26
14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Penelitian Pengembangan a. Pengertian Penelitian Pengembangan Penelitian pengembanan merupakan salah satu penelitian yang bertujuan untuk melakukan pengembangan pada dunia pendidikan. Pengembangan yang dimaksud tidak harus sesuatu yang baru, melainkan dapat berupa sesuatu yang dikembangkan dari yang telah ada atau yang sering disebut modifikasi. Menurut Borg and Gall (dalam Ainin, 2013) menjelaskan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu penelitian dengan tujuan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk dalam pendidikan. Hal ini sejalan dengan pendidikan yang bersifat dinamis, maka pengembangan produk-produk dalam pendidikan akan berubah searah dengan kebutuhan peserta didik. Pengembangan dalam pendidikan bukan hanya berupa produk-produk tiga dimensi saja. Hal ini disebabkan kebutuhan dalam pembelajaran sangat beragam seperti, bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran, metode dan model yang digunakan dalam pengorganisasian kegiatan pembelajaran. Menurut Richey dan Klien (dalam Ainin, 2013) tujuan dalam penelitian pengembangan adalah untuk memperkuat dasar-dasar empirik dalam pengembangan produk-produk pembelajaran maupun non pembelajaran agar lebih menarik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Penelitian …eprints.umm.ac.id/61591/3/BAB II.pdf · Pengertian Penelitian Pengembangan Penelitian pengembanan merupakan salah satu penelitian

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 14

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Kajian Teori

    1. Penelitian Pengembangan

    a. Pengertian Penelitian Pengembangan

    Penelitian pengembanan merupakan salah satu penelitian yang

    bertujuan untuk melakukan pengembangan pada dunia pendidikan.

    Pengembangan yang dimaksud tidak harus sesuatu yang baru, melainkan dapat

    berupa sesuatu yang dikembangkan dari yang telah ada atau yang sering

    disebut modifikasi. Menurut Borg and Gall (dalam Ainin, 2013) menjelaskan

    bahwa penelitian pengembangan adalah suatu penelitian dengan tujuan untuk

    mengembangkan dan memvalidasi produk dalam pendidikan. Hal ini sejalan

    dengan pendidikan yang bersifat dinamis, maka pengembangan produk-produk

    dalam pendidikan akan berubah searah dengan kebutuhan peserta didik.

    Pengembangan dalam pendidikan bukan hanya berupa produk-produk

    tiga dimensi saja. Hal ini disebabkan kebutuhan dalam pembelajaran sangat

    beragam seperti, bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran, metode dan

    model yang digunakan dalam pengorganisasian kegiatan pembelajaran.

    Menurut Richey dan Klien (dalam Ainin, 2013) tujuan dalam penelitian

    pengembangan adalah untuk memperkuat dasar-dasar empirik dalam

    pengembangan produk-produk pembelajaran maupun non pembelajaran agar

    lebih menarik.

  • 15

    Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan

    dalam dunia pendidikan merupakan langkah awal dalam menghasilkan produk-

    produk dalam menunjang keberhasilan dalam proses pendidikan. Penelitian

    pengembangan memiliki langkah-langkah yang urutdan sistematis. Hal ini

    dilakukan agar hasil yang dicapai dalam penelitian maksimal.

    b. Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan

    Dalam setiap penelitian perlu adanya langkah-langkah dalam

    pelaksanaanya, tidak terkecuali pada penelitian pengembangan. Langkah-

    langkah inilah yang dimaksudkan agar tujuan dalam penelitian dapattercaai

    secara maksimal. Menurut Borg and Gall (dalam Silalahi, 2018) menjelaskan

    bahwa terdapat 10 langkah-langkah dalam penelitian pengembangan antar lain,

    (1) penelitian dan pengumpulan informasi), (2) membuat

    perencanaan, (3) mengembangkan bentuk awal produk, (4) uji

    lapang awal, (5) melakukan revisi produk utama, (6) uji

    lapangan untuk produk utama, (7) revisi produk operasional, (8)

    uji lapangan terhadap produk, (9) revisi produk final, (10)

    diseminasi dan implementasi.

    Hal ini sejalan dalam paparan Rasagama (2011) yang menjelaskan

    bahwa langkah-langkah penelitian pengembangan dilakukan melalui

    pengamatan awal, pembuatan produk awal (kasar), uji coba produk dan evaluasi.

    Pengamatan awal dilakukan untuk menentukan karaktersitik serta kebutuhan

    dalam proses pembelajaran. Setelah itu pembuatan produk awal untuk kemudian

    dilakukan uji coba, kemudian dilakukan evaluasi untuk mengetahui keberhasilan

    produk yag telah dibuat.

    Berdasarkan teori di atas dpaat disimpulkan, bahwa penelitian

    pengembangan memiliki langkah-langkah yang harus dipenuhi dan dilakukan

  • 16

    secara sistematis. Penelitian juga memperhatikan kebutuhan dan kondisi

    lingkungan tempat penelitian dilakukan agar sesuai dengan sasaran penelitian

    dan hasil yang didapat maksimal. Oleh sebab itu produk-produk yang dihasilkan

    dalam penelitian pengembangan beragam seperti berupa produk bahan ajar.

    2. Bahan Ajar

    a. Pengertian Bahan Ajar

    Bahan ajar merupakan salah satu penunjang guru dalam menyampaikan

    pengetahuan kepada siswa. Bahan ajar menjadi salah satu komponen utama

    dalam proses pembelajaran, sehingga kehadirannya dinilai cukup berpengaruh

    terhadap hasil dalam proses pembelajaran. Menurut Mulyasa (2006: 96), bahan

    ajar merupakan sumber belajar yang mengandung pesan pembelajaran dan

    dimanfaatkan untuk kepentingan dalam proses pembelajaran, baik bersifat

    khusus maupun umum. Berdasarkan penyataan tersebut menandakan bahwa

    segala sesuatu baik yang berbentuk digital seperti video atau program audio,

    maupun yang berbentuk buku dapat dikatakan sebagai bahan ajar apabila di

    dalamnya mengandung pesan pembelajaran yang dapat digunakan untuk

    melakukan proses pembelajaran.

