37
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Menurut Slameto (2010: 2) pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: Belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Suprijono (2011: 2) belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Kemudian Menurut Gagne (Sagala 2010: 13) belajar adalah suatu proses dimana organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh melalui suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Belajar adalah Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teorirepository.ump.ac.id/6712/3/MEI AFIANTI BAB II.pdf13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Menurut

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2010: 2) pengertian secara psikologis, belajar

merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai

berikut: Belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya. Menurut Suprijono (2011: 2) belajar adalah

perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Kemudian Menurut

Gagne (Sagala 2010: 13) belajar adalah suatu proses dimana

organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

minat belajar adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada

suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh melalui suatu proses

usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman

individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Belajar adalah

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

14

suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai

hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Berikut adalah prinsip-prinsip belajar (Suprijono, 2011: 4) :

1) Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku

sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri : (a) sebagai hasil tindakan

rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari: (b) kontinu

atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya: (c) fungsional

atau bermanfaat sebagai bekal hidup: (d) positif atau

berakumulasi: (e) aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan

dilakukan: (f) permanen atau tetap: (g) bertujuan dan terarah: (h)

mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

2) Belajar merupakan proses, terjadi karena didorong kebutuhan dan

tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang

dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan

fungsional dari berbagai komponen belajar.

3) Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada

dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya.

b. Pengertian Hasil belajar

Berikut adalah pengertian hasil belajar menurut para ahli (Jihad,

2010:14) : a) Menurut Abdurrahman, hasil belajar adalah kemampuan

yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar: b) Menurut

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

15

Hamalik (dalam Jihad dan Haris, 2010:15), hasil belajar adalah pola-

pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, dan sikap, serta

apersepsi dan abilitas : c) Menurut Sudjana (dalam Jihad dan Haris,

2010: 15) berpendapat hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima belajarnya.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak serta perubahan

tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar

mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Hasil belajar

mencakup tiga ranah (domain) yaitu kognitif (pengetahuan), afektif

(sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Hasil belajar merupakan

pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari

ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang

dilakukan dalam waktu tertentu menurut Bloom (dalam Jihad,

2010:14).

c. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Slameto (2010:54) menyebutkan beberapa faktor yang

mempengaruhi belajar, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri

individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar individu

(eksternal). Faktor internal dikelompokan menjadi 3 antara lain: 1)

faktor jasmaniah yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh: 2) faktor

psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan dan kesiapan: 3) faktor kelelahan.

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

16

Untuk faktor eksternal yang mempengaruhi belajar

dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu: 1) faktor keluarga meliputi

cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana

rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar

belakang kebudayaan: 2) faktor sekolah meliputi metode mengajar

yang dilakukan oleh guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi

siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,

standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan

tugas rumah: 3) faktor masyarakat, yang mempengaruhi belajar siswa

antara lain kegiatan siswa di masyarakat, mass media, teman bergaul

dan bentuk kehidupan masyarakat.

Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada dua

faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor dari dalam diri siswa

(internal) dan faktor dari luar diri siswa (eksternal).

d. Klasifikasi Hasil Belajar

1) Pengertian Hasil Belajar

Jihad (2010: 16-19), menyatakan bahwa hasil belajar yang

dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan

instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang

dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yakni :

a) Ranah Kognitif, yaitu berkenaan dengan hasil belajar

intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni :

(1) pengetahuan atau ingatan, yakni jenjang yang paling

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

17

rendah dalam kemampuan kognitif. Dalam hal ini tekanan

utama pada pengenalan kembali fakta dan prinsip. Kata-

kata yang dipakai : definisikan, ulangi, laporkan, ingat,

garis bawahi, sebutkan, daftar, dan sambungkan.

(2) pemahaman, yaitu jenjang setingkat di atas pengetahuan

yang meliputi penerimaan dalam komunikasi secara

akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk

penyajian yang berbeda, mereorganisasikannya secara

singkat tanpa merubah pengertian dan dapat

mengeksplorasikan. Kata-kata yang dipakai : menerjemah,

nyatakan kembali, diskusikan, gambarkan,

reorganisasikan, jelaskan, identifikasi, tempatkan, review,

ceritakan, dan paparkan.

(3) aplikasi atau penerapan, yaitu penggunaan prinsip atau

metode pada situasi yang baru. Kata-kata yang dipakai

antara lain : interpretasikan, terapkan, laksanakan,

gunakan, demonstrasikan, praktekkan, ilustrasikan,

operasikan, jadwalkan, sketsa, kerjakan, mengubah.

(4) analisis, menyangkut kemampuan anak dalam memisah-

misah terhadap suatu materi menjadi bagian-bagian yang

membentuknya, mendeteksi hubungan diantara bagian itu

dan cara materi itu diorganisir. Kata-kata yang dapat

dipakai : pisahkan, analisa, bedakan, hitung, cobakan, test,

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

18

bandingkan, teliti, hubungkan, pecahkan, kategorikan.

