Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
a. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi antara
guru dan peserta didik dimana dalam proses tersebut bersifat timbal
balik, proses transaksional juga terjadi antara peserta didik dan disepakati
oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran menurut Mohammad Surya dalam (Hernawan A. S;
Asri; dan Laksmi Dewi, 2007: 3) adalah suatu proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Guru dalam proses tersebut
mengajarkan bahasa sesuai dengan tujuan belajar serta hakikat bahasa
yang diajarkan, sedangkan pembelajaran menurut Oemar Hamalik dalam
(Hernawan A. S; Asra; dan Laksmi Dewi, 2007: 3) adalah metode yang
ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik
untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran.
Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan kegiatan belajar peserta didik yang dirancang oleh guru
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar yang telah
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
8
dirancang oleh guru merupakan usaha yang telah terencana melalui
prosedur atau metode tertentu yang telah dibuat oleh guru. Dalam proses
pembelajaran ini yang terpenting adalah adanya komunikasi timbal balik
antara guru dan peserta didik sehingga tujuan pembelajaran akan
tercapai.
b. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia, menurut Basiran dalam
(Lestari Lili, 2013: 24) adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai
konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya
tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri
dalam berbahasa. Semua itu dikelompokan menjadi kebahasaan,
pemahaman, dan penggunaan.
Tujuan pengajaran bahasa di sekolah dasar ialah untuk
mengembangkan keterampilan peserta didik dalam menggunakan bahasa
sesuai dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Pembelajaran
bahasa harus dapat memberikan pengetahuan dasar berbahasa.
Pembelajaran bahasa juga harus dapat membentuk sikap berbahasa yang
positif dan memberikan dasar untuk senantiasa menghargai bahasa
Indonesia dan dapat menikmati sastra Indonesia.
c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia
Untuk mencapai tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia, guru
harus mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang kemudian
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
9
diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya, serta menjadikan aspek-
aspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajarannya.
Akhadiah dalam (Mahfiroh Umi, 2011) menyatakan bahwa dalam
pelaksanaan pembelajaran bahasa di sekolah dasar ada beberapa prinsip
yang perlu diikuti antara lain:
1) Pembelajaran Bahasa Indonesia harus dilaksanakan sesuai dengan
fungsinya sebagai sarana komunikasi, penalaran, kebudayaan dan
persatuan.
2) Pembelajaran Bahasa Indonesia diselenggarakan untuk
mengembangkan kemampuan berbahasa bukan untuk memberikan
pengetahuan tentang bahasa.
3) Untuk mempelajari fungsi Bahasa Indonesia digunkan pendekatan
komunikatif, pendekatan proses, dan cara belajar siswa aktif.
d. Materi Penelitian
Standar Kompetensi : 8. Mengungkapkan pikiran, perasaan dan
informasi secara tertulis dalam bentuk karangan,
pengumuman dan pantun anak.
Kompetensi Dasar : 8.1 Menyusun karangan tentang berbagai topik
sederhana dengan memperhatikan penggunaan
ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma dll).
Indikator yang akan dicapai dalam materi penelitian ini diantaranya:
1) Menentukkan tema atau topik karangan
2) Menentukkan judul berdasarkan tema yang telah ditentukan
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
10
3) Menyusun kerangka karangan menggunakan model mind map
4) Menyusun karangan dengan menggunakan bahasa dan ejaan yang
disempurnakan
5) Mengetahui komponen dalam karangan
6) Membaca hasil karangan dengan intonasi yang tepat.
2. Keterampilan Menulis
Menulis adalah suatu proses menuangkan pikiran, gagasan, pendapat
tentang sesuatu, tanggapan terhadap suatu pernyataan keinginan, atau
pengungkapan perasaan dengan menggunakan bahasa secara tertulis.
Menulis menurut Cahyani, I dan Rosmanah, I. A (2006: 98) merupakan
kemampuan seseorang untuk menggunakan lambang-lambang bahasa untuk
menyampaikan sesuatu baik berupa ide ataupun gagasan kepada orang lain
atau pembaca yang dilakukan dengan menggunakan bahasa tulisan. Berbeda
dengan Cahyani, menurut Tarigan, Henry Guntur (2008: 3) mengungkapkan
bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan
untuk berkomunikasi dengan orang lain secara tidak langsung, tidak secara
tatap muka dengan orang lain.
Menulis juga dijelaskan sebagai suatu kegiatan yang produktif dan
ekspresif. Kegiatan menulis juga bermanfaat bagi seseorang, salah satunya
motivasi untuk tetap berminat dalam kegiatan menulis. Adanya motivasi
yang timbul dari diri seseorang merupakan hal yang terpenting agar
seseorang itu dapat terus berlatih menulis. Keterampilan menulis dapat
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
11
diasah terus menerus dan dikembangkan, karena keterampilan menulis ini
bukan merupakan suatu kemampuan yang dimiliki sejak lahir.
