Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2010: 2) pengertian secara psikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai
berikut: Belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Menurut Suprijono (2011: 2) belajar adalah
perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Kemudian Menurut
Gagne (Sagala 2010: 13) belajar adalah suatu proses dimana
organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
minat belajar adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh melalui suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Belajar adalah
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
14
suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai
hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Berikut adalah prinsip-prinsip belajar (Suprijono, 2011: 4) :
1) Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku
sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri : (a) sebagai hasil tindakan
rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari: (b) kontinu
atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya: (c) fungsional
atau bermanfaat sebagai bekal hidup: (d) positif atau
berakumulasi: (e) aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan
dilakukan: (f) permanen atau tetap: (g) bertujuan dan terarah: (h)
mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
2) Belajar merupakan proses, terjadi karena didorong kebutuhan dan
tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang
dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan
fungsional dari berbagai komponen belajar.
3) Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada
dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya.
b. Pengertian Hasil belajar
Berikut adalah pengertian hasil belajar menurut para ahli (Jihad,
2010:14) : a) Menurut Abdurrahman, hasil belajar adalah kemampuan
yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar: b) Menurut
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
15
Hamalik (dalam Jihad dan Haris, 2010:15), hasil belajar adalah pola-
pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, dan sikap, serta
apersepsi dan abilitas : c) Menurut Sudjana (dalam Jihad dan Haris,
2010: 15) berpendapat hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima belajarnya.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak serta perubahan
tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar
mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Hasil belajar
mencakup tiga ranah (domain) yaitu kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Hasil belajar merupakan
pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari
ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang
dilakukan dalam waktu tertentu menurut Bloom (dalam Jihad,
2010:14).
c. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Slameto (2010:54) menyebutkan beberapa faktor yang
mempengaruhi belajar, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri
individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar individu
(eksternal). Faktor internal dikelompokan menjadi 3 antara lain: 1)
faktor jasmaniah yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh: 2) faktor
psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kesiapan: 3) faktor kelelahan.
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
16
Untuk faktor eksternal yang mempengaruhi belajar
dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu: 1) faktor keluarga meliputi
cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar
belakang kebudayaan: 2) faktor sekolah meliputi metode mengajar
yang dilakukan oleh guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,
standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan
tugas rumah: 3) faktor masyarakat, yang mempengaruhi belajar siswa
antara lain kegiatan siswa di masyarakat, mass media, teman bergaul
dan bentuk kehidupan masyarakat.
Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada dua
faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor dari dalam diri siswa
(internal) dan faktor dari luar diri siswa (eksternal).
d. Klasifikasi Hasil Belajar
1) Pengertian Hasil Belajar
Jihad (2010: 16-19), menyatakan bahwa hasil belajar yang
dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan
instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang
dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yakni :
a) Ranah Kognitif, yaitu berkenaan dengan hasil belajar
intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni :
(1) pengetahuan atau ingatan, yakni jenjang yang paling
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
17
rendah dalam kemampuan kognitif. Dalam hal ini tekanan
utama pada pengenalan kembali fakta dan prinsip. Kata-
kata yang dipakai : definisikan, ulangi, laporkan, ingat,
garis bawahi, sebutkan, daftar, dan sambungkan.
(2) pemahaman, yaitu jenjang setingkat di atas pengetahuan
yang meliputi penerimaan dalam komunikasi secara
akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk
penyajian yang berbeda, mereorganisasikannya secara
singkat tanpa merubah pengertian dan dapat
mengeksplorasikan. Kata-kata yang dipakai : menerjemah,
nyatakan kembali, diskusikan, gambarkan,
reorganisasikan, jelaskan, identifikasi, tempatkan, review,
ceritakan, dan paparkan.
(3) aplikasi atau penerapan, yaitu penggunaan prinsip atau
metode pada situasi yang baru. Kata-kata yang dipakai
antara lain : interpretasikan, terapkan, laksanakan,
gunakan, demonstrasikan, praktekkan, ilustrasikan,
operasikan, jadwalkan, sketsa, kerjakan, mengubah.
(4) analisis, menyangkut kemampuan anak dalam memisah-
misah terhadap suatu materi menjadi bagian-bagian yang
membentuknya, mendeteksi hubungan diantara bagian itu
dan cara materi itu diorganisir. Kata-kata yang dapat
dipakai : pisahkan, analisa, bedakan, hitung, cobakan, test,
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
18
bandingkan, teliti, hubungkan, pecahkan, kategorikan.
(5) sintesis, meliputi anak menaruhkan/menempatkan bagian-
bagian atau elemen satu/bersama sehingga membentuk
suatu keseluruhan yang koheren. Kata-kata yang dapat
dipakai : komposisi, desain, formulasi, atur, rakit,
kumpulkan, ciptakan, susun, organisasikan, memanage,
siapkan, rancang, sederhanakan.