(5) sintesis, meliputi anak menaruhkan/menempatkan bagian-

bagian atau elemen satu/bersama sehingga membentuk

suatu keseluruhan yang koheren. Kata-kata yang dapat

dipakai : komposisi, desain, formulasi, atur, rakit,

kumpulkan, ciptakan, susun, organisasikan, memanage,

siapkan, rancang, sederhanakan.

(6) evaluasi, yaitu jenjang paling atas dan paling sulit dalam

kemampuan pengetahuan anak didik. Meliputi

kemampuan anak didik dalam pengambilan keputusan

atau dalam menyatakan pendapat tentang nilai suatu

tujuan, idea, pekerjaan, pemecahan masalah, metoda,

materi dan lain-lain. Kata-kata yang dipakai : putuskan,

hargai, nilai, skala, bandingkan, revisi, skor, perkiraan.

b) Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima

aspek, yakni :

(1) menerima atau memperhatikan, meliputi sifat sensitif

terhadap adanya eksistensi suatu phenomena tertentu atau

suatu stimulus dan kesadaran yang merupakan perilaku

kognitif. Termasuk keinginan untuk menerima dan

memperhatikan. Kata-kata yang dapat dipakai: dengar,

lihat, raba, cium, rasa, pandang, pilih, kontrol, waspada,

hindari, suka, perhatian.

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

19

(2) merespon, yaitu anak didik dilibatkan dalam suatu objek

tertentu, fenomena atau suatu kegiatan sehingga ia akan

mencari dan menambah kepuasan dari keterlibatan di

dalamnya. Kata-kata yang dapat dipakai : persetujuan,

komunikasi, minat, reaksi, membantu, menolong,

partisipasi, melibatkan diri, menyenangi, menyukai,

gemar, cinta, puas, menikmati, diskusi, melaporkan.

(3) penghargaan, yaitu pada level ini anak didik berperilaku

konsisten dan stabil, tidak hanya dalam persetujuan

terhadap suatu nilai tetapi juga pemilihan terhadapnya dan

keterkaitannya pada suatu pandangan atau ide tertentu.

Kata-kata yang dapat dipakai : mengakui dengan tulus,

mengidentifikasi diri, mempercayai, menyatukan diri,

menginginkan, menghendaki, beritikad, menciptakan

ambisi, disiplin, dedikasi diri, rela berkorban,

tanggungjawab, yakin, pasrah.

(4) mengorganisasikan, yakni dalam jenjang ini anak didik

membentuk suatu sistim nilai yang dapat menuntun

perilaku meliputi konseptualisasi dan mengorganisasikan.

Kata-kata yang dapat dipakai : menimbang-nimbang,

menjalin, mengkristalisasikan, menyusun sistim,

mengidentifikasikan, menyelaraskan, menyeimbangkan,

dan membentuk filsafat hidup.

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

20

(5) mempribadi (mewatak), sudah ada internalisasi, nilai-nilai

telah mendapatkan tempat pada diri individu, diorganisir

ke dalam suatu sistem yang bersifat internal, memiliki

kontrol perilaku. Kata-kata yang dapat dipakai : bersifat

objektif, bijaksana, adil, teguh dalam pendirian, percaya

diri, berkepribadian.

c) Ranah Psikomotor, berkenaan dengn hasil belajar keterampilan

dan kemampuan bertindak. Ada lima aspek yakni:

(1) menirukan, yaitu apabila ditunjukkan kepada anak didik

suatu action yang dapat diamati, maka ia akan mulai

membuat suatu tiruan terhadap action itu sampai pada

tingkat sistim otot-ototnya dan dituntun oleh dorongan

kata hati untuk menirukan. Kata-kata yang dapat dipakai :

menirukan, pengulangan, coba lakukan, berketetapan hati,

mau, minat, bergairah.

(2) manipulasi, yaitu anak dapat menampilkan suatu action

seperti yang diajarkan dan juga tidak hanya pada seperti

yang diamati. Anak didik mulai dapat membedakan antara

satu set action dengan yang lain, menjadi mampu memilih

action yang diperlukan dan mulai memiliki keterampilan

dalam memanipulasi. Kata-kata yang dapat dipakai: ikuti

petunjuk, mencoba-coba, mengutakatik, perbaikan

tindakan.

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

21

(3) keseksamaan, yaitu meliputi kemampuan anak didik dalam

penampilan yang telah sampai pada tingkat perbaikan

yang lebih tinggi dalam mereproduksi suatu kegiatan

tertentu. Kata-kata yang dapat dipakai : lakukan kembali,

kerjakan kembali, hasilkan, kontrol, teliti, menggunakan.

(4) artikulasi, anak didik telah dapat mengkoordinasikan

serentetan action dengan menetapkan urutan secara tepat

diantara action yang berbeda. Kata-kata yang dapat

dipakai : lakukan secara harmonis, lakukan secara unit.

(5) naturalisasi, yaitu tingkat terakhir dari kemampuan

psikomotorik dimana anak telah dapat melakukan secara

alami satu action atau sejumlah action yang urut.

