Upload
doancong
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Investasi
Menurut Tandelilin (2010:2) investasi adalah komitmen atas sejumlah
dana dan sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan
memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Investasi adalah penundaan
konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu
yang tertentu (Hartono, 2009:5). Menurut Halim (2005:4) investasi merupakan
penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh
keuntungan di masa mendatang. Seorang invetor membeli sejumlah saham saat ini
dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun
sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan
risiko yang terkait dengan investasi tersebut. Dapat disimpulkan bahwa investasi
adalah penempatan sejumlah dana dan sumber daya lainnya selama periode waktu
tertentu untuk memperoleh keuntungan dari kenaikan saham maupun deviden
sesuai dengan waktu dan risiko yang dihadapi.
Tujuan seseorang melakukan investasi pada dasarnya adalah untuk
menghasilkan sejumlah uang. Secara lebih luas tujuan investasi adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan investor. Menurut Tandelilin (2010:8) tujuan
investasi secara lebih khusus, ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan
investasi, antara lain sebagai berikut :
15
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.
Seseorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana
mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak
berkurang di masa yang akan datang.
b. Mengurangi tekanan inflasi. Melakukan investasi dalam pemilikan
perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari
risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya
pengaruh inflasi.
c. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa Negara di dunia banyak
melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di
masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat
yang melakukan investasi pada bidang usaha tertentu.
Menurut Fahmi (2012:3) untuk mencapai efektivitas dan efisiensi dalam
suatu keputusan, diperlukan ketegasan terhadap tujuan yang diharapkan. Begitu
pula hanya dalam bidang investasi, kita perlu menetapkan tujuan yang hendak
dicapai. Tujuan tersebut antara lain :
1. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut,
2. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan
(profit actual),
3. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham,
4. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa.
16
2.1.2 Saham
Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham
(stock). Surat saham adalah dokumen sebagai bukti kepemilikan suatu perusahaan.
Perusahaan ketika memperoleh keuntungan, maka setiap pemegang saham berhak
atas bagian laba yang dibagikan atau dividen sesuai dengan proporsi
kepemilikannya (Zubir, 2011:4). Menurut (Samsul, 2006:45) saham adalah tanda
bukti memiliki perusahaan di mana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang
saham (shareholder atau stockholder). Dalam pasar modal ada dua jenis saham
yang paling dikenal oleh publik, yaitu :
1. Saham biasa
Saham biasa (common stock) adalah sertifikat yang menunjukkan bukti
kepemilikan suatu perusahaan. Perusahaan hanya mengeluarkan satu
kelas saham saja, saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa
(common stock). Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan
yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi
perusahaan. Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasanya
mempunyai beberapa hak. Beberapa hak yang dimiliki oleh pemegang
saham biasa adalah hak control, hak meneriman pembagian
keuntungan, hak preemptive dan hak klaim sisa.
a. Hak kontrol
Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan
direksi. Ini berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk
mengontrol siapa yang akan memimpin perusahaannya.
17
b. Hak menerima pembagian keuntungan
Pemegang saham biasa berhak mendapat bagian dari keuntungan
perusahaan. Tidak semua laba dibagikan, sebagian laba akan
ditanamkan kembali ke dalam perusahaan.
c. Hak preemptif
Hak preemptif merupakan hak untuk mendapatkan persentase
pemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan
lembar saham. Hak preemtif memberi prioritas kepada pemegang
saham lama untuk membeli tambahan saham yang baru, sehingga
presentase kepemilikannya tidak berubah.
2. Saham preferen
Saham preferen (preferred stock) merupakan satu jenis sekuritas
ekuitas yang berbeda dalam beberapa hal dengan saham biasa. Saham
preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara
obligasi dan saham biasa. Saham preferen serupa dengan saham biasa
karen merupakan ekuitas yang menyatakan kepemilikan, membayar
deviden, dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo. Saham preferen
juga serupa dengan obligasi karena merupakan sekuritas yang
menghasilkan pendapatan tetap dari deviden tetapnya.Saham preferen
mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas deviden tetap dan hak
pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu,
saham preferen dianggap mempunyai karakteristik ditengah-tengah
antara bond dan saham biasa.