(6) evaluasi, yaitu jenjang paling atas dan paling sulit dalam
kemampuan pengetahuan anak didik. Meliputi
kemampuan anak didik dalam pengambilan keputusan
atau dalam menyatakan pendapat tentang nilai suatu
tujuan, idea, pekerjaan, pemecahan masalah, metoda,
materi dan lain-lain. Kata-kata yang dipakai : putuskan,
hargai, nilai, skala, bandingkan, revisi, skor, perkiraan.
b) Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima
aspek, yakni :
(1) menerima atau memperhatikan, meliputi sifat sensitif
terhadap adanya eksistensi suatu phenomena tertentu atau
suatu stimulus dan kesadaran yang merupakan perilaku
kognitif. Termasuk keinginan untuk menerima dan
memperhatikan. Kata-kata yang dapat dipakai: dengar,
lihat, raba, cium, rasa, pandang, pilih, kontrol, waspada,
hindari, suka, perhatian.
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
19
(2) merespon, yaitu anak didik dilibatkan dalam suatu objek
tertentu, fenomena atau suatu kegiatan sehingga ia akan
mencari dan menambah kepuasan dari keterlibatan di
dalamnya. Kata-kata yang dapat dipakai : persetujuan,
komunikasi, minat, reaksi, membantu, menolong,
partisipasi, melibatkan diri, menyenangi, menyukai,
gemar, cinta, puas, menikmati, diskusi, melaporkan.
(3) penghargaan, yaitu pada level ini anak didik berperilaku
konsisten dan stabil, tidak hanya dalam persetujuan
terhadap suatu nilai tetapi juga pemilihan terhadapnya dan
keterkaitannya pada suatu pandangan atau ide tertentu.
Kata-kata yang dapat dipakai : mengakui dengan tulus,
mengidentifikasi diri, mempercayai, menyatukan diri,
menginginkan, menghendaki, beritikad, menciptakan
ambisi, disiplin, dedikasi diri, rela berkorban,
tanggungjawab, yakin, pasrah.
(4) mengorganisasikan, yakni dalam jenjang ini anak didik
membentuk suatu sistim nilai yang dapat menuntun
perilaku meliputi konseptualisasi dan mengorganisasikan.
Kata-kata yang dapat dipakai : menimbang-nimbang,
menjalin, mengkristalisasikan, menyusun sistim,
mengidentifikasikan, menyelaraskan, menyeimbangkan,
dan membentuk filsafat hidup.
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
20
(5) mempribadi (mewatak), sudah ada internalisasi, nilai-nilai
telah mendapatkan tempat pada diri individu, diorganisir
ke dalam suatu sistem yang bersifat internal, memiliki
kontrol perilaku. Kata-kata yang dapat dipakai : bersifat
objektif, bijaksana, adil, teguh dalam pendirian, percaya
diri, berkepribadian.
c) Ranah Psikomotor, berkenaan dengn hasil belajar keterampilan
dan kemampuan bertindak. Ada lima aspek yakni:
(1) menirukan, yaitu apabila ditunjukkan kepada anak didik
suatu action yang dapat diamati, maka ia akan mulai
membuat suatu tiruan terhadap action itu sampai pada
tingkat sistim otot-ototnya dan dituntun oleh dorongan
kata hati untuk menirukan. Kata-kata yang dapat dipakai :
menirukan, pengulangan, coba lakukan, berketetapan hati,
mau, minat, bergairah.
(2) manipulasi, yaitu anak dapat menampilkan suatu action
seperti yang diajarkan dan juga tidak hanya pada seperti
yang diamati. Anak didik mulai dapat membedakan antara
satu set action dengan yang lain, menjadi mampu memilih
action yang diperlukan dan mulai memiliki keterampilan
dalam memanipulasi. Kata-kata yang dapat dipakai: ikuti
petunjuk, mencoba-coba, mengutakatik, perbaikan
tindakan.
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
21
(3) keseksamaan, yaitu meliputi kemampuan anak didik dalam
penampilan yang telah sampai pada tingkat perbaikan
yang lebih tinggi dalam mereproduksi suatu kegiatan
tertentu. Kata-kata yang dapat dipakai : lakukan kembali,
kerjakan kembali, hasilkan, kontrol, teliti, menggunakan.
(4) artikulasi, anak didik telah dapat mengkoordinasikan
serentetan action dengan menetapkan urutan secara tepat
diantara action yang berbeda. Kata-kata yang dapat
dipakai : lakukan secara harmonis, lakukan secara unit.
(5) naturalisasi, yaitu tingkat terakhir dari kemampuan
psikomotorik dimana anak telah dapat melakukan secara
alami satu action atau sejumlah action yang urut.