Untuk memperoleh hasil belajar, maka dilakukan evaluasi

atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk

mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar

siswa tidak hanya diukur dari tingkat penguasaan ilmu

pengetahuan saja, tapi juga pada sikap, dan keterampilan. Dengan

demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang

dipelajari di sekolah baik pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Dalam penelitian tindakan kelas ini, hasil belajar ditekankan

pada:

1) Ranah Kognitif yaitu antara aspek pengetahuan, pemahaman,

analisis, penerapan/ aplikasi atau aspek lain yang sesuai

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

22

dengan materi pelajaran. Instrumen hasil belajar yang

digunakan berupa scoring pada hasil LKS dan soal kuis/

evaluasi pembelajaran. Skor dari LKS hanya sebagai hasil dari

latihan siswa dalam memahami konsep materi, sedangkan skor

kuis adalah skor sesungguhnya yang akan digunakan sebagai

alat ukur kemampuan siswa dan untuk pengolahan data

penelitian.

Tabel 2.1 Ranah Kognitif dalam pembelajaran TPS materi

pecahan

Indikator Tingkatan Kegiatan

1. Mendefinisikan

pecahan

Pengetahuan Bertanya jawab

mengenai definisi dari

pecahan

2. Mengubah pecahan

biasa ke bentuk

persen dan

sebaliknya

Pemahaman Siswa mengubah

pecahan biasa ke

bentuk persen dan

sebaliknya

3. Mengubah pecahan

biasa menjadi

desimal dan

sebaliknya.

Pemahaman Siswa mengubah

pecahan biasa

menjadi pecahan

desimal dan

sebaliknya

4. Mengoperasikan

penjumlahan dan

pengurangan

pecahan

Penerapan Siswa

mengoperasikan

penjumlahan dan

pengurangan pecahan

2) Ranah Afektif, yaitu penilaian pada aspek penerimaan, respons,

menilai, mengorganisasi, dan karakterisasi. Instrumen yang

digunakan dalam penilaian afektif berupa lembar penilaian

afektif.

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

23

Tabel 2.2 Ranah afektif dalam pembelajaran TPS materi

pecahan

No. Tingkatan

Afektif

Indikator Kegiatan

1. Receiving Siswa mengikuti pembelajaran

2. Responding Siswa mendengarkan penjelasan guru

3. Receiving Siswa memperhatikan pengarahan dari

guru

4. Responding Siswa berdiskusi dengan pasangan/

kelompok

5. Responding Bertnya hal yang belum dipahami

6. Responding Siswa saling membantu dalam rangka

pemahaman materi

7. Responding Berani dan aktif mengemukakan

ide/gagasan

8. Responding Siswa menghormati pendapat teman

3) Ranah Psikomotor, penilaian ini ditekankan pada keterampilan

proses/ kinerja kelompok dalam membuat dan menggunakan

alat peraga/ media sesuai kebutuhan dan sesuai materi

pembelajaran. Instrumen yang digunakan dalam penilaian

psikomotor berupa lembar penilaian psikomotor.

Tabel 2.3 Ranah psikomotor dalam pembelajaran TPS materi

pecahan

No. Aspek

psikomotor Indikator Kegiatan

1. Menirukan Antusias siswa dalam membuat alat

peraga

2. Manipulasi Membuat alat peraga sesuai dengan

petunjuk pembuatan.

3. Menirukan Mampu menunjukkan hasil yang

baik

4. Keseksamaan Mampu menggunakan alat peraga

yang telah dibuat.

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

24

2. Matematika Sekolah Dasar

a. Pengertian Matematika

Menurut Russeffendi (dalam Suwangsih, 2006:3) kata

matematika berasal dari bahasa Latin mathematika, dan bahasa Yunani

mathematike yang berarti mempelajari, dimana asal katanya mathema

yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata

mathematike berhubungan dengan kata mathein dan mathenein yang

artinya belajar (berpikir).

Hakikat matematika menurut Soedjadi (dalam Heruman,

2007:1), Matematika memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada

kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Suwangsih dan Tiurlina

(2006:3) menyebutkan Matematika terbentuk dari pengalaman

manusia dalam dunianya, kemudian pengalaman diproses di dalam

dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran di dalam struktur

kognitif sehingga terbentuk konsep-konsep matematika. Kemudian

agar konsep-konsep matematika dapat dipahami orang lain maka

dimanipulasi menggunakan bahasa/ notasi matematika secara

universal. Konsep matematika didapat karena proses berpikir, dan

logika adalah dasar terbentuknya matematika.

Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam

dunianya, kemudian pengalaman diproses di dalam dunia rasio, diolah

secara analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga

terbentuk konsep-konsep matematika. Kemudian agar konsep-konsep

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

25

matematika dapat dipahami orang lain maka dimanipulasi

menggunakan bahasa/ notasi matematika secara universal. Konsep

matematika didapat karena proses berpikir, dan logika adalah dasar

terbentuknya matematika (Suwangsih, 2006:3).

Matematika memiliki arti penting dalam kehidupan manusia.

