21
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Nilai Mulyana (dalam Aeni, 2004: 33) nilai merupakan sesuatu yang dianggap penting, dan bermanfaat bagi kehidupan manusia untuk menentukan pilihan. Suatu yang diyakini tersebut berasal dari pribadi yang utuh atau nilai yang berkaitan dengan konsep benar dan salah yang dianut oleh golongan atau masyarakat tertentu. Di masyarakat, ukuran dalam pentingnya kegunaan suatu, tingkah laku, tindakan, dan yang lainnya banyak sekali kriterianya berupa moral, budaya, politik, dan agama. Encycklopedi Britania menyatakan bahwa nilai merupakan suatu penetapan ukuran pada kualitassuatu objek. Jadi yang dimaksud dengan nilai adalah sesuatu yang selalu dijunjung tinggi, dihargai, serta digunakan oleh manusia agar memporelah apa yang ingin dicapai. Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak dan mempunyai ciri pembeda (Gusal, 2015). Sehubungan dengan konsep nilai, Salfia (2015) bahwa nilai merupakan suatu yang penting atau hal-hal yang berguna untuk manusia atau kemanusiaan yang dijadikan sumber patokan dalam sebuah karya sastra. Nilai adalah pemikiran yang menggambarkan serta membentuk suatu proses dalam ruang lingkup masyarakat sosiali berhubungan secara terus menerus sejak kehidupan sejak zaman dahulu.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Nilaieprints.umm.ac.id/40741/3/BAB II.pdf · Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Nilaieprints.umm.ac.id/40741/3/BAB II.pdf · Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Nilai

Mulyana (dalam Aeni, 2004: 33) nilai merupakan sesuatu yang dianggap

penting, dan bermanfaat bagi kehidupan manusia untuk menentukan pilihan. Suatu

yang diyakini tersebut berasal dari pribadi yang utuh atau nilai yang berkaitan

dengan konsep benar dan salah yang dianut oleh golongan atau masyarakat

tertentu. Di masyarakat, ukuran dalam pentingnya kegunaan suatu, tingkah laku,

tindakan, dan yang lainnya banyak sekali kriterianya berupa moral, budaya, politik,

dan agama.

Encycklopedi Britania menyatakan bahwa nilai merupakan suatu penetapan

ukuran pada kualitassuatu objek. Jadi yang dimaksud dengan nilai adalah sesuatu

yang selalu dijunjung tinggi, dihargai, serta digunakan oleh manusia agar

memporelah apa yang ingin dicapai. Keberadaan nilai dapat memberikan manusia

kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak dan mempunyai

ciri pembeda (Gusal, 2015).

Sehubungan dengan konsep nilai, Salfia (2015) bahwa nilai merupakan

suatu yang penting atau hal-hal yang berguna untuk manusia atau kemanusiaan

yang dijadikan sumber patokan dalam sebuah karya sastra. Nilai adalah pemikiran

yang menggambarkan serta membentuk suatu proses dalam ruang lingkup

masyarakat sosiali berhubungan secara terus menerus sejak kehidupan sejak zaman

dahulu.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Nilaieprints.umm.ac.id/40741/3/BAB II.pdf · Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak

12

Sejalan dengan pendapat tersebut, nilai merupakan suatu hal yang tertanam

pada diri manusia yang digunakan untuk pertimbangan sebelum bertindak atas

dasar pilihannya sehingga menghasilkan perilaku yang baik. Dalam bertingkah

laku, sebuah nilai akan ditetapkan sebagai pedoman yang dapat terwujud pada

kehidupan manusia sehari-hari, seperti budaya gotong royong, religius, dan lain-

lain.

2.2 Karakter

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku setiap orang yang dilakukan

dalam kesehariannya. Hal tersbut dapat dilakukan berkaitan dengan lingkungan

keluarga, bermasyarakat, bangsa dan negara. Seorang yang mempunyai karakter

positif adalah seorang yang mempunyai rasa tanggung jawab atas semua tindakan

yang telah dibuat. Dalam hal tersebut perilaku karakter yang dimaksud yakni

tindakan yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama

manusia, lingkungan sekitar, dan kebangsaan negara (Samani dan Hariyanto, 2012:

41).