Untuk memperoleh hasil belajar, maka dilakukan evaluasi
atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk
mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar
siswa tidak hanya diukur dari tingkat penguasaan ilmu
pengetahuan saja, tapi juga pada sikap, dan keterampilan. Dengan
demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang
dipelajari di sekolah baik pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, hasil belajar ditekankan
pada:
1) Ranah Kognitif yaitu antara aspek pengetahuan, pemahaman,
analisis, penerapan/ aplikasi atau aspek lain yang sesuai
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
22
dengan materi pelajaran. Instrumen hasil belajar yang
digunakan berupa scoring pada hasil LKS dan soal kuis/
evaluasi pembelajaran. Skor dari LKS hanya sebagai hasil dari
latihan siswa dalam memahami konsep materi, sedangkan skor
kuis adalah skor sesungguhnya yang akan digunakan sebagai
alat ukur kemampuan siswa dan untuk pengolahan data
penelitian.
Tabel 2.1 Ranah Kognitif dalam pembelajaran TPS materi
pecahan
Indikator Tingkatan Kegiatan
1. Mendefinisikan
pecahan
Pengetahuan Bertanya jawab
mengenai definisi dari
pecahan
2. Mengubah pecahan
biasa ke bentuk
persen dan
sebaliknya
Pemahaman Siswa mengubah
pecahan biasa ke
bentuk persen dan
sebaliknya
3. Mengubah pecahan
biasa menjadi
desimal dan
sebaliknya.
Pemahaman Siswa mengubah
pecahan biasa
menjadi pecahan
desimal dan
sebaliknya
4. Mengoperasikan
penjumlahan dan
pengurangan
pecahan
Penerapan Siswa
mengoperasikan
penjumlahan dan
pengurangan pecahan
2) Ranah Afektif, yaitu penilaian pada aspek penerimaan, respons,
menilai, mengorganisasi, dan karakterisasi. Instrumen yang
digunakan dalam penilaian afektif berupa lembar penilaian
afektif.
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
23
Tabel 2.2 Ranah afektif dalam pembelajaran TPS materi
pecahan
No. Tingkatan
Afektif
Indikator Kegiatan
1. Receiving Siswa mengikuti pembelajaran
2. Responding Siswa mendengarkan penjelasan guru
3. Receiving Siswa memperhatikan pengarahan dari
guru
4. Responding Siswa berdiskusi dengan pasangan/
kelompok
5. Responding Bertnya hal yang belum dipahami
6. Responding Siswa saling membantu dalam rangka
pemahaman materi
7. Responding Berani dan aktif mengemukakan
ide/gagasan
8. Responding Siswa menghormati pendapat teman
3) Ranah Psikomotor, penilaian ini ditekankan pada keterampilan
proses/ kinerja kelompok dalam membuat dan menggunakan
alat peraga/ media sesuai kebutuhan dan sesuai materi
pembelajaran. Instrumen yang digunakan dalam penilaian
psikomotor berupa lembar penilaian psikomotor.
Tabel 2.3 Ranah psikomotor dalam pembelajaran TPS materi
pecahan
No. Aspek
psikomotor Indikator Kegiatan
1. Menirukan Antusias siswa dalam membuat alat
peraga
2. Manipulasi Membuat alat peraga sesuai dengan
petunjuk pembuatan.
3. Menirukan Mampu menunjukkan hasil yang
baik
4. Keseksamaan Mampu menggunakan alat peraga
yang telah dibuat.
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
24
2. Matematika Sekolah Dasar
a. Pengertian Matematika
Menurut Russeffendi (dalam Suwangsih, 2006:3) kata
matematika berasal dari bahasa Latin mathematika, dan bahasa Yunani
mathematike yang berarti mempelajari, dimana asal katanya mathema
yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata
mathematike berhubungan dengan kata mathein dan mathenein yang
artinya belajar (berpikir).
Hakikat matematika menurut Soedjadi (dalam Heruman,
2007:1), Matematika memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada
kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Suwangsih dan Tiurlina
(2006:3) menyebutkan Matematika terbentuk dari pengalaman
manusia dalam dunianya, kemudian pengalaman diproses di dalam
dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran di dalam struktur
kognitif sehingga terbentuk konsep-konsep matematika. Kemudian
agar konsep-konsep matematika dapat dipahami orang lain maka
dimanipulasi menggunakan bahasa/ notasi matematika secara
universal. Konsep matematika didapat karena proses berpikir, dan
logika adalah dasar terbentuknya matematika.
Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam
dunianya, kemudian pengalaman diproses di dalam dunia rasio, diolah
secara analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga
terbentuk konsep-konsep matematika. Kemudian agar konsep-konsep
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
25
matematika dapat dipahami orang lain maka dimanipulasi
menggunakan bahasa/ notasi matematika secara universal. Konsep
matematika didapat karena proses berpikir, dan logika adalah dasar
terbentuknya matematika (Suwangsih, 2006:3).
Matematika memiliki arti penting dalam kehidupan manusia.
