Upload
vandieu
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Dini
1. Pengertian Perkembangan Sosial Emosi
Perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah
laku yang berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari
kelompok. Di dalam perkembangan sosial anak dituntut untuk memiliki
kemampuan yang sesuai dengan tuntutan sosial dimana anak berada.
Tuntutan sosial yang dimaksud adalah anak dapat bersosialisasi dengan
baik sesuai dengan tahap perkembangannya dan usianya, dan cenderung
menjadi anak yang mudah bergaul dengan teman sebaya.
Menurut Yusuf (2010: 122) Perkembangan sosial merupakan
pecapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan
sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan
saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Anak dilahirkan belum bersifat sosial, anak belum memiliki
kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. untuk mencapai kematangan
sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan
orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan
atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya, baik
orangtua, saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya.
7
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
8
Menurut Sueann Robinson Ambron (dalam Yusuf, 2010: 123)
mengartikan bahwa sosialisasi ialah sebagai proses belajar yang
membimbing anak kearah perkembangan kepribadian sosial sehingga
dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif.
Menurut Hurlock (2011: 251) perkembangan sosial adalah mereka
yang perilakunya mencerminkan kebersihan di dalam tiga proses
sosialisasi, sehingga mereka cocok dengan kelompok tempat mereka
menggabungkan diri dan diterima sebagai anggota kelompok.
Menurut Suyadi (2010: 108) mengartikan bahwa perkembangan sosial
adalah tingkat jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari
orangtua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat luas. Sementara
perkembangan emosional adalah luapan perasaan ketika anak berinteraksi
dengan orang lain. Dengan demikian perkembangan sosial-emosional
adalah kepekaan anak untuk memahami perasaan orang lain ketika
berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan emosi menurut English and English, (dalam Yusuf, 2010:
114) emosi adalah “A Complex feeling state accompanied by
characteristic and glandular activies yaitu suatu keadaan perasaan yang
kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris.. Emosi
merupakan suatu gejolak penyusuai diri yang berasal dari dalam dan
melibatkan hampir keseluruhan diri individu. Emosi juga berfungsi untuk
mencapai pemuasan atau perlindungan diri atau bahkan kesejahteran pribadi
pada saat berhadapan dengan lingkungan atau objek tertentu.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
9
Menurut Lawrence E. Shapiro (dalam Suyadi, 2010: 109) emosi
adalah kondisi kejiwaan manusia. Karena sifatnya psikis atau kejiwaan,
maka emosi hanya dapat dikaji melalui letupan-letupan emosional atau
gejala-gejala dan fenomena-fenomena, seperti kondisi gembira, gelisah,
benci, dan lain sebagainya. Namun, kondisi masing-masing emosi anak
berbeda-beda. Oleh karena itu, upaya memberikan permainan untuk
mengasah emosi anak juga berbeda-beda. Mungkin, seorang anak akan
mengekpresikan kesedihannya dengan cara menangis. Namun, bagi anak
yang menangis justru menceritakan sikap cengeng. Anak yang lain
mengekspresikan kesedihan dengan wajah murung dan menyedihkan.
Demikian pula dengan kondisi sosial emosional lainnya.
Menurut Saputra (2005: 141) mengartikan bahwa emosi adalah suatu
keadaan perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan
kelenjar dan motoris. emosi merupakan warna afektif yang menyertai
setiap keadaan atau perilaku individu. Yang dimaksud warna afektif
adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi
(menghayati) suatu situasi tertentu. Contohnya, gembira, bahagia, putus
asa, terkejut, benci (tidak senang), dan sebagainya.
Sedangkan menurut Goleman (dalam Rachmawati, 2008: 1.3)
menyatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-
pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian
kecenderungan untuk bertindak.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
10
Dari definisi-definisi yang telah dijelaskan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa perkembangan sosial emosi adalah suatu proses
belajar menyesuaikan diri untuk memahami keadaan serta perasaan ketika
berinteraksi dengan orang-orang dilingkungannya baik orang tua, saudara,
teman, sebaya atau orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Emosi
Menurut Hurlock (dalam Ulfah, 2013: 55-57) faktor yang
mempengaruhi perkembangan anak dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni
faktor perkembangan awal, faktor penghambat, dan faktor pengembang.
a. Perkembangan awal
Perkembangan awal (0-5 tahun) adalah masa-masa kritis yang akan
menentukan perkembangan adanya perbedaan tumbuh-kembang antara
anak yang satu dengan anak yang lainnya dipengaruhi oleh hal-hal
sebagi berikut;
1) Faktor lingkungan sosial yang menyenangkan anak
Hubungan anak dengan masyarakat yang menyenangkan,
terutama dengan anggota keluarga akan mendorong anak
mengembangkan kecenderungan menjadi terbuka dan menjadi
lebih berorientasi kepada orang lain karakeristik yang mengarah
kepenyesuaian pribadi dan sosial yang lebih baik.
2) Faktor Emosi
Tidak adanya hubungan atau ikatan emosional akibat
penolakan anggota keluarga, dapat menimbulkan gangguan
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
11
kepribadian pada anak. Sebaliknya pemuasan emosional
mendorong perkembangan kepribadian anak semakin stabil.
3) Metode mendidik anak
Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga permisif,
cenderung kehilangan rasa tanggung jawab, mempunyai kendali
emosional yang rendah dan sering berprestasi rendah dalam
melakukan sesuatu, sedangkan mereka anak-anak yang dibesarkan
oleh orang tua secara demokratis penyesuaian pribadi dan
sosialnya lebih baik.
