23
14 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Investasi Menurut Tandelilin (2010:2) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana dan sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu yang tertentu (Hartono, 2009:5). Menurut Halim (2005:4) investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Seorang invetor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut. Dapat disimpulkan bahwa investasi adalah penempatan sejumlah dana dan sumber daya lainnya selama periode waktu tertentu untuk memperoleh keuntungan dari kenaikan saham maupun deviden sesuai dengan waktu dan risiko yang dihadapi. Tujuan seseorang melakukan investasi pada dasarnya adalah untuk menghasilkan sejumlah uang. Secara lebih luas tujuan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Menurut Tandelilin (2010:8) tujuan investasi secara lebih khusus, ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 … II.pdf17 b. Hak menerima pembagian keuntungan Pemegang saham biasa berhak mendapat bagian dari keuntungan perusahaan. Tidak semua

Embed Size (px)

Citation preview

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Investasi

Menurut Tandelilin (2010:2) investasi adalah komitmen atas sejumlah

dana dan sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan

memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Investasi adalah penundaan

konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu

yang tertentu (Hartono, 2009:5). Menurut Halim (2005:4) investasi merupakan

penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh

keuntungan di masa mendatang. Seorang invetor membeli sejumlah saham saat ini

dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun

sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan

risiko yang terkait dengan investasi tersebut. Dapat disimpulkan bahwa investasi

adalah penempatan sejumlah dana dan sumber daya lainnya selama periode waktu

tertentu untuk memperoleh keuntungan dari kenaikan saham maupun deviden

sesuai dengan waktu dan risiko yang dihadapi.

Tujuan seseorang melakukan investasi pada dasarnya adalah untuk

menghasilkan sejumlah uang. Secara lebih luas tujuan investasi adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan investor. Menurut Tandelilin (2010:8) tujuan

investasi secara lebih khusus, ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan

investasi, antara lain sebagai berikut :

15

a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.

Seseorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf

hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana

mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak

berkurang di masa yang akan datang.

b. Mengurangi tekanan inflasi. Melakukan investasi dalam pemilikan

perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari

risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya

pengaruh inflasi.

c. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa Negara di dunia banyak

melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di

masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat

yang melakukan investasi pada bidang usaha tertentu.

Menurut Fahmi (2012:3) untuk mencapai efektivitas dan efisiensi dalam

suatu keputusan, diperlukan ketegasan terhadap tujuan yang diharapkan. Begitu

pula hanya dalam bidang investasi, kita perlu menetapkan tujuan yang hendak

dicapai. Tujuan tersebut antara lain :

1. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut,

2. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan

(profit actual),

3. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham,

4. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa.

16

2.1.2 Saham

Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham

(stock). Surat saham adalah dokumen sebagai bukti kepemilikan suatu perusahaan.

Perusahaan ketika memperoleh keuntungan, maka setiap pemegang saham berhak

atas bagian laba yang dibagikan atau dividen sesuai dengan proporsi

kepemilikannya (Zubir, 2011:4). Menurut (Samsul, 2006:45) saham adalah tanda

bukti memiliki perusahaan di mana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang

saham (shareholder atau stockholder). Dalam pasar modal ada dua jenis saham

yang paling dikenal oleh publik, yaitu :

1. Saham biasa

Saham biasa (common stock) adalah sertifikat yang menunjukkan bukti

kepemilikan suatu perusahaan. Perusahaan hanya mengeluarkan satu

kelas saham saja, saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa

(common stock). Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan

yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi

perusahaan. Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasanya

mempunyai beberapa hak. Beberapa hak yang dimiliki oleh pemegang

saham biasa adalah hak control, hak meneriman pembagian

keuntungan, hak preemptive dan hak klaim sisa.

a. Hak kontrol

Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan

direksi. Ini berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk

mengontrol siapa yang akan memimpin perusahaannya.

17

b. Hak menerima pembagian keuntungan

Pemegang saham biasa berhak mendapat bagian dari keuntungan

perusahaan. Tidak semua laba dibagikan, sebagian laba akan

ditanamkan kembali ke dalam perusahaan.

c. Hak preemptif

Hak preemptif merupakan hak untuk mendapatkan persentase

pemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan

lembar saham. Hak preemtif memberi prioritas kepada pemegang

saham lama untuk membeli tambahan saham yang baru, sehingga

presentase kepemilikannya tidak berubah.