Dari kedua pendapat di atas bahwa menulis merupakan suatu
keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara
langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain dan merupakan suatu
kegiatan ekspresif serta produktif yang dimiliki oleh seseorang individu.
Pendapat ini sesuai dengan Marry S. Lawrence dalam (Slamet Y. St dan
Saddhono K, 2012: 96) bahwa menulis adalah mengkomunikasikan apa dan
bagaimana pikiran penulis. Pendapat ini diperjelas lagi oleh Byrne dalam
(Slamet Y. St dan Saddhono K, 2012: 103), keterampilan menulis pada
hakikatnya bukan sekedar kemampuan menulis simbol-simbol grafis
sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat menurut
peraturan tertentu, melainkan keterampilan menulis adalah kemampuan
menuangkan buah pikiran tersebut secara lengkap dan jelas sehingga buah
pikiran tersebut dapat diterima baik oleh pembaca.
Jadi dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kemampuan
mengkomunikasikan atau menuangkan ide, pikiran yang dimiliki oleh
penulis agar dapat diterima baik oleh pembaca. Selain itu, keterampilan
menulis menuntut kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara
tertulis untuk mengungkapkan sebuah gagasan dan mencangkup sebuah
gagasan, misalnya kemampuan menggunakan unsur-unsur bahasa secara
tepat, kemampuan menggunakan gaya bahasa yang tepat, pilihan kata serta
yang lainnya.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
12
3. Penilaian Keterampilan Menulis
Menulis merupakan suatu bentuk kompetensi berbahasa paling akhir
yang dikuasai peserta didik setelah kompetensi mendengarkan, berbicara,
dan membaca. Kompetensi menulis secara umum boleh dikatakan
keterampilan bahasa yang lebih suling dibanding dengan ketiga
keterampilan berbahasa yang lain. Hal itu disebabkan kompetensi menulis
menghendaki penguasaan unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu
sendiri yang akan menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi
pesan harus terjalin sehingga menghasilkan karangan yang runtut, padu, dan
berisi. Untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan dalam menulis
diperlukan alat untuk mengukur yang dianggap mencerminkan kemampuan
peserta didik dalam menulis.
Kemampuan menulis menurut Nurgiyantoro (2010: 422-423) dapat
dinilai dengan jalan tes. Pada umumnya aktivitas orang dalam menghasilkan
bahasa tidak semata-mata hanya bertujuan demi menghasilkan bahas itu
sendiri, melainkan ada suatu hal yang ingin dikomunikasikan lewat bahasa.
Tugas menulis hendaknya bukan semata-mata tugas untuk memilih dan
menghasilkan bahasa saja, melainkan bagaimana mengungkapkan gagasan
dengan mempergunakan bahasa tulis secara tepat.
Penilaian menulis terutama karangan narasi hendaknya dilakukan
secara objektif dan menyeluruh. Penerapan model analitis menurut Haris
dalam (Nurgiyantoro, 2010: 306) dengan analisis unsur-unsur karangan.
Unsur-unsur yang dimaksud adalah content (isi, gagasan yang
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
13
dikemukakan), form (organisasi isi), grammar (tata bahasa dan pola
kalimat), style (gaya: pilihan struktur dan kosa kata), dan mechanics (ejaan).
Untuk keperluan praktis, tiap unsur tersebut dapat ditentukan dengan bobot.
Adapun pembobotan pada tiap unsur tersebut tidak sama, karena
pembobotan yang sama akan dianggap tidak adil.
Model penilaian yang dilakukan oleh para ahli mengalami berbagai
modifikasi untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penilaian.
Modifikasi penilaian karangan narasi dilakukan untuk menyesuaikan bentuk
penilaian dengan aspek-aspek yang telah ditentukan. Penilaian yang
dilakukan oleh para ahli tersebut sebagai rujukan untuk menentukan
penilaian yang sesuai. Adapun hasil modifikasi menulis narasi peserta didik
yang terdiri dari isi, organisasi, kosa kata, penggunaan bahasa, dan mekanik.
Isi atau gagasan menyangkut penyampaian informasi dan kreativitas
pengembangan cerita. Organisasi menyangkut penyajian urutan, kejelasan
pengungkapan cerita, dan penyampaian pengetahuan informasi.