Kegunaan matematika secara umum yaitu :1) matematika sebagai
pelayan ilmu yang lain, banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan
pengembangannya bergantung dari matematika : 2) metematika
digunakan sebagai pemecah permasalahan dalam kehidupan sehari-
hari manusia.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir
(bernalar), dimana menekankan pada kegiatan dalam dunia rasio serta
memiliki objek tujuan yang abstrak.
b. Teori Pembelajaran Matematika
Menurut Bruner (dalam Heruman, 2007: 4) dalam metode
penemuannya mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran
matematika, siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan
yang diperlukan oleh dirinya sendiri. Menemukan disini artinya
menemukan kembali (discovery), atau dapat juga menemukan yang
baru (invention). Oleh karena itu, kepada siswa materi disajikan oleh
guru bukan dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan cara
penyelesaian masalahnya. Dalam pembelajaran ini guru harus lebih
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
26
banyak berperan sebagai pembimbing dibandingkan sebagai pemberi
tahu.
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang membutuhkan
daya nalar dan kegiatan dunia rasio yang cukup tinggi. Konsep materi
abstrak lebih dominan dari pada materi konkret. Dalam matematika,
setiap konsep abstrak yang baru dipahami siswa harus diberi
penguatan, agar bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan
melekat dalam pola pikir dan tindakannya. Untuk itulah maka dalam
pembelajaran matematika perlu adanya pembelajaran melalui
perbuatan dan pengertian, bukan sekedar hafalan yang mudah untuk
dilupakan.
Seorang guru dan calon guru harus mengetahui karakteristik dan
tujuan pembelajaran matematika di SD. Seperti yang telah diketahui
bahwa matematika adalah ilmu yang abstrak, sedangkan pada
perkembangannya siswa SD masih berada pada tahap operasional
konkret. Oleh karena itu pembelajaran matematika di SD tidak boleh
terlepas dari hakikat matematika dan hakikat anak didik di SD.
Menurut Heruman dalam Model Pembelajaran Matematika di
SD (2007:3) Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat
dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu :
1) Penanaman konsep
Penanaman konsep yaitu pembelajaran suatu konsep baru
matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
27
tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yang
dicirikan dengan kata “mengenal”. Pembelajaran penanaman
konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat
menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan
konsep dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat
digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.
2) Pemahaman konsep
Pemahaman konsep yaitu pembelajaran lanjut dari
pemahaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami
suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua
pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran
penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua,
pembelajaran pemahaman konsep dilanjutkan pada pertemuan yang
berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep.
Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah
disampaikan pada pertemuan sebelumnya.
3) Pembinaan keterampilan
Pembinaan keterampilan yaitu pembelajaran lanjutan dari
penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran
pembinanaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil
dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti halnya
pada pamahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri dari
dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
28
penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan.
Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan
dilakukan pada pertemuan yang berdeba, tapi masih merupakan
lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep. Pada pertemuan
tersebut, penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah
disampaikan pada pertemuan sebelumnya.
c. Pembelajaran Matematika di SD
Siswa SD pada umumnya berada pada usia 7 sampai 12 tahun
yang masih berada pada tahap operasional konkret. Oleh karena itu
menurut Suwangsih (2006:25) pembelajaran matemátika di SD harus
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral,
pendekatan spiral dalam pembelajaran matemátika merupakan
pendekatan yang pembelajaran konsep atau suatu topik
matematika selalu mengkaitkan atau menghubungkan dengan
topik sebelumnya.
2) Pembelajaran matematika bertahap, materi pelajaran matemátika
diajarkan mulai dari konsep-konsep yang sederhana menuju
konsep yang lebih sulit. Selain itu pembelajaran matematika
dimulai dari yang konkret, ke semi konkret dan akhirnya kepada
konsep abstrak.
3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif, materi
yang dipelajari dalam metematika dimulai dengan mengenalkan
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
29
contoh-contoh yang konkrit sehingga siswa dapat memahami
konsep yang ada dalam materi tersebut.
4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi,
kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten,
artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan
kebenaran yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar jika
didasarkan kepada pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah
diterima kebenarannya.
5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna, pada
pembelajaran matematika mengajarkan materi pelajaran yang
mengutamakan pengertian dari pada hafalan.
Berdasarkan uraian di atas maka disimpulkan bahwa matematika
merupakan kebenaran yang konsisten, bermakna, melalui beberapa
tahapan dan disajikan dari yang konkret, ke semi konkret dan akhirnya
kepada konsep abstrak.
d. Fungsi dan Tujuan Matematika
Matematika berfungsi mengembangkan dan menggunakan
rumus matematika yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari
melalui pengukuran geometri, aljabar dan trigonometri. Matematika
juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan
gagasan dengan bahasa melalui model matematika, diagram, grafik
atau tabel. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matematika
berfungsi sebagai pelajaran pokok yang harus dimiliki oleh setiap
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
30
orang karena dalam kehidupan penerapan matematika selalu ada.
Tujuan umum dan khusus pembelajaran matemtika di sekolah
dasar merupakan sebagai mata pelajaran yang memberikan gambaran
belajar tidak hanya pada ranah kogntif saja. Tetapi meluas pada ranah
afektif dan psikomotor. Pembelajaran matematika diarahkan untuk
pembentukan kepribadian dan pembentukan kemampuan berpikir.