2. Saham preferen

Saham preferen (preferred stock) merupakan satu jenis sekuritas

ekuitas yang berbeda dalam beberapa hal dengan saham biasa. Saham

preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara

obligasi dan saham biasa. Saham preferen serupa dengan saham biasa

karen merupakan ekuitas yang menyatakan kepemilikan, membayar

deviden, dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo. Saham preferen

juga serupa dengan obligasi karena merupakan sekuritas yang

menghasilkan pendapatan tetap dari deviden tetapnya.Saham preferen

mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas deviden tetap dan hak

pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu,

saham preferen dianggap mempunyai karakteristik ditengah-tengah

antara bond dan saham biasa.

18

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Return Saham

Menurut Mohamad Samsul (2006) terdapat banyak faktor yang

mempengaruhi harga saham dan return saham, baik yang bersifat makro maupun

mikro ekonomi. Faktor makro ada yang bersifat ekonomi maupun

nonekonomi.Faktor makroekonomi terinci dalam beberapa variabel ekonomi,

misalnya inflasi, suku bunga, kurs, valuta asing, tingkat pertumbuhan ekonomi,

harga bahan bakar minyak di pasar internasional, dan indeks saham

regional.Faktor makro nonekonomi mencakup peristiwa politik domestik,

peristiwa sosial, peristiwa hukum, dan peristiwa politik internasional. Sementara

itu, faktor mikroekonomi terinci dalam beberapa variabel, misalnya laba per

saham, deviden per saham, nilai buku per saham, debt equity ratio, dan rasio

keuangan lainnya.

Menurut Alwi (2003) dalam Verawati (2014) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi return saham atau tingkat pengembalian, antara lain:

1. Faktor Internal

a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti

pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk

baru, laporan produksi, laporan keamanan produk dan laporan

penjualan.

b. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti

pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas atau hutang.

19

c. Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of

director announcements) seperti perubahan dan pergantian

direkturmanajemen, dan struktur organisasi.

d. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan

merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian

dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya.

e. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti

melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan

usaha lainnya.

f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti

negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.

g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba

sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, Earnings

Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS), Price Earning

Ratio (PER), Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA),

Return On Equity (ROE), Price to Book Value (PBV), maupun

Economic Value Added (EVA), dan Market Value Added (MPV)

yang nilainya tidak tercantum dalam laporan keuangan dan lain-

lain.

2. Faktor Eksternal

a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga

tabungan deposito, kurs valuta asing, inflasi serta berbagai regulasi

dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

20

b. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan

karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan

tuntutan perusahaan terhadap manajernya.

c. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements),seperti

laporan pertemuan tahunan, insider trading, valume atau harga

saham perdagangan, pembatasan atau penundaan trading.

d. Gejolak politik luar negeri dan fluktuasi nilai tukar jugamerupakan

faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan

harga saham di bursa efek suatu negara.

e. Berbagai isu baik dalam negeri dan luar negeri.

2.1.4 Analisis Fundamental

Secara garis besar analisis dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu

pendekatan analisis teknikal dan fundamental. Analisis teknikal adalah teknik

untuk memprediksi pergerakan harga saham dan indikator pasar saham lainnya

berdasarkan pada data pasar historis seperti informasi harga dan volume. (Halim,

2005:5).Menurut Hartono (2014:188)analisis fundamental adalah analisis untuk

menghitung nilai intrinsik perusahaan dengan menggunakan data keuangan

perusahaan, nilai intrinsik perusahaan dapat diwujudkan dengan harga saham.

Dalam melakukan analisis penilai saham, investor bisa melakukan analisis

fundamental secara top-down untuk menilai prospek perusahaan. Pertama

melakukan analisis analisis terhadap faktor-faktor makro yang mempengaruhi

21

kinerja seluruh perusahaan, kemudian dilanjutkan dengan analisis industri dan

terakhir dilakukan analisis perusahaan (Tandelilin, 2010:338)

Menurut Tandelilin (2010:339) analisis ekonomi dan pasar modal

bertujuan untuk membuat keputusan alokasi penginvestasian dana di beberapa

negara atau dalam negeri dalam bentuk saham, obligasi ataupun kas. Investor

melakukan analisis terhadap berbagai alternatif keputusan tentang di mana lokasi

investasi akan dilakukan. Analisis ekonomi dilakukan karena kecenderungan

adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi

makro dan kinerja suatu pasar modal. Analisis ekonomi adalah dasar dari analisis

sekuritas, dimana jika kondisi ekonomi buruk maka kemungkinan besar tingkat

kembalian saham-saham yang beredar akan merefleksikan penurunan yang

sebanding. Namun jika kondisi ekonomi baik, maka refleksi harga saham akan

baik juga (Husnan, 2003:317).