Kegunaan matematika secara umum yaitu :1) matematika sebagai

pelayan ilmu yang lain, banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan

pengembangannya bergantung dari matematika : 2) metematika

digunakan sebagai pemecah permasalahan dalam kehidupan sehari-

hari manusia.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

matematika adalah ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir

(bernalar), dimana menekankan pada kegiatan dalam dunia rasio serta

memiliki objek tujuan yang abstrak.

b. Teori Pembelajaran Matematika

Menurut Bruner (dalam Heruman, 2007: 4) dalam metode

penemuannya mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran

matematika, siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan

yang diperlukan oleh dirinya sendiri. Menemukan disini artinya

menemukan kembali (discovery), atau dapat juga menemukan yang

baru (invention). Oleh karena itu, kepada siswa materi disajikan oleh

guru bukan dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan cara

penyelesaian masalahnya. Dalam pembelajaran ini guru harus lebih

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

26

banyak berperan sebagai pembimbing dibandingkan sebagai pemberi

tahu.

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang membutuhkan

daya nalar dan kegiatan dunia rasio yang cukup tinggi. Konsep materi

abstrak lebih dominan dari pada materi konkret. Dalam matematika,

setiap konsep abstrak yang baru dipahami siswa harus diberi

penguatan, agar bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan

melekat dalam pola pikir dan tindakannya. Untuk itulah maka dalam

pembelajaran matematika perlu adanya pembelajaran melalui

perbuatan dan pengertian, bukan sekedar hafalan yang mudah untuk

dilupakan.

Seorang guru dan calon guru harus mengetahui karakteristik dan

tujuan pembelajaran matematika di SD. Seperti yang telah diketahui

bahwa matematika adalah ilmu yang abstrak, sedangkan pada

perkembangannya siswa SD masih berada pada tahap operasional

konkret. Oleh karena itu pembelajaran matematika di SD tidak boleh

terlepas dari hakikat matematika dan hakikat anak didik di SD.

Menurut Heruman dalam Model Pembelajaran Matematika di

SD (2007:3) Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat

dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu :

1) Penanaman konsep

Penanaman konsep yaitu pembelajaran suatu konsep baru

matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

27

tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yang

dicirikan dengan kata “mengenal”. Pembelajaran penanaman

konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat

menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan

konsep dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat

digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.

2) Pemahaman konsep

Pemahaman konsep yaitu pembelajaran lanjut dari

pemahaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami

suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua

pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran

penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua,

pembelajaran pemahaman konsep dilanjutkan pada pertemuan yang

berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep.

Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah

disampaikan pada pertemuan sebelumnya.

3) Pembinaan keterampilan

Pembinaan keterampilan yaitu pembelajaran lanjutan dari

penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran

pembinanaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil

dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti halnya

pada pamahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri dari

dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

28

penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan.

Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan

dilakukan pada pertemuan yang berdeba, tapi masih merupakan

lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep. Pada pertemuan

tersebut, penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah

disampaikan pada pertemuan sebelumnya.

c. Pembelajaran Matematika di SD

Siswa SD pada umumnya berada pada usia 7 sampai 12 tahun

yang masih berada pada tahap operasional konkret. Oleh karena itu

menurut Suwangsih (2006:25) pembelajaran matemátika di SD harus

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral,

pendekatan spiral dalam pembelajaran matemátika merupakan

pendekatan yang pembelajaran konsep atau suatu topik

matematika selalu mengkaitkan atau menghubungkan dengan

topik sebelumnya.

2) Pembelajaran matematika bertahap, materi pelajaran matemátika

diajarkan mulai dari konsep-konsep yang sederhana menuju

konsep yang lebih sulit. Selain itu pembelajaran matematika

dimulai dari yang konkret, ke semi konkret dan akhirnya kepada

konsep abstrak.

3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif, materi

yang dipelajari dalam metematika dimulai dengan mengenalkan

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

29

contoh-contoh yang konkrit sehingga siswa dapat memahami

konsep yang ada dalam materi tersebut.

4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi,

kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten,

artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan

kebenaran yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar jika

didasarkan kepada pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah

diterima kebenarannya.

5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna, pada

pembelajaran matematika mengajarkan materi pelajaran yang

mengutamakan pengertian dari pada hafalan.

Berdasarkan uraian di atas maka disimpulkan bahwa matematika

merupakan kebenaran yang konsisten, bermakna, melalui beberapa

tahapan dan disajikan dari yang konkret, ke semi konkret dan akhirnya

kepada konsep abstrak.

d. Fungsi dan Tujuan Matematika

Matematika berfungsi mengembangkan dan menggunakan

rumus matematika yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari

melalui pengukuran geometri, aljabar dan trigonometri. Matematika

juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan

gagasan dengan bahasa melalui model matematika, diagram, grafik

atau tabel. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matematika

berfungsi sebagai pelajaran pokok yang harus dimiliki oleh setiap

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

30

orang karena dalam kehidupan penerapan matematika selalu ada.

Tujuan umum dan khusus pembelajaran matemtika di sekolah

dasar merupakan sebagai mata pelajaran yang memberikan gambaran

belajar tidak hanya pada ranah kogntif saja. Tetapi meluas pada ranah

afektif dan psikomotor. Pembelajaran matematika diarahkan untuk

pembentukan kepribadian dan pembentukan kemampuan berpikir.