4) Beban tanggung jawab yang berlebihan
Anak yang dari kecil diberikan tanggung jawab terhadap
rumah, termasuk menjaga adiknya yang lebih kecil, dalam hal ini
ia berpotensi memiliki kecendurungan untuk mengembangkan
kebiasaan memerintahkan sepanjang hidupnya, artinya, anak
terlalu dini untuk diberi tanggung jawab atas adik-adiknya.
5) Faktor keluarga
Anak yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah
keluarga besar akan bersikap dan berperilaku otoriter. Pula dengan
anak yang tumbuh dan berkembang di tengah keluarga yang cerai
kemungkinan anak menjadi anak yang cemas, tidak mudah
percaya, dan sedikit kaku.
6) Faktor yang merangsang lingkungan
Lingkungan yang merangsang merupakan salah satu
pendorong tumbuh-kembang anak, lingkungan yang merangsang
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
12
dapat mendorong perkembangan fisik dan mental anak secara
baik, sedangkan lingkungan yang tidak merangsang dapat
menyebabkan perkembangan anak berada dibawah
kemampuannya.
b. Faktor penghambat perkembangan sosial emosional
Bebrapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak usia
dini yaitu faktor penghambat yaitu terdiri dari, (a) gizi buruk yang
mengakibatkan energi dan tingkat kekuatan menjadi rendah, (b) cacat
tubuh yang mengganggu perkembangan anak, (c) tidak adanya
kesempatan untuk belajar apa yang diharapkan kelompok sosial dimana
anak tersebut tinggal, (d) tidak adanya bimbingan dalam belajar
(PAUD), (e) rendahnya motivasi dalam belajar, (f) rasa takut dan
minder untuk berbeda dengan temannya dan tidak berhasil.
Menurut Soetarno (dalam Rachmawati, 2008: 4.15- 4.21), terdapat
sejumlah faktor yang mempengaruhi Perkembangan sosial anak
prasekolah TK, perkembangan sosial anak dapat dipengaruhi oleh dari
faktor lingkungan keluarga, faktor dari luar rumah dan faktor dari
pengaruh pengalaman sosial awal. Di antara faktor yang terkait dengan
lingkungan keluarga dan banyak berpengaruh terhadap perkembangan
sosial anak yaitu: status sosial ekonomi keluarga, keutuhan keluarga,
sikap dan kebiasaan orang tua. Adapun faktor dari luar rumah, Jika
hubungan mereka dengan teman sebaya dan orang dewasa di luar
rumah menyenangkan, mereka akan menikmati hubungan sosial
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
13
tersebut dan ingin mengulanginya. Demikian pula hal yang sebaliknya.
Begitu juga dengan Faktor pengaruh pengalaman sosial awal,
Pengalaman sosial awal sangat menentukan perilaku kepribadian
selanjutnya.
Menurut Hurlock (2011: 251-252), ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan sosial anak dan menjadi pribadi yang
dapat bermasyarakat, yakni :
Pertama, Kesempatan yang penuh untuk sosialisasi adalah penting
karena anak-anak tidak dapat belajar hidup bermasyarakat dengan orang
lain jika sebagaian besar waktu mereka dipergunakan seorang diri.
Tahun demi tahun mereka semakin membutuhkan kesempatan untuk
bergaul tidak hanya dengan anak yang umur dan tingkat perkembangan
sama, tetapi juga dengan orang dewasa yang umur dan lingkungannya
berbeda.
Kedua, dalam keadaan bersama-sama anak-anak tidak hanya harus
mampu berkomunikasi dalam kata-kata yang dapat mengerti orang lain,
tetapi juga harus mampu berbicara tentang topik yang dapat dipahami
dan menarik bagi orang lain.
Ketiga, anak akan belajar bersosialisai hanya apabila mereka
mempunyai motivasi untuk melakukannya. Motivasi sebagian besar
bergantung pada tingkat kepuasan yang dapat diberikan oleh aktivitas
sosial kepada anak. Jika mereka memperoleh kesenangan melalui
hubungan dengan orang lain, mereka akan mengulangi hubungan
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
14
tersebut. Sebaliknya, jika hubungan sosial hanya memberikan
kegembiraan sedikit, mereka akan menghindarinya apabila mungkin.
Keempat, metode belajar yang efektif dengan bimbingan adalah
dengan metode belajar efektif anak-anak dapat mempelajari beberapa
pola perilaku yang penting bagi penyesuaian sosial yang baik. Mereka
juga belajar dengan mempraktekkan peran, yaitu dengan menirukan
orang yang dijadikan tujuan identifikasi dirinya. Akan tetapi, mereka
akan belajar lebih cepat dengan hasil akhir yang lebih baik jika mereka
diajar oleh seseorang yang dapat membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar dan memilihkan teman sejawat sehingga mereka akan
mempunyai contoh yang baik untuk ditiru
Sedangkan faktor yang mempengaruhi Perkembangan emosi
menurut Setiawan (dalam Rachmawati, 2008: 4.5-4.15) pada anak usia
dini yaitu meliputi :
a. Keadaan di dalam individu .
Keadaan individu seperti usia, keadaan fisik, intelegensi, peran
seks dan lain-lain dapat mempengaruhi oleh perkembangan individu.
