Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Direct Reading Thingking Activity
Metode Direct Reading Thingking Activity adalah langkah-
langkah pelaksanaan pembelajaran membaca dan berpikir secara
langsung, sehingga siswa dapat fokus terhadap teks serta prediksi isi
cerita dengan membuktikannya saat membaca. Hal ini sesuai dengan
pendapat Stauffer (Farida, 2007:47) bahwa metode Direct Reading
Thingking Activity merupakan suatu langkah-langkah pembelajaran yang
memfokuskan keterlibatan siswa dalam memprediksi dan membuktikan
prediksinya ketika mereka membaca teks.
Metode Direct Reading Thingking Activity adalah langkah-
langkah pembelajaran yang dilaksanakan secara prosedural. Walker
(2012:196) mengemukakan bahwa metode Direct Reading Thingking
Activity merupakan instruksi dalam pembelajaran membaca dengan
memprediksi apa yang penulis pikirkan, mengkonfirmasi atau merevisi
prediksi dan mengkolaborasi pendapat. Sedangkan menurut Khomariyah
(2013:5), metode Direct Reading Thingking Activity adalah dilaksanakan
pada tahap prabaca, membaca dan pascabaca. Dalam kegiatan
pembelajaran siswa diikutsertakan dalam memprediksi kelanjutan cerita
dan menggunakan pengalamannya untuk membangun ide pengarang.
7
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
8
Berdasarkan pengertian tersebut, disimpulkan bahwa metode
Direct Reading Thingking Activity adalah tahap prabaca, membaca dan
pasca baca yang melibatkan siswa berpikir langsung dengan cara
memprediksi atau dugaan terhadap kelanjutan cerita. Sehingga siswa
dapat membuktikan prediksinya ketika mereka membaca teks.
2. Tujuan metode Direct Reading Thingking Activity
Metode Direct Reading Thingking Activity bertujuan agar siswa
memiliki kemampuan membaca kritis dan reflektif. Hal ini sesuai dengan
pendapat Abidin (2012:80) bahwa tujuan metode Direct Reading
Thingking Activity yaitu, untuk mengembangkan kemampuan siswa
dalam (1) menjelaskan tujuan membaca; (2) mengutip, memahami, dan
mengasimilasikan informasi, (3) membahas bahan bacaan berdasarkan
tujuan membaca, (4) menggantungkan keputusan, dan (5) membuat
keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh dari kegiatan membaca.
Metode Direct Reading Thingking Activity memfokuskan
keterlibatan siswa dengan teks. Sehingga siswa harus membuat prediksi
dan membuktikannya ketika mereka membaca. Abidin (2012:80)
mengemukakan bahwa metode Direct Reading Thingking Activity
diarahkan untuk mencapai tujuan umum agar siswa mampu melibatkan
proses berpikir ketika membaca sebab pembaca haruslah melibatkan
pengalamannya ketika akan merekonstruksi ide-ide pengarang.
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
9
3. Tahapan Metode Direct Reading Thingking Activity
Metode Direct Reading Thingking Activity menurut Abidin
(2012:81) dilaksanakan dalam beberapa tahapan pembelajaran sebagai
berikut:
a. Tahap Prabaca
1) Guru memperkenalkan bacaan, dengan jalan menyampaikan
beberapa informasi tentang isi bacaan.
2) Siswa membuat prediksi atas bacaan yang akan dibacanya. Jika
siswa belum mampu guru harus memancing siswa untuk
membuat prediksi. Diusahakan dihasilkan banyak prediksi
sehingga akan timbul kelompok yang setuju dan kelompok yang
tidak setuju.
b. Tahap Membaca
1) Siswa membaca dalam hati wacana untuk mengecek prediksi
yang telah dibuatnya. Pada tahap ini guru harus mampu
membimbing siswa agar melakukan kegiatan dan membantu
siswa yang menemukan kesulitan memahami makna kata
dengan cara memberikan ilustrasi kata, bukan langsung
menyebutkan makna kata tersebut.
2) Menguji prediksi, pada tahap ini siswa diharuskan mengecek
prediksi yang telah dibuatnya. Jika prediksi yang dibuat siswa
salah, siswa harus mampu menunjukkan letak kesalahan tersebut
dan mampu membuat gambaran baru tentang isi wacana yang
sebenarnya.
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
10
c. Tahapan Pascabaca
1) Pelatihan keterampilan fundamental. Tahapan ini dilakukan
siswa untuk mengaktifkan kemampuan berpikirnya. Beberapa
kegiatan yang dilakukan siswa adalah menguji kembali cerita,
menceritakan kembali cerita, membuat gambar, diagram,
ataupun peta konsep bacaan, dan membuat peta perjalanan tokoh
(perjalanan yang menggambarkan keberadaan tokoh pada
beberapa peristiwa yang dialaminya).
B. Media Pembelajaran
1. Definisi Media Pembelajaran
Kata media menurut Sadiman, dkk (2008:6-7) berasal dari bahasa
Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah
berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar
pesan dari pengirim ke penerima pesan. Asosiasi Pendidikan Nasional
mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Media pembelajaran secara umum menurut Suyanto (2007:102)
dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu visual media atau media
pandang, audio media atau media dengar, dan audio visual media atau
media dengar dan pandang. Media pandang merupakan media yang dapat
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
11
dipandang atau dilihat dan dapat disentuh oleh siswa, misalnya gambar,
foto, benda sesungguhnya, peta, miniatur, dan realita. Sedangkan media
dengar (audio) digunakan untuk keterampilan menyimak dapat berupa
media yang wacana atau isinya direkam dan dapat didengarkan, misalnya
cassete recorder dan radio. Selanjutnya yaitu media pandang dan dengar
misalnya, TV dan film.
2. Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran menurut Sadiman, dkk (2008:17)
mempunyai manfaat sebagai berikut:
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
b. Membatasi keterbatan ruang, waktu dan daya indra.
c. Dapat mengatasi sikap pasif anak didik.
d. Memberikan perangsang yang sama kepada anak didik.
e. Mempersamakan pengalaman dalam pembelajaran.
f. Menimbulkan persepsi yang sama.
3. Teknik Penggunaan Media Pembelajaran
Berdasarkan tempat penggunaannya, menurut Hermawan, dkk
(2007:175) terdapat beberapa teknik penggunaan media pembelajaran,
yaitu:
a. Penggunaan media di kelas
Media pembelajaran yang dipilih hendaknya sesuai
dengan tujuan, materi, dan strategi pembelajaran. Hal yang
terpenting adalah media tersebut disajikan di ruang kelas
dimana guru dan siswa hadir bersama-sama berinteraksi
secara langsug (face to face). Media yang digunakan dilihat
dari sisi biaya, berat dan ukuran, kemampuan siswa dan guru
untuk menggunakannya, dan tidak membahayakan bagi
penggunanya. Dengan demikian, media harus praktis, ekonomis, mudah untuk digunakan (user friendly).
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
12
b. Penggunaan media di luar kelas Media pembelajaran di luar kelas tidak secara
langsung dikendalikan oleh guru, namun digunakan siswa sendiri tanpa instruksi guru atau melalui pengontrolan oleh orang tua siswa. penggunaan media di luar kelas dapat dibedakan menjadi dua yaitu penggunaan media tidak terprogram dan penggunaan media secara terprogram.
Berdasarkan variasi penggunaannya, menurut Hernawan, dkk
(2007: 177-178) media dapat digunakan secara perorangan, berkelompok
dan secara massal, yaitu sebagai berikut:
a. Media dapat digunakan secara perorangan Media untuk perorangan atau disebut individual
learning dilengkapi dengan petunjuk penggunaan yang jelas (manual book). Media ini disertai petunjuk yang mengandung keterangan tentang tujuan pembelajaran yang dicapai, garis besar isi, dan urutan cara mempelajarinya. Penggunaan media ini dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas.
b. Media dapat digunakan secara berkelompok Media untuk berkelompok digunakan untuk siswa
yang jumlahnya cukup banyak (big group) atau bersifat kelompok. Media ini juga disertai dengan petunjuk penggunaannya dan digunakan secara berdiskusi. Adapun syarat media secara berkelompok yaitu : 1) suara yang disajikan oleh media tersebut harus cukup keras sehingga semua anggota kelompok dapat mendengarkannya; 2) gambar atau tulisan dalam media tersebut harus cukup besar sehingga dapat dilihat oleh semua anggota kelompok; 3) perlu alat penyaji yang dapat memperkeras suara (amplifier) dan membesarkan gambar (proyektor).
c. Media yang digunakan secara massal Media yang digunakan secara massal yaitu untuk
orang yang berjumlah puluhan, ratusan, bahkan ribuan. Media ini dirancang melalui pemancar, seperti radio, televise, dan film. Sebelum penggunaan media massal ini, para peserta diberikan bahan tercetak yang memuat tujuan pembelajaran, garis besar isi.
4. Media Reading Box
Reading berasal dari bahasa Inggris yang artinya membaca,
sedangkan Box merupakan kotak, jadi diartikan secara harfiah Reading
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
13
Box berarti kotak membaca, kotak membaca merupakan media yang
digunakan guru untuk menunjang proses pembelajaran membaca. Media
ini berfungsi melatih kemampuan membaca siswa, peralatan yang
digunakan dalam media ini terdiri dari sebuah kotak yang berisi
seperangkat teks beserta pertanyaan dan isinya sekaligus. Media ini
dicetuskan oleh Soeparno (1987:24) yang mengatakan bahwa
“penggunaan media ini bertolak dari prinsip membaca progresif”. Dalam
media pembelajaran ini materi bacanya bervariasi atau beragam
menggunakan kertas yang warnanya berbeda yaitu, kertas berwarna
hijau, kuning, biru dan merah.
Dalam penggunaannya, media ini membuat siswa untuk membaca
dengan seksama, dimana siswa dalam setiap kelompok diperintahkan
untuk mengambil amplop berisi bacaan di dalamnya. Siswa membaca
teks tersebut dan harus menjawab pertanyaan dengan benar dan
mencocokkan jawabannya yang ada pada guru, apabila hasil jawaban
siswa sudah dicocokkan maka siswa bisa melanjutkan pertanyaan kedua
dan seterusnya. Dalam penggunaan media ini guru harus bisa menguasai
dan bisa mengkoordinasikan kelas agar proses pembelajaran berjalan
lancar dan tidak ribut.
Cara penggunaan media reading box adalah sebagai berikut: 1)
siswa diminta untuk mengambil bacaan dalam amplop di dalam ktak
membaca, kemudian disuruh untuk membacanya; 2) siswa diminta untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan bacaan yang
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
14
telah tercantum di bawah bacaan; 3) setelah selesai menjawab
pertanyaan, siswa diminta untuk mencocokkannya dengan kunci jawaban
pada guru.
Kecepatan siswa dalam membaca sudah pasti berbeda-beda, ada
siswa yang cepat dan ada juga siswa yang lambat. Media ini dapat pula
dipakai tanpa kehadiran guru, dengan syarat para siswa sudah
mengetahui cara pemakaiannya dan harus memiliki kejujuran dalam
mencocokkan pekerjaannya dengan kunci jawaban yang telah tersedia.
(Soeparno, 1988:24).
C. Kemampuan Membaca
1. Hakikat Membaca
Membaca merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
pesan atau informasi dalam bacaan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Tarigan (2008:7) bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan
serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Pendapat
lain tentang menulis yaitu menurut Anderson (Tarigan, 2008:7)
mengatakan bahwa dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses
penyandian kembali dan pembaca sandi (a recording and decoding
prosess), yaitu menghubungkan kata-kata tulis dengan bahasa lisan yang
mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna.