Karakter dalam hal ini memfokuskan pada penerapan nilai kebaikan dalam

bertingkah laku. Selain itu, karakter dapat didefinisikan sebagai jiwa, hati, bawaan,

kepribadian, personalitas, budi pekerti, perilaku, sifat, tabiat, temperamen, dan

watak. Seseorang yang belum melaksanakan nilai-nilai kebaikan, seperti tidak jujur,

rakus, kejam, dan perilaku kurang baik lainnya dapat disebut orang yang memiliki

karakter kurang baik, tetapi orang yang bertingkah laku sesuai dengan moral yang

berlaku pada masyarakat dapat disebut karakter yang mulia (Suyitno, 2012: 3).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Nilaieprints.umm.ac.id/40741/3/BAB II.pdf · Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak

13

Menurut Yaumi (2016: 07) karakter merupakan tingkatan paling tinggi dari

kebiasaan yang dihasilkan dari tingkah laku, etika, dan sifat yang dimiliki oleh

setiap individu. Sifat tersebut dapat berupa nilai moral yang utama walaupun

terkadang tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Keinginan sesorang untuk

melakukan yang terbaik, kognisi dari pemikiran kritis dan alasan moral, kepedulian

terhadap kesejahteraan orang lain, dan pengembangan keterampilan impersonal dan

emosional yang menyebabkan seseorang untuk bekerja sama setiap saat. Semua hal

tersebut merupakan cakupan dari karakter.

Berdasarkan penjelasan tersebut, karakter dapat diartikan sebagai sifat atau

kepribadian seseorang yang diwujudkan melalui nilai moral dan di terapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Hal tersebut diwujudkan sebagai fondasi terbentuknya

seseorang yang berkualitas yang berperilaku sesuai dengan aturan yang berlaku

pada masyarakat. Hal tersebut diharapkan akan menjadi manusia yang memiliki

prinsip integritas yang baik dan dipertanggung jawabkan.

2.3 Nilai Karakter

Nilai karakter dapat diartikan sebagai segala usaha dalam menerapkan

keyakinan atas dasar pilihan seseorang, sehingga menghasilkan suatu perilaku yang

baik. Hal tersebut dilakukan agar mudah dalam memahami perilaku seseorang yang

berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama manusia,

peduli sosial, dan kebangsaan negara yang tertuang pada sikap, pemikiran, perasaan

seseorang, perkataan, dan perbuatan. Hal tersebut berdasarkan norma-norma yang

berlaku pada agama, tata krama, hukum, budaya, dan adat istiadat (Citra, 2012:

238).

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Nilaieprints.umm.ac.id/40741/3/BAB II.pdf · Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak

14

Menurut Kemendikbud (2017: 07) nilai-nilai Penguatan Pendidikan

Karakter (PPK) merupakan lanjutan dari dari Gerakan Nasional Pendidikan

Karakter Bangsa Tahun 2010. Selain itu, PPK juga termasuk dari bagian integral

Nawacita. Dalam hal ini butir 8 Nawacita salah satunya berupa Revolusi Karakter

Bangsa dan Gerakan Revolusi Mental yang telah dicanangkan oleh pemerintah.

Dalam dunia pendidikan, hendaknya mendoroyong seluruh lapisan pendidikan

untuk melaksanakan perubahan paradigma, yaitu perubahan tingkah laku dan pola

pikir dalam sekolah. Oleh karena itu, Gerakan PPK menempatkan nilai karakter

sebagai dimensi terdalam dalam Pendidikan yang membudayakan dan

memberadabkan pada para pelaku pendidikan. Terdapat lima nilai utama karakter

yang saling berkesinambungan untuk membentuk nilai yang perlu dikembangkan

sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa tersebut adalah

sebagai berikut:

2.3.1 Religius

Nilai karakter religius merupakan sikap dan perilaku yang taat dalam

melaksanakan ajaran agama yang dianutnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, toleran

terhadap pemeluk agama lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.

Nilai karakter religius ini mencakup tiga aspek dalam kehidupan, yaitu hubungan

Manusia dengan Tuhan Yang Mahas Esa, manusia dengan manusia, dan manusia

dengan lingkungan. Terdapat subnilai pada karakter religius antara lain cinta damai,

toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya

diri, kerja sama dengan pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan,

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Nilaieprints.umm.ac.id/40741/3/BAB II.pdf · Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak

15

persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan,

melindungi yang kecil dan tersisih (Kemendikbud, 2017: 08).

2.3.2 Nasionalis

Nilai karakter nasionalis merupakan tidakan seseorang sebagai Warga

Negara Indonesia (WNI) dalam mengapresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga

kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air,

menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku,

dan agama (Kemendikbud, 2017: 08).

2.3.3 Mandiri

Menurut Kemendikbud (2017: 09) nilai karakter mandiri merupakan sikap

dan perilaku yang tidak bergantung segala hal kepada orang lain dan memfaatkan

segala tenaga, pikiran, waktu untuk mewujudkan harapan, mimpi dan cita-cita pada

diri seseorang. Sub nilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan

banting, ndaya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar

sepanjang hayat.

2.3.4 Gotong Royong

Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai

semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama dalam

lingkup keluarga maupun masyrakat. Perlilaku gotong royong dapat ditunjukkan

dengan menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan atau pertolongan

kepada orang lain. Sub nilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama,

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Nilaieprints.umm.ac.id/40741/3/BAB II.pdf · Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak

16

komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong,

solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, cinta damai, dan sikap

kerelawanan (Kemendikbud, 2017: 09).