    Malati (2012:6) menyatakan bahwa bahan ajar bersifat unik dan

    spesifik. Unik maksudnya bahan ajar hanya dapat digunakan dalam ruang

    lingkup materi pembelajaran tertentu dan audiens tertentu disesuaikan dengan

    kebutuhan. Sedangkan spesifik maksudnya bahan ajar dirancang untuk

    mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran

    dan audiens tertentu.

  • 17

    Penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran juga disesuaikan

    dengan karakteristik mata pelajaran dan karakteristik siswa yang

    menggunakannya dengan tetap memperhatikan kebutuhan siswa dalam

    pembelajaran. Bahan ajar biasanya dilengkapi dengan pedoman untuk siswa

    dan pedoman untuk guru, sehingga siswa dan guru dapat dengan mudah

    menggunakan pengembangan bahan ajar tersebut.

    Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan, bahwa bahan ajar adalah

    segala sesuatu yang mengandung materi/pesan pembelajaran bagi siswa dalam

    proses pembelajaran. Bahan ajar dibuat dengan menyesuaikan karakteristik

    mata pelajaran dan karakteristik siswa, sehingga setiap jenis bahan ajar akan

    berbeda penggunaan dan manfaatnya.

    b. Jenis Bahan Ajar

    Pembagian bahan ajar berdasarkan jenisnya akan mempermudah

    seseorang mengetahui fungsi dan kegunaan bahan ajar tersebut. Guru akan

    dengan mudah menentukan penggunaan bahan ajar dengan mempertimbangkan

    kebutuhan serta karakteristik siswa. Wassid dan Dadang Sunendar (2011: 171)

    menjelaskan bahwa bahan ajar adalah seperangkat informasi yang dikemas

    dalam bentuk yang menarik. Seperangkat informasi yang dimaksud tidak terikat

    dalam bentuk apapun baik bahan cetak maupun non cetak, yang terpenting

    bahan ajar tersebut menyimpan informasi pembelajaran. Mulyasa (2006: 96),

    menyatakan bahwa bentuk bahan ajar atau materi pembelajaran antara lain,

    bahan ajar cetak (hand out, buku, modul), bahan ajar audio (radio dan kaset),

    visual (foto), bahan ajar audio visual (seperti; vidio atau VCD) dan Bahan ajar

    multi media (seperti; CD interaktif, computer based). Sejalan dengan pendapat

  • 18

    diatas maka bahan ajar dapat diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu, bahan ajar

    cetak dan bahan ajar non cetak. Berikut penjelasan bahan ajar cetak dan bahan

    ajarnon cetak:

    1) Bahan ajar cetak

    Bahan ajar cetak merupakan bahan ajar yang dalam pembuatannya

    melalui proses percetakan. Bahan ajar cetak dipergunakan luas di sekolah-

    sekolah, bahkan setiap sekolah memliki berbagai ragam bahan ajar cetak.

    Penggandaan bahan ajar cetak tidak lagi dinilai sebagai sesuatu yang berat,

    karena sudah tersedia mesin percetakan dimana-mana.

    Sampai saat ini bahan ajar cetak menjadi bagian dari pedoman

    pembelajaran, sehingga banyak yang menjadikan bahan ajar cetak sebagai

    buku utama. Penggunaan bahan ajar cetak kini menjadi pedoman dalam

    melaksanakan proses pembelajaran secara utuh. Selain itu bentuk bahan ajar

    cetak yang mudah untuk dibawa kemana-mana dan tidak dibutuhkan

    bantuan dari alat khusus untuk memanfaatkannya menjadikan bahan ajar

    cetak sebagai bahan ajar yang banyak diminati.

    Kelebihan dari bahan ajar cetak yang telah dipaparkan, bahan ajar

    cetak juga memiliki beberapa kekurangan antara lain: (1) Tidak mampu

    mempresentasikan gerakan, (2) Diperlukan kemampuan membaca yang

    kuat dalam memahami isi dari bahan ajar cetak, (3) Diperlukan biaya yang

    tidak sedikit untuk membuatbahan ajar cetak yang bagus. Kelemahan bahan

    ajar cetak yang paling krusial adalah sulit dalam memberikan jawaban atas

    kebingungan pembaca pada bagaian tertentu dalam buku cetak dan tidak

  • 19

    dapat memberikan umpan balik untuk menjawab pertanyaan yang

    jawabannya bersifat luas.

    Tabel 2.1

    Karakteristik Bahan Ajar Cetak

    Jenis Bahan Ajar Cetak Karakteristik

    Modul Bahan ajar tertulis yang digunakan

    untuk konsep belajar mandiri

    Handout Berupa cacatan mengenai satu materi

    yang diajarkan. Bersifat sebagai

    pedoman dalam satu kali pembelajaran,

    berisikan tabel, diagram, dan materi-

    materi tambahan lainnya

    LKPD Berisikan daftar bacaan, lembar

    praktikum, lembarpengarahan

    mengenai proyek, lembar kerja dan

    lain-lain

    Sumber: Olahan Peneliti

    1) Bahan ajar non cetak

    Kebalikan dari bahan ajar cetak, bahwa bahan ajar non cetak adalah

    bahan ajar yang cara pembuatannya tidak melalui proses percetakan. Bahan

    ajar non cetak dapat berupa audio maupun video, seperti bahan ajar display,

    audio, dan video. Berikut ini penjelasan macam-macam bahan ajar non

    cetak:

    a) Bahan ajar display

    Bahan ajar display berisikan semua materi tulisan dan gambar

    yang dapat ditampilkan di ruang kelas. Biasanya bahan ajar display

    digunakan saat guru hendak menyampaikan informasi kepada

    siswanya. Contoh jenis bahan ajar display antara lain, chart, foto,

    poster, peta dan lain-lain.