Maka matematika dapat dikatakan bahwa tujuan matematika sekolah
dasar adalah sebagai alat dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi
dalam kehidupannya dan juga untuk pembentukan karakter dan
kepribadian yang baik dan kokoh. Sedangkan menurut Heruman
(2007: 2) tujuan pembelajaran matematika SD yaitu agar siswa
terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam
kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, untuk menuju tahap keterampilan
tersebut harus melalui langkah-langkah yang benar yang sesuai
dengan kemampuan dan lingkungan siswa.
e. Silabus Matematika Kelas V SD Semester 2
Tabel 2.4. SK dan KD Matematika Kelas V SD Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Bilangan
5. Menggunakan
pecahan dalam
pemecahan masalah
5.1 Mengubah pecahan ke bentuk persen
dan desimal serta sebaliknya
5.2 Menjumlahkan dan mengurangkan
berbagai bentuk pecahan
5.3 Mengalikan dan membagi berbagai
bentuk pecahan
5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah
perbandingan dan skala
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
31
f. Media dan Alat Peraga
Alat peraga merupakan alat-alat yang digunakan guru ketika
mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang
disampaikannya kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme
pada diri siswa. Pengajaran yang menggunakan banyak verbalisme
tentu akan segera membosankan. Belajar yang efektif harus mulai
dengan pengalaman langsung atau pengalaman konkret dan menuju
kepada pengalaman yang lebih abstrak. Belajar akan lebih efektif jika
dibantu dengan alat peraga.
Alat peraga yaitu alat untuk menerangkan atau mewujudkan
konsep matematika, seperti benda-benda berupa kubus, gelang, drum,
tangga garis bilangan, dan lain sebagainya. Untuk memahami konsep
abstrak anak memerlukan benda-benda konkrit sebagai perantara atau
visualisasinya. Selanjutnya konsep abstrak yang baru dipahaminya
yaitu akan mengendap, melekat, dan tahan lama bila ia belajar melalui
berbuat dan pengertian, bukan hanya melalui mengingat-ngingat fakta.
Media dan alat peraga mempunyai kedudukan yang penting
dalam pembelajaran matematika. Dengan menggunakan media maka
alat indera yang terpacu bukan hanya pendengaran dan penglihatan
saja, tetapi sekaligus dengan perabaan atau memanipulasi benda.
Dengan demikian diharapkan dapat mendorong semangat belajar
siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
32
Salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar siswa yaitu
adanya media atau alat peraga yang sesuai dengan materi yang akan
diajarkan dan menggunakan alat peraga lingkungan sekitar yaitu
benda-benda yang ada di alam dan yang mudah dilihat di sekitar yang
dapat dipakai untuk membantu menjelasklan konsep-konsep
matematika di SD. Dalam menentukan jenis alat peraga haruslah
cermat, jangan dipaksakan karena tujuan penggunaan alat peraga yaitu
agar konsep lebih mudah dipahami bukan menyulitkan siswa dalam
memahami konsep. Bila ternyata dengan alat peraga malah menjadi
rumit dan menyulitkan siswa maka hindari penggunaannya.
Dalam penelitian ini, alat peraga yang digunakan dalam
pembelajaran “Menggunakan pecahan dalam kehidupan sehari-hari”
yaitu alat peraga sederhana yang dapat membantu siswa dalam
penanaman konsep pecahan.
1) Kertas Persen
Langkah-langkah :
Siapkan kertas, pensil, dan penghapus, dan penggaris.
Gambarlah persegi pada kertas (ukuran bebas).
Buat sejumlah lingkaran kecil (misal 100) dalam persegi tersebut.
Batasi sejumlah lingkaran (misal 35) dengan pensil warna.
Contoh :
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
33
Contoh cara penggunaan :
Persen untuk menyatakan bagian dari kuantitas atau banyak benda
tertentu. Pada gambar diatas, banyaknya lingkaran adalah 100,
yang dibatasi kotak adalah 35. Pecahan untuk gambar di atas
adalah 100
35
, dibaca tiga puluh lima perseratus.
20
7
5:100
5:35
100
35
, maka persen untuk 20
7adalah 35 % atau 35
persen.
2) Kertas Lipat
Kertas lipat pecahan merupakan alat peraga yang tergolong
sederhana. Dengan alat peraga ini diharapkan siswa dapat
memahami konsep dasar pecahan.
a. Alat dan bahan dalam pembuat kertas lipat pecahan
Bahan utama dalam alat peraga ini adalah kertas lipat. Selain itu
juga membutuhkan pensil, penggaris, penghapus, dan gunting
untuk mendukung dalam pengaplikasian penggunaan alat peraga
kertas lipat dalam proses pembelajaran.