18
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Return Saham
Menurut Mohamad Samsul (2006) terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi harga saham dan return saham, baik yang bersifat makro maupun
mikro ekonomi. Faktor makro ada yang bersifat ekonomi maupun
nonekonomi.Faktor makroekonomi terinci dalam beberapa variabel ekonomi,
misalnya inflasi, suku bunga, kurs, valuta asing, tingkat pertumbuhan ekonomi,
harga bahan bakar minyak di pasar internasional, dan indeks saham
regional.Faktor makro nonekonomi mencakup peristiwa politik domestik,
peristiwa sosial, peristiwa hukum, dan peristiwa politik internasional. Sementara
itu, faktor mikroekonomi terinci dalam beberapa variabel, misalnya laba per
saham, deviden per saham, nilai buku per saham, debt equity ratio, dan rasio
keuangan lainnya.
Menurut Alwi (2003) dalam Verawati (2014) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi return saham atau tingkat pengembalian, antara lain:
1. Faktor Internal
a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti
pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk
baru, laporan produksi, laporan keamanan produk dan laporan
penjualan.
b. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti
pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas atau hutang.
19
c. Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of
director announcements) seperti perubahan dan pergantian
direkturmanajemen, dan struktur organisasi.
d. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan
merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian
dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya.
e. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti
melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan
usaha lainnya.
f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti
negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.
g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba
sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, Earnings
Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS), Price Earning
Ratio (PER), Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA),
Return On Equity (ROE), Price to Book Value (PBV), maupun
Economic Value Added (EVA), dan Market Value Added (MPV)
yang nilainya tidak tercantum dalam laporan keuangan dan lain-
lain.
2. Faktor Eksternal
a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga
tabungan deposito, kurs valuta asing, inflasi serta berbagai regulasi
dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
20
b. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan
karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan
tuntutan perusahaan terhadap manajernya.
c. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements),seperti
laporan pertemuan tahunan, insider trading, valume atau harga
saham perdagangan, pembatasan atau penundaan trading.
d. Gejolak politik luar negeri dan fluktuasi nilai tukar jugamerupakan
faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan
harga saham di bursa efek suatu negara.
e. Berbagai isu baik dalam negeri dan luar negeri.
2.1.4 Analisis Fundamental
Secara garis besar analisis dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu
pendekatan analisis teknikal dan fundamental. Analisis teknikal adalah teknik
untuk memprediksi pergerakan harga saham dan indikator pasar saham lainnya
berdasarkan pada data pasar historis seperti informasi harga dan volume. (Halim,
2005:5).Menurut Hartono (2014:188)analisis fundamental adalah analisis untuk
menghitung nilai intrinsik perusahaan dengan menggunakan data keuangan
perusahaan, nilai intrinsik perusahaan dapat diwujudkan dengan harga saham.
Dalam melakukan analisis penilai saham, investor bisa melakukan analisis
fundamental secara top-down untuk menilai prospek perusahaan. Pertama
melakukan analisis analisis terhadap faktor-faktor makro yang mempengaruhi
21
kinerja seluruh perusahaan, kemudian dilanjutkan dengan analisis industri dan
terakhir dilakukan analisis perusahaan (Tandelilin, 2010:338)
Menurut Tandelilin (2010:339) analisis ekonomi dan pasar modal
bertujuan untuk membuat keputusan alokasi penginvestasian dana di beberapa
negara atau dalam negeri dalam bentuk saham, obligasi ataupun kas. Investor
melakukan analisis terhadap berbagai alternatif keputusan tentang di mana lokasi
investasi akan dilakukan. Analisis ekonomi dilakukan karena kecenderungan
adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi
makro dan kinerja suatu pasar modal. Analisis ekonomi adalah dasar dari analisis
sekuritas, dimana jika kondisi ekonomi buruk maka kemungkinan besar tingkat
kembalian saham-saham yang beredar akan merefleksikan penurunan yang
sebanding. Namun jika kondisi ekonomi baik, maka refleksi harga saham akan
baik juga (Husnan, 2003:317).
Analisis industri menjadi tahap selanjutnya dalam analisis fundamental.