  • 20

    b) Audio

    Program audio dimanfaatkan untuk merangsa kepekaan siswa

    terhadap bunyi/suara. Bahan ajar ini mampu menghasilkan bunyi/suara

    yang dapat dirancang sesuai dengan materi pembelajaran. bahan ajar

    audio dapat digunakan dalam pengajaran bahasa.

    c) Video

    Jenis bahan ajar berupa video dapat memberikan pengalaman

    terhadap siswa untuk memasuki dimensi baru. Siswa menemukan

    gambar yang biasanya berada dalam bahan ajar cetak namun memiliki

    suara yang dihasilkan dari audio. Sehingga bahan ajar video merupakan

    hasil dari gambar bergerak dan audio sebagai penghasil suara. Selain

    itu siswa akan mendapatkan pengalaman nyata dengan melihat video

    yang ditayangkan, seperti melihat video proses pertukaran udara dalam

    tubuh manusia. Contoh program video antara lain, kaset video dan

    televisi.

    Berdasarkan paparan mengenai jeni bahan ajar diatas, dapat

    disimpulkan bahwa bahan ajar terbagi menjadi dua jenis yaitu bahan ajar cetak

    dan bahan ajar non cetak. Baik jenis bahan ajar cetak dan bahan ajar non cetak,

    masing-masing jenis bahan ajar memiliki peran yang berbeda dalam proses

    pembelajaran.

  • 21

    c. Peran bahan ajar dalam pembelajaran

    Peran bahan ajar dalam proses pembelajaran akan mempermudah guru

    dalam memanfaatkan bahan ajar berdasarkan kondisi kelas. Wassid dan Dadang

    Sunendar (2011: 172) menjelaskan peran bahan ajar meliputi,

    (1) memiliki sudut pandang yang spesifik dalam pembelajaran

    beserta implikasinya, (2) disajikan sesuai kebutuhan siswa dan

    menarik, (3) sumber rapih dan bertahap, (4) menyajikan sarana

    dan metode untuk menigkatkan motivasi siswa, (5) terdapat

    latihan dan tuga yang bersifat praktis, (6) sarana evaluasi dan

    remidilal yang tepat.

    Peran bahan ajar dalam proses pembelajaran perlu diketahui oleh

    pendidik, hal ini agar pendidik tidak salah memilih bahan ajar yang akan

    digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut Belawati (2003: 1.4-1.9) peran

    bahan ajar dalam pembelajaran ada tiga antara lain, pembelajaran klasikal,

    individual, dan kelompok. Berikut ini penjelasan peran bahan ajar dalam

    berbagai situasi pembelajaran:

    1) Pembelajaran klasikal

    Peran bahan ajar dalam pembelajaran klasikal dibagi menjadi 4 macam

    yaitu:

    a) Bahan ajar dapat dijadikan bahan yang tak terpisah dari buku utama.

    b) Bahan ajar dianggap sebagai pelengkap dari buku utama.

    c) Bahan ajar digunakan untuk meningkatkan motivasi pada siswa.

    d) Bahan ajar digunakan sebagai penjelas tentang bagaiamana penerapan

    dan keterkaitan antar topik.

    1) Pembelajaan individual

    Dalam pembelajaran individual, bahan ajar memiliki peran yakni:

  • 22

    a) Alat yang digunakan sebagai mengawasi siswa dalam memperoleh

    informasi dalam pembelajaran.

    b) Penunjang media pembelajaran lainnya.

    c) Sebagai media utama dalam proses pembelajaran

    2) Pembelajaran kelompok

    Dalam pembelajaran kelompok, bahan ajar memiliki peran yakni:

    a) Sebagai pendukung bahan belajar utama

    b) Sebagai bahan terintegrasi dengan proses belajar kelompok.

    Menggunakan bahan ajar dengan menyesuaikan kondisi kelas dapat

    memaksimalkan peran bahan ajar itu sendiri. Kondisi kelas yang dimaksud

    pada paparan diatas antar lain, klasikal, individual dan kelompok. Penggunaan

    bahan ajar dengan menyesuaikan kondisi kelas akan memaksimalkan kegunaan

    bahan ajar cetak maupun non cetak. Salah satu bentuk bahan ajar cetak adalah

    Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).

    3. Lembar Kerja Peserta Didik

    a. Pengertian Lembar Kerja Peserta Didik

    Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan bahan ajar cetak yang

    berisikan lembaran-lembaran kegiatan yang akan dilakukan dalam proses

    pembelajaran. Keberadaan LKPD kini menjadi pedoman siswa dalam

    memudahkan pemahaman terhadap mata pelajaran. LKPD merupakan hand out

    yang ditujukan bagi siswa untuk mencapai belajar secara terarah (Surachman

    yang dikutip oleh Sumarni: 2004).

    Prastowo (2015: 204) menyatakan bahwa Lembar Kerja Peserta Didik

    (LKPD) merupakan bahan ajar cetak yang berisikan materi, ringkasan dan

  • 23

    petunjuk pelaksanaan tugas dalam pembelajaran, yang mengacu pada

    kompetensi dasar yang harus dicapai. Sedangkan menurut Fannie dan Rohati

    (2014), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan bahan ajar berbasis

    media grafis sebagai media visual untuk menarik perhatian siswa, sehingga

    stimulus atau bimbingan guru dalam pembelajaran yang akan disajikan secara

    tertulis sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.

    Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan, bahwa Lembar Kerja

    Peserta Didik (LKPD) merupakan bahan ajar cetak yang berisikan materi,

    ringkasan dan petunjuk pelaksanaan tugas dengan memperhatikan keunikan

    desain visual untuk menarik perhatian siswa. Selain itu Lembar Kerja Peserta

    Didik (LKPD) juga memiliki fungsi pokok sebagai bahan ajar cetak dalam

    proses pembelajaran.

    b. Fungsi Lembar Kerja Peserta Didik

    Setiap bahan ajar memiliki fungsi yang berbeda-beda tergantung dengan

    pera yang dimiliki. Fungsi inilah yang dapat dijadikan pedoman bagi guru untuk

    mimilih penggunaan bahan ajar di dalam proses pembelajaran. Keberadaan

    Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sebagai bahan ajar cetak membawa fungsi

    tersendiri dalam proses pembelajaran. Menurut Pratowo (2012: 205)

    menjelaskan bahwa LKPD memiliki fungsi antara lain, (1) mengaktifkan peran

    siswa, (2) mempermudah memahami materi yang diberikan, (3) ringkas dan

    kaya tugas, (4) mempermudah pelaksanaan pembelajaran. hal ini sejalan dengan

    Widjajanti (2008:2), menjelaskan beberapa fungsi LKPD antara lain:

    (1) Jika LKPD disusun secara rapih dan sistematis, maka akan

    menarik perhatian siswa untuk membacanya. (2) Membantu

    siswa untuk lebih efektif dalam proses pembelajaran. (3)

  • 24

    Mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas. (4)

    Menumbuhkan motivasi siswa, rasa ingin tahu dan

    kepercayaan dalam diri siswa. (5) Sebagai pengukuran

    pengetahuan siswa terhadap materi pembelajaran. (6) Dapat

    membantu dalam pengerjaan dalam bentuk klasikal, individual

    maupun kelompok, karena siswa menyelesaikan tugas

    berdasarkan kemampuannya. (7) Menghemat waktu belajar,

    sehingga sisa waktu dapat digunakan untuk program remedial,

    pengayaan dan lain-lain. (8) Alternatif guru untuk

    mengenalkan suatu materi tertentu. (9) Meningkatkan

    kemampuan memecahkan masalah pada siswa. (10)

    Mengajarkan siswa untuk memenejemen waktu seefeketif

    mungkin.

    Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan, bahwa fungsi LKPD

    adalah untuk memaksimalkan waktu dalam pembelajaran dan mempermudah

    guru dalam megavaluasi kemampuan siswa saat proses pembelajaran. Setiap

    fungsi bahan ajar juga memiliki tujuan dalam pembuatannya. Tujuan tersebut

    merupakan tolak ukur guru dalam menggunakan bahan ajar dalam pembelajaran

    agar bahan ajar digunakan sesuai dengan tujuan dibuatnya bahan ajar.

    c. Tujuan Lembar Kerja Peserta Didik

    Suatu bahan ajar akan menjadi sangat penting untuk digunakan dalam

    proses pembelajaran apabila telah diketahui tujuan bahan ajar itu sendiri.

    Sehingga guru dapat menimbang pentingnya penggunaan bahan ajar tersebut

    dalam proses pembelajaran dengan tetap memperhatikan kebutuhan peserta

    didik. Prastowo (2014), menyatakan bahwa tujuan LKPD ada lima antara lain,

    (a) LKPD berfungsi sebagai penuntun belajar, (b) LKPD berfungsi sebagai

    petunjuk praktikum, (c) LKPD berfungsi sebagai penguatan, (d) LKPD

    membantu siswa menemukan konsep. (e) LKPD membantu siswa

    mengintegrasikan konsep-konsep yang telah ditemukan. Sejalan dengan

  • 25

    pemaparan tersebut, Zahary memiliki pendapat mengenai penetapan tujuan

    LKPD.

    Zahary (2017:15), menjelaskan bahwa tujuan LKPD antara

    lain, (a) memberi pengetahuan mengenai aspek kognitif, afektif

    dan psikomotor siswa, (b) mengkaji pemahaman siswa terhadap

    pembelajaran yang telah dilakukan, (c) menerapkan dan

    mengembangkan materi pelajaran yang sulit apabila disampaikan

    secara lisan, (d) menyediakan ruang bagi siswa dalam mencatat

    materi yang telah dipelajari dalam proses pembelajaran.

    Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan, bahwa tujuan dibuatnya

    LKPD adalah untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran. Kesulitan yang

    dimaksud seperti, pengukuran hasil belajar siswa, pedoman dalam pembelajaran

    dan bahan yang dapat dijadikan siswa belajardi luar sekolah. Untuk mencapai

    tujuan tersebut, maka LKPD harus memiliki struktur yang runtut dan sesuai

    dengan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran. maka dalam proses

    pembuatan LKPD dibutuhkan prosedur penyusunan.

    d. Prosedur Penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik

    Pembuatan LKPD juga memiliki startegi dalam penyusunannya, hal ini

    untuk mendorong efektivitas peran LKPD dalam pemahaman siswa pada proses

    pembelajaran. selain itu adanya rosedur penyusunan LKPD akan memudahkan

    guru untuk membuat sendiri LKPD dengan menyesuaiakan kebutuhan dan

    karakteristik siswa. Katriani (2013: 4) langkah-langkah penulisan LKPD antara

    lain, (1) melakukan analisis kurikulum, (2) menyusun peta kebutuhan LKPD, (3)

    menentukan judul LKPD, (4) menulis LKPD, (5) menentukan alat penilaian.

    Prosedur penyusunan LKPD dibagi menjadi tiga bagian besar oleh Indriyani

  • 26

    (2013: 15-18) yaitu, syarat didaktik, syarat konstruksi dan syarat teknis. Berikut

    penjelasan tiga komponen dalam penyusunan LKPD:

    1) Syarat didaktik

    Lembar kerja siswa (LKPD) haruslah bersifat universal, dalam

    artian LKPD dapat digunakan oleh siswa dengan kemampuan tinggi,

    sedang, maupun rendah. Syarat didaktik mengarah kepada kebutuhan

    masing-masing siswa dalam penyusunannya, sehingga siswa dapat

    mengenal konsep, mengembangkan komunikasi sosial, emosional, moral

    dan estetika. Jika LKPD telah memenuhi syarat didaktik maka ketercapaian

    kompetensi dan keterampilan dapat merata, selain itu siswa akan

    mendapatkan pengalaman belajar sesuai dengan pengembangan pribadi

    bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran.

    2) Syarat konstruksi

    Syarat konstruksi berhubungan erat dengan pemilihan kosa kata,

    susunan kalimat, serta penggunaan bahasa sehingga memudahkan siswa

    dalam memahami isi LKPD. Selain itu syarat konstruksi juga mengarahkan

    isi dari LKPD untuk tidak menggunakan gambar ilustrasi daripada

    penggunaan kalimat, tujuannya agar siswa dapat dengan mudah

    menerjemahkan isi dari buku.