Analisis industri menjadi tahap selanjutnya dalam analisis fundamental.

Dalam analisis industri, investor mencoba membandingkan kinerja dari berbagai

industri untuk bisa mengetahui jenis industri apa saja yang memberikan prospek

paling menjanjikan ataupun sebaliknya. Investor akan dapat menggunakan

informasi tersebut sebagai masukan untuk mempertimbangkan saham-saham dari

kelompok industri mana sajakah yang akan dimasukkan dalam portofolio yang

akan dibentuknya. Analisis industri merupakan tahap penting yang perlu

dilakukan investor, karena analisis tersebut dipercaya bisa membantu investor

untuk mengidentifikasi peluang-peluang investasi dalam industri yang

mempunyai karakteristik risiko dan return yang menguntungkan bagi investor

22

Tandelilin (2010:348). Menurut Husnan (2003: 317) terdapat beberapa langkah

dalam melakukan analisis industri. Pertama mengidentifikasi tahap kehidupan

produknya. Langkah berikutnya menganalisis industri dalam kaitannya dengan

kondisi perekonomian. Langkah ketiga analisis kualitatif terhadap industri yang

dimaksudkan untuk membantu pemodal menilai prospek industri di masa yang

akan datang.

Menurut Tandelili (2010:339) analisis perusahaan bertujuan untuk

menentukan perusahaan-perusahaan atau saham mana saja yang menguntungkan

sehingga layak dijadikan pilihan investasi. Analisis perusahaan dilakukan dengan

melakukan analisis terhadap kinerja perusahaan dengan melihat laporan keuangan

perusahaan. Analisis laporan keuangan mencakup apakah suatu aktiva dan pasiva

perusahaan dikelola secara benar, termasuk juga aktivitas pendanaannya untuk

meningkatkan nilai perusahaan. Analisis kinerja keuangan dapat dilakukan dengan

menggunakan rasio-rasio dari laporan keuangan perusahaan (Wiagustini,

2010:37).

2.1.5 Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan menjadi salah satu aspek penilaian yang fundamental

mengenai kondisi yang dimiliki perusahaan Nainggolan (2004) dalam Wiagustini

(2010). Horne (2005) dalam Wiagustini (2010:37) menyatakan bahwa pengukuran

kinerja kauangan meliputi hasil perhitungan rasio-rasio keuangan yang berbasis

pada laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan dan telah diaudit oleh

23

akuntan publik. Rasio-rasio keuangan dirancang untuk membantu para analis

dalam mengevaluasi suatu perusahaan berdasarkan atas laporan keuangannya.

Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan

perusahaan. Analisis laporan keuangan mencakup apakah suatu aktiva dan pasiva

perusahaan dikelola secara benar, termasuk juga aktivitas pendananaanya untuk

meningkatkan nilai perusahaan (value of the firm). Analisis keuangan juga dapat

dipergunakan sebagai kerangka kerja perencanaan dan pengendalian keuangan

(Wiagustini, 2010:37).

Pada umumnya laporan keuangan yang disusun oleh suatu perusahaan

meliputi neraca, perhitungan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan dan

catatan atas laporan keuangan. Untuk mengetahui kinerja perusahaan melalui

laporan keuangan tersebut perlu dilakukan analisis terhadap rasio-rasio keuangan.

Analisis rasio keuangan adalah suatu teknik analisis yang menghubungkan antara

satu pos dengan pos lainnya baik dalam neraca atau rugi laba maupun kombinasi

dari kedua laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan.

Tujuan dari analisis ini adalah untuk memberi informasi atau hasil interpretasi

mengenai kinerja yang dicapai perusahaan (Wiagustini, 2010:75).

