

    bidang studi atau pelajaran tertentu, yang harus dicakup oleh item-item tes

    serta jenis-jenis perilaku yang dituntut untuk menjawab item-item atau

    pertanyaan-pertanyaan secara tepat. Penyusunan kisi-kisi ini dimaksudkan

    sebagai pedoman merakit atau menulis soal menjadi tes.

    2.1.3 Hakekat Matematika

    2.1.3.1 Pengertian Matematika

    Menurut James dan james (Russefendi,1993) dalam kamus matematikanya

    mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,

    susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya

    dengan jumlah yang banyaknya terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar,

    analisis, dan geometri.

    Menurut Johnson dan Rissing 1972 (Russefendi,1993) mengatakan bahwa

    “matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang

    logik; matematika itu merupakan bahasa yang menggunakan istilah yang

    didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan

    padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi”.

  • 14

    Kemudian Kline 1973 (Russefendi,1993) mengatakan bahwa “matematika

    itu bukanlah pengetahuan yang menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya

    sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam

    memahami dan mengatasi permasalahan sosial, ekonomi, dan alam”. Matematika

    tumbuh dan berkembang karena proses berfikir, oleh karena itu logika adalah

    dasar untuk terbentuknya matematika. Reys dkk 1984 (Russefendi,1993)

    mengatakan bahwa “matematika itu adalah telaah tentang pola dan hubungan,

    suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat”.

    Berdasarkan uraian tentang definisi matematika tersebut, maka dapat

    disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang

    perhitungan, pengkajian dan penggunaan nalar atau kemampuan berfikir secara

    logika.

    2.1.3.2 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

    Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) mata pelajaran

    matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar. Hal ini

    dimaksudkan untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis,

    sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.

    Menurut Bruner (Pitajeng, 2006: 29) belajar matematika adalah belajar

    mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat didalam

    materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-

    struktur matematika. Dalam setiap pembelajaran matematika sebaiknya siswa

    awalnya diberikan suatu masalah, kemudian siswa mencerna dan menganalisis

    bagaimana cara penyelesaiannya. Disini guru harus memberikan konsep awal

    terlebuh dahulu agar siswa dapat terbimbing sedikit demi sedikit untuk dapat

    memecahkan permasalahan tersebut.

    Diberikannya mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki

    kemampuan sebagai berikut:

    a.Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

    mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan

    tepat dalam pemecahan masalah.

  • 15

    b.Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

    matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

    menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

    c.Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

    merancang model matematika, menyelesaikan model matematika,

    menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

    d.Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram atau media

    lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

    e.Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

    memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari

    matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

    2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif

    2.1.4.1 Definisi Model Pembelajaran Kooperatif

    Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang

    sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah

    direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan

    serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Adapun Soekamto,

    dkk (Trianto, 2011) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah

    kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

    mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,

    dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para

    pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian

    aktifitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata

    secara sistematis.

    Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran

    yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Model pembelajaran

    kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk

    menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan

    pembelajaran.

  • 16

    Menurut Lie (2003 : 12) pembelajaran kooperatif merupakan sistem

    pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama

    dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, sedangkan menurut

    Slavin (2005) Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode

    pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

    saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.

    Dari pendapat kedua tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa Model

    Pembelajaran Kooperatif adalah pedoman pembelajaran didalam kelas yang lebih

    menenkankan aktivitas siswa di dalam kelompok-kelompok guna mengeksplor

    pengetahuan yang dimilikinya dengan cara bekerjasama dengan anggota

    kelompoknya.

    2.1.4.2 Unsur Pembelajaran Kooperatif

    Menurut Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono (2009) bahwa

    tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk

    mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran koopertif

    harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah:

    a.Saling ketergantungan positif (positive interdependence)

    Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif adalah saling

    ketergantungan positif. Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran

    kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari

    bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota

    kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

    b.Tanggung jawab perseorangan (personal responsibility)

    Tanggungjawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota

    yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti

    kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan

    tugas yang sama.

    c.Interaksi promotif (face to face promotive interaction)

    Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif.