2.3.5 Integritas

Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku pada diri

seseorang. Nilai ini menjadikan seseorang memiliki rasa percaya diri yang dapat

dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan

kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral). Sikap tersebut

dapat diwujudkan dengan tanggung jawab sebagai warga negara, naktif terlibat

dalam kehidupan sosial, kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral,

anti korupsi, keadilan, keteladanan, dan menghargai martabat setiap orang

(terutama penyandang disabilitas) (Kemendikbud, 2017: 09).

Kelima nilai karakter tesebut merupakan nilai yang tidak bisa dipisahkan

dan berdidi sendiri, tetapi saling berkesinambungan untuk menumbuhkan karakter

pada diri seseorang sebagai manusia yang berbudi pekerti. Nilai religius menjadi

yang paling utama atau menjadi fondasi untuk meleburkan dengan nilai-nilai yang

lain. Jadi kelima nilai tersebut harus berjalan secara seimbang dengan berdasarkan

pada nilai religiusyaitu beriman dan bertakwa (Kemendikbud, 2017: 10).

Sedangkan menurut Samani (2012: 47) terdapat 18 butir-butir nilai karakter

yang dikelompokkan menjadi nilai utama yaitu:

a. Nilai karakter yang berhubungan dengan Tuhan (religius), yang berarti sikap

atau perilaku seseorang yang sesuai dengan ajaran agama.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Nilaieprints.umm.ac.id/40741/3/BAB II.pdf · Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak

17

b. Nilai karakter dalam hubungan dengan diri sendiri, yang meliputi nilai jujur,

tanggung jawab, hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berfikir logis,

kritis dan inovatif, mandiri, ingin tahu, dan cinta ilmu.

c. Nilai karakter dalam hubungan dengan sesama manusia, yang meliputi

menyadari akan hak dan kewajibannya kepada orang lain, taat pada aturan-

aturan sosial, melakukan gotong royong, menghargai karya orang lain, bersikap

santun, dan demokratis.

d. Nilai karakter dalam hubungan dengan lingkungan sekitar, yang berarti selalu

menanamkan perilaku untuk menjaga lingkungan sekitar, berusaha untuk

memperbaiki kerusakan lingkungan yang telah terjadi, dan memiliki rasa untuk

menolong orang lain yang membutuhkan bantuan.

e. Nilai karakter dalam hubunganya dengan kebangsaan, meliputi nasionalis dan

menghargai keberagaman yang ada.

2.4 Karakter Gotong Royong

Gotong royong dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan dalam bentuk

kerja sama demi tujuan yang telah di sepakati dengan asas timbal balik. Hal tersebut

memunculkan adanya hubungan sosial antar individu sehingga menjadikan rasa

kemasayarakatan yang kuat. Selai itu, gotong royong dapat dilaksanakan secara

spontan dan didasari tanpa pamrih karena menemukan kewajiban sosial yang harus

dilaksanakan (Depdikbud, 1979: 115).

Effendi (2013: 05) menyatatakan secara konseptual, gotong royong adalah

hubungan kerja sama yang telah disepakati bersama. Dari perspektif sosial budaya,

bahwa nilai gotong royong merupakan semangat yang telah diintegrasikan dalam

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Nilaieprints.umm.ac.id/40741/3/BAB II.pdf · Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak

18

tingkah laku atau tindakan manusia yang dilaksanakan tanpa pamrih (mengharap

balasan) untuk membantu orang lain. Hal tersebut dilakukan secara bersama-sama

untuk kepentingan individu tertentu atau bersama.

Karakter gotong royong merupakan upaya dalam pembentukan kepribadian

pada diri seseorang sejak dini yang berhubungan dengan tindakan sosial. Dalam hal

ini kepedulian sudah mulai ada dalam diri seorang anak dalam melakukan hal yang

sederhana seperti melakukan kegiatan kerja sama. Dengan adanya kerja sama dapat

memberikan perilaku tanggung jawab yang sudah dijalankan dan disepakati seacara

bersama. Terbentuknya karakter gotong royong tertuju pada masing-masing

individu. Dalam pembentukan karakter gotong royong didapatkan dengan cara

yang alamiah melalui lingkungan. Terdapat beberapa nilai dalam karakter gotong

royong yakni menghargai, kerja sama, komitmen atas keputusan bersama,

musyawarah mufakat, tolong-menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti

kekerasan, cinta damai, dan sikap kerelawanan (Yudhawardhana, 2017: 02).

Adanya karakter gotong royong kepribadian seorang anak akan terwujud

dengan baik. Hal tersebut dapat terlihat pada contoh dalam dunia pendidikan, yakni

sekolah yang menerapkan kegiatan Jumat bersih. Dengan adanya kegiatan tersebut

dapat terbentuknya karakter gotong royong yang menghasilkan interaksi sosial

yang baik. Secara tidak langsung karakter pada diri siswa terbentuk secara

kelompok dalam lingkungan sosial. Gotong royong dapat dijadikan sarana

berkegiatan yang mengarah pada perilaku sosial secara individu atau kelompok.