Hal yang cukup menonjol terutama berupa cacat tubuh atau apapun
yang dianggap oleh diri anak sebagai kekurangan akan sangat
mempengaruhi perkembangan emosinya.
b. Konflik-konflik dalam proses perkembangan
Di dalam menjalani fase-fase perkembangan, tiap anak harus
melalui beberapa macam konflik yang pada umumnya dapat dilalui
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
15
dengan sukses, tetapi ada juga anak yang mengalami gangguan atau
hambatan dalam menghadapi konflik-konflik ini. Anak yang tidak dapat
mengatasi konflik-konflik tersebut biasanya mengalami gangguan
emosi.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial emosi
Anak-anak hidup dalam 3 macam lingkungan yang mempengaruhi
perkembangan emosinya dan kepribadiannya. Ketiga faktor yang
berpengaruh terhadap perkembangan tersebut adalah:
1) Lingkungan keluarga
Keluarga sangat berperan dalam menanamkan dasar-dasar
pengalaman emosi. Jika secara umum ekspresi emosi cenderung
ditolak oleh lingkungan keluarga maka hal tersebut memberi
isyarat bahwa emotional security yang ia dapatkan dari keluarga
kurang memadai. Dalam kondisi seperti ini anak mudah marah,
cepat menangis, dsb, sehingga ia sukar bergaul. Gaya pengasuhan
yang diperoleh anak dari keluarga akan sangat berpengaruh
terhadap perkembangan emosi anak.
2) Lingkungan sekitarnya
Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi emosi anak
yaitu: daerah yang terlalu padat, daerah yang memiliki angka
kejahatan tinggi, kurangnya fasilitas rekreasi, tidak adanya
aktivitas-aktivitas yang diorganisasi dengan baik untuk anak.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
16
3) Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah yang dapat menimbulkan gangguan
emosi dan menyebabkan terjadinya tingkah laku pada anak yaitu
hubungan yang kurang harmonis antara anak dan guru, hubungan
yang kurang harmonis dengan teman-teman.
3. Tahap-Tahap Perkembangan Sosial Emosi
Menurut Jean Piaget (dalam Yus, 2011: 12) mengidentifikasikan
perkembangan individu dalam empat tahap, yaitu:
a. Usia 0-2 tahun dikenal dengan tahap sensori motor. Pada
perkembangan ini perkembangan tertuju pada gerak refleks sebagai
bukti adanya kemampuan menyadari ada sesuatu didekatnya.
b. Usia 2-7 tahun dikenal dengan tahap praoperasional. Pada masa ini
muncul ciri yang disebut egosentri, yaitu kemampuan mengasosiasi
sesuaitu dengan dirinya.
c. Usia 7-18 tahun dikenal dengan tahap operasional konkret. Pada masa
ini anak telah memiliki kemampuan untuk mengenali urutan herarki.
d. Usia 18 tahun keatas dikenal dengan tahap formal operasional. Pada
masa ini terbentuk kemampuan berpikir proporsional dan berpikir
deduktif.
Menurut Hartati (2005: 18-19) dalam perkembangan belajar pada anak
usia dini memiliki tahapan dan karakteristik perkembangan anak usia dini
yaitu pada usia 0-2 tahun dalam sosial anak memiliki karakterisitik aspek
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
17
perkembangan yaitu memberikan reaksi suara yang berbeda pada suara
yang berbeda, membalas senyuman pada orang lain atau senyum sosial,
lebih menyukai satu orang. Pada usia 2-4 tahun anak mulai senang bergaya
dengan teman, meniru kegiatan orang dewasa, memperlihatkan rasa
cemburu menunjukan rasa sayang kepada saudara-saudarnya. dan Pada
usia 4-6 tahun dalam aspek perkembangan sosial yang harus dicapai
adalah tidak suka mengganggu teman, tidak suka menyerang teman,
senang bermain dengan anak lain, tidak suka menyendiri, telah memiliki
kemauan untuk memnceritakan sesuatu pada teman, mampu bermain dan
bekerja sama dengan temanya dalam kelompok, menolong dan membela
teman, dapat bertindak sopan, dapat menunjakan sikap yang ramah.
B. Metode Bermain Musang dan Ayam
1. Pengertian Bermain
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan
informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi. Jika
pengertian bermain dipahami dan sangat kita kuasai, maka kemampuan itu
akan berdampak positif pada cara kita dalam membatu proses belajar anak.
Menurut Hurlock (dalam Musfiroh, 2005: 2) bahwa bermain dapat
diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka
rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
18
Walaupun sama-sama mengandung unsur aktivitas, bermain
dibedakan dari bekerja. Bekerja merupakan kegiatan yang berorientasi
pada hasil akhir, sedangkan bermain tidak. Hasil akhir dalam kegiatan
bermain bukanlah sesuatu hal yang penting. Kegiatan dalam bermain
menimbulkan kesenangan bagi pelakunya, sedangkan dalam bekerja efek
tersebut tidak selalu muncul.
Menurut Rogers C.S dan Sawyers, (dalam Hartati, 2005: 85) Bermain
adalah sebuah sarana yang dapat mengembangkan anak secara optimal.
Sebab bermain berfungsi sebagai kekuatan, pengaruh terhadap
perkembangan, dan lewat bermain pula didapat pengalaman yang penting
di dalam dunia anak. Hal inilah yang menjadi dasar inti pembelajaran pada
anak usia dini. Permainan secara langsung mempengaruhi seluruh area
perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk
belajar tentang dirinya, orang lain dan lingkunganya. Permainan
memberikan anak-anak kebebasan untuk berimajinasi, menggali potensi
diri/bakat dan untuk mengembangkan kreativitas. Motivasi bermain anak-
anak muncul dari dalam diri mereka sendiri, mereka bermain untuk
menikmati aktivitas mereka, untuk merasakan bahwa mereka mampu, dan
untuk menyempurnakan apa saja yang telah ia dapat baik yang telah
mereka ketahui sebelumnya maupun hal-hal yang baru.
Menurut Loy, McPherson dan Kenyon (dalam Hidayatullah, 2008: 4)
mendefinisikan bahwa bermain adalah berbagai aktivitas yang bersifat
bebas, terpisah, tak pasti atau berubah-ubah, secara spontan, tidak
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
19
mempertimbangkan hasil dan diatur oleh peraturan serta membuat
kepercayaan.