    Ciri-cirinya antara lain saling membantu secara efektif dan efisien, saling

  • 17

    memberi informasi dan sarana yang diperlukan, memproses informasi

    bersama

    d.Komunikasi antar anggota (interpersonal skill)

    Unsur ini menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai

    keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga

    bergantung pada kesediaan para nggotanya untuk saling mendengarkan dan

    kemampuan mereka untuk mengutarakan kemampuan mereka.

    Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses

    panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan

    perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan

    perkembangan mental dan emosional para siswa.

    e.Pemrosesan kelompok (group processing)

    Pemrosesan mengandung arti menilai. Tujuan pemrosesan kelompok adalah

    meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap

    kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.

    Kesimpulannya ada 5 unsur pembelajaran kooperatif yaitu saling

    ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi promotif,

    komunikasi antar anggota, pemrosesan kelompok kelima unsur tersebut harus

    dapat berjalan kitika proses pembelajaran Kooperatif didalam kelas agar proses

    pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal, efektif dan efisien.

  • 18

    2.1.4.3Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

    Agus Suprijono (2009) memaparkan sintak model pembelajaran kooperatif

    terdiri dari enam fase sebagai berikut.

    Tabel 2.1

    Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

    FASE KEGIATAN GURU

    Fase 1 :

    Present goals and set

    Menyampaikan tujuan dan

    mempersiapkan siswa

    Menjelaskan tujuan pembelajaran

    dan

    mempersiapkan siswa siap belajar

    Fase 2 :

    Present information

    Menyajikan informasi

    Mempresentasikan informasi

    kepada siswa secara verbal

    Fase 3 :

    Organize students into

    learning teams

    Mengorganisir siswa ke

    dalam tim-tim belajar

    Memberikan penjelasan kepada

    siswa tentang tata cara

    pembentukan tim belajar dan

    membantu kelompok

    melakukan transisi yang efisien

    Fase 4 :

    Assist team work and

    studeny

    Membantu kerja tim dan

    belajar

    Membantu tim-tim belajar selama

    siswa mengerjakan tugasnya

    Fase 5 :

    Test on the materials

    Mengevaluasi

    Menguji pengetahuan siswa

    mengenai berbagai materi

    pembelajaran atau

    kelompok-kelompok

    mempresentasikan hasil kerjannya

    Fase 6 :

    Provide recognition

    Memberikan pengakuan

    atau

    Penghargaan

    Mempersiapkan cara untuk

    mengakui

    usaha dan prestasi individu maupun

    kelompok

  • 19

    a.Fase pertama

    Guru mengklarifikasi maksud pembelajaran koopertif. Hal ini penting

    untuk dilakukan karena peserta didik harus memahami dengan jelas

    prosedur dan aturan dalam pembelajaran.

    b.Fase kedua

    Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi

    akademik

    c.Fase ketiga

    Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di

    dalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan

    tujuan kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas

    individual untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada fase

    ketiga ini terpenting jangan sampai ada free-rider atau anggota yang

    hanya menggantungkan tugas kelompok kepada individu lainnya.

    d.Fase keempat

    Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang

    tugas-tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Pada

    fase ini bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk,

    pengarahan, atau meminta beberapa siswa mengulangi hal yang sudah

    ditunjukkan.

    e.Fase kelima

    Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang

    konsisten dengan tujuan pembelajaran.

    f.Fase keenam

    Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada

    siswa. Variasi struktur reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa

    yang dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika

    siswa diakui usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan

    orang lain. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun

    anggota tim-timnya saling bersaing.

  • 20

    2.1.4.4 Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

    Keuntungan dalam pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2005: 30)

    antara lain adalah sebagai berikut:

    a. Siswa bekerja sama dalam mencapau tujuan dengan menjunjung tinggi

    norma kelompok.

    b. Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama

    berhasil.

    c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan

    keberhasilan kelompok.

    d. Interaksi antar siswa sering dengan peningkatan kemampuan mereka

    berpendapat.

    Selain mempunyai keuntungan, pembelajaran kooperatif juga

    mempunyai kelemahan yang harus dihindari, yakni adanya anggota kelompok

    yang tidak aktif. Ini dapat terjadi jika hanya ada satu permasalahan saja.

    Kelemahan ini dapat dihindari dengan cara seperti dibawah ini:

    a. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab pada bagian-

    bagian tertentu dari permasalahan kelompok.

    b. Masing-masing kelompok harus mempelajari materi secara keseluruhan

    hal ini karena hasil kelompok ditentukan oleh skor perkembangan

    masing-masing individu.

