Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang telah dilakukan sebelum penulis dan digunakan sebagai
referensi untuk melakukan penelitian ini. Penelitian dari Wijaya (2014), yang
berjudul “Pengaruh Upah Minimum, PDRB, dan Populasi Penduduk Terhadap
Tingkat Pengangguran Terbuka (Studi Kasus Gerbang Kertasusila Tahun 2007-
2012)”. Berdasarkan hasil analisis data menyatakan 1) bahwa setiap kenaikan
upah minimum sebesar 1 persen akan menurunkan tingkat pengangguran terbuka
sebesar 0,09 persen di gerbangkertasusila, 2) menyatakan bahwa setiap kenaikan
PDRB sebesar 1 persen maka tingkat pengangguran terbuka akan meningkat
sebesar 0,03 persen di gerbangkertasusila, 3) menyatakan bahwa setiap kenaikan
populasi penduduk sebesar 1 persen akan menurunkan tingkat pengangguran
terbuka sebesar 0,03 persen di gerbangkertasusila.
Selanjutnya, oleh Surya (2011) “ Analisis Tingkat Pengangguran di Kota
Semarang”. Dengan hasil PDRB berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap tingkat pengangguran, Inflasi memberikan pengaruh yang negatif dan
signifikan terhadap tingkat pengangguran, Tingkat BTP berpengaruh positif dan
signifikan terhadap tingkat pengangguran. Pada uji F, PDRB Inflasi, dan Beban
Tanggungan Penduduk secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap tingkat
pengangguran yang terjadi di Kota Semarang.
8
Penelitian oleh Sirait (2009) “Analisis Beberapa Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Jumlah Pengangguran Kabupaten/Kota di Provinsi Bali”. Berdasarkan
hasil analisis data menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan
tingkat pendidikan secara simultan berpengaruh terhadap jumlah pengangguran
kabupaten/kota provinsi Bali tahun 2004-2010. Kemudian pertumbuhan ekonomi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah pengangguran provinsi Bali,
UMK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah pengangguran di
provinsi Bali, dan tingkat pendidikan berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap jumlah pengangguran di provinsi Bali.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang digunakan terdapat perbedaan
variabel pada penelitian ini dalam hal variabel dan konteks wilayah yang
digunakan. Dimana dalam penelitian ini lebih menyempurnakan penelitian-
penelitian sebelumnya dengan menggunakan data yang lebih terbaru dan juga
menggunakan variabel investasi dimana variabel investasi ini belum pernah
digunakan oleh Wijaya (2014), Surya (2011) dan Sirait (2009).
B. Teori dan Kajian Pustaka
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah seluruh nilai tambah
yang timbul dari berbagai kegiatan ekonomi di suatu wilayah, tanpa
memperhatikan pemilik atas faktor produksinya, apakah milik penduduk
wilayah tersebut ataukah milik penduduk wilayah lain (Sukirno, 1994).
9
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan
harga pada setiap tahun, sedangkan Produk Domestik Regional Bruto atas
dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar. Produk
Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat
pergeserah dan struktur ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (Surya, 2011).
1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah terjadinya pertambahan/pengurangan
pendapatan nasional (produksi nasional/ GDP/ GNP) dalam satu tahun
tertentu, tanpa memperhatikan pertumbuhan penduduk dan aspek lainnya
(Mahyudi, 2004). Selanjutnya, pembangunan ekonomi perlu dipandang
sebagai kenaikan dalam pendapatan perkapita, karena kenaikan merupakan
penerimaan dan timbulnya dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. Laju
pembangunan ekonomi suatu negara diukur dengan menggunakan tingkat
pertumbuhan GDP/GNP (Arsyad, 1997).
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik
Bruto/ Pendapatan Nasional Bruto tanpa memandang apakan kenaikan
tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau
apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999).
Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang
dan jasa secara nasional. Salah satu sasaran pembangunan ekonomi daerah
10
adalah meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan
ekonomi daerah akan diukur dengan pertumbuhan Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB) menurut harga konstan seperti yang dikatakan oleh
(Tarigan, 2005).