    3) Syarat teknis

    Dalam syarat teknis memiliki beberapa bahasan pokok antara lain:

    a) Tidak menggunakan huruf latin maupun romawi, namun menggunakan

    huruf cetak. Tidak menggunakan huruf biasa yang diberi garis bawah,

    melainkan menggunakan huruf tebal dengan ukuran besar. Jika dalam

  • 27

    LKPD menyertakan gambar, maka perbandingan besar huruf dengan

    besar gambar serasi. Untuk mempermudah siswa dalam menulis

    jawaban dari pertanyaan yang diberikan dalam LKPD, maka

    menggunakan bingkai sebagai tanda kolom jawaban.

    b) Penggunaan gambar dalam LKPD akan menjadi baik apabila gambar

    dikemas dengan baik, sehingga penyampaian pesan/isi dari gambarakan

    secara efektif tersurat kepada pembaca. Hal yang perlu diperhatikan

    adalah isi atau pesan dari gambar disampaikan secara jelas dan utuh

    kepada pembaca.

    c) Kostrtuk atau tampilan dalam LKPD akan mempengaruhi pemahaman

    pembaca. Sehingga kemenarikan LKPD menjadi penting untuk

    dipertimbangkan. LKPD akan terlihat menarik jika terdapat kombinasi

    antara gambar dengan tulisan.

    Berdasarkan paparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

    penyusunan LKPD memperhatikan hal-hal diantaranya, LKPD dapat

    digunakan oleh berbagai kalangan siswa dengan kemampuan kognitif yang

    berbeda-beda, penggunaan kosa kata yang mudah dimengerti siswa dan

    kepenulisan disesuaikan dengan kelas dan materi yang disajikan. Untuk

    mempermudah dalam pembuatan LKPD maka diperlukan langkah-langkah

    pembuatan LKPD dengan jelas dan tepat.

    e. Langkah-langkah Pengembangan LKPD

    Pengembangan bahan ajar memiliki strategi/langkah-langkah tersendiri

    untuk mencapai bahan ajar yang diharapkan. Penerapan langkah-langkah yang

    benar dan terstruktur dalam pengembangan LKPD dapat mempermudah dalam

  • 28

    pembuatan LKPD. Menurut Devi (2009) langkah-langkah dalam

    mengembangkan LKPD antara lain, (1) mengkaji materi yang dipelajari siswa,

    (2) menentukan keterampilan yang akan dikembangkan pada siswa, (3)

    mennetukan konten LKPD, (4) merancang kegiatan dalam LKPD, (5)

    merancang LKPD mnejadi lebih menarik, (6) menguji coba LKPD, (7) merevisi

    kembali LKPD. Langkah-langkah pengembangan LKPD diperkuat dan

    diperjelas oleh Prastowo (2014: 280), bahwa dalam pengembangan LKPD

    dibutuhkan empat langkah yaitu, penentuan tujuan pembelajaran, pengumpulan

    materi, penyusunan elemen/unsur-unsur, dan pemeriksaan dan penyempurnaan.

    Berikut penjelasan empat langkah pengembangan LKPD:

    1) Menentukan tujuan pembelajaran dalam pengembangan LKPD diperlukan

    sebagai langkah awal kejelasan isi dalam LKPD. Menentukan desain dalam

    langkah iini juga didasarkan pada tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

    Perhatikan ukuran, kepdatan halaman, variable, kejelasan dan penomoran

    halaman.

    2) Pengumpulan materi dijadikan pondasi awal untuk menuliskan kegiatan-

    kegiatan yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran.

    3) Penyusunan elemen/unsur-unsur merupakan tahap pengintegrasian antara

    tugas-tugas/kegiatan dengan desain dalam LKPD.

    4) Pemeriksaan dan penyempurnaan dilakukan untuk mengkroscek ulang isi

    dalam LKPD, terdapat empat variabel yang harus dicermati dalam

    pemeriksaan yaitu:

    a) Kejelasan penyampaian

    b) Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran

  • 29

    c) Kesesuaian desain dengan materi yang diturunkan dari kompetensi

    dasar

    d) Kesesuaian elemen/unsur dengan tujuan pembelajaran

    Berdasarkan paparan langkah-langkah tersebut, dapat disimpulkan

    bahwa dalam pengembangan LKPD memperhatikan komponen pembentuk

    LKPD hingga bagian evaluasi akhir. Materi yang disajikan dalam LKPD

    akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila bersifat kontekstual/

    berdasarkan nilai budaya setempat (kearifan lokal). Sehingga siswa dapat

    belajar secara langsung melalui lingkungan terdekatnya.

    2. Kearifan Lokal

    a. Pengertian Kearifan Lokal

    Secara etimologi, kearifan lokal terdiri dari dua kata yakni, kearifan

    (wisdom) dan lokal (local). Menurut pengertian kebahasaan, menjelaskan

    bahwa kearifan setempat (local wisdom) merupakan hasil dari gagasan-

    gagasan setempat yang memiliki kebijaksanaan, bernilai, kaya akan kearifan

    dan dipatuhi oleh warga dalam masyarakat setempat. Sedangkan dalam ilmu

    Antropologi, kearifan lokal dikenal sebagai bagian dari kecerdasan setempat

    (local genius), atau pengetahuan setempat (local knwoledge), yang menjadi

    identitas dasar dari kebudayaan (cultural identity).

    Kearifan lokal merupakan segala gejala yang terjadi di masyarakat

    lokal yang mengandung pandangan, sikap dan kemampuan masyarakat untuk

    dapat bertahan hidup di lingkungannya. Menurut Utari (2016: 10), menjelaskan

    bahwa kekayaan dari suatu tempat/daerah berupa pengetahuan, norma, nilai,

    kepercayaan, adat istiadat merupakan bentuk dari aturan yang diberlakukan

  • 30

    sebagai pedoman dalam bersikap di lingkungan masyarakat. Hal ini senada

    dengan pendapat Alfian (2013: 428) yang mengungkapkan bahwan kearifan

    lokal merupakan pengetahuan dan pandangan hidup yang diwujudkan dalam

    bentuk aktifitas dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

    Berdasarkan dengan paparan diatas, sejalan dengan pentingnya

    kearifan lokal dalam suatu masyarakat, maka perlu diadakannya

    pengembangan pengetahuan yang telah diwariskan, kemudian menciptakan

    metode untuk membangun pengetahuan. Pengembangan pengetahuan ini akan

    meningkatkan taraf hidup dalam bermasyarakat tanpa harus menghilangkan

    nilai budaya. Pegintegrasian kearifan lokal dalam mata pelajaran di sekolah

    menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai alat pengenalan

    budaya kepada siswa secara mudah dan efisien.