    2.1.4.5 Manfaat Pembelajaran Kooperatif

    Sadker (Miftahul, 2011: 66) menjabarkan beberapa manfaat

    pembelajaran kooperatif. Selain itu, meningkatkan keterampilan kognitif dan

    afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga memberikan manfaat-manfaat besar

    lain seperti berikut ini.

    a.Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan

    memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi;

    b.Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki

    sikap harga-diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk

    belajar;

  • 21

    c.Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada teman-

    temannya, dan di antara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang

    positif (interdependensi positif) untuk proses belajar mereka nanti;

    d.Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap

    teman temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang

    berbeda-beda.

    Manfaat-manfaat tersebut menjadi alasan mengapa pembelajaran

    kooperatif dipandang sebagai sarana untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

    Siswa yang saling membantu ketika proses pembelajaran antara satu dengan yang

    lain akan berpengaruh besar terhadap pencapaian akademik.

    2.1.5 Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

    2.1.5.1 Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

    Together (NHT)

    Pada dasarnya, Numbered Heads Together (NHT) merupakan varian dari

    diskusi kelompok. Menurut Slavin dalam Miftahul (2011), metode yang

    dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas

    individu dalam diskusi kelompok.

    Numbered Heads Together merupakan kegiatan belajar kooperatif yang

    dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) dalam Afriyadi 2012 untuk melibatkan

    lebih banyak siswa dalam menelaah materi pelajaran dan mengecek pemahaman

    mereka terhadap isi pelajaran tersebut. NHT adalah suatu metode belajar dimana

    setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak

    guru memanggil nomor dari siswa. Menurut Russ Frank 2011 (Afriyadi, 2012)

    Numbered Heads Together dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

    sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

    Menurut Trianto (2011) Numbered Heads Together (NHT) atau

    penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif

    yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif

    terhadap struktur kelas tradisional. Menurt Isjoni (2010) dituliskan model

    Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (kepala bernomor) ini

  • 22

    memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama

    antar kelompok belajar. Maksud dari kepala bernomor yaitu setiap anak

    mendapatkan nomor tertentu, dan setiap nomor mendapatkan kesempatan yang

    sama untuk menunjukan kemampuan mereka dalam dalam menguasai materi.

    Dengan model pembelajaran ini selain siswa dapat menguasai materi

    pembelajaran, siswa dapat saling bekerjasama dalam anggota kelompok untuk

    memecahkan masalah, siswa juga dapat bersosialisasi dengan teman-temannya,

    dapat mengemukakan pendapatnya, serta dapat menghargai pendapat teman yang

    lain, suasana didalam kelas menjadi lebih rileks dan lebih hidup karena semua

    siswa memiliki peluang yang sama untuk aktif didalam kelas yaitu menjawab

    pertanyaan.

    2.1.5.2 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

    Heads Together (NHT)

    Langkah-langkah dalam model Numbered Heads Together Menurut

    Endang Mulyaningsih (2011) sebagai berikut :

    1. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap anggota

    kelompok mendapatkan nomor.

    2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok

    mengerjakannya.

    3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap

    anggota kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya.

    4. Guru memanggil salah satu nomor peserta didik secar acak untuk

    melaporkan hasil kerjasama mereka.

    5. Peserta didik lain memberi tanggapan kepada peserta didik yang sedang

    melapor.

    6. Guru menunjuk nomor lain secara bergantian.

    Menurut Agus Suprijono (2009) Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered

    Heads Together (NHT) memiliki sintaks sebagai berikut :

    “Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumalah

    kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari.

    Jika jumlah siswa dalam satu kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi

  • 23

    menjadi 5 kelompok berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari, maka tiap

    kelompok terdiri dari 8 orang. Tiap-tiap orang dari tiap kelompok

    menemukan jawaban. Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok

    menyatukan kepalanya “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban

    atas pertanyaan dari guru. langkah berikutnya adalah guru memanggil

    siswa yang memiliki nomer yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka

    diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diberikan

    oleh guru. Hal ini dilakukan terus hingga semua siswa dengan nomor yang

    sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan

    jawaban atas pertanyaan guru”.