1.2 Teori Pertumbuhan Neoklasik
Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Robert M. Solow
(1970) dari Amerika Serikat dan T.W Swan (1956) dari Australia. Model
Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital,
kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi (Tarigan,
2005).
Teori Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar
dapat menciptakan keseimbangan sehingga pemerintah tidak perlu terlalu
banyak memcampuri/mempengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya
sebatas kebijkan fisikal dan kebijakan moneter. Tingkat pertumbuhan berasal
dari tiga sumber, yaitu akumulasi modal, bertambahanya penawaran tenaga
kerja, dan peningkatan teknologi (Tarigan, 2005).
Dalam model Solow-Swan masalah teknologi dianggap fungsi dari
waktu. Oleh sebab itu fungsi produksinya berbentuk:
( )
Dimana :
= Pertumbuhan ekonomi
K = Akumulasi Modal
11
L = Tenaga Kerja
t = Teknologi
Suatu daerah akan mengimpor modal jika tingkat pertumbuhan
modalnya lebih kecil dari rasio tabungan domestik terhadap modal. Dalam
pasar sempurna marginal productivity of labour (MPL) Adalah fungsi
langsung tapi bersifat terbalik dari marginal productivity of capital (MPK).
Hal ini bisa dilihat dari rasio modal tenaga kerja (K/L).
Apabila tiap daerah dimisalkan menghasilkan output yang homogen dan
fungsi produksi yang identik maka di daerah yang K/L-nya tinggi terdapat
upah riil yang tinggi dan MPK yang rendah. Adapun di daerah yang K/L-nya
rendah terdapat upah riil yang rendah tetapi MPK yang tinggi (Tarigan, 2005).
Sebagai akibatnya modal akan mengalir dari daerah yang upahnya tinggi ke
daerah yang upahnya rendah karena akan memberikan balas jasa (untuk
modal) yang lebih tinggi. Sebaliknya , tenaga kerja akan mengalir dari daerah
yang upahnya rendah ke daerah yang upahnya tinggi. Mekanisme di atas pada
akhirnya menciptakan balas jasa faktor-faktor produksi di semua daerah
daerah yang sama. Dengan demikian perekonomian regional/ pendapatan
perkapita regional akan mengalami konvergensi (makin sama).
2. Investasi
Investasi adalah pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal atau
perusahaan untuk membeli barang modal dan perlengkapan-perlengkapan
12
produksi untuk menambah kemampuan produksi barang-barang dan jasa-jasa
yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 2006; 121).
Suparmoko (2002), investasi merupakan pengeluaran perusahaan
untuk penyelenggaraan kegiatannya, yaitu menghasilkan barang dan jasa.
Dalam prakteknya pengeluaran perusahaan tersebut digunakan untuk membeli
faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja, mesin, tanah, dan bangunan.
Sedangkan Rahardja & Manurung (2005), mempertajam definisi investasi
sebagai pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan stok barang modal
(capital stock). Stok barang modal (barang modal tersedia) adalah jumlah
barang modal dalam suatu perekonomian, pada satu saat tertentu. Dari kedua
pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa investasi adalah
pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor
produksi yang bertujuan untuk memproduksi barang maupun jasa (Barry,
2014).
Menurut Mankiw (2000:453), berdasarkan penggunaanya investasi
dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:
1. Investasi tetap bisnis, berupa pengeluaran untuk membeli
peralatan dan struktur yang digunakan untuk proses produksi.
2. Investasi residensial, berupa pembelian rumah untuk tempat
tinggal atau disewakan.
3. Investasi persediaan, berupa barang-barang perusahaan yang
disimpan di gudang, termasuk bahan-bahan dan perlengkapan,
barang setengah jadi dan barang jadi.
13
Menurut Maluya S.P. Hasibuan (1990; 112 dalam Artriyan, 2013)
investasi merupakan suatu alat untuk mempercepat pertumbuhan tingkat
produksi di Negara yang sedang berkembang, dengan demikian jelaslah bagi
kita penting dan strategisnya peran investasi (modal) untuk menciptakan
kesempatan kerja.