Membaca juga dikatakan sebagai suatu proses. Rahim (2008:3)
mengemukakan bahwa membaca adalah proses menerjemahkan simbol
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
15
tulis ke dalam bunyi yang mencakup pengenalan kata, pemahaman
literal, interpretasi, membaca kritis (critical reading), dan membaca
kreatif (creative reading), sedangkan menurut Dalman (2013:5)
membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya
untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan.
Sehingga dalam proses membaca juga dapat dikatakan sebagai proses
memahami dan menginterpretasikan lambang/tanda/tulisan yang
bermakna sehingga pesan dapat diterima dari penulis ke pembaca.
Berdasarkan pengertian membaca di atas, disimpulkan bahwa
membaca merupakan suatu proses perubahan bentuk
lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna.Kegiatan
membaca sangat ditentukan oleh kegiatan fisik dan mental untuk
menuntut seseorang menginterpretasikan simbol-simbol tulisan dengan
aktif dan kritis sebagai komunikasi diri sendiri, agar pembaca dapat
memperoleh makna tulisan dan informasi yang dibutuhkan.
2. Tujuan Membaca
Kegiatan membaca di kelas menurut Rahim (2008:11-12), guru
harus menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus
yang sesuai dengan tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus
yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca
siswa itu sendiri.
Tujuan membaca mencakup:
a. Kesenangan;
b. Menyempurnakan membaca nyaring;
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
16
c. Menggunakan strategi tertentu;
d. Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik;
e. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah
diketahuinya;
f. Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis;
g. Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi;
h. Menampilkan suatu ekserimen atau mengaplikasikan
informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara
lain dan mempelajari tentang struktur teks;
i. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Sedangkan tujuan utama membaca menurut Anderson (Dalman,
2013:11) ada tujuh macam yaitu: (1) reading for details or facts, (2)
reading for main idea, (3) (reading for sequence or organization, (4)
reading for inference, (5) reading to classify, (6) reading to evaluate, (7)
reading to compare or contrast.
3. Tujuan Pembelajaran Membaca
Tujuan pembelajaran menurut Dalman (2013:13) membaca ada
dua, yaitu tujuan behavioral dan tujuan ekspresif. Tujuan behavioral pada
kegiatan membaca meliputi pemahaman makna, keterampilan-
keterampilan studi, dan pemahaman terhadap teks bacaan. Sedangkan
tujuan ekspresif meliputi kegiatan membaca pengarahan diri sendiri,
membaca penafsiran atau interpretatif dan membaca kreatif.
Tujuan dalam pembelajaran membaca yaitu:
a. Memahami isi bacaan secara detail dan menyuruh.
b. Menemukan ide pokok/gagasan utama buku secara cepat.
c. Memperoleh informasi tentang sesuatu.
d. Mengenali makna kata-kata.
e. Informasi tentang lowongan kerja, dll.
Tujuan pembelajaran membaca harus disesuaikan dengan
kurikulum dan standar kompetensi lulusan (SKL). Sehingga siswa dapat
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
17
memiliki kompetensi di dalam aspek pokok membaca. Dengan demikian,
siswa diharapkan terampil memahami isi bacaan sesuai dengan tujuan
bacaan.
4. Aspek-aspek Membaca
Menurut Broughton (Tarigan, 2008:12-13) terdapat dua aspek
penting dalam membaca, yaitu:
a. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skill) yaitu
mencakup:
1) Pengenalan bentuk huruf.
2) Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase,
klausa,kalimat dan lain-lain).
3) Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi
(kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at
point”).
4) Kecepatan membaca ke taraf lambat.
b. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehensive skills) yaitu
mencakup:
1) Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal,
retorikal).
2) Memahami signifikan atau makna (maksud dan tujuan dan
reaksi pembaca).
3) Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk).
4) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan
dengan keadaan.
5. Jenis-jenis Membaca
Menurut Tarigan (1984:22) jenis-jenis membaca adalah sebagai
berikut:
Kegiatan membaca sebagai sesusatu keterampilan dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis. Kegiatan membaca ditinjau
dari segi terdengar atau tidak terdengarnya suara si pembaca
waktu dia membaca adalah membaca nyaring (oral reading atau
reading alound) dan membaca dalam hati (silent reading).
Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang
merupakan alat bagi guru, murid ataupun pembaca bersama-sama
dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta
memahami informasi, pikiran, perasaan seorang pengarang.
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
18
Membaca nyaring menurut Dalman (2013:63) adalah kegiatan
membaca dengan mengeluarkan suara atau melafalkan lambang-lambang
bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras. Selain itu. Membaca
nyaring juga dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk membagi
informasi kepada orang lain. Kegiatan ini dilakukan untuk menyuarakan
bahan bacaan dengan kecepatan dan lafalan seperti orang berbicara.
Kegiatan membaca nyaring tidak sama dengan membaca bersuara pada
membaca permulaan.
“Sedangkan membaca dalam hati (silent reading) menurut
Tarigan (1984:29) adalah membaca yang hanya mempergunakan
ingatan visual yang mengaktifkan mata dan ingatan”.
“Membaca dalam hati atau membaca senyap menurut
Dalman (2013:67) adalah membaca yang tidak bersuara, tanpa
gerakan bibir, tanpa gerakan kepala, tanpa berbisik, memahami
bacaan secara diam atau dalam hati, kecepatan mata dalam
membaca per detik. “
Secara garis besar ada beberapa jenis membaca dalam hati
menurut Tarigan (2008:13) meliputi membaca ekstensif dan membaca
intensif. Membaca ekstensif berarti membaca secara luas, yang objeknya
sebanyak mungkin teks dalam waktu yang singkat. Membaca ekstensif
meliputi membaca survey, membaca sekilas, dan membaca dangkal.
