18
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini penulis memaparkan tiga penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu tentang Analisis Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Angkatan Kerja dan Dummy Variabel terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Empat Kabupaten Di Pulau Madura. Toni Kussetiyono Irawan (2013), yang menguji tentang pendapatan asli daerah (PAD), investasi dan angkatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana PAD, investasi dan angkatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi jawa Tengah. Hasil dari penelitian ini bahwa ada pengaruh positif dan signifikan terhadap PAD, investasi dan angkatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi jawa Tengah. Laeni Najiah. 2013. yang menguji tentang pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan tingkat partisipasi angkatan kerja terhadap PDRB. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap PDRB di Kota Depok secara simultan. 2. Untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap PDRB di Kota Depok secara Parsial. Hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/35293/3/jiptummpp-gdl-endieharis-48053-3-babiip... · sesuai dengan deret ukur ... 5. Teori Pertumbuhan Ekonomi

  • Upload
    vuliem

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis memaparkan tiga penelitian terdahulu

yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu tentang Analisis

Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Angkatan Kerja dan Dummy

Variabel terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Empat Kabupaten Di Pulau

Madura.

Toni Kussetiyono Irawan (2013), yang menguji tentang pendapatan asli

daerah (PAD), investasi dan angkatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana PAD, investasi

dan angkatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi jawa Tengah.

Hasil dari penelitian ini bahwa ada pengaruh positif dan signifikan terhadap

PAD, investasi dan angkatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di

provinsi jawa Tengah.

Laeni Najiah. 2013. yang menguji tentang pendapatan asli daerah, dana

perimbangan, dan tingkat partisipasi angkatan kerja terhadap PDRB.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli

Daerah, Dana Perimbangan dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap

PDRB di Kota Depok secara simultan. 2. Untuk menganalisis pengaruh

Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja terhadap PDRB di Kota Depok secara Parsial. Hasil

11

penelitian menunjukkan bahwa variabel pendapatan asli daerah (PAD),

Dana perimbangan (DP) dan Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)

secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap PDRB

Kota Depok. Nilai R2 0.973734. Hal ini berarti 97,3734 persen di

pengaruhi oleh varibel variabel independen dan sisanya 2,6266 di

pengaruhi di luar model.

B. Tinjauan Pustaka

1. Keuangan Daerah

Keuangan daerah sebagai hak dan kewajiban daerah dalam

rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan

uang termasuk didalam penyusunan APBD. Penghimpunan,

penggunaan dan pengelolaan keuangan (fiskal) di daerah dapat tercapai

dengan adanya pemberian otonomi pada daerah, dimana daerah

dilimpahkan wewenang dan tanggung jawab yang besar dalam proses

pembangunan. Pelimpahan otonomi ini diharapkan dapat menjadi

faktor pendorong daerah untuk meningkatkan kemampuan daerah

dalam pengadaan keuangan daerah, sehingga bisa mandiri dalam

menyelenggarakan roda pemerintahan maupun dalam melaksanakan

pembangunan di daerah. (Rahmadi, 2011).

Menurut Bapenas, (2010) bahwa tidak selalu penambahan dana

perimbangan akan diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang besar.

Tercatat hanya 11 provinsi yang menunjukan penambahan dana

perimbangan diikuti dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi. Ini

masalahnya lebih banyak kepada kualitas aparat daerah dalam

12

mendesain program-program pembangunan. Sementara itu, hanya ada

9 provinsi yang meningkat dana perimbangannya diimbangi dengan

penurunan jumlah penduduk miskin. Pemerintah pusat harus mendesain

ulang juga kebijakan ini karena dampak penambahan dana

perimbangan tidak selalu berkorelasi positif terhadap pertumbuhan

ekonomi dan kemiskinan. (Yustika, 2011).