Investasi memiliki peran penting sebagai pembentuk lapangan
pekerjaan. Dengan adanya investasi akan menambah persediaan barang
modal, hal itu akan berpengaruh pada meningkatnya kapasitas produksi.
Kapasitas produksi yang semakin tinggi pasti membutuhkan tenaga kerja baru.
Investasi merupakan alat untuk mempercepat pertumbuhan tingkat produksi di
Negara yang sedang berkembang, dengan demikian investasi berperan sebagai
sarana untuk menciptakan kesempatan kerja dan menyerap pengangguran
(Artriyan, 2013).
3. Teori Upah
Upah merupakan kompensaasi yang diterima oleh satu unit tenaga kerja
yang berupa jumlah uang yang dibayarkan kepadanya (Gregory Mankiw, 2000).
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomer 8/1981, upah merupakan suatu
penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada karyawan untuk suatu
pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan dan dinyatakan atau dinilai
dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar suatu persetujuan atau peraturan
perundang undangan serta dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara
14
pengusaha dengan karyawan termasuk tunjangan, baik untuk karyawan itu sendiri
maupun untuk keluarganya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomer 13 Tahun 2003 (dalam Barry, 2014)
upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan
keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya partisipasi angkatan kerja adalah
tingkat upah. Semakin tinggi tingkat upah dalam masyarakat, semakin banyak
anggota keluarga yang tertarik masuk pasar kerja (Simanjuntak, 1985)
Sedangkan menurut Suryahadi (dalam Nur Akbar, 2014) bahwa koefisien
dari upah minimum untuk semua pekerja dari angkatan kerja adalah negative. Hal
ini sesuai dengan kerangka teoritis bahwa upah minimum akan mereduksi
kesempatan kerja dari pekerja dengan skill yang rendah di sektor formal. Semakin
tinggi tingkat upah yang ditawarkan dalam pasar maka semakin banyak orang
yang tergolong ke dalam usia tenaga kerja lebih banyak memilih masuk ke
golongan angkatan kerja dari pada ke golongan bukan angkatan kerja. Dengan
adanya peningkatan upah maka harga waktu yang ditawarkan akan meningkat hal
ini menyebabkan para pekerja rela mengorbankan waktu senggangnya untuk
bekerja.
15
4. Teori Pengangguran
Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika seseorang
tidak memiliki pekerjaan tetapi mereka sedang melakukan usaha secara aktif
dalam empat minggu terakhir untuk mencari pekerjaan (Kaufman dan
Hotchkiss, 1999).
Menurut Mulyadi (2003; 60) tingkat pengangguran adalah angka yang
menunjukkan berapa banyak dari jumlah angkatan kerja yang sedang aktif
mencari pekerjaan. Pengertian menganggur disini adalah aktif mencari
pekerjaan.
Pengangguran merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang
tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum
dapat memperolehnya. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif
mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai pengangguran (Sukirno, 2006; 13).
Menurut (Sukirno, 2006; 328-329) ada 4 jenis pengangguran
berdasarkan penyebabnya.
1. Pengangguran normal atau friksional
Pengangguran sebanyak dua atau tiga persen tersebut dinamakan
pengangguran normal atau pengangguran friksional. Para pengangguran
ini tidak ada pekerjaan bukan karena tidak dapat memperoleh kerja, tetapi
karena sedang mencari kerja lain yang lebih baik. Dalam perekonomian
16
yang berkembang pesat tingkat pengangguran rendah dan pekerjaan
medah diperoleh dan sebaliknya pengusah kesulitan dalam mencari
pekerja. Maka pengusaha menawarkan gaji yang lebih tinggi. Hal ini
mendorong pekrja untuk meninggalkan pekerjaan yang lama dan mencari
pekerjaan baru yang lebih tinggi gajinya atau lebih sesuai dengan
keahliannya.dalam proses mencari kerja batu ini mereka digolongkan
sebagai pengangguran normal.
2. Pengangguran siklikal
Adakalanya permintaan agregat lebih tinggi hal ini mendorong
pengusaha menaikan produksi sehingga lebih banyak pekerja baru yang
digunakan dan pengangguran berkurang. Dan sebaliknya permintaan
agregat menurun dengan banyaknya menyebabkan perusahaan mengurangi
pekerjanya atau bahkan menutup perusahaannya maka pengangguran akan
bertambah.pengangguran seperti ini dinamakan pengangguran siklikal.
