36
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Peneliti telah melakukan penelusuran terhadap penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dikaji, mengenai model pemberdayaan masyarakat desa berbasi potensi lokal, diantaranya adalah: Penelitian pertama yaitu penelitian dari Khasbullah Afif (Program S1 Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadyah Malang 2016) dengan judul “Pemberdayaan Perempuan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Melalui 3R (Reuse, Reduce, Recycle) Sampah Plastik di Desa Mojorejo, Kota Batu”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, perempuan yang melakukan kegiatan pengolahan sampah plastik menjadi handycraft melalui 3R (Reuse, Reduce, Recycle) berperan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. Melihat pada konsep kesejahteraan keluarga BKKBN (Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional) subjek yang diteliti mengalami peningkatan kesejahteraan dimana sebelumnya keluarga tersebut termasuk di dalam tingkat kesejahteraan Tahap Keluarga Sejahtera II menjadi Tahap Keluarga Sejahterah III, hal tersebut diukur dari terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan psikologis yang terdiri dari delapan indikator untuk ditingkatkan ketingkat III yang terdiri dari lima indikator kebutuhan pengembangan. Dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan perempuan di dalam keluarga, maka keluarga dan perempuan tersebut akan semakin berdaya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Peneliti telah melakukan penelusuran terhadap penelitian terdahulu

yang berkaitan dengan penelitian yang akan dikaji, mengenai model

pemberdayaan masyarakat desa berbasi potensi lokal, diantaranya adalah:

Penelitian pertama yaitu penelitian dari Khasbullah Afif (Program S1

Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Muhammadyah Malang 2016) dengan judul “Pemberdayaan Perempuan

dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Melalui 3R (Reuse, Reduce,

Recycle) Sampah Plastik di Desa Mojorejo, Kota Batu”. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa, perempuan yang melakukan kegiatan pengolahan

sampah plastik menjadi handycraft melalui 3R (Reuse, Reduce, Recycle)

berperan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. Melihat pada konsep

kesejahteraan keluarga BKKBN (Badan Kependudukan Keluarga Berencana

Nasional) subjek yang diteliti mengalami peningkatan kesejahteraan dimana

sebelumnya keluarga tersebut termasuk di dalam tingkat kesejahteraan Tahap

Keluarga Sejahtera II menjadi Tahap Keluarga Sejahterah III, hal tersebut

diukur dari terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan psikologis yang terdiri dari

delapan indikator untuk ditingkatkan ketingkat III yang terdiri dari lima

indikator kebutuhan pengembangan. Dengan meningkatnya tingkat

kesejahteraan perempuan di dalam keluarga, maka keluarga dan perempuan

tersebut akan semakin berdaya.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

12

Penelitian kedua yakni penelitian dari Arbaiyah (Program S1 Ilmu

Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Sumatera Utara Medan 2011) dengan judul “Pemberdayaan Perempuan

Pesisir Pantai Dalam Pembangunan Masyarakat Pesisir Pantai)”. Hasil

penelitian menjelaskan tentang, wanita-wanita nelayan mempunyai potensi

sebagai motor penggerak pemberdayaan masyarakat pantai. Dalam rangka

meningkatkan peran perempuan di Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai

Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, diperlukan strategi dalam

pemberdayaan peran perempuan yang sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi

dan budaya setempat. Strategi yang digunakan yakni melalui pendekatan

yang penekanan pada azas hubungan timbal balik, proporsionalitas, kemitraan

dan keharmonisan antara perempuan dan laki-laki. Peranan pemerintah

kabupaten dalam pemberdayaan perempuan dapat dilihat melalui upaya-

upaya yang dilakukan pemerintah kemudian program-program yang di buat

untuk perempuan serta pendistribusian anggaran yang disediakan oleh

pemerintah kabupaten untuk pemberdayaan perempuan. Pendistribusian

anggaran yang masih sangat minim menjadi factor yang sangat penting untuk

meningkatkan pemberdayaan perempuan.

Kedua penelitian terdahulu diatas merupakan rujukan bagi peneliti

dalam melakukan penelitian, keduanya memiliki beberapa persamaan dan

perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Adapun

beberapa persamaan antara kedua penelitian terdahulu dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti antara lain yaitu: 1) program pemberdayaan diberikan

kepada perempuan; 2) Pemanfaatan potensi lokal yang ada di lokasi

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

13

penelitian sebagai pokok pemberdayaan; 3) Pengaruh pemberdayaan

masyarakat pada peningkatan kesejahteraan; 4) Pada penelitian Khasbullah

Afif sama-sama pada pengelolahan sampah plastik menjadi kerajinan tangan;

5) Sedangkan pada penelitian Arbaiyah sama-sama tentang peningkatan

produktifitas perempuan.

Selain itu perbedaan penelitian terletak pada; 1) Lokasi atau tempat

penelitian yang berbeda; 2) Fokus Penelitan antara peneliti dengan kedua

peneliti sebelumnya berbeda, pada penelitian Khasbullah Afif memfokuskan

pada peningkatan kesejahteraan keluarga melalui 3 R, dan penelitian

Arbaiyah memfokuskan pada strategi pemberdayaan perempuan pengolahan

peningkatan produktifitas perempuan pesisir, sedangkan penelitian yang

dilakukan peneliti memfokuskan pada model pemberdayaan perempuan desa

melalui pengolahan sampah plastik.

B. Definisi Strategi

Istilah strategi sudah menjadi istilah yang sering digunakan oleh

masyarakat untuk menggambarkan berbagai makna seperti suatu rencana,

taktik atau cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Strategi pada

hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management)

untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi

tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja,

melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya

(Effendy, 2007:32).

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

14

Dalam artikel Michael E. Porter (1996) berjudul What Is Strategy?

Dijabarkan bahwa startegi merupakan hal unik dan posisinya bernilai,

melibatkan seperangkat kegiatan yang berbeda. Ketika kita telah memberikan

atau menawarkan hal dengan cara yang berbeda dari apa yang pernah kita

lakukan sebelumnya, maka hal itu disebut strategi. Strategi juga dapat

dikatakan sebagai inti dari manajemen secara umum yang meliputi

menjabarkan posisi perusahaan, membuat beberapa tarikan dan menempa

setiap kegiatan dengan tepat. Strategi juga diartikan sebagai penciptaan

timbal balik dalam kompetisi, mengombinasikan aktivitas, serta menciptakan

kesesuaian antar aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan.

Jadi, strategi merupakan hal yang penting karena strategi mendukung

tercapainya suatu tujuan. Strategi dapat dikatakan sebagai rencana untuk

jangka panjang. Pada konsep pemberdayaan startegi merupakan cara untuk

melakukan suatu perubahan terhadap masyarakat, yakni membuat rencana

untuk memberikan bantuan atau mengembalikan fungsi sosial masyarakat

ataupun individu. Menurut Suyanto (2014:91) pada bukunya yang berjudul

Anatomi Kemiskinan dan Strategi Penangannya menjelaskan tentang strategi

pemberdayaan kepada nelayan tradisional, bahwa strategi pemberdayaan

merupakan rangka untuk memperbaiki taraf hidup dan memberi peluang

kepada nelayan tradisional agar dapat melakukan mobilitas vertikal, ada dua

jalan yang dapat ditempuh. Pertama, mendorong pergeseran status nelayan

tradisional menjadi nelayan modern. Kedua, membiarkan mereka tetap

menjadi nelayan “tradisional”, tetapi memfasilitasi mereka agar lebih berdaya

dan memiliki kemampuan penyangga ekonomi keluarga yang kenyal terhadap

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

15

tekanan krisis. Dapat disimpulkan bahwa stretegi pemberdayaan merupakan

suatu rencana atau cara untuk memperbaiki taraf hidup dan memberikan

peluang kepada masyarakat sasaran, yang sesuai dengan kebutuhan dan

kondisi lokal masyarakat sasaran.

Untuk memudahkan dalam pemecahan permasalahan sosial, maka

dibutuhkan strategi dalam upaya tersebut. Adapun beberapa strategi dalam upaya

memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu;

a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah

pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki

potensi yang dapat dikembangkan.

b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat

(empowering). Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat

pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan,

serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti

modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan

berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan prasarana dan

sarana dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti

sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh

masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan

lembagalembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di perdesaan,

dimana terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang.

Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

16

berdaya, karena program-program umum yang berlaku tidak selalu

dapat menyentuh lapisan masyarakat ini.

c. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota

masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai

budaya modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan

kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan

ini. Demikian pula pembaharuan institusi-institusi sosial dan

pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan

masyarakat di dalamnya. Yang terpenting disini adalah peningkatan

partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang

menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan

masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan,

pengamalan demokrasi.

Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses

pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh

karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu,

perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya

dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti

mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan

mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus

dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak

seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan

masyarakat bukan membuat 4 masyarakat menjadi makin tergantung pada

berbagai program pemberian (charity). Pada dasarnya setiap apa yang

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

17

dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat

dipertikarkan dengan pihak lain). Dengan demikian tujuan akhirnya adalah

memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan

untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara

berkesinambungan.

C. Konsep Pemberdayaan

1) Definisi Pemberdayaan

Istilah pemberdayaan merupakan terjemahan dari istilah

empowerment. Di Indonesia, istilah pemberdayaan sudah dikenal pada

tahun 1990 di banyak NGOs. Dalam perkembangannya istilah

pemberdayaan telah menjadi wacana publik dan bahkan seringkali

dijadikan kata kunci bagi kemajuan dan keberhasilan pembangunan

masyarakat. Paradigma pemberdayaan adalah paradigma pembangunan

manusia, yaitu pembangunan yang berpusat pada rakyat merupakan proses

pembangunan yang mendorong prakarsa masyarakat berakar dari bawah

(Kartasasmitra dalam Alfitri, 2011). Berbeda halnya menurut Jim Ife

seperti yang dikutip Suharto (2010:59) menjelaskan bahwa Empowerment

aims to increase the power of dis-advantaged (Pemberdayaan bertujuan

untuk meningkatkan kekuatan yang kurang beruntung). Dengan kata lain

pemberdayaan diperlukan untuk dapat membantu serta memberdayakan

masyarakat yang masih kurang beruntung atau masyarakat yang lemah

agar mampu untuk meningkatkan kuliatas hidupnya.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

18

Secara umum pemberdayaan sering diartikan sengan perolehan

kemampuan dan akses terhadap sumberdaya untuk memenuhi

kebutuhannya. Menurut Suharto (2011: 58-59) Pemberdayaan merujuk

pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga

mereke memiliki kekuatan dan kemampuan dalam (a) memenuhi

kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom),

dalam arti bukan saja bebas dalam mengemukakan pendapat, melainkan

bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b)

menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat

meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-

jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses

pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.

Dengan demikian pemberdayaan merupakan serangkaian kegiatan untuk

menjadikan masyrakat yang tidak berdaya menjadi masyarakat yang

berdaya dan memiliki kebebasan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

sehari-hari.

Pemberdayaan tidak dilakukan serta merta namun harus memiliki

tujuan yang jelas sebagai arah pemberdayaan itu sendiri. Tujuan dasar

pemberdayaan adalah keadilan sosial dengan memberikan ketentraman

pada masyarakat yang lebih besar serta persamaan politik dan sosial

melalui pengembangan langkah kecil guna tercapainya tujuan yang lebih

besar (Payne dalam Alfitri, 2011). Hal itu merujuk pada pemberdayaan

sebagai perbaikan mutu hidup atau kesejateraan individu dan masyarakat

baik dalam arti, perbaikan secara ekonomi yakni ketercukupan pangan,

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

19

perbaikan kesejahteraan sosial seperti terpenuhinya dalam bidang

pendidikan dan kesehatan, kebebasan atau kemerdekaan dari penindasan,

adanya jaminan keamanan, jaminan hak asasi manusia dari rasa takut dan

kekhawatiran.

Hakikat dari pemberdayaan berpusat pada manusia dan

kemanusiaan, dengan kata lain manusia dan kemanusiaan sebagai tolak

ukur normatif, struktural, dan subtansial (Sumodiningrat dalam Theresia,

2014:78). Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk

meningkatkan harkat martabat.

Pemberdayaan dapat merujuk pada proses pembelajaran bagi

masyarakat, dimana dengan adanya pemberdayaan masyarakat mengalami

proses perubahan dari yang awalnya tidak mampu menjadi mampu, dari

yang tidak mengerti menjadi tahu, serta dari yang awalnya tidak bisa

menjadi bisa. Oleh karena itu, kegiatan pemberdayaan bertujuan untuk

mewujudkan perubahan yang mandiri dan terus menerus melalui

penyelenggaraan pembelajaran, pelatihan, sosialisasi, dll (Theresia,

2014:77). Pemberdayaan sebagai proses pembelajaran harus selalu

merujuk pada kebutuhan masyarakat dan potensi yang ada di dalam

masyarakat agar pemberdayaan dapat berlangsung secara optimal serta

dapat meningkatakn kesejahteraan masyarakat.

2) Indikator Pemberdayaan

Schuler, Hashemi, dan Riley mengembangkan delapan konsep

indikator pemberdayaan, yang mereka sebut sebagai empowerment index

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

20

atau indeks pemberdayaan yang dikutip dari Suharto (2011:64-66),

diantaranya yakni:

1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi ke luar rumah

atau wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis,

bioskop, rumah ibadah, ke rumah tetangga. Tingkat mobilitas ini

dianggap tinggi jika individu mampu pergi sendirian.

2. Kemampuan membeli komoditas „kecil‟: kemampuan individu untuk

membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari (beras, minyak

tanah, minyak goreng, bumbu); kebutuhan dirinya (minyak rambut,

sabun mandi, rokok, bedak, sampo). Individu dianggap mampu

melakukan kegiatan ini terutama jika ia dapat membuat keputusan

sendiri tanpa meminta ijin pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli

barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.

3. Kemampuan membeli komoditas „besar‟: kemampuan individu untuk

membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian,

TV, radio, koran, majalah, pakaian keluarga. Seperti halnya indikator di

atas, poin tinggi diberikan terhadap individu yang dapat membuat

keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya; terlebih jika ia dapat

membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.

4. Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputuan rumah tangga: mampu

membuat keputusan secara sendiri mapun bersama suami/istri mengenai

keputusan-keputusan keluarga, misalnya mengenai renovasi rumah,

pembelian kambing untuk diternak, memperoleh kredit usaha.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

21

5. Kebebasan relatif dari dominasi keluarga: responden ditanya mengenai

apakah dalam satu tahun terakhir ada seseorang (suami, istri, anak-anak,

mertua) yang mengambil uang, tanah, perhiasan dari dia tanpa ijinnya;

yang melarang mempunyai anak; atau melarang bekerja di luar rumah.

6. Kesadaran hukum dan politik: mengetahui nama salah seorang pegawai

pemerintah desa/kelurahan; seorang anggota DPRD setempat; nama

presiden; mengetahui pentingnya memiliki surat nikah dan hukum-

hukum waris.

7. Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes: seseorang dianggap

„berdaya‟ jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang

lain melakukan protes, misalnya, terhadap suami yang memukul istri;

istri yang mengabaikan suami dan keluarganya; gaji yang tidak adil;

penyalahgunaan bantuan sosial; atau penyalahgunaan kekuasaan polisi

dan pegawai pemerintah.

8. Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga: memiliki rumah,

tanah, asset produktif, tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin

tinggi jika ia memiliki aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah

dari pasangannya.

Dengan adanya indikator pemberdayaan dapat mengukur

keberhasilan pemberdayaan yang dilakukan di masyarakat. Delapan

indikator tersebut jika dapat terlaksana maka individu maupun kelompok

masyarakat dapat merasakan kebebasan dalam pemenuhan kebutuhan

hidupnya, dengan demikian maka masyarakat dapat mengatasi

permasalahannya sendiri dan tidak bergantung.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

22

Pemberdayaan masyarakat sebagai strategi pembangunan bangsa

diatur oleh Undang-undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa pada BAB XIV,

pasal 112 ayat 3 juga disebutkan bahwa Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota memberdayakan

masyarakat Desa dengan:

1. Menerapkan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

teknologi tepat guna, dan temuan baru untuk kemajuan ekonomi dan

pertanian masyarakat Desa;

2. Meningkatkan kualitas pemerintahan dan masyarakat Desa melalui

pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan; dan

3. Mengakui dan memfungsikan institusi asli dan/atau yang sudah ada di

masyarakat Desa.

Pemberdayaan masyarakat Desa bertujuan memampukan Desa

dalam melakukan aksi bersama sebagai kesatuan tata kelola Pemerintah

Desa, kesatuan tata kelola lembaga kemasyarakatan Desa dan lembaga

adat serta kesatuan tata ekonomi dan lingkungan. pemberdayaan

masyarakat Desa dilaksanakan oleh Pemerintah Desa, Badan

Permusyawaratan Desa, forum musyawarah Desa, lembaga

kemasyarakatan Desa, lembaga adat desa, dan kelompok kegiatan

masyarakat lain yang dibentuk untuk mendukung kegiatan pemerintah dan

pembangunan pada umumnya.

3) Pemberdayaan Perempuan

Pemberdayaan merupakan sebuah konsep pembangunan ekonomi

yang mencangkup nilai-nilai sosial. Menurut Chamber (1996), konsep

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

23

pemberdayaan mencerminkan paradigma baru pembangunan, yang

memiliki karakteristik dengan berfokus pada rakyat (people-centered),

partisipatif (partisipatory), memberdayakan (empowering), dan

berkesinambungan (sustainable). Dasar pandangannya tersebut adalah

bahwa upaya yang dilakukan harus diarahkan langsung pada akar

persoalannya, yakni meningkatkan kemampuan rakyat. Keberdayaan

dalam konteks perempuan yakni kemampuan perempuan dalam

meningkatkan kemampuan dirinya sesuai dengan sumber daya yang ada.

Adapun pemberdayaan terhadap perempuan adalah salah satu cara

strategis untuk meningkatkan potensi perempuan dan meningkatkan peran

perempuan baik di domain publik maupun domestik. Menurut Salman

(2005) hal tersebut dapat dilakukan diantaranya dengan cara; pertama,

membongkar mitos kaum perempuan sebagai pelengkap dalam rumah

tangga. Pada zaman dahulu, muncul anggapan yang kuat dalam

masyarakat bahwa kaum perempuan adalah konco wingking (teman di

belakang) bagi suami serta anggapan “swarga nunut neraka katut” (ke

surga ikut, ke neraka terbawa). Kata nunut dan katut dalam bahasa Jawa

berkonotasi pasif dan tidak memiliki inisiatif, sehingga nasibnya sangat

tergantung kepada suami. Kedua, memberi beragam ketrampilan bagi

kaum perempuan. Sehigga kaum perempuan juga dapat produktif dan tidak

menggantungkan nasibnya terhadap kaum laki-laki. Berbagai ketrampilan

bisa diajarkan, diantaranya: ketrampilan menjahit, menyulam serta

berwirausaha dengan membuat kain batik dan berbagai jenis makanan.

Ketiga, memberikan kesempatan seluas-luasnya terhadap kaum perempuan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

24

untuk bisa mengikuti atau menempuh pendidikan seluas mungkin. Hal ini

diperlukan mengingat masih menguatnya paradigma masyarakat bahwa

setinggi-tinggi pendidikan perempuan toh nantinya akan kembali ke dapur.

Inilah yang mengakibatkan masih rendahnya (sebagian besar) pendidikan

bagi perempuan

Karls (Sugiarti dkk., 2003) memandang pemberdayaan perempuan

sebagai suatu proses kesadaran dan pembentukan kapasitas (capacity

building) terhadap patisipasi yang lebih besar, kekuasaan dan pengawasan

dalam pembuatan keputusan yang lebih besar, dan tindakan transformasi

agar menghasilkan persamaan derajat antara perempuan dan laki-laki.

Dengan demikian, maka memberdayakan perempuan adalah upaya untuk

meningkatkan harkat dan martabat perempuan.

Pendekatan yang dapat dilakukan dalam pemberdayaan perempuan

ialah melalui mekanisme kelompok. Pendekatan ini secara sosiologis

banyak membantu individu untuk belajar satu sama lain, sehingga mampu

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Iver and Page dalam Suradi dkk. (2010), bahwa anggota

dalam sebuah kelompok akan mengalami hubungan timbal balik, saling

mempengaruhi serta tumbuh kembangnya kesadaran untuk saling

menolong. Pemikiran Iver dan Page ini di dukung oleh Cooley dalam

Suradi dkk.(2010) bahwa dengan terbentuknya kelompok, tujuan anggota

individu akan menjadi tujuan kelompok. Murniati (2004) setuju bahwa

hanya melalui kelompok dan solidaritas dengan kelompok lain, gerakan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

25

perempuan untuk melaksanakan pembangunan yang lestari, dan lebih

berwawasan lingkungan dan budaya, dapat teraksana.

Pemberdayaan perempuan dapat diartikan sebagai upaya

meningkatkan kesejahteraan perempuan melalui jalan pembangkit

kekuatan perempuan itu sendiri. Dalam rangka peningkatan kualitas

sumber daya manusia (SDM) Indonesia, pemberdayaan perempuan

merupkan hal yang strategis dan dapat menjadi prioritas pembangunan.

Kedudukan serta kesetaraan peran perempuan dalam berbagai bidang

dapat meningkatkan kualitas hidup perempuan serta adanya perlindungan

terhadap perempuan dari berbagi bentuk kekerasan, eksploitasi dan

diskriminasi.

D. Konsep Kesejahteraan Sosial

Pengertian kesejahteraan sosial ialah suatu tata kehidupan dan

penghidupan sosial materiil spiritual yang meliputi oleh rasa keselamatan,

kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap

warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan – kebutuhan

jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta

masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manuasi

sesuai dengan Pancasila (Fahrudin, 2012:39-40). Menurut definisi tersebut

berarti kesejahteraan sosial merupakan suatu tata, yang berarti keteraturan

atau order, yang bukan merupakan ciri individu atau perorangan, melainkan

ciri masyarakat sebagai suatu kesatuan satau secara keseluruhan, yaitu

masyarakat Indonesia.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

26

Kesejahteraan sosial secara harfiah mengandung arti yang sangat luas

yang mencakup berbagai unsur penjelasan dari berbagai pandangan.

Sumarnugroho (dalam Sua‟adah, 2007) menjelaskan bahwa, “Kesejahteraan

mempunyai arti: aman, sentosa, makmur, atau selamat (terlepas dari segala

macam gangguan, kesukaran dan sebagainya”. Walter A. Friedlander pada

bukunya yang berjudul Introduction to Social Welfare (dalam Suud, 2006)

mengemukakan konsep kesejahteraan sosial, konsep tersebut dikembangkan

sehubungan dengan masalah sosial masyarakat yang industrial. Konsep

tersebut sebagai berikut:

“Kesejahteraan sosial adalah suatu sistem yang terorganisasi dari

pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bermaksud

untuk mencapai standar-standar kehidupan dan kesehatan yang

memuaskan, serta hubungan-hubungan perorangan dan sosial yang

memungkinkan mereka mengembangkan segenap kemampuan dan

meningkatkan kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-

kebutuhan keluarga maupun masyarakat”.

Kesejahteraan sosial memiliki beberapa makna yang berbeda sesuai

dengan siapa yang menafsirkannya. Suharto (2010:2) menjelaskan pada

bukunya Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat membagi tiga

konsepsi kesejahteraan sosial yakni: 1) kondisi kehidupan atau keadaan

sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan

sosial. 2) Intitusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga

kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang

menyelenggrakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial. 3)

Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk

mencapai kondisi sejahterah.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

27

Jadi dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan sosial secara umum dapat

diartikan sebagi kondisi terpebuhinya segala kebutuhan hidup, terutama

kebutuhan-kebutuhan yang mendasar seperti kebutuhan pakaian, makanan,

perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan. Dengan terpenuhinya

kebutuhan-kebutuhan hidup seseorang maka orang tersebut berada pada

tingkatan sejahtera. Seperti yang dituluskan pada UU Nomor 11 Tahun 2009

tentang Kesejahteraan Sosial yang menyatakan bahwa kesejahteraan sosial

adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga

negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga

dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

E. Konsep Keluarga

1) Defenisi dan Peran Keluarga

Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan

materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang /maha Esa, memiliki

hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan antar

keluarga dengan masyarakat dan lingkungan”. (BKKBN,1994)

Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja,

melainkan juga harus secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang

berarti dengan kemampuan itulah dapat menuju keselamatan dan

ketentraman hidup.

Kelurga merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam

masyarakat. Murdock dalam J. Morgan, 1975 (dalam Suradi dkk., 2010),

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

28

keluarga sebagai kelompok sosial yang dicirikan oleh adanya kehidupan

bersama, keasma ekonomi, dan melahirkan keturunan. Keluarga

merupakan sebuah grup yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan

wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk

menciptakan dan membesarkan anak-anak. Menurut Iver dan Page (dalam

bukunya Khairuddin, 1997: 3 dikutip Su‟adah, 2005) dikatakan :

“familly is agroup defined by sex relationship sufficiently precise and

enduring to provide for the procreation and up bringing of children”.

Sedangkan Elliot and Merrile mengatakan “a group of two or more

persons residing together who are related ny nlood, marage, or adoption”

dan Bogardus mengatakan “the family is a small social group, normally

composed of a father, a mother, and one or more children, in which

affection and responsibility are equatably shared and in which the

children are reared to become self controlled and socially motivated

person”. Am Rose mengatakan bahwa “a family is o group of interacting

persons who recognize a relationship with each other based on common

parentage, marriage and for aption”.

Dari defenisi keluarga diatas dapat dirumuskan bahwa keluarga

dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari

suami, istri dan anak-anak yang belum dewasa. Satuan ini mempunyai

sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam satuan masyarakat

manusia.

Setiap keluarga memiliki sejumlah peranan yang mesti

dilaksanakan. Menurut Jhonson (dalam Suradi dkk, 2010), peranan

keluarga menggambarkan seperangkat perlaku antar peribadi, sifat,

kegiatan, yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi

tertentu. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai

berikut: Ayah sebaga suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai

pencari nafkah, perindung, pendidik, kepala keluarga, pemberi rasa aman

bagi anggota keluarga serta sebagai anggota kelompok sosial beserta

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

29

anggota masyarakat dari linkungannya. Sebagai istri dan ibu dari anak-

anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai

pengasuh dan pendidikan anak-anaknya, pelindung dan sebagai pencari

nafkah tambahan bagi keluarganya. Anak-anak melaksanakanperanan

psikologis sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisisk, mental,

sosial dan spiritual.

2) Ciri dan Fungsi Keluarga

Menurut Iver dan Page (dalam bukunya Khairuddin, 1997: 6

dikutip Su‟adah, 2005) ciri-ciri umum keluarga meliputi; 1) keluarga

merupakan hubungan perkawinan, 2) berbenuk perkawinan atau susunan

kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja

dibentuk dan dipelihara, 3) suatu sistem tata-tata norma termasuk

perhitungan garis keturunan, 4) ketentuan-ketentuan ekonomi yang

dibentuk olehanggota-anggota kelompok yang mempunyai ketentuan

khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan

kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak, dan 5)

merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rmah tangga yang walau

bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok

keluarga.

Dewasa ini perubahan-perubahan kehidupan berkeluarga atau

bermasyarakat terutama di kotakota besar adalah sebagai dampak

modernisasi. Masalah utama masyarakt modern adalah memudarnya

masyarakat tradisional. Perubahan-peruahan sosial yang cepat cenderung

menyebabkan sebagian warga masyarakat kehilangan identitas diri, yang

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

30

berdampak pada kesejahteraan keluarga. Tingkat stress kehidupan di

daerah perkotaan, lebih besar ketimbang di daerah pedesaan, sehingga

permasalahan yang ada saat ini di dalam keluarga/rumah tangga/

perkawinan di daerah urban lebih banyak dan lebih kompleks.

3) Konsep Keluarag Sejahtera (BKKBN)

Pengertian keluarga berkualitas adalah “keluarga yang dibentuk

berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan

hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa” (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009).

Selain itu keluarga sejahtera merupakan keluarga yang memiliki hubungan

yang selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga

dengan masyarakat dan lingkungan hidupnya.

Haryanto dan Tamagola (Sukardi, 2010) memberikan definisi,

bahwa keluarga sejahterah adalah bentuk berdasarkan perkawinan yang

syah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spritritual dan material yang

layak, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang sama,

selaras, seimbang antar anggota keluarga dengan masyarakat dan

lingkungan. berdasarkan definisi tersebut, definisi keluarga terdiri dari dua

unsur, 1) kelembagaan keluarga yang terbentuk dari perkawinan yang

syah, dan 2) kemampuan memenuhi kebutuhan material, spiritual dan

sosial.

Dierktorat Pemberdayaan Keluaraga (2005) mendefinisikan bahwa

kesejahteraan keluarga sebagai kemampuan keluaerga dalam melaksanaka

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

31

peranana dan fungsi sosialnya melalui pemenuhan kebutuhan dasar,

penjangkauan sistem sumber, penyadaran pemecahan masalah, partisispasi

sosial dalam komunitas, pengembangan investasi dan asset, serta

keikutsertaan dalam pengambilan keputusan pada komunitas. Keluarga

sejahterah sangat ditentukan oleh pelaksanaan fungsi dan peranan

keluarga, baik di dalam keluarga sendiri maupaun hubungan dengan

lingkungan sosial yang lebih luas.

Menurut BKKBN (Badan Kependudukan Keluarga Berencana

Nasioanal) tingkat kesejahteraan keluarga dikelompokkan menjadi 5

(lima) tahapan (bkkbn, 2011), yaitu:

a. Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS)

Yaitu keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari 6 (enam)

indikator Keluarga Sejahtera I (KS I) atau indikator ”kebutuhan dasar

keluarga” (basic needs).

b. Tahapan Keluarga Sejahtera I (KSI)

Yaitu keluarga mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS

I, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 8 (delapan) indikator Keluarga

Sejahtera II atau indikator ”kebutuhan psikologis” (psychological

needs) keluarga. Indikator keluarga sejahtera yaitu:

1. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari

atau lebih.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

32

Pengertian makan adalah makan menurut pengertian dan

kebiasaan masyarakat setempat, seperti makan nasi bagi mereka

yang biasa makan nasi sebagai makanan pokoknya (staple food),

atau seperti makan sagu bagi mereka yang biasa makan sagu dan

sebagainya.

2. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di

rumah, bekerja/sekolah dan bepergian.

Pengertian pakaian yang berbeda adalah pemilikan pakaian

yang tidak hanya satu pasang, sehingga tidak terpaksa harus

memakai pakaian yang sama dalam kegiatan hidup yang berbeda

beda. Misalnya pakaian untuk di rumah (untuk tidur atau

beristirahat di rumah) lain dengan pakaian untuk ke sekolah atau

untuk bekerja (ke sawah, ke kantor, berjualan dan sebagainya)

dan lain pula dengan pakaian untuk bepergian (seperti

menghadiri undangan perkawinan, piknik, ke rumah ibadah dan

sebagainya).

3. Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai dan

dinding yang baik.

Pengertian Rumah yang ditempati keluarga ini adalah

keadaan rumah tinggal keluarga mempunyai atap, lantai dan

dinding dalam kondisi yang layak ditempati, baik dari segi

perlindungan maupun dari segi kesehatan.

4. Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

33

Pengertian sarana kesehatan adalah sarana kesehatan

modern, seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu,

Balai Pengobatan, Apotek, Posyandu, Poliklinik, Bidan Desa dan

sebagainya, yang memberikan obat obatan yang diproduksi

secara modern dan telah mendapat izin peredaran dari instansi

yang berwenang (Departemen Kesehatan/Badan POM).

5. Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana

pelayanan kontrasepsi.

Pengertian Sarana Pelayanan Kontrasepsi adalah sarana

atau tempat pelayanan KB, seperti Rumah Sakit, Puskesmas,

Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan, Apotek, Posyandu,

Poliklinik, Dokter Swasta, Bidan Desa dan sebagainya, yang

memberikan pelayanan KB dengan alat kontrasepsi modern,

seperti IUD, MOW, MOP, Kondom, Implan, Suntikan dan Pil,

kepada pasangan usia subur yang membutuhkan. (Hanya untuk

keluarga yang berstatus Pasangan Usia Subur).

6. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.

Pengertian Semua anak umur 7-15 tahun adalah semua

anak 7-15 tahun dari keluarga (jika keluarga mempunyai anak 7-

15 tahun), yang harus mengikuti wajib belajar 9 tahun.

Bersekolah diartikan anak usia 7-15 tahun di keluarga itu

terdaftar dan aktif bersekolah setingkat SD/sederajat SD atau

setingkat SLTP/sederajat SLTP.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

34

c. Tahapan Keluarga Sejahtera II

Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator

tahapan KS I dan 8 (delapan) indikator KS II, tetapi tidak memenuhi

salah satu dari 5 (lima) indikator Keluarga Sejahtera III (KS III), atau

indikator ”kebutuhan pengembangan” (develomental needs) dari

keluarga. Indikator keluarga sejahtera yaitu:

7. Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah

sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

Pengertian anggota keluarga melaksanakan ibadah adalah

kegiatan keluarga untuk melaksanakan ibadah, sesuai dengan

ajaran agama/kepercayaan yang dianut oleh masing-masing

keluarga/anggota keluarga. Ibadah tersebut dapat dilakukan

sendiri-sendiri atau bersama-sama oleh keluarga di rumah, atau

di tempat-tempat yang sesuai dengan ditentukan menurut ajaran

masing-masing agama/kepercayaan.

8. Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga

makan daging/ikan/telur.

Pengertian makan daging/ikan/telur adalah memakan

daging atau ikan atau telur, sebagai lauk pada waktu makan

untuk melengkapi keperluan gizi protein. Indikator ini tidak

berlaku untuk keluarga vegetarian.

9. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu

stel pakaian baru dalam setahun.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

35

Pengertian pakaian baru adalah pakaian layak pakai

(baru/bekas) yang merupakan tambahan yang telah dimiliki baik

dari membeli atau dari pemberian pihak lain, yaitu jenis pakaian

yang lazim dipakai sehari hari oleh masyarakat setempat.

10. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap

penghuni rumah.

Luas Lantai rumah paling kurang 8 m2 adalah keseluruhan

luas lantai rumah, baik tingkat atas, maupun tingkat bawah,

termasuk bagian dapur, kamar mandi, paviliun, garasi dan

gudang yang apabila dibagi dengan jumlah penghuni rumah

diperoleh luas ruang tidak kurang dari 8 m2.

11. Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga

dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-masing.

Pengertian Keadaan sehat adalah kondisi kesehatan

seseorang dalam keluarga yang berada dalam batas-batas normal,

sehingga yang bersangkutan tidak harus dirawat di rumah sakit,

atau tidak terpaksa harus tinggal di rumah, atau tidak terpaksa

absen bekerja/ke sekolah selama jangka waktu lebih dari 4 hari.

Dengan demikian anggota keluarga tersebut dapat melaksanakan

tugas dan fungsinya sesuai dengan kedudukan masing masing di

dalam keluarga.

12. Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk

memperoleh penghasilan.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

36

Pengertian anggota keluarga yang bekerja untuk

memperoleh penghasilan adalah keluarga yang paling kurang

salah seorang anggotanya yang sudah dewasa memperoleh

penghasilan berupa uang atau barang dari sumber penghasilan

yang dipandang layak oleh masyarakat, yang dapat memenuhi

kebutuhan minimal sehari hari secara terus menerus.

13. Seluruh anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca

tulisan latin.

Pengertian anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca

tulisan latin adalah anggota keluarga yang berumur 10 - 60 tahun

dalam keluarga dapat membaca tulisan huruf latin dan sekaligus

memahami arti dari kalimat kalimat dalam tulisan tersebut.

Indikator ini tidak berlaku bagi keluarga yang tidak mempunyai

anggota keluarga berumur 10-60 tahun.

14. Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih

menggunakan alat/obat kontrasepsi.

Pengertian Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih

menggunakan alat/obat kontrasepsi adalah keluarga yang masih

berstatus Pasangan Usia Subur dengan jumlah anak dua atau

lebih ikut KB dengan menggunakan salah satu alat kontrasepsi

modern, seperti IUD, Pil, Suntikan, Implan, Kondom, MOP dan

MOW.

d. Tahapan Keluarga Sejahtera III

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

37

Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator

tahapan KS I, 8 (delapan) indikator KS II, dan 5 (lima) indikator KS

III, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 2 (dua) indikator Keluarga

Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator ”aktualisasi diri” (self

esteem) keluarga. Indikator keluarga yaitu:

15. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.

Pengertian keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan

agama adalah upaya keluarga untuk meningkatkan pengetahunan

agama mereka masing masing. Misalnya mendengarkan

pengajian, mendatangkan guru mengaji atau guru agama bagi

anak anak, sekolah madrasah bagi anak anak yang beragama

Islam atau sekolah minggu bagi anak anak yang beragama

Kristen.

16. Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang

atau barang.

Pengertian sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam

bentuk uang atau barang adalah sebagian penghasilan keluarga

yang disisihkan untuk ditabung baik berupa uang maupun berupa

barang (misalnya dibelikan hewan ternak, sawah, tanah, barang

perhiasan, rumah sewaan dan sebagainya). Tabungan berupa

barang, apabila diuangkan minimal senilai Rp. 500.000,-

17. Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang

seminggu sekali dimanfaatkan untuk berkomunikasi.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

38

Pengertian kebiasaan keluarga makan bersama adalah

kebiasaan seluruh anggota keluarga untuk makan bersama sama,

sehingga waktu sebelum atau sesudah makan dapat digunakan

untuk komunikasi membahas persoalan yang dihadapi dalam

satu minggu atau untuk berkomunikasi dan bermusyawarah antar

seluruh anggota keluarga.

18. Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan

tempat tinggal.

Pengertian Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di

lingkungan tempat tinggal adalah keikutsertaan seluruh atau

sebagian dari anggota keluarga dalam kegiatan masyarakat di

sekitarnya yang bersifat sosial kemasyarakatan, seperti gotong

royong, ronda malam, rapat RT, arisan, pengajian, kegiatan

PKK, kegiatan kesenian, olah raga dan sebagainya.

19. Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/

radio/tv/internet.

Pengertian Keluarga memperoleh informasi dari surat

kabar/ majalah/ radio/tv/internet adalah tersedianya kesempatan

bagi anggota keluarga untuk memperoleh akses informasi baik

secara lokal, nasional, regional, maupun internasional, melalui

media cetak (seperti surat kabar, majalah, bulletin) atau media

elektronik (seperti radio, televisi, internet). Media massa tersebut

tidak perlu hanya yang dimiliki atau dibeli sendiri oleh keluarga

yang bersangkutan, tetapi dapat juga yang dipinjamkan atau

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

39

dimiliki oleh orang/keluarga lain, ataupun yang menjadi milik

umum/milik bersama.

e. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus

Yaitu keluarga yang mampu memenuhi keseluruhan dari 6

(enam) indikator tahapan KS I, 8 (delapan) indikator KS II, 5 (lima)

indikator KS III, serta 2 (dua) indikator tahapan KS III Plus.

20. Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan

sumbangan materiil untuk kegiatan sosial.

Pengertian Keluarga secara teratur dengan suka rela

memberikan sumbangan materiil untuk kegiatan sosial adalah

keluarga yang memiliki rasa sosial yang besar dengan

memberikan sumbangan materiil secara teratur (waktu tertentu)

dan sukarela, baik dalam bentuk uang maupun barang, bagi

kepentingan masyarakat (seperti untuk anak yatim piatu, rumah

ibadah, yayasan pendidikan, rumah jompo, untuk membiayai

kegiatan kegiatan di tingkat RT/RW/Dusun, Desa dan

sebagainya) dalam hal ini tidak termasuk sumbangan wajib.

21. Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus

perkumpulan sosial/yayasan/ institusi masyarakat.

Pengertian ada anggota keluarga yang aktif sebagai

pengurus perkumpulan sosial/yayasan/ institusi masyarakat

adalah keluarga yang memiliki rasa sosial yang besar dengan

memberikan bantuan tenaga, pikiran dan moral secara terus

menerus untuk kepentingan sosial kemasyarakatan dengan

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

40

menjadi pengurus pada berbagai organisasi/kepanitiaan (seperti

pengurus pada yayasan, organisasi adat, kesenian, olah raga,

keagamaan, kepemudaan, institusi masyarakat, pengurus

RT/RW, LKMD/LMD dan sebagainya).

Indikator-indikator tersebut digunakan untuk memudahkan dalam

melihat tingkat kesejahteraan di dalam suatu keluarga, sehingga

penangangan peningkatan kualitas keluarga dapat dilakukan secara tepat

sesuai dengan tahapan-tahapan kesejahteraan diatas.

F. Konsep Daur Ulang

Daur ulang adalah sebuag proses yang dilakukan pada barang-barang

bekas tertentu yang dimaksudkan untuk menghasilkan sebuah barang baru

yang bisa dipergunkan kembali. Manfaat daur ulang adalah untuk membuat

penggunaan barang-barang menjadi efisien, hemat dan tidak terbuang dengan

percuma. Daur ulang dimaksudkan untuk mengurangi banyaknya sampah

dengan cara manfaatkan kembali sampah-sampah yang masih dapat

digunakan. Daur ulang sampah plastik yakni proses pemulihan sisa atau

limbah plastik dan melakukan pemrosesan kembali bahan tersebut menjadi

produk baru yang bermanfaat, terkadang produk baru tersebut bisa berbeda

dari bentuk awalnya, misalkan dari botol air mineral di daur ulang menjadi

rumah lampu belajar dan masih banyak lagi.

Daur ulang dijadikan salah satu bentuk pengelolahan samaph yang

ramah lingkungan dan mengacu pada pemeliharaan lingkungan hidup sekitar.

Kegiatan daur ulang akan dilakukan melalui beberapa tahap, diantaranya

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

41

yakni; kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemprosesan, pendistribusian dan

pembuatan produk / material bekas pakai dengan menjadikan sampah sebagai

komponen utama dalam menghasilkan produk baru. Kesimpulannya bahwa

daur ulang adalah salah satu nbentuk solusi pintar yang bisa dilakukan untuk

mencegah kerusakan alam dan lingkungan hidup.

Pengolahan ataupun proses daur ulang diatur dalam undang-undang

melalui program 3R yakni reduce, reuse, dan recycle. Program 3 R

merupakan program unggulan pada Permen PU No.21/PRT/M.2006 tentang

Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Pengelolaan Persampahan

terutama yang berkaitan dengan kebijakan pengurangan sampah sejak dari

sumbernya. Dalam pelaksanaan 3R tidak hanya menyangkut masalah sosial

dalam mendorong perubahan perilaku dan pola pikir menuju masyarakat

ramah dan peduli dengan lingkungan dan berkelanjutan tetapi juga

menyangkut manajemen yang tepat demi terwujudnya tujuan 3R.

Dalam buku pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Tempat

Pengolahan Sampah 3R Berbasis Masyarakat (2014) di sebutkan bahwa

Prinsip 3R dalam pengelolaan sampah erat kaitannya dengan prinsip

pembangunan berkelanjutan (Sustainable development), khususnya dalam

pelaksanaan penghematan sumber daya (resource efficiency) dan

penghematan energi (energi efficiency). Dengan menjalankan prinsip 3R

maka terjadi upaya penguarangan sumber daya karena sebagian bahan baku

dapat terpenuhi dari sampah yang didaur-ulang dan sampah yang diguna-

ulang.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

42

Berikut adalah kegiatan 3R (Reuse Reduce Recycle) yang dapat

dilakukan di rumah, sekolah, kantor, ataupun di tempat-tempat umum lainnya

yang dikutip dalam website http://dkp.madiunkab.go.id/berita-165-

pengelolaan-sampah-3r-reduce-reuse-recycle.html (diakses tanggal

13/12/2016):

1) Reduce (R1)

Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi

timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak

sebelum sampah dihasilkan, setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi

sampah dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan

kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi

hemat/efisien dan sedikit sampah, namun diperlukan kesadaran dan

kemauan masyarakat untuk merubah perilaku tersebut.

Contoh kegiatan reduce sehari-hari:

a) Pilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.

b) Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah

dalam jumlah besar.

c) Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat tulis

yang bisa diisi ulang kembali).

d) Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang

dapat dihapus dan ditulis kembali.

e) Kurangi penggunaan bahan sekali pakai.

f) Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi.

g) Hindari membeli dan memakai barang-barang yang kurang perlu.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

43

2) Reuse (R2)

Reuse berarti mengunakan kembali bahan atau material agar tidak

menjadi sampah (tanpa melalui proses pengelolaan) seperti menggunakan

kertas bolak-balik, mengunakan kembali botol bekas ”minuman” untuk

tempat air, mengisi kaleng susu dengan susu refill dan lain-lain. Dengan

menggunakan kembali barang-barang tersebut dapat mengurangi

banyaknya sampah yang dibuang langsung ketempat penampungan

sampah. Karena sampah sangat erat kaitannya dengan sifat kotor maka

penggunaan sampah kembali juga harus melihat faktor kelayakan dan

kebersihan, sehingga tidak membahayakan ketika digunakan.

Contoh kegiatan reuse sehari-hari:

a) Pilihlah wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa

kali atau berulang-ulang. Misalnya, pergunakan serbet dari kain dari

pada menggunakan tissu, menggunakan baterai yang dapat

di charge kembali.

b) Gunakan kembali wadah atau kemasan yang telah kosong untuk

fungsi yang sama atau fungsi lainnya. Misalnya botol bekas minuman

digunakan kembali menjadi tempat minyak goreng.

c) Gunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan

ditulis kembali.

d) Gunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.

e) Gunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat.

f) Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang

memerlukan

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

44

3) Recycle (R3)

Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna

(sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan seperti

mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dsb atau

mengolah botol/plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak kembali

menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau mengolah kertas bekas

menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas

sedikit lebih rendah dan lain-lain.

Contoh kegiatan recycle sehari-hari:

a) Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.

b) Olah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.

c) Lakukan pengolahan sampah organic menjadi kompos.

d) Lakukan pengolahan sampah non organic menjadi barang yang

bermanfaat.

Melaui proses pemilahan sampah diatas masyarakat dapat belajar

dalam mengolah sampah serta menjaga lingkungan tetap sehat dan bersih.

Selain itu masyarakat berperan penting dalam pengelolaan sampah khususnya

sampah plastik, karenanya masyarakat melalui program 3R di dorong agar

dapat memilah sampah sesuai dengan jenis sampah dan memanfaatkannya

dengan tepat guna.

Pengolahan sampah melalui 3R (Reuse,Reduce dan Recyle) menjadi

salah satu solusi dalam mengurangi banyaknya sampah yang dihasilakan dari

produktifitas manusia baik dari aktifitas rumah tangga, aktifitas publik,

maupun aktivitas industri yang menghasilkan limbah limbah padat, cair

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

45

maupun gas. Dengan program 3R tersebut juga dapat mendorong masyarakat

untuk berperan aktif dalam menjaga lingkungan.

Pengolahan sampah melalui program 3R (Reduce, Reuse, Rycyle)

berbasis masyarakat merupakan paradigma baru dalam pengolahan sampah.

Paradigma baru tersebut lebih ditekankan kepada pengurangan sampah yang

lebih arif dan ramah lingkungan. Metode tersebut menekankan kepada tingkat

perilaku konsumtif dari masyarakat serta kesadaran terhadap kerusakan

lingkungan akibat bahan tidak terpaki lagi yang berbentuk sampah.

Pengurangan sampah dengan metode 3R berbasis masyarakat lebih

menekankan kepada cara pengurangan sampah yang dibuang oleh individu,

rumah, atau kawasan seperti RT ataupun RW. Dari pendekatan tersebut, maka

di dalam pelaksanaan pengolahan sampah 3R berbasis mayarakat terhadap

tiga kegiatan yang harus dilakukan secara sinergi dan berkisambungan, yaitu:

proses pengelolaan sampah sejak dikeluarkan oleh masyarakat, proses

pemahaman masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan metoda 3R,

proses pendampingan kepada masyarakat pelaku 3R.

Pengolahan sampah plastik tersebut melihat pada konsep daur ulang

yang berarti upaya dari pemanfaatan bahan baku dari produk yang tidak

terpakai untuk dijadikan produk baru sejenis maupun produk yang berbeda.

Dengan demikian, daur ulang bisa diartikan sebagai upaya menambah nilai

suatu produk yang awalnya sangat rendah yang berupa sampah menjadi

produk layak pakai dan bernilai tinggi. Berkaitan dengan daur ulang, dikutip

dari artikel J.Pramana yang berjudul “Konsep Daur Ulang dan Penerapannya

Dalam Pemanfaatan Kayu Sebagai Bahan Baku”, Moeller dalam Roffael dan

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44143/3/jiptummpp-gdl-iinsulisse-48005... · 2019. 2. 9. · 1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi

46

Kharazipour (1997) memberikan beberapa kaidah atau prinsip yang perlu

diperhatikan dalam pengembangan produk daur ulang antara lain:

1. Seoptimal mungkin pemanfaatan bahan asal

2. Sesedikit mungkin melakukan pembongkaran bahan asal

3. Sesedikit mungkin menggunakan energi

4. Sesedikit mungkin memberikan bahan tambahan

5. Bahan beracun harus dihilangkan.

Dengan 5 prinsip tersebut maka daur ulang dikembangkan agar dapat

mencapai harga pasar yang kompetitif. Kegiatan daur ulang berkembang

karena adanya keterbatasan bahan baku serta adanya kesadaran pentingnya

kelestarian lingkungan hidup serta efisiensi energi. Prinsip pendekatan

pemanfaatan bahan baku yang sekarang berkembang ialah dengan pendekatan

”dari lahir sampai kubur”. Artinya suatu bahan sebaiknya dimanfaatakan

seoptimal mungkin. Waktu lahir bahan diciptakan dengan cara-cara yang baik

dan setelah tidak dapat dipakai dikembalikan ke alam dengan cara yang baik

sehingga tidak merusak lingkungan (Pramana, 2010). Dengan demikian

konsep daur ulang sebaiknya dimulai dari aspek berikut : penyiapan bahan

baku, perencanaan suatu produk, proses pembuatan produk, pemesaran

produk dan pemanfaatan akhir produk.