2. Hubungan antara Indikator Desentralisasi Fiskal dan

Pertumbuhan Ekonomi

Hubungan desentralisasi fiskal dan pertumbuhan ekonomi oleh

beberapa ahli ini dijelaskan melalui Tiebout models. Berdasarkan teori

Tiebout Model yang menjadi landasan konsep desentralisasi fiskal,

dengan adanya pelimpahan wewenang oleh pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah, maka akan meningkatkan kemampuan daerah

dalam menyediakan kebutuhan barang publik dengan lebih baik.

Kondisi peningkatan pelayanan barang publik ini dalam kaitannya

dengan hubungan antar daerah otonom akan meningkatkan persaingan

antar kabupaten/kota untuk meningkatkan kepuasan bagi

masyarakatnya. Peningkatkan kemampuan daerah oleh pemerintah

daerah adalah karena pemerintah daerah dipandang lebih mengetahui

kebutuhan dan karakter masyarakat lokal di setiap daerah, sehingga

program-program dari kebijakan pemerintah akan lebih efektif untuk

dijalankan. (Indrasari, 2011).

Dengan menyoroti penerapan desentralisasi fiskal di Indonesia

hingga saat ini, masih didominasi dari sisi penerimaan yaitu bagaimana

13

daerah dapat secara efektif memanfaatkan berbagai sumber penerimaan

daerahnya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

(Indrasari, 2011).

Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan daerah yang

bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan

asli daerah yang sah. Pendapatan asli daerah ini bertujuan untuk

memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan

dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas

desentralisasi. (Indrasari, 2011).

3. Angkatan Kerja (Labor Force)

Penduduk yang meningkat dapat menjadi pendorong dan dapat

menjadi penghambat pembangunan. Perkembangan penduduk yang

cepat tidak selalu menjadi penghamabat dalam pembangunan jika

penduduk tersebut mempunyai kapasitas untuk menghasilkan produksi.

Hal ini belum menjadi dasar yang positif bahkan jumlah penduduk yang

banyak sering kali menjadi penghambat pembangunan ekonomi

khususnya negara berkembang.

Menurut Sukirno, (2006). Pengangguran adalah orang yang telah

digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari

pekerjaan pada suatu tingkat tertentu, tetapi tidak memperoleh

pekerjaan yang diinginkan. Pengangguran terjadi karena tingkat

pertumbuhan lapangan kerja yang relatif melambat dan tingkat

pertumbuhan angkatan kerja yang meningkat. Tingginya tingkat

14

pengangguran merupakan salah satu cerminan kurang berhasilnya

pembangunan dalam suatu daerah, karena terjadi ketidak seimbangan

antara jumlah tenaga kerja dengan lapangan kerja yang tersedia.

a Teori Keynes

Pengangguran merupakan akibat dari kurangnya

permintaan efektif. Keynes menyarankan agar memperbesar

konsumsi dan non konsumsi. Namun di negara terbelakang tidak

ada pengangguran paksa, tetapi penyangguran tersembunyi. Pada

perekonomian terbelakang tingkat pendapatan sangat rendah,

kecenderungan mengkonsumsi sangat tinggi dan tabungan

hampir-hampir nihil. Semua usaha untuk meningkatkan

pendapatan uang melalui langkah moneter dan fiskal dengan

tidak adanya sumber komplementer akan mengakibatkan inflasi

harga. (Jhingan, 2007).

Permasalahan disini peningkatan tingkat pekerjaan dan

pendapatan per kapita dalam konteks pembangunan ekonomi.

Kemajuan ekonomi terdiri dari dua kategori berbeda: pertama,

gerakan dari pekerjaan rendah menuju pekerjaan penuh pada

tingkat pembangunan ekonomi tertentu, dan kedua, gerakan dari

pekerjaan penuh pada tingkat pembangunan tertentu menuju

pekerjaan penuh pada tingkat pembangunan ekonomi yang lebih

tinggi berikutnya. (Jhingan, 2007).