Kosa kata menyangkut pemilihan kosa kata. Bagian penggunaan
bahasa menyangkut struktur kalimat dan keefektifan kalimat yang
menggunakan anjuran. Bagian mekanik berisi penulisan kata dan pemakaian
tanda baca yang disesuaikan dengan ejaan yang disempurnakan. Tabel 2.1
berikut mendeskripsikan komponen penilaian dalam keterampilan menulis.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
14
Tabel 2.1 Penilaian Keterampilan Menulis Karangan
No. Indikator Pengamatan Deskripsi Skor
1. Isi (gagasan dalam cerita) - Kesesuaian cerita dengan tema
4
- Kejelasan jalannya cerita
- Mengembangkan ide-ide
menjadi kalimat-kalimat yang
runtut
- Ide yang digunakan sesuai
dengan tema
2. Organisasi (struktur kalimat) - Struktur alinea runtut
4
- Menggunakan kalimat
komunikatif
- Kalimat jelas dan tidak
membingungkan
- Kalimat antar paragraf saling
berkaitan
3. Kosa kata, diksi atau pilihan
kata
- Diksi berkaitan dengan tema
4
- Menghindari ambiguitas
- Santun dalam menggunakan kata
- Menggunakan bahasa Indonesia
baku
4. Mekanik (tanda baca dan
ejaan)
- Menggunakan tanda baca sesuai
dengan intonasi
4
- Menggunakan tanda baca di
tengah kalimat dengan tepat
- Menggunakan tanda baca di
akhir kalimat dengan tepat
- Menulis kata dengan ejaan yang
benar
5. Kerapian tulisan - Tulisan mudah dibaca
4
- Tidak ada coretan dalam
karangan
- Ukuran huruf abjad dituliskan
dengan benar
- Tulisan rapi
(Sumber : Nurgiyantoro, 2013: 439)
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
15
4. Menulis Karangan Narasi
a. Pengertian Karangan
Keterampilan menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi
berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Dalam
kegiatan menulis penulis selalu mencari jalan untuk menghidupkan
ekspresi dari ide-ide yang tertuang dari pikiran penulis itu sendiri. Salah
satu aktivitas menulis yang dapat dilakukan adalah dengan cara membuat
sebuah karangan.
Karangan merupakan hasil akhir dari pekerjaan merangkai kata,
kalimat, dan alinea untuk menjabarkan atau mengulas topik dan tema
tertentu (Finoza, 2013: 250). Berbeda dalam KBBI (2007: 506) yang
menyatakan bahwa karangan adalah perbuatan atau pekerjaan
mengarang. Dari pendapat tersebut di atas dapat diketahui bahwa
karangan merupakan perbuatan atau hasil akhir dari karya seseorang
terhadap ulasan topik dan tema tertentu.
b. Tujuan Menulis Karangan
Tujuan utama menulis karangan adalah sebagai sarana
komunikasi tidak langsung. Tujuan menulis banyak sekali ragamnya.
Tujuan menulis secara umum adalah memberikan arahan, menjelaskan
sesuatu, menceritakan kejadian, meringkaskan, dan menyakinkan.
Tujuan yang baik memerlukan tujuan yang jelas agar isi dari
tulisan tersebut dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca. Hugo
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
16
Hartig dalam (Tarigan Henry Guntur, 2008: 25-26) mengklasifikasi
tujuan penulisan, antara lain:
1) Assignment purpose (tujuan penugasan)
Tujuan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis
menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri
(misalnya siswa yang diberi tugas merangkum buku).
2) Altruistic purpose (tujuan altruistik)
Penulis bertujuan untuk menayakan para pembaca, menghindarkan
kedudukan para pembaca, ingin menolong para pembaca, memahami,
menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para
pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
Tujuan altruistic adalah kunci keterbacaan sesuatu tulisan.
3) Persuasive purpose (tujuan persuasif)
Tulisan ini bertujuan untuk menyakinkan para pembaca akan
kebenaran gagasan yang diutarakan.
4) Informational purpose (tujuan informasional)
Tulisan ini bertujuan memberikan informasi atau keterangan/
penerangan kepada para pembaca.
5) Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
17
Tulisan ini bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang
pengarang kepada para pembaca.
6) Creative purpose (tujuan kreatif)
Tujuan yang erat kaitannya dengan pernyataan diri sehingga
muncullah tulisan yang artistik atau bernilai seni. Penulis dengan
tujuan ini menginginkan agar para pembaca dapat memiliki nilai-nilai
artistik atau kesenian tersebut dengan membaca isi tulisan pengarang.
Disini penulis bukan hanya memberikan informasi tetapi memberikan
nilai-nilai estetika juga.
7) Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)
Penulis berkeinginan memecahkan masalah yang dihadapinya dengan
cara menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara
cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat
dimengerti dan diterima oleh para pembacanya.
Dengan demikian tujuan menulis merupakan kehendak dari
penulis itu sendiri. Penulis bermaksud ingin menyampaikan sesuatu
terhadap pembaca serta berkomunikasi melalui tulisannya. Oleh karena
itu, pada prinsipnya hasil menulis (tulisan) yang paling utama adalah
dapat menyampaikan pesan penulis kepada pembaca, sehingga pembaca
memahami maksud penulis yang dituangkan dalam tulisannya serta
memiliki pengetahuan maupun keyakinan.
c. Karangan Narasi
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
18
Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah
tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa
yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu (Keraf Goyrs, 2007: 136).
Karangan narasi (berasal dari naration berarti bercerita) ialah suatu
bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan
merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa
secara kronologis atau berlangsung dalam suatu waktu (Finoza, 2013:
261).