Dalam analisis industri, investor mencoba membandingkan kinerja dari berbagai
industri untuk bisa mengetahui jenis industri apa saja yang memberikan prospek
paling menjanjikan ataupun sebaliknya. Investor akan dapat menggunakan
informasi tersebut sebagai masukan untuk mempertimbangkan saham-saham dari
kelompok industri mana sajakah yang akan dimasukkan dalam portofolio yang
akan dibentuknya. Analisis industri merupakan tahap penting yang perlu
dilakukan investor, karena analisis tersebut dipercaya bisa membantu investor
untuk mengidentifikasi peluang-peluang investasi dalam industri yang
mempunyai karakteristik risiko dan return yang menguntungkan bagi investor
22
Tandelilin (2010:348). Menurut Husnan (2003: 317) terdapat beberapa langkah
dalam melakukan analisis industri. Pertama mengidentifikasi tahap kehidupan
produknya. Langkah berikutnya menganalisis industri dalam kaitannya dengan
kondisi perekonomian. Langkah ketiga analisis kualitatif terhadap industri yang
dimaksudkan untuk membantu pemodal menilai prospek industri di masa yang
akan datang.
Menurut Tandelili (2010:339) analisis perusahaan bertujuan untuk
menentukan perusahaan-perusahaan atau saham mana saja yang menguntungkan
sehingga layak dijadikan pilihan investasi. Analisis perusahaan dilakukan dengan
melakukan analisis terhadap kinerja perusahaan dengan melihat laporan keuangan
perusahaan. Analisis laporan keuangan mencakup apakah suatu aktiva dan pasiva
perusahaan dikelola secara benar, termasuk juga aktivitas pendanaannya untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Analisis kinerja keuangan dapat dilakukan dengan
menggunakan rasio-rasio dari laporan keuangan perusahaan (Wiagustini,
2010:37).
2.1.5 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan menjadi salah satu aspek penilaian yang fundamental
mengenai kondisi yang dimiliki perusahaan Nainggolan (2004) dalam Wiagustini
(2010). Horne (2005) dalam Wiagustini (2010:37) menyatakan bahwa pengukuran
kinerja kauangan meliputi hasil perhitungan rasio-rasio keuangan yang berbasis
pada laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan dan telah diaudit oleh
23
akuntan publik. Rasio-rasio keuangan dirancang untuk membantu para analis
dalam mengevaluasi suatu perusahaan berdasarkan atas laporan keuangannya.
Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan
perusahaan. Analisis laporan keuangan mencakup apakah suatu aktiva dan pasiva
perusahaan dikelola secara benar, termasuk juga aktivitas pendananaanya untuk
meningkatkan nilai perusahaan (value of the firm). Analisis keuangan juga dapat
dipergunakan sebagai kerangka kerja perencanaan dan pengendalian keuangan
(Wiagustini, 2010:37).
Pada umumnya laporan keuangan yang disusun oleh suatu perusahaan
meliputi neraca, perhitungan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan dan
catatan atas laporan keuangan. Untuk mengetahui kinerja perusahaan melalui
laporan keuangan tersebut perlu dilakukan analisis terhadap rasio-rasio keuangan.
Analisis rasio keuangan adalah suatu teknik analisis yang menghubungkan antara
satu pos dengan pos lainnya baik dalam neraca atau rugi laba maupun kombinasi
dari kedua laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan.
Tujuan dari analisis ini adalah untuk memberi informasi atau hasil interpretasi
mengenai kinerja yang dicapai perusahaan (Wiagustini, 2010:75).
Wiagustini (2010:75) mengelompokkan aspek keuangan menjadi lima
aspek yaitu aspek likuiditas, solvabilitas/leverage, profitabilitas, aktivitas dan
penilaian/pasar. Rasio yang dipakai dalam penelitian ini mewakili setiap aspek
keuangan yang ada yaitu current ratio, debt to equity ratio, net profit margin,
total assets turnover, price earning ratio dan market to book value.