Wiagustini (2010:75) mengelompokkan aspek keuangan menjadi lima

aspek yaitu aspek likuiditas, solvabilitas/leverage, profitabilitas, aktivitas dan

penilaian/pasar. Rasio yang dipakai dalam penelitian ini mewakili setiap aspek

keuangan yang ada yaitu current ratio, debt to equity ratio, net profit margin,

total assets turnover, price earning ratio dan market to book value.

24

2.1.5.1 Current Ratio (CR)

Current Ratio (CR) merupakan salah satu rasio likuiditas yang biasa

digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. CR merupakan rasio untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek

atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan (Kasmir,

2012: 134). Seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi

kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Brigham dan Houston

(2010:134) menjelaskan bahwa CR menunjukkan sejauh apa kewajiban lancar

ditutupi oleh asset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu

dekat. CR perusahaan yangrendah mengindikasikan bahwa perusahaan kurang

modal untuk membayar utang. CR berpengaruh nyata terhadap keadaan keuangan,

kondisi ini mempengaruhi kinerja keuangan yang akan semakin baik dengan

melihat harga saham yang meningkat dan akan berdampak pada return saham

yang juga meningkat (Ilman dkk, 2011).Menurut (Kasmir, 2012:134) CR

dikatakan sebagai bentuk ukuran tingkat keamanan (margin of safety) suatu

perusahaan, karena CR tidak hanya memperhitungankan aktiva lancar yang

berupa kas tetapi juga besarnya piutang dan persediaan yang dimiliki oleh

perusahaan.

Malintan (2012) menjelaskan bahwa CR yang rendah akan berakibat pada

menurunnya harga pasar saham perusahaan bersangkutan. Rendahnya CR

membuat investor merasa kurang memiliki jaminan atas investasi yang dilakukan

karena perusahaan memiliki kemampuan financial yang tidak baik untuk melunasi

kewajibannya.Semakin besar CR yang dimiliki menunjukkan besarnya

25

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya terutama

modal kerja yang sangat penting untuk menjaga performance kinerja perusahaan

yang pada akhirnya memengaruhi harga saham. Hal ini dapat memberikan

keyakinan pada investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut sehingga

dapat meningkatkan return saham. Semakin besar kemampuan perusahaan untuk

membayar dividen yang secara otomatis akan meningkatkan return saham

dipengaruhi oleh tingginya tingkat likuiditas.

2.1.5.2 Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan

untukmenilai utang dengan ekuitas. Menurut Arista dan Astohar (2012) rasio ini

menunjukkan dan menggambarkan komposisi atau struktur modal dari

perbandingan total hutang dengan total ekuitas (modal) perusahaan yang

digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. DER berfungsi untuk mengetahui

setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.DER

mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban yang

ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri atau ekuitas yang digunakan

untuk membayar hutang. DER memberikan jaminan tentang seberapa besar

hutang perusahaan dijamin modal sendiri (Arisandi, 2014). Menurut Ang (1997)

dan Nathaniel (2008) mengungkapkan bahwa rasio yang dapat mempengaruhi

return saham adalah DER. Sejalan dengan pernyataan tersebut Samsul (2006)

menyebutkan salah satu faktor internal yang mempengaruhi return saham adalah

26

DER. DER berguna untuk mengetahui seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai

dari hutang (Kasmir, 2012:166).

Kasmir (2012:158) menyatakan bahwa semakin besar DER, akan semakin

tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas

kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan.Semakin tingginya DER, maka

akan menunjukkan semakin besarnya ketergantungan perusahaan terhadap pihak

luar (kreditur) sehingga tingkat resiko perusahaan semakin besar. Besarnya

penggunaan hutang merupakan signal yang disampaikan oleh perusahaan kepada

pasar, investor akan menangkap hal ini sebagai signal yang kurang baik untuk

berinvestasi pada perusahaan. Perusahaan yang menggunakan hutang berlebihan

dapat mempersulit posisi perusahaan.

Semakin tinggi DER maka akan menunjukkan komposisi total utang yang

semakin besar dibandingkan dengan total modal sendiri sehingga akan

meningkatkan tingkat resiko investor karena hal tersebut akan berdampak pada

menurunnya harga saham (Malintan, 2012). Menurut Bringham dan Houston

(2006:17), semakin tinggi risiko dari penggunaan lebih banyak utang akan

cendrung menurunkan harga saham. Investor perlu memperhatikan kesehatan

perusahaan melalui perbandingan antara modal sendiri dan modal pinjaman.