Individu dalam hal tersebut yakni unsur jasmani dan rohani (Yudhawardhana,

2017: 03).

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Nilaieprints.umm.ac.id/40741/3/BAB II.pdf · Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak

19

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakter gotong

royong merupakan suatu tindakan individu kepada individu yang dikerjakan secara

bersama-sama untuk membentuk kepribadian sosial seseorang demi mencapai

suatu hasil yang diinginkan. Selain itu, sikap karakter gotong royong harus

ditanamkan sejak dini agar menjadi manusia saling berinteraksi dalam lingkungan

sosialnya serta dapat mengurangi permasalahan pada ruang lingkup pendidikan

karakter.

2.5 Hubungan Gotong Royong dengan Nilai Sosial Budaya

Budaya gotong royong merupakan tindakan sosial yang sudah mengakar

pada tataran kehidupan. Tindakan sosial tersebut sudah melekat pada sifat manusia

yang diwujudkan kegiatan gotong royong. Kegiatan gotong royong mampu

mendoroyong rasa sosial pada individu ke individu yang lain, sehingga dapat

membentuk perilaku sosial yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Pada

dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang saling mebutuhkan. Gotong

Royong diwujudkan dalam bentuk perilaku atau tindakan individu yang dilakukan

tanpa mengharap balasan untuk melakukan sesuatu secara bersama-sama demi

kepentingan bersama atau individu tertentu (Kamil, 2011).

Hubungan sosialitas dengan kebutuhan gotong royong yang saling

mendukung merupakan bagian yang sangat melekat pada kepribadian manusia.

Selain itu, gotong royong merupakan salah satu wujud dari solidaritas sosial yang

membentuk keadaan saling percaya antar anggota kelompok atau komunitas

sehingga menyebabkan adanya budaya yang akan dilakukan secara terus menerus.

ketika orang saling percaya maka mereka akan menjadi satu atau menjadi sahabat,

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Nilaieprints.umm.ac.id/40741/3/BAB II.pdf · Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak

20

menjadi saling menghormati, menjadi saling bertanggung jawab untuk saling

membantu dalam memenuhi kebutuhan antar sesama (Irfan, 2017: 03).

Gotong royong terjadi karena adanya tindakan berupa bantuan atau tolong-

menolong dari orang lain, untuk kepentingan individu maupun kelompok. Dalam

pelaksanaanya terdapat perilaku yang loyal dari setiap individu ke individu yang

lain. Menurut Parson (dalam Kamil, 2011) kehidupan seseorang pada suatu

komunitas (keluarga, masyrakat, oeganisasi) yang memiliki nilai gotong royong

dapat diwujudkan dari adanya solidaritas di antara mereka melalui saling membantu

tanpa pamrih, seperti adanya musibah atau membantu individu yang lain yang

dalam kesusahan. Perilaku saling membantu menjadi suatu kewajiban sebagai umat

manusia yang berkarakter berbudi pekerti.

Menurut (Irfan, 2017: 04) gotong royoong berkaitan dengan rasa

kebersamaan antara individu maupun kelompok. Hal tersebut dilaksanakan dalam

berbagai kegiatan sosial secara sukarela tanpa mengaharapakan imbalan atau

pembayaran dalam bentuk lainnya, sehingga tindakan gotong royong yang

dilakukan tidak selalu memerlukan kepanitiaan secara resmi. Tetapi cukup adanya

kesepakatan antara kelompok mengenai suatu kegiatan dan dilaksanakan dengan

kekompakkan. Keuntungan dari gotong royong ini adalah ketika melakukan kegitan

menjadi lebih ringan dan mudah dibandingkan dilakukan secara individu. Selain

itu, mempererat rasa persaudaraan antara individu meskipun bertempat tinggal yang

berbeda dan menyatukan seluruh individu dalam komunitas sehingga rasa

kebersamaan begitu terasa.

Menurut Koentjaraningrat (dalam Irfan, 2017: 04) terdapat lima nilai sosial

yang tercermin dalam tindakan Gotong Royong:

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Nilaieprints.umm.ac.id/40741/3/BAB II.pdf · Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak

21

a. Kebersamaan

Gotong royong mencerminkan kebersamaan yang tumbuh dalam

lingkungan sosial masyarakat. Dengan adanya gotong royong, masyarakat mau

bekerja secara bersama-sama untuk membantu orang lain atau untuk mem-bangun

fasilitas yang bisa dimanfaatkan bersama.

b. Persatuan

Kebersamaan yang terjalin dalam gotong royong sekaligus melahirkan

persatuan antar anggota sosial masyarakat. Dengan persatuan yang ada, masyarakat

menjadi lebih kuat dan mampu menghadapi permasalahan yang muncul.

c. Rela berkorban

Gotong royong mengajari setiap orang untuk rela berkorban. Pengorbanan

tersebut dapat berbentuk apapun, mulai dari berkorban waktu, pemikiran, tenaga

hingga uang. Semua pengorbanan tersebut dilakukan demi kepentingan bersama.