24
2.1.5.1 Current Ratio (CR)
Current Ratio (CR) merupakan salah satu rasio likuiditas yang biasa
digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. CR merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek
atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan (Kasmir,
2012: 134). Seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi
kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Brigham dan Houston
(2010:134) menjelaskan bahwa CR menunjukkan sejauh apa kewajiban lancar
ditutupi oleh asset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu
dekat. CR perusahaan yangrendah mengindikasikan bahwa perusahaan kurang
modal untuk membayar utang. CR berpengaruh nyata terhadap keadaan keuangan,
kondisi ini mempengaruhi kinerja keuangan yang akan semakin baik dengan
melihat harga saham yang meningkat dan akan berdampak pada return saham
yang juga meningkat (Ilman dkk, 2011).Menurut (Kasmir, 2012:134) CR
dikatakan sebagai bentuk ukuran tingkat keamanan (margin of safety) suatu
perusahaan, karena CR tidak hanya memperhitungankan aktiva lancar yang
berupa kas tetapi juga besarnya piutang dan persediaan yang dimiliki oleh
perusahaan.
Malintan (2012) menjelaskan bahwa CR yang rendah akan berakibat pada
menurunnya harga pasar saham perusahaan bersangkutan. Rendahnya CR
membuat investor merasa kurang memiliki jaminan atas investasi yang dilakukan
karena perusahaan memiliki kemampuan financial yang tidak baik untuk melunasi
kewajibannya.Semakin besar CR yang dimiliki menunjukkan besarnya
25
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya terutama
modal kerja yang sangat penting untuk menjaga performance kinerja perusahaan
yang pada akhirnya memengaruhi harga saham. Hal ini dapat memberikan
keyakinan pada investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut sehingga
dapat meningkatkan return saham. Semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen yang secara otomatis akan meningkatkan return saham
dipengaruhi oleh tingginya tingkat likuiditas.
2.1.5.2 Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan
untukmenilai utang dengan ekuitas. Menurut Arista dan Astohar (2012) rasio ini
menunjukkan dan menggambarkan komposisi atau struktur modal dari
perbandingan total hutang dengan total ekuitas (modal) perusahaan yang
digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. DER berfungsi untuk mengetahui
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.DER
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban yang
ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri atau ekuitas yang digunakan
untuk membayar hutang. DER memberikan jaminan tentang seberapa besar
hutang perusahaan dijamin modal sendiri (Arisandi, 2014). Menurut Ang (1997)
dan Nathaniel (2008) mengungkapkan bahwa rasio yang dapat mempengaruhi
return saham adalah DER. Sejalan dengan pernyataan tersebut Samsul (2006)
menyebutkan salah satu faktor internal yang mempengaruhi return saham adalah
26
DER. DER berguna untuk mengetahui seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai
dari hutang (Kasmir, 2012:166).
Kasmir (2012:158) menyatakan bahwa semakin besar DER, akan semakin
tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas
kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan.Semakin tingginya DER, maka
akan menunjukkan semakin besarnya ketergantungan perusahaan terhadap pihak
luar (kreditur) sehingga tingkat resiko perusahaan semakin besar. Besarnya
penggunaan hutang merupakan signal yang disampaikan oleh perusahaan kepada
pasar, investor akan menangkap hal ini sebagai signal yang kurang baik untuk
berinvestasi pada perusahaan. Perusahaan yang menggunakan hutang berlebihan
dapat mempersulit posisi perusahaan.
Semakin tinggi DER maka akan menunjukkan komposisi total utang yang
semakin besar dibandingkan dengan total modal sendiri sehingga akan
meningkatkan tingkat resiko investor karena hal tersebut akan berdampak pada
menurunnya harga saham (Malintan, 2012). Menurut Bringham dan Houston
(2006:17), semakin tinggi risiko dari penggunaan lebih banyak utang akan
cendrung menurunkan harga saham. Investor perlu memperhatikan kesehatan
perusahaan melalui perbandingan antara modal sendiri dan modal pinjaman.
Modal sendiri yang lebih besar dari modal pinjaman, maka perusahaan tidak akan
mudah bangkrut (Samsul, 2006:204).