Menurut Gallahue (dalam Hidayatullah, 2008: 10) Bermain
merupakan kebutuhan kebutuhan anak yang paling mendasar, saat anak
berinteraksi dengan dunia sekitarnya, melalui bermainlah ia lakukan.
Bermain adalah suatu aktivitas yang langsung dan spontan yang dilakukan
seseorang anak bersama orang lain atau dengan mengguakan benda-benda
disekitarnya dengan senang, sukarela, dan imajinatif, serta dengan
menggunakan perasaannya, tangannya atau seluruh anggota tubuhnya .
Menurut Piaget (dalam Sujiono, 2010: 34) mengatakan bahwa
bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan
menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seorang, sedangkan menurut
Parten (dalam Sujiono, 2010: 34) memandang kegiatan bermain sebagai
sarana sosialisasi di mana diharapkan melalui bermain dapat memberi
kesempatan anak bereksplorasi, menentukan, mengeskpresikan perasaan,
berkreasi, dan belajar secara menyenangkan.
Dari definisi-definisi yang telah dijelaskan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa bermain merupakan keseluruhan aktivitas yang
dilakukan oleh individu yang sifatnya menyenangkan, yang berfungsi
untuk membantu individu mencapai perkembangan yang utuh baik fisik,
intelektual, sosial, moral dan emosional.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
20
2. Tahap Perkembangan Bermain
Menurut Mildred Parten (dalam Hartati, 2005: 88), tahapan
perkembangan bermain yang mencerminkan tingkat perkembangan sosial
anak sebagai berikut :
Unoccupied Play (permainan tidak kentara) diamana Anak tidak
benar-benar terlibat dalam kegiatan bermain, melainkan hanya mengamati
kejadian disekitarnya yang menarik perhatian anak.
Solitary Play (Bermain Sendiri) Anak sibuk bermain sendiri dan tidak
memperhatikan kehadiran anak-anak lain disekitarnya. Anak lain baru
dirasakan kehadirannya apabila anak tersebut mengambil alat
permainannya,
Onlooker Play (Pengamatan), Kegiatan bermain dengan mengamati
anak-anak lain yang sedang melakukan kegiatan bermain sehingga timbul
minat terhadap permainan tersebut.
Paralel Play (Bermain Paralel), Bermain dengan melakukan kegiatan
yang sama, secara sendiri-sendiri pada saat yang bersamaan, misalnya
anak yang sedang bermain mobil-mobilan. Anak belum mampu
memahami atau berbagi rasa dan kegiatan dengan anak lain.
Associative Play (Bermain Asosiatif), Adanya interaksi antar anak
yang bermain, saling tukar alat permainan tetapi bila diamati akan tampak
masing masing anak sebenarnya tidak terlibat dalam kerja sama, misalnya
anak yang sedang menggambar, saling berbagi pensil berwarna, saling
memberi komentar terhadap gamabar masing-masing, namun sebenarnya
kegiatan menggambar dilakukan sendiri-sendiri.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
21
Cooperative Play (Bermain bersama) Adanya kerja sama atau
pembagian tugas dan pembagian peran antar anak-anak yang terlibat
dalam permainan untuk mencapai satu tujuan tertentu. Kegiatan bermain
tersebut terlihat adanya peningkatan kadar interaksi sosial, mulai dari
kegiatan bermain sendiri sampai bermain bersama.
Menurut Catron dan Allen (dalam Mutiah, 2010: 149) aspek aspek
perkembangan bermain yakni meningkatkan kompetensi sosial, bermain
mendukung perkembangan sosial dalam hal-hal berikut:
a. Interaksi sosial, yakni interaksi dengan teman sebaya, orang dewasa
dan memecahkan konflik.
b. Kerjasama, yakni interaksi saling membantu, saling berbagi, dan pola
bergiliran.
c. Menghemat sumber daya. Yakni menggunakan dan menjaga benda-
benda dan lingkungan secara tepat.
d. Peduli terhadap orang lain, seperti memahami dan menerima
perbedaan individu, memahami masalah multi budaya.
3. Fungsi Bermain
Menurut Eheart dan Leavitt (dalam Sujiono, 2010: 36) mengatakan
bahwa kegiatan bermain dapat mengembangkan berbagai potensi pada
anak, tidak saja pada potensi fisik tetapi juga pada perkembangan kognitif,
bahasa, sosial, emosi, kreativitas, dan pada akhirnya prestasi akademik.
Menurut Wolfgang dan Wolfgang (dalam Sujiono, 2010: 36)
berpendapat bahwa terdapat sejumlah nilai-nilai dalam bermain (the value
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
22
of play), yaitu bermain dapat mengembangkan keterampilan sosial
emosional, dan kognitif. Dalam kegiatan bermain terdapat berbagai
kegiatan yang memiliki dampak terhadap perkembangannya sehingga
diidentifikasi bahwa fungsi bermain, antara lain :
a. Dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan kordinasinya melalui
gerak, melatih motorik kasar, dan keseimbangan karena ketika bermain
fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja tubuhnya
b. Dapat mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada
orang lain, kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif karena saat
bermain anak sering bermain pura-pura menjadi orang, binatang atau
karakter orang lain. anak juga belajar melihat dari sisi orang lain
(empati).
c. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya karena melalui
bermain anak seringkali melakukan eksplorasi terhadap segala sesuatu
yang ada dilingkungan sekitarnya sebagai wujud dan rasa
keingintahuannya serta
d. Dapat mengembangkan kemandiriannya dan menjadi dirinya sendiri
karena melalui bermain anak selalu bertanya, meneliti lingkungan,
belajar mengambil keputusan, dan berlatih peran sosial sehingga anak
menyadari kemampuan serta kelebihannya.