Masyarakat rela mengesampingkan kebutuhan pribadinya untuk memenuhi

kebutuhan bersama.

d. Tolong-menolong

Gotong royong bisa membuat masyarakat saling bahu-membahu untuk

menolong satu sama lain. Sekecil apapun kontribusi seseorang dalam gotong

royong, selalu dapat memberikan pertolongan dan manfaat untuk orang lain.

e. Sosialisasi

Di zaman modernisasi, kehidupan masyarakat cenderung individualis.

Gotong royong dapat membuat manusia kembali tersadar jika dirinya adalah

makhluk sosial. Gotong royong membuat masyarakat saling mengenal satu sama

lain sehingga proses sosialisasi dapat terus terjaga keberlangsungannya.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Nilaieprints.umm.ac.id/40741/3/BAB II.pdf · Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak

22

2.6 Cerpen (Cerita Pendek)

Cerita pendek merupajan cerita yang berbentuk prosa berukuran pendek

pendek. Ukuran di disni dapat bersifat relatif dan tidak memiliki aturan. Belum ada

kejelasan mengenai kesepakatan ukuran antara para ahli dan pengarang. Selain itu,

ketika membaca cerpen, ukuran pendek di sini yang dimaksud adalah dapat dibaca

langsung tuntas, batas waktu dalam mebacanya kurang lebih satu jam. Dalam cerita

pendek kisah para tokoh tidak diceritakan secara rinci, tetapi langsung pada inti

suatu permasalahan yang dialami oleh para tokoh (Nurgiyantoro, 2013: 13).

Cerpen dibangun oleh dua unsur yaitu, unsur intrinsik dan ekstrinsik. Struktur

dalam cerpen memiliki hubungan timbal balik dan susunan unsur-unsur yang

bersistem, saling menentukan dalam membangun kesatuan makna. Unsur tersebut

bersifat fungsional, yang diciptakan pengarang untuk maksud tertentu secara

keseluruhan.

2.6.1 Unsur Instrinsik

Bagian inilah yang mengakibatkan karya sastra terbit, berdasarkan

kenyataan yang dijumpai oleh orang saat membaca sebuah karya sastra. Unsur ini

yang secara langsung juga berpartisipasi dalam mengembangkan cerita

(Nurgiyantoro, 2013:29-30). Unsur-unsur intrinsik cerpen yang berkaitan dengan

pendidikan karakter gotong royong adalah tema, penokohan, latar, dan sudut

pandang.

2.6.1.1 Penokohan

Penokohan ialah menggambarkan seseorang dengan jelas dan ditampilkan

dalam sebuah cerita yang ada di cerit. Tokoh berhubungan dengan orang didalam

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Nilaieprints.umm.ac.id/40741/3/BAB II.pdf · Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak

23

cerita tersebut atau yang menjadi pemerannya. Orang yang dimunculkan di dalam

karya naratif, cenderung seperti yang digambarkan melalui ucapan dan perlakuan

oleh pembaca yang memunyai penafsiran berkualitas moral tersendiri dalam diri

tokoh (Nurgiyantoro, 2013:247).

Memahami suatu karya sastra, pembaca tidak semata-mata hadir untuk

mengetahui tokohnya saja, yang lebih terpenting adalah memahami penokohannya.

Pembaca bisa mengetahui perwatakan dan sifat yang diperankan tokoh, hal itu

disebut dengan penokohan. Tujuannya agar pembaca menikmati kisah yang terjalin

dalam sebuah karya sastra. Setiap pengarang memiliki tujuan agar setiap pembaca

memahami karakter dan motivasi yang ada dalam karya sastranya dengan benar.

Artinya, tokoh akan bertindak sesuai dengan motivasinya. Motivasi diartikan

sebagai sebuah alasan atas reaksi baik disadari maupun tidak. Penggambaran alasan

atas reaksi tokoh dapat dicermati melalui bahasa dan sikapnya.

Melalui uraian tersebut, ditarik kesimpulan penokohan yaitu karakter,

perilaku dan bagaimana cara berpikirnya tokoh yang dimunculkan sepanjang kisah

itu diceritakan. Tokoh tersebut merupakan representasi watak-watak tokoh dalam

kehidupan nyata. Perwatakan setiap tokoh dalam suatu cerita tidak selalu sama,

tetapi berbeda-beda. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kompleksitas

perwatakan dalam sebuah cerita. Di dalam sebuah cerita ada tiga cara untuk

melukiskan watak, sikap, dan cara berpikir tokoh. Ketiga pelukisan itu yaitu secara

fisiologi, sosisologis, dan psikologis.