Modal sendiri yang lebih besar dari modal pinjaman, maka perusahaan tidak akan

mudah bangkrut (Samsul, 2006:204).

27

2.1.5.3 Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM) merupakan ukuran keuntungan dengan

membandingkan antara laba bersih dengan penjualan. NPM menggambarkan

besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan yang

dilakukan (Astiti dkk, 2014). Rasio ini mencerminkan hasil akhir operasi

perusahaan yang mencerminkan penghasilan bersih perusahaan dan memberikan

gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai prosentase dari

penjualan. Menurut Ginting dan Edward (2013) NPM merupakan salah satu rasio

yang umum digunakan dalam analisis fundamental, karena umumnya investor

akan menaruh perhatian besar pada besarnya angka laba yang diperoleh

perusahaan

Menurut Susilowati dan Turyanto (2011)semakin tinggi rasio net profit

margin berarti laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan juga semakin besar hal

tersebut akan menarik minat investor untuk melakukan transaksi dengan

perusahaan yang bersangkutan, karena secara teori jika kemampuan emiten dalam

menghasilkan laba semakin besar maka harga saham perusahaan dipasar modal

juga akan mengalami peningkatan. Mendukung pernyataan tersebut Suarjaya dan

Rahyuda (2013) menjelaskan NPM perusahaan yang meningkat akan

menyebabkan investor memburu suatu saham perusahaan sehingga akibatnya

return perusahaan tersebut akan meningkat.

28

2.1.5.4 Total Asset Turnover (TATO)

Total Assets Turnover (TATO)merupakan salah satu rasio aktivitas yang

digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva

yang dimilikinya. Rasio ini berguna untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas)

pemanfaatan sumber daya perusahaan. TATO mengukur perputaran semua aktiva

yang dimiliki perusahaan dan mengukur jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap

aktiva.Menurut Jatismara (2011) pada sektor non keuangan, aktivitas usaha yang

dilakukan melibatkan kebutuhan investasi dalam bentuk mesin-mesin produksi

maupun aktiva produktif lainnya yang merupakan bagian besar dari total aktiva

yang dimiliki perusahaan yang dimanfaatkan untuk mendapatkan return atas

investasi. Ini dapat menunjukkan efektivitas pemanfaatan total aktiva dalam

menghasilkan laba perusahaan. Rasio ini menunjukkan seberapa baik tingkat

efisien dalam seluruh aktivitas perusahaan untuk menunjang kegiatan penjualan.

Penempatan dana yang tidak sesuai kebutuhan akan mengakibatkan

profitabilitas perusahaan tidak sebaik yang seharusnya.Posisi penjualanyang

tinggi, maka perusahaan akanmengharapkan laba yang tinggi pula. Nilai TATO

yang semakin besar menunjukkan nilai penjualannya juga semakin besar dan

harapan memperoleh laba juga semakin besar pula Sari (2012).Rasio TATO yang

rendah mengindikasikan bahwa perusahaan beroperasi pada volume yang

memadai bagi kapasitas investasinya.

Meningkatnya nilai TATO berarti penjualan bersih mengalami

peningkatan, peningkatan ini akan mengakibatkan peningkatan laba perusahaan.

Laba perusahaan yang meningkat akan direspon baik oleh investor karena

29

mengindikasihan harga saham yang tinggi, pada akhirnya akan meningkatkan

return perusahaan.

2.1.5 Pengakuan Pasar

Menurut Wiagustini (2010:77) penilaian/pasar adalah menunjukkan

pengakuan pasar terhadap kondisi keuangan yang dicapai perusahaan atau

mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasarnya diatas biaya

investasi. Aspek penilaian/pasar bisa dilihat dari perbandingan antara harga pasar

saham dengan posisi keuangan perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan

semakin tinggi pengakuan pasar terhadap posisi keuangan perusahaan.