    b. Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal

    Pembelajaran berbasis kearifan lokal kini menjadi sangat penting untuk

    dikembangkan dan diterapkan dalam pembelajaran tematik. Sejalan dengan

    pengembangan pembelajaran berbasis kearifan lokal, dalam lampiran IV

    Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 dijelaskan bahwa pembelajaran di

    sekolah tingkat dasar dikembangkan secara tematik, keterpaduan lintas mata

    pelajaran untuk mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan serta

    mengapresiasi keragaman budaya lokal. Utaminingsih dan Zamroni (2017:12)

    menjelaskan bahwa menjadi penting untuk kembali membangkitkan karakter ke

    Indonesiaan yang semakin melemah supaya tujuan dalam pembelajaran selain

    menuju pada penguasaan teknologi juga menuju pada pengembangan potensi

    dan karakter lokal Indonesia.

  • 31

    Hal ini menunjukkan bahwa, salah satu solusi yang dapat dilakukan

    untuk mengenalkan keragaman budaya lokal dalam pembelajaran tematik adalah

    pengintegrasian kearifan lokal dalam pembelajaran. Pengintegrasian kerifan

    lokal dalam pembelajaran dapat meningkatkan eksistensi budaya daerah sendiri,

    sehingga siswa lebih siap dalam menghadapi arus globalisasi. Sejalan dengan

    paparan tersebut hal ini diperkuat dengan Daryanto (2014: 1) yang menjelaskan

    bahwa dengan nilai pendidikan, nilai-nilai uhur bisa dikenalkan pada siswa

    sehingga siswa dapat menjadi pewaris budaya bangsa.

    Selain itu pembelajaran berbasis kearifan lokal juga bagian dari langkah

    awal untuk meningkatkan kecakapan hidup (life skill) dengan memanfaatkan

    potensi di lingkungan masyarakat. Pembelajaran berbasis kearifan lokal

    harusnya dikemas dengan menyesuaikan kondisi lingkungan hidup, potensi, dan

    psikis siswa. Serta memperhatikan kendala kultural juga sosiologis lingkungan.

    Kesimpulan dari pentingnya pembeljaran berbasis kearifan lokal bahwa,

    proses pembelajaran berbasis kearifan lokal merupakan langkah awal dalam

    mengenalkan siswa pada pembelajaran konkret. Diharapkan siswa dapat secara

    langsung mengenal keadaan lingkungan, sehingga siswa dapat dengan mudah

    menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam lingkungannya. Penggerak

    pembelajaran berbasis kearifan lokal sejalan dengan tujuan pembelajaran

    berbasis kearifan lokal yaitu menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam

    lingkungannya, sehingga kemampuan berfikir kritis pada siswa sangat

    dibutuhkan.

  • 32

    3. Higher Order Thinking Skill (HOTS)

    a. Pengertian Higher Order Thinking Skill (HOTS)

    Kurikulum 2013 menjadikan semua siswa memiliki kemampuan

    berfikir kritis menjadi kemampuan yang wajib dimiliki oleh siswa.

    Kemampuan berfikir kritis inilah yang diharapkan mampu membentuk siswa

    menjadi pribadi yang mampu menyelesaikan permasalahan lingkungan dalam

    berbagai sudut pandang. Menurut Wilson (dalam Fanani, 2018:60)

    menjelaskan bahwa keterampilan berpikir merupakan gabungan dari dua kata

    yaitu, berpikir (thinking) dan keterampilan (skill). Proses berpikir merupakan

    bagian dari rangkaian peningkatan mutu kognitif dalam diri individu, seperti

    kegiatan mengamati, memahami dan lain-lain. Sedangkan keterampilan yaitu

    tindakan dari megumpulkan informasi, menyeleksi informasi dan menganalisis

    informasi sehingga dapat memecahakan permasalahan.

    Higher Order Thining Skill (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat

    tinggi merupakan proses berpikir yang mengharuskan mereka menemukan

    pengertian dan implikasi baru dengan memanipulasi informasi dan ide melalui

    cara tertentu (Gunawa, 2003:p. 171). Misalnya seperti saat seseorang

    menerima informasi baru, dia akan mengaitkan dengan informasi yang telah

    diketahui sebelumnya sehingga membentuk informasi baru hasil dari

    penggabungan dua informasi yang didapat.

    Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan, bahwa Higher Order

    Thinking Skills (HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan

    bagian dari taksonomi bloom berupa kata kerja operasional yang terdiri dari

    analyze (C4), evaluate (C5) dan create (C6) yang dapat digunakan dalam

  • 33

    penyusunan soal. Sehingga dalam penyelesaiannya dibutuhkan stimulus

    berupa pertanyaan yang bersifat kontekstual dan menarik. Untuk mengetahui

    perbedaan soal HOTS dengan soal lainnya dapat dilihat melalui karkteristik

    soal HOTS.

    b. Karakteristik Higher Order Thinking Skill (HOTS)

    Soal HOTS sangat direkomendasikan dalam penerapan

    evaluasi/penilaian dalam proses pembelajaran. Penerapan soal HOTS dalam

    kegiatan evaluasi diharapkan dapat mempermudah guru dalam menilai tingkat

    keampuan berfikir kritis siswa dengan mudah. Dalam hal ini Kemendikbud

    (2017, p.9-13) memaparkan karakteristik soal HOTS yaitu, (1) mengukur

    kemampuan berpikir tingkat tinggi, (2) berbasis permasalahan komtekstual, (3)

    tidak rutin (tidak akrab), (4) menggunakan bentuk soal beragam. Berikut

    penjelasan karkteristik soal HOTS:

    1. Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

    Kemampuan berfikir tingkat tinggi telah dirangkum dalam

    taksonomi Bloom terdiri dari analyze (C4), evaluate (C5) dan create (C6).