Maka matematika dapat dikatakan bahwa tujuan matematika sekolah

dasar adalah sebagai alat dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi

dalam kehidupannya dan juga untuk pembentukan karakter dan

kepribadian yang baik dan kokoh. Sedangkan menurut Heruman

(2007: 2) tujuan pembelajaran matematika SD yaitu agar siswa

terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam

kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, untuk menuju tahap keterampilan

tersebut harus melalui langkah-langkah yang benar yang sesuai

dengan kemampuan dan lingkungan siswa.

e. Silabus Matematika Kelas V SD Semester 2

Tabel 2.4. SK dan KD Matematika Kelas V SD Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Bilangan

5. Menggunakan

pecahan dalam

pemecahan masalah

5.1 Mengubah pecahan ke bentuk persen

dan desimal serta sebaliknya

5.2 Menjumlahkan dan mengurangkan

berbagai bentuk pecahan

5.3 Mengalikan dan membagi berbagai

bentuk pecahan

5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah

perbandingan dan skala

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

31

f. Media dan Alat Peraga

Alat peraga merupakan alat-alat yang digunakan guru ketika

mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang

disampaikannya kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme

pada diri siswa. Pengajaran yang menggunakan banyak verbalisme

tentu akan segera membosankan. Belajar yang efektif harus mulai

dengan pengalaman langsung atau pengalaman konkret dan menuju

kepada pengalaman yang lebih abstrak. Belajar akan lebih efektif jika

dibantu dengan alat peraga.

Alat peraga yaitu alat untuk menerangkan atau mewujudkan

konsep matematika, seperti benda-benda berupa kubus, gelang, drum,

tangga garis bilangan, dan lain sebagainya. Untuk memahami konsep

abstrak anak memerlukan benda-benda konkrit sebagai perantara atau

visualisasinya. Selanjutnya konsep abstrak yang baru dipahaminya

yaitu akan mengendap, melekat, dan tahan lama bila ia belajar melalui

berbuat dan pengertian, bukan hanya melalui mengingat-ngingat fakta.

Media dan alat peraga mempunyai kedudukan yang penting

dalam pembelajaran matematika. Dengan menggunakan media maka

alat indera yang terpacu bukan hanya pendengaran dan penglihatan

saja, tetapi sekaligus dengan perabaan atau memanipulasi benda.

Dengan demikian diharapkan dapat mendorong semangat belajar

siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

32

Salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar siswa yaitu

adanya media atau alat peraga yang sesuai dengan materi yang akan

diajarkan dan menggunakan alat peraga lingkungan sekitar yaitu

benda-benda yang ada di alam dan yang mudah dilihat di sekitar yang

dapat dipakai untuk membantu menjelasklan konsep-konsep

matematika di SD. Dalam menentukan jenis alat peraga haruslah

cermat, jangan dipaksakan karena tujuan penggunaan alat peraga yaitu

agar konsep lebih mudah dipahami bukan menyulitkan siswa dalam

memahami konsep. Bila ternyata dengan alat peraga malah menjadi

rumit dan menyulitkan siswa maka hindari penggunaannya.

Dalam penelitian ini, alat peraga yang digunakan dalam

pembelajaran “Menggunakan pecahan dalam kehidupan sehari-hari”

yaitu alat peraga sederhana yang dapat membantu siswa dalam

penanaman konsep pecahan.

1) Kertas Persen

Langkah-langkah :

Siapkan kertas, pensil, dan penghapus, dan penggaris.

Gambarlah persegi pada kertas (ukuran bebas).

Buat sejumlah lingkaran kecil (misal 100) dalam persegi tersebut.

Batasi sejumlah lingkaran (misal 35) dengan pensil warna.

Contoh :

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

33

Contoh cara penggunaan :

Persen untuk menyatakan bagian dari kuantitas atau banyak benda

tertentu. Pada gambar diatas, banyaknya lingkaran adalah 100,

yang dibatasi kotak adalah 35. Pecahan untuk gambar di atas

adalah 100

35

, dibaca tiga puluh lima perseratus.

20

7

5:100

5:35

100

35

, maka persen untuk 20

7adalah 35 % atau 35

persen.

2) Kertas Lipat

Kertas lipat pecahan merupakan alat peraga yang tergolong

sederhana. Dengan alat peraga ini diharapkan siswa dapat

memahami konsep dasar pecahan.

a. Alat dan bahan dalam pembuat kertas lipat pecahan

Bahan utama dalam alat peraga ini adalah kertas lipat. Selain itu

juga membutuhkan pensil, penggaris, penghapus, dan gunting

untuk mendukung dalam pengaplikasian penggunaan alat peraga

kertas lipat dalam proses pembelajaran.