Menurut Jeffrce, McConkey, dan Hewson (dalam Sujiono, 2010: 37)
berpendapat bahwa fungsi bermain dapat terlaksana dengan baik terdapat
enam karakteristik kegiatan bermain pada anak yang perlu dipahami oleh
stimulator, sebagai berikut:
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
23
a. Bermain datang dari dalam diri anak artinya, keinginan bermain harus
muncul dari dalam diri anak sehingga anak dapat menikmati dan
bermain sesuai dengan caranya sendiri. Itu artinya bermain dilakukan
dengan kesukarelaan, bukan paksaan
b. Bermain harus terbebas dari aturan yang mengikat, karena bermain
adalah suatu kegiatan untuk dinikmati, anak memiliki cara bermainnya
sendiri. Oleh karena itulah bermain pada anak selalu menyenangkan,
mengasikkan, dan mengairahkan
c. Bermain adalah aktivitas nyata atau sesungguhnya, oleh karenanya
bermain melibatkan partisipasi aktif baik secara fisik maupun mental,
seperti saat anak bereksplorasi dengan bermain air.
d. Bermain fokus pada proses daripada hasil artinya, dalam bermain anak
mengenal dan mengetahui apa yang ia mainkan dan mendapatkan
keterampilan baru
e. Bermain didominasi oleh pemain dimana, pemainnya adalah anak itu
sendiri, bukan didominasi oleh orang dewasa.
f. Bermain melibatkan pemain secara aktif, artinya anak sebagai pemain
harus terjun langsung dalam bermain. Jika anak pasif dalam bermain
maka ia tidak akan memperoleh pengalaman baru karena bermain bagi
anak adalah bekerja untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan
baru.
Menurut Catron dan Allen (dalam Sujiono, 2010: 35) berpendapat
bahwa bermain memiliki tujuan utama yakni memelihara perkembangan
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
24
atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain
kreatif, interaktif, dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak.
Penekanan dari bermain adalah perkembangan kreativitas sangat
individual dan bervariasi antar anak yang satu dengan yang lainnya.
Bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak
TK melalui bermain anak akan dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan
perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi,
sosial, nilai dan sikap hidup, Menurut Hartley, Frank dan Goldenson
(dalam Moeslichatoen, 2004: 33) ada 8 fungsi bermain bagi anak :
a. Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Contohnya
menirukan ibu masak di dapur, dokter mengobati orang sakit dan
sebagainya.
b. Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata
seperti guru mengajar di kelas, sopir mengendarai bus, petani
menggarap sawah, dan sebagainya
c. Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman
hidupnya yang nyata. Contohnya ibu memandikan adik, ayah membaca
Koran, kakak mengerjakan tugas sekolah, dan sebagainya
d. Untuk menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul-memukul
kaleng, menepuk-nepuk air dan sebagainya
e. Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima
seperti berperan sebagai pencuri, menjadi anak nakal pelanggar lalu
lintas dan lain-lain
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
25
f. Untuk kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan seperti gosok gigi,
sarapan pagi, naik angkutan kota dan sebagainya
g. Menceritakan pertumbuhan seperti pertumbuhan misalnya semakin
bertambah tinggi tubuhnya, semakin gemuk badannya dan semakin
dapat berlari cepat
h. Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelsaian
masalah seperti menghias ruangan, menyiapkan jamuan makan, pesta
ulang tahun.
Menurut Hetherington & parke (dalam Moeslichatoen, 2004: 34)
bermain juga berfungsi untuk mempermudah perkembangan kognitif anak,
dengan bermain akan memungkinkan anak meneliti lingkungan
mempelajari segala sesuatu dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
Bermain juga meningkatkan perkembangan sosial anak. Dengan
menampilkan bermacam peran anak berusaha untuk memahami peran
orang lain dan menghayati peran yang akan diambilnya setelah ia dewasa
kelak.
4. Faktor yang Mempengaruhi Bermain Anak
Menurut Fadlillah (2014: 38-39) Dalam bermain, anak-anak sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berikut ini adalah beberapa faktor yang
mempengaruhi anak diantaranya:
a. Kesehatan, Semakin sehat anak semakin banyak energinya untuk
bermain aktif, seperti olahraga. Adapun anak yang kekurangan tenaga
(tidak sehat) lebih menyukai hiburan
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
26
b. Perkembangan Motorik. Permainan anak pada setiap usia melibatkan
koordinasi motorik. Apa saja yang akan dilakukan dan waktu
permainannya tergantung pada perkembangan motorik mereka.
Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam
permainan aktif.
c. Intelegensi. Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang
yang kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukan
kecerdikan. Dengan bertambahnya usia mereka lebih menunjukkan
perhatian dalam permainan kecerdasan, dramatik, konstruksi, dan
membaca.
d. Jenis kelamin. Anak laki-laki bermain lebih kasar dibandingkan anak
perempuan. Anak laki-laki lebih menyukai permainan yang
menantang, sedangkan anak perempuan lebih pada hal-hal sederhana
dan kelembutan.
e. Lingkungan. Lingkungan yang kurang mendukung akan dapat
mempengaruhi anak dalam bermain. Lingkungan yang sepi dari anak-
anak akan kurang rasa bermainnya dibandingkan dengan lingkungan
yang terdapat banyak anak.
f. Status sosial-ekonomi. Anak dari kelompok sosio-ekonomi yang lebih
tinggi lebih menyukai kegiatan permainan yang mahal. Adapun dari
golongan menengah ke bawah lebih menyukai permainan-permainan
yang sifatnya sangat sederhana.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
27
g. Jumlah waktu bebas. Jumlah waktu bermain tergantung pada waktu
bebas yang dimiliki anak. Artinya anak yang memiliki waktu luang
banyak lebih dapat memanfaatkannya untuk bermain. Dibandingan
dengan anak yang tidak cukup memiliki waktu luang, kemungkinan
bermainnya sangat kurang. Sebab, ia sudah kehabisan tenaga untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang didapatkannya.
h. Peralatan bermain. Peralatan bermain yang memiliki anak
mempengaruhi permainannya. Misalnya, dominasi boneka atau kartun
lebih mendukung pada permainan pura-pura. Kemudian balok, kayu,
cat air lebih mendukung pada permainan kontruktif dan berimajinatif.