27
2.1.5.3 Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) merupakan ukuran keuntungan dengan
membandingkan antara laba bersih dengan penjualan. NPM menggambarkan
besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan yang
dilakukan (Astiti dkk, 2014). Rasio ini mencerminkan hasil akhir operasi
perusahaan yang mencerminkan penghasilan bersih perusahaan dan memberikan
gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai prosentase dari
penjualan. Menurut Ginting dan Edward (2013) NPM merupakan salah satu rasio
yang umum digunakan dalam analisis fundamental, karena umumnya investor
akan menaruh perhatian besar pada besarnya angka laba yang diperoleh
perusahaan
Menurut Susilowati dan Turyanto (2011)semakin tinggi rasio net profit
margin berarti laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan juga semakin besar hal
tersebut akan menarik minat investor untuk melakukan transaksi dengan
perusahaan yang bersangkutan, karena secara teori jika kemampuan emiten dalam
menghasilkan laba semakin besar maka harga saham perusahaan dipasar modal
juga akan mengalami peningkatan. Mendukung pernyataan tersebut Suarjaya dan
Rahyuda (2013) menjelaskan NPM perusahaan yang meningkat akan
menyebabkan investor memburu suatu saham perusahaan sehingga akibatnya
return perusahaan tersebut akan meningkat.
28
2.1.5.4 Total Asset Turnover (TATO)
Total Assets Turnover (TATO)merupakan salah satu rasio aktivitas yang
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva
yang dimilikinya. Rasio ini berguna untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas)
pemanfaatan sumber daya perusahaan. TATO mengukur perputaran semua aktiva
yang dimiliki perusahaan dan mengukur jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap
aktiva.Menurut Jatismara (2011) pada sektor non keuangan, aktivitas usaha yang
dilakukan melibatkan kebutuhan investasi dalam bentuk mesin-mesin produksi
maupun aktiva produktif lainnya yang merupakan bagian besar dari total aktiva
yang dimiliki perusahaan yang dimanfaatkan untuk mendapatkan return atas
investasi. Ini dapat menunjukkan efektivitas pemanfaatan total aktiva dalam
menghasilkan laba perusahaan. Rasio ini menunjukkan seberapa baik tingkat
efisien dalam seluruh aktivitas perusahaan untuk menunjang kegiatan penjualan.
Penempatan dana yang tidak sesuai kebutuhan akan mengakibatkan
profitabilitas perusahaan tidak sebaik yang seharusnya.Posisi penjualanyang
tinggi, maka perusahaan akanmengharapkan laba yang tinggi pula. Nilai TATO
yang semakin besar menunjukkan nilai penjualannya juga semakin besar dan
harapan memperoleh laba juga semakin besar pula Sari (2012).Rasio TATO yang
rendah mengindikasikan bahwa perusahaan beroperasi pada volume yang
memadai bagi kapasitas investasinya.
Meningkatnya nilai TATO berarti penjualan bersih mengalami
peningkatan, peningkatan ini akan mengakibatkan peningkatan laba perusahaan.
Laba perusahaan yang meningkat akan direspon baik oleh investor karena
29
mengindikasihan harga saham yang tinggi, pada akhirnya akan meningkatkan
return perusahaan.
2.1.5 Pengakuan Pasar
Menurut Wiagustini (2010:77) penilaian/pasar adalah menunjukkan
pengakuan pasar terhadap kondisi keuangan yang dicapai perusahaan atau
mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasarnya diatas biaya
investasi. Aspek penilaian/pasar bisa dilihat dari perbandingan antara harga pasar
saham dengan posisi keuangan perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan
semakin tinggi pengakuan pasar terhadap posisi keuangan perusahaan.
Rasio nilai pasar (market value ratio) berhubungan dengan harga saham
perusahaan terhadap laba, arus kas, dan nilai buku per sahamnya. Rasio ini
memberikan indikasi bagi manajemen tentang bagaimana pandangan investor
terhadap risiko dan prospek perusahaan di masa depan. Rasio likuiditas,
manajemen asset, manajemen utang, dan profitabilitas jika semuanya terlihat baik
dan kondisi ini berjalan terus menerus secara stabil maka rasio nilai pasar juga
akan tinggi, harga saham kemungkinan tinggi sesuai dengan yang diperkirakan
(Brigham dan Houston, 2010:150). Menurut Bodie et al (2006:300) rasio PER dan
MBV merupakan dua rasio harga pasar yang penting.