Sedangkan membaca intensif merupakan studi seksama, telaah, teliti dan
penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu
tugas. Dalam hal ini tidak terlalu panjang, namun memrlukan
pemahaman maksimal. Membaca intensif meliputi membaca telaah isi
dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi terdiri atas: 1) membaca
teliti; 2) membaca pemahaman; 3) membaca kritis; 4) membaca ide.
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
19
Sedangkan pendapat lain menurut Dalman (2013: 68) membaca
dalam hati dapat dibagi menjadi membaca ekstensif dan membaca
intensif. Membaca ekstensif meliputi membaca survey, membaca sekilas
dan membaca dangkal. Dan membaca intensif dibedakan menjadi
membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi
meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis,
membaca ide, dan membaca kreatif. Sedangkan membaca telaah bahasa
meliputi membaca bahasa dan membaca sastra.
Membaca intensif pada hakikatnya memerlukan teks yang
panjangnya tidk lebih dari 500. Kata yang dapat dibaca dalam jangka
waktu 2 menit dengan kecepatan kira-kira 5 kata dalam satu detik.
Keterampilan yang dituntut pada membaca dalam hati di sekolah
dasar kelas V yaitu:
1. Membaca dalam hati jauh lebih cepat daripada membaca
bersuara
2. Membaca dengan pemahaman yang baik.
3. Membaca tanpa gerakan bibir atau kepalaatau menujuk
dengan jari.
4. Menikmati bahan bacaan yang dibaca dalam hati, senang
membaca dalam hati.
6. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman menurut Depdiknas (2004:3) pada
hakikatnya adalah kegiatan membaca yang dimaksudkan untuk
memahami makna yang terkandung dalam suatu teks. Pemahaman suatu
teks sangat bergantung dengan beberapa hal. Salah satunya yang perlu
mendapat perhatian dalam membaca adalah keterampilan yang
berpengaruh pada tingkat pemahaman teks yang dibaca.
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
20
Membaca pemahaman merupakan kelanjutan dari membaca
permulaan. Hal ini dikemukakan oleh Dalman (2013:87) bahwa
membaca pemahaman berada pada urutan yang lebih tinggi. Apabila
anak telah melalui tahap permulaan dalam membaca, ia berhak masuk ke
dalam tahap berikutnya yaitu membaca lanjut atau membaca
pemahaman. Membaca pemahaman adalah membaca secara kognitif
(membaca untuk memahami). Dalam membaca pemahaman, pembaca
dituntut untuk memahami isi bacaan.
Sedangkan membaca pemahaman menurut pendapat Abidin
(2012:59) merupakan istilah yang digunakan untuk kegiatan membaca
yang bertujuan untuk beroleh informasi yang terkandung dalam teks
bacaan. Membaca pemahaman diartikan sebagai proses sungguh-
sungguh yang dilakukan pembaca untuk memperoleh informasi, pesan
dan makna yang terkandung dalam sebuah bacaan. Kegiatan tersebut
minimal melibatkan keterampilan visual dan keterampilan kognitif.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca
pemahaman adalah kegiatan membaca dalam hati untuk memahami isi
bacaan, baik yang tersurat maupun tersirat. Oleh karena itu, dalam
membaca pemahaman isi pembaca tidak hanya dituntut sekedar mengerti
dan memahami isi bacaan, tetapi juga harus mampu menghubungkan
informasi baru dengan pengalaman-pengalaman yang dialami.
7. Prinsip-Prinsip Membaca Pemahaman
Keberhasilan dalam pembelajaran membaca pemahaman, perlu
memperhatikan beberapa prinsip dasar mendesain pembelajaran
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
21
membaca seperti yang dikemukakan oleh Brown (Abidin, 2012:61-62)
sebagai berikut.
a. Diperlukan teknik/strategi pembelajaran membaca untuk
membangun motivasi intrinsik siswa.
b. Kesesuaian konteks siswa dengan bahan bacaan yang dipilih.
c. Menerapkan strategi membaca yang tepat untuk setiap bahan
bacaan.
d. Menerapkan model baca interaktif selama proses
pembelajaran membaca.
e. Melaksanakan prosedur pembelajaran membaca yaitu, tahap
prabaca, tahap membaca, dan tahap pascabaca.
f. Melaksanakan prinsip strategi membaca pemahaman dalam
pembelajaran sebagai berikut:
1) Identifikasi tujuan baca secara jelas dan nyata
2) Gunakan teknik membaca dalam hati yang efisien serta
gunakan kecepatan membaca yang fleksibel.
3) Gunakan strategi membaca skimming untuk menemukan
ide pokok bacaan.
4) Gunakan strategi membaca skaning untuk menemukan
informasi khusus/penjelas.
5) Gunakan peta konsep untuk memudahkan pemahaman
bacaan.
6) Gunakan tebakan untuk mendefinisikan kata yang belum
diketahui maknanya.
7) Analisislah lebih lanjut kata/kosakata yang belum
dipahami tersebut.
8) Bedakan antara makna literal dan makna implikatif.
9) Tandai penanda wacana yang menandakan
keterhubungan antara ide satu dengan ide lainnya.
g. Mengembangkan aspek-aspek evaluasi untuk menguji
keberdayagunaan teknik/strategi baca yang dipilih.
h. Melakukan penilaian secara proses maupun penilaian
kemampuan membaca.
Prinsip-prinsip membaca didasarkan pada penelitian yang
mempengaruhi pemahaman membaca menurut Brown et.al (Rahim,
(Abidin, 2012:62-64) dijelaskan sebagai berikut:
a. Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial. b. Keseimbangan kemahiraksaraan merupakan kerangka kerja
kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman.