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
34
b. Contoh penggunaan kertas lipat pecahan dalam materi pecahan
menurut Heruman (2007: 43) adalah :
Menjumlahkan pecahan
(1) Menjumlahkan pecahan berpenyebut sama
Misalnya :
...4
1
4
1
Ambil dua kertas lipat
Kertas pertama lipat Kertas kedua lipat menjadi
menjadi 4 bagian 4 bagian
Arsir salah satu lipatan sesuai dengan perintah soal
4
1
4
1
Dalam peragaan berikut, tentukan hasil penjumlahan diatas
dengan cara:
Dipotong dan ditempelkan pada kertas yang satunya
4
1
4
2
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
35
4
3
4
12
4
1
4
2
Dalam penulisan penyebut, karena dua penyebut sama maka
ditulis menjadi satu penyebut. Bilangan penyebut harus
sama dan tidak boleh dijumlahkan.
(2) Menjumlahkan pecahan berpenyebut tidak sama
Misalnya :
...4
1
2
1
Ambil dua kertas lipat
Kertas lipat pertama kertas lipat kedua
dilipat menjadi 2 bagian dilipat menjadi 4
bagian satu bagian dipotong lalu digabungkan
+
2
1
4
1
4
3
Jadi hasil dari,
4
3
4
1
4
2
4
1
2
1
Dalam peragaan penjumlahan dapat diganti dengan
“penggabungan”.
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
36
Mengurangkan pecahan
(1) Pengurangan pecahan berpenyebut sama
Misalnya:
....4
1
4
2
Ambil satu buah kertas lipat pecahan, kemudian dua bagian
diarsir untuk menunjukan pecahan 4
2
4
2
Kemudian untuk menunjukan hasil pengurangan dari soal
diatas dapat menghapus satu bagian yang telah diarsir
sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:
Satu bagian yang diarsir dihapus 2
2
2
1
2
3
(2) Pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama
Misalnya:
.....4
1
2
1
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
37
Ambil kertas lipat, kemudian lipat menjadi dua bagian sama
besar, setelah itu lipat kembali menjadi dua bagian sama
besar, sehingga dapat digambarkan menjadi:
4
2 menjadidilipat
2
1
Sisa =
4
1
Diambil4
1 bagian
Jadi hasil dari, 4
1
4
1
4
2
4
1
2
1
3. Pembelajaran Kooperatif
Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu
sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin (dalam isjoni
2009: 15) mengemukakan cooperative learning adalah suatu model
pembelajaran yang sistem belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang
berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa
lebih bergairah dalam belajar. Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:12),
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya 4-5 orang dengan struktur kelompok heterogen.
Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa
berani bertanya, mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
38
teman, dan saling memberikan pendapat. Selain itu dalam belajar siswa
dihadapkan pada latihan soal atau pemecahan masalah. Oleh sebab itu
pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa
dapat bekerjasama dan saling tolong menolong dalam mengerjakan tugas
yang dibebankan padanya. Pembelajaran kooperatif juga sangat berguna
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerjasama, dan
membantu teman, karena siswa terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas
interaksi dan komunikasi yang berkualitas, serta dapat memotivasi siswa
untuk meningkatkan hasil belajarnya.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar
kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Adapun unsur-unsur pembelajaran kooperatif menurut Roger dan David
Johnson (dalam Lie, 2008: 31), yaitu:
1) Saling ketergantungan positif
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru perlu
menyusun tugas untuk dikerjakan sehingga setiap kelompok
menyelesaikan tugasnya sendiri dan saling bekerja sama dalam
kelompok.
2) Tanggung jawab perseorangan
Seorang guru dalam pembelajaran kooperatif perlu membuat tugas
agar setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk belajar dan
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
39
mengembangkan kemampuan mereka masing-masing sebagai
sumbang saran dalam kelompok untuk mecapai kesuksesan bersama.
3) Tatap muka
Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi, sehingga mengenal dan menerima satu sama lain dalam
kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.
4) Komunikasi antar anggota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan
keterampilan berkomunikasi, karena tidak setiap siswa mempunyai
keahlian mendengarkan dan berbicara.
5) Evaluasi proses kelompok
Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok agar selanjutnya bisa bekerja
sama secara efektif.
Ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam menggunakan
pembelajaran kooperatif agar menjamin para siswa bekerja secara
kooperatif. Hal-hal tersebut meliputi :
1) Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa
mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama
yang harus dicapai.
2) Para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari
bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
40
bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung
jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu.
3) Untuk mencapai hasil yang maksimal, para siswa yang tergabung
dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam
mendiskusikan masalah yang dihadapinya.
4) Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari
bahwa setiap pekerjaan siswa mempunyai akibat langsung pada
keberhasilan kelompoknya.
Menurut Alma (2010: 93) manfaat cooperative learning yaitu:
Terjadi pengembangan kualitas diri peserta didik.
Mereka belajar saling terbuka, saling percaya, dan rileks.
Mereka belajar bertukar pikiran dalam suasana penuh keakraban.
Materi pelajaran dapat lebih dipahami karena mereka mencoba
membahas bersama serta memecahkan permasalahan yang diajukan
oleh guru.
Mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial, meningkatkan
kegairahan belajar.
Muncul sifat kesetiakawanan dan keterbukaan diantara siswa.