Narasi bertujuan menyampaikan gagasan dalam urutan waktu
dengan maksud menghadirkan di depan mata angan-angan pembaca
mengenai serentetan peristiwa yang biasanya memuncak pada kejadian
utama. Dengan mengetahui ciri-ciri suatu karangan narasi pembaca akan
mencermati bahwa karangan tersebut adalah karangan narasi. Lebih
lanjut Semi mengungkapkan bahwa narasi mempunyai ciri penanda
sebagai berikut:
1) Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia.
2) Kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa yang
benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi, atau
gabungan keduannya.
3) Berdasarkan konflik. Karena tanpa konflik biasanya narasi tidak
menarik.
4) Memiliki nilai estetika karena isi dan cara penyampaiannya bersifat
sastra, khususnya narasi yang berbentuk fiksi.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
19
5) Menenkankan susunan kronologis (catatan: menerapkan susunan
ruang) biasanya memiliki dialog.
Dari berbagai penjelasan di atas disimpulkan bahwa karangan
narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan
menyampaikan, menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman
manusia dari waktu ke waktu. Karangan narasi juga menggaris bawahi
mengenai aspek penceritaan atas suatu rangakaian peristiwa (sebab
akibat) yang dikaitkan dengan kurun waktu tertentu, baik secara objektif
maupun imajinatif. Dengan demikian isi karangan narasi boleh tentang
fakta yang benar-benar terjadi dan boleh pula tentang sesuatu yang
khayal.
d. Jenis-jenis Karangan Narasi
Karangan narasi merupakan salah satu bentuk tulisan. Seperti
yang diungkapkan sebelumnya pada tujuan menulis, setiap penulis
mempunyai tujuan dalam menulis karangan narasi. Tujuan tersebut bisa
berbeda-beda tergantung penulis itu sendiri. Berdasarkan perbedaan
tujuan itulah muncul bermacam-macam narasi. Narasi dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu:
1) Narasi Ekspositoris
Narasi ekspositoris (Keraf Goyrs, 2007: 136) adalah narasi yang
menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa.
Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk menggugah pikiran
pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sebagai sebuah
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
20
bentuk narasi, narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap
kejadian, rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar.
2) Narasi Sugestif
Seperti halnya dengan narasi ekspositoris, narasi sugestif juga
berkaitan dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan dalam
sebuah peristiwa atau kejadian. Sejalan dengan itu Keraf Goyrs (2007:
138) menerangkan bahwa narasi sugestif terjadi karena adanya
serangkaian cerita yang dibumbuhi dengan imajinasi penulis.
Tabel 2.2 Perbedaan Narasi Ekspositori dan Narasi Sugestif
(Keraf Goyrs, 2007: 138-139)
Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif
1. Memperluas pengetahuan.
2. Menyampaikan informasi
mengenai suatu kejadian.
3. Didasarkan pada penalaran
untuk mencapai
kesepakatan rasional.
4. Bahasanya lebih condong ke
bahasa informatif dengan titik
berat pada penggunaan kata-
kata denotatif.
1. Menyampaikan suatu makna
atau suatu amanat yang tersirat.
2. Menimbulkan daya khayal.
3. Penalaran hanya berfungsi
sebagai alat untuk
menyampaikan makna,
sehingga kalau perlu penalaran
dapat dilanggar.
4. Bahasanya lebih condong ke
bahasa figuratif dengan menitik
beratkan penggunaan kata-kata
konotatif.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
21
Dengan melihat kedua narasi di atas, maka peneliti dan guru
sepakat menggunakan narasi ekspositori dalam penelitian ini. Yaitu,
peserta didik menceritakan peristiwa yang sebenarnya sesuai dengan
Mind Mapping yang telah dibuat oleh peserta didik. Berkaitan dengan
penilaian menulis karangan narasi peneliti menggunakan lima kriteria
yang meliputi: isi (gagasan dalam cerita); organisasi (struktur kalimat);
kosakata; diksi atau penilaian kata; mekanik (tanda baca dan ejaan); dan
kerapian tulisan.
e. Struktur Karangan Narasi
Sesuatu dikatakan mempunyai struktur, bila karangan terdiri dari
bagian-bagian yang secara fungsional berhubungan satu sama lain (Keraf
Goyrs, 2007: 145), demikian pula dengan karangan narasi. Karangan
narasi mempunyai bagian-bagian yang secara fungsional berhubungan
satu sama lain. Setiap narasi mempunyai alur yang didasarkan pada
kesinambungan-kesinambungan peristiwa-peristiwa dalam narasi itu
sendiri (Keraf Goyrs, 2007: 145).
Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat memikat pembaca.
Dengan kata lain bagian ini mempunyai fungsi khusus untuk memancing
pembaca dan mengiring pembaca pada kondisi ingin tahu kejadian
selanjutnya.
Bagian tengah merupakan bagian yang menjelaskan secara
panjang lebar tentang peristiwa. Di bagian ini, penulis memunculkan
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
22
suatu konflik. Kemudian, konflik tersebut diarahkan menuju klimaks
cerita. Setelah konflik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-
angsur cerita akan mereda. Bagian terakhir ini konfliknya mulai menuju
kearah tertentu.
Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan
bermacam-macam. Ada bagian diceritakan dengan panjang, ada yang
singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan
mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa struktur
karangan narasi disusun berdasarkan rangkaian peristiwa yang terjadi
secara kronologis. Dalam karangan ini, bagian-bagian karangan disajikan
sesuai dengan kejadian dalam waktu tertentu. Bagian pertama
menyajikan kejadian satu, kemudian disusul dengan kejadian kedua,
menyajikan bagian kedua dan seterusnya.
f. Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi
Suparno dan Yunus dalam (Resmini N; Yayah Churiyah; dan
Nenden Sundori, 2006: 135) mengungkapkan bahwa penulisan karangan
narasi perlu juga diperhatikan pada langkah-langkah. Adapun langkah-
langkah yang perlu dipahami dalam menulis karangan narasi adalah
sebagai berikut:
1) Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan.
2) Tetapkan sasaran pembaca.
3) Rancangan peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan
dalam bentuk skema alur.
4) Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan,
dan akhir cerita.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
23
5) Rincian-rincian peristiwa utama ke dalam detail-detail
peristiwa sebagai pendukung cerita.
6) Susun tokoh perwatakan, latar, dan sudut pandang.
5. Model-model Pembelajaran
Model menurut Mills dalam (Suprijono, 2010: 45) adalah bentuk
representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang
atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.
Sedangkan Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar peserta didik belajar.
Pembelajaran menurut Mulyasa (2009: 189) adalah aktualisasi kurikulum
yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan
kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan.
Arends dalam (Suprijono, 2010: 46) mengemukakan model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pegelolaan kelas. Melalui
model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan
informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide.
Sehingga peserta didik lebih aktif mengikuti pembelajaran. Sedangkan
model pembelajaran menurut Kardi dan Nur dalam (Trianto, 2011: 142)
istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada
strategi, metode, atau prosedur.
Dari beberapa definisi di atas dapat peneliti simpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
24
guru dalam pengelolaan kelas untuk membantu peserta didik mendapatkan
informasi. Oleh karena itu guru perlu menguasai dan menerapkan agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang beranekaragam.
6. Model Mind Mapping
a. Pengertian Model Mind Mapping
Model mind mapping menurut Swadarma, Doni (2013: 2) adalah
teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual
dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Mind mapping
membantu penulis mengeluarkan ide, gagasan, permasalahan atau solusi
yang terlintas di kepala di atas selembar kertas. Dengan kata lain, mind
mapping ialah model yang efektif untuk menuangkan semua gagasan
yang ada di dalam pikiran.
Mind mapping atau peta pikiran menurut Olivia, Femi (2013: ix)
merupakan sebuah jalan pintas yang bisa membantu seseorang untuk
mempersingkat waktu dalam menyelesaikan tugas. Model Mind mapping
dapat juga digunakan membuat catatan dengan cara membuat
pengelompokan atau pengkategorian setiap materi yang dipelajari.
Buzan, Tony (2013: 4) mind mapping adalah cara termudah untuk
menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar
dari otak. Mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif dan efektif
dengan memetakan pikiran-pikiran. Mind mapping termasuk cara yang
sangat sederhana.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
25
Menurut Tee, et al., (International Scholarly and Scientific
Research & Innovation, 2014: 28):
Buzan mind mapping is an efficient system of note-taking that
makes revision a fun thing to do for students. Tony Buzan has
been teaching children all over the world for the past thirty years
and has proved that mind maps are the magic formula in the
classroom for everyone.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa mind mapping merupakan
sistem mencatat yang efisien dan menyenangkan bagi siswa. Tony Buzan
telah mengajar selama 30 tahun terakhir dan telah membuktikan bahwa
mind mapping adalah formula ajaib di kelas dan dapat dilakukan oleh
semua orang.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa mind
mapping merupakan suatu model pencatatan yang menyenangkan,
efektif, efisien, menarik, kreatif, dan mudah karena dilakukan dengan
cara memetakan pikiran-pikiran melalui materi yang telah dipelajari
dalam kata kunci. Melalui mind map peserta didik mengkombinasikan
beberapa warna sehingga terkesan berwarna-wani dan tidak monoton.
b. Fungsi dan Manfaat Model Mind Mapping
Model mind mapping menurut Buzan, Tony (2013: 6) dapat
membantu penulisan untuk:
1) Membuat rencana
Dengan menggunakan mind mapping dapat membantu peserta didik
dalam menyusun rencana atau hal-hal yang akan ditulis dalam
karangan.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
26
2) Alat komunikasi
3) Memunculkan kreativitas
Melalui penggunaan garis lengkung, warna, dan gambar ini
membuat hasil catatan menjadi karya seni yang indah.