Faktor-faktor tersebut tidak selamanya seperti itu artinya, sewaktu-
waktu dapat berubah sesuai dengan minat dan tumbuh kembangnya anak
usia dini. Namun yang menjadikan pokok ialah bagaimana menyiapkan
dan menyediakan permainan yang dapat memberikan kemanfaatan bagi
peserta didik dalam rangka menumbuhkan dan mengembangkan potensi
yang dimilikinya.
Menurut Cohen, Hughes, Johnson, Christie & Yawkey, (dalam
Dariyo, 2007: 231) Kegiatan yang paling menyenangkan bagi setiap anak
adalah bermain. Bila seorang anak dihadapkan pada dua pilihan yaitu
belajar dan bermain, maka anak cenderung akan memilih bermain
daripada belajar. Kegiatan bermain dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu :
a. Faktor Sosial Budaya
Anak-anak melakukan permainan, umumnya hasil refleksi dari
gambaran kehidupan lingkungan sosial budaya, dimana mereka
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
28
tinggal. Mereka adalah individu-individu yang cerdas, karena telah
mampu untuk mengobservasi dan menirukan perilaku-perilaku orang-
orang dewasa, dan kemudian dipraktekan dalam aktivitas bermain. Di
mana mereka hidup, maka warna nilai sosial budaya amat
mempengaruhi corak permainan yang dilakukan oleh anak-anak,
karena itu masing-masing jenis dan bentuk permainan antar
negara/daerah/wilayah berbeda. Di Negara Indonesia misalnya, karena
terdiri beragam suku bangsa, budaya, dan adat istiadat, maka antara
satu dengan yang lain mempunyai corak permainan yang berbeda pula.
b. Faktor Jender dan Teman Bermain
Dalam bermain sosial (social play) anak cenderung memilih
teman bermain yang dapat diajak kerjasama dan saling pengertian.
Pemilihan teman bermain dimulai dari dalam kehidupan keluarga
kemudian berubah pemilihan teman di luar keluarga. Anak-anak usia
bawah tiga tahun mulai bermain bersama orangtua atau saudara-
saudara kandungnya, tapi menginjak usia 4-5 tahun anak mulai
memilih teman bermain di luar keluarganya. Anak mulai membuka
wawasan pergaulan dan belajar mengembangkan kemampuan
kerjasama dengan anak-anak sebaya yang lainnya. Selain itu, anak usia
bawah tiga tahun cenderung belum menyadari atau melihat jender
dalam kegiatan bermain. Mereka mau bersedia bermain dengan siapa
pun baik laki-laki atau wanita. Mereka tidak mempedulikan jenis
kelamin, tapi untuk anak usia 4-5 tahun sudah mulai
mempertimbangkan jenis kelamin sebagai teman bermain.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
29
c. Faktor Media Masa
Apa yang dilihat oleh anak akan mempengaruhi kegiatan
bermain yang dilakukan oleh mereka. Televisi merupakan media
elektronik yang sangat akrab bagi anak-anak, karena banyak film yang
menayangkan program acara yang menarik untuk anak-anak. Berbagai
informasi yang diperoleh dari televisi akan diserap, diingat dan
dipergunakan untuk mengembangkan kegiatan bermain bagi anak-
anak. Banyak ide kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak berasal
dari penayangan program acara televisi. Hal ini menunjukkan bahwa
televisi sangat berpengaruh terhadap kegiatan-kegiatan bermain anak.
Agar anak dapat melakukan kegiatan-kegiatan bermain yang positif,
maka orangtua perlu mendampingi anak-anak dalam mengikuti
penayangan acara televisi. Orangtua dapat mengajak diskusi dengan
anak-anak agar mereka dapat memperoleh pemahaman yang objektif
dari tontonan yang disiarkan oleh televisi. Dengan demikian hal ini
akan dapat mencegah kegiatan-kegiatan bermain yang cenderung
bersifat destruktif, agresif dan kriminal.
d. Faktor Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Untuk dapat melakukan kegiatan bermain dengan leluasa
seringkali diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Kegiatan-
kegiatan bermain modern yang bertujuan untuk pengembangan
kreativitas dan intelektual anak seringkali berbiaya mahal, karena
orangtua harus menyediakan alat-alat permainan tersebut, misalnya :
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
30
logo, balok-balok, boneka, mobil dan sebagainya. tapi untuk kegiatan
bermain tradisional seringkali dapat dilakukan tanpa menggunakan
alat-alat yang mahal, seperti gobak sodor, petak umpet, jingkring dan
sebagainya. kegiatan-kegiatan bermain tersebut bersifat sederhana,
sehingga orangtua tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal.
Selain itu kegiatan bermain seringkali memerlukan tempat
yang luas. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung atau Semarang,
anak-anak sudah mulai melakukan kegiatan bermain di mall-mall, atau
supermarket. Banyak lahan yang sudah dipergunakan untuk bangunan
pertokoan, supermarket atau mall, sehingga anak sulit melakukan
kegiatan bermain di tanah lapang. Oleh karena itu, banyak pengusaha
yang memahami kebutuhan bermain bagi anak-anak, maka mereka
menciptakan suatu tempat bisnis yang digabung dengan ruangan atau
arena bermain, sehingga mereka cenderung memperoleh keuntungan
finansial.