    Pembelajaran kooperatif tipe NHT menggunakan empat langkah (Ibrahim dkk,

    2000:28) sebagai berikut:

    Langkah 1 : Penomoran. Guru membagi siswa kedalam kelompok

    beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota

    kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

    Langkah 2 : Mengajukan Pertanyaan/ Permasalahan. Guru mengajukan

    sebuah pertanyaan kepada siswa, pertanyaan dapat

    bervariasi.

    Langkah 3 : Berpikir bersama. Siswa menyatukan pendapatnya terhadap

    pertanyaan itu dan meyakinkan tiap kelompok dalam

    timnya mengetahui jawaban itu.

    Langkah 4 : Menjawab. Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian

    siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya

    dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh

    kelas.

    Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pada awl pembelajaran

    siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan mempertimbangkan jumlah

    konsep yang dipelajari. Kemudian dari setiap kelompok masing-masing siswa

    diberikan nomor. Lalu setiap kelompok akan dihadapkan dengan permasalahan

    yang sama kemudian kelompok harus berusaha bekerja sama mendiskusikan dan

  • 24

    menyelesaikannya. Selanjutnya siswa yang nomernya dipanggil oleh guru harus

    mengemukakan jawaban dari permasalahan yang telah didiskusikan bersama

    kelompoknya. Kelompok yang memiliki jumlah skor tertinggi akan mendapatkan

    reward dari guru.

    2.1.5.3 Kelebihan dan Kelemahan dengan menggunakan Model

    pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

    Adapun kelebihan dan kelemahan Numbered Heads Together (NHT)

    menurut Ahmad Zuhdi (2010: 65) adalah : Kelebihan 1) setiap siswa menjadi siap

    semua, 2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, 3) Siswa yang

    pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Kelemahan 1) Kemungkinan

    nomor yang telah dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru, 2) Tidak semua

    anggota kelompok dipanggil oleh guru.

    Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagaimana

    dijelaskan oleh Hill (Wawan, 2010) bahwa model NHT dapat meningkatkan

    prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pemahaman siswa, menyenangkan

    siswa dalam belajar, mengembangkan sifat positif siswa, dapat mengembangkan

    sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan

    rasa percaya diri siswa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta

    mengembangkan ketrampilan untuk masa depan.

  • 25

    2.2 Penelitian Terdahulu / Penelitian yang Relevan

    Penelitian tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

    Numbered Heads Together (NHT) telah dilakukan oleh peneliti lain dan telah

    terbukti bahwa model NHT dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

    Sari Sekar Melati (2008) dalam penelitiannya berjudul “Upaya

    Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe

    Numbered Heads Together (NHT) pada Mata Pelajaran Pkn Siswa Kelas V di

    SDN Sunggingsari Parakan Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil yang diperoleh dari

    penelitian ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar dan motivasi belajarpada

    mata pelajara Kewarganegaraan kelas V melalui pembelajaran Kooperatif tipe

    Numbered Heads Together (NHT). Dapat dilihat dari kondisi awal atau pra siklus

    yang nilainya diatas KKM terdapat 12 siswa (40 %). Siklus I menerapkan model

    NHT terjadi peningkatan yaitu terdapat 28 siswa yang diatas KKM (93,333%) dan

    2 siswa (6,666%) yang belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Kemudian siklus

    II terjadi peningkatan yaitu 30 siswa (100%) yang sudah memenuhi KKM.

    motivasi belajar siswa setelah pembelajaran menggunakan model NHT juga

    terdapat peningkatan dapat dilihat dari kondisi awal tidak ada siswa (0%) dengan

    motivasi sangat tinggi. Siklus I terdapat 25 siswa (83,33%) dengan motivasi

    sangat tinggi. Kemudian siklus II terjadi peningkatan 27 siswa (90%) dengan

    motivasi sangat tinggi itu berarti motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pkn

    menggunakan model NHT meningkat.