15

b Penduduk dan Lapangan Kerja

Penduduk yang meningkat dengan cepat menjerumuskan

perekonomian ke pengangguran dan kekurangan lapangan

pekerjaan. Karena penduduk meningkat populasi pekerja pada

penduduk total menjadi naik. Tetapi karena ketiadaan sumber

pelengkap, tidak mungkin untuk mengembangkan lapangan

pekerjaan. Akibatnya tenaga buruh, pengangguran dan

kekurangan lapangan kerja meningkat. Penduduk yang

meningkat dengan cepat akan mengurangi pendapatan, tabungan

dan investasi. Negara berkembang ditimpa bencana

pengangguran yang terus meningkat akibat penduduk yang

meningkat cepat. (Jhingan, 2007).

Menurut penelitian Irawan (2013). Pertumbuhan angkatan

kerja dalam jangka panjang akan menurunkan kembali tingkat

pembangunan ke tahap yang lebih rendah, ini sesuai dengan

hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang, karena dalam

jangka panjang suatu perekonomian akan mencapai keadaan

stationary state. Jumlah penduduk yang banyak tetapi efisiensi

dan produktifitas sangat tinggi akan dapat meningkatkan laju

pertumbuhan ekonomi daerah.

c Sumber Daya Manusia (SDM)

1) Adam Smith

Menurut Smith manusia sebagai faktor produksi

utama yang menentukan kemakmuran bangsa-bangsa.

16

Alasannya alam, (tanah) tidak ada artinya kalau tidak ada

SDM yang pandai mengolahnya sehingga bermanfaat bagi

kehidupan. (Mulyadi, 2003).

2) Malthus

Menurut Malthus, manusia berkembang jauh lebih

cepat dibandingkan dengan produksi hasil-hasil pertanian

untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia berkembang

sesuai dengan deret ukur (geometric progression, dari 2 ke

4,8,16,32 dan seterusnya), sedangkan pertumbuhan

produksi makanan hanya meningkat sesuai dengan deret

hitung (aritmetic progression, dari 2 ke 4,6,8 dan

seterusnya). Karena perkembangan jumlah manusia jauh

lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan produksi

hasil-hasil pertanian, maka Malthus meramal bahwa suatu

ketika akan terjadi malapetaka (disaster) yang akan

menimpa umat manusia. (Mulyadi, 2003).

3) Keynes

Menurut Keynes dalam keseimbangan semua sumber

daya termasuk tenaga kerja akan digunakan secara penuh.

Dengan demikian tidak ada pengangguran, dalam sistem

mekanisme pasar. Kalau tidak ada yang bekerja, daripada

tidak memperoleh pendapatan sama-sekali, maka mereka

bersedia bekerja dengan tingkat upah yang lebih rendah.

17

Hal ini menarik perhatian perusahaan untuk

mempekerjakan mereka lebih banyak. (Mulyadi, 2003).

4) Harrod Domar

Peran modal fisik dalam pertumbuhan amat besar

tetapi kapasitas hanya dapat meningkat bila sumber daya

lain (modal fisik) membesar. Jumlah penduduk yang besar

tidak mengurangi pendapatan perkapia asalkan modal

fisiknya meningkat. Penduduk (dalam hal ini angkatan

kerja) diasumsikan meningkat secara geometris dan full

employment selalu tercapai. (Mulyadi, 2003).

5) Coale Hoover

Menurut Coale Hoover kemiskinan bukan merupakan

akibat kurangnya permintaan agregatif, namun kurang

tersedianya modal fisik dengan pembangunan, figor,

enterprise,corporation, dan adptabiliti pada semua

kmponen angkatan kerja. Perubahan penduduk baru terasa

pada penduduk sebagai input proses produksi setelah kurun

waktu 30 tahun. Dan pertumbuhan penduduk yang tinggi

angkatan kerja akan menjadi lebih besar setelah 30 tahun.