30
2.1.5.1 Price Earning Ratio (PER)
Menurut Farkhan dan Ika (2012) PER merupakan rasio yang menunjukan
seberapa banyak investor bersedia membayar per saham. Rasio
PERmenghubungkan antara harga pasar per lembar saham dengan EPSnya dari
saham yang bersangkutan. PER dapat menjadi indikator perkembangan atau
pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang (prospects of the firm).Bagi
para investor semakin tinggi rasio harga terhadap laba (price earning ratio) maka
pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan (Fahmi,
2012:97). Informasi PER mengidentifikasikan besarnya rupiah yang harus
dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah laba perusahaan (Tandelili,
2010:375).
Semakin tinggi PER menunjukkan prospek harga saham suatu perusahaan
dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya,
sehingga PER yang semakin tinggi juga menunjukkan semakin mahal saham
tersebut terhadap pendapatannya. Harga saham yang semakin tinggi maka
mengakibatkan selisih harga saham periode sekarang dengan periode sebelumnya
semakin besar, sehingga capital gain juga semakin meningkat, hal ini disebabkan
karena capital gain (actual return) dihitung dari selisih antara harga saham
periode sekarang dengan harga saham periode sebelumnya(Malintan, 2012).
31
2.1.5.2 Market to Book Value (MBV)
Menurut Putra dan Dana (2014) MBVmerupakan rasio penilaian pasar
yang menunjukan perbandingan antara harga saham di pasar dengan nilai buku
saham. Rasio MBV memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan.
Tingginya nilai MBV suatu perusahaan menyebabkan semakin tinggi juga
penilaian investor terhadap perusahaan tersebut dibandingkan dengan dana yang
di tanamkan oleh investor pada perusahaan. Semakin tinggi penilaian investor
terhadap suatu perusahaan maka akan menyebabkan perusahaan tersebut semakin
diminati, sehingga akan menyebabkan harga saham perusahaan meningkat. Harga
saham yang meningkat akan mengindikasikan return yang meningkat.
Menurut Brigham dan Houston (2010:152) menyatakan perusahaan yang
dipandang baik oleh investor dijual dengan MBV yang tinggi. Semakin tinggi
MBV, maka semakin tinggi pula penilaian investor terhadap perusahaan. Apabila
suatu perusahaan mempunyai nilai yang tinggi menurut persepsi investor, maka
harga saham menjadi mahal di pasaran sehingga berdampak pada peningkatan
return saham.
2.1.6 Return Saham
Menurut Hartono (2013:235) return merupakan hasil yang diperoleh dari
investasi.Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor
berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung
risiko atas investasi yang dilakukannya. Return menjadi alasan utama investor
didalam berinvestasi (Tandelilin, 2010:102).
32
Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return
ekspektasian yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa
mendatang. Return realisasian (realized return) merupakan return yang telah
terjadi. Return realisasi dihitung menggunakan data historis. Return realisasian
penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan.
Return realisasian atau return histori ini juga berguna sebagai dasar penentuan
return ekspektasian (expected return) dan risiko dimasa datang. Return
ekspektasian (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasian yang sifatnya
sudah terjadi, return realisasian sifatnya belum terjadi.Semakin besar return yang
diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar juga risikonya, sehingga
dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko Putra
dan Dana (2014).
Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu
yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang
mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari
suatu investasi. Capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return
merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (bisa saham maupun
surat hutang jangka panjang), yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi
investor (Tandelilin, 2010:102).
33
2.2 Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh Current Ratio terhadap return saham
Current Ratio (CR)merupakan salah satu rasio likuiditas yang biasa
digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Semakin besar CR yang dimiliki
menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kebutuhanoperasionalnya terutama modal kerja yang sangat penting untuk
menjaga kinerja perusahaan yang pada akhirnya memengaruhi harga saham. Hal
ini dapat memberikan keyakinan pada investor untuk memiliki saham perusahaan
tersebut sehingga dapat meningkatkan return saham.Penjelasan tersebut didukung
oleh penelitian yang dlakukan oleh Hutauruk et al (2014), Prasetio (2012), Ratna
(2009) dan Ulupui (2007) yang menyatakan bahwa CRberpengaruh positif
signifikan terhadap return saham.