2.6.1.2 Latar

Latar ialah landas tumpu yang berhubungan dengan sejarah, tempat, waktu,

dan lingkungan sosial, dimana peristiwa tersebut terjadi sesuai yang diceritakan di

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Nilaieprints.umm.ac.id/40741/3/BAB II.pdf · Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak

24

karya sastra. Ada beberapa macam yang membentuk latar yaitu tempat geografis

atau letak terjadinya peristiwa dalam cerita. Pekerjaan dan bagaimana cara hidup

tokoh yang diceritakan dalam cerpen. waktu terjadinya kejadian, serta lingkungan

intelektual, moral, sosial, religius, dan emosi tokoh-tokoh cerita (Nurgiyantoro,

2013:302).

Latar tidak hanya bertumpu pada tempat kejadian dalam cerita, tetapi

penggambaran tempat, waktu dan situasi dalam cerita memberi efek cerita terkesan

lebih logis, karena latar juga berfungsi sebagai pembangun dalam penciptaan kesan

suasana tertentu yang bisa menggugah perasaan dan emosi sehingga tak jarang

pembaca akan menitikkan air mata ketika sedang menghayati sebuah karya sastra.

Selain itu, latar berperan melukiskan aspek sosialnya, seperti tingkah laku, tata

krama, pandangan hidup, dan karakter tokoh dalam cerita.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan, tempat cerita

yaitu segala sesuatu berhubungan dengan waktu, ruang dan suasana tempat

terjadinya cerita. Latar cerita memengaruhi suasana peristiwa dan jalannya

peristiwa. Latar terdiri dari lokasi geografis, cara hidup tokohnya, waktu peristiwa

dan lingkungan.

2.7 Strategi Penyampaian

Strategi penyampaian merupakan cara pengaran dalam menyampaikan

pesan secara harmonis beradasarkan unsur cerita yang lain, serta tersirat dicerita.

Jika memang benar pengarang ingin mempromosikan dan menyampaikan sesuatu

dalam cerita, maka pengarang tidak akan melakukan hal itu secara seenaknya,

karena pengarang telah menentukan jalan cerita yang akan disampaikannya. Dilihat

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Nilaieprints.umm.ac.id/40741/3/BAB II.pdf · Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak

25

dari pandangan dan penyampaian yang menjadi kebutuhan pengarang dalam suatu

cerita, hal tersebut bisa dikatakan kurang kumunikatif. Maksudnya ialah pembaca

belum tentu bisa memahami apa yang sesungguhnya maksud dari pengarang,

mungkin pembaca bisa saja salah menafsirkan maksud dari pengarang. Tapi hal

tersebut tidak bisa kita pungkiri, karena sangat wajar dan bahkan merupakan suatu

hal yang penting dalam cerita (Nurgiyantoro, 2013:460).

Penyampaian nilai-nilai karakter dalam cerita fiksi di bagi menjadi dua yaitu

penyampaiannya yang dilakukan dengan secara langsung dan penyampian

dilakukan dengan cara yang tidak langsung. Pemilihan penyampian itu sebenarnya

hanya demi praktisnya saja, karena tidak dapat dipungkiri bahwa ada pesan yang

sifatnya langsung. Di dalam cerpen itu sendiri, bisa saja ditemukan pesan yang

benar-benar tersembunyi pesannya, sehingga ada bebrapa orang yang tidak dapat

merasakannya, namun ada pula yang secara langsung dan seperti ditonjolkan

pesannya dalam cerita (Nurgiyantoro, 2013:461).

2.7.1 Bentuk Penyampaian Langsung

Penyampaian pesan secara langsung lebih identik dengan cara pelukisan

perwatakan tokoh yang penjabarannya bersifat uraian. Cara ungkapan langsung

untuk menggambarkan sifat tokoh yang ada di dalam cerita, hal itu untuk

memberitahu dan memudahkan pembaca dalam memahami cerita. Dari segi

kebutuhannya bisa dilihat bahwa pengarang ingin mengungkapkan pesan kepada

pembaca. Strategi secara langsung, memang lebih praktis dan komunikatif, artinya

pengarang bisa lebih mudah untuk menguraikan pesan yang ingin disampaikannya

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Nilaieprints.umm.ac.id/40741/3/BAB II.pdf · Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak

26

dan pembaca dapat memahami pesan itu dengan lebih mudah pula (Nurgiyantoro,

2013:461).

Komunikasi yang terjadi antara pengarang dan pembaca dalam

menyampaikan pesan disebut hubungan secara langsung. Hal itu dapat terjadi

dengan melalui pengarang, amanat dan pembaca dalam cerita. Oleh karena itu

pesan yang akan disampaiakan oleh pengarang itu, lebih kurang hubungannya

dengan cerita. Pesan yang langsung bisa saja terlibat atau dilibatkan dengan tokoh

cerita, dan alur. Oleh sebab itu yang diahadapi oleh pembaca adalah cerita yang

sebenarnya, tetapi isi cerita tersebut terasa tendensus dan pembaca dengan mudah

bisa memahami pesan yang disampaikan pengarang (Nurgiyantoro, 2013: 462).