3. Pengangguran struktural
Tidak semua industri atau perusahaan akan berkembang maju terus
adakalanya suatu perusahaan akan mengalami kemuduran karena beberapa
faktor. Dari kemerosotan itu akan menyebabkan kegiatan produksi dalam
industri menurun sebagian pekerja terpaksa diberhentikan dan menjadi
penganggguran. Pengangguran yang disebabkan perubahan struktur
kegiatan ekonomi tersebut dinamakan pengangguran struktural.
17
4. Pengangguran teknologi
Pengangguran ini disebabkan karena adanya pergantian tenaga
manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia. Pengangguran yang
ditimbulkan oleh penggunaan mesin dan kemahuan teknologi lainnya
dinamakan pengangguran teknolgi.
Jenis pengangguran berdasakan cirinya (Sukirno,2006; 330)
1. Pengangguran terbuka
Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan
lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja.
Sebagai akibat dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga
kerja yang tidak memperoleh pekerjaan. Pengangguran terbuka dapat
pula wujud sebagai akibat dari kegiatan ekonomi yang menurun, dari
kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan tenaga kerja, atau
sebagi akibat dari kemunduran perkembangan suatu industri.
2. Pengangguran tersembunyi
Pengangguran ini terutam wujud di sektor pertanian atau jasa.
Setiap kegiatan ekonomi memerlukan tenaga kerja, dan jumlah tenaga
kerja yang digunkan tergantung kepada banyak faktor. Faktor yang
perlu dipertimbangkan adalah: besar atau kecilnya perusahaan, jenis
kegiatan perusahaan, mesin yang digunakan (apakah intensif buruh
atau intensif modal) dantingkat produksi yang dicapai. Dibanyak
negara berkembang seringkali didapati bahwa jumlah pekerja dalam
suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari yang sebenarnya
18
diperlukan supaya ia dapat menjalankan kegiatannya dengan efisien.
Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam
pengangguran tersembunyi.
3. Pengangguran bermusim
Pengangguran ini terutama terdapat disektor pertanian dan
perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat
melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur. Pada musim
kemarau pula para pesawah tidak dapat mengerjakan tanahnya.
Disamping itu pada umumnya para pesawah tidak begitu aktif diantara
waktu sesudah menanam dansesudah menuai. Apabila dalam masa
diatas para penyadap karet, nelayan dan pesawah tidak melakukan
pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur. Pengangguran
seperti ini digolongkan sebagai pengangguran bermusim.
4. Setengah menganggur
Dinegara-negara berkembang penghijrahan atau migrasi dari
desa kekota adalah sangat pesat. Sebagai akibatnya tidak semua orang
yang pindah ke kota dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah.
Sebagiannya terpaksa menjadi penganggur sepenuh waktu. Disamping
itu ada pula yang tidak mengganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh
waktu, dan jam kerja mereka adalah jauh lebih rendah dari yang
normal. Mereka mungkin hanya bekerja satu hingga dua hari
seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja-pekerja yang
mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan sebagai
19
setengah menganggur atau dalam bahasa inggris: underemployed. Dan
jenis penganggurannya dinamakan underemployment.
5. Hubungan antara PDRB terhadap pengangguran
Hubungan pertumbuhan ekonomi dengan pengangguran dijelaskan
oleh Hukum Okun. Kenaikan tigkat pengangguran mestinya terasosiasi
dengan penurunan GDP riil. Relasi negatif antara pengangguran dan GDP ini
disebut Hukum Okun (Mankiw, 2006; 249). Teori ini menyatakan bahwa ada
hubungan antara pertumbuhan ekonomi (dalam hal ini PDB) dengan
pengangguran. Hukum okun menyatakan bahwa tingkat pengangguran 1
persen setiap ada kenaikan PDB riil 2 persen. Jika terjadi peningkatan output
nasional/daerah dalam hal ini pertumbuhan ekonomi maka akan menyebabkan
permintaan tenaga kerja naik dan pengangguran turun. Sebaliknya jika PDB
riil turun maka akan menyebabkan output yang diproduksi turun. Turunnya
produksi mengakibatkan produsen mengurangi input dalam hal ini tenaga
kerja yang akhirnya pengangguran meningkat (Artriyan, 2013)
6. Hubungan antara investasi terhadap pengangguran
Hubungan antara investasi dengan pengangguran dapat dilihat pada
teori pertumbuhan neoklasik yang mana modal atau investasi merupakan
kunci bagi pertumbuhan ekonomi, dalam hal ini bisa dikatakan bahwa
pembentukan modal merupakan dasar dari pertumbuhan ekonomi. Semakin
banyak modal yang kucurkan maka pertumbuhan ekonomi akan semakin cepat
20
berkembang. Adanya akumulasi modal dapat membantu peningkatan output
dan pendapatan di masa yang akan datang sehingga akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi (Arsyad, 1999 dalam Sihombing 2008). Jika output
meningkat atau kapasitas produksi yang membesar maka membutuhkan
permintaan tenaga kerja yang lebih besar pula agar produksi tidak menurun.
Jika kapasitas yang membesar ini tidak diikuti dengan permintaan yang besar
pula, surplus akan muncul dan disusul penurunan jumlah produksi.
Adanya investasi tentu akan memperbesar kapasitas produksi
perekonomian dengan meningkatkan stok modal, artinya investasi akan
mempengaruhi dari sisi penawaran. Artinya jika kapasitas produksi besar
makan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan juga akan semakin besar pula
(hafiizh, 2015).
7. Hubungan antara upah terhadap pengangguran
Menurut Mankiw (2000; 140 dalam Novlin, 2013) upah merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran, karena naiknya
upah minimum akan mengurangi permintaan tenaga kerja yang akan
menimbulkan pengangguran. Sedangkan dari pihak tenaga kerja upah adalah
imbalan yang seharusnya diterima akibat balas jasa dari waktu dan tenaga
yang digunakan, akibat penambahan upah minimum dapat menarik angkatan
kerja untuk mau bekerja dan mencari pekerjaan.
Kekakuan upah menyebabkan pengangguran. Ketika upah riil berada
diatas tingkat yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan, jumlah
21
tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah yang diminta. Perusahaan harus
menjatah pekerjaan yang langka di antar para pekerja. Kekakuan upah riil
mengurangi tingkat perolehan tenaga kerja dan mempertinggi pengangguran
(Mankiw, 2006).
C. Kerangka Pemikiran
Pengangguran merupakan suatu masalah ketenagakerjaan yang sering
dihadapi oleh setiap Negara. Pengangguran biasanya terjadi karena adanya
ketimpangan antara para pencari kerja dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan
yang ada. Dalam penelitian ini jumlah pengangguran di provinsi Kalimantan
Timur sebagai (Y) dipengaruhi oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
sebagai (X1), investasi sebagai (X2) dan upah minimum sebagai (X3).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), investasi dan upah minimum di
provinsi Kalimantan Timur selama periode 2011-2015 dijadikan sebagai variabel
bebas yang secara bersama-sama maupun parsial diduga mempengaruhi jumlah
pengangguran di provinsi Kalimantan Timur. Skema hubungan antara
pengangguran dengan variabel yang mempengaruhinya dapat digambarkan
sebagai berikut.
22
Gambar 2.4 : kerangka pemikiran
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara karena, jawaban yang diberikan melalui
hipotesis baru didasarkan teori, dan belum menggunakan fakta. Hipotesis
memungkinkan kita menghubungkan teori dengan pengamatan, atau pengamatan
dengan teori. Hipotesis mengemukakan pernyataan tentang harapan peneliti
mengenai hubungan-hubungan antara variabel-variabel dalam persoalan
(Sugiyono, 2011).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Diduga PDRB berpengaruh negatif terhadap pengangguran
Diduga Investasi berpengaruh negatif terhadap pengangguran
Diduga Upah Minimum berpengaruh positif terhadap pengangguran
PDRB
Upah
Investasi
Pengangguran