4) Menghemat waktu
Menggunakan mind mapping dapat membantu membuat catatan
yang menarik dalam waktu yang singkat sehingga dapat menghemat
waktu.
5) Menyelesaikan masalah
6) Memusatkan perhatian
Selama proses pembuatan mind mapping perhatian peserta didik
akan terpusat dan lebih mudah memahami informasi yang diterima
dan membuat kegiatan pembelajaran akan menjadi efektif.
7) Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran
Dengan menggunakan mind mapping memudahkan dalam
menyusun dan menjelaskan pikiran melalui kata kunci yang telah
dibuat dalam mind mapping.
8) Mengingat dengan lebih baik
Melalui mind mapping akan membantu dalam menyusun karangan
dengan melihat pokok-pokok pikiran (kata kunci) yang telah dibuat.
9) Belajar dengan lebih cepat dan efisien
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
27
Melalui mind mapping membantu dalam belajar hal ini disebabkan
peserta memetakan materi yang telah dipelajari melalui kata kunci.
10) Melihat gambar secara keseluruhan
Melalui mind mapping peserta didik dapat melihat gambar secara
keseluruhan, karena letak gambar berada pada bagian tengah kertas
yang dijadikannya sebagai titik pusat.
Olivia, Femi (2013: xi) menyatakan manfaat mind mapping bagi
anak adalah sebagai berikut:
1) Membantu konsentrasi anak (memusatkan perhatian) dan daya
ingat anak menjadi lebih baik.
2) Meningkatkan kecerdasan visual dan keterampilan mengamati.
3) Melatih kemampuan berpikir kritis dan komunikasi.
4) Mengembangkan inisiatif dan rasa ingin tahu anak.
5) Meningkatkan kreativitas dan daya cipta.
6) Membuat catatan dan rangkuman materi dengan lebih baik.
7) Membantu mendapatkan atau memunculkan ide.
8) Meningkatkan kecepatan berpikir.
9) Menghemat waktu sebaik mungkin.
10) Membantu mengembangkan diri serta merangsang
pengungkapan pemikiran.
11) Membantu menghadapi ujian dengan mudah dan mendapat
nilai yang lebih bagus.
12) Membantu mengatur pikiran.
13) Melatih koordinasi gerakan tangan dan mata.
14) Kesempatan anak untuk senang terhadap materi akan lebih
banyak.
15) Membuat anak tetap fokus pada ide utama maupun semua ide
tambahan.
16) Membantu menggunakan kedua belahan otak yang membuat
penulis ingin terus-menerus belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model
mind mapping memiliki banyak manfaat antara lain membantu dalam
mencatat, meringkas melakukan pengkajian ulang dengan lebih mudah,
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
28
mengelola waktu serta memudahkan untuk menuangkan ide dan
kreativitas.
c. Aturan dalam Pembuatan Mind Mapping
Aturan dalam pembuatan mind mapping menurut Swadarma,
Doni (2013: 10-13) antara lain :
1) Kertas
Kertas yang digunakan adalah kertas putih polos berorientasi panjang
mendatar.
2) Warna
Gunakan spidol warna-warni dan tiap cabang dibuat warna yang
berbeda.
3) Garis
Buatlah garis lengkung yang bentuknya mengecil dari pangkal menuju
ujung.
4) Huruf
Pada cabang utama yang dimulai dari gambar utama/ tema
menggunakan huruf kapital, sedangkan pada cabang berikutnya
menggunakan huruf kecil. Posisi antara garis dan huruf pun sama
panjang.
5) Keyword
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
29
Keyword adalah kata kunci yang mewakili pesan yang ingin
disampaikan. Kata kunci jangan terlalu panjang dan hanya menuliskan
hal-hal yang penting saja.
6) Key image
Key image merupakan kata bergambar yang mempermudah penulis
untuk mengingat.
7) Struktur
Tema utama di tengah memancar ke segala arah. Umumnya terdiri
dari 2-7 garis dan dimulai dari kanan atas sesuai arah jarum jam.
d. Keunggulan Model Mind Mapping
Model Mind Mapping memiliki beberapa keunggulan (Swadarma
Doni, 2013: 9) diantaranya:
1) Meningkatkan kemampuan membagi materi.
2) Memaksimalkan sistem kerja otak.
3) Menyajikan banyak ide dan informasi.
4) Meningkatkan kreativitas, sederhana, dan mudah dikerjakan.
5) Dapat mengingatkan materi yang ada dengan mudah.
6) Menarik dan mudah tertangkap mata.
7) Dapat melihat sejumlah besar materi dengan mudah.
Keunggulan model mind mapping terutama bagi siswa sekolah
dasar adalah dapat menggali potensi peserta didik untuk terampil menulis
dan menggambar sehingga peserta didik akan senang menggambar.