Berdasarkan uraian di atas pesan langsung merupakan pesan yang

diungkapkan oleh pengarang secara langsung dan kurang hubungannya dengan

cerita. Hubungan langsung pengarang dengan pembaca dalam penyampaian pesan

terjadi dengan cara pengarang, amanat dan pembaca. Selain itu pesan secara

langsung juga bisa dengan unsur cerita dan tokoh cerita serta pemlotan atau alur.

2.7.2 Bentuk Penyampaian Tidak Langsung

Pesan yang bersifat tersirat dalam sebuah pesan disebut dengan bentuk

pesan yang tidak langsung. Pesan yang tersirat berpadu secara koherensif dengan

unsur yang ada dalam cerita lainnya. Walaupun memang benar jika pengarang ingin

mepromosikan dan menyampaikan pesannya, maka pengarang tidak akan

melakukan hal itu dengan semena-mena. Hal itu dikarenakan pengarang sudah

menentukan jalan ceritanya sendiri (Nurgiyantoro, 2013:466).

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Nilaieprints.umm.ac.id/40741/3/BAB II.pdf · Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak

27

Karya yang berbentuk cerita, yang disajikan untuk pembaca, maka pertama-

tama haruslah sebagai cerita untuk pembaca dan sebagai sarana hiburan bagi

pembaca, sehingga pembaca merasakan kenikmatan tersendiri dalam membaca.

Kenikmatan yang terjadi, yaitu kenikmatan estetis, emosional, dan intelektual. Jika

ada yang yang ingin dipesankan, justru hal itu bisa mendoroyong pengarang untuk

menulis cerita itu. Tetapi tulisan itu hanya disampaikan melalui siratan saja dan

diserahkan bagaiamana penafsiran pembaca terhadap tulisan tersebut. Akan tetapi

jika hal tersebut dibedakan dengan cara penggambaran perwatakan, maka dengan

ini lebih sealur dengan strategi peragaan. Dalam cerita perlu dimunculkan ialah

yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa, konflik, sikap dan tingkah laku

(Nurgiyantoro, 2013: 467).

Penyampaian tidak langsung atau tersirat ialah hubungan yang terjadi antara

pengarang dengan pembaca. Pengarang kurang berkeinginan untuk mengajari

pembaca, karena hal itu tidak terlalu berpengaruh serta menurunkan kadar

pembaca. Penulis tidak berpikiran bahwa pembaca itu kurang pintar dan begitu pula

sebaliknya di dalam karya sastra. Ketersembuayian dan timbulnya unsur pesan

yang terdapat di berbagai hal, maka bisa digunakan untuk pencapaian dalam karya

yang merupakan hasil dari karya seni. Hal yang demikian, di lain pihak pengarang

berniat menyembunyikan pesan ada diteks dan kepaduannya dalam keseluruhan

cerita, selain itu pula pembaca berusaha mencari pesan tersebut melalui teks cerita.

Pesan secara tidak langsung terdiri dari peristiwa, permasalahan, perilaku untuk

menghadapi berbagai persoalan. Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut

dengan lebih rinci.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Nilaieprints.umm.ac.id/40741/3/BAB II.pdf · Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak

28

2.7.2.1 Peristiwa

Pergantian dari aktivitas ke aktivitas lain dan dari pergantian sistuasi ke

situasi yang lain, disebut dengan persitiwa. kejadian yang dimunculkan dicerita

pasti lebih banyak, tetapi tidak semua peristiwa berfungsi dalam mendukung plot.

Untuk menentukan peristiwa-peritiwa fungsional, maka diperlukan penyeleksian.

Hubungan pengembangan plot dan perannya dalam membuat cerita, maka hal itu

tiga jenis peristiwa yaitu acuan, fungsional, dan kaitan (Nurgiyantoro, 2013:173-

175).

Pertama, peristiwa-peristiwa yang menentukan atau memengaruhi

berkembangnya plot dalam suatu cerita adalah peristiwa fungsional. Maksud dari

peristiwa fungsional ialah inti dari cerita, yang ada dalam sebuah cerita fiksi yang

bersangutan. Munculnya peristiwa itu berkaitan dengan adanya logika cerita yang

merupakan suatu keharusan. Jika beberapa jumlah peristiwa fungsional

dihilangkan, maka terjadilah cerita yang tidak logis.