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
22
c. Guru membaca yang professional (unggul) mempengaruhi
belajar siswa.
d. Pembaca yang baik memegang peranan penting yang sangat
strategis dan berperan aktif dalam proses membaca.
e. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.
f. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari
berbagai dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas.
g. Perkembangan kosa kata dan pembelajaran mempengaruhi
pemahaman membaca.
h. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses
pemahaman.
i. Gunakan strategi dan keterampilan membaca pemahaman
yang bisa diajarkan meliputi: peninjauan, membuat
pertanyaan sendiri, membuat hubungan, mengetahui kosa
kata bermakna, memonitor, meringkas, dan mengevaluasi.
j. Penilaian yang dinamis menginformasikan pembelajaran
membaca pemahaman.
8. Pemahaman dalam Membaca
Berdasarkan tingkat pemahaman, pada dasarnya kemampuan
membaca dapat dikelompokkan menjadi empat tingkatan yang
dikemukakan oleh Dalman (2013:87), yaitu:
a. Pemahaman literal
b. Pemahaman Interpretatif
c. Pemahaman Kritis
d. Pemahaman Kreatif
Pemahaman literal artinya pembaca hanya memahami makna apa
adanya, sesuai dengan makna simbol-simbol bahasa yang terdapat dalam
bacaan. Pemahaman literal lebih memfokuskan pada pemahaman makna
setiap kata dan kalimat yang terdapat dalam teks tersebut. Atau juga
dapat dikatakan sebagai pemahaman isi bacaan secara tersurat. Artinya,
pembaca hanya berusaha menangkap informasi yang terdapat secara
literal. Oleh karena itu, untuk pengukuran pemahaman jenis ini dapat
menggunakan kata-kata kunci pertanyaan: apa, siapa, dimana atau kapan.
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
23
Selanjutnya tingkatan yang lebih tinggi setelah pemahaman literal
adalah pemahaman interpretatif, yaitu pembaca sudah mampu
mengangkap pesan secara tersirat dan dapat memberi jawaban-jawaban
atas pertanyaan. Tujuan membaca interpretatif yaitu untuk menafsirkan
maksud pengarang apakah karangan tersebut fakta atau fiksi agar dapat
memahami isi dari karya tersebut.
Setelah pemahaman interpretatif, tingkatan pemahaman yang
lebih tinggi berikutnya yaitu pemahaman kritis. Pada tingkat ini pembaca
tidak hanya mampu menangkap makna tersirat dan tersurat. Pembaca
dalam tingkat ini sudah mampu membuat kritik terhadap suatu bacaan
atau sebuah buku. Literal, interpretatif dan kritis adalah pemahaman
kreatif. Pembaca tingkat ini memiliki pemahaman lebih tinggi dari ketiga
tingkat sebelumnya. Selesai membaca pembaca akan mencoba atau
bereksperimen membuat suatu yang baru berdasarkan isi bacaan.
Apabila seorang pembaca dapat menyampaikan kembali isi
bacaan yang disampaikan baik yang tersurat maupun tersirat dan
mengembangkan gagasan pokok bacaan dengan kreativitasnya baik
secara lisan dan tertulis, hal ini berarti pembaca tersebut benar-benar
memahami isi bacaan yang dibacanya. Dengan demikian pembaca telah
memiliki keempat tingkatan pemahaman membaca yaitu, pemahaman
literal, interpretatif, kritis dan dan kreatif. Tujuan membaca pemahaman
untuk kelas V sekolah dasar termasuk dalam tingkat F-G (kelas V-VI)
yaitu pada tingkatan membaca pemahaman kedua yaitu interpretatif.
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
24
9. Membaca Pemahaman Interpretatif
Membaca interpretatif adalah kegiatan membaca yang bertujuan
agar para siswa mampu menginterpretasikan atau menafsirkan maksud
pengarang apakah karangan itu fakta atau fiksi, sifat-sifat tokoh, reaksi
emosional, gaya bahasa dan bahasa kias serta dampak-dampak cerita.
a. Tujuan Membaca Interpretatif
Membaca interpretatif bertujuan agar para siswa mampu
menginterpretasikan atau menafsirkan maksud pengarang. Menurut
Tarigan (Dalman, 2013:101) terdapat enam tujuan membaca
interpretatif, yaitu: maksud pengarang, fakta atau fiksi, sifat-sifat
tokoh, reaksi emosional, gaya bahasa, dan dampak cerita.
Membaca interpretatif memiliki tujuan berdasarkan tingkatan
kelas yaitu:
Tujuan tingkatan F-G (kelas 5) menurut Dalman (2013:101)
adalah:
1) Mempertimbangkan, memikirkan pendapat penulis,
2) Menentukan unsur-unsur fakta dalam fiksi,
3) Menentukan serta memperbandingkan sifat-sifat, sikap-
sikap, perubahan-perubahan dan motif-motif para tokoh,
4) Mengenali reaksi-reaksi emosional para tokoh, 5) Memperhatikan penggunaan kata-kata yang bermakna
konotatif dan denotatif.
6) Meramalkan dampak-dampak bahan bacaan.
Berdasarkan uraian di atas, membaca pemahaman interpretatif
di sekolah dasar bertujuan untuk membangkitkan daya imajinasi
anak sehingga anak akan mampu berimajinasi secara kreatif. Anak
yang sering diajararkan untuk membaca pemahaman interpretatif
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
25
akan tumbuh menjadi manusia yang memiliki ide kreatif dan sikap
yang baik terhadap hasil karya seseorang dan belajara banyak
tentang kehidupan dan pengalaman para tokoh cerita yang
dibacanya.
10. Indikator Membaca Pemahaman
Indikator pemahaman menurut Mulyasa (2009:140) terdapat pada
tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Indikator Membaca Pemahaman
Aspek Kompetensi Indikator Kompetensi
Kognitif Comprehension
(Pemahaman)
Menerjemahkan, mengubah,
menggeneralisasi, menguraikan,
menuliskan kembali, merangkum,
membedakan, mempertahankan,
menyimpulkan, mengemukakan
pendapat, dan menjelaskan.
Indikator kompetensi yang digunakan dalam membaca
pemahaman antara lain: menerjemahkan, menyimpulkan, dan
menjelaskan. Dalam proses membaca dalam hati, siswa melakukan
proses menerjemahkan kalimat-kalimat bahasa jawa sehingga, mereka
dapat memahami arti dalam kalimat tersebut dengan benar. Selanjutnya
di akhir metode pembelajaran yaitu, tahap prabaca terdapat kegiatan
menyimpulkan suatu isi cerita secara bersama-sama. Setelah itu, pada
indikator menjelaskan dilaksanakan pada saat siswa memaparkan hasil
diskusi kelompok dan memberikan pesan yang dapat diambil dari cerita
yang telah dibaca.
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
26
D. Mata Pelajaran Bahasa Jawa di SD
1. Pengertian Bahasa Jawa di Sekolah Dasar
Bahasa Jawa menurut Mulyana (2006:3) merupakan salah satu
bahasa daerah di Indonesia yang memiliki kedudukan yang penting,
sehingga Bahasa Jawa mempunyai hak sepenuhnya untuk dihormati dan
dipelihara oleh Negara, dalam realisasinya bentuk penghormatan dan
pemeliharaan bahasa Jawa sebagai mata pelajaran di sekolah-sekolah
yang wilayahya termasuk penutur bahasa Jawa.
Lebih lanjut Mulyana mengemukakan beberapa fungsi bahasa
Jawa diantaraya adalah: (1) sebagai alat komunikasi dalam keluarga dan
masyarakat, bahasa jawa berperan sebagai media interaksi dan kerjasama
bagi sesame warga; (2) sebagai pendukung bahasa nasional, bahasa
daerah (bahasa Jawa) berperan penting dalam memperlancar pengajaran
bahasa nasional dan berbagai ilmu; (3) sebagai alat pengembang dan
pendukung kebudayaan daerah. Bahasa daerah menyimpan tata nilai
budaya dalam berbagai bentuk misalnya kosakata, pantun, cerita rakyat
dan lain-lain.
Pembelajaran bahasa jawa di sekolah dasar meliputi beberapa
aspek yaitu, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam
pembelajaran menyimak, siswa dituntut untuk bisa menangkap informasi
yang diberikan secara lisan dalam bahasa Jawa. Pembelajaran berbicara,
siswa diharapkan dapat memberikan tanggapan dan mengungkapkan
perasaan dalam bahasa Jawa. pembelajaran membaca, siswa diharapkan
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
27
dapat melafalkan kalimat bahasa Jawa, huruf jawa, serta mampu
memahami bacaan dalam bahasa Jawa., huruf Jawa, serta mampu
memahami bacaan dalam bahasa Jawa. Sedangkan dalam pembelajaran
menulis, siswa diharapkan mampu mengungkapkan perasaan maupun
tanggapan secara tertulis.
Mata pelajaran Bahasa Jawa pada aspek membaca pemahaman
berdasarkan silabus pembelajaran kelas V SD Negeri 1 Pasir Kidul
terdapat pada tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2.2 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
3. Mampu membaca dan memahami
ragam teks bacaan dengan berbagai
teknik membaca cepat, membaca
bersuara, membaca indah,
membaca huruf Jawa
3.1 Membaca Pemahaman
E. Cerita Rakyat
1. Pengertian Cerita
Forster (Nurgiantoro, 2007:91) mengartikan cerita sebagai sebuah
narasi berbagai kejadian yang sengaja disusun berdasarkan urutan waktu.
Sedangkan Kenny (Nurgiantoro, 2009:91) mengartikan cerita sebagai
peristiwa-peristiwa yang terjadi berdasarkan urutan waktu yang disajikan
dalam sebuah karya fiksi.
Menurut Nurgiantoro (2007:10-11) sebuah cerita yang selesai
dibaca sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam
yang disebut cerita pendek atau cerpen. Panjang cerpen bervariasi, ada
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
28
yang pendek (short short story) berkisar 500-an kata, serta ada cerpen
yang panjang (long short story) yang terdiri dari beberapa puluhan ribu
kata.
Lebih lanjut Nurgiantoro mengatakan bahwa cerpen memiliki
kelebihan yang khas yaitu kemampuannya mengemukakan secara lebih
banyak. Unsur-unsur intrinsik di dalam cerita menurut Nurgiantoro
(2007:13-14) yaitu tema, penokohan, latar dan kepaduan. Tema di dalam
cerita yang pendek hanya berisi satu tema. Hal ini berkaitan dengan
keadaan plot yang juga tunggal dan pelaku yang terbatas. Sedangkan
penokohan atau jumlah tokoh dalam cerita terbatas. Selanjutnya yaitu,
latar dalam cerita memerlukan pelukisan secara garis besar atau implisit.
Yang terakhir yaitu, kepaduan dalam cerita. Artinya segala sesuatu yang
diceritakan bersifat dan berfungsi mendukung tema utama.
2. Definisi Cerita Rakyat
Dongeng merupakan salah satu cerita rakyat (folktale) yang cukup
beragam cakupannya. Menurut Nurgiantoro, B (2016:198) Dongeng
berasal dari berbagai kelompok etnis, masyarakat, atau daerah tertentu di
berbagai belahan dunia, baik berasal dari tradisi lisan maupun tertulis.
Lebih lanjut Nurgiantoro mengatakan bahwa dongeng merupakan cerita
yang tidak benar-benar terjadi dan sering tidak masuk akal. Dari sudut
pandang ini, dongeng termasuk cerita fantasi, tidak terikat pada waktu
dan tempat, dapat terjadi dimana saja dan kapan saja tanpa ada
pertanggungjawaban pelataran.
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
29
3. Unsur Dongeng
Sebuah cerita fiksi termasuk dongeng menurut Nurgiantoro
(2016:221) memilki unsur-unsur yang melekat di dalamnya yaitu unsur
intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik meliputi tokoh dan penokohan,
alur, pengaluran, dan berbagai peristiwa yang membentuknya, latar,
sudut pandang, dan lain-lain. Sedangkan unsur ekstrinsik meliputi jati
diri pengarang yaitu ideologi, pandangan hidup (way of life), kondisi
kehidupan sosial-budaya masyarakat dalam latar cerita, dan lain-lain.
Unsur unsur intrinsik yang dijelaskan oleh Nurgiantoro
(2016:222-224) yaitu sebagai berikut:
a. Tokoh
Tokoh merupakan pelaku yang dikisahkan perjalanan
hidupnya dalam cerita fiksi.. Berdasarkan wujudnya dapat
berupa tokoh manusia, binatang atau objek lain.
b. Alur Cerita
Alur cerita adalah rangkaian peristiwa yang terjadi karena
adanya sebab akibat yang menyebabkan alur cerita menjadi
logis.
c. Latar
Latar merupakan unsur tempat, waktu, lokasi dimana cerita
itu terjadi, dan lingkungan sosial budaya.
d. Tema
Tema adalah gagasan utama atau makna utama cerita.
e. Moral
Moral adalah pesan, amanat yang ingin disampaikan kepada
pembaca.
f. Sudut pandang
Sudut pandang merupakan sebuah cara, strategi, atau siasat
yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengungkspkn
cerita dan gagasannya.
g. Gaya bahasa dan nada
Gaya bahasa adalah sebuah cara pegungkapan dalam bahasa.
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
30
F. Pembelajaran Membaca Pemahaman Bahasa Jawa Melalui Penerapan
Metode Direct Readig Thingking Activity Menggunakan Media Reading
Box
Pembelajaran membaca pemahaman siswa pada siswa sekolah dasar
bertujuan agar siswa dapat memahami isi dari sebuah bacaan serta mengambil
informasi dan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya. Bacaan yang terdapat
dapa pembelajaran bahasa Jawa kelas V sekolah dasar diantaranya adalah
cerita anak, cerita wayang, cerita rakyat atau dongeng, serta karya-karya non
fiksi lainnya yang berisi tentang informasi tentang kekayaan budaya
Indonesia.
Implementasi media reading box pada pembelajaran membaca
pemahaman bahasa Jawa materi cerita rakyat yang dipadukan dengan metode
Direct Reading Thingking Activity dalam pembelajaran akan diuraikan
sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi dasar dalam pembelajaran yaitu
membaca pemahaman serta indikator pembelajaran antara lain menjawab
pertanyaan, menyimpulkan isi bacaan, dan menceritakan kembali isi
bacaan dengan bahasa sendiri/ragam tertentu.
2. Guru menyajikan materi tentang materi membaca pemahaman mengenai
cerita rakyat, jenis dan ciri-ciri cerita rakyat.
3. Guru membentuk siswa siswa menjadi 4 kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri dari 5 siswa secara heterogen.
4. Guru melakukan tahap prabaca yaitu, meliputi memperkenalkan bacaan
cerita rakyat dan membuat prediksi terhadap kelanjutan isi cerita
tersebut.
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
31
5. Guru melakukan tahap selanjutnya yaitu tahap membaca meliputi
membaca dalam hati, menguji prediksi terhadap isi bacaan.
6. Guru menyajikan media reading box materi cerita rakyat yang di
dalamnya terdapat beberapa bacaan di dalam kertas yang berbeda warna.
7. Setiap kelompok diminta mengambil teks bacaan di media reading box
dan melakukan kegiatan membaca pemahaman isi teks dan dilanjutkan
menjawab pertanyaan.
8. Siswa diminta mencocokkan jawaban yang dipegang guru.
9. Setiap kelompok diminta menjawab pertanyaan terkait bacaan yang
dipilih dan membuat kesimpulan.
10. Hasil diskusi kelompok disampaikan oleh perwakilan kelompok dan akan
dibandingkan jawaban dari masing-masing kelompok.
11. Guru melakukan tahapan ketiga yaitu membuat kesimpulan bersama-
sama terhadap isi bacaan di akhir pembelajaran.
G. Penelitian Relevan
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini berdasarkan
penelitian yang telah dilaksanakan:
1. Penelitian oleh Samsu Somadayo., St.Y. Slamet., Joko Nurkamto., Sarwiji
Suwandi (2013) dengan judul The Effect of Learning Model Drta
(Directed Reading Thingking Activity) Toward Students‟ Reading
Comprehension Ability Seeing from Their Reading Interest. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa siswa yang diajar oleh model pembelajaran
DRTA lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran PQRST dan DRA. Siswa yang
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
32
memiliki minat membaca tinggi dan diajar oleh model pembelajaran
DRTA menghasilkan pemahaman bacaan yang lebih baik dibandingkan
dengan kelompok siswa yang memiliki minat membaca tinggi yang
diajarkan oleh model pembelajaran PQRST dan DRA.
2. Penelitian oleh Arisetyawati, S. A. Kompyang (2017) dengan judul The
Effect of Directed Reading Thinking Activity In Cooperative Learning
Setting Toward Students‟ Reading Comprehension Of The Eleventh Grade
Students. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dipandu melalui
proses pembuatan prediksi berdasarkan pengetahuan, pembacaan, dan
konfirmasi atau penyesuaian prediksi berdasarkan informasi baru. Melalui
proses tersebut, siswa diharapkan menjadi pembaca aktif, kritis dan
bijaksana. Direct Reading Thingking Activity memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap pemahaman bacaan siswa kelas Temuan tersebut
menunjukkan bahwa nilai siswa yang diajar dengan menggunakan metode
tersebut lebih tinggi daripada nilai siswa yang diajar dengan menggunakan
aktivitas membaca saja.
3. Penelitian oleh Noor Widyaningsih (2009) dengan judul Peningkatan
Keterampilan Membaca Pemahaman dengan Media Reading Box Kelas
III SDn PasuruanLor Kecamatan Jati Kabupaten Kudus, menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan pemanfaatan media reading box dapat
meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pemanfaatan media Reading
Box dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa
dengan rata-rata kelas 66,7 meningkat menjadi 75,8 pada siklus I dan pada
siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 86,6. Dalam hal ini pemanfaatan
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
33
media reading box dapat meningkatkan keterampilan guru dan
meningkatkan aktivitas siswa yang pada akhirnya menunjang peningkatan
kualitass pembelajaran Bahasa Jawa.
4. Penelitian oleh Septi Wulandari (2010) dengan judul Peningkatan
Keterampilan Membaca Ekstensif melalui Media Reading Box dengan
Teknik Membaca Skimming pada siswa kelas XF SMA Muhammadiyah
Kudus. Hasil penelitian tersebut menunjukkan pemanfaatan media
Reading Box dengan teknik skimming dapat meningkatkan keterampilan
siswa dalam membaca ekstensif sebesar 16, 96% pada siklus I dan 6,96%
pada siklus II. Serta dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran.
Tabel 2.3
Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relevan
dengan Penelitian yang akan Diteliti
Judul Penelitian yang
akan diteliti
Judul Penelitian yang
Relevan Persamaan Perbedaan
Penerapan Metode Direct
Reading Thingking
Activity Menggunakan
Media Reading Box
Untuk Meningkatkan
Kemampuan Membaca
Pemahaman Pad Mata
pelajaran Bahasa Jawa
Materi Cerita Rakyat
Siswa Kelas V SD N1
Pasir Kidul.
The Effect of Learning
Model Drta (Directed
Reading Thingking
Activity) Toward Students‟
Reading Comprehension
Ability Seeing from Their
Reading Interest
Penerapan metode
pembelajaran
DRTA dalam
pembelajaran
membaca.
DRTA merupakan
metode
pembelajaran.
The Effect of Directed
Reading Thinking Activity
In Cooperative Learning
Setting Toward Students‟
Reading Comprehension
Of The Eleventh Grade
Students.
Penerapan metode
DRTA untuk
meningkatkan
kemampuan
membaca
pemahaman siswa
dalam bacaan.
Penggunaan
metodologi
penelitian dan kelas
yang diteliti
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
34
Judul Penelitian yang
akan diteliti
Judul Penelitian yang
Relevan Persamaan Perbedaan
Peningkatan Keterampilan
Membaca Pemahaman
dengan Media Reading
Box Kelas III SD N
Pasuruan Lor Kecamatan
Jati Kabupaten Kudus.
Penggunaan media
Reading Box untuk
meningkatkan
kemampuan
membaca
pemahaman.
Kelas yang diteliti
dan metode
pembelajaran
Peningkatan Keterampilan
Membaca Ekstensif
Melalui Media Reaing Box
dengan Teknik Membaca
Skimming Pada Siswa
Kelas XF SMA
Muhammadiyah Kudus
Penggunaan media
Reading Box untuk
meningkatkan
kemampuan
membaca.
Penggunakan
metode
pembelajaran
DRTA.
H. Kerangka Pikir
Melihat permasalahan yang ada pada mata pelajaran Bahasa Jawa di
kelas V SD Negeri 1 Pasir Kidul, siswa memiliki kemampuan membaca
pemahaman yang rendah. Selain itu, guru dalam kegiatan pembelajaran yang
belum memaksimalkan penggunaan media pembelajaran dengan baik.
Melihat kondisi tersebut perlu adanya inovasi dalam meningkatkan
pembelajaran membaca pemahaman isi bacaan pada materi cerita rakyat mata
pelajaran bahasa jawa. Inovasi pembelajaran membaca dengan menerapkan
metode pembelajaran Direct Reading Thingking Activity menggunakan media
Reading Box.
Metode pembelajaran Direct Reading Thingking Activity dan media
Reading Box dapat membantu siswa belajar dengan mengkonstruksikan
makna dari gambar dan tulisan yang terdapat pada media Reading Box.
Setelah itu, guru mengajak siswa untuk membaca bersama dengan suara keras
secara klasikal dan menunjukkan setiap kata yang dibaca agar siswa benar-
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
35
benar memahami isi cerita. Kegiatan belajar dilaksanakan dalam dua siklus
yang setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Metode pembelajaran Direct
Reading Thingking Activity menggunakan media Reading Box di kelas III SD
N Pasir Kidul diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman siswa pada mata pelajaran bahasa Jawa materi cerita rakyat.
Berikut ini bagan kerangka pikir penggunaan metode pembelajaran
Direct Reading Thingking Activity menggunakan media Reading Box dalam
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD N Pasir
Kidul.
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir
Tindakan
Siklus 1
Guru menerapkan metode pembelajaran Direct
Thingking Activity menggunakan media
Reading Box
Kondisi Awal
Siklus 2
Guru menerapkan
metode pembelajaran
Direct Reading
Thingking Activity
menggunakan media
Reading Box.
Kemampuan membaca pemahaman bacaan cerita rakyat bahasa Jawa siswa rendah.
Guru kelas V SD N Pasir Kidul belum
menggunakan media pembelajaran
Kondisi Akhir
Kemampuan
membaca
pemahaman
siswa
meningkat.
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018
36
I. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoritik dapat dirumuskan hipotesis tindakan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Melalui penerapan metode Direct Reading Thingking Activity
menggunakan media reading box, aktivitas guru dalam pembelajaran
membaca pemahaman cerita rakyat meningkat.
2. Melalui penerapan metode Direct Reading Thingking Activity
menggunakan media reading box, aktivitas siswa dalam pembelajaran
membaca pemahaman bahasa Jawa meningkat.
3. Melalui penerapan metode Direct Reading Thingking Activity
menggunakan media reading box, hasil evaluasi siswa dalam
pembelajaran membaca pemahaman bahasa Jawa meningkat.
Penerapan Metode Directed…, Puji Bondan Puspitorini, FKIP UMP, 2018