Melalui mind mapping, peserta didik dapat bermain dengan berbagai
garis dan warna sehingga memaksimalkan fungsi otak kanan dan otak
kiri. Dengan demikian, melalui kegiatan mind mapping peserta didik
akan merasa belajar sambil bermain.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
30
e. Langkah-langkah Membuat Mind Mapping
Berikut langkah-langkah membuat mind mapping menurut Buzan,
Tony (2013: 15-16):
1) Memulai dari bagian tengah kosong yang sisi panjangnya
diletakan mendatar. Memulai dari tengan dapat memberi
kebebasan kepada otak untuk menyebar segala arah dan
untuk mengungkapkan pikirannya dengan lebih bebas dan
alami.
2) Gunakan gambar, foto atau kata kunci untuk ide utama.
Sebuah gambar mengandung makna seribu kata dan
membantu penulis untuk berimajinasi. Sebuah gambar sentral
dapat membuat hasil mind mapping lebih menarik, membuat
tetap terfokus, membantu berkonsentrasi, dan mengaktifkan
otak.
3) Gunakan warna. Bagi otak, warna sama menariknya dengan
gambar. Warna membuat mind mapping lebih hidup,
menambah daya tarik, merangsang penulis untuk berpikir
kreatif dan lebih menyenangkan.
4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat (kata kunci
sentral) dan hubungkan cabang-cabang utama ke tingkat dua,
tiga, dan seterusnya.
5) Buatlah garis hubung yang melengkung (bukan garis lurus)
karena garis lurus akan membosankan otak.
6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis, karena kata kunci
tunggal dapat memberi lebih banyak ide dan pemikiran baru.
7) Gunakan gambar. Seperti gambar sentral, setiap gambar dapat
bermakna seribu kata.
Berdasarkan penjelasan tersebut, membuat mind mapping sangat
mudah. Penulis hanya membutuhkan kertas, pena warna/spidol, gambar,
dan kata kunci. Langkah-langkah membuat mind map cukup sederhana
yaitu sebagai berikut:
1) Ambil beberapa spidol warna cerah. Pilih warna kesukaan.
2) Gambar sebuah gambar atau tulisan sebagai ide utama di tengah
halaman (central image) dengan huruf besar agar pikiran tetap
terpusat dan bisa menyebarkan ide ke segala arah.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
31
3) Pilih sebuah warna dan gambarlah sebuah cabang utama yang
memancar dari gambar sentral. Tebalkan gambar cabang yang
menempel ke gambar sentral lalu semakin ke ujung semakin
menipis. Tulis ide pertama dengan huruf kapital di sepanjang
cabang. Tambahkan cabang-cabang utama lain ke gambar tengah
dengan spidol warna yang berbeda.
4) Kembangkanlah gagasan dari masing-masing cabang utama.
Gambarlah cabang-cabang yang lebih tipis untuk gagasan-gagasan
yang memancar dari cabang utama dan tulislah kata-kata dengan
huruf kecil sepanjang cabang tersebut. Bahkan menggambar gambar
kecil atau simbol untuk setiap kata. Pastikan kata-kata dan gambar
menyentuh cabang untuk membantu imajinasi dan asosiasi.
5) Dengan semakin banyak gagasan yang muncul, tambahkan lebih
banyak cabang ke subtopik.
Dengan memperhatikan cara membuat mind mapping yang
sederhana tersebut seharusnya peserta didik dapat mengikutinya dengan
mudah. Peserta didik perlu memahami kunci utama mind mapping agar
dapat menyusunnya dengan baik. Kunci utama mind mapping adalah: a)
asosiasi (menghubungkan dengan sesuatu yang telah diketahui),
b) pengorganisasian, c) visual memory- kata-kata kunci, menggunakan
warna, simbol, dan gambar.
7. Penggunaan Model Mind Mapping dalam Menulis Karangan Narasi
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
32
Model mind mapping adalah alat yang sangat bagus untuk membantu
dalam membuat tulisan-tulisan yang berstruktur dan terfokus (Buzan Tony,
2013: 184). Berhubungan dengan hal tersebut dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas IV peserta didik diharapkan dapat membuat tulisan
berupa karangan narasi. Oleh karena itu, mind mapping dapat dijadikan
sebagai alat untuk membantu peserta didik dalam menulis suatu karangan
narasi.
Menggunakan model mind mapping sebenarnya mudah jika sudah
mengetahui kata kunci dari sebuah kalimat dalam dalam suatu mata
pelajaran. Berikut langkah-langkah menggunakan mind mapping dalam
menulis karangan narasi pada pembelajaran Bahasa Indonesia:
a) Mulailah dengan menggambar gambar sentral atau gambar utama yang
mewakili isi karangan yang akan ditulis. Gambar utama merupakan topik
dari karangan yang akan dibuat.
b) Pusatkan perhatian pada gambar yang mewakili tema tersebut. Biarkan
otak “melamunkannya”.
c) Tambahkan cabang subtopik dari gambar sentral. Isi dengan bagian dari
karangan narasi yaitu awal, tengah, dan akhir.
d) Pandangi cabang-cabang subtopik tersebut. Pikirkan kaitan dan mulailah
kerjakan dengan mengisi peristiwa-peristiwa yang akan diceritakan.
e) Pikirkan kaitan peristiwa-peristiwa yang telah ditulis apakah sudah sesuai
dengan cabang subtopik tersebut.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
33
f) Sering-seringlah melangkah mundur dari cabang peristiwa ke cabang
subtopik untuk memeriksa apakah apa yang sudah dikerjakan sudah
terfokus sesuai dengan cabang-cabang yang dibuat.
g) Jika terjadi kesalahan siswa dapat menambah, mengurangi, dan
memperbaiki setiap cabang mind mapping.
h) Setelah yakin dan puas atas apa yang sudah digambarkan dalam mind
mapping siswa dapat menulisnya dalam sebuah tulisan.