Hal ini dapat mendorong ihasilkannya jumlah output yang

lebih besar. Tetapi jumlah angkatan kerja yang besar juga

berarti harus disediakan modal fisik yang begitu besar agar

produktivitasnya sama. Dalam jangka panjang

pertumbuhan penduduk akan menaikkan jumlah angkatan

18

kerja, tetapi memperlambat kenaikan output per pekerja.

(Mulyadi, 2003).

d Teori Produksi Dengan Satu Faktor Berubah

Hukum pertambahan hasil yang berkurang dalam produksi

jangka pendek dikatakan bahwa ada faktor produksi yang bersifat

tetap dan ada faktor produksi yang bersifat berubah. Jika faktor

produksi yang bersifat variabel tersebut terus ditambah maka

produksi total semakin meningkat hingga sampai pada titik

maksimum, apabila sudah pada tingkat maksimum faktor

produksi terus ditambah, maka produksi total semakin menurun.

Keadaan ini bisa dilihat pada gambar 1: (Nuraini, 2013).

Kurva 1. Produksi Total, Produksi Marginal dan Produksi

Rata-rata

Q

Q3

Q2 A TP

Tahap I Tahap II Tahap III

Q1

0 L1 L2 L3 L4 L

Q

Tahap I Tahap II Tahap III

AP𝐿

0 L1 L2 L3 L4

MPL

19

Keterangan : (Nuraini, 2013).

TP : Total Produksi

L : Tenaga Kerja

MPL : Produksi Batas (marginal product tenaga kerja)

APL : Produksi Rata-rata tenaga kerja (average product)

Dimana : (Nuraini, 2013).

MPL = ∆TP

∆L

APL = TP

L

d Kurva Produksi Sama (isoquant)

Kurva Produksi isoquant merupakan kurva yang

menunjukan berbagai kemungkinan kombinasi faktor-faktor

produksi yang menghasilkan tingkat produksi yang sama.

Semakin jauh kedudukan dari titik asal menunjukan semakin

banyak faktor produksi yang digunakan sehingga semakin banyak

produksi yang dihasilkan. Untuk memproduksi suatu barang

diperlukan faktor produksi tenaga kerja dan modal dengan

kombinasi seperti gambar 2. Berikut : (Nuraini, 2013).

20

Kurva 2. Isoquant

K

K1 A

K2 B

K3 C Isoquant

0 L1 L2 L3 L

Gambar di atas, L menunjukan tenaga kerja dan K

menunjukan kapital atau modal. Kombinasi tenaga kerja

sebanyak L1 dan kapital sebanyak K1 atau yang ditunjukan di titik

A akan menghasilkan output yang sama dengan kombinasi titik B

juga akan sama besarnya output dengan titik C (tenaga kerja

sebanyak L3 dan kapital sebanyak K3). Jadi jika kombinasi tenaga

kerja dan kapital yang digunakan tetap dalam satu garis isoquant

maka besarnya output akan sama. (Nuraini, 2013).

4. Pertumbuhan Ekonomi (Economic Growth)

Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa atau negara dapat dinilai

dengan berbagai ukuran agregat. Secara umum, pertumbuhan tersebut

diukur melalui sebuah besaran dengan istilah pendapatan nasional.

Meskipun bukan merupakan satu-satunya ukuran untuk menilai

pertumbuhan ekonomi output suatu bangsa, ini cukup repesentatif dan

sangat lazim digunakan. Pendapatan nasional bukan hanya berguna

untuk menilai perkembangan ekonomi suatu negara dari waktu ke

waktu, tetapi juga membandingkan dengan negara lain. Disamping itu,

21

dari pendapatan nasional selanjutnya dapat pula diperoleh turunannya

(dirtyed measures) seperti pertumbuhan ekonomi dan pendapatan

perkapita. Maka rumusnya adalah : (Subandi, 2005).

Pertumbuhan Ekonomi = PDRBit − PDRBit−1

PDRBit−1

X100

Keterangan :

PDRBit = PDRB atas harga Konstan Kabupaten i tahun t

PDRBit-1= PDRB atas harga Konstan Kabupaten i tahun t-1.

(Subandi, 2005).

5. Teori Pertumbuhan Ekonomi

a Ricardo dan Malthus

Kedua ahli ekonomi Klasik ini berpendapat bahwa dalam

jangka panjang perekonomian akan mencapai stationay state atau

suatu keadaan dimana perkembangan ekonomi tidak terjadi sama

sekali. Pandangan ini mengenai peranan penduduk dalam

pembangunan ekonomi. Menurut Smith, yang belum menyadari

hukum hasil lebih yang masih berkurang, perkembangan

penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi karena ia

akan memperluas pasar. Sedangkan menurut Ricardo dan

Malthus, perkembangan penduduk yang berjalan dengan cepat

akan memperbesar jumlah penduduk menjadi dua kali lipat dalam

waktu satu generasi, akan menurunkan kembali tingkat

pembangunan ke taraf yang lebih rendah. Pada tingkat ini pekerja

akan menerima upah yang sangat minimal, yaitu upah hanya

22

mencapai tingkat cukup hidup (subsistance lavel). Menurut

Ricardo pola proses pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut

: (Sukirno, 2006).

1) Pada permulaannya jumlah penduduk rendah dan kekayaan

alam relatif cukup banyak. Sebagai akibatnya, para

pengusaha memperoleh keuntungan yang tinggi, karena

pembentukan modal tergantung kepada keuntungan, maka

laba yang tinggi akan menciptakan tingkat pembentukan

yang tinggi pula. Ini akan mengakibatkan kenaikan

produksi dan pertambahan tenaga kerja.

2) Karena jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan bertambah,

maka upah akan naik dan kenaikan upah ini mendorong

pertambahan penduduk. Karena luas tanah tetap, maka

makin lama tanah yang digunakan adalah tanah yang

mutunya lebih rendah. Sebagai akibatnya, hasil tambahan

yang diciptakan oleh seorang pekerja (produk marjinalnya)

akan menjadi semakin kecil, karena lebih banyak pekerja

yang digunakan. Dengan terjadinya pertambahan penduduk

yang terus-menerus, sewa tanah makin lama makin

merupakan bagian yang cukup besar dari seluruh

pendapatan nasional dan mengurangi tingkat keuntungan

yang diperoleh para pengusaha. Dorongan untuk

23

mengadakan pembentukan modal menurun dan selanjutnya

akan menurunkan permintaan atas tenaga kerja.

3) Tingkat upah menurun dan pada akhirnya akan berada pada

tingkat yang minimal. Pada tingkat ini perekonomian akan

mencapai stationary state. Pembentukan modal baru tidak

akan terjadi lagi, karena sewa tanah yang sangat tinggi

menyebabkan pengusaha tidak memperoleh keuntungan.

(Sukirno, 2006).

Kenaikan dalam produktivitas yang disebabkan oleh

kemajuan teknologi akan dapat mempertinggi tingkat upah dan

keuntungan. Maka proses pertumbuhan ekonomi akan berjalan

terus. Tetapi hal itu tidak akan lama, karena pertambahan

penduduk selanjutnya akan menurunkan kembali tingkat upah

dan keuntungan. Maka menurut Ricardo, kemajuan teknologi

tidak dapat menghalangi terjadinya stationary state. Kemajuan

tersebut hanya mengundurkan masa terjadinya keadaan tersebut.

(Sukirno, 2006).

b John Stuart Mill

Teori mengenai proses pembangunan yang di kemukakan

oleh Mill memiliki pandangan yang sangat mirip dengan Ricardo,

yaitu berlakunya pertambahan penduduk secara terus-menerus,

sedangkan luas tanah terbatas, menyebabkan kegiatan ekonomi

berlangsung menurun hukum hasil lebih yang makin berkurang.

Dalam keadaan ini selanjutnya Mill juga berpendapat bahwa jika

24

penduduk terus-menerus bertambah, pembangunan ekonomi

mengalami kemunduran dan pada akhirnya akan mencapai

stationary state. (Sukirno, 2006).

e Pendekatan Produksi (production approach)

Pendekatan produksi adalah nilai barang dan jasa yang

diproduksi di suatu negara dalam satu tahun dengan cara

menjumlahkan value added tiap proses produksi. Maka dapat

dirumuskan sebagai berikut : (Dhytha, 2010).

Y = F (k,L,t)

Keterangan:

k = Modal

L = Tenaga Kerja

t = Teknologi. (Dhytha, 2010).

f Pendekatan Pengeluaran (expenditure approach)

Untuk memudahkan pemahaman tentang bagaimana

sebuah perekonomian menggunakan sumber-sumber dayanya

yang langka, para ekonom mencoba memilah-milah komposisi

GDP menjadi beberapa macam pengeluaran. GDP (di sini

disimbolkan sebagai Y) terbagi menjadi empat komponen,

masing-masing adalah : konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran

pemerintah (G), dan selisih antara ekspor dan impor (NX). Maka

rumusnya adalah : (Mankiw, 2000).

Y = C + I + G + NX

25

Persamaan ini merupakan sebuah identitas, yakni sebuah

persamaan yang harus terbukti benar meskipun urutannya dibolak

balik sedemikian rupa. Dalam kasus ini, karena setiap dolar

pengeluaran yang tercatat dalam GDP terbagi kedalam empat

jenis pengeluaran yang dinyatakan sebagai empat komponen itu

haruslah sama dengan jumlah GDP. (Mankiw, 2000).

g Pendekatan Pendapatan (income approach)

Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian

sebagai nilai total balas jasa atas faktor produksi yang digunakan

dalam proses produksi. Kemampuan entrepreneur ialah

kemampuan dan keberanian mengombinasikan tenaga kerja,

barang modal, dan uang untuk menghasilkan barang dan jasa.

Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah atau gaji. Untuk barang

modal adalah pendapatan sewa. Untuk pemilik uang finansial

adalah pendapatan bunga. Sedangkan untuk pengusaha adalah

keuntungan. Total balas jasa atas seluruh faktor produksi disebut

pendapatan nasional. Maka rumusnya adalah : (Firdaus, 2013).

Y = R + W + I + P

Keterangan :

Y = Pendapatan nasional

R = Rent = sewa

W = Wage = upah/gaji

I = Interest = bunga modal

P = Profit = laba. (Firdaus, 2013).

26

6. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, dalam melakukan

penelitian mengenai pendapatan asli daerah (PAD), angkatan kerja dan

pertumbuhan ekonomi, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini

sebagai berikut :

Gambar Kerangka Pemikiran

Modal (K)

Tenega Kerja (L)

Pendapatan (Y)

Konsumsi (C)

EXPENDITURE

APPROACH

Investasi (I)

Pengeluaran(G)

Ekspor (X)

INCOME

APPROACH

Sewa (r)

Bunga (i)

Profit (p)

Upah (w)

PRODUCTION

APPROACH

PAD

ECONOMIC

GROWTH

𝐏𝐃𝐑𝐁𝐢𝐭 − 𝐏𝐃𝐑𝐁𝐢𝐭−𝟏

𝐏𝐃𝐑𝐁𝐢𝐭−𝟏

𝐗𝟏𝟎𝟎

ANGKATAN

KERJA

Impor (M)

Y = r + i + w + p Y = C + I + G + X - M Y = F(K,L,t)

Pendapatan (Y) Pendapatan (Y)

Teknologi (t)

27

7. Perumusan Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat sementara

mengenai pengaruh variabel-variabel dependen dan independen

berdasarkan kerangka teoritis maupun penelitian terdahulu. Adapun

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Diduga Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi pada empat kabupaten di pulau Madura

tahun 2011-2015,

2. Diduga Angkatan Kerja berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi pada empat kabupaten di pulau Madura tahun 2011-

2015.