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

34

b. Contoh penggunaan kertas lipat pecahan dalam materi pecahan

menurut Heruman (2007: 43) adalah :

Menjumlahkan pecahan

(1) Menjumlahkan pecahan berpenyebut sama

Misalnya :

...4

1

4

1

Ambil dua kertas lipat

Kertas pertama lipat Kertas kedua lipat menjadi

menjadi 4 bagian 4 bagian

Arsir salah satu lipatan sesuai dengan perintah soal

4

1

4

1

Dalam peragaan berikut, tentukan hasil penjumlahan diatas

dengan cara:

Dipotong dan ditempelkan pada kertas yang satunya

4

1

4

2

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

35

4

3

4

12

4

1

4

2

Dalam penulisan penyebut, karena dua penyebut sama maka

ditulis menjadi satu penyebut. Bilangan penyebut harus

sama dan tidak boleh dijumlahkan.

(2) Menjumlahkan pecahan berpenyebut tidak sama

Misalnya :

...4

1

2

1

Ambil dua kertas lipat

Kertas lipat pertama kertas lipat kedua

dilipat menjadi 2 bagian dilipat menjadi 4

bagian satu bagian dipotong lalu digabungkan

+

2

1

4

1

4

3

Jadi hasil dari,

4

3

4

1

4

2

4

1

2

1

Dalam peragaan penjumlahan dapat diganti dengan

“penggabungan”.

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

36

Mengurangkan pecahan

(1) Pengurangan pecahan berpenyebut sama

Misalnya:

....4

1

4

2

Ambil satu buah kertas lipat pecahan, kemudian dua bagian

diarsir untuk menunjukan pecahan 4

2

4

2

Kemudian untuk menunjukan hasil pengurangan dari soal

diatas dapat menghapus satu bagian yang telah diarsir

sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:

Satu bagian yang diarsir dihapus 2

2

2

1

2

3

(2) Pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama

Misalnya:

.....4

1

2

1

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

37

Ambil kertas lipat, kemudian lipat menjadi dua bagian sama

besar, setelah itu lipat kembali menjadi dua bagian sama

besar, sehingga dapat digambarkan menjadi:

4

2 menjadidilipat

2

1

Sisa =

4

1

Diambil4

1 bagian

Jadi hasil dari, 4

1

4

1

4

2

4

1

2

1

3. Pembelajaran Kooperatif

Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya

mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin (dalam isjoni

2009: 15) mengemukakan cooperative learning adalah suatu model

pembelajaran yang sistem belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang

berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa

lebih bergairah dalam belajar. Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:12),

pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa

belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif

yang anggotanya 4-5 orang dengan struktur kelompok heterogen.

Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa

berani bertanya, mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

38

teman, dan saling memberikan pendapat. Selain itu dalam belajar siswa

dihadapkan pada latihan soal atau pemecahan masalah. Oleh sebab itu

pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa

dapat bekerjasama dan saling tolong menolong dalam mengerjakan tugas

yang dibebankan padanya. Pembelajaran kooperatif juga sangat berguna

untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerjasama, dan

membantu teman, karena siswa terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas

interaksi dan komunikasi yang berkualitas, serta dapat memotivasi siswa

untuk meningkatkan hasil belajarnya.

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar

kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang

membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.

Adapun unsur-unsur pembelajaran kooperatif menurut Roger dan David

Johnson (dalam Lie, 2008: 31), yaitu:

1) Saling ketergantungan positif

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru perlu

menyusun tugas untuk dikerjakan sehingga setiap kelompok

menyelesaikan tugasnya sendiri dan saling bekerja sama dalam

kelompok.

2) Tanggung jawab perseorangan

Seorang guru dalam pembelajaran kooperatif perlu membuat tugas

agar setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk belajar dan

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

39

mengembangkan kemampuan mereka masing-masing sebagai

sumbang saran dalam kelompok untuk mecapai kesuksesan bersama.

3) Tatap muka

Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan

berdiskusi, sehingga mengenal dan menerima satu sama lain dalam

kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.

4) Komunikasi antar anggota

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan

keterampilan berkomunikasi, karena tidak setiap siswa mempunyai

keahlian mendengarkan dan berbicara.

5) Evaluasi proses kelompok

Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok agar selanjutnya bisa bekerja

sama secara efektif.

Ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam menggunakan

pembelajaran kooperatif agar menjamin para siswa bekerja secara

kooperatif. Hal-hal tersebut meliputi :

1) Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa

mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama

yang harus dicapai.

2) Para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari

bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

40

bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung

jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu.

3) Untuk mencapai hasil yang maksimal, para siswa yang tergabung

dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam

mendiskusikan masalah yang dihadapinya.

4) Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari

bahwa setiap pekerjaan siswa mempunyai akibat langsung pada

keberhasilan kelompoknya.

Menurut Alma (2010: 93) manfaat cooperative learning yaitu:

Terjadi pengembangan kualitas diri peserta didik.

Mereka belajar saling terbuka, saling percaya, dan rileks.

Mereka belajar bertukar pikiran dalam suasana penuh keakraban.

Materi pelajaran dapat lebih dipahami karena mereka mencoba

membahas bersama serta memecahkan permasalahan yang diajukan

oleh guru.

Mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial, meningkatkan

kegairahan belajar.

Muncul sifat kesetiakawanan dan keterbukaan diantara siswa.