Berkembangnya perilaku demokratisasi dalam kelas.
Bisa pula meningkatkan prestasi siswa, jika model belajar ini betul-
betul diterapkan secara tepat.
Memberi kesempatan siswa untuk berpikir kritis dan kerjasama.
Terbentuk keterampilan berpikir kritis dan kerjasama.
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
41
Muncul persatuan, hubungan antar pribadi yang positif, menghargai
bimbingan dari teman, menghargai nilai-nilai.
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Pembelajaran kooperatif tipe TPS menurut Trianto (2010:81),
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa.
Pembelajaran Kooperatif tipe TPS merupakan teknik sederhana yang
mempunyai keuntungan dapat mengoptimalkan partisipasi siswa
mengeluarkan pendapat, dan meningkatkan pengetahuan. Siswa
meningkatkan daya pikir (think) lebih dulu, sebelum masuk ke dalam
kelompok berpasangan (pair), kemudian berbagi dalam kelompok (share).
Setiap siswa saling berbagi ide, pemikiran atau informasi yang mereka
ketahui tentang permasalahan yang diberikan oleh guru, dan bersama-sama
mencari solusinya dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Prosedur
dalam cooperative learning ini ada empat tahapan yaitu tahap pemberian
masalah oleh guru, tahap think (berpikir secara individual), tahap pair
(berpasangan dengan teman sebangku), tahap share (berbagi ide atau
pendapat dengan pasangan lain atau seluruh kelas) dan tahap selanjutnya
yaitu penghargaan. Keempat tahapan ini mempunyai pengaruh besar dalam
pembelajaran TPS.
Adapun tahapan-tahapan dalam pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
adalah sebagai berikut:
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
42
1. Think (berpikir secara individual)
Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah
yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir
secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada
tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini
karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga
melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus
diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran. Dalam menentukan
batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan
pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan,
jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran
untuk setiap kali pertemuan.
Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time” atau waktu
berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir
mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab
oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya
siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk
dikerjakan sendiri.
2. Pair (berpasangan)
Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan
dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi
selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama. Biasanya
guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
43
Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban
mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat menjadi lebih
baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan
masalah yang lain.
3. Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)
Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut
untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain atau
dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru
berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga
seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh
kesempatan untuk melapor (Trianto, 2010: 81-82).
Langkah ini merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah
sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini menolong agar semua
kelompok menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah
yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga
agar siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi
maupun penguatan di akhir pembelajaran.
4. Tahap penghargaan
Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu
maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap
think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair
dan share, terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan
terhadap seluruh kelas. Ada tiga tingkat penghargaan yang diberikan
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
44
untuk prestasi kelompok berdasarkan nilai perkembangan berupa nilai
Lembar Kerja Kelompok serta nilai observasi yang diperoleh
kelompok. Ketiga penghargaan itu adalah sebagai berikut:
Super Team : diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-
rata 25-30.
Great Team : diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-
rata 15-24.
Good Team : diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-
rata 5-14.
Para siswa mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan
tingkat dimana skor kuis mereka melampaui skor awal mereka, dengan
kriteria sebagai berikut:
Skor Kuis Poin Kemajuan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
10-1 poin di bawah skor awal
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal)
5
10
20
30
30
Menurut Alma (2010: 92) pembelajaran Think Pair Share, mula-
mula siswa memikirkan sendiri (think) permasalahan yang diberikan
oleh guru, kemudian dalam tahap pair, siswa bekerja sama dalam pair,
dan mendiskusikan jawaban yang terbaik menurut mereka. Selanjutnya
tahap share pada saat mempresentasikan jawaban secara berkelompok
di depan kelas. Setelah presentasi di depan kelas, siswa dapat
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
45
merasakan manfaat lebih dalam dari teknik Think Pair Share ini,
mereka dapat meninjau dan memecahkan permasalahan dari sudut
pandang yang berbeda, namun menuju ke arah jawaban yang sama.
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas
dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk
reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang
baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi,
pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk
suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta
sekaligus akan membangkitkan harga diri.
Jelas inti keberhasilan dari teknik ini ialah bagaimana guru
merumuskan permasalahan pada awal pelajaran, yang memberi makna
bagi siswa, dan menimbulkan rasa penasaran sisiwa, sehingga mereka
tertarik mencari solusi. Model pembelajaran ini sangat membantu
kreativitas berpikir siswa yang kelak sangat berguna apabila mereka
terjun di masyarakat, menemukan banyak masalah, dan mereka mampu
memecahkan masalah tersebut bersama dengan anggota masyarakat
lainnya.
Kelebihan :
a. Siswa dapat berinteraksi dalam memecahkan masalah, menemukan
konsep yang dikembangkan.
b. Siswa dapat meningkatkan perolehan isi akademik dan
keterampilan sosial.