    Kemampuan berfikir tingkat tinggi bukan hanya mengenai kemampuan

    untuk megingat, menghafal dan mengulang. Kemampuan berpikir tingkat

    tinggi dapat dilatih di dalam kelas dengan memberikan berbagai aktivitas

    untuk menemukan konsep pengetahuan dalam proses pembelajaran.

    aktivitas akan mendorong siswa untuk dapat berpiki kritis dan kreatif.

  • 34

    2. Berbasis permasalahan kontekstual

    Soal-soal HOTS merupakan mengaplikasian soal dengan berbasis

    kontekstual/kehidupan nyata. Diharapkan siswa dapat menyelesaikan

    permasalahan dalam lingkungan dimulai dari pembelajaran dalam kelas.

    Karkteristik pembelajaran yang berdasarkan lingkungan sekitar antara

    lain, menghubungkan (relate), menginterpretasikan (interprete),

    menerapkan (apply), dan mengintegrasikan (integrate) dalam kehidupan

    nyata (Kemendikbud, 2017, p.10).

    3. Tidak rutin (tidak akrab)

    Menurut Widana (2016, p.6), menjelaskan bahwa penialaian HOTS

    dilakukan secara berulang seperti penialaian memori (recall). Penilaian

    dilakuakn berulang dengan maksud siswa dapatbenar-benarberpikir kreatif

    terhadap masalah yang belum pernah dijumpai sebelumnya.

    4. Menggunakan bentuk soal beragam

    Soal yang digunakan dalam penerapan soal HOTS berpedoman pada

    jenis soal yang digunakan dalam model pengujian PISA (Programme for

    International Students Assessment), yakni pilihan ganda, pilihan ganda

    kompleks (benar/salah atau ya/tidak), isian singkat atau melengkapi

    jawaban singkat atau pendek, dan uraian.

    Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan, bahwa karakteristik

    soal HOTS menempatkan siswa berfikir tingkat tinggi dalam menyelesaikan

    soal. Sehingga penyusunan soal HOTS yang tepat akan memberikan ruang

    untuk siswa menyelesaikan soal HOTS. Penyusunan soal HOTS juga memiliki

  • 35

    langkah-langkah dalam penyusunannya. Hal ini dimaksudkan agar soal HOTS

    yang diberikan bersifat ideal/tepat sasaran.

    c. Langkah-langkah Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS)

    Dalam penyusunan soal HOTS, pembuat soal dituntut untuk

    menentukan sikap/perilaku yangdapat diukur. Penentuan sikap/perilaku

    tersebut akan menjadi fokus utama dalam pembuatan soal, sehingga soal akan

    menjadi pengarah terbentuknya sikap/perilaku yang diharapkan.

    Berikut ini paparan mengenai langkah-langkah yang

    dilakukan dalam penyusunan soal HOTS menurut

    Kemendikbud (2017, p.23) antara lain, (1) Menganalisis KD

    dalam pencapaian kompetensi belajar siswa, (2) Menyusun

    kisi-kisi soal, (3) Memilih yang stimulus menarik dan

    kontekstual, (4) Menulis butir pertanyaan dengan kisi-kisi

    soal, dan (5) Membuat pedoman penskoran atau kunci

    jawaban.

    Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam

    penyusunan soal HOTS penting untuk memperhatikan tujuan dalam pembelajaran

    hingga pembuatan soal HOTS itu sendiri. Pembuatan soal HOTS yang sesuai

    dengan tujuan pembelajaran akan memudahkan siswa untuk dapat berfikir kritis

    dalam menyelesaikan soal.

    Penelitian ini memiliki beberapa indikator pengembangan yang akan

    dilakukan. Berikut indikator pengembangan yang akan dilakukan dalam penelitian

    ini:

    Tabel 2.2

    Indikator Pengembangan LKPD Berbasis Kearifan Lokal Kecamatan Lawang

    Menggunakan Soal HOTS

    Kompetensi Dasar &

    Indikator

    Tahapan Kegiatan Pembelajaran

    PPKn

    1.3 Menerima dengan tulus

    keberagaman sosial

    1. Guru melakukan apersepsi sebelum

    pembelajaran di mulai.

    Kegiatan dalam pembelajaran

    berupa 5M yaitu,

  • 36

    Kompetensi Dasar &

    Indikator

    Tahapan Kegiatan Pembelajaran

    budaya masyarakat sebagai

    anugerah Tuhan yang

    Maha Esa dalam

    konteks Bhinneka

    Tunggal Ika

    2.3 Bersikap toleran dalam

    keberagaman sosial

    budaya masyarakat

    dalam konteks

    Bhinneka Tunggal Ika

    3.3 Menelaah keberagaman

    sosial budaya

    masyarakat

    4.3 Menyelenggarakan

    kegiatan yang mendukung

    keberagaman sosial budaya

    masyarakat

    Bahasa Indonesia

    3.5 Menggali informasi

    penting dari teks narasi

    sejarah yang disajikan

    secara lisan dan tulis

    menggunakan aspek:

    apa, di mana, kapan,

    siapa, mengapa, dan

    bagaimana

    4.5 Memaparkan informasi

    penting dari teks narasi

    sejarah menggunakan aspek:

    apa, di mana, kapan, siapa,

    mengapa, dan bagaimana

    serta kosakata baku dan

    kalimat efektif

    Ilmu Pengetahuan Sosial

    3.4 Mengidentifikasi faktor-

    faktor penting penyebab

    penjajahan bangsa

    Indonesia dan upaya

    bangsa Indonesia dalam

    mempertahankan

    kedaulatannya

    4.4 Menyajikan hasil

    identifikasi mengenai

    faktor-faktor penting

    penyebab penjajahan

    bangsa Indonesia dan

    upaya bangsa Indonesia

    dalam mempertahankan

    kedaulatannya

    Seni Budaya dan Prakarya

    3.1 Memahami gambar cerita

    4.1 Membuat gambar cerita

    Ilmu Pengetahuan Alam

    3.8 memahami siklus air dan

    dampaknya pada peristiwa di

    2. Guru menyampaikan

    tujuan dan materi

    dalam pembelajaran.

    3. Siswa menggunakan

    LKPD sebagai

    pedoman dalam

    melaksanakan

    pembelajaran.

    4. Siswa melakukan

    kegiatan 5M yang

    sesuai dengan materi

    dan pembelajaran yang

    akan dilakukan.