Berkembangnya perilaku demokratisasi dalam kelas.

Bisa pula meningkatkan prestasi siswa, jika model belajar ini betul-

betul diterapkan secara tepat.

Memberi kesempatan siswa untuk berpikir kritis dan kerjasama.

Terbentuk keterampilan berpikir kritis dan kerjasama.

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

41

Muncul persatuan, hubungan antar pribadi yang positif, menghargai

bimbingan dari teman, menghargai nilai-nilai.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Pembelajaran kooperatif tipe TPS menurut Trianto (2010:81),

merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa.

Pembelajaran Kooperatif tipe TPS merupakan teknik sederhana yang

mempunyai keuntungan dapat mengoptimalkan partisipasi siswa

mengeluarkan pendapat, dan meningkatkan pengetahuan. Siswa

meningkatkan daya pikir (think) lebih dulu, sebelum masuk ke dalam

kelompok berpasangan (pair), kemudian berbagi dalam kelompok (share).

Setiap siswa saling berbagi ide, pemikiran atau informasi yang mereka

ketahui tentang permasalahan yang diberikan oleh guru, dan bersama-sama

mencari solusinya dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Prosedur

dalam cooperative learning ini ada empat tahapan yaitu tahap pemberian

masalah oleh guru, tahap think (berpikir secara individual), tahap pair

(berpasangan dengan teman sebangku), tahap share (berbagi ide atau

pendapat dengan pasangan lain atau seluruh kelas) dan tahap selanjutnya

yaitu penghargaan. Keempat tahapan ini mempunyai pengaruh besar dalam

pembelajaran TPS.

Adapun tahapan-tahapan dalam pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

adalah sebagai berikut:

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

42

1. Think (berpikir secara individual)

Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah

yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir

secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada

tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini

karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga

melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus

diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran. Dalam menentukan

batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan

pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan,

jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran

untuk setiap kali pertemuan.

Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time” atau waktu

berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir

mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab

oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya

siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk

dikerjakan sendiri.

2. Pair (berpasangan)

Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan

dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi

selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama. Biasanya

guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

43

Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban

mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat menjadi lebih

baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan

masalah yang lain.

3. Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)

Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut

untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain atau

dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru

berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga

seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh

kesempatan untuk melapor (Trianto, 2010: 81-82).

Langkah ini merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah

sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini menolong agar semua

kelompok menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah

yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga

agar siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi

maupun penguatan di akhir pembelajaran.

4. Tahap penghargaan

Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu

maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap

think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair

dan share, terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan

terhadap seluruh kelas. Ada tiga tingkat penghargaan yang diberikan

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

44

untuk prestasi kelompok berdasarkan nilai perkembangan berupa nilai

Lembar Kerja Kelompok serta nilai observasi yang diperoleh

kelompok. Ketiga penghargaan itu adalah sebagai berikut:

Super Team : diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-

rata 25-30.

Great Team : diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-

rata 15-24.

Good Team : diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-

rata 5-14.

Para siswa mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan

tingkat dimana skor kuis mereka melampaui skor awal mereka, dengan

kriteria sebagai berikut:

Skor Kuis Poin Kemajuan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal

10-1 poin di bawah skor awal

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal

Lebih dari 10 poin di atas skor awal

Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal)

5

10

20

30

30

Menurut Alma (2010: 92) pembelajaran Think Pair Share, mula-

mula siswa memikirkan sendiri (think) permasalahan yang diberikan

oleh guru, kemudian dalam tahap pair, siswa bekerja sama dalam pair,

dan mendiskusikan jawaban yang terbaik menurut mereka. Selanjutnya

tahap share pada saat mempresentasikan jawaban secara berkelompok

di depan kelas. Setelah presentasi di depan kelas, siswa dapat

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

45

merasakan manfaat lebih dalam dari teknik Think Pair Share ini,

mereka dapat meninjau dan memecahkan permasalahan dari sudut

pandang yang berbeda, namun menuju ke arah jawaban yang sama.

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas

dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk

reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang

baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi,

pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk

suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta

sekaligus akan membangkitkan harga diri.

Jelas inti keberhasilan dari teknik ini ialah bagaimana guru

merumuskan permasalahan pada awal pelajaran, yang memberi makna

bagi siswa, dan menimbulkan rasa penasaran sisiwa, sehingga mereka

tertarik mencari solusi. Model pembelajaran ini sangat membantu

kreativitas berpikir siswa yang kelak sangat berguna apabila mereka

terjun di masyarakat, menemukan banyak masalah, dan mereka mampu

memecahkan masalah tersebut bersama dengan anggota masyarakat

lainnya.

Kelebihan :

a. Siswa dapat berinteraksi dalam memecahkan masalah, menemukan

konsep yang dikembangkan.

b. Siswa dapat meningkatkan perolehan isi akademik dan

keterampilan sosial.