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
46
c. Setiap siswa dalam kelompoknya berusaha mengetahui jawaban
pertanyaan yang diberikan (semua siswa aktif).
d. Melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi
melalui diskusi kelompok dan presentasi jawaban suatu pertanyaan
atau permasalahan.
e. Meningkatkan keterampilan berpikir secara individu maupun
kelompok.
f. Teknik think pair share, mudah dilaksanakan dalam kelas besar,
siswa dapat memahami materi pelajaran dengan baik, melatih siswa
mengeluarkan pendapat dan berbagai pendapat dalam kelompok.
Kekurangan:
a. Dibutuhkan waktu yang lama.
b. Pada pembelajaran kooperatif, siswa belajar dan bekerja sama
dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa
atau pasangannya.Hal ini dimaksudkan agar interaksi antar siswa
menjadi maksimal dan efektif. Apabila jumlah siswa sangat banyak
guru akan mengalami kesulitan membimbing siswa.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ria Rohmanita tahun 2010
yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPS Pada Materi Mengenal
Aktivitas Ekonomi Berkaitan Dengan Sumber Daya Alam dan Potensinya
Melalui Pembelajaran Kooperatif tipe TPS di Kelas IV SD Negeri Bentul
yang terdiri dari dua siklus dengan subyek penelitian sejumlah 23 siswa.
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
47
Hasil penelitian ini diperoleh nilai rata-rata untuk hasil belajar aspek
kognitif siklus I sebesar 55,65 (21,73%), aspek afektif nilai rata-rata 224,5
(48,80%), aspek psikomotor diperoleh nila rata-rata sebesar 273 (75,18%).
Untuk hasil belajar aspek kognitif pada siklus II diperoleh nilai rata-rata
sebesar 86,36 (100%), aspek afektif diperoleh niali rata-rata sebesar 336
(75%), sedangkan aspek psikomotor diperoleh nilai rata-rata sebesar 283
(80,39%). Kesimpulannya bahwa Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS pada
pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri Bentul Kecamatan Kebasen dapat
meningkatkan hasil belajar.
C. Kerangka Berpikir
Karakteristik matematika yang abstrak menyebabkan materi
matematika sulit untuk dipahami siswa terutama siswa SD yang masih
berada pada tahap berpikir konkret. Selain itu dalam pelajaran, guru masih
menggunakan model pembelajaran yang bersifat Teacher Centered dengan
metode ceramah, sehingga bisa menjembatani kesenjangan materi dan
kemampuan berpikir siswa. Konsep yang diterima cenderung verbal,
interaksi belajar didominasi guru, siswa menjadi pasif, tidak berani bertanya
maupun menyampaikan pendapat, sehingga interaksi siswa tidak maksimal.
Secara skematis, kerangka berfikir dapat ditunjukkan pada skema di
bawah ini:
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
48
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berpikir
Melihat kondisi tersebut perlu adanya inovasi dalam pembelajaran
matematika. Dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS belajar dalam
kelompok kecil memungkinkan siswa untuk berbagi dan bertambah
pengetahuan, membangun kerjasama dan siswa berlatih menerima
perbedaan. Dengan melihat karakteristik dan segala kelebihan yang dimiliki
pembelajaran Kooperatif tipe TPS maka dilakukan tindakan untuk mencoba
menerapkan pembelajaran Kooperatif tipe TPS, dengan harapan dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa, selain itu guru kelas akan
bertambah pengetahuan, sikap dan keterampilan akademiknya. Akibatnya
Siswa : hasil belajar
siswa belum
maksimal
Guru: belum menggunakan
pembelajaran Kooperatif tipe
TPS KONDISI
AWAL
Siklus I : Guru
menggunakan
pembelajaran
kooperatif tipe TPS Guru : menggunakan
pembelajaran Kooperatif
TPS TINDAKAN
Siklus II : Guru
menggunakan
pembelajaran
kooperatif tipe TPS
Melalui pembelajaran TPS
dapat meningkatkan hasil
belajar matematika
Kondisi
Akhir
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012
49
akan meningkatkan profesionalisme dan kualitas guru. Jadi dapat diduga
bahwa dengan pembelajaran Kooperatif tipe TPS akan meningkatkan hasil
belajar matematika siswa SD.
D. HIPOTESIS TINDAKAN
Penggunaan model pembelajaran yang tepat pada pelaksanaan
pembelajaran dan perencanaan pembelajaran disusun dengan matang, maka
tujuan pembelajaran akan tercapai dengan optimal. Berdasarkan hal
tersebut, maka diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Melalui Pembelajaran Kooperatif tipe TPS pada materi pecahan kelas
VA di SD Negeri Mandirancan dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa ranah kognitif.
2. Melalui Pembelajaran Kooperatif tipe TPS pada materi pecahan kelas
VA di SD Negeri Mandirancan dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa ranah afektif.
3. Melalui Pembelajaran Kooperatif tipe TPS pada materi pecahan kelas
VA di SD Negeri Mandirancan dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa ranah psikomotor.
Peningkatan Hasil Belajar..., Mei Afianti, FKIP UMP, 2012