    5. Siswa mengisi tugas-

    tugas yang tertera

    dalam LKPD sebagai

    bahan evaluasi.

    1. Mengamati: siswa

    mengamati teks bacaan,

    lingkungan sekitar, dan

    gambar cerita.

    2. Menanya: siswa diberikan

    kesempatan untuk bertanya

    mengenai materi yang kurang

    dimengerti.

    3. Menalar: siswa diberikan

    kesempatan untuk

    menyampaikan aspirasi dari

    ide yang dimiliki.

    4. Mengumpulkan Informasi:

    siswa mengumpulkan

    informasi yang didapat baik

    dari teks bacaan, percobaan

    maupun tugas.

    5. Mengokumunikasikan:

    siswa menyampaikan

    pendapat dengan teman

    sekelompoknya.

  • 37

    Kompetensi Dasar &

    Indikator

    Tahapan Kegiatan Pembelajaran

    bumi serta kelangsungan

    makhluk hidup

    4.8 membuat karya tentang

    skema siklus air berdasarkan

    informasi dari berbagai

    sumber

    Sumber: Silabus Tematik 2016

    b. Kajian Peneletian Relevan

    Penelitian relevan yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan

    sebagai berikut:

    Tabel 2.3

    Kajian Penelitian Relevan

    No Judul, Identitas Persamaan Perbedaan

    1 Pengembangan LKS

    Berbasis Kontekstual

    Pada Pembelajaran

    Tematik Subtema

    Tubuh Manusia Kelas

    V Sd Muhammadiyah

    04 Batu (2017).

    Peneliti: Dian Amira

    1. Mengembangkan bahan ajar berupa

    LKS

    2. Penelitian dilakukan berdasarkan

    kurikulum 2013

    (pembelajaran

    tematik)

    3. Konten dalam LKS dikaitkan pada

    kearifan lokal daerah

    4. Subjek implementasi LKS yaitu kelas V

    SD

    1. Model penelitian yang digunakan yaitu

    Research and

    Development (R&D)

    yang mengadopsi dari

    model pengembangan

    versi 3D (Decide,

    Design, Develop)

    2. Materi pembelajaran yang diambil yaitu

    Subtema Tubuh Manusia

    3. Pendekatan pembelajaran yang

    digunakan CTL

    (Contextual Teaching

    and Learning)

    4. LKS tidak menyertakan soal HOTS sebagai

    evalusi pembelajaran

    5. Analisis data menggunakan hasil pre

    test dan post test siswa.

    2 Pengembangan Lembar

    Kerja Peserta Didik

    (LKPD) Berbasis

    Pemecahan Masalah

    Materi Bangun Datar.

    Peneliti: Dewi Rahayu

    1. Mengembangkan bahan ajar berupa

    LKS

    2. Penelitian dilakukan berdasarkan

    kurikulum 2013

    1. Model penelitian yang digunakan yaitu

    Research and

    Development (R&D)

    yang mengadopsi dari

    model pengembangan

    versi Borg and Gall

    (2003).

    2. Model pembelajaran menggunakan model

    pemecahan masalah.

    3. Subjek implementasi LKPD yaitu kelas IV SD

    dengan materi bangun

    ruang.

  • 38

    No Judul, Identitas Persamaan Perbedaan

    4. LKS tidak menyertakan

    soal HOTS sebagai evalusi

    pembelajaran.

    5. LKPD dibuat dengan

    menggunakan aplikasi

    android di playstore yaitu

    Canva.

    6. Terdapat langkah merevisi

    produk

    3 ELSII Learning Model

    Based Local Wisdom

    To Improve Students

    Problem Solving Skills

    And Scientific

    Communication

    1. Melakukan penelitian dengan

    memperhatikan

    aspek kearifan lokal.

    1. Penelitian terfokus pada pengembangan model.

    2. Penelitian hanya berupa teori (belum

    diimplementasikan di

    dalam kelas).

    3. Penelitian dilakukan untuk meningkatkan

    kemampuan

    memecahkan masalah,

    kecakapan dan

    menumbuhkan sikap

    peduli dalam menjaga

    keseimbangan

    lingkungan.

  • 39

    6. Kerangka Pikir Penelitian

    Kondisi Ideal:

    1. Penggunaan bahan ajar supaya

    mencantumkan keragaman budaya

    lokal (lampiran IV Permendikbud

    Nomor 81A tahun 2013)

    2. Penerapan soal HOTS sangat

    penting untuk meningkatkan

    berpikir kritis (Permendikbud No.

    69 Tahun 2013)

    Tegeh dkk (2014:15) menyatakan bahwa model ADDIE adalah model pengembangan yang

    khusus digunakan dalam pengembangan bahan ajar. Model ADDIE merupakan desain model

    pembelajaran yang sistematik, sehingga dapat digunakan sebagai metodologi untuk desain dan pengembangan teks, materi pembelajaran berbasis komputer dan materi audiovisual. Model

    ADDIE terdiri dari lima langkah yaitu, (1) analisis (analyze), (2) perancangan (design), (3)

    pengembangan (development), (4) implementasi (implementation), dan (5) evaluasi

    (evaluation).

    Kondisi Awal di Lapangan:

    1. Penggunaan LKPD belum berbasis

    kearifan lokal

    2. LKPD tidak mencantumkan soal

    HOTS

    Analisis kebutuhan:

    Berdasarkan maslaah di atas bahwa penggunaan LKPD yang tidak sesuai dengan karakteristik

    dan kebutuhan siswa dapat menghambat proses pembelajaran, sehingga dapat dituliskan bahwa

    analisi kebutuhan yang dilakukan oleh peneliti bahwa siswa menhgalami kesulitan dalam

    pembelajaran dikarenakan belum teradapat bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan

    kebutuhan siswa

    Produk akhir berupa LKPD Berbasis Kearifan Lokal Kecamatan Lawang Menggunakan Soal

    HOTS Pada Siswa Kelas 5 SD

    Siswa dapat melatih kemampuan menyelesaikan soal HOTS di luar jam pelajaran, selain itu

    proses pembelajaran menjadi bermakna karena dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari