Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Keterampilan Berbicara/Kalam
Berbicara adalah suatu kegiatan komunikatif atau bisa dilakukan dalam
bentuk dialog antar dua orang atau lebih, seseorang mampu berbicara dengan
baik dan lainnya mendengarkan, demikian secara bergantian saling bertukar
peran.13 Berbicara (kalam) secara etimologis yaitu suatu perkataan,
percakapan, dan pembicaraan/ungkapan.14 Jadi menurut peneliti berbicara
adalah kegiatan yang dilakukan semua manusia sebagai cara untuk
menyampaikan ide atau pikiran melalui dialog yang dapat dipahami oleh
lawan bicara adapun dialog yang diucapkan dengan bahasa yang dapat
dimengerti dan dapat dipahami. Kegiatan berbicara ini adalah kegiatan yang
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari antar manusia karena sebagai alat
untuk menyampaikan suatu kehendak.
Menurut para ahli gramatika bahasa Arab, keterampilan berbicara
(kalam) adalah lafadz yang memberikan suatu faedah atau manfaat yang
dilakukan secara sengaja. Keterampilan berbicara (kalam) dalam pengertian
terminologis adalah mengucapkan bunyi-bunyi bahasa Arab secara benar dan
bunyi tersebut keluar dari makhraj al-huruf yang telah menjadi konsensus
para pakar bahasa15. Konteks di atas dapat dicermati peneliti bahwa
keterampilan berbicara mempunyai fungsinya sebagai suatu faedah, sehingga
13 Ahamad Fuad Efendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: 2017), 149 14 Zulhannan, Teknik Pembelajaran Interaktif, (Jakarta: 2015), 95 15 Ibid, 95
12
tidak asal pengucapan melainkan pengucapan harus dengan makharijul huruf
yang benar dan keterampilan berbicara ini adalah suatu materi yang diajarkan
dalam setiap pembelajaran bahasa yang berfungsi untuk memahami sebuah
bahasa baru atau bukan bahasa ibu. Pendapat lain tentang keterampilan
berbicara yaitu:
“Keterampilan berbicara (maharah kalam) adalah kemampuan
mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan pikiran berupa ide, pendapat, keinginan atau
perasaan kepada mitra pembicara.”16
Keterampilan berbicara merupakan suatu keinginan seseorang
untuk menyampaikan maksud atau kehendak melalui ucapan lisan secara
langsung dan dapat didengar oleh lawan bicara dengan jelas dan baik.
Berbicara sangatlah penting bagi setiap kalangan mulai dari anak-anak atau
pun orang dewasa semua membutuhkan untuk berbicara.17 Keterampilan
berbicara juga disebut seni, seni dalam berbicara yang mana seni tersebut
harus digunakan dengan penuturan kata yang sopan dan dapat dimengerti
oleh lawan bicaranya. Adapun dalam makna berbicara yang lebih luas yaitu
suatu tanda yang dapat didengar oleh lawan bicara dan mampu
berkomunikasi lisan secara baik dan wajar dengan bahasa yang dimengerti
oleh mereka.18 Maka dari itu peneliti berpendapat bahwa keterampilan
berbicara suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
sehari-hari, keterampilan berbicara sudah dimiliki semuanya manusia sejak
16 Acep Hermawan, Metodelogi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: 2014), 135 17 Fakhrur Rosikh, “Mengajarkan Keterampilan Berbicara Kepada Penutur Non Arab”,
Jurnal Ummul Qura, Vol. 3 No. 2, (Agustus: 2013), 10
M. Ivan Alfian, “Keterampilan Berbicara Dan Pengajarannya”, Jurnal Pendidikan
Bahasa Arab, Vol. 7 No. 2, (2015),
13
kecil seperti halnya anak bayi yang belum bisa berbicara tetapi selalu
diajak bicara oleh orang tuanya maka anak bayi tersebut perlahan-lahan
mampu mengucapkan kata demi kata meskipun salah tetapi lama kelamaan
akan menjadi benar karena selalu didengarkan dan dilatih.
Keterampilan berbicara sering disebut juga dengan istilah ta’bir,
yang mana keduanya mempunyai penekanan yang berbeda, maharah
kalam terfokus kepada kemampuan lisan dan ta’bir di samping secara
lisan juga dapat diwujudkan dalam bentuk tulisan.19 Istilah ta’bir ini sama
saja dengan maharah keterampilan berbicara yang mana keduanya
mempunyai kesamaan mendasar yaitu sifat untuk menyatakan apa yang
ada di dalam pikiran melalui lisan. Namun ta’bir mempunyai fungsi lain,
selain ta’bir diwujudkan dengan lisan namun juga dapat melalui tulisan.
Dalam pembelajaran keterampilan berbicara bagi pemula pasti akan
diawali dengan latihan berbicara terlebih dahulu.
Penjelasan diatas peneliti dapat diambil kesimpulan bahwa
berbicara pada hakikatnya adalah suatu kegiatan tentang kemampuan
seseorang untuk menyampaikan suatu gagasan, ide/pokok pikiran,
kehendak, kebutuhan perasaan seseorang melalui ucapan lisan yang dapat
didengar dan dimengerti oleh lawan bicaranya dengan baik. Jadi,
keterampilan berbicara dalam bahasa Arab adalah kemampuan mahasiswa
dalam menyampaikan suatu ide pokok gagasan dalam bahasa Arab melalui
19 Syaiful Musthofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: 2011), 103
14
lisan dengan menggunakan kosa kata bahasa Arab sederhana kepada lawan
bicara dengan makhraj yang sesuai dan dapat dimengerti.
B. Tujuan Keterampilan Berbicara/Kalam
Tujuan pembelajaran berbicara (maharah kalam) adalah agar para pelajar
mampu berkomunikasi melalui lisan dengan baik dan wajar dengan
menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh lawan bicaranya.20 Adapun
tujuan keterampilan berbicara menurut peneliti adalah agar peserta didik
mampu dengan baik dan wajar dalam berbicara bahasa Arab yang mudah
dan dapat dimengerti oleh lawan bicaranya dengan menggunakan makharijul
huruf yang tepat. Namun pengajar pada kegiatan berbicara bahasa Arab ini
harus melihat situasi dan kondisi peserta didik.
Adapun Tujuan lain dari pembelajaran keterampilan berbicara adalah:21
1. Kemudahan berbicara, peserta didik harus dilatih untuk mengembangkan
keterampilan berbicara agar terlatih kepercayaan diri dalam pengucapannya.
2. Kejelasan, untuk melatih peserta didik agar dapat berbicara dengan
artikulasi yang jelas dan tepat dalam pengucapan.
3. Bertanggung jawab, latihan untuk peserta didik agar berbicara dengan baik
dan dapat menempatkan pada situasi yang sesuai agar dapat bertanggung
jawab.
4. Membentuk pendengar yang kritis, melatih peserta didik dalam menyimak
lawan bicara dan mampu mengoreksi jika ada ucapan yang salah.
20 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: 2014), 136 21 Op. Cit, 139
15
5. Membentuk kebiasaan, yaitu membiasakan peserta didik dalam
mengucapkan kosa kata atau kalimat sederhana secara baik dan ini juga
harus dibantu oleh lingkungan sekolah atau guru.
Tujuan tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa belajar keterampilan
berbicara akan mempermudah peserta didik dalam berbicara dengan baik,
mampu bertanggung jawab atas apa yang diucapkan, mampu menjadi
pendengar yang baik dan tujuan yang terakhir yaitu kebiasaan, karena jika
belajar suatu bahasa tidak terbiasa untuk dilatih maka akan sulit bahkan bisa
lupa atau tidak membekas sama sekali.
Secara umum tujuan latihan berbicara untuk tingkatan pemula adalah
agar peserta didik mampu berkomunikasi dengan lisan secara sederhana di
dalam kehidupan sehari-hari.22 Jadi yang peneliti maksud tentang tujuan
pembelajaran keterampilan berbicara dalam bahasa Arab yaitu melatih
peserta didik dalam belajar berkomunikasi dengan lisan dan pengucapan yang
benar sesuai dengan makhraj huruf Arab dan dapat dimengerti oleh lawan
bicara.
C. Metode Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Metode dalam bahasa Arab sering dipakai dengan istilah thariqah. metode
atau thariqah disini yakni cara untuk mempermudah pengajar dalam
mengajarkan kepada peserta didik belajar bahasa Arab, sehingga tujuan dari
pembelajaran tersebut akan mencapai hasil yang maksimal jika metodenya
22 Ahmad Fuad Efendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: 2017), 150
16
sudah sesuai. Seorang guru mempunyai kewajiban dalam mengarahkan
peserta didik dalam belajar bahasa Arab dengan memilih strategi, pendekatan
dan metode yang menyenangkan agar peserta didik tidak merasa jenuh dalam
belajar.23 Maka dari itu peneliti berpendapat bahwa penerapan suatu metode
terhadap pengajaran harus mempertimbangkan dan memperhatikan terlebih
dahulu dari berbagai macam kemungkinan dan ke-efektivitas metode tersebut,
jika tidak memperhatikannya maka akan menjadi proses belajar yang kurang
menyenangkan dan menghambat dari tujuan pembelajaran tersebut.
Berbicara kehidupan sehari-hari sangatlah penting karena mempunyai
dampak yang sangat besar untuk mengungkapkan pikiran atau gagasan dan
keinginan melalui lisan. Berbicara bahasa asing atau bukan bahasa ibu, ini
sangat membutuhkan sebuah keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara
dalam bahasa asing merupakan dasar yang menjadi sebuah tujuan dari
beberapa tujuan pengajaran bahasa asing. Hal tersebut diperlukan beberapa
cara agar tercapainya tujuan kegiatan berbicara dapat berjalan dengan baik.
Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan guru dalam proses
pembelajaran keterampilan berbicara (maharah kalam) bagi pembelajar
pemula:24
1. Pengajar melatih peserta didik dalam berbicara melalui pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik.
2. Peserta didik diminta untuk belajar mengucapkan kata, menyusun kalimat
dan menyampaikan gagasan.
23 Suja’i, Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab, (Semarang: 2008), 39 24 Abdul Hamid et al., Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: 2018), 42
17
3. Pengajar memberikan pertanyaan secara berurutan yang kemudian akan
dijawab oleh peserta didik sehingga akan membentuk sebuah tema.
4. Pengajar menyuruh peserta didik untuk menghafal kosa kata baru
kemudian digunakan dalam berbicara, untuk melatih berbicara peserta
didik.
Dari langkah-langkah di atas dapat peneliti simpulkan bahwa guru harus
melatih peserta didik dengan menggunakan pertanyaan sederhana dan peserta
didik harus menjawab dengan benar, setelah itu peserta didik diminta untuk
mengucapkan kata-kata yang telah ditentukan dan peserta didik harus
menyusunnya dalam sebuah kalimat kemudian pengajar dengan sabar
mendengarkan ucapan-ucapan peserta didik dan tidak langsung untuk
membenarkan apabila itu salah dan yang terakhir pengajar menyuruh peserta
didik menghafal beberapa kosa kata baru. Adapun tahapan lainnya bisa
disesuaikan oleh pengajar dengan melihat situasi dan kondisi peserta didik
atau seorang pengajar mempunyai kreativitas dan inovasi dalam mengajar
keterampilan berbicara pada peserta didik pemula.
Proses pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Arab, tentu ada
tahapan-tahapan yang akan diajarkan oleh seorang pendidik yaitu tahapan
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Tahapan-tahapan latihan berbicara
yaitu:25
1. Latihan Asosiasi dan Identifikasi Latihan ini dimaksudkan untuk melatih
peserta didik dengan kepekaan yang spontan dan kecepatan untuk
25 Ahmad Fuad Efendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: 2017), 151
18
mengidentifikasikan dan mengasosiasikan suatu makna yang didengar dan
memahaminya.
2. Latihan Pola Kalimat
Latihan ini mengacu pada teknik pengajaran struktur kalimat yang
akan diuraikan dengan berbagai macam model, yang akan dibagi menjadi
tiga jenis yaitu latihan mekanis, latihan bermakna, latihan komunikatif.
guru akan melatih ke peserta didik secara bertahap.
3. Latihan Percakapan
Latihan ini untuk melatih peserta didik agar lancar dalam
pengucapannya. Latihan percakapan ini mengambil beberapa topik yang
sesuai dengan kehidupan sehari-hari agar peserta didik memahami
percakapan tersebut. Dalam hal ini seorang guru melatih juga beberapa
aspek, seperti aspek sopan santun dalam berbicara, aspek bahasa tubuh dan
gerak gerik saat berbicara.
4. Bercerita
Latihan ini guru menyuruh peserta didik untuk bercerita dengan
menentukan topik pilihan dan guru agar membantu peserta didik dalam
bercerita sehingga peserta didik tidak merasa takut.
5. Berdiskusi
Latihan berdiskusi ini bertujuan untuk melatih peserta didik
berbicara dengan teman sekelas dengan membahas suatu permasalahan.
beberapa model dalam berdiskusi adalah diskusi kelas dua kelompok
berhadapan, diskusi kelas bebas dan diskusi kelompok.
19
6. Drama
Kegiatan ini merupakan kegiatan dan mengandung unsur rekreatif
dimana peserta menyukainya karena menyenangkan. Tetapi tidak semua
peserta didik mampu atau berminat dalam bermain drama. Maka dari itu
seorang guru harus melatih dan memotivasi peserta didik untuk bermain drama.
Itulah beberapa tahapan-tahapan dalam proses pengajaran keterampilan
berbicara. Maka dari itu seorang guru hendaknya mencoba tahapan-tahapan
tersebut guna menunjang dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan
di dalam kelas, sehingga peserta didik tidak merasa bosan atau jenuh dalam
mengikuti pembelajaran tersebut. Jadi tahapan-tahapan tersebut dapat
digunakan oleh pengajar materi keterampilan berbicara sebagai acuan untuk
pembelajaran yang menarik khususnya bagi pemula dikarenakan pemula
belum terlalu banyak menguasai materi yang diajarkan.
D. Problematika Belajar Keterampilan Berbicara Bahasa Arab
Problematika adalah suatu pola yang menunjukan perbedaan struktur
antara satu bahasa dengan bahasa yang lainnya. Sedangkan problem dalam
pembelajaran bahasa Arab ialah faktor yang dapat menghambat dan
memperlambat proses pelaksaan belajar bahasa Arab.26 Problematika yang
dimaksud demikian ialah adanya suatu masalah untuk mencapai sesuatu,
sehingga tidak sesuai dengan harapan dan juga ada suatu hal yang belum
dapat diselesaikan.
26 Nandang Syarif Hidayat, “Problematika Belajar Bahasa Arab”, Jurnal Pemikiran
Islam, Vol. 37 No. 1 (Januari-Juni 2012), 84
20
Kegiatan berbicara sebetulnya adalah kegiatan yang sangat menarik saat
berada di kelas bahasa, namun kadang terjadi sebaliknya. Kegiatan ini akan
menjadi tidak menarik karena penguasaan kosa kata dan kalimat peserta didik
yang masih sangat terbatas, ini adalah salah satu dari problematika dalam
belajar keterampilan berbicara. Adapun hal lainnya adalah tentang keberanian
peserta didik dan perasaan tidak takut salah, maka dari itu pengajar dituntut
untuk memberi semangat kepada peserta didik agar merasa percaya diri
ketika disuruh untuk berbicara bahasa Arab di depan kelas.27
Problematika yang ada dalam proses pembelajaran bahasa Arab terbagi
menjadi dua problem, yaitu problem kebahasaan/linguistik dan non
kebahasaan/non linguistik. Problem linguistik yaitu problem yang terkait
langsung dengan bahasa sedangkan non linguistik yaitu suatu hambatan atau
persoalan yang dapat mempengaruhi, bahkan bisa menghambat kesuksesan
program yang akan dicapai.28 Adapun problematika pada keterampilan
berbicara dibagi menjadi dua, yaitu problematika linguistik dan non
linguistik.
1. Problematika Linguistik
Problematika linguistik adalah kesulitan-kesulitan yang dihadapi
oleh peserta didik pada proses pembelajaran karena karakteristik bahasa
Arab bukan bahasa asli melainkan bahasa asing.29 Problematika dari
peserta didik adalah pengalaman latar belakang sekolah, kurangnya
27 Syaiful Musthafa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang: 2011), 136 28 Aziz Fahrurrozi, “Pembelajaran Bahasa Arab Problematika dan Solusinya”, Jurnal
Pendidikan Bahasa Arab dan kebahasa Araban, Vol. I No. 2 (Desember: 2014), 162 29 Nandang Syarif Hidayat, “Problematika Pembelajaran Bahasa Arab”, Jurnal Pemikiran
Islam, Vol. 37 No. 1 (Januari-Juni: 2012), 85
21
penguasaan kosa kata bahasa Arab, adanya perbedaan dengan bahasa ibu
atau bahasa Indonesia, problematika lainnya adalah tulisan, kosakata dan
sistem bunyi.
Adapun menurut peneliti problematika linguistik adalah suatu
hambatan dan masalah dari internal bahasa itu sendiri dalam belajar
bahasa, adapun yang termasuk dalam problematika linguistik yaitu tentang
pola kalimat, sistematis penulisan dan penguasaan kosa kata.
2. Problematika Non Linguistik
Problematika non linguistik adalah problematika atau kesulitan yang
berasal dari zat bahasa tersebut. Seperti Guru, peserta didik dikarenakan
kurangnya motivasi untuk mengikuti pembelajaran materi keterampilan
berbicara, lingkungan keluarga dan sarana atau media yang kurang
memadai pada lembaga tersebut.30 Maksudnya yaitu problematika yang
berasal dari eksternal bahasa itu sendiri, yang meliputi tentang masalah
seperti motivasi peserta didik dalam belajar, lingkungan yang kurang
mendukung dan sarana prasana yang belum tersedia.
Adapun problematika lain selain problematika linguistik dan non linguistik
pada keterampilan berbicara dibagi menjadi dua, yaitu masalah bahasa
percakapan dan masalah pembetulan dan sistematika penilaian.31 Masalah
bahasa percakapan ini memperhatikan tentang bahasa yang dipakai sehari-
hari orang Arab adalah bahasa ‘Amiyah (dialek lokal) sedangkan yang
diajarkan oleh lembaga-lembaga lokal di Indonesia adalah bahasa Arab
30 Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: 2011), 41 31 Fuad Ahmad Efendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: 2017), 162
22
fushah, oleh karena itu untuk menghindari pergeseran bahwa bahasa
persatuan Arab serta bahasa Al-Quran adalah bahasa Fushah, maka bahasa
yang diajarkan kepada peserta didik adalah bahasa Fushah lisan, yaitu bahasa
Arab standar. Selanjutnya adalah masalah pembetulan dan sistematika
penilaian, dalam latihan bercakap guru seringkali menemukan kesalahan
peserta didik dalam berbicara bahasa Arab kemudian langsung dibenarkan
oleh guru tersebut. Hal ini perlu disadari bahwa modal utama untuk
keterampilan berbicara adalah keberanian untuk berbicara maka dari itu
seorang guru untuk lebih bersabar agar tidak langsung membenarkan
sehingga membuat peserta didik takut untuk berbicara lagi.
Sedangkan problematika pembelajaran keterampilan berbicara di
Indonesia yaitu proses pembelajaran yang berlangsung kurang efektif dan
kreatif, sehingga akan menyebabkan proses pembelajaran menjadi
menegangkan penyebabnya karena kurangnya pengajar memperhatikan
kemampuan peserta didik atau materi yang diajarkan tidak sesuai dengan
tingkatan-tingkatan kelas siswa dan agar pengajar tidak langsung
menyalahkan peserta didik karena kesalahan gramatika atau qawaid bahasa
Arab.32 Maka dari itu seorang pengajar keterampilan berbicara dituntut untuk
lebih kreatif agar pembelajaran berjalan dengan baik dan menyenangkan.
Sehingga apabila pembelajaran menyenangkan akan meningkatkan
motivasi bahwa belajar bahasa Arab itu tidak membosankan tetapi malah
lebih menarik serta menyenangkan.
32 Syaiful Musthofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang: 2011), 156