5. Bermain Musang dan Ayam
Permainan musang dan ayam permainan yang dilakukan untuk
menyenangkan hati. Rasa senang yang dialami oleh setiap orang yang
memainkan permainan ini, permainan ini juga sarana mendidik anak untuk
membentuk kepekaan sosial melalui interaksi dan kerjasama dengan
sesamanya sehingga anak tidak menjadi sosok individual, melalui
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
31
permainan musang dan ayam ini juga melatih perkembangan motorik
kasar anak.
Menurut Fad (2014: 126) permainan musang dan ayam merupakan
permaian yang membutuhkan strategi, bagaimana strategi musang untuk
menangkap ayam, agar ayam dapat tertangkap oleh musang, semakin
musang pandai memainkan strategi maka permainan akan semakin seru
dan menyenangkan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa permainan musang dan ayam
merupakan permaian dengan menirukan perilaku seperti seekor ayam yang
sedang dikejar oleh musang. Permainan ini dimainkan oleh 1-20 orang
membentuk lingkaran satu orang sebagai ayam dan satu orang sebagai
musang.
6. Tujuan Bermain Musang dan Ayam
Permainan musang dan ayam dimainkan bertujuan untuk melatih anak
agar dapat mematuhi peraturan permainan yang sedang dilakukan, serta
melatih anak memikiran strategi saat permainan dilakukan, selain itu anak
dapat belajar menyusuaikan dirinya dengan orang lain serta memupuk
sikap kerjasama dan rasa bersosialisasi antara teman yang satu dengan
teman yang lain.
Permainan musang dan ayam merupakan permainan dengan
menirukan seekor ayam yang dikejar oleh musang permainan ini bertujuan
untuk melatih motorik kasar anak melalui koordinasi antar anggota badan
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
32
dan kekuatan dengan mengerakan anggota badan melalui permainan
musang dan ayam.
Selain itu permainan musang dan ayam bertujuan untuk
mengembangkan daya imajinasi dan kreasi anak, melatih kemandirian
anak melalui kegiatan yang menyenangkan, serta menciptakan
pengalaman baru bagi anak sebagai bekal anak beradaptasi dengan
lingkungannya dan menciptakan kegiatan yang inovatif yang menarik bagi
anak.
7. Cara Bermain Musang dan Ayam
a. Persiapan Sebelum Bermain
Siapkan kartu bergambar (dua kartu bergambar ayam dan satu
kartu bergambar musang sisanya kartu bergambar pagar), jumlah
pemain terdiri dari 1-20 orang
b. Cara Bermain
1) Guru menyiapkan 20 kartu bergambar ( 2 kartu bergambar ayam,
1 kartu bergambar musang, dan sisanya bergambar pagar)
2) Guru membagikan kartu bergambar pada masing-masing peserta
didik secara acak
3) Setelah masing-masing peserta didik menerima kartu bergambar,
guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik (siapa yang
menerima kartu bergambar ayam, kartu bergambar musang, dan
kartu bergambar pagar)
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
33
4) Guru menjelaskan kepada peserta didik, tugas dari kartu-kartu
gambar yang diterima peserta didik ( musang bertugas untuk
mengejar ayam, pagar bertugas untuk melindungi ayam dari
kejaran musang, dan ayam bertugas untuk menghindari kejaran
musang)
5) Setelah peserta didik sudah memahami tugas-tugas yang sesuai
dengan kartu gambar yang diterima, permainan “musang dan
ayam” segera dimulai
6) Peserta didik yang menerima kartu bergambar pagar, perintahkan
anak untuk membentuk lingkaran kecil dengan cara saling
bergandengan tangan dengan temannya (usahakan gandengan
tangan jangan sampai terlepas sampai permainan selesai)
7) Peserta didik yang menerima kartu bergambar musang bertugas
untuk mengejar anak yang menerima kartu bergambar ayam
samapai tertangkap semua
8) Jelaskan juga kepada peserta didik, ketika ayam sudah masuk
dalam lingakaran, maka musang tidak bisa ikut masuk. Dan
musang hanya bisa menangkap ayam saat berada di luar lingkaran
9) Saat musang berhasil menangkap semua ayam maka musang
yang menang. Setelah ayam tertangkap semua, permainan tetap
berlanjut yaitu permainan dimulai lagi dari awal yaitu dengan
membagikan kartu bergambar secara acak, namun dengan jumlah
musang dan ayam yang ditambah. Saat permainan pertama
musang berjumlah satu maka permainan selanjutnya peserta didik
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
34
yang mendapat kartu gambar musang berjumlah dua, dan peserta
didik yang mendapat kartu gambar ayam menjadi tiga.
10) Saat musang berhasil menangkap semua ayam, maka permainan
akan tetap berlanjut dengan menambahkan musang atau ayam
dalam permainan, sampai dengan permainan berakhir
C. Pedoman Penilaian Perkembangan Sosial Emosi
1. Pedoman Penilaian
Penilaian dilakukan dengan mengacu pada kemampuan indikator yang
hendak dicapai dalam tahap waktu tertentu dengan memperhatikan prinsip
penilaian yang ditentukan. Penilaian dilakukan seiring dengan kegiatan
pembelajaran. Penilaian dilakukan secara khusus, tetapi ketika
pembelajaran dan kegiatan berlangsung, guru dapat sekaligus
melaksanakan penilaian.
Menurut Hadari Nawawi (dalam Dimyati, 2014: 28) menjelaskan
bahwa penilaian adalah setiap penelitian ilmiah diawali dari kegiatan
merumuskan masalah. Meskipun demikian, yang pertama kali ditulis di
dalam rancangan/proposal penelitian adalah judul penelitian. Dengan
demikian kegiatan membuat rumusan judul harus didasarkan pada
rumusan masalah yang telah ditetapkan oleh peneliti. Judul penelitian
sebaiknya dirumuskan dalam bentuk pernyataan, sedangkan rumusan
masalah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
35
Menurut Arikunto (2010: 23), menjelaskan bahwa penelitian akan
berjalan dengan baik apabila sipeneliti menghayati benar-benar masalah
yang akan ditelitinya. Untuk bisa bekerja dengan baik seorang peneliti
memang harus tertarik terhadap permasalahan yang dipilih. Tertarik saja
juga tidaklah cukup untuk menjadi modal melakukan penelitian.