Rasio nilai pasar (market value ratio) berhubungan dengan harga saham

perusahaan terhadap laba, arus kas, dan nilai buku per sahamnya. Rasio ini

memberikan indikasi bagi manajemen tentang bagaimana pandangan investor

terhadap risiko dan prospek perusahaan di masa depan. Rasio likuiditas,

manajemen asset, manajemen utang, dan profitabilitas jika semuanya terlihat baik

dan kondisi ini berjalan terus menerus secara stabil maka rasio nilai pasar juga

akan tinggi, harga saham kemungkinan tinggi sesuai dengan yang diperkirakan

(Brigham dan Houston, 2010:150). Menurut Bodie et al (2006:300) rasio PER dan

MBV merupakan dua rasio harga pasar yang penting.

30

2.1.5.1 Price Earning Ratio (PER)

Menurut Farkhan dan Ika (2012) PER merupakan rasio yang menunjukan

seberapa banyak investor bersedia membayar per saham. Rasio

PERmenghubungkan antara harga pasar per lembar saham dengan EPSnya dari

saham yang bersangkutan. PER dapat menjadi indikator perkembangan atau

pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang (prospects of the firm).Bagi

para investor semakin tinggi rasio harga terhadap laba (price earning ratio) maka

pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan (Fahmi,

2012:97). Informasi PER mengidentifikasikan besarnya rupiah yang harus

dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah laba perusahaan (Tandelili,

2010:375).

Semakin tinggi PER menunjukkan prospek harga saham suatu perusahaan

dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya,

sehingga PER yang semakin tinggi juga menunjukkan semakin mahal saham

tersebut terhadap pendapatannya. Harga saham yang semakin tinggi maka

mengakibatkan selisih harga saham periode sekarang dengan periode sebelumnya

semakin besar, sehingga capital gain juga semakin meningkat, hal ini disebabkan

karena capital gain (actual return) dihitung dari selisih antara harga saham

periode sekarang dengan harga saham periode sebelumnya(Malintan, 2012).

31

2.1.5.2 Market to Book Value (MBV)

Menurut Putra dan Dana (2014) MBVmerupakan rasio penilaian pasar

yang menunjukan perbandingan antara harga saham di pasar dengan nilai buku

saham. Rasio MBV memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan.

Tingginya nilai MBV suatu perusahaan menyebabkan semakin tinggi juga

penilaian investor terhadap perusahaan tersebut dibandingkan dengan dana yang

di tanamkan oleh investor pada perusahaan. Semakin tinggi penilaian investor

terhadap suatu perusahaan maka akan menyebabkan perusahaan tersebut semakin

diminati, sehingga akan menyebabkan harga saham perusahaan meningkat. Harga

saham yang meningkat akan mengindikasikan return yang meningkat.

Menurut Brigham dan Houston (2010:152) menyatakan perusahaan yang

dipandang baik oleh investor dijual dengan MBV yang tinggi. Semakin tinggi

MBV, maka semakin tinggi pula penilaian investor terhadap perusahaan. Apabila

suatu perusahaan mempunyai nilai yang tinggi menurut persepsi investor, maka

harga saham menjadi mahal di pasaran sehingga berdampak pada peningkatan

return saham.

2.1.6 Return Saham

Menurut Hartono (2013:235) return merupakan hasil yang diperoleh dari

investasi.Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor

berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung

risiko atas investasi yang dilakukannya. Return menjadi alasan utama investor

didalam berinvestasi (Tandelilin, 2010:102).

32

Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return

ekspektasian yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa

mendatang. Return realisasian (realized return) merupakan return yang telah

terjadi. Return realisasi dihitung menggunakan data historis. Return realisasian

penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan.

Return realisasian atau return histori ini juga berguna sebagai dasar penentuan

return ekspektasian (expected return) dan risiko dimasa datang. Return

ekspektasian (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh

investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasian yang sifatnya

sudah terjadi, return realisasian sifatnya belum terjadi.Semakin besar return yang

diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar juga risikonya, sehingga

dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko Putra

dan Dana (2014).

Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu

yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang

mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari

suatu investasi. Capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return

merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (bisa saham maupun

surat hutang jangka panjang), yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi

investor (Tandelilin, 2010:102).

33

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Current Ratio terhadap return saham

Current Ratio (CR)merupakan salah satu rasio likuiditas yang biasa

digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Semakin besar CR yang dimiliki

menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kebutuhanoperasionalnya terutama modal kerja yang sangat penting untuk

menjaga kinerja perusahaan yang pada akhirnya memengaruhi harga saham. Hal

ini dapat memberikan keyakinan pada investor untuk memiliki saham perusahaan

tersebut sehingga dapat meningkatkan return saham.Penjelasan tersebut didukung

oleh penelitian yang dlakukan oleh Hutauruk et al (2014), Prasetio (2012), Ratna

(2009) dan Ulupui (2007) yang menyatakan bahwa CRberpengaruh positif

signifikan terhadap return saham.