B. Penelitian yang Relevan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meninjau
penelitian sebelumnya. Peninjauan pada penelitian yang lain antara lain dapat
dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini. Peninjauan pada penelitian
yang lain sangat penting dilakukan untuk mengetahui relevansi antara
penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilaksanakan. Penelitian yang
dilakukan oleh Nita D. E; Arwin Ahmad; dan Pramudiyanti tentang Pengaruh
Penerapan Model Mind Mapping Terhadap Aktivitas Belajar Siswa dan
Penguasaan Materi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model
mind mapping dapat meningkatkan penguasaan materi siswa, ini terlihat pada
kelas eksperimen rata-rata nilai N-gain sebesar 74,03. Selain itu rata-rata
aktivitas siswa juga menunjukkan peningkatan sebesar 75,49. Berdasarkan hal
tersebut, bahwa penggunaan model pembelajaran mind mapping meningkatkan
penguasaan materi dan aktivitas belajar siswa.
Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Widianti tentang
Keefektifan Model Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar IPS. Hasil penelitian
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
34
menunjukkan nilai ( ) sehingga ditolak.
Selain itu berdasarkan uji hipotesis kedua menggunakan one sample t tes
diperoleh nilai ( ) sehingga ditolak. Dengan
demikian dapat disimpulkan hasil belajar IPS siswa yang mendapatkan
pembelajaran menggunakan model mind mapping lebih tinggi dan efektif dari
pada menggunakan model konvensional.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa model mind mapping dapat meningkatkan penguasaan materi dan
meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian penelitian yang telah
dilakukan di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan yaitu penggunaan model mind mapping dalam proses pembelajaran.
Namun, dalam hal ini peneliti akan meningkatkan kemampuan menulis
karangan narasi siswa. Dengan demikian dapat menjadi dasar untuk
menguatkan penelitian ini, yang berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan
Menulis Karangan Narasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Model
Mind Mapping Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Karangjati.
C. Kerangka Pikir
Kondisi awal guru sebelum menggunakan model mind mapping
menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik dalam menulis karangan narasi
masih rendah. Karangan yang dibuat oleh peserta didik menunjukkan hasil
yang tidak memuaskan. Hal ini disebabkan peserta didik kesulitan untuk
menentukan topik dan mengembangkannya ke dalam sebuah karangan. Peserta
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
35
didik sulit untuk menuliskan ide-ide yang dimiliki ke dalam sebuah tulisan.
Peserta didik membutuhkan cara baru untuk mencatat ide yang dimiliki,
mengingatnya lagi dengan mudah lalu menuangkannya dalam karya yang baik.
Selain itu pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia yang belum optimal.
Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan mencari jalan keluar
yang tepat. Salah satunya dengan menggunakan cara yang tepat dan sesuai
dengan kondisi yang ada yaitu guru menerapkan model pembelajaran mind
mapping. Model mind mapping adalah cara mencatat kreatif untuk memetakan
pikiran-pikiran peserta didik. Melalui penerapan model pembelajaran mind
mapping dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi pada mata
pelajaran bahasa Indonesia dan membantu proses pembelajaran. Secara rinci
kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai
berikut :
KONDISI AWAL
1.Kemampuan
menulis karangan
narasi masih
rendah.
2.Pelaksanaan
pembelajaran
Bahasa Indonesia
Masih belum
optimal.
TINDAKAN
Guru menerapkan
model
pembelajaran
mind mapping.
Siklus I
Penerapan
pembelajaran
model mind
mapping.
Siklus II
Penerapan
KONDISI AKHIR
Melalui
penerapan
model mind
mapping dapat
meningkatkan
kemampuan
menulis
karangan narasi
pada mata
pelajaran
Bahasa
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016
36
Gambar
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian
D. Hipotesis Penelitian
Penggunaan model pembelajaran yang tepat pada pelaksanaan
pembelajaran dan perencanaan pembelajaran disusun dengan matang, maka
tujuan pembelajaran akan tercapai dengan optimal. Berdasarkan hal tersebut,
maka diajukan hipotesis tindakan yaitu: “Penggunaan Mind Mapping dapat
meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa IV SD Negeri 1
Karangjati.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Amalia Nurrakhmaning Tyas, FKIP, UMP, 2016