Kedua, peristiwa yang bertujuan mengaitkan peristiwan terpenting dalam

mengurutkan penyajian cerita atau secara plot, disebut peristiwa kaitan. Lain halnya

dengan peristiwa fungsional, peristiwa kaitan kurang dalam memengaruhi

perkembangan plot cerita, sehingga jika diilangkan juga tidak terlalu berpengaruh

terhadap kelogisan cerita. Ketiga, kejadian secara tidak langsung dapat

mempengaruhi dan berkaitan terhadap berkembangnya alur, serta mengarah pada

unsur lain, hal itu disebut dengan peristiwa acuan. Peristiwa acuan sering

memberikan informasi yang penting, artinya sekaligus memberikan wawasan cerita

secara lebih luas bagi pembaca.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Nilaieprints.umm.ac.id/40741/3/BAB II.pdf · Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak

29

2.7.2.2 Konflik

Permasalahan merupakan hal yang lebih dramatis dan mengarah pada

pertentangan dari dua kekuatan yang rata dan menujukan tindakan dan tanggapan.

Permasalahan bisa berbentuk peristiwa dan bisa juga dibagi dua kategori, yaitu fisik

dan batin. Konflik lebih bersifat pada hal yang terjadi tidak terlalu menyenangkan

dan yang dirasakan oleh tokoh cerita. Jika tokoh tersebut memunyai keleluasaan

dalam menentukan, maka Ia tidak memilih kejadian itu terjadi padanya.

Permasalahan suatu bentuk peristiwa yang dapat dibedakan ke dalam dua

konflik, yaitu fisik dan batin. permasalahan antara tokoh yang terjadi di dalam

dirinya, dengan hal di luar dirinya. Misalnya lingkungan sosial atau alam maka

disebut dengan konflik fisik. Konflik batin ialah permasalahannya terdapat di dalam

diri tokoh, misalnya pada hati dan pikiran, atau yang ada dalam jiwa seseorang

(Nurgiyantoro, 2013:178-181).

a. Melalui tokoh

Sesorang dimunculkan berbentuk karya naratif dan oleh pembacanya

dimaknai, apakah tokoh tersebut memunyai moral dan cenderung seperti halnya

yang digambarkan melalui ucapannya dan perbuatannya, maka hal itu disebut

dengan tokoh. Melalui tindakan tokoh, artinya penggambaran atas perwatakan

tokohnya yang berdasarkan perbuatannya di dalam cerita. Misalnya jika tokohnya

dalam keadaan memukuli, merampok dan menamuk, maka bisa disimpulkan orang

itu memunyai perwatakan keras, tidak baik, dan sadis (Nurgiyantoro, 2013:247).

Reaksi tokoh lain merupakan suatu gambaran perwatakan tokoh yang ditulis

oleh pengarang berdasarkan penyampaian melalui tanggapan dan komentar dari

tokoh lain terhadap tokoh yang lai. Karakter tokoh bisa dipengaruhi oleh tempat

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Nilaieprints.umm.ac.id/40741/3/BAB II.pdf · Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak

30

tinggal dimana Ia berada. Dalam hal itu, maka pengarang juga bisa menggunakan

media lingkungan untuk penyampaian perwatakan tokohnya. Perwatakan tokoh

bisa dikenali melalui karakter dalam sebuah cerita, yaitu ada beberapa jalan untuk

bisayang menuntun sampai pada sebuah karakter tokoh.

b. Apa yang diperbuatnya

Suatu tindakan, terutama pada bagaimana ia bertindak dalam keadaan yang

kritis. Watak seseorang memang sering kali tergambar dengan jelas pada sikapnya,

jika ia dalam situasi yang gawat. Hal itu karena ia tidak bisa untuk berpura-pura

atau berbohong, maka ia akan bertindak secara spontanitas berdasarkan karakter

yang dimilikinya, tetapi keadaan tersebut mengharuskan dia mengambil keputusan

dengan segera.

c. Ucapan-ucapannya.

Berdasarkan apa yang dikatakan oleh tokoh cerita, maka Ia dapat dikenali

apakah tokoh itu orang tua, orang yang berpendidikan rendah dan tinggi, apa

sukunya, tokoh tersebut wanita atau laki-laki.

d. Penggambaran fisik tokoh.

Pengarang sering juga membuat interpretasi mengenai hal yang berkaitan

dengan bentuk tubuh dan wajah tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Misalnya,

tentang cara tokoh itu berpakaian, bentuk tubuhnya seperti apa, dan yang lainnya.

e. Pikiran-pikirannya.

Menggambarkan apa yang ada dalam pikiran tokoh, maka hal itu sebagai

cara terpenting untuk menggambarkan perwatakannya. Dalam hal itu maka cara ini

akan membuat pembaca lebih bisa untuk mengetahui alasan-alasan tindakan yang

perbuat oleh tokoh.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Nilaieprints.umm.ac.id/40741/3/BAB II.pdf · Keberadaan nilai dapat memberikan manusia kepuasan. Secara fungsional nilai merupakan sesuatu yang abstrak

31

Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Gotong Royong

Cerpen Koran Jawa Pos Triwulan

Terakhir 2015

Cara pengarang menyampaikan nilai karakter Gotong Royong Cerpen Koran

Jawa Pos Tahun 2015.

Kesimpulan

Kerangka Berpikir