    Titik Wijayanti (2008) dalam penelitiannya berjudul “Upaya

    Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran IPS dengan

    Metode Pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match Siswa kelas IV SDN

    Karangaynar 03 Semester II Tahun pelajaran 2011/2012”. Hasil yang diperoleh

    dari penelitian ini adalah Terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada

    pembelajaran siklus I, yaitu siswa yang tuntas ada 16 siswa (69,56%), dan yang

    belum tuntas ada 7 siswa (30,44%) dari nilai rata-rata ulangan harian 57,82% naik

    menjadi 64,78% pada postes siklus I, sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas

    ada 21 siswa (91,30%), sedangkan yang belum tuntas ada 2 siswa (8,7%) dengan

    nilai rata-rata pada siklus I 64,78% naik menjadi 80% pada siklus II. Sedangkan

  • 26

    peningkatan motivasi belajar siswa pada pembelajaran motivasi siswa pada

    kondisi awal yang sangat tinggi dan tinggi ada 10 siswa (43,47%), siklus I ada 18

    siswa ( 78,26%), pada siklus yang ke II ada 20 siswa (86,95%), motivasi belajar

    sedang dan rendah pada kondisi awal ada 13 siswa (56,52%), pada siklus I ada 5

    siswa (21,73%), pada siklus II ada 3 siswa (13,04%), sedangkan motivasi siswa

    yang sangat rendah tidak ada. Jadi peningkatan motivasi belajar siswa dari yang

    sangat tinggi dan tinggi dari kondisi awal 43,47% menjadi 78,26% pada siklus I,

    sedangkan pada siklus II motivasi belajar meningkat lagi menjadi 86,95%.

    Supriyadi (2013) dalam penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan

    Hasil Belajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

    (Numbered Heads Together) pada Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas 4 SD

    Negeri Kaliwungu 05 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Semester 2

    Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah

    bahwa adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dengan KKM 65, pada

    mata pelajaran IPA, KD menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik

    terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor) dengan menggunakan model

    pembelajaran NHT. Hasil belajar pada pra siklus adalah 36% siswa tuntas dan

    64% siswa tidak tuntas, siklus 1 adalah 55% siswa tuntas dan 45% siswa tidak

    tuntas. Selanjutnya pada siklus 2 adalah 100% siswa tuntas.

    2.3 Kerangka Berfikir

    Pemahaman matematika di tingkat sekolah dasar masih sangat rendah,

    banyaknya siswa yang menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang

    sulit menjadikan matematika banyak tidak disukai oleh siswa. Sehingga

    menyebabkan motivasi belajar siswa juga menurun akibat pola berfikir yang

    seperti itu. Didalam pembelajaran guru juga seharusnya memancing motivasi

    belajar matematika siswa dengan cara yang bervariatif seperti penggunaan model

    pembelajaran yang menyenangkan agar gairah belajar siswa terhadap matematika

    juga bertambah. Hasil belajar siswa juga dapat bertambah atau meningkat. Oleh

    karena itu digunakan model pembelajaran kooperatif agar tumbuh semangat dan

    motivasi belajar serta memunculkan kerjasama antar siswa. Melalui model

  • 27

    pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) ini pembelajaran

    matematika akan tersa menyenangkan dan menggairahkan semangat belajar siswa

    karena siswa terpacu dan termotivasi dengan team atau kelompok belajar yang

    lain. Tumbuh semangat dan motivasi dari siswa akan meningkatkan aktifitas serta

    yang terpenting dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

    Skema Kerangka Berfikir

    Gambar 2.1

    Skema Kerangka Berfikir

    1. Rendahnya motivasi belajar siswa pada saat pembelajaran

    matematika

    2. Siswa cenderung pasif dan kurang aktif

    3. Didalam pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah

    4. Tidak ada motivasi yang diberikan guru pada saat pembelajaran,

    sehingga siswa tidak bersemangat dalam proses pembelajaran.

    5. Nilai rata-rata pelajaran matematika siswa berada di bawah nilai

    KKM.

    Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran

    Matematika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

    Heads Together (NHT)

    1. Motivasi belajar siswa terhadap pelajaran matematika meningkat

    2. Siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.

    3. Pembelajaran lebih menarik dengan model pembelajaran yang

    bervarisasi.

    4. Nilai rata-rata pelajaran Matematika siswa dapat mencapai KKM.

  • 28

    2.4 Hipotesis

    Berdasarkan uraian pada kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas,

    maka penelitian mengajukan hipotesis tindakan yaitu:

    Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

    Heads Together (NHT) motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

    Matematika SD Negeri Lemahireng 02 dapat meningkat.