Menurut Astin (dalam Yus, 2005: 29) penilaian merupakan suatu
proses mengumpulkan informasi secara sistematik untuk membuat
keputusan tentang individu. Keputusan yang diambil berdasarkan
informasi yang diperoleh berdasarkan aturan tertentu.
Penilaian pada pendidikan anak TK lebih banyak untuk
mendeskripsikan ketercapaian perkembangan anak. Dengan penilaian
dapat diketahui dan ditetapkan aspek-aspek perkembangan yang telah
dicapai dan yang belum dicapai.
Menurut Depdiknas (2010: 11) cara pencatatan hasil penilaian harian
dilaksanakan sebagai berikut :
a. Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator seperti
dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom
penilaian ditulis nama anak dan diberikan satu bintang ()
b. Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator
seperti yang diharapkan RKH tanda dua bintang ().
c. Anak yang sudah berkembang sesuai dengan harapan (BSH) pada
indikator dalam RKH mendapatkan tanda tiga bintang ().
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
36
d. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator seperti
yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda bintang empat
().
Sesuai dengan ketentuan Kemendiknas peneliti akan
menggunakan symbol sebagai berikut :
= Anak yang belum berkembang
= Anak yang sudah mulai berkembang
= Anak yang sudah mulai berkembang sesuai harapan
= Anak yang berkembang sangat baik
2. Indikator Keberhasilan
Tabel 2.1
Indikator keberhasilan dalam pengembangan bidang sosial emosi
NO INDIKATOR KRITERIA PENILAIAN KET
1.
Anak mampu
melakukan permainan
dengan teman sebaya
2. Anak mampu
melakukan permainan
sesuai dengan
peraturan (1-3)
3.
Anak mampu
bekerjasama dalam
menyelsaikan
permainan
4. Anak mampu
mengendalikan emosi
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
37
Keterangan Indikator 1.
: anak belum mampu melakukan permainan musang
dan ayam dengan teman sebaya (misal: anak lebih
memilih teman untuk bermain)
: anak dapat melakukan permainan musang dan ayam
dengan teman sebaya dengan motivasi guru
: anak mampu melakukan permainan musang dan ayam
dengan teman sebaya
: anak mampu melakukan permainan musang dan ayam
dengan teman sebaya tanpa motivasi guru dan mampu
memberi semangat pada temannya
Keterangan Indikator2.
: anak belum mampu melakukan permainan sesuai
dengan peraturan (1-3)
: anak dapat melakukan permainan sesuai dengan
peraturan (1-2)
: anak mampumelakukan permainan sesuai dengan
peraturan
(1-3)
: anak mampu melakukan permainan sesuai dengan
peraturan (1-3) dan dapat mengingatkan teman untuk
mengikuti aturan
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
38
Keterangan Indikator 3
: anak belum mampu bekerjasama dalam menyelsaikan
permainan (misal: anak tidak mau bergabung dengan
teman sekelompok)
: anak dapat bekerjasama dalam menyelsaikan
permainan dengan teman tertentu (teman yang
disukai)
: anak mampu bekerjasama dalam menyelsaikan
permainan
: anak mampu bekerjasama dalam menyelsaikan
permainan dan dapat memotivasi teman lainnya.
Keterangan Indikator 4
: anak belum mampu mengendalikan emosi saat
bermain musang dan ayam (misalnya: marah ketika
tertangkap, menangis dan tidak mau menerima
gambar yang di pilih)
: anak dapat mengendalikan emosi saat bermain
musang dan ayam dengan motivasi guru
: anak mampu mengendalikan emosi saat bermain
musang dan ayam
: anak mampu mengendalikan emosi saat bermain
musang dan ayam dan mampu bersosialisasi dengan
teman lainnya.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
39
D. Kerangka Berfikir
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Kondisi Awal Guru belum
meggunakan
metode
bermain
Siswa kurang dalam
perkembangan sosial emosi
dalam melakukan permainan
dengan teman sebaya, serta
melakukan permainan sesuai
dengan aturan, bekerjasama
dalam meyelsaikan permainan
dan belum mampu
mengendalikan emosi. Tindakan
KBM
Menggunakan Metode
Bermain Musang dan
Ayam
Siklus I
Menggunakan Metode
bermain Musang dan
Ayam dalam
meningkatkan
perkembangan sosial
emosi
Perkembangan sosial emosi
berkembang tetapi belum
maksimal
Siklus II
Menggunakan metode
Bermain Musang dan Ayam
dalam meningkatkan
perkembangan sosial emosio
secara kelompok
Siswa mengalami
peningkatan
perkembangan sosial
Emosi
Kondisi
Akhir
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015
40
Berdasarkan bagan kerangka berfikir penelitian tindakan diatas,
peneliti berpendapat untuk meningkatkan perkembangan sosial emosi dengan
melalui metode bermain musang dan ayam pada anak kelompok B TK
Pamardisiwi Kranji tahun ajaran 2014-2015.
E. Hipotesa Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, diduga melalui
metode bermain musang dan ayam dapat meningkatkan perkembangan sosial
emosi pada anak kelompok B TK Pamardisiwi Kranji Kecamatan Purwokerto
Timur Kabupaten Banyumas Pada Semester Genap Tahun pelajaran 2014-
2015.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Wida Dwi Anggarini, FKIP UMP, 2015