H1 : Current ratio berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
2.2.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap return saham
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk
menilai utang dengan ekuitas. Semakin tinggi DER maka akan menunjukkan
komposisi total utang yang semakin besar dibandingkan dengan total modal
sendiri sehingga akan meningkatkan tingkat resiko investor karena hal tersebut
akan berdampak pada menurunnya harga saham (Malintan, 2012).Menurut
penelitian yang dilakukan Arista dan Astohar (2012) menyatakan bahwa DER
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Hasil ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Sakti (2010), Sugiarto (2011) dan Hatta dan
34
Dwiyanto (2012) yang menyatakan bahwa DER berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap return saham.
H2 : Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap return
saham.
2.2.3 Pengaruh Net Profit Margin terhadap return saham
Net Profit Margin (NPM) merupakan ukuran keuntungan dengan
membandingkan antara laba bersih dengan penjualan. NPM berfungsi untuk
mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya.
NPM perusahaan yang meningkat akan menyebabkan investor memburu suatu
saham perusahaan sehingga akibatnya return perusahaan tersebut akan meningkat
pula (Suarjaya dan Rahyuda, 2013). Menurut Martaniet al (2009) dalam
penelitiannya menemukan bahwa rasio NPM berpengaruh positif signifikan
terhadap return saham. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Astiti dkk (2014) yang memberikan hasil penelitian bahwa rasio NPM
berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
H3 : Net Profit Marginberpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
2.2.4 Pengaruh Total Assets Turnover terhadap return saham
Total Assets Turnover (TATO)merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur
jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap aktiva. Bila nilai TATO ditingkatkan
35
berarti terjadi kenaikan penjualan bersih perusahaan, peningkatan penjualan bersih
perusahaan akan mendorong peningkatan laba yang akan direspon dengan
peningkatan harga saham perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan
return saham perusahaan.
Menurut ghasempour (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa total
assets turnover berhubungan positif signifikan dengan return saham. Sejalan
dengan penelitian tersebut Pasaribu (2008), Sari (2012) dan Kusumo (2011) juga
memperoleh hasil bahwa TATO berpengaruh positif signifikan terhadap return
saham. Berdasarkan bukti empiris tersebut peneliti merumuskan hipotesis sebagai
berikut .
H4 : Total Assets Turnover berpengaruh positif signifikan terhadap
returnsaham.
2.2.5 Pengaruh Price Earning Ratio terhadap return saham
Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio perbandingan antara harga
saham dengan pendapatan setiap lembar saham, dan merupakan indikator
perkembangan atau pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang (prospects
of the firm).Semakin tinggi PER menunjukkan prospek harga saham suatu
perusahaan dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar
sahamnya, sehingga PER yang semakin tinggi juga menunjukkan semakin mahal
saham tersebut terhadap pendapatannya. Menurut hasil penelitian Hattadan
Dwiyanto (2012), Karami dan Talaeei (2013) dan Arslan dan Zaman (2014) PER
berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
36
H5 : Price Earning Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap returnsaham.
2.2.6 Pengaruh Book to Market Ratio terhadapreturn saham
Market to book value (MBV)merupakan rasio penilaian pasar
yangmenunjukan perbandingan antara harga saham di pasar dengan nilai buku
saham. Semakin tinggi penilaian investor terhadap suatu perusahaan maka akan
menyebabkan perusahaan tersebut semakin diminati, sehingga akan menyebabkan
harga saham perusahaan meningkat. Harga saham yang meningkat akan
mengindikasikan return yang meningkat.
Menurut Putra dan Dana (2014), Margaretha (2008) menemukan hasil
bahwa Market to Book Value (MBV) berpengaruh positif signifikan terhadap
return saham. Sejalan dengan penelitian tersebut Karami dan Talaeei (2013)
menyatakan bahwa MBV berhubungan signifikan terhadap return saham.
H6 : Market to Book Valueberpengaruh positif signifikan terhadap return saham.