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

46

c. Setiap siswa dalam kelompoknya berusaha mengetahui jawaban

pertanyaan yang diberikan (semua siswa aktif).

d. Melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi

melalui diskusi kelompok dan presentasi jawaban suatu pertanyaan

atau permasalahan.

e. Meningkatkan keterampilan berpikir secara individu maupun

kelompok.

f. Teknik think pair share, mudah dilaksanakan dalam kelas besar,

siswa dapat memahami materi pelajaran dengan baik, melatih siswa

mengeluarkan pendapat dan berbagai pendapat dalam kelompok.

Kekurangan:

a. Dibutuhkan waktu yang lama.

b. Pada pembelajaran kooperatif, siswa belajar dan bekerja sama

dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa

atau pasangannya.Hal ini dimaksudkan agar interaksi antar siswa

menjadi maksimal dan efektif. Apabila jumlah siswa sangat banyak

guru akan mengalami kesulitan membimbing siswa.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ria Rohmanita tahun 2010

yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPS Pada Materi Mengenal

Aktivitas Ekonomi Berkaitan Dengan Sumber Daya Alam dan Potensinya

Melalui Pembelajaran Kooperatif tipe TPS di Kelas IV SD Negeri Bentul

yang terdiri dari dua siklus dengan subyek penelitian sejumlah 23 siswa.

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

47

Hasil penelitian ini diperoleh nilai rata-rata untuk hasil belajar aspek

kognitif siklus I sebesar 55,65 (21,73%), aspek afektif nilai rata-rata 224,5

(48,80%), aspek psikomotor diperoleh nila rata-rata sebesar 273 (75,18%).

Untuk hasil belajar aspek kognitif pada siklus II diperoleh nilai rata-rata

sebesar 86,36 (100%), aspek afektif diperoleh niali rata-rata sebesar 336

(75%), sedangkan aspek psikomotor diperoleh nilai rata-rata sebesar 283

(80,39%). Kesimpulannya bahwa Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS pada

pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri Bentul Kecamatan Kebasen dapat

meningkatkan hasil belajar.

C. Kerangka Berpikir

Karakteristik matematika yang abstrak menyebabkan materi

matematika sulit untuk dipahami siswa terutama siswa SD yang masih

berada pada tahap berpikir konkret. Selain itu dalam pelajaran, guru masih

menggunakan model pembelajaran yang bersifat Teacher Centered dengan

metode ceramah, sehingga bisa menjembatani kesenjangan materi dan

kemampuan berpikir siswa. Konsep yang diterima cenderung verbal,

interaksi belajar didominasi guru, siswa menjadi pasif, tidak berani bertanya

maupun menyampaikan pendapat, sehingga interaksi siswa tidak maksimal.

Secara skematis, kerangka berfikir dapat ditunjukkan pada skema di

bawah ini:

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

48

Gambar 2.1

Skema Kerangka Berpikir

Melihat kondisi tersebut perlu adanya inovasi dalam pembelajaran

matematika. Dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS belajar dalam

kelompok kecil memungkinkan siswa untuk berbagi dan bertambah

pengetahuan, membangun kerjasama dan siswa berlatih menerima

perbedaan. Dengan melihat karakteristik dan segala kelebihan yang dimiliki

pembelajaran Kooperatif tipe TPS maka dilakukan tindakan untuk mencoba

menerapkan pembelajaran Kooperatif tipe TPS, dengan harapan dapat

meningkatkan hasil belajar matematika siswa, selain itu guru kelas akan

bertambah pengetahuan, sikap dan keterampilan akademiknya. Akibatnya

Siswa : hasil belajar

siswa belum

maksimal

Guru: belum menggunakan

pembelajaran Kooperatif tipe

TPS KONDISI

AWAL

Siklus I : Guru

menggunakan

pembelajaran

kooperatif tipe TPS Guru : menggunakan

pembelajaran Kooperatif

TPS TINDAKAN

Siklus II : Guru

menggunakan

pembelajaran

kooperatif tipe TPS

Melalui pembelajaran TPS

dapat meningkatkan hasil

belajar matematika

Kondisi

Akhir

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012

49

akan meningkatkan profesionalisme dan kualitas guru. Jadi dapat diduga

bahwa dengan pembelajaran Kooperatif tipe TPS akan meningkatkan hasil

belajar matematika siswa SD.

D. HIPOTESIS TINDAKAN

Penggunaan model pembelajaran yang tepat pada pelaksanaan

pembelajaran dan perencanaan pembelajaran disusun dengan matang, maka

tujuan pembelajaran akan tercapai dengan optimal. Berdasarkan hal

tersebut, maka diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Melalui Pembelajaran Kooperatif tipe TPS pada materi pecahan kelas

VA di SD Negeri Mandirancan dapat meningkatkan hasil belajar

matematika siswa ranah kognitif.

2. Melalui Pembelajaran Kooperatif tipe TPS pada materi pecahan kelas

VA di SD Negeri Mandirancan dapat meningkatkan hasil belajar

matematika siswa ranah afektif.

3. Melalui Pembelajaran Kooperatif tipe TPS pada materi pecahan kelas

VA di SD Negeri Mandirancan dapat meningkatkan hasil belajar

matematika siswa ranah psikomotor.

Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012