H1 : Current ratio berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.

2.2.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap return saham

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk

menilai utang dengan ekuitas. Semakin tinggi DER maka akan menunjukkan

komposisi total utang yang semakin besar dibandingkan dengan total modal

sendiri sehingga akan meningkatkan tingkat resiko investor karena hal tersebut

akan berdampak pada menurunnya harga saham (Malintan, 2012).Menurut

penelitian yang dilakukan Arista dan Astohar (2012) menyatakan bahwa DER

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Hasil ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Sakti (2010), Sugiarto (2011) dan Hatta dan

34

Dwiyanto (2012) yang menyatakan bahwa DER berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap return saham.

H2 : Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap return

saham.

2.2.3 Pengaruh Net Profit Margin terhadap return saham

Net Profit Margin (NPM) merupakan ukuran keuntungan dengan

membandingkan antara laba bersih dengan penjualan. NPM berfungsi untuk

mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya.

NPM perusahaan yang meningkat akan menyebabkan investor memburu suatu

saham perusahaan sehingga akibatnya return perusahaan tersebut akan meningkat

pula (Suarjaya dan Rahyuda, 2013). Menurut Martaniet al (2009) dalam

penelitiannya menemukan bahwa rasio NPM berpengaruh positif signifikan

terhadap return saham. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Astiti dkk (2014) yang memberikan hasil penelitian bahwa rasio NPM

berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.

H3 : Net Profit Marginberpengaruh positif signifikan terhadap return saham.

2.2.4 Pengaruh Total Assets Turnover terhadap return saham

Total Assets Turnover (TATO)merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur

jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap aktiva. Bila nilai TATO ditingkatkan

35

berarti terjadi kenaikan penjualan bersih perusahaan, peningkatan penjualan bersih

perusahaan akan mendorong peningkatan laba yang akan direspon dengan

peningkatan harga saham perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan

return saham perusahaan.

Menurut ghasempour (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa total

assets turnover berhubungan positif signifikan dengan return saham. Sejalan

dengan penelitian tersebut Pasaribu (2008), Sari (2012) dan Kusumo (2011) juga

memperoleh hasil bahwa TATO berpengaruh positif signifikan terhadap return

saham. Berdasarkan bukti empiris tersebut peneliti merumuskan hipotesis sebagai

berikut .

H4 : Total Assets Turnover berpengaruh positif signifikan terhadap

returnsaham.

2.2.5 Pengaruh Price Earning Ratio terhadap return saham

Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio perbandingan antara harga

saham dengan pendapatan setiap lembar saham, dan merupakan indikator

perkembangan atau pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang (prospects

of the firm).Semakin tinggi PER menunjukkan prospek harga saham suatu

perusahaan dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar

sahamnya, sehingga PER yang semakin tinggi juga menunjukkan semakin mahal

saham tersebut terhadap pendapatannya. Menurut hasil penelitian Hattadan

Dwiyanto (2012), Karami dan Talaeei (2013) dan Arslan dan Zaman (2014) PER

berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.

36

H5 : Price Earning Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap returnsaham.

2.2.6 Pengaruh Book to Market Ratio terhadapreturn saham

Market to book value (MBV)merupakan rasio penilaian pasar

yangmenunjukan perbandingan antara harga saham di pasar dengan nilai buku

saham. Semakin tinggi penilaian investor terhadap suatu perusahaan maka akan

menyebabkan perusahaan tersebut semakin diminati, sehingga akan menyebabkan

harga saham perusahaan meningkat. Harga saham yang meningkat akan

mengindikasikan return yang meningkat.

Menurut Putra dan Dana (2014), Margaretha (2008) menemukan hasil

bahwa Market to Book Value (MBV) berpengaruh positif signifikan terhadap

return saham. Sejalan dengan penelitian tersebut Karami dan Talaeei (2013)

menyatakan bahwa MBV berhubungan signifikan terhadap return saham.

H6 : Market to Book Valueberpengaruh positif signifikan terhadap return saham.